• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI : Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI : Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK,

KABUPATEN SUBANG)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Amanda Putri Selvia 0900346

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK,

KABUPATEN SUBANG)

Oleh

Amanda Putri Selvia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Amanda Putri Selvia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK, KABUPATEN SUBANG)

oleh

Amanda Putri Selvia NIM 0900346

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. NIP 196201091987032002

Pembimbing II,

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum. NIP 197803282006042001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

(4)

(Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang)

Amanda Putri Selvia 0900326

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kepunahan suatu bahasa yang terjadi hampir di seluruh dunia dan Indonesia, apabila usaha pemertahanan tidak benar-benar terjadi. Pemertahanan bahasa perlu dilakukan dan digalakkan agar bahasa yang terancam punah ini hidup dan dituturkan kembali oleh masyarakat pemakainnya. Upaya untuk menghindari kepunahan bahasa diperlukan strategi, yaitu sikap pemertahanan bahasa oleh masyarakat penuturnya.

Penelitian ini mengungkap mengenai (1) sikap bahasa anak-anak PAUD, (2) frekuensi penggunaan bahasa Sunda, dan (3) faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda. Dalam penelitian ini untuk mengungkapkan permasalahan tersebut menggunakan teori, yaitu (1) sikap bahasa, (2) pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa, (3) pilihan bahasa, (4) komponen tutur, serta (5) bilingualisme dan diglosia.

Pengkajian masalah ini memakai pendekatan teoretis sosiolinguistik dan pendekatan metodologis deskriptif kualitatif, serta model etnografi komunikasi. Subjek dalam penelitian ini difokuskan kepada siswa PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data yang diambil dari siswa PAUD berupa berbagai peristiwa tutur bahasa Sunda yang dilakukan oleh responden, baik tuturan lisan maupun tulisan. Data selanjutnya diambil dari orang tua siswa dan pengajar PAUD berupa informasi yang diberikan mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, teknik rekam dan pancingan. Teknik analisis data mentranskripsikan data hasil rekaman, mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.

Berikut adalah hasil penelitian pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD yang dapat dipaparkan secara ringkas sebagai berikut. Pertama, sikap bahasa pada anak-anak PAUD pada 43 kosakata masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu). Kedua, frekuensi jumlah penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sebesar 81%. Penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak PAUD sekitar 19%. Ketiga, pemertahanan bahasa Sunda dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat dan pendukung. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) loyalitas terhadap bahasa ibu dan (2) lingkungan keluarga. Sementara itu, faktor penghambat pemertahanan bahasa Sunda meliputi (1) perpindahan penduduk, (2) faktor ekonomi, dan (3) faktor pernikahan antar etnis yang berbeda.

ABSTRACT

(5)

iv

(Studies in Sociolinguistics Sarireja village, sub-district road forked, Subang)

Amanda Putri Selvia avoid the extinction of languages is necessary strategies, language retention by the attitude of the public speakers.

This research reveals about (1) the attitude of children's language early childhood, (2) frequency of use of the language, and (3) the factors supporting and inhibiting the language retention. In this study to reveal these problems using theory, namely (1) the attitude of the language, (2) language retention and language shift, (3) choice of language, (4) speech component, and (5) bilingualism and diglossia.

Assessment of this issue using a theoretical approach sociolinguistic and descriptive qualitative methodological approach, as well as models of ethnography of communication. Subjects in this study focused on the early childhood students, parents, and teachers in the early childhood Sarireja village, sub-district road forked, Subang regency. Data taken from a variety of early childhood students said Sundanese events conducted by the respondents, both oral and written speech. Data were then taken from the parents and early childhood educators in the form of information provided regarding the factors supporting and inhibiting the language retention. Data collection techniques in this study were participant observation, consider the techniques involved conversation, recording techniques and fishing. Data analysis techniques transcribe the recording of data, identify the data, classify the data, analyze the data, and draw conclusions.

(6)

DAFTAR ISI

(7)

2.2.1.5Pemertahanan Bahasa dan Pergeseran Bahasa ... 20

4.2 Sikap Bahasa dan Frekuensi Penggunaan Bahasa Sunda pada Anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 48

4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang... 178

4.3.1 Faktor Pendukung Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 178

4.3.2 Faktor Penghambat Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 180

(8)

dan Bahasa Indonesia pada Anak-anak PAUD,

dan Faktor Pendukung serta Penghambat Pemertahanan

Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

Kabupaten Subang... 181

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 187

5.1 Simpulan... 187

5.2 Saran ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 191

LAMPIRAN 1 ... 193

LAMPIRAN 2 ... 198

LAMPIRAN 3 ... 246

LAMPIRAN 4 ... 285

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Diglosia dan Bilingualisme ... 14

Tabel 4.1 Jumlah Penggunaan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia

Anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah:

identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, (3) tujuan penelitian,

(4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya

sebagai berikut.

1.1Latar Belakang Penelitian

Salah satu sifat dari bahasa adalah dinamis. Perubahan bahasa bisa terjadi

pada fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Perubahan bahasa bukan hanya

berupa pengembangan dan perluasan, melainkan juga dapat berupa kemunduran.

