MAKALAH
TATA TULIS DAN KUTIPAN
Oleh
Kelompok VI
Nama : Muhammad Nur Rizqi Amir Musa │NIM : 41502A0008
Nama : Ilham Ramadhan │NIM : 41502A0011
Nama : Wawan Handika │NIM : 41502A0020
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
▸ Baca selengkapnya: pembuktian latar suasana kemarahan dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor
(2)KATA PENGGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Penyusun kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada kedua Orang Tua penyusun yang telah membesarkan dan membimbing penyusun hingga bisa seperti ini. Tidak lupa juga penyusun mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Bapak Erwin S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Bahasa Indonesia yang telah membimbing penyusun yang memberi penyusun ilmu tentang Bahasa Indonesia, penyusun juga
bersyukur diberi tugas makalah tentang “Tata Tulis dan Kutipan” yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan penyusun dan pembaca.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Tata Tulis dan Kutipan” yang Penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Tata Tulis dan Kutipan” yang sangat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca mengetahui bagaiman tata tulis yang baik dan benar, cara mengutip dan menulis kutipan, penulisan daftar pustaka yang bisa penyusun pergunakan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Mataram, November 2015
Penyusun
Kelompok VI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 1
C. Tujuan Penulisan... 2
D. Manfaat Penulisan... 2
BAB II PEMBAHASAN... 3
A. Pengertian Tata Tulis (Ejaan)... 3
B. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf miring... 3
C. Penulisan Kata... 10
D. Pemakaian Tanda Baca... 23
E. Pilihan Kata (Diksi) dan Kalimat... 32
F. Alinea dan Pengembangan Alinea... 38
G. Kutipan... 40
H. Format APA... 41
I. Format MLA... 44
J. Daftar Pustaka... 48
L. Penulisan Daftar Pustaka... 48
BAB III PENUTUP ... 52
A. Kesimpulan... 52
B. Saran... 52
DAFTAR PUSTAKA... 54
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa yang dimaksud dengan karya ilmiah merupakan karya tulis yang memiliki ciri obyektif, logis, sistematis , dan dapat dipertanggung jawabkan. Jenis-jenis karya ilmiah beragam salah satunya adalah skripsi. Memasuki jenjang perguruan tinggi kita sudah dituntut untuk mengetahui apa itu skripsi. Apalagi bagi mahasiswa S1, karena salah satu
prasyarat untuk dapat meraih gelar sarjana adalah dengan membuat skripsi. Proses penulisan skripsi berbeda-beda tergantung dari kebijakan jurusan. Seperti halnya jurusan Teknik Pertambangan yang memiliki kebijakan dari semester 5 sudah harus memikirkan skripsi paling tidak judul sudah terkonsep.
Untuk dapat menulis skripsi tidaklah mudah banyak aturan-aturan yang harus diikuti. Aturannya pun rumit dan ribet, hal tersebut juga tergantung pada pembimbing yang nantinya akan membimbing kita dalam proses penulisan skripsi. Kadang ada pembimbing yang konsen dan teliti pada penggunaan tanda baca seperti titik, koma, huruf besar, dan lain-lain. Melihat tidak mudahnya dalam penulisan skripsi maka dalam makalah ini akan sedikit membahas mengenai tata tulis penulisan karya ilmiah pada bab tata tulis yang benar, mengutip dan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tata tulis yang benar? 2. Bagaimana cara mengutip dan menulis kutipan? 3. Bagaimana cara menulis daftar pustaka?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tata cara tulis yang benar.
2. Untuk mengetahui pemakaian huruf yang sesuai dengan konsep EYD. 3. Untuk mengetahui penulisan kata yang sesuai dengan konsep EYD. 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud mengutip.
5. Untuk mengetahui konsep kutipan. 6. Untuk mengetahui jenis-jenis kutipan.
7. Untuk mengetahui tata cara penulisan kutipan.
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan daftar pustaka. 9. Untuk mengetahui tata cara penulisan daftar pustaka.
D. Manfaat Penulisan
1. Teoretis: untuk mengkaji kaidah Bahasa Indonesia khususnya dalam memahami EYD
2. Dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pelajar agar dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
3. Sebagai referensi atau pedoman sebelum membuat karya ilmia.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tata Tulis (Ejaan)
“Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangn bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menajadi kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.” (Mustakim, 1990 : 1).
“Kaidah ini mengatur tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca” (Anshari,dkk , 2013 : 50).
B. Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring 1. Huruf Kapital atau Huruf Besar.
Menurut Permendiknas (2011:8), huruf kapital digunakan untuk : a. Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
b. Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama. c. Sebagai huruf pertama pada petikan langsung.
d. Sebagai huruf pertama yang menyatakan gelar kehormatan , gelar keagamaan , gelar keturunan , yang diikuti dengan nama orang.
e. Sebagai huruf pertama nama jabatana atau pangkat yang diikuti nama orang.
f. Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
g. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama bahasa.
h. Sebagai huruf pertama tahun, nama bulan, nama hari, nama hari raya, dan nama peristiwa sejarah.
i. Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.
Penggunaan huruf kapital menurut Permendiknas (2011: 8) :
a. Di awal kalimat, setiap huruf yang mengawali kalimat tersebut haruslah menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:8).
Tas itu berwarna pink Dia harus bisa membaca! Kemana kamu akan pergi?
b. Dalam penulisan petikan langsung, huruf pertama selalu diawali huruf kapital (Permendiknas, 2011:8).
Misalnya:
Gubernur berseru ,”Marilah kita bersatu dalam mewujudkan kehidupan Islam!”
Firabertanya,”Kapan kita berangkat?”
c. Kata yang berkenaan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata ganti untuk Tuhan, selalu di awali huruf kapital (Permendiknas, 2011:8).
