KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN:
MORBUS BASEDOW
1. KONSEP PENYAKIT MORBUS BASEDOW
a. Pengertian
Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda akibat daya peningkatan produksi tiroid yang ditandai dengan peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b. Etiologi
Diduga akibat peran antibodi terhadap peningkatan produksi tiroid serta adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh di dalam jaringan tiroid dan ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.
c. Patofisiologi
Hipothalamus Hormon pelepas (tirotropin)
Hipofisis anterior Hormon perangsang tiroid (TSH)
Tiroid Hipertrofi Peningkatan sekresi Yodium
Tirotoksin Peningkatan metabolisme Antibodi imunoglobulin
Adenoma tiroid setempat
Hipertiroid
Peningkatan kebutuhan kalori
Peningkatan sirkulasi darah Resiko penurunan curah jantung
Resiko perubahan nutrisi (-) kebutuhan tubuh
Kelelahan otot
Sumber: Guyton and Hall (1997)
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan – lipatan sel – sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel – sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi terus – menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
d. Gambaran Klinik
1) Berat badan menurun 10) Dispnea
2) Eksoftalmus. 11) Berkeringat
3) Palpitasi, takikardia. 12) Diare
4) Nafsu makan meningkat. 13) Kelelahan
otot
5) Tremor (jari tangan dan kaki) 14)
Oligomenore/amenore
6) Telapak tangan panas dan lembab
7) Takikardia, denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler
8) Gugup, mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia.
9) Gondok (mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).
e. Penanggulangan
Terapi penyakit graves dtujukan kepada pengendalian stadium tirotoksikosis dengan pemberian antitiroid seperti propiltiourasil (PTU) atau karbimasol. Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan antitiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radioaktif atau tiroidektomi subtotal bilateral.
1) perlu mencapai hasil definitif cepat. 4) Struma multinoduler dengan hipertiroidi
2) Keberatan terhadap antitiroid 5) Nodul toksik soliter. 3) Penanggulangan dengan antitiroid tidak memuaskan
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBUS BASEDOW
a. Pengkajian
Data dasar pada pengkajian pasien dengan morbus basedow adalah: 1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala: insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
b) Tanda: Atrofi otot.
2) Sirkulasi
a) Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).
b) Tanda: disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
a) Gejala: urine dalam jumalh banyak, perubahan dalam feses (diare).
4) Integritas ego
a) Gejala: Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
b) Tanda: Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/cairan
a) Gejala: Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
b) Tanda: Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
6) Neurosensori
7) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
8) Pernafasan
a) Tanda: frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9) Keamanan
a) Gejala: tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
b) Tanda: suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
a) Tanda: penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala: adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen foto dengan kontras.
12) Pemeriksaan diagnostik
a) Tes ambilan RAI: meningkat. b) T4 dan T3 serum: meningkat c) T4 dan T3 bebas serum: meningkat
d) TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
e) Tiroglobulin: meningkat
f) Stimulasi TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
g) Ambilan tiroid131: meningkat h) Ikatan proein iodium: meningkat
j) Fosfat alkali dan kalsium serum: meningkat. k) Pemeriksaan fungsi hepar: abnormal
l) Elektrolit: hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
m) Katekolamin serum: menurun. n) Kreatinin urine: meningkat
o) EKG: fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
c. Perencanaan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
Rencana tindakan dan rasional: Mandiri
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
b) Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
Memberikan ukuran volume sirkuasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung.
c) Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
d) Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat terhadap adanya takikardia.
e) Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik, adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
f) Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
Takikardia merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid, dsiritmia seringkali terjadi dan dapt membahayakan fungsi antung atau curah jantung.
g) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal.
Tanda awal terjadinya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
Demam terjadi sebagai akibat kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
i) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
j) Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Kehilangan cairan yang banyak (melalui muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
k) Timbang berat badan setiap hari, sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan
metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung. l) Catat adanya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan, sinus
bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
Kondisi ini mempengaruhi pilihan terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi). m) Observasi efek samping dari antagois adrenergik, misalnya
penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda – tanda adanya kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
Satu indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
Kolaborasi
a) Berikan cairan iv sesuai indikasi.
Pemberian cairan melalui iv dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
b) Berikan O2 sesuai indikasi
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Tujuan asuhan keperawatan: Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.