Perubahan bahasa ini sejalan dengan perubahan yang dialami oleh masyarakat

bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial telah menyebabkan banyak

masyarakat meninggalkan bahasanya dan tidak lagi menggunakan bahasanya,

tetapi masyarakat telah menggunakan bahasa lain. Kejadian inilah yang akan

menyebabkan pergeseran bahasa, kehilangan bahasa, sampai kematian bahasa

(Chaer, 2003: 54).

Pemertahanan dan pergeseran bahasa adalah dua gejala kebahasaan yang

saling terkait. Kedua gejala bahasa ini juga tidak bisa terlepas dari gejala

kompetisi bahasa. Bahasa dikatakan mengalami pergeseran ketika suatu

masyarakat mulai meninggalkan bahasa tradisionalnya (bahasa daerah atau bahasa

ibu). Salah satu dampaknya adalah termarginalkannya suatu bahasa dan

terangkatnya bahasa yang lain, bahkan yang lebih mengkhawatirkan terjadinya

kepunahan bahasa. Sebagai contoh, UNESCO (United Nations Educational,

Scientific, and Cultural Organization) mencatat setidaknya ada lebih dari 1.000 bahasa terancam punah. Atlas bahasa terbaru yang diluncurkan UNESCO

menunjukkan beberapa bahasa, yaitu bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Nusa

Laut, Piru, dan Naka’ela di Maluku, bahasa Eyak di Alaska, bahasa Maku dan Yuruti di Brazil, bahasa Homa di Kenya, dan bahasa Rangkas dan Tolcha di India

(12)

bahasa perlu dilakukan dan digalakkan agar bahasa yang terancam punah ini

hidup dan dituturkan kembali oleh masyarakat pemakainnya.

Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di

Indonesia. Sebagai bahasa daerah yang eksistensinya masih dipakai dalam

berkomunikasi, dihargai, dipelihara oleh masyarakat, dan negara karena bahasa

Sunda merupakan bagian dari khazanah dan budaya Indonesia. Bahasa Sunda

merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbesar kedua setelah bahasa

Jawa; jumlah penuturnya lebih dari 21 juta yang tersebar di Jawa Barat dan

Banten (Fasya dan Zifana, 2012). Contoh kata bahasa Sunda yang diserap utuh ke

dalam bahasa Indonesia ialah kata tétéh ‘panggilan kepada kakak perempuan’ dan

nyeri ‘berasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian tubuh) atau rasa yang menimbulkan penderitaan’. Kata ini mampu menjadi

landasan dan pijakan kebanggaan bagi masyarakat Sunda untuk melestarikan dan

mempertahankan bahasanya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber bahwa dalam

kehidupan sehari-hari anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sudah sepenuhnya

menggunakan bahasa Sunda. Sementara itu, frekuensi penggunaan bahasa Sunda

lebih sering digunakan dalam sistem pengajaran di PAUD, sedangkan penggunaan

bahasa Sunda dalam sistem pengajaran digunakan setiap hari Rabu. Pada

Undang-Undang No. 24 Tahun 2009, menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

poin penting dalam proses transfer ilmu melalui pengajaran. Akan tetapi, para

pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ini

memilih untuk melanggar Undang-Undang tersebut dan menggunakan bahasa

Sunda bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan bahasa tersebut.

Berbeda dengan penelitian Fasya dan Zifana (2012), teridentifikasi adanya

kecendrungan antara Desa Kumpay dan Desa Sarireja terhadap perlakuan bahasa

daerahnya. Di Desa Kumpay telah terungkap bahwa penutur bahasa Sunda sudah

tidak setia lagi terhadap bahasanya dalam kehidupan sehari-hari gejala ini

disebabkan kehadiran PAUD, sedangkan di Desa Sarireja masih menggunakan

(13)

3

Kondisi Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sudah

menunjukkan adanya perkembangan. Sebagai contoh, Desa Sarireja ini dikenal

sebagai desa tempat bermukimnya pegawai dari PTPN (Perseroan Terbatas

Perkebunan Nusantara), untuk perkebunan teh, pabrik Aqua, akses jalan yang

bagus, adanya Universitas, dan sekolah-sekolah tinggi lainnya. Namun,

masyarakat Desa Sarireja tetap berusaha untuk mempertahankan bahasa

daerahnya di tengah-tengah perkembangan di berbagai ranah kehidupan. Fakta

tersebut patut dibanggakan dan diberi apresiasi yang layak untuk keberlangsungan

khazanah dan kebudayaan Indonesia.

