Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 32 HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI BIDAN PRAKTEK SWASTA TRI ERRY BOYOLALI
Lina Wahyu Susanti
Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta
ABSTRAK
Kontrasepsi suntik merupakan alternatif yang banyak diminati karena penggunaannya yang sangat mudah dan praktis. Kontrasepsi suntik yang banyak diminati adalah suntik 3 bulan (DMPA) yang diberikan tiap 3 bulan sekali secara intramuscular. DMPA mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, tetapi mempunyai efek samping kejadian amenorhoe pada penggunaan dalam jangka waktu yang lama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di BPS Tri Erry dengan menyebar kuesioner kepada 30 akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yang datang ke BPS Tri Erry, Boyolali.
Hasil dari penelitian didapatkan X² hitung (30,000) > X² tabel (3,841), yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting. Berdasarkan koefisien kontingensi sebesar 0,707 dapat dikatakan bahwa kekuatan hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian amenorhoe termasuk tinggi. Kata Kunci : Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 bulan, Kejadian Spotting
PENDAHULUAN
Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat internasional. Metode kontrasepsi juga mengalami perkembangan yang cukup banyak. Metode kontrasepsi tersebut
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 33 Method), yang termasuk metode ini
adalah suntik, pil kontrasepsi dan kondom, dan metode KB alami yang mengikuti siklus haid (Manuaba, 2010).
Beberapa metode KB yang ada di Indonesia, metode KB suntik yang paling populer digunakan. Menurut penelitian The National Social and Economic Survey akseptor suntik mencapai 21,1 % (3.312 akseptor) dari total jumlah akseptor KB aktif dengan cara kontrasepsi modern (15.701 akseptor), yang populer dipakai adalah Depoprovera 150 mg dan Noristerat 200 mg (Octasari, 2012). Pada tahun 2002 – 2003, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pemakaian metode kontrasepsi suntik 49,1 % (7733 akseptor), pil 23,2 % (3654 akseptor), IUD 11,0 % (1732 akseptor), implan atau susuk 7,6 % (1197 akseptor), MOW 6,5 % (1023 akseptor), kondom 1,6 % (252 akseptor), MOP 0,7 % (110 akseptor). Berdasarkan data diatas kontrasepsi suntik menduduki peringkat teratas karena keefektifan kontrasepsi suntik mencapai 90% sampai 100% dalam mencegah kehamilan (BKKBN, 2006). Di provinsi Jawa Tengah
akseptor kontrasepsi suntik mencapai 68,92 % dan sisanya menggunakan kontrasepsi lain (Natalia, 2014). Meskipun banyak akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan karena keefektifannya tetapi ada beberapa efek samping yang akan terjadi pada akseptor. Efek samping yang terjadi yaitu spotting sebanyak 68,6 %, kenaikan berat badan sebanyak 19,1 %, sakit kepala sebanyak 21,3 % (Octasari, 2012).
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 34 dialami akseptor. Berdasarkan data di
atas efek samping yang sering terjadi dan paling mengganggu adalah gangguan haid.
Beberapa gangguan haid yang terjadi adalah spotting, amenorhoe, polimenorhoe, oligomenorhoe dan metrorargi. Tetapi gangguan haid yang sering terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan adalah spotting yaitu perdarahan sedikit – sedikit berupa bercak atau flek di antara siklus memstruasi. Efek samping ini dipandang sebagai kekurangan oleh banyak wanita yang menganggap bahwa perdarahan yang teratur merupakan suatu tanda kesehatan dan menggunakan haid sebagai indikator bahwa mereka tidak hamil (Manuaba, 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional di BPS Tri
Erry. Populasi dalam penelitian ini adalah 175 akseptor kontasepsi suntik Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental samplin, sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden.pengumpulan data menggunakan kusioner yang bersifat tertutup. Sebelum kuesioner dibagikan, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pengujian validitas menggunakan product moment (Azwar, 2005) dari 14 soal yang dinyatakan tidak valid hanya 1 soal. Dengan demikian 13 item soal dinyatakan.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 35 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
Tabel 1. Lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
Responden dengan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun adalah 19 responden (63,3 %) sedangkan responden dengan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan kurang atau sama dengan 1 tahun adalah 11 responden (36,7%). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah reponden terbanyak adalah responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan lebih dari 1 tahun.