Rencana tindakan/rasional: Mandiri:
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (di atas 160x/mnt) mungkin akan ditemukan.
b) Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
c) Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang sejuk dan musik santai (tenang).
Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi , hiperaktif dan insomnia.
d) Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika memungkinkan.
Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
e) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
Memungkinkan unttk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
g) Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien, diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan tersebut.
Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi dan emosi yang berlebihan. h) Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan
emosi yang tidak stabil ini.
Mengerti bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi sat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
Kolaborasi:
i) Berikan obat sesuai indikasi (sedatif, mis: fenobarbital/luminal, transquilizer/klordiazepoksida/librium.
Untuk mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif dan insomnia.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/peasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
Tujuan asuhan keperawatan: Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisi.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Auskultasi bising usus.
Bising usus hiperaktif menerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi. b) Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri
abdomen, munculnya mual dan muntah.
c) Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan.
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
d) Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
e) Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu dll).
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Kolaborasi:
a) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
b) Berikan obat sesuai indikasi:
(1) Glukosa, vitamin B kompleks.
Diberikan untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
(2) Insulin (dengan dosis kecil)
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan asuhan keperawatan: Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
a) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata.
Manifestasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
b) Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).
Oftalmopati infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit. c) Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan
tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
d) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.
e) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
f) Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan gambaran diri.
Bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata.
Kolaborasi:
a) Berikan obat sesuai dengan indikasi: (1) Obat tetes mata metilselulosa.
Diberikan untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat.
(3) Obat antitiroid
Dapat menurunkan tanda/gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk.
(4) Diuretik
DAFTAR PUSTAKA:
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996),
Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia
4. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa
Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
LAPORAN KASUS
KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY. HMD DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN: MORBUS BASEDOW
DI RUANG BEDAH A, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 22 April-26 April 2002
( Disusun Sebagai Bahan Laporan Pendahuluan Praktek Keperawatan Profesi di Ruang Bedah A, RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
Oleh:
Subhan
NIM 010030170 B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH
PADA PASIEN NY. HMD DGN GGN SISTEM ENDOKRIN:
MORBUS BASEDOW,
DI RUANG BEDAH A, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TANGGAL 22 April
– 26 April 2002
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 22 April 2002 pada pukul 11.30 WIB yaitu pada hari I post operasi. Klien didampingi oleh suami.
1. Identitas
Nama : Ny. Hmd Tgl MRS : 19-April- 2001
Umur : 27 th Register : 10115399
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose : Morbus Basedow
Suku Bangsa : Madura Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Pendidikan : SMP
Alamat : Banyu Sangka, Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Alasan di rawat : Timbul benjolan di leher bagian depan.
Keluhan utama: Benjolan pada bagian depan leher. sebelumnya :
Upaya yang telah dilakukan: Berobat jalan di praktek dokter swasta dan di URJ
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Therapi/operasi yang pernah dilakukan : pengobatan antitiroid (PTU, propanolol), pernah dirawat April 1999 dengan keluhan mata menonjol dan dada berdebar.
II Riwayat Keperawatan
namun dengan keluhan tersebut pun klien belum juga berobat. Tahun 1999 setelah melahirkan anak kedua, klien menderita hipertensi berat sehingga harus dirawat lebih kurang 1 bulan di RSUD Dr. Soetomo. Keluhan lain yang dirasakan klien adalah: kaki bengkak dan mata semakin dirasakan menonjol. Semenjak itu klien mulai minum obat antitiroid yaitu PTU dan propanolol. Keluar dari RS, klien kontrol ke praktek dr. Swasta hingga tekanan darahnya turun menjadi 120/80, gemetar (-).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Klien mulai memeriksakan diri ke RSUD Dr. Soetomo pada akhir tahun 2001 dengan keluhan: mata membelalak, badan gemetar, nafsu makan meningkat, berat badan menurun, rambut rontok. Klien disarankan untuk rawat inap dengan rencana operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Untuk persiapan operasi tersebut, klien diberikan terapi logolisasi 3x15 tetes selama 10 hari menjelang operasi, pemeriksaan BMR rutin setiap hari, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen. Tanggal 7 Januari klien dilakukan operasi sub total tiroidektomi, usai operasi klien diobservasi sementara di ruang ICU untuk mengobservasi adanya krisis tiroid. Kemudian pada tanggal 8 januari, klien dipindahkan kembali ke Ruang Bedah A, dalam keadaan sadar baik, terpasang infus Totofusin 20 tts/mnt, drain 2 buah pada luka operasi, MSS, therapi: Clindamycin 3x300 mg, Gentamycin 2x80 mg, Antrain 3x1 ampul, Frisium tab 10 mg 0 – 0 – 1, dilakukan pemeriksaan darah lengkap
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga klien, tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit sama dengan klien. Hanya Bapak menderita hipertesi.