Ada beberapa penelitian serupa yang dilakukan oleh Sumarsono (1993)

tentang pemertahanan bahasa Melayu Loloan di Bali. Pada penelitian tersebut

diungkapkan ada atau tidaknya pemertahanan bahasa Melayu Loloan, dalam

konteks ranah apa penggunaan bahasa Melayu Loloan, dan faktor-faktor

pemertahanan bahasa Melayu Loloan di Bali. Selain itu, Damanik (2009) tentang

pemertahanan bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Pada penelitian

tersebut diungkapkan frekuensi penggunaan bahasa Simalungun dalam konteks

ranah keluarga, pergaulan, pendidikan, pemerintahan, transaksi, pekerjaan, dan

tetangga. Faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa Simalungun dan

pemertahanan bahasa Simalungun sebagai lingua franca pada masyarakat penuturnya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dasripin (2009) tentang

pemertahanan bahasa Sunda pada masyarakat di Kabupaten Serang, Provinsi

Banten. Penelitian tersebut menjelaskan pemertahanan bahasa Sunda yang

dilakukan oleh masyarakat Serang, gambaran tentang komunikasi masyarakat

Serang yang menggunakan beberapa bahasa, yaitu bahasa Jawa Serang, Sunda,

dan Indonesia.

Sementara itu, Wahyuni (2011) melakukan penelitian tentang

pemertahanan bahasa Aceh di Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian tersebut

menjelaskan ranah penggunaan bahasa Aceh dalam keluarga masyarakat Aceh,

faktor pendukung dalam pemertahanan bahasa Aceh, dan fungsi bahasa Indonesia

(14)

Upaya untuk menghindari kepunahan bahasa diperlukan strategi, yaitu

sikap pemertahanan bahasa oleh masyarakat penuturnya. Pemertahanan bahasa

merupakan kesetiaan terhadap suatu bahasa untuk tetap menuturkan bahasa

khususnya, bahasa ibu (daerah) di tengah-tengah gempuran bahasa lain yang kian

populer. Uraian yang menarik dari penelitian pemertahanan bahasa, yaitu sebuah

masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih (bilingual) sering terjadi

fenomena pemakaian bahasa ibu (daerah) cenderung bergeser akibat adanya

bahasa kedua yang memiliki peran utama. Pengkajian pemertahanan bahasa

biasanya mengarah kepada hubungan kemantapan yang terjadi pada kebiasaan

berbahasa dengan proses psikologis, sosial, dan budaya yang sedang berlangsung

pada saat masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan satu sama lain (Damanik,

2009).

Hal tersebut jelas merupakan suatu masalah yang rumit dan berbahaya jika

dibiarkan begitu saja, tanpa ada upaya, dan cara untuk menanggulanginya. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai pemertahanan bahasa Sunda

dalam ranah PAUD lebih mendalam terlebih dengan menggunakan pisau analisis

sosiolinguistik.

1.2Masalah

Dalam bagian ini dijelaskan masalah yang menjadi fokus penelitian.

Adapun penjelasannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan

(3) rumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Situasi sosial dan budaya industri memengaruhi kondisi pemertahanan bahasa

Sunda.

2) Mobilitas migrasi memengaruhi pemertahanan bahasa Sunda.

3) Pemerolehan bahasa pada anak memengaruhi sikap pemertahanan bahasa

(15)

5

4) Catatan UNESCO menunjukkan bahwa setidaknya ada lebih dari 1000 bahasa

salah satunya bahasa Sunda yang terancam punah apabila usaha pemertahanan

tidak benar-benar terjadi.

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan terhadap masalah yang

diteliti agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan

masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Masalah utama penelitian ini adalah pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah

PAUD yang berlokasi di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten

Subang; sumber data diperoleh dari masyarakat di Desa Sarireja, Kecamatan

Jalan Cagak, Kabupaten Subang dengan difokuskan kepada siswa PAUD

kelas A dan B; orang tua siswa; pengajar PAUD.

2) Penelitian ini ditekankan pada sikap bahasa anak-anak terhadap bahasa Sunda;

frekuensi pemertahanan bahasa Sunda; dan faktor pendukung dan penghambat

pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

Kabupaten Subang.

3) Angket yang digunakan anak-anak PAUD berisi 43 gambar yang sudah

diajarkan oleh para pengajar yang sesuai dengan silabus pelajaran PAUD di

Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

4) Penelitian ini menggunakan Kamus Bahasa Sunda-Indonesia Satjadibrata (2011).

5) Penelitian ini difokuskan pada bahasa Sunda dialek Subang.

6) Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik.

7) Penelitian ini difokuskan pada pemerolehan kosakata anak PAUD.

1.2.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada

(16)

1) Bagaimana sikap bahasa anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di

Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa

Sunda?

2) Bagaimana frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan

Jalan Cagak, Kabupaten Subang?

3) Apa faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal

sebagai berikut:

1) sikap bahasa anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten

Subang, terhadap bahasa Sunda;

2) frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

Kabupaten Subang;

3) faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat-manfaat setidaknya dalam aspek teoretis

dan aspek praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

kajian sosiolinguistik khususnya tentang pemertahanan bahasa, serta

menghasilkan deskripsi mengenai pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah

PAUD.

Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran

berbahasa yang positif sehingga bahasa daerah itu tetap memenuhi perannya

sebagai penanda identitas etnis, baik dalam peran sosial dan alat komunikasi.

Selain itu, penelitian ini diharapkan pula untuk dijadikan sebagai bahan rujukan

atau pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa

Sunda. Selain itu, sebagai upaya menambah perbendaharaan kosakata bahasa

(17)

7

1.5Struktur Organisasi Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri atas lima bab, untuk memudahkan

penyajiannya, maka struktur organisasi penulisan ini disusun dari bab satu sampai

bab lima. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang,

masalah penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan masalah. Dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi penulisan.

