KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan Nomor: ST-359A/PP.2/2010 tanggal 13 Desember 2010 tentang Penyusunan kembali Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II, Sdr. Marlinda Sopha, ditunjuk untuk menyusun kembali/memutakhirkan modul Manajemen Kepegawaian Negara.
Penunjukan ini sangat beralasan karena penyusun memiliki pengalaman mengajar cukup lama yang memungkinkan penyusun memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II.
Hasil Penyusunan modul ini telah dipresentasikan di hadapan para Widyaiswara serta pejabat struktural terkait di lingkungan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Kementerian Keuangan.
Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II, namun mengingat modul Dinamika Kelompok sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, maka penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.
Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat,
Ttd.
Tony Rooswiyanto
DAFTAR ISI
Hlm.
KATA PENGANTAR KEPALA PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA . i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi
PETA KONSEP ... vii
1. PENDAHULUAN... 1
1.1. Deskripsi Singkat ... 1
1.2. Prasyarat Kompetensi ... 1
1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 2
1.4. Relevansi Modul ... 2
2. KEGIATAN BELAJAR 1 : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, BEBERAPA ISTILAH DI BIDANG KEPEGAWAIAN, KEDUDUKAN, KEWAJIBAN, LARANGAN DAN HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL... 3
Indikator Keberhasilan ... 3
2.1. Uraian dan Contoh ... 3
2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 3
2.1.2. Beberapa Istilah Di Bidang Kepegawaian ... 4
2.1.3. Kedudukan, Kewajiban, Larangan, dan Hak Pegawai Negeri Sipil ... 7 2.1.2.1. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil... 7
2.1.2.2. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil ... 7
2.1.2.3. Larangan Bagi Pegawai Negeri Sipil ... 8
2.1.2.3. Hak Pegawai Negeri Sipil ... 9
A. Gaji ... 9
B. Cuti ... 11
C. Pengobatan, Perawatan, dan Rehabilitasi ... 14
D. Tunjangan Cacat ... 15
E. Uang Duka Tewas dan Biaya Pemakaman ... 16
F. Uang Duka wafat ... 16
G. Pensiun ... 16
H. Tunjangan Tambahan Penghasilan ... 16
2.2. Latihan 1 ... 17
2.3. Rangkuman 1... ... 17
2.4. Tes Formatif 1 ... 18
2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 20
3. KEGIATAN BELAJAR 2 FORMASI, PENGADAAN, DAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL... 21
Indikator Keberhasilan ... 21
3.1. Uraian dan Contoh ... 21
3.1.1. Formasi Pegawai Negeri Sipil ... 21
3.1.1.1. Dasar Penyusunan Formasi ... 22
3.1.1.2. Jenis Formasi ... 22
3.1.1.3. Penetapan Formasi PNS ... 23
3.1.2. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ... 23
3.1.2.1. Pengumuman ... 23
3.1.2.4. Penyaringan ... 24
3.1.2.5. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil... 24
3.1.2.6. Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil ... 26
3.1.2.7. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Menjadi Pegawai Negeri Sipil ... 27 3.1.3. Pengujian Kesehatan ... 27
3.1.3.1. Yang Berwenang Mengajukan Permintaan Pengujian Kesehatan ... 28
3.1.3.2. Yang Berwenang Menguji Kesehatan Calon/Pegawai Negeri Sipil ... 28
3.1.3.3. Hasil Pengujian Kesehatan ... 28
3.1.3.4. Pengajuan Keberatan ... 29
3.1.4. Pengangkatan Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil ... 29
3.1.4.1. Pejabat Yang Mengangkat Sumpah/Janji ... 29
3.1.4.2. Tata Cara Pengambilan Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil ... 29
3.1.4.3. Pegawai Negeri Sipil Yang Berkeberatan Mengangkat Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil 29 3.2. Latihan 2 ... 30
3.3. Rangkuman 2 ... 30
3.4. Tes Formatif 2 ... 30
3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 33
4. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 34
Indikator Keberhasilan ... 34
4.1. Uraian dan Contoh ... 34
4.1.1. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil ... 35
4.1.1.1. Sistem Karier ... 35
4.1.1.2. Sistem Prestasi Kerja ... 35
4.1.1.3. Pola Mutasi Jabatan Karier di Kementerian Keuangan ... 36
4.1.2. Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil ... 37
4.1.2.1. Tujuan dan Sasaran Pendidikan dan Pelatihan 37 4.1.2.2. Jenis Pendidikan dan Pelatihan ... 37
4.1.2.3. Tugas Belajar di Lingkungan Kementerian Keuangan ... 38
4.1.3. Penghargaan Pegawai Negeri Sipil... 39
4.1.3.1. Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil ... 39
4.1.3.1.1. Kenaikan Pangkat Reguler ... 40
4.1.3.1.2. Kenaikan Pangkat Pilihan ... 40
4.1.3.1.3. Kenaikan Pangkat Pengabdian ... 45
4.1.3.1.4. Kenaikan Pangkat Anumerta ... ... 45
4.1.3.2. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural ... 46
4.1.3.2.1. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Dari Jabatan Struktural ... 46
Dalam Jabatan ... 48
4.1.3.5. Tanda Kehormatan Satya Lancana Karya Satya .. 49
4.1.4. Penerapan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 50
4.1.4.1. Hukuman Disiplin ... 50
4.1.4.2. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin ... 50
4.1.4.3 Pelanggaran dan Jenis Hukuman ... 51
4.1.4.4 Pejabat Yang Berwenang Menghukum ... 55
4.1.4.5 Kewajiban Menghukum ... 56
4.1.4.6 Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin ... 56
4.1.4.7 Upaya Administratif ... 57
4.1.5. Izin Perkawinan dan Perceraian ... 57
4.1.6. Penilaian Pegawai Negeri Sipil ... 60
4.1.6.1. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ... 60
4.1.6.2. Evaluasi dan Penilaian Kinerja Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan 62 4.1.6.3. Peringkat Kepangkatan Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) ... 63
4.1.7. Tata Usaha Kepegawaian ... 63
4.2. Latihan 3... 64
4.3. Rangkuman 3 ... 64
4.4. Tes Formatif 3 ... 65
4.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 68
5. KEGIATAN BELAJAR 4 PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 69
Indikator Keberhasilan ... 69
5.1. Uraian dan Contoh ... 69
5.1.1. Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil ... 69
5.1.2. Pemberhentian Dari Jabatan Negeri ... 74
5.1.3. Pemberhentian Sementara ... 74
5.1.4. Uang Tunggu ... 74
5.1.5 Pensiun... 75
5.1.5.1. Pensiun Pegawai ... 75
5.1.5.2. Pensiun Janda/Duda ... 77
5.1.6 Asuransi Sosial dan Pemeliharaan Kesehatan ... 79
5.1.6.1. Potongan Gaji ... 79
5.1.6.2. Asuransi Sosial ... 79
5.1.6.3. Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil Beserta Penerima Pensiun dan Anggota keluarganya ... 79
5.2. Latihan 4 ... 81
5.3. Rangkuman 4 ... 81
5.4. Tes Formatif 4 ... 82
5.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 84
TES SUMATIF ... ... 85
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ... 91
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF... ... 92
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF... ... 92
Tabel Hlm.
