BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di
mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2004). Alat pendukung apa yang dipakai untuk
melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini, bisa bervariasi, tergantung pada :
1. Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut.
2. Jarak antara suatu tempat dengan tempat lainnya. 3. Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut.
Untuk mengetahui keseimbangan antara objek yang diangkut dengan alat pendukung ini, dapatlah kita melihat ukuran (standar) kuantitas dan kualitas dari alat pendukung ini. Adapun standar kuantitas dan kualitas alat pendukung ini
dapat diidentifikasikan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Aman: Apakah objek yang diangkut aman selama proses perpindahan dan
mencapai tujuan dalam keadaan utuh, tidak rusak atau hancur?
2. Cepat: Apakah objek yang diangkut dapat mencapai tujuan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan?
4. Nyaman: Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut terjaga keutuhannya dan situasi bagi sang pengangkut menyenangkan?
5. Ekonomis: Apakah proses perpindahan tidak memakan biaya yang tinggi dan merugikan objek yang diangkut?
6. Terjamin ketersediannya: Alat pendukung selalu tersedia kapan saja objek
yang diangkut membutuhkannya, tanpa mempedulikan waktu dan tempat. Dalam ilmu transportasi, alat pendukung ini diistilahkan dengan sistem
transportasiyang di dalamnya tersusun atas 4 elemen dasar (khisty & Lall, 2005): 1. Sarana perhubungan ( link ): jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua
titik atau lebih.
2. Kendaraan: alat yang memindahkan manusia dan barang dari satu titik ke titik lainnya sepanjang sarana perhubungan,
3. Terminal: titik-titik dimana perjalanan orang atau barang dimulai atau berakhir.
4. Manajemen dan tenaga kerja: orang-orang yang membuat, mengoperasikan,
mengatur dan memelihara sarana perhubungan, kendaraan dan terminal.
II.2 Klasifikasi Moda Transportasi Massal
Selama bertahun-tahun, telah banyak kontroversi tentang apa yang dimaksud dengan moda transportasi. Menurut khisty dan lall klasifikasi moda dapat dilakukan untuk angkutan yang didasarkan pada tiga karakteristik :
1. Hak-prioritas-jalan ( R/W – right-of-way ) 2. Teknologi
Hak prioritas jalan (R/W) ialah sebidang lahan tempat beroperasinya kendaraan angkutan umum. Ada tiga kategori dasar R/W, yang dibedakan oleh
derajat pemisahannya dari lalulintas lain :
1. Kategori A : “terpisah-bidang” atau “khusus”. Kategori ini merupakan R/W yang terkendali sepenuhnya tanpa persilangan dengan rel kereta api atau
dengan jalur kendaraan lain. Dalam arti tertentu, kategori ini mirip dengan sistem jalan bebas-hambatan.
2. Kategori B : mencakup jenis R/W yang secara fisik terpisah dari lalulintas lain, tetapi dengan persilangan sebidang untuk kendaraan dan pedestrian, termasuk pula persimpangan biasa. Sistem kereta api-ringan yang
menyilangkan beberapa jalan pada permukaan tanah termasuk ke dalam kategori ini.
3. Kategori C : jalan permukaan tanah dengan lalulintas campuran. Sebagian besar sistem bus dan sistem trem termasuk ke dalam kategori ini.
Teknologi moda transit berkenaan dengan fitur mekanis kendaraan dan jenis
rodanya. Setidaknya terdapat empat karakteristik penting moda transit :
1. Tumpuan antara kendaraan dengan jenis rodanya – ban karet pada badan
jalan aspal dan roda baja pada rel baja.
2. Kendaraan yang dapat dikemudikan atau berpenuntun. 3. Metode pendorongan
4. Cara-cara mengatur atau mengendalikan kendaraan secara longitudinal. Pelayanan angkutan umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
1. Angkutan jarak pendek ialah pelayanan kecepatan rendah di dalam kawasan sempit dengan densitas perjalanan tinggi, seperti kawasan perdagangan
utama ( central business district – CBD )
2. Angkutan kota, yang merupakan jenis yang paling lazim, melayani orang-orang yang membutuhkan transportasi di dalam kota.
