• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK DINASTI : STUDI KASUS KEMENANGAN DINASTI SAMIDIN DALAM PILKADES DI DESA BANJAR KEC. KEDUNGDUNG KAB. SAMPANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK DINASTI : STUDI KASUS KEMENANGAN DINASTI SAMIDIN DALAM PILKADES DI DESA BANJAR KEC. KEDUNGDUNG KAB. SAMPANG."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK DINASTI

(Studi Kasus Tentang Kemenangan Dinasti Samidin Dalam Pilkades Di Desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Program Studi Politik Islam

Oleh :

Nur Holifah

NIM : E84212088

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul tentang Politik Dinasti (Studi Kasus Kemenangan Dinasti Samidin Dalam Pilkades di Desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang). Adapun

rumusan masalah penelitian ini Pertama Bagaimana strategi kemenangan dinasti

Samidin dalam pilkades di desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang. Kedua,

Mengapa masyarakat desa Banjar tidak bisa lepas dari kepemimpinan dinasti

Samidin. Sedangkan tujuan penelitian yang Pertama untuk memahami dan

menganalisa strategi kemenangan yang dilakukan dinasti samidin dalam pilkades di

Desa Banjar Kec. Kedungdung Kab.. Sampang. Kedua, untuk memahami dan

menganalisa faktor apa yang menyebabkan masyarakat tidak bisa lepas dari dinasti samidin.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian field

research. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah

observasi, in depth interview (wawancar mendalam) dan dokumentasi. Sedangkan

teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif meliputi reduksi data, display data, verifikasi dan simpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sedangkan teori yang digunakan adalah Politik Dinasti, Strategi Politik, Kekuasaan, dan Model Kepemimpinan.

Hasil temuan penelitian ini adalah Pertama, strategi politik atau strategi

kemenangan yang dilakukan oleh dinasti samidin untuk mempertahankan kekuasaannya adalah dengan cara memenuhi semua keinginan masyarakat tetapi itu semua dianggap sebagai hutang dan masyarakat secara tidak langsung terikat oleh

dinasti samidin. Kedua, factor utama yang menyebabkan masyarakat tidak bisa lepas

dari dinasti Samidin adalah dibalik nama Sirat yang pada masanya memimpin masyarakat secara otoriter.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Metodologi Penelitian ... 13

F. Telaah Pustaka ... 23

BAB II KERANGKA TEORI ... 29

A. Politik Dinasti ... 29

(7)

C. Kekuasaan ... 52

D. Model Kepemimpinan ... 55

BAB III SETTING PENELITIAN ... 67

A. Karakteristik Wilayah ... 67

B. Potensi Sumber Daya Alam ... 69

C. Karakteristik Penduduk/Demografi ... 70

D. Struktur Kepengurusan Desa Banjar ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 77

A. Strategi Kemenangan Dinasti Samidin dalam Pelaksanaan Pilkades di Desa Banjar Kec. Kadungdung Kab. Sampang .... 77

B. Faktor Penyebabnya Masyarakat Tidak Bisa Lepas dari Dinasti Samidin ... 85

C. Model Kepemimpinan dari Setiap Periode Kepala Desa di Desa Banjar ... 89

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan kepala desa atau seringkali disebut pilkades adalah suatu

pemilihan kepala desa untuk mencari pemimpin terbaik yang nantinya

mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk mengendalikan pembangunan

desa selama beliau terpilih sebagai kepala desa yang mengedepankan asas

langsung, umum, bebas, dan rahasia oleh warga desa setempat.1 Berbeda

dengan lurah yang merupakan pegawai negeri sipil, kepala desa merupakan

jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pilkades dilakukan dengan cara

mencoblos atau memilih calon kepala desa. Pilkades merupakan salah satu

bentuk kegiatan politik yang menarik bagi masyarakat desa. Pilkades di

Indonesia saat ini penuh dengan ironisme. Di satu sisi, rakyat yang sangat

apatis dan tidak peduli sehingga tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkades

cenderung turun. Apatisme masyarakat ini justru dimanfaatkan oleh

orang-orang tertentu untuk meraih jabatan dan kekayaan dengan memanfaatkan

kekuasaan politik. Mereka adalah para elite desa yang ingin melanggengkan

kekayaan dan kekuasaan agar tetap jatuh kepada garis keluarga. Sehingga fakta

1

Ananda Santoso, Kamus Lengka Bahasa Indonesia (Surabaya: ALUMNI, 2000), 290.

(9)

2

menunjukkan keberadaan calon kepala desa masih di dominasi oleh segelintir

orang yang berkuasa dari golongan elite desa.

Kekuasaan dan uang sebagai modal dasarnya untuk meraih

kemenangan. Disini calon kepala desa memainkan sumber kekuasaannya itu

untuk memperoleh dukungan sebanyak-banyaknya. Dalam prakteknya, calon

kepala desa membutuhkan sebuah strategi penggunaan sumber kekuasaan yang

efektif. Melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang (seperti membuat

rancangan strategi sampai pada memanfaatkan ikatan keluarga untuk

melanggengkan kekuasaannya) sumber kekuasaan itu diharapkan dapat

menarik dukungan yang lebih besar pula.

Fenomena majunya calon kepala desa yang mempunyai hubungan

keluarga dengan pejabat sebelumnya sebenarnya sangat ironis. Hal ini

menandakan bahwa kursi kepala desa adalah jabatan yang menguntungkan,

membawa berkah dan bisa dijadikan sarana untuk mengeruk kekayaan serta

melanggengkan kekuasaan untuk diturunkan kepada kerabat sendiri. Pilihan

regenerasi model dinasti atau kekerabatan ini jelas merupakan cermin

bahwasannya masyarakat desa masih mempraktekkan model demokrasi

tradisional yang hanya percaya pada kemampuan yang dimiliki oleh

calon-calon yang masih memiliki hubungan keluarga.2 Model ini mirip dengan

praktek politik patrimonial. Karena kepercayaan ini maka penyerahan mandat

atau jabatan kepemimpinan di desa hanya akan berputar di sekitar lingkaran

2

Skm, wawancara, Desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang, 27 Desember 2015

(10)

3

kerabat yang memiliki garis karir politik dan kekuasaan. Calon yang

mempunyai hubugan keluarga dengan orang-orang berpengaruh di daerahnya

pasti akan lebih diuntungkan dari pada calon lain. Orang-orang berpengaruh

itulah yang kemudian disebut sebagai elite desa.

Elite adalah orang yang memiliki pengaruh dan kekuasaan politik yang

sangat tinggi terhadap orang atau kelompok lain. Elit juga merupakan orang

tertentu yang berkuasa dan mengemban tugas dengan kedudukan tinggi dalam

masyarakat. Elit politik yang dimaksud adalah individu atau kelompok elit

yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan politik. Suzanne

Keller mengelompokkan ahli yang mengkaji elit politik ke dalam dua

golongan. Pertama, ahli yang beranggapan bahwa golongan elite itu adalah

tunggal yang biasa disebut elit politik (Aristoteles, Gaetano Mosca dan Pareto).

Kedua, ahli yang beranggapan bahwa ada sejumlah kaum elit yang berbagi

kekuasaan, tanggung jawab, dan hak-hak atau imbalan (ahlinya adalah Saint

Simon, Karl Mainnheim, dan Raymond Aron).

Politik dinasti dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah

rezim kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara

turun-temurun atau dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Pada

dasarnya Politik dinasti memunculkan banyak pro dan kontra. Sebagian ada

yang menganggap baik karena kestabilan politik terjaga dan sebagian pula ada

yang menganggap bahwa politik dinasti hanyalah alat yang digunakan para

(11)

4

mempersempit kesempatan bagi orang lain berpartisipasi lebih untuk menjadi

kepala daerah karena biasanya calon pemimpin hasil dari politik dinasti lebih

banyak dukungan.3 Politik dinasti bukan lagi menjadi barang baru di

Indonesia, banyak sekali daerah-daerah yang melanggengkan kekuasaannya

kepada kerabat dekatnya, seperti contoh di Banten, Sulawesi, Madura dan

lain-lain. Melihat begitu maraknya fenomena politik dinasti di Indonesia, ini

menunjukkan bahwa keberadaan demokrasi di Indonesia sudah terancam.

Adanya politik dinasti menghilangkan kesetaraan yang menjadi salah satu nilai

penting dalam demokrasi.