1. Perbedaan dan Persamaan Penggunaan Cuti Besar dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara Untuk Persalinan Anak Ke-empat dst...
21
2. Golongan Ruang Dalam Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil ... 39
3. Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil ... 41
4. Pangkat Dalam Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ... 42
5. Periode Waktu Berlakunya Hukuman Disiplin ... 60
6. Kenaikan Pangkat Tertinggi Pada Kenaikan Pangkat Reguler ... 61
7. Eselon dan Jenjang Pangkat Terendah dan Tertinggi ... 62
8. Kenaikan Pangkat Bagi PNS Yang Memperoleh STTB/Ijazah Lebih Tinggi ... 65
9. Kenaikan Pangkat Bagi PNS Departemen Keuangan Melalui UPKP ... 66
10. Penyesuaian Kenaikan Pangkat/Golongan Bagi PNS Yang Melaksanakan Tugas Belajar ... 67 11. Kenaikan Pangkat Pengabdian ... 69
12. Pangkat/Golongan Ruang Pegawai Yang Dapat Diangkat Sebagai Pelaksana Tugas di Lingkungan Kementerian Keuangan ... 73 13. Contoh Jabatan Fungsional Keahlian dan Keterampilan ... 74
14. Para Pihak Yang Terlibat Dalam Penilaian ... 96
15. Angka dan Sebutan Nilai Pelaksanaan Pekerjaan ... 96
16. Jenis dan Alasan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ... 109
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hlm. 1. Kegiatan Belajar ... 22. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia ... 7
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan tujuan pelaksanaan diklat dan sasaran dari penggunaan modul ini, harus ditunjang oleh fitur/isi modul yang lengkap, integral, informatif, keilmuan, dan terkini (up to-date). Tujuan tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatanpembelajaran harus didukung dengan partisipasi aktif dari peserta Diklat Prajabatan Golongan II.
Sebaiknya Saudara telah membaca modul secara keseluruhan sebelum dilakukannya tatap muka. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal dan sesuai harapan, sebaiknya Saudara membaca modul halaman demi halaman, dengan baik dan cermat, karena penyusunan modul ini disesuaikan dengan sekuen atau urutan prioritas pengetahuan yang harus diketahui. Walaupun tidak selalu harus berurutan, namun jika dibaca berurutan akan lebih memudahkan untuk pemahaman.
Bagian pertama yang dapat Saudara baca adalah Peta Konsep. Mengapa harus membaca Peta Konsep terlebih dahulu ? Karena Peta Konsep, sesuai dengan namanya, akan memetakan arah dan tujuan kemana Saudara akan menuju. Terkait dengan mata diklat ini, Saudara akan memahami topik dan sub topik apa saja yang akan Saudara pelajari, untuk selanjutnya Saudara dapat memetakannya dalam fikiran Saudara. Hal tersebut akan memudahkan kita untuk mencari, mengingat, dan memahami topik dan sub topik dalam mata diklat ini.
Untuk dapat mengukur kemampuan Saudara memahami isi modul, sebaiknya Saudara kerjakan latihan dan tes formatif yang ada pada setiap Kegiatan Belajar, yang dilanjutkan dengan mengerjakan Tes Sumatif pada akhir modul. Lakukan perhitungan nilai agar Saudara dapat memperoleh umpan balik dari pembelajaran.
1. Pendahuluan
1 . 1. D E SK RI P S I SI N GK A T
Landasan hukum yang berkaitan dengan kepegawaian adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Sebagai tindak lanjut untuk memberdayakan sumber daya manusia yang optimal, Kementerian Keuangan menerbitkan beberapa peraturan tersendiri di bidang kepegawaian yang diberlakukan pada instansi di lingkungan Kementerian Keuangan yang
disesuaikan dengan perubahan organisasi saat ini.
Saat ini Anda sudah diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS). Sebagai CPNS Anda tentu harus memahami peraturan di bidang kepegawaian sehingga Anda mengetahui kedudukan, kewajiban, larangan dan hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta pembinaan PNS, sehingga dapat melaksanakan tugas sebagai aparatur pemerintahan yang bertanggung jawab.
Manajemen Kepegawaian Negara adalah upaya-upaya untuk meningkatkan efektifitas, efiensi, dan derajat profesionalisme penyelenggara tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian.
Manajemen Kepegawaian Negara dalam modul ini dilaksanakan melalui penyusunan formasi, pengadaan pegawai, pengujian kesehatan, pengangkatan CPNS menjadi PNS, pemberian hak-hak, kenaikan pangkat, pengangkatan PNS dalam jabatan struktural, sumpah/janji PNS/jabatan, penilaian pelaksanaan pekerjaan, penyusunan daftar urut kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, penerapan peraturan disiplin, izin perkawinan dan perceraian serta pemberhentian dan pensiun. Pengelolaan sumber daya manusia pada instansi pemerintah tersebut perlu mengimplementasikan konsep fungsi manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) pada setiap aktivitasnya, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, karena manusia merupakan sumber daya terpenting pada organisasi. Oleh karena itu secara khusus setiap organisasi juga harus memahami dan mengimplementasikan manajemen sumber daya manusia yang terbaik.
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan beberapa peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian tersebut menuntut adanya penyempurnaan Modul Manajemen Kepegawaian Negara yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti Diklat Prajabatan Golongan II di lingkungan Kementerian Keuangan.
Modul ini terdiri dari 4 (empat) Kegiatan Belajar sebagai berikut : Gambar 1. Kegiatan Belajar
1 . 2. P R A S Y A R AT KO M PET E N S I
Diklat Prajabatan Golongan II merupakan diklat prasyarat untuk pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil. Persyaratan secara administratif maupun kompetensi harus dipenuhi
1.
M A N A J E M E N S U M B E R D A Y A M A N U S I A , B E B E R A P A I S T I L A H D I B I D A N G K E P E G A W A I A N , K E D U D U K A N , K E W A J I B A N ,L A R A N G A N , D A N H A K P E G A W A I N E G E R I S I P I L .
2.
F O R M A S I , P E N G A D A A N , D A N P E N G A N G K A T A NP E G A W A I N E G E R I S I P I L
3.
P E M B I N A A N P E G A W A I N E G E R I S I P I L4.
P E M B E R H E N T I A N D A N P E N S I U N P E G A W A IN E G E R I S I P I L
oleh CPNS. Kompetensi sesuai dengan kompetensi yang diperlukan bagi pegawai golongan II, yaitu memahami ketentuan kepegawaian yang berkaitan dengan hak dan kewajiban PNS, memahami peraturan kepegawaian yang berlaku pada organisasi kementeriannya, dan telah
memahami dan melakukan kegiatan kepegawaian dalam statusnya sebagai CPNS, memahami tentang organisasi kementeriannya dan aktivitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
1 . 3. S T A N D A R K O M PET E N S I D A N K OM PE T E N S I D A SA R
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Standar KompetensiDengan mempelajari modul Manajemen Kepegawaian Negara ini peserta diharapkan dapat memahami pokok-pokok kepegawaian yang mencakup kedudukan, kewajiban, hak, dan
manajemen Pegawai Negeri Sipil dan beberapa peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang berlaku.
b. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul Manajemen Kepegawaian Negara ini peserta mampu : 1). Memahami gambaran umum manajemen sumber daya manusia.