Genogram:
Keterangan: = laki - laki = klien
= perempuan
= anak perempuan klien meninggal
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Klien tinggal dlm lingkungan nelayan (daerah pantai). Kedaan tempat tidur klien bersih dan rapi.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya : taa 2.6 Alat bantu yang dipakai: taa
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: klien sadar CM, masih lemah sehabis operasi, mengeluh pusing dan mual serta nyeri pada leher.
2. Tanda vital : TD: 120/80, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37,8 0C
3. Body System 3.1 Pernafasan
Hidung : Tidak ada sekret, bentuk simetris. Dada :
- Bentuk : simetris
- Gerakan : simetris, teratur.
Suara nafas dan lokasi : taa suara nafas tambahan Batuk : taa
Sputum : taa Cyanosis : taa Frekwensi nafas : teratur
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : (-) Pusing : ya Kram kaki : (-) Sakit kepala : (-)
Palpitasi : (-) Clubing finger : (-)
Suara jantung : normal, SR Edema : (-)
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM.
GCS : 456
Kepala dan wajah :
Mata : esoftalmus Sklera : bersih Konjunctiva : merah muda Pupil : isokor
Leher : terdapat bekas luka post operasi yang terbalut da terpasang drain 2 buah
Reflek fisiologis : baik Reflek patologis : (-)
Pendengaran : baik, simetris kiri dan kanan Penciuman : baik
Pengecapan : baik Penglihatan : baik Perabaan : baik
3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine
Gangguan saat kencing : (-)
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi Mulut : taa
Tenggorokan : terasa agak sakit jika menelan Abdomen : Taa
Rectum : taa
Bab : normal, 1 x/hari, konsistensi normal Obat pencahar : (-)
Lavement : (-)
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: bebas
Extremitas : taa, terpasang infus di lengan kiri. Kulit:
- Warna kulit : sawo matang - Akral :hangat
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : Tyraxol 3x1 tablet, PTU 3x1 tab, logolisasi 3x15 tts. Karakteristik seks sekunder: normal.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: kekeringan kulit dan rambur (+), eksoftalmus (+), goiter (+), hipoglikemia (+), tidak toleran thd panas dan dingin (+), polidipsi (+), poliphagi (+), kelemahan (+).
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: taa Type darah:taa
3.9 Reproduksi
Perempuan: keadaan aat reproduksi dalam batas normal, siklus haid teratur.
4.0 Psikososial Konsep diri: Citra diri:
- Tanggapan tentang tubuh: - Bagian tubuh yang disukai: taa
- Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa Identitas:
- Status klien dalam keluarga: sebagai istri dan ibu
- Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas - Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
Peran:
- tanggapan klien thd perannya: senang
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya:sanggup - Kepuasan klien melaksanakan perannya:puas
Ideal diri/harapan: - harapan klien thd:
= Tubuh: taa
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: ingin menjadi istri dan ibu yang lebih baik. = Tugas/pekerjaan: taa
- Harapan klien thd lingkungan: taa
- Harapan klien thd penyakit yg diderita: ingin cepat sembuh dan bisa segera pulang.
Harga diri:
- Tanggapan klien thd harga dirinya: tinggi Sosial/interaksi:
- Hubungan dengan klien: kenal - Dukungan keluarga: aktif
- Dukungan kelompok/teman/masyarakat: aktif - Reaksi saat interaksi: kooperatif
- Konflik yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
- Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah - Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah
- Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: Sholat, membaca kitab suci. - Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg
diharapkan saat ini: ibadah
- Upaya keseatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
- Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: ya
- Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: ya
Pemeriksaan penunjang: 1. tanggal 19-4--2002
DL: glukosa darah: 109 mg/dl; HB: 13,6 gr/dl; HCT: 41,2 %; PLT: 290 x 10 cg/l; SC: 0,48 mg/dl
2. Tanggal 19-4--2002
Test Elisa: T3: 1,46 ug/ml; T4: 14,20 ug/ml 3. tanggal 19-4- 2002
Test Elisa: TSH: 0,006 uIu/ml; T3: 1,26 ug/ml; T4: 10,60 ug/ml 4. Tanggal 19-4-2002
DL: HB: 11,3 gr/dl; HCT: 34%; PLT: 285 x 10 cg/l; LED: 38 mm/jam 5. Tanggal 19-4-2002
Foto thoraks AP dan leher AP/L, hasil: - cor: besar, bentuk (n)
- pulmo: tdk terdapat infiltrat dan kelainan
- kedua sinus phrenicocostalis tajam, tdk tampak soft tissue mass parasteral - tidak tampak soft tissue mass daerah cervikal
- Tidak tampak pendorongan dan penyempitan trachea, airway baik
- Alignment tulang baik, subchondral bone layer dan trabekulasi (n), corpus, pedicle dan spatium intervertebralis (n)
6. tanggal 19-4-2002
Konsul anestesi, hasil: tyrazol 3x1 tab, Frisium 10 mg 0-0-1, Vitamin 1x1 tab 7. tanggal 19-4-2002
Konsul kardiologi: ECG: (n)
Analisa data
Data Etiologi Patofisiologi Masalah
S: Klien mengeluh mual, kepala pusing, badan menggigil. O: Klien menggigil,
klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80, N: 80x/mnt,
S:37,80C
Immobilisasi. Immobilisasi metabolisme menurun kompensasi tubuh thd sekresi keringat (-) suhu tubuh meningkat.
Peningkatan suhu tubuh.
S: Klien mengeluh
nyeri pada leher
post operasi.
O: Klien banyak berbaring, mobilisasi (-), skala nyeri 5-6.
Manipulasi bedah thd jaringan.
Manipulasi bedah thd jaringan tubuh
pemutusan ujung syaraf
merangsang respon nosiseptor
melewati nilai ambang nyeri nyeri.
Nyeri post operasi.
S: Klien banyak
bertanya tentang
penyakitnya.
O:
-Kurang informasi
Kurang informasi tidak tahu dan tidak mampu mengenal masalah penyakit dan perawatan defisit knowledge.
Defisit knowledge
Rumusan Masalah:
1. Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh. 2. Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas:
1. Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien mengeluh nyeri pada leher post operasi, O: Klien banyak berbaring, mobilisasi (-), skala nyeri 5-6.
2. Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh mual, kepala pusing, badan menggigil. O: Klien menggigil, klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80, N: 80x/mnt, S:37,80C
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang penyakitnya.
1. Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien mengeluh nyeri pada leher post operasi, O: Klien banyak berbaring, mobilisasi (-), skala nyeri 5-6.
Tujuan jangka pendek: klien dapat mengontrol nyeri.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari, nyeri hilang.
Kriteria hasil
: Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang, mobilisasi klien
aktif, klien dapat memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.
No
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mandiri:
Kaji tanda adanya nyeri,
baik verbal maupun
nonverbal, catat lokasi,
intensitas (skala nyeri
1-10), lamanya.
Letakkan pasien dlm
posisi semifowler dan
sokong kepala dengan
bantal.
Pertahnakan leher/kepala
dlm posisi netral dan
sokong selama ada
perubahan
posisi.
Instruksikan pasien untuk
menggunakan tangan
apabila akan berubah
posisi.
Pertahankan meja pasien
dalam jarak yang mudah
terjangkau oleh apsien.
Berikan minum dingin
serta makanan lunak.
Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
untuk
mengurangi nyeri.
Bermanfaat dlm mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan intervensi, menentukan
efektifitas terapi.
Mencegah hiperekstensi leher dan
melindungi integritas garis jahitan.
Mencegah stres pada garis jahitan dan
menurunkan ketegangan otot.
Membatasi ketegangan, nyeri otot pada
aderah operasi.
Menurunkan nyeri tenggorok tetapi
makanan lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
Membantu untuk mefokuskan kembali
perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri secara lebih efektif.
Kolaborasi:
Berikan obat/analgetik
sesuai instruksi medis.
meningkatkan istirahat.
2. Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh mual, kepala pusing, badan menggigil. O: Klien menggigil, klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80, N: 80x/mnt, S:37,80C
Tujuan jangka pendek: klien dapat mengontrol suhu tubuh yang kompeten. Tujuan jangka panjang: Setelah diberikan asuhan keperaatan selama 1 hari,
suhu tubuh klien normal.
