BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Menopause
1.1. Defenisi
Menurut Wahyunita (2010), kata menopause berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara” yang secara linguistik lebih
tepat disebut “menocease”. Secara medis istilah menopause mengandung arti
berhentinya masa menstruasi dikarenakan penurunan fungsi organ-organ
kewanitaan seorang wanita.
1.2. Usia menopause
Wanita yang memilki berat badan yang rendah, wanita multipara, wanita
yang merokok, dan pajanan terhadap bahan toksik (seperti kemoterapi)
menyebabkan menopause terjadi lebih dini. Menurut Wahyunita (2010), seorang
wanita dianggap memasuki menopause jika wanita tersebut tidak mengalami
menstruasi lagi dalam kurun waktu 12 bulan tanpa disertai intervensi tertentu.
Tidak ada perhitungan yang tepat mengenai usia pastinya seorang wanita akan
mengalami menopause, hal ini tergantung dari setiap individu. Rata-rata wanita
1.3. Fisiologi menopause
Setiap wanita lahir dengan folikel dalam jumlah tertentu yang berkurang
melalui ovulasi dan jika terjadi atresia. Ketika jumlah folikel menurun, estrogen
dan progesterone yang diproduksi ovarium menurun sebagai respon terhadap FSH
(folikel-stimulating-hormone) yang dikeluarkan hipofisis, sampai lama-kelamaan
tidak terjadi lonjakan LH (luteinizing hormone). Selama siklus tanpa ovulasi
selanjutnya, hipofisis meningkatkan produksi FSH sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi estrogen. Kadar LH juga ikut meningkat. Siklus ini dapat
memanjang dan haid menjadi lebih ringan. Siklus menjadi lebih sering tanpa
ovulasi dan tidak teratur, dengan perdarahan per vaginam terjadi pada akhir fase
luteal yang tidak adekuat atau setelah kadar estradiol mencapai puncak tanpa
ovulasi atau terbentuk korpus leteum. Lonjakan estrogen dapat menyebabkan haid
lebih banyak dan pembesaran fibroid uterus. Hormon-hormon terus berfluktuasi
dengan cara ini selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Setelah kurang
lebih 400 kali ovulasi, kapasitas reproduksi menjadi aus, dan terjadilah
menopause.
Ovarium terus memproduksi sedikit estrogen. Prekursor hormon
androstenedion diubah menjadi estrone, suatu bentuk estrogen, dalam sel-sel
lemak. Estron (E1) adalah estrogen dominan pascamenopause. Estriol (E3)
merupakan estrogen yang secara biologis lemah, yang dihasilkan dari metabolism
estron. Ovarium terus memproduksi testosterone dalam jumlah hanya sedikit lebih
kecil daripada yang diproduksi selama masa reproduksi, dan kemudian dalam
Sekitar 75% wanita mengalami gejala menopause. Dua puluh lima persen
hingga tiga puluh persen wanita berkonsultasi dengan pemberi layanan kesehatan
tentang gejala-gejala ini. Kadar FSH dan LH digunakan secara klinis untuk
memastikan awitan menopause. Kadar maksimumnya dicapai 1-2 tahun setelah
menopause yang alami dan tetap meningkat selama 10-15 tahun. Menopause
akibat pembedahan terjadi jika ovarium diangkat atau jika kegagalan ovarium
terjadi setelah histerektomi sebagai akibat gangguan aliran darah di dalam
ovarium. Setelah menopause karena pembedahan, kadar FSH dan LH meningkat
dalam 20-30 hari.
Apabila estrogen berkurang, aliran darah ke saluran reproduksi dan
saluran kemih ikut menurun. Aktivitas mitosis pada epitel berkurang, dan di
dinding vagina, produksi sel-sel epitel vagina superficial secara bertahap
berkurang, mengakibatkan dinding vagina memendek, sempit, dan rapuh. pH
meningkat, jumlah laktobasili menurun, dan ketahanan terhadap vaginitis
menurun. Kandung kemih dan jaringan uretra atropi, mengakibatkan peningkatan
jarak antara urine dan saraf sensoris. Peningkatan frekuensi berkemih, disuria,
nokturia, dan inkontinensia urgensi dapat timbul sebagai akibatnya. Muara uretra
dan muara vagina bersama-sama bergerak mendekat dan dengan pH yang lebih
mendasar, risiko infeksi saluran kemih (ISK) meningkat. Sintesis kolagen, yang
juga distimulasi oleh estrogen, menurun. Inkontinensia stress dan prolaps organ
1.4. Periode menopause dalam fase klimakterium
Klimakterium adalah periode kehidupan seorang wanita saat ia berpindah
dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif, disertai regresi fungsi ovarium
(Bobak, 2004).