Misalnya : - Islam - Hindu
- Yang Maha Esa
- Mohon ampun kepada-Nya - Yang Maha Esa
- Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau rahmati.
d. Jika nama gelar kehormatan, gelar keturunan, dan gelar keagamaan, diikuti nama orang maka huruf pertamanya menggunakan huruf kapital
(Permendiknas, 2011:9). Contoh:
- Mahaputra Mohamad Yamin - Imam Syafi’i
- Nabi Muhammad SAW - Sultan Hasanuddin
Tetapi, jika tidak diikuti nama orang, maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:9).
Contoh :
e. Unsur nama jabatan dan pangkat jika diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, maka harus diawali huruf kapital (Permendiknas, 2011:10).
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Inggris, Profesor Kameliani,
Laksamana Muda Arif Sastranegera,
Tetapi jika tidak dikuti nama orang, nama instansi atau nama tertentu maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:10). Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin dia dilantik menjadi mayor jenderal.
Jika nama instansi atau jabatan merujuk kepada bentuk lengkapnya maka harus menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:10). Misalnya :
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia Sidang itu dipimpin Presiden
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departeman Pendidikan Nasional Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen
f. Setiap huruf pertama unsur-unsur nama orang menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:11).
Misalnya:
Kameliani
Nur Purnama Sari Ina Aprianti
Tetapi jika unsur-unsur nama orangseperti pada de,van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal), maka tidak perlu mengunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:11).
Misalnya :
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (Permendiknas, 2011:12).
Misalnya:
Mesin diesel 10 volt 5 ampere
g. Huruf pertama pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa ditulis dengan menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:12).
Misalnya:
bangsa Indonesia suku Bugis bahasa Korea
Tetapi jika kata tersebut merupakan bentuk dasar kata turunan, maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:13). Misalnya:
mengindonesiakan kata asing kekorea-koreaan
h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:13).
Misalnya:
tahun Hijriah bulan Juli hari Jumat hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Perang Dunia I
Tetapi jika peristiwa sejarah tidak digunakan sebagai nama, maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:13). Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
i. Huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dituliskan dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:14).
Misalnya:
Asia Tenggara Makassar
Huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi juga dituliskan dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:14).
Bukit Barisan Danau Toba Selat Lombok
Jika unsur-unsur nama geografi tidak diikuti nama diri geografi maka huruf pertamanya tidak perlu menggunakan huruf kapital
(Permendiknas, 2011:15). Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat
Nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis tidak perlu menggunaka huruf kapital (Permendiknas, 2011:15).
Misalnya:
garam inggris gula jawa pisang ambon
Jika nama diri atau nama diri geografi didahului dengan kata yang menggambarkan kekhasan budaya maka huruf pertamanya
menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:15). Misalnya :
ukiran Jepara asinan Bogor sate Mak Ajad
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
k. Jika nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan , badan, dokumen resmi, dan judul karangan yang mengandung unsur bentuk ulang sempurna maka setiap huruf pertamanya menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
l. Semua huruf pertama pada kata yang terdapat di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan harus menggunakan huruf kapital kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:
Saya telah membaca buku Beyond The Inspiration. Bacalah majalah Drise.
Dia adalah agen surat kabar Fajar Makassar.
m. Jika kata mengandung unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri, maka huruf pertamnya menggunakan huruf besar (Permendiknas, 2011:17).
Misalnya:
Misalnya:
“Kapan Kakak berangkat?” tanya Kamelia. Sari bertanya,”Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan masuk, Nak!” kata Lia.
Tetapi jika tidak dipakai sebagai kata pengacuan atau penyapaan maka tidak perlu menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:19). Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah bekerja. Dia tidak mempunyai saudara di Makassar.
o. Kata Anda yang digunakan dalam penyapaan , huruf pertamanya menggunakan huruf kapital (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
Menurut Permendiknas (2011:19), huruf miring dapat digunakan untuk: a. Menuliskan judul buku , nama majalah, dan nama surat kabar yang
terdapat dalam teks.
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di dalam suatu teks.
c. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan , kata , atau istilah asing/ daerah. Adapun aturan penggunaan huruf miring adalah sebagai berikut: (Permendiknas, 2011:19).
Nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan harus dicetak miring (Permendiknas, 2011:19).
Misalnya :
Buku Ustadz Felix yang berjudul Udah Putusin Aja! adalah buku bernuansa Islami.
d. Dalam menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau, kelompok kata dapat dicetak menggunakan huruf miring (Permendiknas, 2011:20).
Misalnya:
Huruf pertama yang dia tulis adalah c Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Huruf j pada kata Jakarta harus ditulis dengan huruf kapital
e. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya
(Permendiknas, 2011:20). Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
C. Penulisan Kata 1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak terikat antara kesatuan yang satu dengan yang lainnya, dan belum mengalami penambahan imbuhan.(Chaier, Abdul: 2006). Misalnya:
Kita semua anak Indonesia. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan
Kata berimbuhan adalah suatu kata yang dibentuk dari kata dasar dengan menambahkan imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran ) (Chaeir, Abdul :2006) Aturan penulisan kata berimbuhan menurut Permendiknas (2011 : 24) sebagai berikut.
a. Kata dasar ditulis serangkai dengan imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran ) (Permendiknas, 2011:24).
Lukisan gemetar
Imbuhan kalau ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia maka harus dirangkaikan dengan tanda hubung
(Permendiknas, 2011:25). Misalnya :
mem-PHK-kan di-upgrade me-recall
b. Kalau bentuk dasar merupakan gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya:
bertepuk tangan garis bawahi menganaksungai sebar luaskan lipat gandakan
c. Kalau bentuk dasar yang berupa gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata tersebut harus ditulis serangkai (Permendiknas, 2011:25).