Kriteria hasil: S: 36 – 37 0
C, Mual (-), pusing (-), klien melaporkan adanya suhu
tubuh yang nyaman, tidak menggigil, istirahat cukup.
No Intervensi Rasional
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mandiri: Catat vital sign.
Awasi keluaran urine.
Observasi drainase pada luka operasi.
Ubah posisi klien sesering mungkin sesuai kenyamanan klien.
Anjurkan utnuk mobilisasi secara mandiri.
Ciptakan lingkungan yag nyaman bagi klien mis, sediakan selimut ekstra bila klien menggigil, atur kecepatan pengatur suhu ruangan.
Beri kompres hangat.
Atur tetesan infus sesuai kebutuhan tubuh akan cairan : 2500 cc / hari. Berikan parasetamol bila
Mengawasi adanya peningkatan tanda vital ksususnya suhu tubuh.
Urine erupakan salah satu kontrol pengeluaran caiaran tubuh sehingga dapat ditentukan jumlah cairan yang harus masuk dalam tubuh klien. Memberikan informasi tentang status perdarahan.
Meningkatkan sirkulasi darah sehingga kebutuhan tubuh akan panas dan energi lebih merata.
Mobilisasi meningkatkan proses metabolisme sehingga panas tubuh dapat lebih terkontrol. Kenyamanan lingkungan akan membantu meningkatkan suasana psikologis yang nyaman bagi klien. Selimut dapat membantu mengurangi gejala menggigil.
Kompres hangat membantu hipotalamus bekerja lebih efisien dalam mengontrol respon penurun panas tubuh.
Kebutuhan tubuh akan cairan yang tidak memadai dapat menjadi penyebab peningaktan suhu tubuh akibat dehidrasi post operasi.
panas > 39 0C. lebih cepat dan efektif.
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan jangka pendek: Kebutuhan informasi klien terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: Setelah diberikan HE selama 2 x 10 menit, klien dapat mengatakan pengertiannya tentang perawatan penyakitnya.
Kriteria hasil: Klien mengatakan pengertiannya tentang perawatan penyakitnya, klien dapat berpartisipasi dalam program perawatan yang direncanakan.
No
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mandiri:
Diskusikan kebutuhan
diet yang seimbang, diet
bergizi dan bila tepat
mencakup
garam
beryodium.
Sarankan
untuk
menghindari makanan –
makanan yang bersifat
goitrogenik, misalnya
makanan laut yang
berlebihan,
kacang
kedelai, lobak.
Identifikasi makanan
tinggi
kalsium
(mis.kuning telur, hati).
Tinjau ulang latihan
pasca operasi yang
dilakukan
setelah
penyembuhan luka (mis.
Fleksi, ekstensi, rotasi
dan pergerakan lateral
dari kepala dan leher).
Nilai kembali kebutuhan
akan istirahat dan
relaksasi, menghindari
Meningkatkan proses penyembuhan dan
membantu klien mempertahankan berat
badan yang sesuai. Penggunaan garam
beryodium sering kali cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan yodium.
Merupakan kontraindikasi setelah
tiroidektomi parsial karena makanan ini
menghambat aktivitas tiroid.
Memaksimalkan suplai dan absorbsi
kalsium jika fungsi kelenjar paratiroid
terganggu.
Latihan rentang gerak dan sendi yang
teratur meningkatkan kekuatan oto leher,
meningkatkan sirkulasi dan proses
penyembuhan.
7.
8.
keadaan yang penuh stres
dan emosi yang
berlebihan.
Instruksikna
untuk
melakukan perawatan
pada daerah insisi (mis.
Membersihkan
dan
membalutnya).
Tinaju ulang terapi obat
kebutuhan
melanjutkannya
bila
keadaan dirasakan lebih
baik.
Identifikasi tanda/gejala
yang
membutuhkan
evaluasi medis (mis.
Demam, menggigil, luka
purulen atau tidak
sembuh, eritema, berat
badan turun terus, tidak
toleransi terhadap panas,
mual/muntah,
diare,
insomnia, berat badan
meningkat, kelelahan,
tidak toleransi thd dingin,
konstipasi, mengantuk
berat.
lama bagi tubuh untuk penyembuhannya.
Memberikan kesemapatna klien untuk
memberikan perawatan diri secara mandiri
dan kompeten.