Bab kedua memuat kajian pustaka yang membahas mengenai teori-teori

yang digunakan, yaitu teori sosiolinguistik, teori bilingualisme dan diglosia, teori

pilihan bahasa, teori sikap bahasa, teori komponen tutur, teori pemertahanan

bahasa dan pergeseran bahasa, PAUD, dan profil sekolah PAUD. Setelah itu,

dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang relevan, dan anggapan dasar.

Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas mengenai lokasi

dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data. Bab keempat

memuat hasil penelitian dan pembahasan. Bab kelima memuat simpulan dan

(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain

penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen

penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun

uraiannya sebagai berikut.

3.1Lokasi dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Desa Sarireja,

Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Lokasi penelitian ini dipilih karena

kondisi Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang yang sudah

menunjukkan perkembangan di berbagai ranah kehidupan. Namun, masyarakat

Desa tersebut tetap berusaha untuk mempertahankan bahasa daerahnya (bahasa

ibu) di tengah-tengah perkembangan.

Subjek dalam penelitian ini difokuskan kepada siswa PAUD, orang tua

siswa, dan pengajar PAUD. Data yang diambil pada siswa PAUD di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang berupa berbagai peristiwa

tutur bahasa Sunda yang dilakukan oleh responden, baik tuturan lisan maupun

tulisan. Data inilah yang membantu dalam menentukan sikap bahasa anak-anak

PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data selanjutnya diambil

pada orang tua siswa dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan

Cagak, Kabupaten Subang berupa informasi yang diberikan oleh responden

mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

3.2Desain Penelitian

Pada bagian ini digambarkan diagram desain penelitian yang diadaptasi

dari model interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang dipaparkan dalam

(19)

25

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Tuturan lisan maupun tulisan yang dilakukan anak-anak PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD

di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang

Hasil Analisis

Sikap Positif atau Negatif Bahasa Anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang terhadap bahasa Sunda.

Penyimpulan Data

1) Kondisi penggunaan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, dan alasan yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Sunda tersebut,

2) Frekuensi penggunaan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang,

3) Faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Pengumpulan Data

1) Observasi Partisipan 2) Teknik Simak Libat Cakap 3) Teknik Rekam dan Pancingan

Penganalisisan Data

1) Berdasarkan teori sikap bahasa Anderson (2004), mendeskripsikan sikap bahasa anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang terhadap bahasa Sunda,

2) Menganalisis frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang,

3) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu berbagai peristiwa tutur bahasa Sunda baik tuturan lisan maupun tulisan yang dilakukan oleh siswa PAUD dan informasi yang diberikan oleh orang tua siswa dan pengajar PAUD mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

(20)

3.3Metode Penelitian

Pendekatan teoretis ini digunakan untuk mendeskripsikan sikap responden

terhadap suatu bahasa tertentu pada suatu daerah. Pendekatan teoretis

sosiolinguistik ini berkaitan dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat

dan tidak terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan aspek-aspek

kemasyarakatan (Chaer dan Agustina, 2004: 2-3). Dengan demikian, kajian ini

dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mengungkap makna dari

gejala pemertahanan bahasa pada latar yang alami, dalam penelitian ini digunakan

metode kualitatif. Hymes mengemukakan bahwa etnografi komunikasi bertujuan

untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam

suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya

(Sumarsono, 1993: 19; Kuswarno, 2008: 11). Artinya, bahasa dapat dipahami dan

mempunyai arti jika dikomunikasikan.

Penelitian ini memanfaatkan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk

mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai pemertahanan

bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang pada

anak usia dini. Hal tersebut senada dengan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4)

yang mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data

(21)

27

dapat diamati atau disebut sebagai deskriptif kualitatif. Sejalan dengan Bogdan

dan Taylor, Moleong (2011: 6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah. Putra dan Dwilestari (2012: 67) pun mengungkapkan

konsep yang senada, yaitu penelitian kualitatif terfokus pada manusia dan

interaksinya dalam konteks sosial. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari

atau menemukan makna yang mendalam dibalik tindakan, ucapan, dan realitas

yang konkret (Putra dan Dwilestari, 2012: 73). Dengan menggunakan metode ini,

sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data

utama (Moleong, 2011: 8-11; Putra dan Dwilestari, 2012: 69-76).