Misalnya:
Mengggarisbawahi Menyebarluaskan Dilipatgandakan
d. Jika salah satu unsur dari gabungan kata itu tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, maka gabungan kata itu ditulis serangkai
(Permendiknas, 2011:26). Misalnya:
Bikarbonat Biokimia Dwiwarna Mahasiswa Mancanegara multilateral,
3. Bentuk Ulang
Kata ulang merupakan sebuah bentuk dari hasil mengulang sabuah kata dasar atau dari sebuah bentuk dasar.Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-). (Chaeir,Abdul :2006) Misalnya:
anak-anak mata-mata undang-undang mondar-mandir
dimana aturan dari penulisan kata ulang ini juga berlaku pada bentuk seperti :
sia-sia laba-laba kupu-kupu
4. Gabungan Kata
Bentuk kata yang terdiri atas dua kata atau lebih disebut gabungan kata atau kata gabung. (Chaeir,Abdul : 2006)
Menurut Permendiknas(2011: 30) kata gabung di tuliskan dengan aturan sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang membentuk gabungan kata ditulis secara terpisah dengan lainnya (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:
b. Agar terhindar dari kesalahan pengertian, maka di antara unsur-unsur gabungan kata dapat di beri tanda hubung agar dapat menegaskan hubungan antara unsur yang bersangkutan (Permendiknas, 2011:30). Misalnya :
Buku sejarah-baru Dengan arti, ‘yang baru adalah sejarahnya’ Buku-sejarah baru Dengan arti, ‘yang baru adalah bukunya’
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagi sebuah kata (satu kata), di tulis serangkai (Permendiknas, 2011:30).
Misalnya:
Adakalanya Apalagi Beasiswa matahari
Kita harus melihat dalam kamus untuk memastikan apakah kata tersebut sudah dianggap sabuah kata atau belum.
5. Kata Ganti
Kata ganti klitik merupakan kata ganti yang di singkat seperti ku- , kau- , -ku, -mu, dan –nya. Kata gantiku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; kata ganti -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Pemerdiknas, 2010 : 50)
Misalnya:
Dimana kaubeli baju itu?
Ini bukuku, itu bukunya, lalu dimana bukumu?
Kalau digabung dengan kata yang di awali huruf kapital atau bentuk yang berupa singkatan maka kata ganti klitik harus dirangkaikan dengan tanda hubung. (Permendiknas,2011 : 50)
Misalnya :
KTP-mu SIM-nya
6. Kata Depan di, ke, dan dari
depan. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Chaeir,Abdul :2006)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam semalam di sini. Di mana Fira sekarang? Saya akan ke Surabaya besok.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi.
7. Kata Sandang (si dan sang)
Dalam menulis kata si dan sang ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya.(Permendiknas,2010 : 51)
Misalnya:
Sang saka berkibar dimana-mana
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim
Jika kata si dan sang dimaksudkan sebagai unsur nama diri maka huruf awal si dan sang di tulis dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:51). Misalnya :
Serigala itu marah sekali kepada Sang Kancil
Dalam cerita itu Si Kera mencari kitab suci bersama gurunya.
8. Partikel
Aturan penulisan partikel menurut Permendiknas (2011 : 38) adalah sebagai berikut.
a. Apabila ada kata yang mendahului partikel -lah, -kah, dan –tahmaka kata tersebut ditulis serangkai dengan partikel.
Misalnya:
Bunglah sampah pada tempatnya! Apatah gerangan yang kamu cari?
b. Apabila ada kata yang mendahului partikel pun maka kata tersebut ditulis terpisah dari partikel pun (Permendiknas, 2011:38).
Misalnya:
Dibayar berapapun aku tidak mau. Kapanpun waktunya aku siap.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
c. Apabila terdapat partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ maka kata yang mengikutinya di tulis terpisah dari partikel ini (Permendiknas, 2011:39).
Misalnya:
Mereka harus membayar SPP Rp950.000,00 per semester. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain ini Rp5.000,00 per helai.
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah kependekan kata yang terdiri atas satu huruf atau lebih. (Permendiknas : 2011, 39)
Aturan penulisan singkatan dan akronim menurut Pemerdiknas (2011: 39) sebagai berikut.
a. Nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat yang disingkat harus diikuti dengan tanda titik diakhir singakatan tersebut (Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
Djoko Kentjono, M.A. Djoko Kentjono Master of Art R.A. Kartini Raden Ajeng Kartini
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
S.E. sarjana ekonomi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
b. Jika nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi disingkat dengan cara
menggabungkan huruf awal kata maka huruf-hurufnya ditulis dengan huruf besar dan tidak perlu diikuti tanda titik dibelakang tiap-tiap singkatan itu (Permendiknas, 2011:40).
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa SMA Sekolah Menengah Peretama MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat UUD Undang-Undang Dasar
c. 1). Apabila gabungan kata yang disingkat terdiri dari tiga huruf maka singkatan tersebut diikuti tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
dst. dan seterusnya ybs. yang bersangkutan dll. dan lain-lain
2). Gabungan huruf yang merupakan hasil singkatan kata diakhiri dengan tanda titik (Permendiknas, 2011:41).
Misalnya :
d. Apabila singkatan merupakan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang maka singkatan tersebut tidak perlu diakhiri tanda titik (Permendiknas, 2011:42).
Misalnya:
Akronim ialah singkatan yang dibentuk oleh huruf-huruf awal yang digabung ,suku-suku kata yang digabung , ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai sebuah kata. (Mustofa,dkk ,2010 :19)
Aturan penulisan akronim menurut Permendiknas (2011: 42)adalah sebagai berikut:
1) Apabila akronim di bentuk oleh gabungan huruf awal dari deret kata maka ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Akronim ini merupakan akronim nama diri
(Permendiknas, 2011:43). Misalnya:
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata pada huruf awal ditulis dengan huruf kapital (Permendiknas, 2011:43).
Misalnya:
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Perusahaan air minum
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lembaga Administrasi Negara
Bulog
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kongres Wanita Indonesia
Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
3) Akronim yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih dan bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil (Permendiknas, 2011:43). Misalnya:
radio detecting and ranging rapat pimpinan
peluru kendali bukti pelanggaran
10. Angka dan Bilangan
Angka adalah lambang yang fungsinya sebagai pengganti bilangan.
Ada dua macam angka yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu angka Arab dan angka Romawi.(Permendiknas ,2011 :44)
Angka Arab (1000), V (5000), M (1.000.000) .
Menurut Permendiknas (2011 : 44) aturan penulisan angka dan bilangan adalah sebagai beikut.
a. Dalam teks, jika bilangan dinyatakan dalam satu atau dua kata maka bilangan ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan tersebut dipakai dalam perincian. (Permendiknas, 2011:44).
Misalnya :
Koleksi perputakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 30 murid , 15 murid menyukai pelajaran biologi, 10 murid menyukai pelajaran matematika, dan 5 murid tidak menyukai keduanya.
b. Jika bilangan berada pada awal kalimat, maka bilangan tersebut di tulis menggunakan huruf. Tetapi jika bilangan tersebut lebih dari dua kata, maka susunan kalimat diubah agar bilangan tersebut tidak ditempatkan di awal kalimat. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
Dua puluh mahasiswa mengikuti Olimpiade Sains Nasional Panitia mengundang 250 orang peserta
Bukan
250 orang peserta diundang oleh panitia.
c. Angka dapat dieja kalau melambangkan bilangan yang jumlahnya terlalu besar agar lebih mudah dibaca. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
d. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang ; dan (d) jumlah. (Permendiknas, 2011:45).
e. Angka pada umumnya digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. (Permendiknas, 2011:45).
Misalnya :
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No.14
Hotel Mahameru, Kamar 169
f. Untuk memberikan nomor pada bagian karangan atau ayat kitab suci digunakann angka. (Permendiknas, 2011:46).
Misalnya :
Surah Yasin: 9
g. Aturan penulisan bilangan dengan huruf sebagai berikut. (Permendiknas, 2011:47).
Bilangan utuh Misalnya :
Dua belas (12) Lima ribu (5000)
Bilangan pecahan Misalnya :
Setengah ( 1 2 ) Satu persen ( 1%)
h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. (Permendiknas, 2011:48).
Misalnya :
Pada awal abad XX(angka Romawi Kapital)
Dalam kedidupan pada abad ke-20 (huruf dan angka) Pada awal abad kedua puluh (huruf)
Abad XXI Abad ke-21 Lantai II Lantai ke-2
i. Kalau penulisan bilangan di akhiri dengan –an maka aturan penulisannya sebagai berikut. (Permendiknas, 2011:48).
Misalnya :
Lima lembar uang 1.000-an(lima lembar uang seribuan) Tahun 1960-an(tahun seribu sembilan ratus enam puluhan)
j. Bilangan yang dapat ditulis dengan angka dan huruf sekaligus hanyalah di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (Permendiknas, 2011:49). Misalnya :
Jumlah siswa 250 orang bukan
k. Bilangan yang di tulis dengan angka dan huruf sekaligus, penulisannya harus tepat. (Permendiknas, 2011:49).
Misalnya :
Telah di terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
11. Pemenggalan Kata
Aturan pemenggalan kata menurut Permendiknas (2011 : 31) adalah sebagai berikut.
1. Pemenggalan kata dasar.
a. Kalau di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan maka
pemenggalan dilakukan di antara huruf vokal tersebut. (Permendiknas, 2011:31).
Misalnya :
Kain ka-in
Saat sa-at
Niat ni-at
Kaum ka-um
b. Kata yang mengandung gugus vokal au, ai, ae, ei, eu,ui, dan oi tidak dipenggal. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Aula au-la
Pulau pu-lau
Survei sur-vei
c. Pemenggalan kata yang mengandung satu huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, dimana pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan itu. Dalam hal ini gabungan huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy tidak dipenggal karena gabungan itu hanya melambangkan satu konsonan atau satu fonem. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Bapak ba-pak
Teman te-man
Dengan de-ngan
d. Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan, pemenggalan kata ini dilakukan diantara kedua huruf konsonan tersebut. (Permendiknas, 2011:32).
Misalnya :
Tancap tan-cap
Mandi man-di
Sombong som-bong
Janji jan-ji
e. Pemenggalan kata yang memiliki tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing mewakili fonem tunggal, pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan pertama dan huruf konsonan yang kedua. (Permendiknas, 2011:33).
Misalnya :
Ultra ul-tra
Bentrok ben-trok
Infra in-fra
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak di penggal. (Permendiknas, 2011:33).
Misalnya :
Akhlak akh-lak
Bangkrut bang-krut
Ikhlas ikh-las
Kongres kong-res
Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf ( vokal ) diawal dan diakhir baris. (Permendiknas, 2011:34).
Misalnya :
Itu i-tu
Ini in-i
2. Pemenggalan kata berimbuhan.
Pemenggalan kata berimbuhan dapat dilakukan dengan memisahkan imbuhan atau partikel dengan bentuk dasarnya. (Permendiknas, 2011:34).
Berjalan ber-jalan
Diambil di-ambil
Makanan makan-an
Kata dasar yang telah mengalami perubahan dikarenakan diberi imbuhan, pemenggalannya dilakukan seperti pada kata dasar.
(Permendiknas, 2011:35). Misalnya :
Menutup me-nu-tup
Menyapu me-nya-pu
Pengetik pe-nge-tik
3. Pemenggalan kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, maka pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur tersebut.Tiap unsur gabungan dipenggal seperti pada kata dasar. (Permendiknas, 2011:36).
Misalnya :
Biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
Pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
Biodata bio-data bi-o-da-ta
Kilogram kilo-gram ki-lo-gram
Kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
4. Pemenggalan nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri dari dua unsur atau lebih dilakukan diantara unsur-unsur nama itu, dalam pemenggalan tersebut tidak perlu disertai dengan tanda penghubung, ini dikarenakan masing-masing unsur yang dipenggal tersebut merupakan unsur lepas. (Permendiknas, 2011:37).
Misalnya :
Nur Purnama Sari Nur Purnama
Sari
Alfira Puspita Dewi Alfira
Puspita Dewi
Nur Indah Mawarni Nur Indah
D. Pemakaian Tanda Baca 1. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
a. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar yang bukan terakhir dalam deretan angka atau huruf tersebut.
b. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukuk 1 lewat 35 menit 20 detik)
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
d. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Pustaka.