3. Angkutan regional melayani perjalanan jauh, berhenti beberapa kali, dan umumnya memiliki kecepatan tinggi. Sistem kereta api cepat dan bus
ekspres termasuk ke dalam kategori ini.
Cara lain untuk mengklasifikasikan pelayanan angkutan umum ialah berdasarkan jadual berhentinya, seperti pelayanan setempat dan pelayanan
ekspres. Agaknya klasifikasi ini berkaitan erat dengan kecepatan dan kepadatan penduduk. Klasifikasi lain mengacu pada waktu operasi, seperti pelayanan jam
sibuk atau pelayanan keperluan khusus. Tabel 2.1 menggambarkan klasifikasi moda transit berdasarkan teknologi dan kategori R/W.
Tabel 2.1 Klasifikasi Moda Transportasi Umum Perkotaan
api
Sumber : Gray dan Hoel, 1992
II.3 Karakteristik Sistem Transit
Operasi transit mencakup kegiatan-kegiatan seperti penjadualan, penggiliran awak, pengoperasian dan penyediaan kendaraan, pengumpulan ongkos dan pemeliharaan sistem. Operasi menghasilkan transportasi yang ditawarkan kepada
pengguna potensial. Pelayanan transit adalah sistem angkutan sebagaimana yang dialami oleh pengguna yang potensial. Karakteristik sistem transit diklasifikasikan
ke dalam empatkategori berikut (khisty dan lall, 2003) :
1. Kinerja sistem mengacu pada keseluruhan perangkat elemen kinerja, yang terpenting diantaranya adalah :
a. Frekuensi pelayanan (f), banyaknya keberangkatan satuan transit per jam. b. Kecepatan Operasi (vo), kecepatan perjalanan pada jaringan yang
dialami penumpang.
d. Keselamatan, yang diukur dengan banyaknya kematian, luka-luka dan kerusakan harta benda per 100 juta penumpang-kilometer atau satuan
yang serupa.
e. Kapasitas jaringan (c), jumlah maksimum orang yang diangkut kendaraan transit melewati suatu titik disepanjang jaringannya.
f. Kapasitas produktif (Pc), hasil kali kecepatan operasi dengan kapasitas jaringan. Kapasitas produktif merupakan suatu penanda kinerja yang
sangat mudah untuk digunakan sebagai pembanding moda.
g. Produktivitas, kuantitas keluaran per satuan sumber daya, ruang-km per satuan pekerja, biaya operasi, bahan bakar.
h. Utilitas, rasio keluaran terhadap masukan, tetapi dengan satuan yang sama, misalnya orang-km/ruang-km yang ditawarkan.
2. Tingkat pelayanan (Level of Service) merupakan ukuran keseluruhan karakteristik pelayanan yang mempengaruhi penggunaannya. LOS merupakan elemen dasar dalam menarik pengguna potensial untuk sistem
tersebut. Faktor-faktor utama yang meliputi LOS dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Elemen kinerja yang mempengaruhi pengguna, seperti kecepatan operasi, keandalan dan keselamatan.
b. Mutu pelayanan (service quality), yang terdiri dari pelayanan kualitatif,
seperti kemudahan dan kesederhanaan penggunaan sistemnya, kenyamanan menumpang, estetika, kebersihan dan perilaku penumpang.
dilayaninya. Dampak ini dapat positif dan negatif. Dampak jangka pendek mencakup kemacetan jalan yang berkurang, perubahan pada pencemaran
udara, kebisingan dan estetika disepanjang satu jaringan baru. Dampak jangka panjang terdiri atas perubahan pada nilai lahan, kegiatan ekonomi, bentuk-bentuk fisik dan lingkungan sosial kota tersebut.
4. Biaya, biasanya dibagi menjadi dua kategori utama : biaya investasi, adalah biaya-biaya yang dibutuhkan untuk membangun atau nantinya membuat
perubahan permanen dalam fisik sistem transitnya. Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh operasi biasa sistem tersebut.
II.4 Profil Bus Lintas USU
Pelayanan shuttle bus adalah suatu pelayanan transportasi yang dirancang sebagai sarana transportasi cepat yang membawa orang dari satu titik ke titik
lainnya, biasanya hanya berhenti sebentar dan hampir berjalan terus menerus. Untuk menunjang program USU ASRI 2012-2015 maka USU merencanakan fasilitas shuttle bus untuk mahasiswa dengan menggunakan istilah “Lintas USU”.