Menjamurnya politik dinasti khususnya di desa-desa merupakan bukti

nyata bahwa demokrasi tidak berjalan dengan baik, realitasnya banyak sekali

calon-calon kepala desa yang kualitasnya di bawah standarisasi akan tetapi

bisa menduduki jabatan kepala desa yang strategis. Ternyata adanya demokrasi

tidak mensejahterakn rakyat, tidak membuat masyarakat terdidik, justru sistem

demokrasi itu disalah gunakan atau dicederai oleh oknum-oknum atau

masyarakat yang undemokratik. Maksudnya, sistem demokrasi sebenarnya

sudah benar, akan tetapi sistem demokrasi di terapkan kepada orang yang

belum paham tentang apa hakikat dari demokrasi, maka demokrasi tersebut

berarti demokrasi lipstick yang artinya demokrasi yang hanya ada di bibir saja

akan tetapi implementasinya masih kerajaan atau otokrasi. Sehingga yang

3

Yatim,Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 19.

(12)

5

disalahkan bukan sistemnya, tetapi orangnya yang harus ditingkatkan

pemahamannya tentang demokrasi.

Melihat berbagai penjelasan di atas, peneliti mengambil objek tentang

politik dinasti studi kasus kemenangan dinasti Samidin dalam pilkades di desa

Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang Madura. Dalam hal ini, peneliti

tertuju pada jabatan kepala desa Banjar yang selama kurang lebih 100 tahun

dijabat secara turun temurun oleh satu keluarga Samidin, serta kekuasaan

sepenuhnya dipegang oleh keluarga Samidin. Samidin merupakan pemegang

jabatan kepala desa pertama setelah terbentuknya desa Banjar yakni selama

1920-1955, beliau menjabat sebagai kepala desa sekitar 35 tahun. Kemudian

jabatan kepala desa kedua digantikan oleh anaknya yang bernama Sirat pada

tahun 1955-1990 beliau menjabat sebagai kepala desa selama 34 tahun. Dan

dilanjutkan oleh generasi ketiga yakni Sodiq pada tahun 1990-2008 beliau

menjabat selama 18 tahun. Dan di generasi ke lima yakni Sukirno pada tahun

2008-2019.4

Jabatan kepala desa selama dipimpin oleh dinasti Samidin ini sangat

minim sekali perkembangan kearah yang positif. Penjelasannya, Pada masa

jabatan kepala desa samidin ini beliau dalam memimpin desanya selalu

berpegang teguh pada nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan dan gotong

royong karena memang pada dasarnya pola pikirnya masih tradisional belum

terkontaminasi dengan hal-hal yang modern dan kontemporer. Selanjutnya

4

RPJM Desa Banjar Kecamatan Kedungdung, 2015-2019, Hlm 10.

(13)

6

pada masa Sirat selaku kepala desa kedua, pada masa Sirat ini semua

masyarakat takut dan tunduk kepada beliau, menurut salah satu informan

peneliti, menyebutkan bahwasannya waktu Sirat menjadi kepala desa ini

kepemimpinnanya sangat keras, beliau tidak mau mendengar suara atau

masukan dari masyarakat, dan beliau tidak memberi ampun kepada siapapun

yang mencuri langsung dibunuh oleh sirat ini. Beliau ini sangat ditakuti dan

disegani oleh masyarakat sekitar, dan bisa dibilang pada kepemipinan sirat ini

sebagai seorang pemimpin yang diktator. Kepala desa yang ketiga yakni Sodiq

selama beliau menjabat sudah mulai sedikit ada pencerahan yakni dimana

beliau sudah mulai mau merangkul semua golongan dan dalam hal

pembangunan juga baru dimulai, pembangunan-pembangunan di desa banjar

ini memang sudah mulai ada akan tetapi bangunan-bangunan disini tidak

difungsikan dengan baik melainkan dilalaikan begitu saja. Kepala desa

keempat yakni Sukirno, tidak jauh beda dari kepala desa sebelumnya, pada

masa jabatan sukirno sebagai kepala desa cenderung acuh tak acuh pada

masyarakat dan bangunan bangunan cenderung di biarkan tidak berfungsi

begitu saja.5

Seperti penjelasan diatas, jabatan kepala desa dari awal terbentuknya

desa sampai sekarang itu masih dalam barisan satu keluarga yakni keluarga

Samidin, dan bahkan struktur kepengurusan desa Banjar itu masih dalam ruang

5

AS, wawancara, Desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang, 26 Desember 2015 pukul 10:00

(14)

7

lingkup keluarga atau masih kerabat dekat, pemaparan diatas dapat dilihat di

tabel di bawah ini.

Perhatikan Tabel 1.1 :

Kepala Desa 1 (SAMIDIN)

Tahun 1920-1955/35 Tahun

AYAH SIRAT

Kepala Desa 2 (SIRAT)

Tahun 1955-1990/34 Tahun

ANAK SAMIDIN

Kepala Desa 3 (SODIQ)

Tahun 1990-2008/18 Tahun

Periode 1 (1990-1999)

Periode 2 (1999-2008)

ANAK SIRAT

Kepala Desa 4 (SUKIRNO)

Tahun 2008-2019/11 Tahun

Periode 1 (2008-2014)

Periode 2 (2014-2019)

(15)

8

Perhatikan Tabel 1.2 Struktur Kepengurusan Kepala Desa 1 & 2 :

Kepala Desa 1

(SAMIDIN)

Tahun 1920-1955/35 Tahun

AYAH SIRAT

Sekretaris Desa

(JUMALI)

Tahun 1920-1955/35 Tahun

ADIK SAMIDIN

Kepala Desa 2

(SIRAT)

Tahun 1955-1990/34 Tahun

ANAK SAMIDIN/Satu Periode

SekDes (MAD

RA’I)

Tahun 1955-1990/34 Tahun

ADIK SIRAT/Satu Periode

Bendahara Desa

(SUNIYEH)

Tahun 1955-1990/34 Tahun

(16)

9

Perhatikan Tabel 1.3 Struktur Kepengurusan Kepala Desa 3 (Sodiq) :

Kepala Desa 3 (SODIQ)

Tahun 1990-2008/18 Tahun

Ketua : M. Sori (Sepupu Sodiq)

Wakil : Mat Siri (Sepupu Sodiq)

Anggota : Maryono (Sepupu Sodiq)

Kaur Kesra : Muje’I (Kerabat)

Kaur Kesehatan : Mad (Kerabat)

Kaur Pembangunan : Durasam

(Kerabat)

Kaur Pemerintahan : Mahuri (Kerabat)

Dusun Nyaromot : Mad Alim (Kerabat)

Dusun Kemarong : Sanem (Kerabat)

Dusun Banjar : Be’ed (Kerabat)

Dusun Tedunan : Anwar (Kerabat)

(17)

10

Perhatikan Tabel 1.4 Struktur Kepengurusan Kepala Desa 4 (Sukirno) :

(18)

11

Ketertarikan peneliti terhadap desa banjar disini Karena jabatan kepala

desa dipegang oleh dinasti samidin selama kurang lebih 100 tahun, dan selama

dipimpin oleh dinasti samidin ini masyarakat bukan semakin sejahtera

melainkan semakin susah atas apa yang sudah di berikan oleh kepala desa.

Contonya seperti kebijakan atau aturan aturan yang dikeluarkan oleh kepala

desa bukannya semakin mensejahterakan rakyat malah semakin susuah

masyarakat desa Banjar. Misalnya seperti pembangunan puskesmas itu tidak

difungsikan dengan baik, bangunan puskesmas ini hanya dijadikan pajangan

saja. Dan begitu juga yang lainnya. Masyarakat di desa Banjar ini tidak bisa

lepas dari dinasti samidin dikarenakan, dinasti samidin ini sangat berkuasa di

desa Banjar, semua orang tunduk dan tidak bisa menyuarakan aspirasinya akan

hal ketertekanan ini, dan juga dinasti samidin ini sudah terkenal di desanya

bahwasannya dari kepemimpinan samidin sampai sukirno sekarang dalam hal

pembagian raskin itu tidak merata hanya dibagikan setengah saja dan itupun

salah sasaran. Dan bantuan bantuan dari pemerintah tidak sampai ke

masyarakat. Banyak keanehan-keanehan atau ketimpangan-ketimpangan yang

terjadi di desa banjar sepertihalnya pemegang jabatan di struktur desa,

seharusnya pemegang jabatan dalam struktur bukan hanya orang dalam

melainkan orang luarpun berhak memegang jabatan tersebut, tetapi tidak untuk

desa Banjar melainkan pemegang jabatan di struktur desa adalah kerabat dari

dinasti Samidin sendiri. Dan dalam pembagian raskin (Beras miskin), raskin

(19)

12

menjadi hak masyarakat desa Banjar. Kemudian untuk bangunan-bangunan

seperti puskesmas, koperasi desa, dan kantor kepala desa tidak difungsikan

dengan baik, hanya di jadikan sebagai pajangan saja. Dalam hal medis

masyarakat jika mengalami sakit harus pergi ke kota untuk berobat, padahal di

desa Banjar tersedia puskesmas tapi kurang difungsikan dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan :

1. Bagaimana strategi kemenangan dinasti Samidin desa Banjar Kec.

Kedungdung Kab. Sampang ?