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
Gempa yang terjadi kemarin menewaskan 12.543 jiwa.
2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur- unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
a. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk jadi, oleh karena itu, akan tetapi.
Misalnya:
… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat dalam kalimat.
Misalnya:
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
Wah, bukan main!
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Anis, “Saya gembira sekali.”
d. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamt, (ii) bagian- bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama dan tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jalan Margonda Raya, Depok.
Surabaya, 10 Mei 1960
e. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
f. Tanda koma dipakai di anatara bagian- bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W. J. S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
g. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
M. Ardski, S.E.
h. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
Rp12,50 12,5 m
i. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Dosen saya, Pak Sugito, pandai sekali.
Semua mahasiwa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
j. Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas bantuan Shinta, Yhana mengucapkan terima kasih.
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kaliamat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton televisi.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari..
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Tempat: Kampus D, Gd 451
Hari : Senin
Waktu : 09.00
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suartu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan (daftar pustaka).
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:90
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah pergantian baris. Namun suku kata yang berupa satu vokal tidak
ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-ga cara yang baru.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Kecuali akhiran –i.
Misalnya:
Kini ada cara yang bagus untuk meng-ukur panas.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a 8-4-1988
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Ber-evolusi
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengn hurup kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dngan imbuhan / kata, dan (v) nama jabatan rangkap
Misalnya:
se-Indonesia, juara ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, Menteri-Sekretaris Negara
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
6. Tanda Pisah (–)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya :
Jakarta–Bandung
7. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya :
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya :
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya :
Siapa nama pelati real madrid sekarang?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diasingkan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
10. Tanda Kurung ((…))
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya :
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya :
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya :
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
11. Tanda Kurung Siku ([…])
Misalnya :
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan) di dalam Bab II (lihat halaman 35-38) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya :
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13. Tanda Petik Tunggal (’…’)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya :
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya :
Feed-back ‘balikan’
14. Tanda Garis Miring
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya :
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
Misalnya :
Dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
Harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ` )
a. Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya :
Ali ` kan kusurati. (`kan = akan)
Malam `lah tiba. (`lah = telah)
E. Pilihan Kata (Diksi) Dan Kalimat
Diksi merupakan pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Penggunaan diksi yang tepat akan melahirkan suatu kalimat yang baik dan benar. Salah satu ciri kalimat yang baik dan efektif adalah terkait dengan kecermatan dan kesantunan. Penggunaan kata yang tepat (diksi) dapat
diaplikasikan dalam berbagai hal. Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan ilmiah, dan lain-lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan.
1. Fungsi Diksi
Beberapa fungsi diksi secara umum adalah sebagai berikut: a. melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
b. membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca,
c. menciptakan komunikasi yang baik dan benar,
d. menciptakan suasana yang tepat,
e. mencegah perbedaan penafsiran,
g. mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
2. Syarat-syarat ketepatan pilihan kata:
a. membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat,
b. membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, kata yang hampir bersinonim misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaian yang berbeda-beda,
c. membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan),
d. tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahamannya belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, bergaya intelektual,
e. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi,
f. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan,
g. menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat,
h. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat,
i. menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim, berhomofon, dan berhomografi,
j. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
a. menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku),
b. menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan),
c. menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna
dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya…tetapi juga (salah), bukan hanya…melainkan juga (benar),
d. menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: merah darah, merah hati,
e. menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan
komunikasi nonilmiah menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), dan
f. menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa tulis).
4. Makna Denotatif dan Makna Konotasi
Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif sering juga disebut makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan, makna sebenarnya, dan makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Makna konotatif adalah makna kias, bukan sebenarnya dan dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain dan berubah dari suatu masa ke masa yang lain. Makna konotatif cenderung bersifat subjektif dan dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
5. Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian.
Aku hafal betul dengan wangi parfumnya. (kata konkret)
Meski merasa kecewa karena gagasannya diacuhkan begitu saja, Roro tetap mengikuti rapat OSIS. (kata abstrak)
6. Kata Umum dan Kata khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
7. Sinonim
Sinonim adalah persamaan makna kata, artinya dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan pengucapannya memiliki makna yang sama.
8. Idiomatik
Idiomatik adalah konstruksi yang khas pada satu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti, misalnya, sehubungan dengan, berhubungan dengan, sesuai dengan, bertepatan dengan, sejalan dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain.
9. Nominalisasi
Nominalisasi atau disebut juga substantivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata, yaitu dari kelas kata lain menjadi kata benda.
a. Berdasarkan kelas katanya:
Nomina deverbal merupakan hasil dari proses perubahan kelas kata dengan dasar verba (kata kerja) menjadi nomina (kata benda). Misalnya:
Asal Kata Hasil Nominalisasi yang Bermakna
Pelaku Proses Hasil
Membeli Pembeli Pembelian Belian
Dari sebuah adjektiva (kata sifat) dapat dilakukan nominalisasi. Misalnya :
Asal Kata Hasil Nominalisasi yang Bermakna
Damai Pendamai Kedamaian
Nomina denumeral merupakan hasil nominalisasi yang berasal dari kata bilangan menjadi kata benda.
Misalnya :
satu → kesatuan
2. Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek dan predikat.
1. Kalimat yang Benar, Santun, dan Efektif
Kalimat dikatakan benar, santun, dan efektif bila memenuhi batasan-batasan di bawah ini, yaitu:
a. keutuhan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat (berkaitan dengan unsur gramatikal, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap)
b. kesejajaran yang berarti kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten.
c. kefokusan pesan agar maknanya mudah dipahami.
d. kelogisan kalimat.
e. kehematan kalimat yang dilihat dari setiap unsur kalimat yang harus berfungsi dengan baik.
f. kecermatan menggunakan diksi.
g. kevariasian struktur, diksi, dan gaya namun tidak mengubah makna kalimat.
h. ketepatan diksi yang mengungkapkan pikiran secara tepat.
i. ketepatan ejaan dan tanda baca.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/ pembaca secara tepat pula.
a. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1. Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain (Objek/ Keterangan) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.
2. Kesejajaran/Keparelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
3. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari
pemakaian kata yang tidak perlu. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi dan tidak akan merubah maksud kalimat.
4. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
5. Kepaduan (Koerensi)
Yang dimaksud dengan koerensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk pembentuk kalimat adalah frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-Ket).
Yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti
3. Jenis kalimat menurut klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat majemuk atau kalimat turunan.
a. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p selalu wajib dalam setiap kalimat.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa. Kalimat majemuk terdapat dua macam yaitu:
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara mempunyai ciri ;
a. Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
b. Kedudukan tiap kalimat sederajat
Contohnya:
Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan
S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi .
P2 O2
2. Kalimat majemuk bertingkat
Contohnya:
Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus ketika
S1 P1 O1 Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur .
S2 P2 O2
F. Alinea dan Pengembangan Alinea
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.
Menurut pengamatan penulis,ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara lain,sebagai berikut.
Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat
Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.
alinea berfungsi sebagai berikut :
Sebagai penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan
Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.sebagai penanda bahwa piiran baru dimulai
Dalam rangka keseluruhan karangan,alinea dapat berfungsi sebagi pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).
1. Unsur-unsur Alinea
a. Transisi
Transisi adalah mata rantai penghubung antar alinea.Transisi berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan. Oleh karena itu,beberapa orang sering mengatakan bahwa transisi berfungsi sebgai penunjang koherensi dan kesatuan antarbab,antarsubbab,dan antaralinea dalam suatu karangan.
b. Kalimat Topik
Dalam bahasa Indonesia ,kita pun mengenal istilah-istilah,seperti pikiran utama,pokok pikiran,ide pikiran,dan kalimat pokok.keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama,yaitu mengacu pada kalimat topik. Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok alinea dala bentuk umum atau abstrak.
c. Kalimat Pengembang
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan.Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok.Pengembangan kalimat topic yang bersifat kronologis,biasanya
menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan waktu.Urutannya masa lalu,kini,dan yang akan datang.
d. Kalimat Penegas
Fungsi kalimat penegas ada dua.Pertama,kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik.Kedua,kalimat penegas sebagia daya penarik bagi para pembaca atu sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
2. Jenis-jenis Alinea
Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea,dapat ditentukan jenis alinea yang akan dibuat.
Apabila ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka alinea ini disebut deduktif.
b. Alinea induktif
Apabila ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea ini disebut induktif.
c. Alinea campuran
Alinea yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada bagian awal dan akhir disebut alinea campuran.Biasanya ide yang terdapat pada bagian akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.
d. Alinea deskriptif
Pada jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah satu kalimat yang membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih penting daripada ide lainnya.ide pokoknya merupakan kesimpulan tersirat yang tidak dicantumkan pada alinea tersebut.jadi,ide pokok disini tidak dinyatakan secara eksplisit.
3. Kreteria Alinea
Bila kita berbicara tentang kualitas suatu alinea,mau tidak mau kita
dihadapkan pada seperangkat syarat-syarat alinea yang baik.Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar alinea termasuk kategori baik,di antaranya:
a. Satu alinea terdiri atas beberapa kalimat.
b. Alinea trsebut mengandung satu ide pokok.
c. Ide yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang membangun alinea tersebut saling berkaitan sehingga terlihat koherensi secara
berkesinambungan,sereta urutan yang logis dan runtun.
d. Pengungkapan kelompok ide dalam alinea tersebut merupakan satu kesatuan yang padu.
e. Alinea tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
G. Kutipan
Salah satu bagian penting dalam sebuah proses penelitian adalah melakukan studi literatur (membaca dari berbagai sumber) sesuai topik yang diteliti untuk menghasilkan ide atau analisis baru yang dipresentasikan dalam sebuah hasil penelitian. Untuk menghindari tuduhan penjiplakan, penulis perlu mencantumkan data-data sumber kutipan. Informasi lengkap dari sumber kutipan ditulis dalam sebuah daftar yang disebut sebagai Daftar Referensi atau Daftar Pustaka.
Format penulisan yang dipakai pada penulisan kutipan harus sama dengan format yang dipakai pada penulisan daftar referensi. Sebagai contoh, jika
penulisan kutipan menggunakan format APA, maka penulisan daftar referensi juga harus menggunakan format APA.
Berdasarkan cara pengutipannya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah mengutip ide atau konsep orang lain dengan menggunakan bahasa/kalimat sendiri.
b. Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah mengutip ide atau konsep orang lain sesuai dengan tulisan/kalimat aslinya.
Pada buku pedoman ini dijelaskan cara pengutipan berdasarkan format APA (American Psychological Association) dan format MLA (Modern Language
Association). Jurusan dapat memilih salah satu format yang dikehendaki.
H. Format APA
Format ini dikeluarkan oleh American Psychological Association, sebuah lembaga di bidang psikologi yang banyak menerbitkan jurnal dan publikasi ilmiah lainnya.
1. Kutipan Tidak Langsung
Pada format APA, kutipan tidak langsung dituliskan dalam
kalimat/teks,dengan mencantumkan nama keluarga pengarang dan tahun penerbitan, tanpamenuliskan halaman karya yang dikutip.
Contoh:
Capra (1996) mendefinisikan paradigma sebagai konstelasi konsep……
2. Kutipan Langsung
Pada format APA, kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan nama pengarang, tahun terbit, dan halaman kalimat/teks yang dikutip. Kutipan
langsung dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang.
3. Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung pendek pada format APA adalah jika kalimat yang dikutip kurang atau sama dengan 40 kata. Kutipan langsung pendek dituliskan dalam teks dengan memberi tanda kutip di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
Menurut Santosa (2002), bleed adalah “rancangan yang dibuat dengan cara mengisi seluruh halaman yang tersedia tanpa diberi batas garis tepi” (p. 17).
Bleed adalah “rancangan yang dibuat dengan cara mengisi seluruh halaman yang tersedia tanpa diberi batas garis tepi” (Santosa, 2002, p. 17).
4. Kutipan Langsung Panjang
Kutipan langsung panjang pada format APA adalah jika kalimat yang dikutip lebih dari 40 kata. Penulisan kutipan langsung panjang dalam paragraf tersendiri dengan jarak 1 cm dari margin kiri teks. Penulisan kutipan langsung panjang tetap dalam jarak 1,5 spasi (seperti teks).
Contoh:
Asumsi tentang peniliti dan subyek:
Paradigma alamiah berasumsi bahwa fenomena bercirikan
interaktifitas. Walaupun usaha penjajagan dapat mengurangi interaktifitas sampai ke minimum, sejumlah besar kemungkinan akan tetap tersisa. Pendekatan yang baik memerlukan pengertian tentang kemungkinan pengaruh terhadap
interaktifitas, dan dengan demikian perlu memperhitungkannya (Moleong, 2007, p. 54).
Menurut Moleong (2007), asumsi tentang peniliti dan subyek: Paradigma alamiah berasumsi bahwa fenomena bercirikan
interaktifitas. Walaupun usaha penjajagan dapat mengurangi interaktifitas sampai ke minimum, sejumlah besar kemungkinan akan tetap tersisa. Pendekatan yang baik memerlukan pengertian tentang kemungkinan pengaruh terhadap
interaktifitas, dan dengan demikian perlu memperhitungkannya (p. 54).
Penelitian tindakan adalah proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil perubahan yang diperoleh dalam penelitian itu (Smith & Cormack, 1991). Wasserstein, Zappulla, Rosen, Gerstman, and Rock (1994) found that livestock prefer regular changes to new pastures.
b. Karya lebih dari 5 pengarang
Massachusetts state and municipal governments have initiated several programs to improve public safety, including community policing and after school activities (Smith et a1., 1997).
c. Lebih dari 1 karya dengan pengarang yang sama.
Smith (1972) in his study of the effects of alcohol on the ability to drive, Smith (1991) showed that the reaction times of participating drivers were adversely affected by as little as a twelve ounce can of beer.
d. Mengutip dari beberapa karya dengan berbagai nama pengarang dan tahun penerbitan dalam 1 kalimat ( kutipan diambil dari sumber yang berbeda).
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban (Guba, 1974; Lincoln & Guba, 1985; Guba & Lincoln, 1981).
e. Karya dengan nama keluarga/belakang pengarang sama
Jika mengutip dari karya dengan nama belakang pengarang yang sama dengan kutipan sebelumnya, maka nama depan pengarang perlu dicantumkan pada kutipan berikutnya.
At least 66,665 lions were killed between 1907 and 1978 in Canada and the United States (Kevin Hansen, 1980). D. M. Smith (1994) and P. W. Smith (1995) both reached the same conclusion about parenting styles and child development.
f. Mengutip dari kutipan
Jika mengutip dari sumber yang mengutip, maka nama pengarang asli
dicantumkan pada kalimat, dan nama pengarang buku dimana kutipan tersebut ditemukan dicantumkan pada akhir kutipan. Menurut Wardana, Hasanah dan Hermana (2005), harga, kelengkapan, fitur, dan mutu produk merupakan hal penting yang konsumen pertimbangkan dalam memilih suatu produk (dalam Susanty, Hermana, 2006, p. 54).
g. Buku/website tanpa nama pengarang
Jika mengutip dari buku/website yang tidak ada nama pengarangnya, judul buku/ website ditulis sebagai sumber kutipan dan ditulis dalam cetak miring, diikuti dengan waktu penerbitan. “In 1991, with a total city area of 29,000 hectares (ha) divided into 19 districts, it is populated by approximately 2.7 million people, of which 2.5 million are permanent residents” (Surabaya in brief, 1992, p. 4).
Jika mengutip dari artikel surat kabar, majalah, jurnal yang tidak ada nama
pengarangnya, maka judul artikel ditulis sebagai sumber kutipan dan ditulis dalam tanda kutip, diikuti waktu penerbitannya. Dalam iklan ini sebuah momen yang menegangkan dibangun berdasarkaan sebuah botol Perrier di atas sebuah bukit. Suatu upaya filosofis untuk memperlihatkan ketinggian nilai dari produk yang menjadi objek iklan (“Kiat merebut emas di Cannes”, 2007, December).
i. Tidak ada waktu penerbitan
Jika tidak ada informasi mengenai waktu penerbitan, tuliskan n.d. untuk menggantikan waktu/tahun penerbitan. n.d. artinya no date. Berdasarkan hasil analisis data diketahui ternyata di antara kabupaten dan kota tingkat pengaruh dari variabel lingkungan, individu, dan komunikasi pemasaran lebih tinggi
(Muslichah, Wahyudin & Syamsuddin, n.d.).
j. Pengarang lembaga
The standard performance measures were used in evaluating the system. (United States Department of Transportation, Federal Aviation Administration, 1997).
k. Komunikasi pribadi
Komunikasi pribadi dapat berupa surat, memo, email, interview, telepon dan sebagainya. Jika mengutip dari hasil komunikasi pribadi, nama sumber ditulis secara lengkap (nama depan dan tengah inisial saja diikuti nama
keluarga/belakang). Karena data yang diberikan biasanya tidak dapat diperoleh kembali, maka data komunikasi pribadi tidak perlu dicantumkan pada daftar Referensi.
This information was verified a few days later (T.K. Lutes, personal communication, April 8, 2001).
l. Mengutip dari Website
Cara mengutip dari website sama dengan jika mengutip dari bahan cetak. Jika sumber memiliki pengarang dan nomor halaman, sebutkan seperti pada sumber tercetak. Jika tidak ada pengarang sebutkan judul websitenya dalam cetak miring. Jika tidak ada nomor halaman, sebutkan nomor bab (chapter), nomor gambar, tabel atau paragraf. Alamat website (URL) dan informasi lainnya dituliskan pada Daftar Referensi.