2). Menjelaskan tentang beberapa istilah penting dalam kepegawaian. 3). Memahami kedudukan, kewajiban, larangan, dan hak PNS.
4). Menyebutkan dan memahami tentang hak-hak dan kesejahteraan PNS yang mencakup gaji; cuti; pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi PNS yang tertimpa kecelakaan dalam dan karena dinas; tunjangan cacat bagi PNS yang menderita cacat jasmani/rohani; uang duka tewas dan biaya pemakaman bagi PNS yang tewas; uang duka wafat PNS; dan tunjangan tambahan penghasilan. 5). Memahami tentang pengertian formasi dan penetapan formasi PNS; pengadaan PNS; pengangkatan
dan pemberhentian Calon PNS; dan pengangkatan PNS. 6). Menjelaskan tentang pengujian kesehatan PNS. 7). Menjelaskan tentang pengangkatan sumpah/janji PNS. 8). Memahami tentang sistem pembinaan PNS.
9). Menjelaskan dan mendefinisikan tentang sistem karier dan sistem prestasi kerja. 10). Menjelaskan dan menyebutkan tentang kenaikan pangkat PNS.
11). Menjelaskan tentang pengangkatan dan pemberhentian PNS Dalam Jabatan Struktural.
12). Memahami tentang pengangkatan pelaksana tugas dalam jabatan struktural di lingkungan Kementerian Keuangan.
13). Menjelaskan tentang pengangkatan dalam jabatan fungsional. 14). Menjelaskan tentang pendidikan dan pelatihan PNS.
15). Menjelaskan tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dan evaluasi dan penilaian kinerja pemangku jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian Keuangan.
16). Menjelaskan tentang Daftar Urut Kepangkatan (DUK). 17). Memahami dan menerapkan peraturan disiplin PNS. 18). Memahami tentang izin perkawinan dan perceraian PNS.
19). Menjelaskan dan memahami tentang pemberhentian dan pensiun PNS.
1 . 4. R E L EV A NS I MO D U L
Dengan membaca modul ini diharapkan peserta dapat memahami pengetahuan tentang kepegawaian negara (PNS) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Modul yang memuat beberapa pokok permasalahan di bidang kepegawaian ini diharapkan dapat memotivasi dan membangkitkan semangat belajar bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan II, sehingga lebih memahami tentang kepegawaian di instansinya dan lebih siap dalam menjalankan kewajibannya sebagai PNS, khususnya dalam menghadapi ujian pada diklat Prajabatan Golongan II. Modul ini disamping sebagai dasar pembinaan PNS juga perlu dipahami peserta diklat agar dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dan penyelesaian permasalahan kepegawaian.
2. Kegiatan Belajar Satu
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, BEBERAPA ISTILAH DI
BIDANG KEPEGAWAIAN, SERTA KEDUDUKAN, KEWAJIBAN,
LARANGAN, DAN HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL
2 . 1. U R AI A N D A N CO NT O H
Pegawai Negeri Sipil sebagai sumber daya manusia pada lembaga pemerintah harus diatur atau dikelola dengan baik. Oleh karena itu pengaturan PNS juga mengikuti prinsip-prinsip manajemen sumber daya manusia yang berlaku secara umum pada organisasi. Peraturan kepegawaian PNS juga disesuaikan dengan prinsip manajemen sumber daya manusia, sehingga pelaksanaannya akan dapat optimal, efektif, efisien, memenuhi kepuasan kerja organisasi dan individu, dengan harapan produktivitas kerja tinggi dan bermanfaat secara maksimal.
Landasan hukum pengaturan kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang masih berlaku adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Beberapa pasal dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 yang tidak diubah dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dinyatakan masih berlaku.
Sebagai langkah awal untuk memahami lebih lanjut tentang manajemen kepegawaian negara, maka perlu dipahami terlebih dahulu prinsip manajemen sumber daya manusia. Setelah itu kita akan bahas beberapa pengertian istilah-istilah dan pengertian di bidang kepegawaian. Dalam kegiatan belajar 1 ini akan diuraikan mengenai manajemen sumber daya manusia, beberapa istilah di bidang kepegawaian, kedudukan, kewajiban, larangan, serta hak Pegawai Negeri Sipil.
2.1.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Menurut pakar manajemen Dessler (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, yang sering disingkat MSDM, adalah proses memperoleh, melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada pegawai, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan masalah keadilan. MSDM merupakan kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian.
Aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam organisasi terfokus pada pengelolaan pegawai sebagai aset terpenting organisasi, yang menurut Dessler setidaknya mencakup :
Melakukan analisis pekerjaan (menentukan pekerjaan setiap pegawai).
Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon pegawai.
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu memahami gambaran umum manajemen sumber daya manusia. 2. Mampu memahami beberapa istilah penting dalam kepegawaian. 3. Mampu menjelaskan kedudukan PNS.
4. Mampu menjelaskan kewajiban dan larangan PNS.
5. Mampu menjelaskan tentang gaji, sistem penggajian, kenaikan gaji berkala, kenaikan gaji istimewa, dan penundaan kenaikan gaji berkala. 6. Mampu menjelaskan tentang cuti PNS.
7. Mampu menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi PNS.
8. Mampu menjelaskan tentang tunjangan cacat bagi PNS.
9. Mampu menjelaskan tentang uang duka tewas dan biaya pemakaman PNS yang tewas.
10. Mampu menjelaskan tentang besarnya uang duka wafat PNS. 11. Mampu menjelaskan arti pensiun Pegawai Negeri Sipil.
Memilih calon pegawai.
Mengorientasikan dan melatih pegawai baru.
Mengatur upah dan gaji (memberikan kompensasi kepada pegawai).
Memberikan insentif dan keuntungan.
Menilai prestasi.
Berkomunikasi (mewawancarai, memberikan konseling, memberikan disiplin).
Melatih dan mengembangkan para manajer.
Membangun komitmen pegawai.
Adapun menurut Stephen P. Robbins (2009), proses manajemen sumber daya manusia terdiri dari delapan kegiatan untuk mengisi pegawai dalam organisasi dan mempertahankan kinerja pegawai yang tinggi sebagai berikut :
Gambar 2. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Beberapa kegiatan dalam proses manajemen sumber daya manusia yang telah digambarkan di atas telah dituangkan dalam peraturan tentang kepegawaian negara. Sebelumnya kita pahami terlebih dahulu beberapa istilah yang berkaitan dengan kepegawaian Pegawai Negeri.
2.1.2. BEBERAPA ISTILAH DI BIDANG KEPEGAWAIAN NEGARA
Beberapa istilah di bidang kepegawaian negara yang tercantum pada peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
a. Kepegawaian
Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 disebutkan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri sipil. Pada Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 istilah pembinaan Pegawai Negeri Sipil
diperluas menjadi manajemen Pegawai Negeri Sipil, yang di dalamnya mencakup pembinaan Pegawai Negeri Sipil.
b. Pegawai Negeri
Berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri terdiri dari :
1). Pegawai Negeri Sipil, selanjutnya disebut PNS; 2). Anggota Tentara Nasional Indonesia;
3). Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil dibedakan menjadi :
1). PNS Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah provinsi/kabupaten/kota, contoh PNS Kementerian Keuangan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke disebut PNS Pusat.
2). PNS Daerah yang PNS gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, contoh PNS Pemda DKI Jakarta.
Disamping pegawai negeri sebagaimana dimaksud di atas, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.
c. Pejabat Yang Berwenang
Pejabat Yang Berwenang berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 adalah pejabat yang memiliki kewenangan untuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam pasal 25 undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 disebutkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS dilakukan oleh Presiden, dalam beberapa hal dapat didelegasikan kepada pejabat di bawahnya.
d. Pejabat Pembina Kepegawaian
Banyaknya jumlah PNS di seluruh Indonesia dan untuk keperluan administratif serta pembinaan PNS dengan lebih terfokus, menyebabkan Presiden mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pimpinan departemen/lembaga pemerintah non departemen/kesekretariatan lembaga tinggi Negara/daerah propinsi/daerah kabupaten/ daerah kota yang diberi delegasi sebagian wewenang Presiden untuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS di lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pejabat Pembina Kepegawaian dibedakan menjadi :
1). Pejabat Pembina kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Lain yang dipimpin oleh pejabat strutural eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen.
2). Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi adalah Gubernur.
1). Presiden dan Wakil Presiden
2). Ketua, wakil ketua dan anggota MPR 3). Ketua, wakil ketua dan anggota DPR
4). Ketua, wakil ketua, ketua muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung serta ketua, wakil ketua dan hakim pada semua Badan Peradilan
5). Ketua, wakil ketua dan anggota BPK
6). Menteri dan semua jabatan setingkat menteri
7). Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh 8). Gubernur dan Wakil Gubernur
9). Bupati dan wakil Bupati 10). Walikota dan Wakil Walikota
11). Pejabat lainnya yang ditentukan oleh presiden e. Pejabat Negara
Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan amandemennya dan pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. Berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 pejabat negara terdiri dari :
Kedudukan, kewajiban, dan hak pejabat negara tidak sama dengan pegawai negeri karena ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya berbeda.
f. Pejabat yang berwajib
Pejabat Yang Berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, contohnya anggota POLRI dan Jaksa.
g. Jabatan Negeri
Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan, contohnya Jabatan Menteri, Gubernur/Bupati/Waikota, pegawai desa, dan jabatan-jabatan dalam pegawai negeri.
h. Jabatan Karier
Jabatan Karier adalah jabatan struktural dan jabatan fungsional yang hanya dapat diduduki PNS setelah memenuhi syarat yang ditentukan, contohnya Sekretaris Jenderal dan Widyaiswara.
i. Jabatan Organik
Jabatan organik berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.
j. Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Manajemen Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian. Kebijaksanaan manajemen PNS berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
PNS yang diperbantukan di Luar Instansi Induk adalah PNS yang bekerja di instansi lain karena diperbantukan dan gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan, sedangkan pembinaan kepegawaiannya dilakukan oleh instansi PNS berasal.
l. PNS yang Dipekerjakan di Luar Instansi Induk
PNS yang dipekerjakan di Luar Instansi Induk adalah PNS yang bekerja di instansi lain karena dipekerjakan dan penggajiannya serta pembinaan kepegawaiannya dilakukan oleh instansi PNS berasal.
2.1.3. KEDUDUKAN, KEWAJIBAN, LARANGAN, DAN HAK PNS
Kedudukan, kewajiban, larangan, dan hak Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
2.1.3.1. KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Pegawai Negeri, termasuk di dalamnya Pegawai Negeri Sipil, memegang peranan penting dalam pemerintahan, dimana kedudukannya adalah sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Dalam kedudukan dan tugas tersebut Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitas dan menghindari konflik kepentingan maka PNS dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai politik. Apabila PNS menjadi anggota/atau pengurus partai politik akan diberhentikan sebagai PNS.
2.1.3.2. KEWAJIBAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Berdasarkan penggabungan dari beberapa peraturan kepegawaian, kewajiban Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :
a. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor
43 Tahun 1999 pasal 4,5, dan 6, kewajiban Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara adalah sebagai berikut :
1). Setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
2). Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab;
3). Menyimpan rahasia jabatan, dan pegawai negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah yang berwajib atas kuasa undang-undang.
b. Menurut Pasal 26 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 mengangkat sumpah/janji PNS adalah
kewajiban PNS.
c. Menurut pasal 27 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 mengangkat sumpah/janji jabatan negeri
adalah kewajiban PNS. Setiap PNS yang diangkat untuk memangku sesuatu jabatan tertentu wajib mengangkat sumpah/janji jabatan negeri.
d. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 PNS wajib mematuhi ketentuan ijin perkawinan dan perceraian PNS.
e. Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, kewajiban PNS adalah sebagai berikut :
1). mengucapkan sumpah/janji PNS;
2). mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3). setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
K E D U D U K A N P N S
4). melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
5). menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
6). mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau
golongan;
7). memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;
8). bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;
9). melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
10). masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 11). mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
12). menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; 13). memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
14). membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
15). memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan 16). menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
2.1.3.3. LARANGAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ditentukan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS yaitu :
1). menyalahgunakan wewenang;
2). menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3). tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4). bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;
5). memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6). melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7). memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8). menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9). bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10). melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; 11). menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12). memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13). memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14). memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
15). memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
2.1.3.4. HAK PEGAWAI NEGERI SIPIL
Keseimbangan antara kewajiban dan hak PNS dilakukan untuk menjamin kepuasan kerja para pegawai sehingga termotivasi memberikan yang terbaik dengan hasil akhir adalah meningkatnya produktivitas kerja yang optimal bagi organisasi.
Hak-hak PNS tersebut diberikan setelah dipenuhi kewajiban yang diberikannya kepada organisasi dan negara sesuai ketentuan yang berlaku. Hak-hak yang diberikan tersebut adalah sebuah upaya pemberian kompensasi atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan.
Berdasarkan pasal 7,8,9, dan 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, hak–hak PNS adalah sebagai berikut:
a. memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; b. memperoleh cuti apabila telah memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku;
c. memperoleh perawatan bagi PNS yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
d. memperoleh tunjangan cacat bagi PNS yang menderita cacat baik jasmani dan atau rohani sebagai akibat dari kecelakaan yang menimpanya pada saat dan karena menjalankan tugas kewajibannya; e. memperoleh uang duka tewas atau uang duka wafat bagi ahli waris yang keluarganya tewas atau
meninggal dunia.
f. memperoleh pensiun bagi PNS yang telah memenuhi syarat-syarat pensiun.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980, kepada janda/duda PNS atau janda/duda pensiunan PNS mendapatkan hak tunjangan tambahan penghasilan. Penjelasan mengenai hak PNS yang berkaitan dengan kesejahteraan PNS tersebut dijelaskan sebagai berikut :
A. GAJI
Berdasarkan pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, gaji merupakan hak PNS. Gaji PNS dimaksudkan untuk dapat me nghidupi PNS beserta keluarganya
dengan layak sehingga PNS dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan. Setiap PNS berhak atas gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gaji yang diterima oleh PNS harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Gaji PNS dibayar atas dasar gaji pokok sesuai pangkat dan masa kerja golongannya.
Dalam rangka memberikan dan meningkatkan kesejahteraan pegawai, Pemerintah telah berulangkali memperbaiki struktur pokok gaji Pegawai Negeri termasuk pensiunan PNS, dan yang terakhir melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2010.
Gaji yang diterima PNS terdiri dari gaji pokok, ditambah tunjangan pangan dan tunjangan keluarga (bagi PNS yang telah berkeluarga). Besarnya tunjangan pangan adalah sepuluh kilogram beras tiap orang.
H A K P N S
Tunjangan pangan bagi PNS yang telah berkeluarga sebanyak-banyaknya hanya 40 kg beras yang terdiri dari 10 kg untuk dirinya, 10 kg untuk isteri/suami dan 20 kg untuk dua orang anak.
Tunjangan keluarga terdiri atas tunjangan isteri/suami sebesar 10% dari gaji pokok dan tunjangan anak 2% dari gaji pokok untuk setiap anak dan sebanyak-banyaknya dua orang anak. Tunjangan anak berlaku sampai dengan anak berusia 21 tahun (bagi yang tidak kuliah) dan 25 tahun bagi anak yang kuliah, dengan ketentuan anak tersebut belum menikah, belum mempunyai penghasilan sendiri, dan tidak mendapat beasiswa. PNS yang menduduki jabatan struktural/jabatan fungsional selain gaji diberikan tunjangan jabatan struktural/tunjangan jabatan fungsional.
Gaji PNS dibayar setiap tanggal 1 bulan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas dari tanggal 1 sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan atau dengan kata lain PNS dibayar dulu baru bekerja.
Gaji pokok untuk Calon PNS adalah sebesar 80% dari gaji pokok yang diperuntukkan untuk PNS. Sedangkan bagi Calon PNS yang telah berkeluarga berlaku ketentuan tersebut di atas. Gaji Calon PNS dibayarkan pada bulan secara nyata calon PNS tersebut melaksanakan tugasnya dan
dibuktikan dengan surat pernyataan melaksanakan tugas dari pejabat yang berwenang.
1). Sistem Penggajian
Sistem penggajian PNS terdiri atas tiga sistem yaitu : a. Sistem skala tunggal
Gaji PNS dibayar berdasar masa kerja golongan dan pangkat, tanpa memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan tugas.
b. Sistem skala ganda
Gaji PNS dibayar berdasarkan masa kerja golongan, pangkat, dan sifat pekerjaan yang dilakukan serta tanggungjawab yang dipikul dalam melaksanakan tugas.
c. Sistem skala gabungan
Gaji PNS dibayar berdasarkan masa kerja golongan dan pangkat, dan bagi PNS yang melakukan tugas lebih besar serta memikul tanggung jawab yang berat diberikan tunjangan. Sistem penggajian PNS yang digunakan saat ini adalah sistem skala gabungan.
2). Kenaikan Gaji Berkala
Kepada PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diberikan kenaikan gaji berkala apabila telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu sebagai berikut :
a. telah mencapai masa kerja 2 tahun;
b. penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata sekurang-kurangnya cukup.
Pemberian kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan dari Kepala Kantor yang bersangkutan atas nama pejabat yang berwenang. Pemberian kenaikan gaji berkala tersebut diterbitkan 2 bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku.
3). Kenaikan Gaji Istimewa
Kepada PNS yang menurut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dengan menunjukkan nilai “Amat Baik” dapat diberikan kenaikan gaji istimewa sebagai penghargaan dengan
memajukan saat kenaikan gaji berkala yang akan datang, dan saat-saat kenaikan gaji
selanjutnya dalam pangkat yang dijabatnya pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu. Pemberian gaji istimewa memerlukan pertimbangan yang seksama disertai dengan bukti fisik dan ditetapkan dengan keputusan Menteri atau Pimpinan Lembaga yang bersangkutan. Kenaikan gaji istimewa hanya dalam pangkat yang dijabat oleh PNS yang bersangkutan pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu.
4). Penundaan Kenaikan Gaji Berkala
Pemberian kenaikan gaji berkala seorang PNS dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun dengan alasan melakukan pelanggaran disiplin dan dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan
sesuai peraturan yang berlaku. Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.
B. CUTI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976, cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan cuti adalah dalam rangka usaha menjamin kesegaran jasmani dan rohani PNS setelah bekerja selama jangka waktu tertentu.
Sebagian besar cuti adalah hak PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila ada kepentingan dinas mendesak. PNS yang akan menjalankan cuti harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti secara hierarkhi. Cuti diberikan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti secara tertulis dan dicatat dalam Kartu Cuti. Jenis cuti yang menjadi hak PNS adalah cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, dan cuti karena alasan penting, sedangkan cuti di luar tanggungan negara bukan hak PNS. Cuti diluar tanggungan negara diberikan atas kebijaksanaan pejabat yang berwenang. Untuk lebih memahami jenis cuti tersebut pada bagian ini juga ikut dijelaskan.
Jenis-jenis cuti PNS adalah sebagai berikut :
a. Cuti Tahunan
1). PNS/CPNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 tahun secara terus menerus berhak atas cuti
tahunan. Lamanya adalah 12 (dua belas) hari kerja. Jangka waktu cuti ini dapat dipecah-pecah menjadi beberapa kali cuti, tetapi tidak boleh kurang dari 3 hari kerja.
2). Cuti tahunan yang tidak diambil pada tahun yang bersangkutan dapat diambil pada tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
3). Cuti tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun, dapat diambil dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan.
4). Cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit perhubungannya, jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas)
hari termasuk hari libur. Ketentuan ini tidak berlaku bagi cuti tahunan yang diambil kurang dari 12 (dua belas) hari kerja.
5). Cuti tahunan hanya dapat ditunda selama-lamanya satu tahun. Cuti tahunan yang ditunda pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat diambil selama-lamanya 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan tahun yang sedang berjalan.
6). Jika dalam waktu bersamaan PNS mengambil cuti tahunan, maka hanya diperkenankan 5% dari pegawai yang ada boleh cuti, agar pekerjaan tidak terganggu.
b. Cuti Besar
1). Setiap PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak
atas cuti besar selama 3 (tiga) bulan termasuk cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. Jika telah mengambil cuti tahunan, maka lamanya cuti besar dikurangi lamanya cuti tahunan.
2). Apabila kepentingan dinas mendesak, maka pelaksanaan cuti besar dapat ditangguhkan untuk paling lama 2 (dua) tahun. Wak tu penangguhan dihitung penuh untuk perhitungan hak atas cuti besar berikutnya.
3). Selama cuti besar berhak atas gaji secara penuh, kecuali tunjangan jabatan. Untuk PNS yang Cuti Tahunan Cuti Besar Cuti Sakit
Cuti Bersalin Cuti Karena Alasan Penting
Cuti diLuar Tanggungan
Negara
C U T I
memegang jabatan struktural maupun fungsional apabila mengambil cuti besar tunjangan jabatan tidak dibayarkan.
4). PNS yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti besar yang menjadi haknya hapus.
5). Cuti besar dapat digunakan oleh PNS yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban agama, misalnya menunaikan ibadah haji.
6). Jangka waktu cuti besar tidak dapat disambung dengan jangka waktu cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan/ pelaksanaannya ditangguhkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Cuti Sakit
1). PNS yang menderita sakit satu hari atau dua hari harus memberitahukan kepada atasannya baik
secara tertulis maupun lisan/ telepon/perantara orang lain.
2). PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari harus
mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter. 3). PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari harus mengajukan permintaan cuti sakit
secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah atau swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Cuti sakit tersebut diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter pemerintah atau dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. 4). PNS yang telah menderita sakit selama 1 tahun 6 bulan dan belum sembuh dari penyakitnya,
harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan tersebut PNS yang bersangkutan :
a) Belum sembuh dari penyakitnya tetapi ada harapan untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS,
maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
b) Belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada harapan lagi untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
5). PNS wanita yang mengalami gugur kandung berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1,5 bulan.
6). PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewaijbannya (kecelakaan
dinas) yang mengakibatkan PNS tersebut perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sampai sembuh dari penyakitnya.
7). Kepada PNS yang menjalani cuti sakit berhak atas gaji penuh dan bagi PNS yang menduduki jabatan, tunjangan jabatan tetap dibayarkan selama belum ada keputusan pemberhentian dari jabatannya.
d. Cuti Bersalin
1). Untuk persalinan pertama, kedua dan ketiga PNS wanita berhak atas cuti bersalin. Persalinan pertama yang dimaksud adalah persalinan pertama sejak yang bersangkutan menjadi PNS. 2). Lamanya cuti bersalin adalah 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah persalinan, apabila
seorang PNS wanita yang mengambil cuti bersalin 2 minggu sebelum persalinan, maka haknya sesudah persalinan tetap 2 bulan.
3). Selama menjalankan cuti bersalin berhak atas gaji penuh termasuk tunjangan jabatan (bagi PNS
wanita yang menduduki jabatan).
4). PNS wanita yang akan bersalin untuk keempat kalinya dan seterusnya apabila masih mempunyai
hak cuti besar, dapat menggunakan cuti besar tersebut sebagai cuti persalinan, dan apabila tidak ada hak cuti besar dapat mempergunakan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan dan lamanya 3 bulan.
5). Selama menjalankan cuti bersalin hak cuti tahunan tidak hapus.
6). Perbedaan dan persamaan penggunaan cuti besar dan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan seterusnya adalah :
C U T I S A K I T
Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Penggunaan Cuti Besar dan Cuti Di Luar Tanggungan Negara Untuk
1. Gaji Berhak atas gaji Tidak berhak atas gaji
2. Tunjangan Jabatan Tidak berhak Tidak berhak
3. Masa Kerja
Negara Tidak perlu ijin BKN Tidak perlu ijin BKN
5.
6. Lamanya Cuti 3 (tiga) bulan 3 (tiga) bulan
7). Calon PNS belum berhak atas cuti bersalin, akan tetapi apabila yang bersangkutan akan melakukan persalinan tidak boleh ditolak dan agar difasilitasi.
e. Cuti Karena Alasan Penting
PNS berhak atas cuti karena alasan penting untuk paling lama 2 bulan, apabila :
1). ibu, bapak, isteri/suami, anak, kakak, adik, mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia;
2). PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia;
3). melangsungkan perkawinan yang pertama.
Selama menjalankan cuti karena alasan penting PNS yang bersangkutan menerima gaji penuh.
f. Cuti di Luar Tanggungan Negara
1). Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus karena
alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara, contohnya mengikuti suami yang bertugas di luar negeri.
2). Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 tahun. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk memperpanjang.
3). Cuti di luar tanggungan negara bukan hak, oleh sebab itu permintaan cuti di luar tanggungan negara dapat dikabulkan atau ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.
4). Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang memberikan cuti, setelah mendapat persetujuan Kepala BKN, demikian juga perpanjangan cuti tersebut melalui proses yang sama.
5). PNS yang menjalankan cuti di luar tanggungan negara dibebaskan dari jabatannya, dan jabatan yang lowong itu dengan segera dapat diisi.
6). Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara PNS yang bersangkutan tidak berhak
menerima penghasilan dari negara dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS untuk kenaikan gaji, pangkat, pensiun.
7). PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara wajib melaporkan diri secara
tertulis kepada pimpinan instansi induknya.
8). Pimpinan yang telah menerima laporan tersebut berkewajiban :
a). Menempatkan dan mempekerjakan kembali apabila ada lowongan
b). Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi melaporkan kepada Kepala BKN untuk kemungkinan ditempatkan di instansi lain.
c). Apabila penempatan di instansi lain tidak mungkin, maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan tenaga dengan diberi hak uang tunggu berdasar peraturan yang berlaku.
d). Penempatan kembali PNS yang selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dilakukan dengan keputusan pejabat yang berwenang memberikan cuti di luar tanggungan negara setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
e). PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada pimpinan instansi setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. 9). Khusus bagi cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan seterusnya, berlaku
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a). Permintaan cuti tersebut tidak dapat ditolak.
b). PNS yang bersangkutan tidak dibebaskan dari jabatannya. c). Cuti tersebut tidak memerlukan persetujuan Kepala BKN. d). Lamanya cuti tersebut sama dengan lamanya cuti bersalin.
e). Selama menjalankan cuti tersebut tidak menerima penghasilan dari negara dan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
PNS yang sedang menjalankan cuti tahunan, cuti karena alasan penting, dan cuti besar dapat dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas mendesak, dan sisa cuti yang belum dijalankan itu tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan. Segala macam cuti yang akan dijalankan di luar negeri hanya dapat diberikan oleh pimpinan instansi.
C. PENGOBATAN, PERAWATAN DAN REHABILITASI
Dalam melaksanakan tugas kewajiban, PNS tidak luput dari kemungkinan menghadapi risiko seperti kecelakaan yang mengakibatkan sakit, cacat, meninggal dunia atau tewas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1981, PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita sakit karena dinas berhak memperoleh pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi atas biaya negara. Berikut disampaikan pengertian kecelakaan karena dinas, sakit karena dinas, dan cacat karena dinas yaitu : 1). Kecelakaan karena dinas adalah kecelakaan yang terjadi :
a) dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban;
b) dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga kecelakaan itu disamakan
dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
c) karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab atau sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu;
2). Sakit karena dinas adalah sakit yang diderita akibat langsung dari kecelakaaan karena dinas;
3). Cacat adalah kelainan jasmani atau rohani karena kecelakaan yang sifatnya sedemikian
rupa sehingga kelainan tersebut menimbulkan gangguan untuk melakukan pekerjaan;
4). Cacat karena dinas adalah cacat yang disebabkan oleh kecelakaan karena dinas atau sakit karena dinas.