Kirk dan Miller (Djajasudarma, 2006: 11) memberikan kejelasan

mengenai pengertian kualitatif, yaitu tradisi tertentu pada ilmu pengetahuan sosial

secara fundamental bersifat dasar (pokok) berkait pada pengawasan manusia

dalam daerahnya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui

bahasanya. Gorman dan Clayton (Santana, 2007: 28) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif berisi pengamatan berbagai peristiwa dan interaksi yang

diamati langsung oleh peneliti dari tempat penelitian berlangsung. Berdasarkan

paparan-paparan di atas mengenai penelitian kualitatif dapat ditarik simpulan

bahwa metode kualitatif adalah menguraikan suatu data sesuai dengan keadaan

atau peristiwa yang aktual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

3.4Definisi Operasional

Definisi operasional dibutuhkan agar tidak terjadi pertentangan pendapat

dalam penelitian ini. Definisi operasional yang diperlukan dalam penelitian ini,

sebagai berikut:

1) pemertahanan bahasa Sunda adalah bahasa Sunda yang masih digunakan oleh

(22)

2) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan anak yang

belum memasuki pendidikan formal, yaitu PAUD kelas A dan B di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;

3) sikap bahasa adalah keyakinan anak usia dini terhadap penggunaan bahasa

Sunda yang berjangka panjang untuk berkomunikasi dengan kelompok

penutur di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;

4) ranah pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lingkungan

yang memungkinkan terjadinya percakapan dan merupakan kombinasi antara

partisipan, topik, serta tempat pada ranah pendidikan di PAUD.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket

atau daftar tanyaan. Angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah

tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan dari setiap responden.

Angket atau daftar tanyaan ini terdiri atas tiga angket. Angket pertama untuk

siswa PAUD, angket kedua untuk orang tua siswa, dan angket ketiga pengajar

PAUD. Angket pertama yang ditujukan pada siswa PAUD berisi gambar-gambar

yang sudah diajarkan oleh para pengajar yang sesuai dengan silabus pelajaran

PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Angket

pertama ditujukan pada siswa PAUD berisi 43 gambar, yaitu 12 gambar buah, 5

gambar warna, dan 26 gambar hewan. Angket inilah yang akan membantu dalam

menentukan sikap bahasa anak-anak PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa

Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

Kabupaten Subang.

Angket kedua, ditujukan kepada orang tua siswa yang berisi 10 pertanyaan

mengenai bahasa dan penggunaannya, angket inilah yang akan membantu dalam

menentukan faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Angket

ketiga, ditujukan kepada pengajar PAUD yang berisi 3 pertanyaan mengenai

bahasa dan penggunaannya, angket pengajar PAUD ini dapat membantu dalam

(23)

29

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Dari ketiga

angket inilah peneliti mendapatkan informasi mengenai sikap bahasa masyarakat

tersebut, frekuensi penggunaan bahasa Sunda, dan faktor pendukung dan

penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan

Cagak, Kabupaten Subang. Berikut ini merupakan contoh angket yang ditujukan

untuk siswa PAUD, orang tua, dan pengajar PAUD.

ANGKET 1 (PAUD)

Nama:

Tempat dan tgl. lahir:

Umur:

Kelas:

No. Nami Buah

1. Ieu buah naon?

2. Ieu buah naon?

3. Ieu buah naon?

4. Ieu buah naon?

(24)

6. Ieu buah naon?

7. Ieu buah naon?

8. Ieu buah naon?

9. Ieu buah naon?

10. Ieu buah naon?

(25)

31

12. Ieu buah naon?

No. Nami Warna

1. Ieu warna naon?

2. Ieu warna naon?

3. Ieu warna naon?

(26)

5. Ieu warna naon?

No. Nami Sato

1. Ieu sato naon?

2. Ieu sato naon?

3. Ieu sato naon?

4. Ieu sato naon?

(27)

33

6. Ieu sato naon?

7. Ieu sato naon?

8. Ieu sato naon?

9. Ieu sato naon?

(28)

11. Ieu sato naon?

12. Ieu sato naon?

13. Ieu sato naon?

14. Ieu sato naon?

15. Ieu sato naon?

(29)

35

17. Ieu sato naon?

18. Ieu sato naon?

19. Ieu sato naon?

20. Ieu sato naon?

21. Ieu sato naon?

(30)

23. Ieu sato naon?

24. Ieu sato naon?

25. Ieu sato naon?

(31)

37

ANGKET 2

ORANG TUA SISWA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semoga Allah Swt. selalu memberkahi setiap langkah Ibu, Bapak, dan Saudara. Amin.

Dengan segala hormat saya mohon Ibu, Bapak, Saudara berkenan meluangkan waktu mengisi angket ini untuk membantu penyelesaian studi saya.

Terima kasih atas bantuan Ibu, Bapak, Saudara, semoga Allah Swt. memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Wasalam,

Amanda Putri Selvia

Petunjuk Pengisian Angket

1. Isilah angket ini dengan sebenarnya pada lembar jawaban yang telah

tersedia.

2. Tuliskan umur, jenis kelamin, dan pendidikan pada lembar jawaban.

(32)

A. BIODATA

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Lahir di :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan

a. SD :

b. SMP :

c. SMA :

d. PT :

7. Tugas sosial : Dukun/Guru ngaji/Khatib/Muadzin/Da‟i

8. Di mana Anda tinggal ketika

a. 0 - 5 th :

b. 6 - 12 th :

c. 13 - 20 th :

d. 21 th - menikah :

e. setelah menikah :

9. Anda merupakan keturunan suku apa/orang mana:

a. Istri/Suami Anda :

b. Bapak :

(33)

39

B. BAHASA DAN PENGGUNAANNYA

1. Bahasa ibu (Bahasa waktu kecil)

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia

c. (. . .)