Masa klimakterium menurut Manuaba (2009), dimulai dari fase
pramenopause yaitu ketika terjadi penurunan estrogen, meningkatnya hormon
gonadotropin, gangguan keseimbangan hormon (menstruasi tidak teratur,
menstruasi anovulatoir [haid tanpa ovulasi], hanya terdapat rangsangan estrogen,
menimbulkan gejala psikologis [takut tua, takut tidak menarik, emosi labil, cepat
marah, sering marah, sering sedih, sukar tidur] dan kardiovaskular (hot flushes
[terasa panas pada pipi, wajah, dan tengkuk], sering berdebar, dan kulit terasa
kering dan panas).
Selanjutnya di ikuti fase menopause yaitu periode disaat terjadi haid
terakhir atau saat menstruasi terakhir, tenggang waktu sekitar 1 sampai 2 tahun.
Fese yang ketiga adalah pascamenopause yaitu ketika keadaan masih
terdapat kegoncangan hormonal, masih ada gejala klinis berkelanjutan dari
premenopause. Diakhiri fase senium yaitu keadaan keseimbangan hormonal
tercapai sehingga wanita tidak mengalami kegoncangan psikologis. Gangguan
organik dapat terjadi berupa kulit terasa kering, epitel vagina tipis yang
menimbulkan dispareunia, mudah infeksi sistisis senilis, atau vagininitis senilis,
1.5. Gejala menopause
Sindrom klimakterium terjadi bila keluhan karena penurunan estrogen
dengan gejala psikosomatik dan kardiovaskuler. Menurut Morgan (2009), gejala
klimakterium dimulai dengan perubahan dalam menstruasi seperti siklus
menstruasi sering kali tidak menghasilkan sel telur, perdarahan tiba-tiba yang
disertai bercak selama hari ke-19 sampai ke-25 dapat terjadi, diikuti oleh
menstruasi pada waktu rutin. Lebih 60% ibu mengalami menstruasi yang jarang
dan siklus yang berlompatan dan sebagian besar ibu mengalami perdarahan yang
sebentar dan sedikit disertai bekuan dan rasa kram.
Peningkatan tanda dan gejala IMS yaitu seperti bengkak,
ketidaknyamanan panggul, sakit kepala, iritabilitas dan perubahan mood.
Gangguan Vasomotor (hot flushes, berkeringat di malam hari) terjadi pada 45%
wanita. Sebesar 25% wanita mengalami rasa panas lebih dari 5 tahun, 2%
mengalami sepanjang hidup. Hot flushes yang terjadi selama tidur menimbulkan
keringat berlebihan. Perubahan kulit seperti penipisan dan penurunan lapisan
lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut, hirsutisme ringan di wajah.
Masalah psikologis, sosial, dan seksual seperti depresi dan perubahan
mood disebabkan oleh perubahan hormon dan insomnia merupakan hal yang
sering dialami.
Sikap sosial , latar belakang kebudayaan, keluarga, dan perasaan pribadi
semuanya direfleksikan pada respon wanita terhadap menopause. Keinginan
2. Kesiapan menghadapi menopause
2.1.Defenisi kesiapan
Kesiapan berasal dari kata “siap” mendapat awalan ke- dan akhiran –an.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003) kesiapan adalah suatu keadaan
bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu. Kesiapan seorang perempuan
menghadapi masa menopause akan sangat membantu dalam menjalani masa
menopause ini dengan lebih baik.