Adapun prosedur pemberian pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi adalah sebagai berikut : 1). Pada dasarnya PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau sakit karena dinas mendapat
pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi dilakukan secara hierarkhi yaitu dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang terdapat di kecamatan.
2). Apabila pada suatu kecamatan tidak terdapat Puskesmas atau apabila Puskesmas tidak memiliki peralatan untuk pengobatan, perawatan atau rehabilitasi yang diperlukan, maka PNS tersebut diobati, dirawat atau direhabilitasi pada rumah sakit pemerintah yang terdekat.
3). Jika tidak ada Rumah Sakit pemerintah yang terdekat maka diobati pada rumah sakit swasta terdekat
PENGOBATAN, PERAWATAN,
untuk pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi.
4). Biaya perjalanan PNS yang sakit tersebut ditanggung oleh negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5). Apabila PNS mengalami kecelakaan karena dinas atau sakit karena dinas memerlukan pengobatan, perawatan lebih lanjut ke luar negeri maka maka terlebih dahulu PNS yang bersangkutan diajukan/diperiksa oleh Tim Khusus Penguji Kesehatan. Berdasarkan keterangan/pertimbangan dari Tim Khusus Penguji Kesehatan bahwa PNS memerlukan pengobatan di luar negeri, maka Menteri Kesehatan menetapkan keputusan pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi bagi PNS tersebut di luar negeri. Kepada PNS tersebut di samping diberikan biaya pengobatan juga diberikan biaya perjalanan sesuai ketentuan yang berlaku.
6). Pemberian pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi bagi PNS yang mengalami kecelakaan
karena dinas ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang.
Dasar bagi pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan tersebut adalah :
1). Surat keterangan dari yang berwajib (polisi) tentang terjadinya kecelakaan yang dialami PNS yang bersangkutan;
2). Surat pemyataan dari pejabat atasannya serendah-rendahnya eselon IV yang menyatakan bahwa kecelakaan yang dialami PNS itu terJadi ketika ia menjalankan dinas; dan
3). Surat keterangan dari dokter pemerintah jika tidak bisa dokter swasta, yang memuat pertimbangan bahwa sakit yang diderita PNS itu perlu mendapat pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi.
D. TUNJANGAN CACAT
Kepada PNS yang cacat karena dinas yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri berdasarkan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberikan tunjangan cacat disamping pensiun yang berhak diterimanya. PNS yang cacat karena dinas dan masih dapat bekerja, yang bersangkutan tidak berhak atas tunjangan cacat.
Untuk memperoleh tunjangan cacat, baik cacat jasmani atau cacat rohani karena dinas yang menimpa PNS itu harus dibuktikan dengan :
a. Berita acara yang dibuat oleh pejabat yang berwajib tentang kecelakaan yang menimpa PNS yang
bersangkutan
b. Surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan yang menyatakan jenis cacat yang diderita oleh PNS yang
bersangkutan yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
c. Surat pernyataan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya eselon III pada instansi tempat PNS yang bersangkutan bekerja, yang menyatakan bahwa kecelakaan tersebut terjadi karena dinas yang mengakibatkan ia cacat. Tunjangan cacat ditetapkan oleh pejabat yang berwenang (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPND, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, dan sebagainya) bagi PNS berpangkat Pembina Tk.I (Gol. IV/b) ke bawah setelah mendapat persetujuan Kepala BKN. Tunjangan cacat ditetapkan oleh Presiden bagi PNS berpangkat Pembina Utama Muda (Gol. IV/c) ke atas setelah mendapat pertimbangan dari Kepala BKN.
Besarnya tunjangan cacat tiap-tiap bulan adalah sebagai berikut : a. 70% dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
1). penglihatan pada kedua belah mata atau
2). pendengaran pada kedua belah telinga atau
3). kedua kaki dari pangkal paha atau dari lutut ke bawah. b. 50% dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
1). lengan dari sendi bahu ke bawah atau
2). kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah
c. 40% dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi : 1). lengan dari atau dari atas siku kebawah atau 2). sebelah kaki dari pangkal paha
d. 30% dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi : 1). penglihatan dari sebelah mata atau
2). pendengaran sebelah telinga atau
3). tangan dari pergelangan atau dari atas pergelangan ke bawah atau 4). sebelah kaki dari mata kaki ke bawah
Dalam hal terjadi beberapa cacat atas seorang PNS, maka besarnya tunjangan cacat ditetapkan dengan menjumlahkan persentasi dari tiap cacat, dengan ketentuan paling tinggi 100% dari gaji pokok.
E. UANG DUKA TEWAS DAN BIAYA PEMAKAMAN
1). Kepada istri atau suami PNS yang tewas diberikan uang duka tewas sebesar 6 (enam) kali penghasilan bersih sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Penghasilan sebagaimana dimaksud terdiri dari :
a. gaji pokok;
b. tunjangan keluarga;
c. tunjangan jabatan (kalau ada);
d. tunjangan lain yang berhak diterimanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2). Uang duka tewas diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang setelah mendapat persetujuan Kepala BKN.
3). Apabila PNS yang tewas tidak meninggalkan :
a. isteri/suami, uang duka tewas diberikan kepada anaknya;
b. isteri/suami, dan anak, uang duka tewas diberikan kepada orang tuanya;
c. isteri/suami, anak dan orang tua, uang duka tewas diberikan kepada ahli warisnya;
d. keluarga maupun ahli warisnya, uang duka tewas diberikan kepada yang
menyelenggarakan upacara pemakaman almarhum/ almarhumah.
4). Biaya pemakaman bagi PNS yang tewas ditanggung oleh negara. Biaya pemakaman tersebut meliputi
:
a. perawatan jenazah (pemandian, formalin dan lain-lain yang berhubungan dengan itu);
b. peti jenazah dan perlengkapannya;
c. tanah pemakaman dan biaya di tempat pemakaman;
d. angkutan jenazah dari tempat meninggal dunia ke tempat pemakaman, serta
biaya persiapan pemakaman;
e. angkutan dari penginapan bagi isteri/suami yang sah dan semua anak yang sah dari almarhum/almarhumah. Biaya penginapan diberikan untuk paling lama 10 (sepuluh) hari.
F. UANG DUKA WAFAT
Kepada istri atau suami PNS yang wafat diberikan uang duka wafat sebesar 3 (tiga) kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp 100.000,- . Uang duka wafat diberikan oleh instansi tempat almarhum/almarhumah PNS bekerja. Uang duka wafat diberikan tanpa keputusan pejabat yang berwenang, melainkan cukup Bendahara Gaji mengajukan uang duka dengan melampirkan surat kematian.