2. Bahasa apa yang Anda “ajarkan” kepada anak-anak Anda?

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia

c. (. . .)

3. Mengapa bahasa itu Anda ajarkan?

4. Bahasa apa yang Anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari

dengan anak-anak Anda?

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia

c. (. . .)

5. Bahasa mana yang paling Anda sukai?

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia

c. (. . .)

6. Jika Anda mampu berbahasa Sunda, tetapi Anda tidak

(34)

8. Di mana Anda dan anak Anda memperoleh/menguasai bahasa

Indonesia?

a. Sekolah

b. Masyarakat

c. Lingkungan rumah

d. Televisi

9. Apakah Anda senang bahasa Indonesia?

a. Ya

b. Tidak

c. (. . .)

(35)

41

ANGKET 3

PENGAJAR PAUD

A. BIODATA

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Lahir di :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan

a. SD :

b. SMP :

c. SMA :

d. PT :

7. Anda merupakan keturunan suku apa/orang mana:

B. BAHASA DAN PENGGUNAANNYA

1. Bahasa ibu (Bahasa waktu kecil)

a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia

(36)

Penelitian ini menggunakan tabel analisis data berupa kartu data. Kartu

data ini terdiri atas tujuh bagian, yaitu (1) nomor data, (2) kosakata, (3) bahasa

yang digunakan, (4) ranah pemakaian bahasa, (5) konteks tuturan, (6) tuturan

responden, dan (7) analisis data tuturan. Berikut ini merupakan format kartu data

dan contoh analisis data.

Konteks (5): Percakapan antara peneliti dan anak PAUD ketika dalam konteks

belajar di dalam kelas.

Peneliti : Buah samangka rasana naon? „Buah semangka rasanya apa?‟ Anak : Amis.

„Manis.‟

(37)

43

„Buah semangka warnanya apa?‟ Anak : Beureum.

„Merah.‟

Peneliti : Mun cangkangna warna naon? „Kalau kulitnya warna apa?‟ Anak : Warna héjo.

„Warna hijau.‟

Peneliti : Saha waé nu ngaemam buah samangka mun di bumi? „Siapa saja yang makan buah semangka kalau di rumah?‟ Anak : Ipul sareng bapa.

„Ipul dan bapak.‟

Peneliti : Upami di kebon gaduh tangkal samangka teu? „Kalau di kebun punya pohon semangka tidak?‟ Anak : Gaduh, aya tilu tangkal samangka di kebon.

„Punya, ada tiga pohon semangka di kebun.‟

Analisis (7): Pada tuturan di atas merupakan percakapan dalam ranah

pendidikan yang dilakukan oleh peneliti dan anak PAUD. Bahasa yang

digunakan dalam tuturan tersebut ialah bahasa Sunda. Dalam tuturan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tuturan di atas, tidak ditemukan

pemakaian kosakata bahasa Indonesia karena tuturan masih loyal atau setia

menggunakan bahasa Sunda di dalam ranah pendidikan. Dalam percakapan

tersebut terlihat bahwa anak PAUD tersebut masih bersikap positif terhadap

bahasanya, yaitu bahasa Sunda. Sikap bahasa yang positif pada bahasa yang

digunakan oleh anak-anak PAUD tersebut sudah menunjukkan kesetiaan bahasa

(language loyalty) yang mendorong anak-anak untuk mempertahankan bahasa

Sunda mereka sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut.

3.6.1 Observasi Partisipan

Observasi partisipan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam

masyarakat yang diteliti dan peneliti cukup ada pada situasi yang diinginkan

(38)

peneliti masuk ke dalam bagian yang diteliti dan tidak selamanya peneliti berada

dilapangan.

Peneliti melakukan kontak langsung dengan masyarakat di Desa Sarireja,

Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dan berinteraksi langsung dengan

siswa PAUD. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai sikap masyarakat yang terjadi dalam kehidupan yang real. Observasi

partisipan ini juga membantu dalam pengisian angket atau daftar tanyaan.

3.6.2 Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 3) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap akan

dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak

pembicaraan. Dalam penelitian ini peneliti menyimak pembicaraan yang

dilakukan oleh anak-anak PAUD dan berpartisipasi dalam pembicaraan yang

mereka lakukan. Peneliti berusaha untuk mengondisikan responden (anak-anak

PAUD) agar tidak mengetahui bahwa sikap berbahasanya tengah diamati. Dengan

menggunakan teknik ini peneliti bertujuan untuk memperoleh data secara alamiah

(naturalistik), data penelitian yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan

keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti.