Tujuan pengadaan bus komuter Lintas USU adalah sebagai fasilitas untuk memudahkan mahasiswa mencapai tujuannya masing-masing. Dalam
mengadakan fasilitas bus komuter Lintas USU ini, diperlukan beberapa fasilitas penunjang lainnya yang telah direncanakan pada tahun 2012 yaitu branding dan signage pemberhentian bus yang difungsikan sebagai halte bus, selain dari bus
II.4.1 Fasilitas Pendukung
Awal tahun 2013 ini, telah dipersiapkan sebagai tahapan awal branding dan
signage pemberhentian bus yang difungsikan sebagai halte. Halte tersebut diletakkan pada beberapa tempat tersebar di lingkungan kampus USU yang akan melayani transportasi internal mahasiswa di dalam kampus. Adapun halte-halte
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Halte Pintu 1
Gambar 2.1 Halte Pintu 1
Halte ini berada di Jl. Universitas dan dekat dengan Fakultas Kedokteran,
2. Halte Pendopo
Gambar 2.2 Halte Pendopo
Halte ini berada di Jl. Universitas dekat dengan Pendopo dan Fakultas Ilmu Komputer.
3. Halte Hukum
Gambar 2.3 Halte Hukum
Halte ini berada di Jl. Universitas dan dekat dengan Fakultas Hukum, Fakultas Sastra, Asrama Putri dan Pintu Sumber yang berfungsi sebagai salah satu akses
4. Halte dr. A Sofyan
Gambar 2.4 Halte dr. A Sofyan
Halte ini berada di Jl. dr. A. Sofyan dan dekat dengan Pintu Pasar 1 yang berfungsi sebagai salah satu akses keluar masuk kampus USU.
5. Halte Fisip
Gambar 2.5 Halte Fisip
6. Halte FMIPA
Gambar 2.6 Halte FMIPA
Halte ini berada di Jl. Bioteknologi dan dekat dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi.
7. Halte Farmasi
Gambar 2.7 Halte Farmasi
8. Halte Pintu 4
Gambar 2.8 Halte Pintu 4
Halte ini berada di Jl. Tridharma dan dekat dengan Bank Negara Indonesia dan Pintu 4 yang berfungsi sebagai salah satu akses keluar masuk kampus USU.
9. Halte Pintu 3
Gambar 2.9 Halte Pintu 3
10. Halte Perpustakaan
Gambar 2.10 Halte Perpustakaan
Halte ini berada di Jl. Almamater dan dekat dengan Perpustakaan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Fakultas Teknik.
11. Halte RSGMP
Gambar 2.11 Halte RSGMP
12. Halte Gelanggang Mahasiswa
Gambar 2.12 Halte Gelanggang Mahasiswa
Halte ini berada di Jl. Universitas dan dekat dengan Gelanggang Mahasiswa dan Fakultas Keperawatan.
II.4.2 Fasilitas Bus
Pada awal tahun 2013, dipersiapkan sementara 2 (dua) bus Medium USU yang ada, berkapasitas 30 tempat duduk dengan jumlah armada bus sebanyak 4
bus Medium USU. Pada saat ini, bus Lintas USU yang beroperasi sebanyak 3 unit untuk melayani penumpang.
Untuk meningkat kan pelayanan fasilitas bus Lintas USU, pihak manajemen bus Lintas USU membuat beberapa peraturan bagi penumpang pada saat menggunakan fasilitas ini, yakni :
1. Semua civitas akademika dan tenaga kependidikan USU diperbolehkan menggunakan fasilitas bus Lintas USU dengan gratis, hanya menunjukkan
2. Bagi penumpang pria naik dan turun bus melalui pintu depan dan menempati Zona Pria dan bagi wanita naik dan turun bus melalui pintu
belakang dan menempati Zona Wanita. 3. Dilarang merokok di dalam bus.
4. Dilarang makan dan minum di dalam bus.
5. Dilarang membuang sampah di dalam bus.
6. Dilarang berdiri dan bergantungan di pintu masuk bus.
7. Dilarang berjualan, mengamen, minta sumbangan di dalam bus.
8. Wajib menjaga ketertiban, kesopanan dan kebersihan untuk kenyamanan bersama dalam penggunaan bus.
Gambar 2.13 Bus Lintas USU
II.4.3 Rute Bus Lintas USU
Ada pun bus Lintas USU telah direncanakan sedemikian rupa oleh pihak manajemen bus Lintas USU agar depat melayani seluruh civitas akademika dan
Gambar 2.14 Rute Lintas USU
Keterangan gambar
Rute Bus Lintas USU
Tabel 2.2 Halte Bus Lintas USU
No Halte Nama Halte
1 Halte Pintu 3 2 Halte RSGMP
3 Halte Gelanggang Mahasiswa 4 Halte Pintu 1
5 Halte Pendopo 6 Halte Hukum 7 Halte dr. A Sofyan 8 Halte Fisip
9 Halte FMIPA 10 Halte Perpustakaan 11 Halte Farmasi 12 Halte Pintu 4
II.5 Kinerja Operasi Angkutan
II.5.1 Pengertian Kinerja
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002) kinerja adalah sesuatu yangdicapai,prestasiyang diperlihatkan, kemampuan kerja.Kinerja
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja) adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia
dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006), Kinerja
II.5.2 Parameter Kinerja Angkutan
Beberapa parameter dari kinerja operasi yang bersifat QQT (Qualitative
Quantitative Timely) meliputi waktu perjalanan (travel time) termasuk waktu
kedatangan dan keberangkatan, waktu tunggu (waiting time) naik turun
penumpang dan waktu antara(headway).Salah satu dari parameter kinerja yang menentukan tingkat efisiensi adalah load factor.
a. Waktu perjalanan (travel time)
Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu kendaraan untukmenempuh suatu segmen jalan tertentu.Studi waktu tempuh dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu metode survei yaitu survei dinamis, pada metode ini surveyor mengikuti dari awal sampai akhir perjalanan dari kendaraan yang
akan diamati.
b. Waktu Tunggu (waiting time)
Waktu tunggu bus adalah waktu kedatangan sampai dengan
waktukeberangkatan bus yang sama di shelter yang sama atau bisa juga disebut
loading-unloading time. Pada umumnya lama waktu tunggu ≤ waktu selang
kedatanganantar bus (time headway).
c. Waktu antara (headway)
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu
yang didasarkan pada konsentrasikendaraan, dirumuskan sebagai berikut(Morlok,
1985):
hd = 1
�………(1)
Dimana : hd= headway jarak rata- rata
k = konsentrasi kendaraan rata- rata di suatu panjang jalan
Perhitungan headway rata - rata berdasarkan jarak sekarang ini mulai digantikan oleh headway berdasarkan waktu yang dirumuskan sebagai berikut
(Morlok, 1985):
ht = 1
�……… (2)
Dimana : ht = headway waktu rata -rata
q= volume lalu lintas yang melewati suatu titik pengamatan
d. Faktor Muat Penumpang (load factor)
Faktor Muat adalah perbandingan antara volume dibagi dengan kapasitas.Definisi dari kapasitas adalah banyaknya penumpang yang dapat
ditampung olehsuatu moda transportasi baik yang duduk maupun yang berdiri sesuai denganperaturan yang ada. Sedangkan definisi darivolume adalah
banyaknya penumpang yang naik dikurangi penumpang yangturun.