Menurut Chaplin (2005) kesiapan (readiness) adalah tingkat
perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan dalam
mempraktikkan sesuatu. Dapat juga diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk
mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu
keadaan ibu untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik
secara fisik maupun mental atau psikologisnya.
2.2.Kesiapan menghadapi menopause
Menurut Manuaba (2004), wanita yang tidak siap menghadapi menopause
akan mengalami: menurunnya kemampuan berfikir dan ingatan, gangguan emosi
berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar
tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional
dan spontan, merasa tertekan dan sedih tampa diketahui sebabnya. Rasa takut
kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Wanita menopause juga akan
mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada
ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang
sifatnya alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang
lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika diimbangi oleh informasi
atau pengetahuan yang cukup, sehingga ibu lebih siap baik siap secara fisik,
mental, dan spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada masa
sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada masa yang akan datang (Kasdu,
2002).
Menopause merupakan proses alamiah yang terjadi pada semua
perempuan, namun efek sampingnya banyak mempengaruhi keharmonisan rumah
tangga apabila tidak siap menghadapinya. Masa perubahan ini akan dapat dilalui
dengan baik, tanpa gangguan yang berarti, jika wanita tersebut mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang muncul. Faktor penentu apakah
wanita tersebut siap dengan datangnya masa menopause ini ada di tangan wanita
itu sendiri. Di sini faktor pengetahuan mengenai menopause sangat berpengaruh
dalam menghadapi masa tersebut (Kusmiran, 2011).
Menurut Morgan (2009), masa premenopause bukan sesuatu yang harus
ditakuti, jika para wanita yang memiliki umur senja mengetahui dengan benar
proses menopause, sehingga bisa lebih siap menghadapi segala kemungkinan.
Sehingga diperlukan kesiapan dalam menghadapi masa menopause. Secara umum
melalui wawancara yang efektif dan pendidikan tentang masa menopause
diharapkan para wanita akan lebih tabah menghadapi. Kesiapan seorang wanita
menghadapi masa menopause akan sangat membantu ia menjalani masa ini
dengan lebih baik. Mengacu beberapa pendapat diatas, kesiapan wanita mengatasi
untuk mengatasi keluhan menopause yang sedang dihadapinya sehingga wanita
menopause tersebut dapat menjalani masa menopause dengan nyaman tampa
merasa keluhan menopause tersebut sebagai sesuatu yang mengganggu.
Berdasarkan Kasdu (2002) terdapat beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan ketika wanita hendak memasuki masa menopause antara lain:
2.2.1. Mengkonsumsi makanan bergizi
Beberapa nutrisi yang disarankan untuk dikonsumsi wanita yang
akan menghadapi menopause diantaranya adalah: (1) Kalsium, asupan
kalsium yang cukup (1200 sampai 1500 mg perhari) dapat membantu
menurunkan risiko osteoporosis serta mengurangi keluhan hot flushes.
Kalsium dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari
yang mengandung kalsium misalnya sayuran hijau yang segar, makanan
atau sari buah yang mengandung kalsium tinggi dan susu. (2) Vitamin D,
diperlukan untuk membantu proses penyerapan kalsium. Sumber vitamin
D dijumpai pada sinar matahari dan sejumlah makanan misalnya susu,
hati, keju, yogurt dan ikan tuna. (3) Asam lemak omega 3 dan asam folat,
berguna untuk mengurangi keluhan depresi. Sumber makanan dari
sayuran berwarna hijau, jus jeruk, dan produk susu yang banyak
mengandung asam omega 3 dan asam folat. (4) Zat besi, berperan dalam
mencegah osteoporosis dan diperlukan pada pembentukan kolagen yaitu
protein berserat yang merupakan komponen penting untuk tulang. Zat
besi didapatkan dari daging, hati sapi dan ayam, tiram, kerang, cokelat,
jalar. (5) Antioksidan, zat yang menghambat proses oksidasi atau reaksi
kimia yang melibatkan oksigen atau peroksida. Yang termasuk
antioksidan utama adalah vitamin A, C dan E. Vitamin A terdapat pada
kuning telur, hati, susu, mentega, sayuran waran hijau, tomat, kol serta
selada. Vitamin C dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayuran hijau,
seperti brokoli dan bayam serta buah segar berwarna kuning/merah
seperti jambu klutuk/biji, jeruk, tomat, dan anggur. Mengkonsumsi
vitamin E selain dapat mengurangi gejala menopause juga sebagai suatu
upaya untuk mencegah penurunan daya ingat. Vitamin E diperoleh dari
ubi jalar, kacang-kacangan, sayur, buah, red clover dan black cohosh
(Yuliastutik, 2013).