Sesuai dengan instrumen yang sebelumnya dipaparkan, penelitian ini

menggunakan angket yang disebarkan untuk anak-anak PAUD guna mengetahui

sikap bahasa anak-anak PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada

anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara

bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk menyelam ke dalam dunia

psikologis dan sosial mereka guna mendefinisikan dirinya sendiri. Untuk

mengumpulkan data penelitian ini digunakan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data berupa tuturan

dari responden, yaitu orang tua siswa dan pengajar PAUD yang bertujuan untuk

(39)

45

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Pertanyaan

dalam wawancara sudah ditetapkan sebelumnya, tetapi tidak menutup

kemungkinan muncul ide di lokasi penelitian terkait dengan permasalahan

penelitian. Jika hal ini terjadi, pertanyaan akan dikembangkan tetapi tidak terlalu

keluar dari permasalahan yang sudah ditetapkan. Dalam wawancara mendalam

tersebut tergali informasi tentang pemertahanan bahasa Sunda yang terdapat di

Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Kedua hal tersebut

dibantu dengan pencatatan, perekaman, dan kamera foto.

3.6.3 Teknik Rekam dan Pancingan

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan

dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Peneliti

melakukan perekaman dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

anak-anak PAUD yang masih belum bisa menulis untuk menyebutkan nama

gambar-gambar yang tersedia pada angket dan untuk merekam wawancara yang dilakukan

oleh peneliti dengan orang tua siswa dan para pengajar PAUD untuk mengetahui

faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Perekaman dilakukan tanpa

sepengetahuan responden, dalam proses perekaman ini dibantu menggunakan alat

perekam.

Sudaryanto (1988: 7) mengemukakan bahwa percakapan atau metode

cakap dapat diwujudkan dengan pancingan. Untuk mendapatkan data berupa

tuturan, peneliti harus memancing responden agar berbicara. Perekaman ini juga

didukung oleh pancingan yang dilakukan oleh peneliti agar anak-anak PAUD bisa

merespon pembicaraan atau pertanyaan yang dilakukan peneliti berdasarkan

angket yang tersedia.

3.7Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada

(40)

laporan. Berdasarkan hal itu, teknik analisis data dalam penelitian ini melibatkan

lima komponen, yaitu mentranskripsikan data hasil rekaman, mengidentifikasi

data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.

Pertama, mentransripsikan data hasil rekaman jawaban yang telah

diperoleh peneliti dari responden melalui alat perekam, baik data tersebut

berbentuk lisan ataupun tulis, lalu dikelompokkan menurut deretan pertanyaan.

Kegiatan ini bermanfaat untuk mempermudah dalam analisis. Kedua,

mengidentifikasi data adalah menentukan atau menetapkan ciri terhadap data yang

terkumpul dari hasil proses perekaman data. Setelah ditranskrip, data tersebut

diidentifikasi dengan cara memisahkan bentuk tuturan pada responden sesuai

dengan situasi kebahasaan yang terjadi pada rekaman data tersebut.

Ketiga, mengklasifikasikan data. Setelah memperoleh hasil dari proses

identifikasi data, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data dan

menggolongkan data menurut bahasa yang digunakan penutur. Data angket

digunakan untuk menjawab frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak

PAUD dan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di

Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data-data tersebut

diharapkan dapat mendeskripsikan faktor pemertahanan bahasa Sunda dalam

ranah PAUD.

Keempat, menganalisis data berdasarkan faktor situasional-kontekstual

untuk menemukan relevansi antara sikap bahasa dengan alasan yang

melatarbelakanginya.

Proses terakhir menarik simpulan. Setelah melalui proses penganalisisan

data, maka diperoleh simpulan mengenai sikap bahasa Sunda pada anak-anak

PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, frekuensi

penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD, dan faktor pendukung dan

penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan

(41)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya

sebagai berikut.

5.1Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah yang dibahas pada bab awal,

simpulannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis sikap bahasa

anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan

Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa Sunda bersikap positif. Penggunaan

bahasa Sunda dalam ranah pendidikan lebih banyak digunakan pada anak-anak

PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Sunda dalam ranah

pendidikan pada 37 kosakata, yaitu kosakata samangka ‘semangka’, cau ‘pisang’, gedang ‘pepaya’, balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’,

menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa

ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah

digunakan pada anak-anak PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa

Sunda. Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah

(42)

atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme

terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang

mengakibatkan pergeseran bahasa.

Kelas TK A menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 36

kosakata, yaitu kosakata samangka ‘semangka’, cau ‘pisang’, gedang ‘pepaya’, ‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa

(language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah

digunakan pada anak-anak kelas TK A dibandingkan dengan penggunaan bahasa

Sunda. Anak-anak kelas TK A menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah

pendidikan pada tujuh kosakata, yaitu kosakata kucing, kelinci, kupu-kupu, udang,

kepiting, itik, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme

terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang

mengakibatkan pergeseran bahasa.

Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Sunda dalam ranah

(43)

189

‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa

(language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah

digunakan pada anak-anak kelas TK B dibandingkan dengan penggunaan bahasa

Sunda. Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah

pendidikan pada enam kosakata, yaitu kosakata pisang, kelinci, kupu-kupu, udang,

kepiting, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK B pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme

terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang

mengakibatkan pergeseran bahasa, dan satu penggunaan bahasa Sunda dan

Indonesia pada kosakata meri ‘itik’ yang menyebutkan kosakata tersebut dengan frekuensi yang seimbang.