Kejadian Spotting Tabel 2. Kejadian spotting
Berdasarkan data dari tabel 5.2 dapat diambil kesimpulan bahwa akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yang datang ke BPS Tri Erry dan yang mengalami spotting lebih lebih sedikit karena penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan yang baru 3 kali suntik atau akseptor baru. Akseptor yang tidak mengalami haid sama sekali atau amenorhoe lebih banyak karena lebih lama menggunakan kontrsepsi suntik 3 bulan.
Lama
penggunaan Jumlah Persentase
1 tahun 19 Responden 63,3
1 tahun 11 Responden 36,7
Jumlah 30 Responden 100
Kejadian Jumlah Persentase Tidak
mengalami haid 19 63,3 Spotting 11 36,7
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 36 Lama penggunaan kontrasepsi suntik
3 bulan dengan kejadian Spotting Tabel 3. Tabel silang Lama Penggunaan Kontrasepsi 3 Bulan dengan Kejadian Spotting
Kejadian Spotting
Lama Penggunaan KB Suntik 3 bulan ≤ 1 tahun > 1
tahun Jumlah Jumlah Jumlah
Ya 11 0 11
Tidak 0 19 19
Total 11 19 30
Dari tabel silang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian spotting terjadi saat pemakaian alat kontrasepsi suntik 3 bulan kurang dari 1 tahun atau sama dengan 1 tahun dan semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan maka akan cenderung tidak mengalami haid sama sekali (amenorhoe).
Pembahasan
Ada 3 dimensi hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian amenorhoe yang
diteliti yaitu ada tidaknya hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan dan bentuk atau arah hubungan.
Kriteria pengambilan kesimpulan dengan tingkat ketelitian 0,05 maka nilai X² tabel untuk pengujian dari chi square adalah sebesar 3,841 pengambilan kesimpulan dilakukan dengan aturan H0 diterima apabila X² hitung X² tabel dan Ha diterima apabila X² hitung X² tabel. Dimana Ho adalah “ tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian amenorhoe “ dan Ha adalah ” terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting”.
Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh X² hitung (30,000) X² tabel (3,841) maka Ha diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 37 antara lama penggunaan kontrasepsi
suntik 3 bulan dan kejadian amenorhoe diukur dengan koefisien kontingensi. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien kontingensi sebesar 0,707 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian spotting termasuk tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Hormon progesterone yang ada di dalam kontrasepsi suntik 3 bulan terhadap endometrium menyebabkan sekretorik, hal inilah yang menyebabkan terjadinya spotting pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan.
Semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan maka tidak akan mengalami spotting lagi tetapi akan cenderung tidak akan mengalami menstruasi
Saran
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberi perhatian khusus kepada
akseptor KB baru dan memberi konseling tentang keuntungan serta kerugian alat kontrasepsi sehingga akseptor bisa memilih sendiri alat kontresepsi yang akan digunakannya.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti efek samping yang lain dari pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan.
Bagi akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan diharapkan mampu memahami efek samping penggunaan kontrasepsi dan mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang efek samping yang mungkin terjadi kepada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S, 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Azwar. S, 2005. Dasar-dasar
Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BKKBN. 2006. Kesehatan Reproduksi Menuju Keluarga Berkualitas. Manuaba. I. G. B, 2010. Memahami
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 38 Natalia, C. 2014. Hubungan
Pengetahuan dengan
Kepatuhan Ibu Pengguna Kontrasepsi Suntik Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan
Wanena Manado.
http://www.ejournal.unsrat.ac.i d/index.php/jkp/.
Notoadmojo. S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta