Asuhan Keperawatan
Kumpulan Materi Referensi Keperawatan Anak, Jiwa, Medikal Bedah, Maternitas, Komuniitas
A. Defenisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg dikarenakan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
Penyebab
• Virus influenza tipe A
• Termasuk famili orthomyxoviridae • Dapat berubah ubah bentuk
• Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf diberdayakan sbg identifikasi kodesubtipe flu
burung yang banyak jenisnya
• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,sedangkan pada binatang H1H5
• Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr sub tipe A H5N1 • Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pd 0°C
• Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine
C. Manifestasi Klinik 1) Pada Unggas
Penularan dr unggas kemanusia jg tjd jika manusia tlh menghirup udara yg mengandung virus flu brng atau kontak langsung dgn unggas yg terinfeksi flu brngh
Penularan dari manusia kemanusia → belum ada bukti
1) Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) Mencuci tgn dgn desinfektan dan mandi sehabis bekerja
Membersihkan kotoran unggas setiap hari
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4) Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 100 mg 2 x sehari
Tindakan depkes
1) Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd manusia)
2) Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3) Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
4) Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov. Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125 5) Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing- masing
6) Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic
7) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan pemda dalam upaya penanggulangan flu burung
8) Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes , deptan, dan WHO. G. Pengobatan Pada Pasien Flu Burung
• Oksigenasi bila trdpt sesak napas
• Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
• Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
• Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 100 mg 2 x sehari
• Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd manusia)
• Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
• Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
• Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov. Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125 • Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing- masing
• Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic
• Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan pemda dalam upaya penanggulangan flu burung
• Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes , deptan, dan WHO PENGKAJIAN
a) Data Dasar Pengkajian Pasien
Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang, kelelahan, demam ringan Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri
Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB. Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada berkembang/berubah naik karena batuk berulang.
Integritas ego Tanda: gelisah
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang. Tanda : muka merah, sianotik
b) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sputum Pengelompokan Data
a) Data Subyektif
Pasien mengeluh batuk
Pasien mengeluh nyeri pada dadanya
Pasien mengeluh sesak
b) Data Obyektif
Suhu badan berkembang/berubah naik
Penurunan berat badan
Turgor kulit buruk
Mual-muntah
Nafsu makan hilang Pasien tampak gelisah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
Intervensi:
• Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
• Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan memanfaatkan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. • Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Intervensi:
• Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
• Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
• Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
• Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak. • Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.
• Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, minus dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan dispnea.
Intervensi:
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
• Auskultasi bunyi usus
• Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
• Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
• Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
• Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk. • Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
IMPLEMENTASI
Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang
Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
EVALUASI
Setelah melakukan implementasi diharapkan pasien mengalami perubahan yang diinginkn sesuai dengan intervensi yang dibuat.
Jika pasien tidak mengalami perubahan apapun segera kaji kembali intervensi dan kemudian buat intervensi yang baru.
Documents.tips
Login / Signup
Leadership
Technology Education Marketing
Design More Topics
Search
1. Home
2. Documents
3. BAB 3. Askep Flu Burung
BAB 3. Askep Flu Burung
by kurnia-juliarthion Oct 09, 2015
Report
Category:
Documents
Download: 6
Comment: 0
90
views
Share
Comments
Description
flu burung
Download BAB 3. Askep Flu Burung
Transcript
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Anamnesa Identitas pasien
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara anamnesa maupun melihat data kesehatan keluarga bila ada. Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Selain itu, kondisi lingkungan rumah juga mempengaruhi, apakah dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas. 3.1.3 Pengkajian Pola Gordon 1) Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Sebelum sakit: Bagaimana klien menjaga kesehatan? Bagaimana cara menjaga kesehatan? Saat sakit: Apakah klien tahu tentang penyakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul? Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? 2) Nutrisi metabolik Sebelum sakit: Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin? Saat sakit: Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan? Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? 3) Eliminasi Sebelum sakit: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri? Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada
pernapasan? Saat sakit: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri? 4) Aktivitas dan latihan Sebelum sakit: Apakah bisa
melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari? Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas? Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas? Saat sakit: Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian, total)? Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)? 5) Tidur dan istirahat Sebelum sakit: Apakah tidur klien terganggu? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ? Kebiasaan sebelum tidur? Saat sakit: Apakah tidur klien terganggu, penyebab? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ? Kebiasaan sebelum tidur? 6) Kognitif dan persepsi sensori Sebelum sakit: Bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)? Saat sakit: Bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah mengalami nyeri (PQRST)? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah merasa pusing? 7) Persepsi dan konsep diri Sebelum sakit: Bagaimana klien menggambarkan dirinya? Saat sakit: Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya? Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya? 8) Peran dan hubungan dengan sesama Sebelum sakit: Bagaimana hubungan klien dengan sesama? Saat sakit: Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)? Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan? 9) Reproduksi dan seksualitas Sebelum sakit: Apakah ada gangguan hubungan seksual klien? Saat sakit: Apakah ada gangguan hubungan seksual klien? 10)
Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Sebelum sakit: Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi? Saat sakit: Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu
mengatasi/mencari solusi? 11) Nilai dan kepercayaan Sebelum sakit: Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama? Saat sakit: Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan? Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut? Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
sistem integument. 7) Psikososial: gelisah, cemas. 8) Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit. 3.1.5 Analisa Data dan Masalah Data Fokus Problem Etiologi DS : Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Â Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 2) Pasien tampak batuk dan mengeluarkan sputum 3) Pasien tampak sesak dengan RR diatas 20 x/menit 4) PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg Bersihan jalan napas tidak efektif Peningkatan produksi sputum, penurunan energi, kelemahan. DS : Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Pasien tampak sesak dengan RR diatas 20 x/menit 2) PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg Gangguan pertukaran gas Perubahan membran alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. DS : 1) Pasien mengatakan badannya terasa panas 2) Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 3) Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO : 1) Suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C 2) Pada pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru Resiko tinggi penularan infeksi Perjalanan penyakit DS: 1) Pasien mengatakan nyeri di daerah persendian 2) Pasien mengatakan sakit kepala DO: 1) Pasien nampak lemah 2) Pasien tampak sesak dengan RR diatas 20 x/menit Intoleran aktifitas Kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 DS: 1) Pasien mengatakan badannya terasa panas 2) Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 3) Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas DO: 1) Suhu badan pasien meningkat diatas 380 C Nyeri inflamasi parenkim paru, batuk menetap DS: 1) Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya 2) Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare 3) Pasien mengatakan tidak nafsu makan DO: 1) BB menurun 2) Nyeri tekan pada perut Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia, distensi abdomen DS: 1) Pasien mengatakan badannya terasa panas 2) Pasien mengatakan tidak nafsu makan 3) Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare Resiko tinggi kekurangan volume cairan dengan kehilangan cairan berlebihan 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, penurunan energi,
kelemahan. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. 3. Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan proses penyakit. 4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan
alami 5. Cairan yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret 6. Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. 7. Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. 2. Dx: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Oksigenasi jaringan dengan AGD dalam batas normal 2) Tak ada distress pernafasan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan
bernapas. 2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis. 3. Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam. 4. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat kesadaran. 5. Berikan terapi O2 dengan benar. 6. Awasi AGD dan sturasi oksigen dengan pulse oksimeter. 1.
Manifestasi distress pernapasan tergantung padaderajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2. Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi, sianosis membran mukosa menunjukkan hipoksemia sistemik. 3. Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan O2. 4. Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia. 5. Mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. 6. Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru. 3. Dx: Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Tidak terdapat tanda-tanda penularan infeksi dari pasien ke pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan. 2) Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi. 1. Pantau ketat tanda-tanda vital, khususnya pada awal terapi. 2. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sputum. 3. Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
menggunakan APD. 1. Selama periode waktu ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi. 2. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder. 3. Organisme yang mudah menular dapat ditularkan melalui kontak langsung. Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transian lapisan luar kulit dan menurunkan
penyebaran/tambahan infeksi. 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas. 2) Tanda vital dalam rentang normal. 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan . 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. 3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur. 4. Bantu perawatan diri yang tidak dapat di lakukan pasien. 1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien. 2. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. 3. Tirah baring
dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk
diharapkan : 1) Menunjukkan peningkatan berat badan 2) Menunjukkan peningkatan nafsu makan 3) Makan habis 1 porsi 4) Tidak ada mual 1. Auskultasi bising usus. 2. Berikan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering. 3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat. 4. Berikan perawatan mulut. 5. timbang berat badan setiap hari. 1. Bising usus mungkin menurunkan bila proses infeksi berat. 2. Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan lambat untuk kembali. 3. Mengurangi rasa mual. 4. Menghilangkan rasa tidak enak dan bau mulut. 5. Mengetahui
perkembangan status nutrisi 7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berlebihan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan : 1) Membran mukosa lembab 2) Tugor kulit baik 3) Pengisian kapiler kurang dari 3 detik 4) Tanda-tanda vital stabil 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam. 2. Kaji tugor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir dan lidah). 3. Kaji adanya mual/muntah. 4. Tingkatkan pemasukan cairan minimal 2500 ml/sesuai kondisi pasien. 5. Pantau intake dan output cairan 1. Peningkatan suhu atau demam meningkat laju metabolic melalui evaporasi. 2. Merupakan indicator langsung keadekuatan volume cairan. 3. Adanya gejala ini menurunkan masuknya oral. 4. Menurunkan resiko dehidrasi. 3.4