f = �
�……….. (3)
Dimana : f = load factor
S = kapasitas tempat duduk yang tersedia
II.5.3 ParameterKinerja Angkutan Rekomendasi World Bank
Menurut World Bank (1986), parameter yang mempengaruhi kinerja angkutan adalah sebagai berikut seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Parameter Kinerja Angkutan
No
Indikator
Parameter
Efektifitas
1 Kemudahan Panjang jaringan jalan yang dilewati angkutan kota / Luas area yang dilayani
2 Kapasitas Jumlah angkutan kota / panjang jalan yang dilalui angkutan kota
3 Kualitas
Frekuensi (f), headway (Hd), dan waktu tunggu
(menit)
Kecepatan operasi (km/jam) dan waktu
tempuh
Jumlah kendaraan dan jumlah rit
Efisiensi
1 Utilitas Rata-rata kendaraan-km (km / hari)
2 Load Factor Rasio jumlah penumpang dengan kapasitas
tempat duduk per satuan waktu tertentu
3 Produktifitas Total produksi kendaraan (Seat-Km/Penduduk)
4 Jam Operasional Waktu pelayanan yang dibutuhkan (Jam)
Sumber : World Bank
Standar kinerja angkutan rekomendasi World Bank adalah sebagai berikut. 1. Minimum Frekuensi
Rata-rata 3 – 6 kendaraan/jam, min 1,5 – 2 kendaraan/jam. 2. Waktu Tunggu
3. Jarak Mencapai Pemberhentian
Di Pusat Kota 300-500 M, di Pinggir Kota 500-1000 M
4. Tingkat Perpindahan
Rata-rata 0 – 1, maksimum 2. 5. Waktu Perjalanan
Rata-rata 1 – 1,5 jam, maksimum 2 jam. 6. Kecepatan Kendaraan
- Daerah padat 10-12 km/jam - Daerah tidak padat 25 km/jam - Dengan bus line/way 15-18 km/jam
- Biaya perjalanan 10-25 % per kapita
7. Persyaratan khusus (keamanan, kenyamanan, faktor lintasan, kemudahan).
II.5.4 PedomanTeknisPenyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Menurut Direktur Jendral Perhubungan Darat SK 687/2002, kinerja rute dan operasi angkutan terdiri dari beberapa parameter sebagai berikut.
1. Faktor muat ( load factor )
Load factor adalah perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas
tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%). 2. Jumlah Penumpang yang diangkut
Jumlah penumpang yang diangkut adalah total penumpang yang naik dan
turun dalam suatu trayek. 3. Waktu antara ( headway)
4. Waktu tunggu penumpang
Waktu tunggu penumpang adalah waktu yang digunakan penumpang menunggu bus atau mobil penumpang di halte.
5. Kecepatan perjalanan
Kecepatan perjalanan adalah kecepatan kendaraan untuk menempuh trayek
dari awal hingga tujuan perjalanan. 6. Penyebab keterlambatan
7. Ketersediaan angkutan
8. Tingkat konsumsi bahan bakar
Dalam mengoperasikan kendaraan angkutan penumpang umum, operator
harus memenuhi dua persyaratan minimum pelayanan, yaitu prasyarat umum dan prasyarat khusus.
1. Prasyarat umum
a. Waktu tunggu di pemberhentian rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit
b. Jarak untuk mencapai perhentian di pusat kota 300-500 m; untuk pinggiran kota 500-1000m
c. Penggantian rute dan moda pelayanan, jumlah pergantian rata-rata 0-1,
maksimum 2
d. Lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiap hari, rata-rata 1,0-1,5
e. Biaya perjalanan, yaitu persentase perjalanan terhadap pendapatan rumah tangga
2. Prasyarat khusus a. Faktor layanan
b. Faktor keamanan penumpang
c. Faktor kemudahan penumpang mendapatkan bus d. Faktor lintasan
II.5.5 Kinerja Operasi Bus Komuter Lintas USU
Adapun Kinerja Operasi Bus Komuter Lintas USU adalah rencana dari pihak manajemen Bus Lintas USU dalam menyelenggarakan Bus Lintas USU
untuk melayani Mahasiswa, Pegawai dan Dosen di dalam kampus USU. Kinerja Operasi Bus Komuter Lintas USU ini dapat dilihat penjelasannya seperti pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kinerja Operasi Bus Lintas USU
No Parameter Rencana
1 Waktu antara (headway) 10- 15 menit
3 Waktu perjalanan antara segmen
halte(travel time) 1-3 menit 4 Waktu tunggu (waiting time) 1 menit Sumber: Rencana Bantuan Bus Komuter Lintas USU
II.6 Tingkat Pelayanan
II.6.1 Pengertian Pelayanan
menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain.
A.S. Moenir (2010) mendefinisikan “pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan factor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai haknya .”