G. PENSIUN
Berdasarkan pasal 10 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974, setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak atas pensiun. Hak atas pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap PNS yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Pembahasan yang mendalam tentang pensiun PNS akan disampaikan pada Kegiatan Belajar 4.
H. TUNJANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980, kepada janda/duda PNS atau janda/duda pensiunan PNS diberikan tunjangan tambahan penghasilan sebesar selisih antara pensiun
janda/duda yang akan diterimanya menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri, serta manajemen pegawai negeri.
Kedudukan Pegawai Negeri adalah sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Terdapat 17 (tujuh belas) kewajiban yang harus dilaksanakan dan 15 (lima belas) larangan bagi Pegawai Negeri Sipil yang merupakan kumpulan kewajiban dan larangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin PNS, ditambah dengan kewajiban mematuhi Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun 1999 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil.
Hak Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi kewajiban sesuai ketentuan adalah memperoleh gaji;cuti; perawatan; tunjangan cacat bagi Pegawai Negeri Sipil yang menderita cacat jasmani atau rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya atau disebut karena dinas; uang duka tewas atau uang duka wafat; dan pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Gaji yang layak merupakan hak PNS. Besar atau kecilnya gaji seseorang ditentukan oleh pangkat, masa kerja, dan jabatan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Komposisi gaji adalah gaji pokok, tunjangan pangan, tunjangan keluarga (jika sudah berkeluarga), dan tunjangan jabatan (jika berjabatan).
Setelah memenuhi persyaratan tertentu, PNS berhak atas cuti. Pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila kepentingan dinas mendesak. Jenis cuti PNS terdiri dari cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, cuti karena alasan penting, dan cuti di luar tanggungan negara.
Perawatan, tunjangan cacat dan uang duka merupakan hak PNS, diatur dalam pasal 9 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi CPNS.
Tunjangan cacat hanya dibayar kepada PNS yang tidak mampu bekerja untuk semua jabatan, setelah dibuktikan dengan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan. Besarnya tunjangan cacat setinggi-tingginya 100% dari gaji pokok.
Hak uang duka bagi PNS yang tewas dan biaya pemakaman merupakan hak bagi PNS yang meninggal karena dinas, diberikan kepada keluarga yang berhak dengan besaran 6 (enam) kali penghasilan bersih.
Hak uang duka wafat merupakan hak bagi ahli waris PNS yang meninggal dikarenakan sebab pada umumnya, yang besarnya adalah 3 (tiga) kali penghasilan bersih.
Selain hak-hak tersebut di atas, PNS juga berhak atas pensiun. Kepada janda/duda PNS atau janda/duda pensiunan PNS diberikan hak tunjangan tambahan penghasilan sebagaimana diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1980.
bulan. Dengan demikian penghasilan berupa pensiun janda/duda baru diberikan mulai bulan kelima.
2 . 2. L A T I H A N 1
Jawablah soal di bawah ini dan bandingkan dengan materi pada kegiatan belajar yang berkaitan!
1. Apa yang dimaksud dengan kepegawaian ?
2. Apa yang dimaksud dengan jabatan negeri, jabatan karier, dan jabatan organik ? Berikan contohnya !
3. Jelaskan perbedaan antara PNS yang Diperbantukan di Luar Instansi Induk dengan PNS yang
Dipekerjakan di Luar Instansi Induk !
4. Sebutkan kewajiban dan larangan bagi PNS !
5. Sebutkan hak-hak PNS !
2 . 4. T E S F O R MA T IF 1
PILIHAN GANDA
Pilih salah satu jawaban yang paling benar !
1. Di bawah ini yang bukan Pegawai Negeri adalah ....
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
d. Anggota MPR dan DPR
2. Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, kedudukan Pegawai Negeri adalah sebagai ....
a. abdi masyarakat
b. abdi negara
c. aparatur negara
d. aparatur masyarakat
3. Jabatan yang hanya dapat diduduki oleh PNS yang terdiri dari jabatan struktural dan jabatan fungsional disebut ....
a. jabatan organik
b. jabatan karier
c. jabatan negara
d. jabatan yang berwajib
4. Pejabat yang berwenang selaku kepala pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengangkat,
memindahkan dan memberhentikan pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah ....
a. Presiden
b. Menteri Sekretaris Negara
c. Menteri Luar Negeri
d. Menteri Dalam Negeri
5. Kepada PNS yang karena dinas mengakibatkan kehilangan kedua kaki dari pangkal paha atau dari lutut kebawah maka kepadanya diberikan tunjangan ....
a. 20% dari gaji pokok
b. 40% dari gaji pokok
c. 50% dari gaji pokok
d. 70% dari gaji pokok
6. Untuk kepentingan administrasi dan pembinaan PNS, Presiden mendelegasikan kepada pejabat
pembina kepegawaian di bawah ini, kecuali...
a. Pejabat pembina kepegawaian pusat adalah Menteri
b. Pejabat pembina kepegawaian kelurahan adalah Lurah
c. Pejabat pembina kepegawaian daerah provinsi adalah Gubernur
d. Pejabat pembina kepegawaian kabupaten / kota adalah Bupati/Walikota
7. Seorang PNS wanita berhak atas cuti bersalin sampai persalinan anak yang ....
a. keempat
b. kelima
c. ketiga
8. PNS yang menderita cacat baik jasmani dan atau rohani sebagai akibat dari kecelakaan yang menimpanya pada saat dan karena menjalankan tugas kewajibannya berhak atas....
a. tunjangan cacat
b. jaminan hari tua
c. uang duka
d. uang pensiun dini
9. Dalam kedudukannya sebagai PNS diharuskan menjaga netralitas dengan cara ....
a. terdaftar sebagai anggota partai
b. tidak diskriminatif
c. menjadi pengurus partai
d. aktif mengkampanyekan partai tertentu
10. Tunjangan anak dalam gaji PNS diperhitungkan bagi anak yang kuliah, belum berpenghasilan, dan belum menikah, hingga anak maksimal berusia ....
a. 25 tahun
b. 23 tahun
c. 21 tahun
d. 19 tahun
11. Menteri dan semua jabatan setingkat menteri merupakan .... a. Pejabat karier
b. Pejabat negara
c. Pejabat struktural d. Pejabat politis
12. Cuti besar diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya selama ....
a. 6 tahun
b. 4 tahun
c. 3 tahun
d. 2 tahun
13. Cuti bersalin diberikan kepada PNS wanita selama ....
a. 2 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
b. 2 bulan sebelum dan 1 bulan sesedah
c. 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
d. 1 bulan sebelum dan 1 bulan sesudah
14. Apabila PNS wanita mengalami persalinan untuk anak yang ke empat maka diperkenankan menggunakan hak cuti ....
a. Bersalin
b. Sakit
c. Tahunan
d. Diluar tanggungan negara
15. Cuti di luar tanggungan negara diberikan kepada PNS yang telah bekerja selama minimal ....
a. 5 tahun
b. 10 tahun
c. 6 tahun