2.2.2. Menghindarkan stress
Salah satu cara untuk menghindarkan stress adalah dengan
membiasakan gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat
membebani pikiran. Hal ini penting untuk mengatasi dampak psikologis
akibat menopause. Wanita yang memasuki menopause, sebagian besar
merasa tidak sempurna lagi sebagai wanita. Kondisi ini sering
menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan tidak diatasi akan
berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan
berumah tangga dan sosial seorang wanita. Kemampuan seseorang untuk
mengatasi dampak menopause (stres, ketegangan, dan takut menjadi tua)
berbeda-beda, ada yang mampu dan ada yang berkepanjangan. Dalam hal
menopause, yaitu: Rehabilitasi fisik, dapat dilakukan dengan olahraga
yang teratur, stabilitas kejiwaan/ mental-emosional, dapat berkonsultasi
pada dokter atau psikiater, dimana akan diberikan terapi berupa
obat-obatan (anti depresi atau anti cemas dan lain sebagainya) atau dapat juga
dengan psikoterapi (termasuk psikoterapi keagamaan): untuk
memulihkan rasa kepercayaan diri, harga diri, tahu arti hidup yang
berguna (meaningful life). Teknik relaksasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan sendiri oleh individu untuk mengurangi stress,
kekalutan emosi dan bahkan dapat mereduksi pelbagai
gangguan-gangguan fisiologis dalam Tuhan. Teknik manajemen stress yang baik,
yang tidak hanya memberikan perasaan damai atau ketenangan di dalam
diri individu, teknik ini juga dapat menjadi sebuah hobby yang positif
bila dilakukan secara rutin. Melakukan Teknik relaksasi sangat
menguntungkan terutama bagi wanita yang mengalami sindrome pre
menopause karena dengan ini dapt memberikan perasaan tenang dan
terhindar dari rasa panik. Beberapa teknik relaksasi yang dapat mencegah
terjadinya sindrom menopause, diantaranya: (1) Yoga, salah satu cara
meditasi yang menenangkan pikiran. Dengan melakukan pada saat pre
menopause dapat mengurangi kecemasan dan membuat tubuh menjadi
lebih rileks. Manfaat dari melakukan yoga adalah mencegah
osteoporosis, melancarkan peredaran darah, melindungi jantung, menjaga
memori, menurunkan berat badan, menurunkan gula darah dan kolesterol
gangguan fisik yang dapat menggangu ketenangan jiwa, jadi teknik
meditasi sangat berguna untuk memberikan ketenangan jiwa. Gerakan
meditasi dapat dilakukan dengan bersila dan memejamkan mata
mendengarkan alam sekitar serta melakukan nafas dalam.
2.2.3. Menghentikan kebiasaan merokok, minum kopi, dan minuman
beralkohol
Merokok dapat merusak kesehatan seseorang, selain itu merokok
juga akan merusak kecantikan. Asap nikotin dapat membuat kulit wajah
kering dan kusam. Bibir dan gusi menghitam, bahkan kuku dan jemari
akan kehilangan keindahannya karena kandungan nikotin yang dipegang
setiap hari. Merokok juga dapat mempercepat terjadinya sindrom
menopause karena penelitian membuktikan bahwa wanita yang merokok
mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah daripada wanita yang tidak
merokok. Konsumsi kopi secara berlebihan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit
tidur), gugup, tremor (tangan bergemetar), bahkan mual sampai
muntah-muntah. Minuman kopi juga berbahaya bagi penderita hipertensi karena
senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Kopi
juga bisa meningkatakan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi
urin bertambah. Mengkonsumsi kopi terlalu banyak dapat mengurangi
kesuburan wanita dan jika dikombinasikan dengan alkohol. Bagi wanita
resiko keroposan tulang (osteoporosis). Dan penggunaan alkohol dalam
proses ekstraksi menghasilkan kadar isoflavon yang rendah.