II.6.2 Standar Pelayanan Angkutan Massal Berbasis Jalan
KementerianPerhubungan menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa dalam memberikan pelayanan,standar ini menjadi indikatoryang mempengaruhi persepsi penumpang terhadap pelayanan sebuah
angkutan, sebagaimana tertera dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 10 Tahun 2012 tentang pelayanan minimal angkutan,
indikator tersebut adalah : a. Fasilitas keamanan
Yang ter masuk ke dalam fasilitas keamanan meliputi :
1. Halte dan fasilitas pendukung halte, antara lain:
- Lampu penerangan minimal berfungsi 95 % dan sesuai dengan standar
teknis
- Petugas keamanan minimal tersedia 1 (satu) petugas - Informasi gangguan keamanan minimal tersedia 2 stiker
2. Mobil bus, antara lain:
- Identitas kendaraan, yaitu nomor kendaraan dan nama trayek berupa
- Minimal tersedia satu tanda pengenal pengemudi, yaitu papan/kartu identitas mengenai nama pengemudi dan nomor induk pengemudi
yang ditempatkan diruang pengemudi
- Minimal tersedia satu lampu isyarat tanda bahaya, yaitu lampu informasi sebagai tanda bahaya berupa tombol yang ditempatkan
diruang pengemudi
- lampu penerangan berfungsi 100 % dan sesuai dengan standar teknis
- Tersedia petugas keamanan minimal 1 petugas - Persentase kegelapan kaca film maksimal 60 % b. Fasilitas keselamatan
yang termasuk kedalam fasilitas keselamatan meliputi : 1. Manusia, antara lain:
- Pengemudi 100 % menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian kendaraan
- Standar operasional prosedur (SOP) penanganan keadaan darurat
diterapkan 100 % kepada pengemudi dan penumpang 2. Mobil bus, antara lain :
- kendaraan sebelum dioperasikan wajib lulus ujilaik jalan 100 %
- Peralatan keselamatan 100 % berfungsi dan sesuai dengan standar teknis dan standar operasi
- Tersedia fasilitas kesehatan 1 set, ditempatkan di setiap mobil bus - Informasi tanggap darurat, yaitu informasi yang disampaikan
nomor telepon dan/atau SMS pengaduan yang ditempel pada tempat yang strategis dan mudah dilihat (minimal 2 stiker)
- Fasilitas pegangan penumpang berdiri 100 % berfungsi dan sesuai dengan standar teknis
3. Prasarana, antara lain:
- Tersedianya perlengkapan lalu lintas dan angkutan jalan
- Tersedianya fasilitas penyimpanan dan pemeliharaan kendaraan (pool)
yang berfungsi 100 % sesuai dengan persyaratan teknis c. Fasilitas kenyamanan
Yang termasuk kedalam fasilitas kenyamanan meliputi:
1. Halte dan fasilitas pendukung halte, antara lain:
- Lampu penerangan minimal berfungsi 95 % dan sesuai dengan standar
teknis
- Tersedianya fasilitas pengatur suhu ruangan dan/atau ventilasi udara, suhu ruangan maksimal 270C apabila menggunakan AC
- Minimal memiliki satu fasilitas kebersihan, yaitu berupa tempat sampah
- Luas lantai per orang untuk berdiri selama menunggu mobil bus yaitu 4 org/m2 dalam waktu puncak dan 2 org/m2 pada waktu non puncak - Fasilitas kemudahan naik/turun penumpang, yaitu tidak ada perbedaan
tinggi lantai halte dengan tinggi lantai bus 2. Mobil bus, antara lain:
- Tersedianya fasilitas pengatur suhu ruangan, suhu dalam kabin 25 – 27 0
- Minimal tersediadua fasilitas kebersihan, yaitu berupa tempat sampah C
- Luas lantai untuk berdiri per orang selama berada di dalam mobil bus yaitu 5 org/m2 pada waktu puncak, 4 org/m2 pada waktu non puncak
d. Keterjangkauan
Yang termasuk keterjangkauan meliputi:
1. Kemudahan perpindahan penumpang antar koridor, jumlah perpindahannya maksimal 2 kali
2. Ketersediaan integrasi jaringan trayek penumpang, yaitu kemudahan
akses pengguna jasa memperoleh angkutan umum dengan trayek yang berkelanjutan dengan trayek angkutan masal
3. Tarif angkutan tejangkau e. Kesetaraan
Yang termasuk kesetaraan meliputi:
1. Tersedia kursi prioritas, minimal 4 tempat, diperuntukkan bagi penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-ana, dan wanita hamil
2. Tersedianya ruang khusus untuk kursi roda
3. Kemiringan lantai dan tekstur khusus, yaitu harus tersedia fasilitas akses menuju halte yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa yang
menggunakan kursi roda, penyandang cacat, manusia lanjut, dan wanita hamil.