(Cheek & Buss, 1981, para. 1) (Shimamura, 1989, chap. 3)
I. Format MLA
1. Kutipan Tidak Langsung
Pada format MLA, kutipan tidak langsung dituliskan dalam kalimat/teks, dengan mencantumkan nama pengarang dan nomor halaman sumber kutipan. Contoh:
Endarmoko menjelaskan seni adalah kecakapan, ketrampilan, kapabilitas, kompetensi (582). Seni adalah kecakapan, ketrampilan, kapabilitas, kompetensi (Endarmoko 582).
2. Kutipan Langsung
Bentuk penulisan sumber kutipan pada kutipan langsung dalam format MLA sama dengan bentuk penulisan sumber pada kutipan tidak langsung. Yang membedakan adalah penulisan kalimat kutipan.
3. Kutipan Langsung Pendek
Jika kalimat yang dikutip sama dengan atau kurang dari 3 baris, kalimat kutipan ditulis dengan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
Contoh:
Menurut Moleong (322) “validitas internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi pada variable terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variabel bebas dapat dikontrol”. “Validitas internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variabel bebas dapat dikontrol” (Moleong 322).
4. Kutipan Langsung Panjang
Jika kalimat yang dikutip lebih dari 3 baris, kalimat kutipan ditulis pada paragraf tersendiri dengan jarak 1 cm dari margin kiri teks, dengan jarak antar baris 1,5 spasi.
Contoh:
Menurut Moleong, pemisahan/pemotongan (slicing) adalah: Proses
mengidentifikasikan kaitan secara formal di antara ketegori-kategori. Dalam hal ini analisis, memusatkan perhatiannya pada ketegori-sentral yang muncul dari analisis sebelumnya. Kemudian kita mencoba melihat rinciannya pada beberapa aspek dalam kategori seperti: bagaimanakah hal itu berbeda secara konseptual, bagaimana mereka terkait satu dengan lainnya, apakah hal-hal itu berada pada satu tingkatan atau tingkatan yang lebih tinggi atau lebih rendah?
1. Contoh Penulisan Kutipan dalam Format MLA
a. Lebih dari satu karya dengan pengarang yang sama
judul dalam cetak miring. Jika karya berupa artikel, penulisan judul dalam tanda kutip. When calculating the number of homeless animals in the United States, the author comically stated that "Maybe man would not overrun the planet, but his pet poodles and Siamese cats might" (Westin, Pethood 6). She then further stated that there are 50 million homeless animals in the country (Westin, "Planning" 10).
b. Pengarang dengan nama belakang sama
Jika mengutip dari karya dengan nama belakang pengarang yang sama dengan kutipan sebelumnya, maka nama depan pengarang perlu dicantumkan pada kutipan berikutnya.
At least 66,665 lions were killed between 1907 and 1978 in Canada and the United States (Kevin Hansen 58).
c. Mengutip dari beberapa karya
The dangers of mountain lions to humans have been well documented (Rychnovsky 40; Seidensticker 114; Williams 30).
d. Karya tanpa nomor halaman
Jika mengutip karya tanpa nomor halaman (biasanya mengutip dari website), maka nomor paragraph atau screen dituliskan sebagai pengganti nomor halaman. ………. (Smith, para. 4).
e. Karya dengan dua atau tiga orang pengarang
Menurut De Chiara dan Koppelman, tahapan waktu dari intensitas tata guna tanah pertumbuhan kota dalam suatu kurun waktu tertentu adalah salah satu dimensi yang paling nyata dari pola tata guna tanahnya (181).
Many of these team benefits generalize beyond Information Acceleration application (Lilien, Kotler, and Moorthy 172).
f. Karya dengan lebih 3 pengarang
The authors argued that ethnic groups are culturally-based social organizations in which members have multiple identities (Chazon et al. 105-6).
g. Buku tanpa nama pengarang
Jika karya berupa buku (non serial), judul buku dituliskan sebagai sumber kutipan dan ditulis dalam cetak miring.
Already several new security holes have been discovered and outlined in detail (NewHacker's 18).
h. Artikel tanpa nama pengarang
Jika mengutip dari artikel dari surat kabar, majalah, jurnal yang tidak ada nama pengarangnya, kata pertama dari judul artikel dituliskan sebagai sumber dengan diberi tanpa kutip di awal dan di akhir judul.
i. Mengutip dari kutipan
Jika mengutip dari publikasi yang juga mengutip, maka nama pengarang asli dicantumkan pada teks, sedangkan pengarang publikasi yang kita kutip ditulis pada akhir kutipan.
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dalam Moleong 280).
j. Karya yang terdiri dari beberapa volume
Between 1762 and 1796, the economy of imperial Russia experienced profound changes under Empress Catherine II (Spielvolgel, vol. 3).
k. Mengutip dari karya berjilid
Jika mengutip dari karya berjilid, sebutkan nomor jilid karya sebelum penulisan halaman.
According to Flint, Japanese women of the Tokugawa period had key roles and functions in the home (5: 139).
l. Pengarang lembaga
By 1992 it was apparent that the American health care system, though impressive in many ways, needed “to be fixed and perharps radically modified” (Public Agenda Foundation4).
m. Komunikasi personal/pribadi
A. P. French noted that the clarity of Rutherford's prose style is not often imitated in the writing of most contemporary physicists (personal conversation, 18 April 1994).
n. Jika ada kata/kalimat yang tidak ditulis/dihilangkan pada kutipan langsung
Jika pada penulisan kutipan langsung, terdapat bagian dari kalimat yang tidak ditulis (dihilangkan), maka tempat bagian yang dihilangkan diberi tanda ellipsis. In surveying various responses to plagues in the Middle Ages, Barbara W. Tuchman writes, “Medical thinking […] stressed air as the communicator of disease, ignoring sanitation or visible carriers” (101-02).
o. Mengutip ayat Al-Qur’an
Jika mengutip ayat Al-Qur’an, nama juz dituliskan diikuti oleh ayat tempat kalimat tersebut dikutip dan dipisahkan antara nama juz dan no. Ayat dengan tanda titik dua “:”.