2.2.4. Olahraga secara teratur
Meski menopuase adalah sesuatu yang alami, menurut Melani
dalam Varney (2007), untuk mencegah berbagai keluhan yang mungkin
terjadi di masa menopause yang disebabkan oleh kekurangan hormon
estrogen, adalah pengaturan menu makanan yang tepat sedini mungkin,
selain itu olahraga juga dapat mengatasi keluhan menopause, Olahraga
yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan olahraga produksi
endorphine dalam otak meningkat, kondisi ini dapat memelihara
keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen ke otakpun meningkat,
sehingga ketegangan otot dan berbagai gangguan fisik berkurang.
Olahraga juga dapat menyehatkan jantung dan tulang, mengatur berat
badan, menyegarkan tubuh dan dapat memperbaiki suasana hati,
sehingga stres dan depresi akibat menopause dapat diatasi. Olahraga
yang teratur merupakan hal, olahraga juga sudah terbukti bisa mencegah
penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga mengusir stres.
Olahraga yang dianjurkan yaitu menggunakan beban tubuh untuk
bergerak, seperti jalan kaki atau jalan santai. Dengan melakukan paling
sedikit 3 kali dalam seminggu minimal 30 menit sekali latihan. Untuk
yang baru memulai, lakukan secara perlahan. Di mulai dengan jalan kaki
ringan selama 20 menit tiga kali dalam seminggu.
Masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi
pada setiap wanita, salah satu yang dapat dilakukan untuk
mempersiapakan diri menghadapi menopause adalah mendapatkan
informasi yang benar. Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa cara
antara lain membaca buku yang berkaitan dengan menopause, melakukan
kujungan rutin ke petugas kesehatan mengatasi keluhan yang menggangu
kenyamanan seseorang yang disebabkan oleh gejala-gejala yang akan
menghadapi menopause terutama jika gaya hidup yang memunculkan
Menurut Suryani (2010), persiapan secara psikologis pada wanita
yang akan menghadapi menopause:
a. Dukungan informatif, seperti:
1. Adanya memberikan konseling bahwa berhentinya haid
adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua
wanita.
2. Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa
menerima status quo (keadaan dirinya pada saat ini) dan
diharapkan dapat memahami apa yang sedang terjadi pada
dirinya.
3. Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan
lapang dada.
4. Memberikan nasehat agar selalu mengkomunikasikan setiap
masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.
5. Memberikan nasehat pada wanita tersebut untuk mencari tahu
lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,
elektronik dan lain-lain.
6. Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.
7. Dengan cara mendekatkan diri pada kekuatan supranatural
contohnya ibadah teratur.
8. Memberikan contoh-contoh pengalaman positif tentang
wanita menopause.
10.Memberikan latihan penanganan stress.
11.Memberikan nasihat untuk konsulatsi ke dokter obygn atau
psikolog bila perlu.
12.Memberi nasihat agar aktifitas yang dilakukan dapat
mengarah ke hal-hal yang positif misalnya: mengikut
kegiatan sosial, banyak berkumpul dengan keluarga dan cucu,
berolahraga, menghadiri seminar atau ceramah, membaca
berita, rekreasi dan lain-lain.
13.Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau
bakat misalnya, melukis dan lain-lain.
b. Dukungan emosional
1. Mempunyai perasan empati terhadap hal yang dialami oleh
wanita menopause.
2. Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam
memahami kondisi isterinya.
3. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita
tersebut.
4. Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang,
harmonis, dan saling pengertian
c. Dukungan penghargaan
1. Memberikan penghormatan (rasa hormat) kepada wanita
tersebut sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
2. Memberikan dorongan/support kepada wanita tersebut
sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
d. Dukungan instrumental
1. Memberikan bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan
oleh wanita menopause (yang dilakukan oleh keluarga,
teman, dan lain-lain).
2. Memberikan bantuan materi terhadap apa yang dibutuhkan