2. Mengapa masyarakat desa Banjar tidak bisa lepas dari pimpinan dinasti

Samidin ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, bertujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi kemenangan dinasti Samidin dalam

memimpin desa Banjar Kec. Kedungdung Kab. Sampang.

2. Untuk mengetahui penyebanya tidak bisa lepasnya masyarakat pada

(20)

13

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

secara teoritis untuk memperkaya khazanah kajian ilmu politik dalam

upaya pembangunan ilmu pengetahuan khususnya di bidang politik dinasti.

Dan hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memperoleh pandangan

dan wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang politik dinasti.

2. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberi masukan kepada para elite politik agar tidak melakukan politik

kekerabaatan atau dinasti, hal ini dikarenakan agar sistem demokrasi tidak

parsial.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang

digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri dari

angka-angka) melainkan berupa gambaran dan kata-kata.6 Adapun secara

terminologi pendekatan kualitatif adalah metode yang mana hasil penelitian

lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di

lapangan.7 Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang

6

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Remaja Rosdakarya, Bandung: 2000). Hal 36.

7

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Alfabeta, Bandung: 2010). Hal 8.

(21)

14

memiliki tujuan untuk memahami fenomena tentang sesuatu yang dialami

oleh obyek penelitian secara holistik, dan di diskripsikan dengan bentuk

kata-kata dan bahasa. Pada konteks khusus yang natural dengan

menggunakan metode ilmiah.8 Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis

case study, artinya penelitian ini berangkat dari studi kasus di lapangan,

yang bertujuan untuk memperoleh data yang relevan.

a. Sumber Data

1) Primer

Sumber data dalam hal ini adalah informan, disini informan

yang dimaksud adalah Sirat selaku kepala desa kedua di desa

Banjar, kemudian Sodiq selaku kepala desa ketiga dan Sukirno

selaku kepala desa keempat dan Ali Sofyan selaku sekdes di desa

Banjar. Alasan memilih ketiga kepala desa tersebut sebagai

informan yakni karena beliau ini mengetahui bagaimana seluk

beluk desa Banjar dan beliau juga pernah memimpin desa banjar

dalam kurun waktu yang lumayan lama.

Selanjutnya teknik yang digunakan dalam pemilihan informan

menggunakan Snowball Sampling, artinya teknik pengambilan

sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber

data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang

8

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitaif Edisi Revisi, (Bandung: RosdaKarya, 2007). Hal 6.

(22)

15

lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan

sebagai sumber data.9 Jadi informannya adalah kepala desa kedua

Sirat, Kepala Desa ketiga Sodiq dan Kepala Desa keempat Sukirno

kemudian Ali Sofyan selaku sekretaris desa. Kalau informan ini

dirasa masih kurang memberikan informasi, maka akan mencari

informan lagi dari masyarakt sekitar, tokoh masyarakat dan

blater-blaternya.

2) Sekunder

Yang kedua ini adalah sumber sekunder, dimana jenis sumber

data ini menggunakan literatur. Literatur yang digunakan adalah

buku, jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian.

2. Lokasi dan Alasan Pemilihan

Peneliti mengambil lokasi penelitian di desa Banjar Kec. Kedungdung

Kab. Sampang Madura. Alasan pemilihan lokasi atau Ketertarikan

peneliti terhadap desa banjar ini yakni disini jabatan kepala desa dipegang

oleh dinasti samidin selama kurang lebih 100 tahun, dan selama dipimpin

oleh dinasti samidin ini masyarakat bukan semakin sejahtera melainkan

semakin susah atas apa yang sudah di berikan oleh kepala desa. Contonya

seperti kebijakan atau aturan aturan yang dikeluarkan oleh kepala desa

bukan semakin mensejahterakan masyarakat malah makin bikin susah

9

Sugiono, Ibid, hlm ; 300.

(23)

16

masyarakat desa banjar. Misalnya seperti pembangunan puskesmas itu

tidak difungsikan dengan baik, bangunan puskesmas ini hanya dijadikan

pajangan saja. Dan begitu juga yang lainnya. Masyarakat di desa banjar

ini tidak bisa lepas dari dinasti samidin dikarenakan, dinasti samidin ini

sangat berkuasa di desa Banjar, semua orang tunduk dan tidak bisa

menyuarakan aspirasinya akan hal ketertekanan ini. Dan juga dinasti

samidin ini sudah terkenal di desanya bahwasannya dari kepemimpinan

samidin sampai sukirno sekarang dalam hal pembagian raskin itu tidak

merata hanya dibagikan setengah saja dan itupun salah sasaran. Dan

bantuan bantuan dari pemerintah tidak sampai ke masyarakat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data

yang akurat dan actual. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti maka peneliti tidak bisa mendapatkan data yang sesuai dengan

standart data yang di tetapkan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Metode Observasi

Observasi sebagai suatu aktiva yang sempit yakni

(24)

17

pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi

dapat melakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,

peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah

pengamatan langsung. Penelitian observasi dapat dilakukan dengan

tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.10 Observasi adalah

metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.11 Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi.12 Peneliti mengamati

fenomena yang relevan dengan pokok bahasan peneliti, yakni

mengenai politik dinasti yang terjadi di desa Banjar Kec. Kedundung

Kab. Sampang Madura Jawa Timur.

Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam

jenis observasi partisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi

yang dimana peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari

hari informan. Dalam metode observasi ini peneliti tidak hanya

mengamati objek studi tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada

10

Suharsimi Arikunto, Ibid, Hlm :199-200

11

Burhan Bungin, PenelitianKualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Fajar Interpratama Offset, Jakarta: 2007). hal118.

12

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinas “Mixed Method”. Bandung: Alfabeta. 2011. hal226

(25)

18

objek tersebut, sehingga peneliti benar benar mendapatkan data

tentang situasi dan kondisi secara universal dari informan.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Adapun percakapannya dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan atas pertanyaan itu.13 Wawancara

merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang

pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok

subjek penelitian untuk dijawab. Pada penelitian kualitatif, wawancara

mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancaara

sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini,

catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkip wawancara.

Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data seperti observasi partisipan, analisis dokumen dan

fotografi.14 Peneliti langsung terjun ke lapangan dengan cara

menanyakan terhadap informan terkait bagaiman peran dinasti H.

Samidin di desa banjar dan mengapa masyarakat di desa Banjar tidak

bisa lepas dari dinasti H. samidin.

13

Lexy J. Moleong, Ibid, Hlm : 186

14

Prof. Dr. Sudarwan Danim, Ibid, Hlm : 130

(26)

19

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

haarian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gamba misalnya foto, gambar hidup, sketsa,

dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang

dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studio dokumen

merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan

wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau di dukung

oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Maka

dari itu, peneliti menggunakan media cetak, media elektronik sebagai

bahan bukti data yang relevan.15

4. Teknik Analisis Data

Analisis data pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran

umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek

penelitian. Analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu

analisa berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan

data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang

15

Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi “Mixed Method” (Bandung: Alfabeta, 2011), 226.

(27)

20

sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut ditolak

atau diterima berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data

yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi

ternyata hipotesa diterima maka hipotesis akan berkembang menjadi

teori.16

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan

dijabarkan secara sistematis nantinya. Adapun dengan menggunakan

Reduksi Data, Kategorisasi, dan Sintesisasi. Yang pertama Reduksi data

yakni mengidentifikasi data yang sesuai dengan fokus dan masalah

penelitian, yang kedua Kategorisasi, merupakan teknik analisis data

berupaya memilah-milah kepada bagian data yang memiliki kesamaan,

dan yang ketiga Sintesisasi, setelah data ditemukan kesamaannya maka

data dicari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lainnya,

sedangkan kategori yang satu dengan yang lainnya diberi nama/label17.

5. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik keabsahan data perpanjangan keikutsertaan, disini peneliti

dalam pengumpulan data karena peneliti disini harus ikut serta dalam

memperoleh data yang valid.

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta CV, 2010, hal 245

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009), hal 288-289.

(28)

21

b. Teknik keabsahan data ketekunan/keajegan pengamatan, peneliti disini

harus juga tekun untuk mencari data yang valid serinci mungkin yang

nantinya peneliti nanti lebih bersifat terbuka.

c. Teknik keabsahan data hasil pemeriksaan sejawat melalui diskusi,

diskusi merupakan tenik keabsahan yang hampir terakhir, dikarenakan

data yang ditemukan nanti masih didiskusiakn dengan rekannya dan

teknik keabsahan data uraian rinci.

d. Teknik keabsahan data yang terakhir adalah uraian rinci, peneliti

sangat strategis dalam menekuni hasil dari temuan data dicari serinci

mungkin sesuatu yang relevan dengan pokok bahasan.18

6. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,

dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, triangulasi teknik

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda, dan triangulasi waktu dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

18

Lexy J. Moleong. 2009, Ibid, Hal 327-336.

(29)

22

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Sugiyono memaparkan

triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian.19

penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan teknik

dimana peneliti mengecak data yang telah diperoleh dari beberapa sumber

(informan), hingga data tersebut bisa dinyatakan benar (valid) dan juga

melakukan observasi serta dokumentasi diberbagai sumber.

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV, 2010.

Observasi, Wawancara

Mendalam, Dokumentasi

Sumber

A

Sumber

B

Sumber

C

(30)

23

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka memuat hasil-hasl penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari

duplikasi. Disampin itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum

pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan

posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dengan kata lain,

telaah pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian diantara

penelitian-penelitian yang telah ada.20 Dari penelitian peneliti diatas ada

beberapa persamaan dengna penelitian-penelitian yang lainnya, seperti halnya

Pahruddin M. S.IP, Universitas Hasanuddin Makassar, Dinasti Politik

Pemerintah Desa di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat.21

INTISARI: Keluarga Patjiddai dalam Pilkades berhasil tetap bertahan dalam

Pemerintahan Desa Katumbangan Penelitian ini bertujuan menganalisis pola

dan penyebab sehingga Dinasti kepala desa bertahan pada satu keluarga

meskipun pemilihan telah diadakan secara langsung dan terbuka. Lokasi

penelitian ini di desa Katumbangan Kecamatan Campalagian Kabupaten

Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat. Penelitian kualitatif mengunakan

studi kasus. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive.

Informan penelitian ini yakni kepala desa, tokoh masyarakat, Panitia Pilkades,

ketua BPD dan penjabat desa. Teknik pengumpulan data melalui wawancara

20

Syarifudin Jurdi, Panduan Penulisan Skripsi Jurnal Ilmu Politik Uin Alauddin (Makassar:UIN Alauddin,2012),11-12.

21

(31)

24

mendalam, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa bertahanya dinasti Patjiddai dalam jabatan kepala desa pada

pemerintah Desa Katumbangan karena adanya beberapa faktor pendukung

yang sangat kuat dan solid dalam mempertahankan dinasti tersebut, untuk

mempertahankan jabatan sebagai kepala desa, dinasti patjiddai pada proses

Pilkades mengerakkan sumber daya yang benar-benar mendukung dengan

sepenuh hati dan faktor ekonomi, serta sumber alam yang dikuasai oleh

dinasti patjiddai. Keberhasilan dalam mempertahankan dinasti juga ditunjang

oleh elit masyarakat desa katumbangan yang berhasil digerakkan untuk tetap

mendukung calon dari keluarga patjiddai. Adanya jaringan kekuasaan yang

dibangun oleh Dinasti Patjiddai dari awal sampai sekarang dan rasa

kekeluargaan dan kebersamaan diantara keluarga besar Patjiddai dalam

membangun desa Katumbangan agar lebih maju menimbulkan rasa

kebersamaan diantara masyarakat Katumbangan untuk tetap memilih

Kepemimpinan dalam Pemerintahan Desa Katumbangan tetap turun temurun

diwariskan kepada Keluarga Patjiddai meskipun persaingan dalam Pemilihan

Kepala Desa secara langsung,umun bebas dan jurdil dilakukan secara

demokratis. Dalam negara yang menganut sistem demokrasi. Dengan bentuk

sistem pemilu yang mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan

dengan memilih wakil atau pemimpin pemerintah. Pemilihan yang dilakukan

pada pemilihan desa yang perlu dijadikan contoh sebagai sebuah demokrasi

(32)

25

Desa dalam Pilkades. Dalam pemilihan kepala desa, komitmen diantara calon

sangatlah besar dalam menegakkan siap menang atau kalah dalam pemilihan

Kepala desa sehingga budaya kekeluargaan dan gotong royong setelah

Pilkades tetap berjalan dan diantara elit politik yang terlibat dalam Pilkades

tidak ada yang saling dendam. Persamaan : persamaan yang ada antara skripsi

peneliti dengan jurnal di atas ini yakni sama sama membahas mengenai

politik dinasti di tingkat desa. Perbedaan : perbedaan dari skripsi peneliti

dengan jurnal diatas yakni, terletak pada pembahasan keduanya. Adapun

pembahasan jurnal di atas lebih menegaskan pada pola dan penyebab

bertahannya jabatan kepala desa pada satu keluarga Patjiddai dan memang

sudah terbukti nyata bahwasannya dinasti Patjiddani memang baik

kepemimpinannya, sedangkan pembahan skripsi dari peneliti yakni lebih

menegaskan pada bagaimana strategi kemenangan dinasti samidin dan

mengapa masyarakat tidak bisa lepas dari dinasti samidin meskipun

masyarakat sudah tau bahwasannya jika dipimpin oleh dinasti samidin

masyarakat semakin tidak sejahtera.

Zainul Rahman, Universitas Hasanuddin, 2009, Jaringan Keluarga

Yasin Limpo dalam Penguatan Kekuasaan Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Intisari :Berbicara penguasa saat ini Syahrul Yasin Limpo di Sulawesi

Selatan tampak memperlihatkan sebuah fenomena yang berbeda pada konteks

jaringan keluarga ini. Kuatnya jaringan politik keluarga justru

(33)

26

terbentuk sejak orde baru menancapkan kekuasaannya. Pada masa orde baru,

semangat sentralisme dan otoriterisme membuat pola pengaruh jaringan

keluarga Yasin Limpo memanfaatkan ranah birokrasi sebagai ruang politik

untuk menguatkan keluarganya. Tercatat, Syahrul Yasin Limpo sendiri

kemudian di sekolahkan ke APDN oleh bapaknya sedangkan beberapa

saudaranya yang lain Irman Yasin Limpo dikuliahkan di Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin dan Ichsan Yasin Limpo sebagai mahasiswa

Universitas Muslim Indonesia. Pasca Orde Baru seiring dengan penguatan

otonomi daerah dan terbukanya ranah politik, pengaruh keluarga ini semakin

berdiaspora. Tarikan politik dinasti membawa pengaruh keluarga ini pada

puncak kekuasaan. Syahrul Yasin Limpo dengan pengalaman dan

pendidikannya dalam pemerintahan dianggap merupakan representasi etnis

Makassar, sehingga pada Pilkada Gubernur 2004 ia dipilih menjadi wakil

Gubernur mendampingi H.M Amin Syam. Sementara pada Pilkada Gowa

beberapa tahun setelahnya. Dominasi keluarga ini semakin menguatkan

simbolitas keluarganya sebagai representasi makassar dengan terpilihnya

Ichsan Yasin Limpo sebagai Bupati Gowa berturut-turut selama 2 periode.

Pemilu 2009 adalah tahun diaspora politik keluarga Yasin Limpo.

Keterbukaan ranah politik pemilu, dengan simbolitas keluarga dan modalitas

ekonomi maupun politik dari anggota-anggota keluarga lainnya kembali

membuktikan kuatnya pengaruh simbolitas keluarga ini dengan terpilihnya

(34)

27

Chunda Thita Yasin Limpo di DPR Pusat. Selain itu ada juga Dewi Yasin

Limpo, yang karena sesuatu dan lain hal ia pernah gagal meraih kursi di DPR-

RI di tahun 2009 lalu dan yang akan datang ia juga mencalonkan menjadi

walikota Makassar 2014, akan tetapi catatan penting bahwa ke tiganya

memilki pengaruh yang strategis di partai Demokrat, PAN dan Hanura,

adapula Haris Yasin Limpo merupakan seorang organisatoris yang mampu

membantu Syahrul memberi peran penting bagi Syahrul dan juga memiliki

peran penting di tubuh Partai Golkar dan organisasi lainnya di Kota Makassar.

Tidak hanya sampai itu saja jaringan keluarga Yasin Limpo, adik Syahrul

yaitu Irman Yasin Limpo yang menjabat Kepala Badan Penanaman Modal

Propinsi Daerah Sulawesi Selatan merupakan salah satu bagian keluarga yang

juga memiliki peran besar terhadap Syahrul Yasin Limpo pada pilkada

Gubernur 2013 mendatang. Jaringan politik keluarga Yasin Limpo yang ada

sampai saat ini mampu memberi peran penting bagi Syahrul sebagai Gubernur

dan akan sangat mempengaruhi untuk membuat Syahrul kokoh di kursi

kekuasaannya dan dengan leluasa Syahrul Yasin Limpo melenggang kuat

pada panggung politik di Sulawesi Selatan yang akan datang. Syahrul Yasin

Limpo sendiri memiliki peluang untuk kembali maju sebagai Gubernur

Sulawesi Selatan untuk periode 2013-2018. Ia memiliki kemampuan dalam

memimpin sebuah pemerintahan terbukti dalam kekuasaannya pada tubuh

Partai Golkar, dimana ia menjabat sebagai Ketua DPD I Sulawesi Selatan

(35)

28

mudah bagi Syahrul untuk dapat melenggang pada posisi paling penting di

Sulawesi Selatan tersebut, maka ia memerlukan kemampuan dalam

menggunakan jaringan politik yang dimilikinya untuk membantunya kelak

mengalahkan lawan-lawannya pada PILGUB (Pemilihan Gubernur) yang

akan datang. Persamaan : persamaan yang ada antara skripsi peneliti dengan

skripsi di atas ini yakni sama sama membahas mengenai politik dinasti.

Perbedaan : perbedaan antara bahasan di atas dengan bahasan peneliti yakni

pada pembahasannya, jika pada bahasan skripsi di atas itu lebih menekankan

pada aktor dinasti, berbeda dengan pembahasan peneliti, kalau peneliti lebih

menekankan pada strategi kemenangan dinasti Samidin dan mengapa

(36)

29

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Politik Dinasti

Konsep paradigma proses Donald V. Kurtz, Konsep – konsep paradigma

proses menolak ide-ide fungsional yang berbentuk sosio-politik, memelihara

aturan, dan bentuk sistem politik yang mendasari titik yang tepat dari antropologi

politik. Meskipun paradigma proses menyediakan strategi – strategi untuk

penelitian dan analisis dari pengendalian politik selama proses, baik antropologi

politik maupun politik level lokal tidak merubah sepenuhnya paradigma

fungsional.

Justru pelaksana proses mengenalkan ide-ide baru melalui para antropolog

politik yang tidak suka dengan penafsiran fungsional dari politik yang

menyumbangkan bagian bawah paradigma fungsional. Namun, beberapa ahli

antropologi melanjutkan untuk mempertahankan pengembangan fungsional dari

bentuk politik karena mereka menyediakan unit analisis yang rapi.1

Paradigma proses menyediakan para antropologi dengan perspektif baru dan

beraneka ragam mengenai politik. Konsepnya meningkatkan banyaknya ide-ide

politik biasanya dengan makna yang lebih mengerucut dan mendalam dari pada

1

Donald V. Kurtz, Political Anthropology: Paradigms and Power (America: Westview, 2001), 99.

(37)

30

yang ada sebelumnya. Pengesahan, dukungan, golongan, kepemimpinan, konflik,

kekuasaan dan isu-isu yang lain.

Konsep paradigma mengantikan dalam kata, jika tidak di pindahkan sinkronis

tipologi dan fungsional berhubungan dengan bentuk politik, seperti garis

keturunan dan pemerintahan. Dalam tempatnya, mereka menyerahkan

motodologi yang mengembangkan politik-politik sebagai dinamis, pengendali

proses yang berhubungan dengan membangun tim, formasi golongan, dan

strategi yang memimpin perolehan kekuatan.2

Awal dari konseptualisasi marak dalam politik sebagai proses dilihatkannya

dalam memasukkan dan melaksanakan tujuan umum dan dalam pencapaian

perbedaan dan penggunaan kekuasaan oleh angota kelompok yang bersangkutan.

Dengan tujuan-tujuan tersebut.

Penekanan pada paradigma proses disini tidak lain adalah untuk meyakinkan

bahwa bagaimana proses politik dan konflik sangat mempengaruhi perubahan

sistem politik. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa konseptualisasi dalam politik

sebagai proses yang berkaitan dalam penentuan dan pelaksanaan tujuan politik

atas hasil capaian yang berbeda-beda, tentunya sangat berkaitan dengan

penggunaan kekuasaan (power) yang dilakukan oleh anggota masyarakat

tertentu, dengan tujuan-tujuan tertentu pula.3

2

Ibid., 104.

3

Ibid., 105

(38)

31

Definisi di atas juga menunjukkan bahwasannya proses politik sarat dengan

konflik. Sedangkan konflik itu sendiri bisa diselesaikan dengan penggunaan

kemampuan dan kekuasaan (power) masing-masing kelompok.

Oleh karenanya, paradigma proses berawal dari “terobosan” kondisi damai di

dalam realitas social yang menghasilkan krisis sosial dan memaksa mobilisasi

kekuatan besar untuk menerobos realitas sosial yang damai tersebut. Jika konflik

berlanjut, maka akan memaksa agen untuk mengembangkan dan menyebarkan

mekanisme perbaikan atas munculnya konflik tersebut. Pada akhirnya, secara

perlahan, kondisi damai akan diwujudkan antara pihak-pihak yang berkonflik.4

Oleh karenanya, Kurtz pada akhirnya menekankan bahwa proses ini merupakan

bagian dari penyelesaian masalah (solution) atas berbagai konflik yang terjadi

setiap hari.

Kelemahan proses, Paradigma proses bukan tanpa masalah, sebagai

fungsionalisme yang implisit dalam “model dinamis” dari sosial drama.

Beberapa konsep perubahan (dinamis) yang lain, seperti wilayah politik dan

arena politik, begitu ambigu dan sulit untuk lapangan, diterapkan ide dari

wilayah dan arena politik terdengar menarik, tetapi dalam praktek penerapanya

penuh dengan kesulitan metodologi. Hal ini sangat sulit untuk menerapkan ide

wilayah lapangan dan arena situasi institusional yang komplit, dimana level lokal

wilayah politik dan arena masyarakat modern melengkapi dengan level dan

melebihi lain dari organisasi politik negara dan level negara maju. Hari ini, jika

4

Ibid., 107.

(39)

32

ide ini digunakan secara keseluruhan, maka ide ini hanya akan berlaku sebagai

hiasan dalam struktur yang sulit untuk objek struktur.5

Dalam paradigma proses, pelajaran tentang studi faksi-faksi diharapkan

menjadi pengantar kedalam ikatan dari tindakan politik dan konflik. Hal ini tidak

terjadi, beberapa penulis, contohnya Bailey, menggunakan ide yang kupratif

untuk menganalisa proses-proses politik yang bermacam – macam. Tetapi,

meskipun ide atau gagasan Bailey tentang faksi-faksi sebagai sebuah kelompok,

tanggapan tidak menjadi yang paling menarik perhatian dalam pemikiran para

pakar antropologi politik.

Ada alasan-alasan, untuk hal ini. Dalam bagian ini, karena mengetahui macam

macam dari faksi-faksi atau golongan-golongan ini, sebuah praktek fungsional

menjadi lebih penting dari pada menyelidiki perubahan politik mereka. Terkait

teori politik dinasti atau politik kekerabatan, peneliti memakai kacamata

antropologi politik yang dikemukakan oleh Donald V. Kurtz.6

1. Pernikahan dan Exogami (Perkawinan di luar suku/pernikahan

campuran)

Dalam setiap masyarakat orang memang harus menikah di luar batas

suatu lingkungan tertentu. Istilah ilmiyahnya disebut exogami. Sebenarnya

istilah itu mempunyai arti yang amat relatif. Kalau orang dilarang menikah

dengan saudara sekandungnya maka disebut dengan keluarga exogmi

5

Ibid., 110.

6

Ibid., 111

(40)

33

keluarga inti. Kalau orang dilarang menikah dengan semua orang yang

mempunyai nama marga yang sama maka disebut dengan exogami marga.

Sedangkan jika seseorang dilarang untuk menikah dengan semua ornag yang

hidup dalam desanya sendiri maka disebut dengan exogami desa.7

2. Pernikahan dengan cross-cousin

Dalam banyak masyarakat di dunia ada preferensi untuk menikah dengan

cross-cousin, artinya adalah menikah dengan anak saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu. Bahkan pada banyak masyarakat ada

preferensi menikah dengan salah satu cross-cousin, ialah anak saudara

laki-laki ibu. 8

3. Pernikahan pararel-cousin dari keturunan ayah

Pararel-cousin adalah anak-anak dari saudara kandung dari jenis kelamin

yang sama. Dibandingkan dengan pernikahan exogami cross-crousin,

pernikahan Pararel-cousin dari keturunan Ayah adalah perkawinan dalam

suku. Ini terjadi dalam sebuah garis hubungan Ayah dan membutuhkan

pernikahan dari seorang ego laki-laki untuk anak permpuan saudara laki-laki

ayahnya. Pola pernikahan sepupu tidak sangat umum. Setidaknya sebagian

ini karena tidak membangun aliansi dengan asosiasi keturunan lainnya.9

(41)

34

Sejak pernikahan parallel-cousin dari garis keturunan ayah memperkuat

ikatan kekerabatan internal kepada sebuah garis keturunan ayah dan

memastikan bahwa kesatuan merajut erat laki-laki akan mengontrol dan

mempertahankan sumber daya keturunan masing-masing, strategi ini juga

menunjukkan bahwa semua garis keturunan dari ayah lainnya adalah musuh

yang nyata atau potensial.10

4. Permaduan/poligini

Permaduan atau poligami adalah strategi pernikahan dimana seorang

pemimpin dapat memaksimalkan keuntungan sumber daya dari aliansi

pernikahan. Hal ini menciptakan sebuah rumah tangga yang didasarkan pada

pernikahan dari seorang pria untuk dua atau lebih wanita. Poligini tidak unik

dalam catatan etnograafis. Bahkan, hal itu diperbolehkan dalam sebagian

besar masyarakat yang telah dipelajari secara etnografis (budaya). Namun,

rumah tangga monogami, terdiri dari seorang pria dan seorang wanita,

merupakan bentuk paling umum dari rumah tangga di seluruh dunia. Bahkan

dalam masyarakat poligini yyang mana ketidak seimbangan gender

mendukung poligami, realitas ekonomi tidak memungkinkan kebanyakan

pria untuk mendukung lebih dari satu istri. Praktek poligami karena itu

10

Ibid., 96.

(42)

35

menunjukkan motivasi selain pertimbangan ekonomi sederhana atau

birahi.11

Poligami dikaitkan dengan laki-laki yang memiliki status yang lebih

tinggi yang cenderung menjadi orang kaya dan berpengaruh dari masyarakat.

Mereka juga lebih mungkin untuk bercita-cita untuk menginginkan posisi

dari kepemimpinan dan penghargaan, status, otoritas, pengaruh, dan

kekuasaan seperti beberapa posisi. Ketua lebih mungkin untuk hidup dalam

rumah tangga poligini dari pada pria dewasa (besar), dan kepala Negara

praindustri yang memungkinkan untuk melakukan hal yang sama dari pada

pemimpin.12

Meskipun demikian, poligami bisa mahal secara ekonomi dan emosional.

Istri mungkin tidak akur, suami mungkin memiliki masalah dengan satu atau

lebih dari istri-istri. Kecemburuan dapat membuat ketegangan. Anak-anak

dan istri yang berbeda dapat menimbulkan masalah serius mengenai

kesuksesan di kantor. Untuk mengurangi ini dan masalah lain yang berkaitan

dengan poligami, laki-laki diharapkan untuk memberikan keadilan kepada

masing-masing istri.13

5. Peringkat garis keturunan

Sebuah Ramage mengacu pada struktur agamy, ambilocala, dan

ambilineal asosiasi keturunan, atau garis keturunan, yang berada pada garis

(43)

36

peringkat sebuah hirarki. Setiap garis keturunan dari Ramage merupakan

sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin, yang

masing-masing bisa melacak keturunan untuk nenek moyang yang sama. Ramage

adalah subjek segmentasi dan pembagian, dan jika satu kata bisa

menyarankan dinamika social dan politik dari Ramage akan menjadi

fleksibel, yang merupakan produk dari prinsip-prinsip agamy, ambilocality,

dan segmentasi.14

Praktek agamy sangat kontras dengan prinsip-prinsip pernikahan yang

menentukan kategori-kategori tertentu dari pasangan-pasangan, seperti antar

atau sepupu sejajar. Agamy mengacu aturan pernikahan yang

memungkinkan individu untuk menikahi siapa saja yang mereka pilih, dalam

batas-batas budaya tertentu. Ambilocal mengacu pada sebuah aturan dari

tempat tunggal yang kontras dengan aturan yang menentukan dimana

pengantin baru akan hidup dengan atau dekat kerabat suami (viripatrilocal),

kerabat istri (uxorimatrilocal), adik suami ibu (viriavunulocal), atau dengan

diri mereka sendiri, yang terpisah dari kedua sisi (neolokal), aturan

ambilocal memungkinkan pengantin baru untuk menganggap bertempat

tinggal baik dengan kerabat di suami atau istri atau terpisah dari

masing-masing. Keturunan ambillineal tidak selalu menghalangi prinsip keturunan

unilincla (patrilineal dan matrilineal). Sebaliknya, keturunan ambilineal

memungkinkan pasangan yang menikah, secara bebas untuk memilih jalur

14

Ibid., 97.

(44)

37

keturunan orangtua mereka dengan yang mengasosiasikan. Kemungkinan

besar mereka akan memilih jalur yang paling menguntungkan ambisi sosial

dan politik pasangan ini.15

6. Pengertian politik dinasti/Politik Kekerabatan

Bagi banyak spesialis, tata aturan kekerabatan tidaklah secara teoritis

mengesampingkan aturan politik. Menurut definisi morgan terdahulu,

kekerabatan megatur keadaan socitas dan yang kedua mengatur civitas. Atau

menggunakan terminologi yang sering digunakan sekarang ini yang pertama

merujuk pada struktur-struktur respositas dan kedua merujuk pada dikotomi

yang jelas. Dalam kasus ini, ada dikotomi yang jelas yang dikotomi inipun

tampil dalam teori marxis dimana masyarakat berkelas dan negara adalah

hasil dari terpecahnya komunitas- momunitas primitif, serta politik muncul

dengan menghilangnya ikatan-ikatan hubungan darah personal. Hal ini

sering ditemukan dala tradisi filsafat, terutama fenomenologi Hegel yang

membuat oposisi paralel antara yang universal dengan yang paralel yaitu

antara negara dan keluarga, wilayah maskulin dengan wilayah femini dan

lain sebagainya.

Jauh dari memandang kekerabatan dan kekuasaan itu sebagai

pengertian yang saling meniadakan, antropologi politik telah

memperlihatkan ikatan- ikatan kompleks antara dua sistem itu,

menganalisanya, serta mengembangkan teori- teori mengenai hubungan-

15

Ibid, 97-98.

(45)

38

hubungan itu dengan berlandaskan kepada karya lapangan. Meskipun

demikian, tidaklah mudah untuk membedakan antara hubungan antara

kekerabatan dan kekuasaan dengan menimbang begitu eratnya hubungan

antara keduanya. Dibanyak masyarakat-masyarakat primitif misalnya banyak

ditemui adanya kekuasaan yang selalu disandingkan dengan kekerabatan.

Hal ini dapat dilihat dari kriteria masyarakat primitif khususnya dalam

keanggotaan suatu komunitas politik. Seperti halnya metode keturunan baik

dari garis keturunan patrilineal maupun matrilineal terutama

mengkondisikan kewarganegaraan dalam masyarakat-masyarakatnya serta

didasarkan atas hubungan-hubungan dan kelompok-kelompok yang

disusunnya secara tajam yang akan berbeda dengan kekerabatan dalam

pengertian ketatnya. Sedangkan dalam masyarakat segmenter yang menarik

sebuah sistem perbudakan domestik, status para budaknya didefinisikan

terutama dalam pengertian pengucilan dari sebuah garis keturunan dan

mengambil bagian sebagai kontrol atas kehidupan masyarakat.16

Kekerabatan adalah unit- unit sosial yang terdiri dari beberapa

keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.17

Sistem kekerabatan dijelaskan bukan hanya saja didasarkan karena adanya

hubungan perkawinan atau karena adanya hubungan keluarga tetapi karena

adanya hubungan darah. Selain itu juga menyebutkan bahwa kunci pokok

16

Georges Balander, Antropologi politik (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,1996), 65

17

Menurut Chony dalam Ali Imron (2005:27)

(46)

39

sistem perkawinan bukan karena hubungan darah melainkan juga berasal

dari kelompok keturunan (linege) atau garis keturunan (descent). Antara

anggota kelompok keturunan saling berhubungan karena memiliki nenek

moyang yang sama dan kelompok kekerabatan ini bisa bersifat patrilineal

atau matrilineal. Sistem kekerabatan sekurang-kurangnya, mencakup

beberapa unsur antara lain:18

a. Interaksi yang intensif antara warga

b. Sistem norma-norma yang mengatur tingkah laku semua warganya

c. Adanya rasa kepribadian yang disadari semua warga.

Berdasarkan unsur tersebut kemudian membedakan 3 kategori

kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi sosialnya yaitu:19

1) Kelompok kekerabatan Berkorporasi yang biasanya menyangkut adanya

hak bersama atas dasar sejumlah harta

2) Kelompok kekerabatan kadang kala yang hanya berkumpul jika ada

kebutuhan yang diperlukan dan biasanya tidak mempunyai ke-3 unsur

diatas.

3) Kelompok kekerabatan menurut adat, kelompok ini bentuknya sudah

semakin besar, sehingga warganya seringkali sudah tidak saling mengenal.

18

menurut Ihroni (2006:159)

19

GP Mudrock dalam koenjoroningrat (2005:109)

(47)

40

Rasa kepribadian sering kali juga ditemukan oleh tanda-tanda adat

tersebut.

Kelompok kekerabatan yang sudah disebutkan diatas biasanya disebut

kelompok kekerabatan kindret yaitu berkumpulnya orang-orang yang saling

membantu melakukan kegiatan-kegiatan bersama saudara, sepupu dan yang

lainnya dengan tujuan memperlancar bisnis. Sedangkan kelompok kedua

disebut kelompok dame yang terdiri dari keluarga luas, keluarga ambilineal

keci dan besar serta paroh masyarakat.20

Kekerabatan biasanya selalu berdampingan dengan kekuasaan

sehingga kekuasaan dipandang sebagai suatu gejala yang selalu terdapat

dalam proses politik, namun para ilmuwan politik tidak ada yang sepakat

mengenai perumusan pengertian kekuasaan. Bahkan beberapa diantaranya

menyarankan agar konsep kekuasaan ditinggalkan dengan alasan bersifat

kabur dan selalu berkonotasi emosional. Namun tampaknya politik tanpa

kekuasaan apalagi yang sekarang muncul adalah fenomena politik

kekerabatan ibarat agama tanpa moral. Karena modern ini banyak para aktor

politik yang selalu melibatkan keluarganya untuk berkecimpung juga dalam

dunia politik hal ini terlihat diberbagai daerah menjelang pemilihan kepala

daerah yang serentak dilakukan pada akhir- akhir ini.21

20

Elly M. Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Prenada Media,2013), 93

21

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo,2010),71

(48)

41

Politik kekerabatan atau keluarga politik memang dapat dijumpai

dihampir semua negara. Di AS misalnya keluarga Cannedy masih dianggap

sebagai kekuatan politik berpengaruh atau dihormati, baik di Massachussedts

maupun ditingkat negara federal. Di indonesia politik kekerabatan identik

dengan kekuasaan dikeluarga atau dikerabat politik tertentu. Menguatnya

politik kekerabatan seperti ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Jika

kecenderungan ini semakin meluas, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat

politik indonesia akan seperti yang terjadi di Filipina dimana Bossism

berbasis teritorial menguasai politik. Negara dijalankan oleh segelintir elit dari

beberapa keluarga, kaln, atau dinasti politik yang kuat diwiliyah-wilayah

tertentu dan karenanya sangat sulit untuk mengharapkan adanya perluasan

akses kekuasaan maupun proses demokrasi yang sehat dan substansial.22

B. Strategi Politik

1. Pengertian Strategi Politik

Strategi adalah ilmu tentang tekni atau taktik, cara atau kiat muslihat

untuik mencapai sesuatu yang diinginkan.23 Politik adalah interaksi antara

pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksaan

keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal

dalam suatu wilayah tertentu.24 Jadi, strategi politik adalah ilmu tentang

22

Niko Harjanto, Artikel politik kekerabatan,diakses pada tanggal 07 oktober 2015, jam 20.52 WIB

23

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), 448.

24

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT.Gramedia Widisuasarana, 1992), 10-11.

(49)

42

teknik, taktik, cara, kiat yang dikelola oleh politisi untuk mendapatkan dan

mempertahankan sumber-sumber kekuasaa, merumuskan dan melaksanakan

keputusan politik sesuai yang diinginkan.

Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan

cita-cita politik. Contohnya adalah pemberlakuan peraturan baru, pembentukan

suatu struktur baru dalam administrasi pemerintahan atau dijalankannya

program deregulasi, privatisasi, dan desentralisasi.25 Tanpa strategi politik

perubahan jangka panjang atau proyek-proyek besar sama sekali tidak bisa

diwujudkan. Politisi yang baik berusaha untuk merealisasikan rencana yang

ambisius tanpa strategi, seringkali menjadi pihak yang harus bertanggung

jawab dalam menciptakan kondisi social yang menyebabkan jutaan manusia

menderita.

Dalam kamus Ebster New World Dictionary (1979), strategi mempunyai

tujuan sebagai. Setiap strategi bukanlah kemenangan yang dangkal, tetapi

perdamaian yang medasar. Dalam istilah politik, ‘perdamaian’ ini berarti

penerangan program-program yang tepat dan reformasi. Jika tujuan jangka

panjang strategi ini tidak tampak, misi kemenangan akan tampak sebagai

perjuangan bagi kekuasaan dan kekayaan pribadi, sebagai sebuah perjuangan

untuk mencapai tujuan-tujuan selain tujuann yag telah diciptakan.26 Tujuan

akhir strategi politik adalah idealism politik dan pragmatisme politik adalah

25

Peter Schoder, Strategi Politik (Jakarta: FNS, 2009), 5-6.

26

“Strategi Politik Persiapan Pemilu”, google.com (16 Januari 2016) 21:00

(50)

43

siapa yang mendapatkan apa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa atau

dengan lain perkataan bagaimana kekuasaan bisa direbut dan dipertahankan.

Dalam pragmatisme menggunakan realisme menghalalkan segala cara dan

politisi dagang sapi.27

Dalam strategi politik sangat penting mengenal strategi komunikasi.

Strategi komunikasi sangat penting sehingga membawa keuntungan yang jelas

bagi seseorang, atau yang selama ini diabaikan oleh lawan. Citra yang

diinginkan (target image) antara lain dalam proses implementasi, kelemahan

pemerintah dan satuan eksekutif terutama sekali terletak dibidang kehumasan,

target image menetapkan landasan bagi pekerjaan kehumasan, dan semua

tindakan kehumasan hanya bertujuan untuk menyebarluaskan citra ini dan

menanamkannya dalam benak kelompok sasaran sarana. Citra yang

diinginkan (target image) terkait dengan pilihan tema, Gaya, Cara konfrontasi

dan tawaran sumber daya manusia.28

1. Perencanaan Konseptual Strategi Politik

Sistematika 10 langkah strategi politik yaitu :

a. Merumuskan Misi

Perumusan menjabarkan hal apa saja yang perlu direncanakan

secara strategi. Hal ini harus mencakup tiga elemen yakni tujuan

secara keseluruhan yang menguraikan posisi yang ingin kita capai

27

Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), 301-302

28

Rainer Aam, “Political Marketing Strategi Membangun Konstituen dengan Pendekatatn PR’,

google.com (16 januari 2016), 4-6.

(51)

44

melalui perencanaan strategi tersebut, alasan pentingnya pencapaian

tujuan keseluruhan tujuan harus dicapai.

Dalam sebuah strategi politik, misi dapat diartikan persetujuan

atas suatu posisi tertentu, partisipasi dalam suatu tugas tertentu, dipilih

sebagai kandidat.. sebuah perencanaan karir politik, misi harus

menyatakan untuk oleh siapa strategi itu direncanakan. Dengan

demikian misi dapat menetapkan suatu kerangka atau batasan.

Misi harus mengidentifikasi jangka waktu, hingga kapan

keseluruhan sasaran harus dicapai, dan misi tidak boleh dirumuskan

secara terlalu optimis sehingga menjadi tidak realistis.

b. Penilaian Situasional dan Evaluasi

Analisa situasi dan evaluasi membahas fakta-fakta yang

dikumpulkan, yang dikelompokkan dalam kekuatan dan kelemahan

serta perkiraan kemungkinan keberhasilan yang terealisasi.

1) Pengumpulan fakta

Pengumpulan fakta berarti pengumpulan fakta-fakta internal

dan eksternal yang relevan. Fakta internal adalah fakta yang

menyangkut organisasi sendiri. Fakta eksternal adalah fakta yang

menyangkut para pekerja atau lingkungan dimana akan direalisir.

Pembatasan antara fakta internal dan eksternal tidak terlalu mudah,

tetapi pembatasan dilakukan sebelum proses pengumpulan fakta

(52)

45

competitor atau pesaing adalah fakta yang berasal dari

organisasi-organisasi, yang merupakan pesaing langsung dari organisasi kita

sendiri. Fakta lingkungan adalah fakta yang berasal dari

masyarakat yang akan dijalankan.

2) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

Fakta-fakta telah terkumpul, secara sistematis digolongkan dan

ditimbang berdasarkan kadar relevansi, ukuran, kepentingan dan

regensi. Setiap fakta diteliti untuk menentukan apakah fakta-fakta

tersebut mendukung atau justru mengganggu pelaksanaan. Apabila

sebuah fakta mendukung, fakta ini menjadi kekuatan. Sebaliknya,

apabila mengganggu pelaksanaan, ia akan menjadi sebagai

kelemahan.

3) Analisa kekuatan dan kelemahan

Kekuatan dan kelemahan sudah diketahuoi, maka keduanya

harus dievaluasi. Setelah mengelompkkan mereka berdasarkan

kadar kepentingan, perlu untuk menetapkan apakah kita memiliki

pengaruh terhadap kelemahan-kelemahan tersebut dalam arti dapat

mengeliminir atau setidaknya menguranginya.

Dalam menganalisa dan mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan kita, yang diperhadapkan dengan pesaing atau lawan

dalam konteks perencanaan strategi politik dan lingkungan

(53)

46

4) Umpan-balik (freedback)

Setelah menganalisa kekuatan dan kelemahan, langkah

berikutnya adalah menentukan apakah dapat dicapai dalam kurun

waktu yang telah ditetapkan. Analisa kekuatan dan kelemahan

menunjukkan bahwa ada keuntungan strategis yang jelas sehingga

kemenangan pasti dapat diperoleh, dan kelemahan cukup dapat

dilindungi, maka tersebut memiliki kemungkinan untuk dapat

dicapai.

c. Perumusan Sub-Strategi

Sementara langkah penilaian situsional lebih menyibukkan diri

dengan keadaan dan situasi masa lalu, fokus kita harus bergerak maju

kedepan untuk perumusan sub-strategi. Langkah-kangkahnya sebagai

berikut menyusun tugas-tugas, merumuskan strategi dan mengevaluasi

strategi. Apabila penilaian situsional sudah selesai, menjadi jelas

sesuatu yang telah dirumuskan akan dijalankkan atau masih perlu

direvisi.

a) Menyusun tugas-tugas

Berdasarkan analisa kekuatan dan kelemahan, lahirnya

tugas-tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas-tugas tersebut adalah

meneliti kelemahan kita yang harus diminimalisirkan, memberikan

pertahanan dengan cara menutupi, mengalihkan perhatian yang

(54)

47

menyerang lawan dan jika lawan menunjukkan kelemahan yang

tidak berhubungan dengan kekuatan kita, maka kita harus

membangun kekuatan ini.

b) Merumuskan strategi

Pertama-tama harus memilih isu-isu yang dihadapkan dengan

pesaing atau lawan. Isu-isu ini hendaknya berupa isu atau

argument yang membawa keuntungan yang jelas. Lingkungan

dimana sebuah isu dijalankan memainkan peranan yang penting

dalam penentuan isu dan memusatkan kekuatan serta semua

penyerangan hanya satu isu dalam waktu tertentu saja.

c) Mengevaluasi strategi

Masing-masing strategi yang dipilih untuk menyelesaikan

tugas haruslah saling melengkapi. Mereka harus saling cocok, baik

di tingkat sub-sub strategi maupun dalam strategi menyeluruh.

Karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap strategi-strategi yang

dipilih setelah strategi itu dirumuskan.

d. Perumusan Sasaran

Setelah sasaran diputuskan, tanggung jawab untuk

memindahkan strategi ke unit-unit taktis, dan diimplementasikan

melalui pembagian-pembagian tugas. Strategi telah di tetapkan, maka

pendekatan untuk memanfaatkan kekuatan terhadap kelamahan lawan

(55)

48

harus menggambarkan keadaan pada akhir sebuah proses dalam

jangka waktu tertentu. Tujuan ini harus dapat dicapai dan tidak boleh

hanya menjadi sebagi ilusi belaka. Selain tujuan itu suda dirumuskan,

masing-masing strategi harus direalisasikan dan dijalankan. Tujuan ini

harus dibagi masing-masing dalam unit taktis yang bertanggung jawab

untuk pencapaian tujuan. Karena itu kuantitas, kualitas, jangka waktu

dan tanggung jawab harus ditetapkan setelah tujuan dirumuskan.

e. Target Image (Citra yang diinginkan)

Strategi untuk kegiatan kehumasan atau public relations (pr)

dirumuskan dan diimplementasikan di tingkat “PR”. Setelah keputusan

mengenai citra yang diinginkan (target iamage) ditetapkan. Target

image melukiskan citra yang diharapkan, yang hendak dicapai setelah

dijalankannya rangkaian pekerjaan kehumasan yang panjang dalam

kelompok target. Target image ditentukan oleh keputusan strategis

mengenai perumusan tugas dan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan

isu, gaya, jenis konfrontasi dan orang-orang yang diperhitungkan.

f. Kelompok-kelompok Target

Kelompok target adalah kelompok-kelompok masyarakat atau

organsasi mereka yang penting untuk pencapian misi, kelompok ini

perlu didekati dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kelompok

ini diidentifikasi dengan mengimpretasikan keputusan strategis,

Gambar

tabel di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa laki-laki yang berpoligami sangat jauh dari rasa tanggung jawab, sebagian seorang perempuan yang dipoligami secara ilegal ini

Proses interaksi antara kandidat calon kepala desa dengan masyarakat yang merupakan salah satu strategi yang dilakukannya terjadi komunikasi dua arah (two step

Setelah penyusun melakukan penelitian dengan beberapa orang yang diwawancara tentang Praktik Tindak Pidana Politik Uang Pemilihan Kepala Desa dalam Perspektif Hukum

https://guruppkn.com/faktor-yang-mempengaruhi-partisipasi, Pada tanggal 12 September 2017. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor internal.

Tesis dengan judul “Sengketa Tanah Wakaf Masjid Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Desa Pakem Kec. Pati)” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Dalam hal ini puasa sebagai salah satu alternatif yang dianggap dapat mengendalikan diri seseorang dari dorongan seksualitasnya.23 Perkawinan di bawah umur adalah ikatan lahir batin

Meskipun demikian, terlepas dari semua pandangan dan perspektif warga masyarakat setempat sebagaimana telah kami sebutkan diatas, tradisi ritual pertuq merupakan salah satu tradisi yang

“Kalo dampak positifnya ya bagi saya pelajaran lah mas efek jera agar tidak melakukan kembali suatu pekerjaan yang dilarang, alhamdulilah saya semenjak kluar dari tahanan tambah