f. Keteraturan
1. Waktu tunggu yang dibutuhkan pengguna jasa menunggu kedatangan bus maksimal 7 menit pada jam puncak, dan 15 menit pada waktunon
puncak
2. Kecepatan rata-rata perjalanan pada waktu puncak maksimal 30 km/jam, dan 50 km/jam pada waktu non puncak
3. Waktu berhenti di halte maksimal 45 detik pada waktu puncak, dan 60 detik pada waktu non puncak.
II.7 Metode Sampling
Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena
manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan
biaya dalam kegiatan pengumpulan data. Sampling sering dilawan dengan sensus yaitu metode pengumpulan data ditelusuri dari setiap elemen data yang
dibutuhkan diambil (Sinulingga, 2011).
Populasi ialah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti. Elemen adalah setiap anggota dari
populasi. Sementara sampel adalah sebuah subset dari populasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maksud dari penarikan sampel dari populasi adalah
untuk mempelajari karakteristik populasi melalui penelitian karakteristik sampel. Sampel yang diambil dengan cara simple random sampling, karena dapat dianggap elemen dari populasi penumpang Bus Lintas USU adalah homogen
(pada umumnya mahasiswa). Simple random samplingmemang mensyaratkan bahwa elemen populasi haruslah relatif homogen, jika terdapat strata antara
elemen maka metode simple random sampling tidak tepat digunnakan (sinulingga,
Untuk menentukan besar sampel yang tidak diketahui besar populasinya atau (N-n)/(N-1)=1 digunakan rumusberikut(lemeshow, 1997) :
n =
z = nilai distribusi normal baku pada tabel z pada α tertentu
jika tingkat kepercayaan 95%, maka 1−95%
2 = 0,025 (nilai z = 1,96) d = limit dari eror (10%)
p = harga proporsi di populasi pada penelitian terdahulu ( jika tidak ada maka dapat dilakukan estimasi maksimal p=0,5)
II.8 Metode Scalling
Metode pengukuran dengan skala berkenaan dengan penetapan angka atau simbol mengenai pendapat responden terhadap objek, kejadian atau kegiatan yang ditanyakan kepada responden tersebut. Pengukuran variabel yang bersifat abstrak
dilakukan dengan skala sikap yang terdiri atas 2 kategori utama, yakni
(Sinulingga, 2011):
1. Rating scale(skala penilaian)
Mempunyai sejumlah kategori respon dan digunakan untuk mendapatkan respon dari objek terkait.
2. Ranking scale
Membuat perbandingan diantara objek, kejadian atau pearson dan rangking
antara objek.
suatu pernyataan. Tingkat kesetujuan itu biasanya dibagi atas lima tingkatan yaitu: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4), sangat setuju (5).
Responden diminta untuk memilih salah satu tingkat kesetujuan sesuai dengan penilainnya.
II.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Adakalanya skala yang dipilih tidak sempurna, dan memiliki potensi kesalahan dalam pengukuran skala sikap. Untuk itu sebelum dilakukan
pengumpulan data secara keseluruhan, perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
II.8.1 Uji Validitas
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajad kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya pada sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data (Sinulingga, 2011).
Cara-cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisa korelasi dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikembangkan oleh
pearson yaitu sebagai berikut :
n = jumlah sampel
Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah dan
kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y
adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif. Sedangkan arti harga r akan
dikonsultasikan dengan tabel. Menurut Sugiyono (2007) pedoman tabel untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 2.5 Interval Koefisien Terhadap Tingkat Hubungan Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat
Setelah didapat nilai rhitung dari rumus korelasi product moment, selanjutnya nilai rhitung ini dibandingkan dengan nilai rtabel pada nilai α tertentu dan nilai n
tertentu. Jika nilai rhitung > rtabel, berarti ada korelasi signifikan antara variabel x dan variabel y. Sebaliknya jika nilai rhitung < rtabel, berarti secara statistik tidak ada korelasi yang signifikan antara variabel x dan variabel y. Nilai rtabel dapat dilihat
Sumber : Sugiyono (2007)
II.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Tabel 2.6 nilai r product moment
Berikut ini diberikan metode-metode yang umum digunakan oleh para peneliti dalam pengujian instrumen.