Jika penggantian tiroid diperlukan karena
pengangkatan kelenjar tiroid, klien perlu
memahami alasan terapi pengganti tersebut
serta dampak kegagalan pada pemakaian
yang tidak teratur.
Implementasi:
Tgl/jam
No
Dx.Kep.
Implemetasi
Evaluasi
22-4--2002
11.00 WIB
16.30 WIB
18.00 WIB
19.00 WIB
22-4--2002
09.00 WIB
1,2
2
1,2
21
2
1
1,3
1
2
2
1,2
3
Mengukur vital sign.
Memberi
kompres
hangat.
Mengatur posisi tidur
semifowler.
Memberikan selimut
ekstra
Mengatur tetesan infus
35tts/mnt.
Menagjarkan teknik
relaksasi nafas panjang.
Mengajarkan klien dan
keluarga
teknik
mobilisasi aman bagi
klien.
Memberikan minuman
dingin pada klien.
Mencatat keluaran urine.
Mencatat
jumlah
keluaran drainase.
Mengukur vital sign.
Memberikan HE pada
klien dan keluarga
tentang:
-
Makanan yang
harus
dikurangi
seperti: ikan lauk,
S; 37,8
0C, TD: 120/80
mmHg, N; 80 x/mnt, RR:
20x/mnt.
Klien tidur dlm posisi
semifowler.Klien
mengatakan
nyaman
dengan posisi yang
diberikan.
Menggigil berkurang.
Infus netes lancar 35
tts/mnt.
Klien dapat mencoba
berlatih dengan baik.
Keluarga dapat membantu
mobilisasi klien dengan
baik.
Nyeri menelan diarsakan
berkurang.
Urine keluar: 200 cc
Drainase: 50 cc
S: 36,60C, TD: 120/80, N: 76
x/mnt.
Klien dan keluarga mengatakan memahami
10.00 WIB
23-4--2002
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
2
2
1,2
3
3
3
kacang kedelai,lobak.
-
Makanan yang
harus ditambah mis.
Kuning telur dan hati.
-
Obat yang harus
diminum
secara
teratur dan dampak
bila putus obat.
-
Mobilisasi
efektif.
-
Perawatan luka
operasi.
-
Tanda dan gejala
bila
terjadi
peningaktan
atau
penurunan produksi
kelenjar tiroid.
Membuka
drainase.
Observasi perdarahan.
Memotivasi klien untuk
mobilisasi secara aktif.
Mengingatkan klien
dengan
diskusi
pantangna dan anjuran
tentang makanan yang
telah diberikan.
Memberi kesempatan
klien untuk bertanya dan
berdiskusi.
Melatih cara perawatan
luka post operasi.
Perdarahan (-)
Klien mulai berjalan keluar kamar didampingi oleh suami.
Klien mampu menyebutkan pantangan dan anjuran makanan yang diberiathukan.
Klien dan keluarga banyak bertanya tentang perawatan luka post operasi.
Evaluasi/catatan perkembangan:
TGL/Jam
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
23-4-2002
13.00 WIB
1. Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien
mengeluh nyeri pada leher
post operasi, O: Klien
banyak
berbaring,
mobilisasi (-), skala nyeri
5-6.
S: Klien mengatakan nyeri menelan
dan nyeri pada leher berkurang.
O: Klien dapat duduk dari posisi
berbaring secara mandiri.
Klien berjalan – jalan keluar kamar
dibantu suami.
Skala nyeri : 2
Pusing (-), mual (-).
A: Masalah teratasi.
P: pertahankan status umum klien.
8-1-2002
19.30 WIB
2. Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien
mengeluh mual, kepala
pusing, badan menggigil. O:
Klien menggigil, klien post
op hr I, diet MSS, TD:
120/80, N: 80x/mnt,
S:37,8
0C
S: Klien mengatakan terasa lebih
enak, badan tidak menggigil.
O: S: 36,6
0C, TD: 120/80, N: 76
x/mnt.
Menggigil (-), mual (-), pusing (-).
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan status keadaan umum
klien.
23-4-2002
12.00 WIB
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Data penunjang: S: Klien
banyak bertanya tentang
penyakitnya.
S: Klien mengatakan memahami
penjelasan yang diberikan dan
berjanji akan melaksanakan denagn
baik.
O: Klien tenang, kegelisahan ber (-).
A: masalah teratasi