Mengacu pada rumusan masalah yang kedua, peneliti menemukan

frekuensi jumlah penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa

Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sebesar 81%, yaitu

((74%+86%+83%):3). Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak

PAUD sekitar 19%, yaitu ((26%+14%+17%):3). Berdasarkan hasil uraian

persentase di atas penggunaan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan anak-anak

PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang memiliki

sikap bahasa yang positif. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anderson

(Sumarsono dan Partana, 2004: 363) mengemukakan bahwa sikap bahasa

merupakan tata keyakinan yang relatif berjangka panjang mengenai bahasa

tertentu, mengenai objek bahasa yang memberikan keinginan kepada seseorang

untuk bereaksi dengan cara tertentu, dengan cara yang disenanginya.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan

responden orang tua siswa dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan

Cagak, Kabupaten Subang dalam penelitian ini, ditemukan beberapa faktor

pendukung dan penghambat dalam pemertahanan bahasa Sunda yang terjadi di

(44)

dua faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan

Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1)

loyalitas terhadap bahasa ibu dan (2) lingkungan keluarga. Sementara itu, terdapat

tiga faktor penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan

Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) perpindahan penduduk, (2) faktor

ekonomi, dan (3) faktor pernikahan antar etnis yang berbeda.

5.2Saran

Bahasa tidak akan punah apabila ada upaya pemertahanan bahasa dari

masyarakat tuturnya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi peneliti lain

yang tertarik untuk menganalisis pemertahanan bahasa sunda dalam konteks

PAUD dapat dikaji dalam lagi mengenai faktor-faktor pendukung dan

penghambat pemertahanan bahasa. Selain itu, bagi para pengajar di sebuah

lembaga pendidikan diharapkan mampu mengaplikasikan bahasa Sunda pada

ranah pendidikan dengan cara menetapkan satu hari untuk para siswa dan guru

menggunakan bahasa Sunda yang bertujuan mempertahanan bahasa tersebut. Di

samping itu, penelitian ini akan lebih menantang jika dikaitkan dengan budaya

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Syafyahya, L. (2010). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Astar, H. dkk., (2003). Pemertahanan Bahasa Cina di Jakarta. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kemendikbud.

Budhiono, R. H. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Daerah) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanannya”. Adabiyyat. 8, (1), 195-210.

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Damanik, R. (2009). “Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun”. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Darini, R., Leastari, P., dan Kumalasari, D. (2006). “Soaialisasi Mengenai Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini bagi para Ibu Muda”. Laporan Kegiatan PPM. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dasripin, P. (2009). “Pemertahanan Bahasa Sunda pada Masyarakat Di Kabupaten Serang, Provinsi Banten: Studi Sosiolinguistik”. Metalingua. 7. (1), 65-71.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Djajasudarma, T. F. (2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Fasya, M. dan Zifana, M. (2012). “Perkembangan Bahasa Daerah dalam Konteks

Pendidikan Anak Usia Dini”. Makalah dalam Tim Pengurus Pusat

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). dalam Seminar Bahasa Ibu dan Keberaksaraan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 1-12.

Fatinah, S. (2010). “Pemertahanan Bahasa Muna di Daerah Rantau Sulawesi

(46)

Tenggara Tahun 2010. Baubau: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional. Pp. 228-235.

Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Kuswarno, E. (2008). Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Maharani, S. A. I. (2011). “Pemertahanan Bahasa Ibu di Kalangan Remaja pada

Lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar”. Kongres Internasional

Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bandung: Masyarakat Linguistik Indonesia Bekerja Sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 78-82.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. J. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Putra, N. dan Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitataif PAUD Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santana, S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Satjadibrata. R (2011). Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sumarsono dan Partana, P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Sumarsono. (1993). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penggunaan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan program Sistem perpustakaan pada SMP plus Muthmainatul Qulub dengan menggunakan Visual Basic 6.0 dan

BAVIT (Bandung Visit Travel): Aplikasi Pariwisata Modul Akomodasi (Hotel dan Transportasi) adalah aplikasi berbasis website yang digunakan membantu para wisatawan dalam

Dengan melakukan survey terhadap kepuasan pelanggan dapat memberikan gambaran bahwa perusahaan dapat terus memperbaiki layanan yang ada saat ini sehingga pelanggan akan terus

Tujuan umum dari penelitian ini, yaitu menghilangkan kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah ( non value added ) dan mengurangi produk cacat pada proses produksi produk

%etelah menerima surat usulan dari Kepala Kantor Pertanahan Ka+upaten Ku+u Raya, maka tahap selanjutnya adalah Kepala Kantor  :ilayah mem+uat surat keputusan

1) agregat ringan dipilih berdasarkan kuat tekan atau berat isi beton ringan yang disyaratkan, sehingga hasil perhitungan jumlah frasi agregat kasar menurut ayat 3.3.1 Butir

Tabel 3.2 Strategi dan lean tool dalam Fase Stabilitas 35 Tabel 3.3 Strategi dan Lean Tool untuk Menciptakan Connected Process Flow 38 Tabel 3.4 Perbedaan Push dengan Pull 40

Memang, secara jelas kita dapat katakan bahwa Polanyi sama sekali bermusuhan dengan libe- ralisme dan masyarakat pasarnya, baik karena pasar yang mempunyai aturan sendiri merupakan