1. Formula Spearman-Brown
Pengujian konsistensi instrumen dengan menggunakan formula Spearman Brown didasarkan pada metode split-half. Korelasi antara belahan pertama dan
kedua dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
r11
= reliabilitas instrumen
xy
2. Formula Flanagan
= indeks korelasi antara dua belah instrumen
Pengujian reliabilitas berdasarkan formula flanagan juga menggunakan analisa butir dan pendekatan split-half ganjil dan genap. Formula flanagan
menggunakan variabel varians skor butir-butir belahan pertama (ganjil), varians skor butir-butir belahan kedua (genap) dan varians skor total butir-butir sebagai
berikut :
= varians skor belahan pertama
2
v
= varians skor belahan kedua
t
3. Koefisien Alpha Cronbach = varians skor total
Berbeda dengan ukuran reliabilitas yang telah dibahas di atas, dimana
pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu misalnya antara 1 dan 5 atau antara 1 dan 10 dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :
r11
k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen = reliabilitas instrumen
∑ ��2 = jumlah varians butir-butir pertanyaan ��2 = varians total
II.9 Metode Importance Performance Analysis
Penelitian ini menggunakan Metode Importance-Performance
Analysis(IPA). Metode ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara presepsi
konsumen dan proiritas peningkatan kualitas produk atau jasa yang dikenal
sebagai quadrant analysis, Zahra (2012). Selain itu metode ini juga langsung mencerminkan variabel yang dianalisis dan dapat dengan mudah
mengetahuivariabel yang lemah atau yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari manajemen. Dengan demikian dapat memudahkan usulan perbaikan kinerja, serta metode IPA juga bisa mengindentifikasi fakor-faktor kinerja penting apa
yang harus ditunjukkan oleh suatu organisasi dalam memenuhi kepuasan para pengguna jasa mereka (Seta Basri, 2007).
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa metode
Importance-Performance Analysis mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi
berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat
menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan.
Importance-Performance Analysis menggabungkan pengukuran faktor tingkat
kepentingan dan tingkat kepuasan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan
penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis.
Analisa menggunakan metode ini digambarkan pada sumbu vertikal dan horizontal.Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat
diketahui dengan rumus(Supranto, 2006):
xi= ∑ ���... (8)
yi= ∑ ���... (9)
Dimana, xi
x
= rata-rata nilai kepuasan variabel i
i = jumlah nilai kepuasan variabel i
yi
y
= rata-rata nilai kepentingan variabel i
i
n = jumlah sampel
= jumlah nilai kepentingan variabel i
Diagram kartesius digunakan untuk mengetahui indikator jasa pelayanan yang
Dimana, x = rata – rata dari nilai kepuasan seluruh variabel
y = rata – rata dari nilai kepentingan seluruh variabel
k = banyaknya variabel yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi
menjadiempat bagian dalam diagram kartesius (diagram importance-performance
matrix) sebagaiberikut :
Gambar 2.15 Diagram importance-performance analysis
Keterangan :
1. Kuadran 1 (Atrributes to improve)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh
2. Kuadran 2 (Maintain Performance)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh responden dan sudah sesuai dengan yang dirasakan sehingga tingkat kepuasannya
relative lebih tinggi. Karenanya atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus dipertahankan.
3. Kuadran 3 (Attributes to Maintain)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang pentingoleh responden dan pada kenyataannya, kinerjanya tidak terlalu istimewa.
4. Kuadran 4 (Attributes to De-emphasize)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh responden dan dirasakan terlalu berlebihan.
Berikut prosedur berkaitan dengan penggunaan metode
Importance-Performance Analysis :
1. Penentuan faktor-faktor yang dianalisa;
2. Melakukan survey melalui penyebaran kuisioner;
3. Menghitung nilai rata-rata tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan;