SIKAP SISWA TERHADAP WIRASWASTA DITEEAAH DARI
PEHAHAMAN DAN KEPRIBADIANNYA
(Suatu Studi Oalam Rangka Mempersiapkan Siswa SMA
Untuk Berwiraswasta Melalui Bimbingan Karir)
T
E S
I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Bimbingan dan Penyuluhan
ASFIA MURNI
Nomor Pokok : 8832018PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1994
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
SIKAP SISWA TERHADAP WIRASWASTA DITELAAH DARI
PEMAHAMAN DAN KEPRIBADIANYA
CSuatu Studi Dalam Rangka Mempersiapkan siswa SMA
Untuk Berwiraswasta Melalui Bimbingan Karir)
Abstrak
Penelitian
ini
mengamati
hal-hal
yang
berhubungan
dengan masalah kesiapan siswa
untuk
berwiraswasta.
Kesiapan
yang dimaksud adalah berupa tingkat
Pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta,
£iri
Kepribadian
dan
SJLkaa
siswa
untuk
berwiraswasta. Serta keterkaitan Bimbingan
karir
(BK)
dalam
membentuk kesiapan siswa untuk berwiraswasta.
Yang melatarbelakangi penelitian ini
adalah
berangkat
dari banyaknya lulusan
SMA
yang
menganggur
dari
tahun
ke
tahun. Dan
pada
Repelita
V
diperkirakan
sepertiga
bagian
lulusan SMA menganggur.
Pada prinsipnya siswa
SMA
selalu
dipersiapkan
untuk
melanjukan pendidikannya ke PT. Hal ini sesuai
dengan
tujuan
Pendidikan SMA yang ada pada kurikulum 1984 dan pada rancangan
kurikulum
SMA
1994.
Meskipun
demikian
pada
kenyataannya
lulusan SMA
akan
dihadapkan
pada
tiga
alternatif
pilihan
yaitu: memasuki perguruan tinggi, bekerja sebagai karyawan dan
bekerja berwiraswasta.
Akibat dari keterbatasan
kemampuan
dan
daya
tampung
untuk
memasuki
PT,
dan
keterbatasan
lapangan
kerja
yang
tersedia bisa jadi lulusan
SMA
banyak
yang
nganggur.
Tapi
kesempatan
untuk
berwiraswasta
masih
sangat
luas.
Dengan
kondisi ini
seharusnya
lulusan
SMA
tidak
perlu
ada
yang
nganggur, tapi mengapa masih banyak yang nganggur ?
Berangkat dari pertanyaan ini muncul masalah
bagaimana
tingkat kesiapan siswa untuk berwiraswasta
?,
baik
kesiapan
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta
maupun
kesiapan
kepribadian dan kesiapan sikapnya untuk berwiraswasta.
Adakah
hubungan antara
unsur
pemahaman
tentang
wiraswasta
dengan
kepribadian dan
sikap
untuk
berwiraswasta
?
Berapa
besar
kontribusi
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta
dapat
mempengaruhi pembentukan kepribadian
dan
sikap
siswa
untuk
berwiraswasta ?, Adakah perlakuan BK yang telah diterima siswa
turut membentuk kesiapan mereka untuk
berwiraswasta
?
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan
kuatitatif
dan metode deskriptif analitik. Pengumpulan datanya
ditujukan
pada siswa klas
III
proses
akhir
dengan
menggunakan
alat
berupa: tes kepribadian, angket sikap,
angket
pemahaman
dan
angket
BK.
Dan
data-data
yang
terkumpul
diolah
secara
statistik.
aitu b°ari haSil pengolahan data ditemukan beberapa hasil
d«n«f
Ji
?ambaran
Kesiapan
siswa SMA untuk berwiraswasta
nllll aI +*lan
San5a^ kurang-
Tingkat
pemahaman
siswa
SMA
dapat dikatakan rejldfiH, skor rata-rata yang diperoleh
hanya
sebesar
0 48.
Kepribadian
untuk
berwiraswasta
siswa
SMA
tergolong kuxajag. maniap., skor rata-rata yang
diperoleh
hanya
mencapai
1,94 dan Sikap. siswa terhadap wiraswasta dapa?
dikatakan n^alJLt dengan skor rata-ratanya 2,91. Kesemua
skor
rata-rata tersebut berada dibawah skor standar dan skor ideal
2. Belum ada pengaruh intervensi BK dalam membentuk
kesiapan siswa untuk berwiraswasta.
3. Terdapat hubungan positif yang
sangat
erat
antara
pemahaman dengan sikap. begitu juga hubungan antara
pemahaman
dengan 6 needs (ciri
kepribadian)
untuk
berwiraswasta.
Dan
hubungan
6 needs
untuk
berwiraswasta
dengan
sikap
juga
t!^nHU^an *ubuPgan P^itif yang sangat erat.
Ke
enam
needs
nsbu.1
adaiah
achievement,,
order,
aui^xmmy.,
dominant.
£iian^. dan endurance. Sedangkan needs yang lainnya
menunjukan
hubungan yang negatif dengan pemahaman dan sikap
4.
Hasil
analisis
jalur
menunjukkan
bahwa
unsur
kesiapan
pemahaman
lebih
banyak
mempengaruhi
pembentukkan
kesiapan kepribadian dan sikap siswa untuk berwiraswasta, bila
dibandingkan dengan pengaruh
sebaliknya.
Begitu
pula
unsur
kepribadian
mempunyai
kontribusi
yang
cukup
besar
pula
membentuk sikap, dari pada sikap membentuk kepribadian.
Hasil
temuan
penelitian
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan untuk menata pelaksanaan kurikulum
di
SMA
pada
umumnya dan membenahi pelaksanaan BK pada khususnya,
sehingga
lulusan SMA mempunyai kesiapan mengahadapi alternate
pilihan
lain bila gagal ke PT. Disamping itu
hasil
temuan
ini
juga
dapat dijadikan pedoman untuk berbagai penelitian lebih lanjut
terutama untuk perkembangan BK dan kewiraswastaan.
pt
4-
MefkiPun.lulusan SMA selalu dipersiapkan untuk memasuki
fl, tapi kondisi dan hasil temuan
menunjukan
bahwa
tuntutan
pengembangan kesiapan siswa
SMA
untuk
berwiraswasta
sangat
dirasakan.
Upaya
meningkatkan
kesiapan
siswa
untuk
n!nrrraStr ini
antara
lain:
^mbenahi
BK,
meningkatkan
pengatahuan kewiraswastaan bagi pelaksana
BK,
membuat
model
intervensi bimbingan yang
tepat
bagi
pengembangan
kesiapan
siswa SMA untuk berwiraswasta.
Model intervensi yang dibuat
hendaknya
lebih
mengacu
pada upaya peningkatan
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta
karena hasil penelitian mengisyaratkan bahwa
unsur
pemahaman
merupakan unsur yang lebih banyak berpengaruh
dalam
mementuk
penyesuaian kepribadian dan sikap siswa
untuk
berwiraswasta
Atau dengan kata lain
meningkatkan
pemahaman
siswa
tentang
DAFTARISI
Halaman
KATA PENGANTAR
1
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
VII
ABSTRAK
IX
Bab
I. Pendahuluan
,
A. Latar Belakang Penelitian
i
B. Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian
9
C. Def inisi Operasional ..
'
lx
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...
±q
E. Pendekatan Masalah Dan Garis-Garis Besar
Pembahasan
29
Bab II. TINJAUAN KONSEPTUAL TENTANG BIMBINGAN KARIR
WIRASWASTA, PEMAHAMAN, KEPRIBADIAN DAN SIKAP
21
A. Bimbingan Karir Di Sekolah
21
B. Wiraswasta dan Kewiraswastaan
29
C. Pengembangan Kewiraswastaan di Kalangari
Siswa SMA
33
D. Intervensi Bimbingan Karir Dalam Mengembangkan
Kesiapan siswa SMA.unttuk Berwiraswasta
37
E. Teori Dan Pengukuran Kepribadian
41
1. Pengertian Kepribadian
41
2. Teori Kepribadian
'.'.'.'.'.
44
3. Pengukuran Kepribadian
'.'.'.'.'.'.'.
55
F. Konsep Dan Pengukuran Pemahaman
63
1. Konsep Pemahaman
\'
53
2. Pengukuran Pemahaman
66
G. Konsep, Pembentukan Dan Pengukuran Sikap ... . 68
1. Pengertian Sikap
68
2. Pembentukan Sikap
73
3. Pengukuran Sikap
74
Bab
III . METODE PENELITIAN
80
A. Asumsi Dan Hipotesis Penelitian
80
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
'.'.'.'.
86
C. Metode Pengumpulan Data
'.'.'.'.
91
1. Teknik Pengumpulan Data
91
2. Alat Pengumpul Data
'.'.'.'.
91
3. Proses Pembakuan Alat
'.'.'.'.
98
D. Metode Pengolahan Dan Analisis Data
113
Bab IV. HASIL PENGOLAHAN ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA... 117
A. Pengolahan Dan Analisis Data
117
1. Penentuan Skor dan Standar Skor
Variabel-Variabel Peneltian
117
2. Uj i Asumsi Statistik
121
3. Analisa Korelasi Dan Regresi
126
4. Analisis Jalur
132
5. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
135
6. Hasil Uji Hipotesis
138
B. Pembahasan Hasil Penelitian
143
Bab V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
156
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
1
B. Implikasi Hasil Penelitian
1
v m
56 ^59
C. Rekomendasi
267
DAFTAR PUSTAKA
175
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
l.Pentingnva Pengembangan Kewiraswagtaan
D_^
Kalangan
SAsna. SMA
Di masa pembangunan saat ini negara
kita
membutuhkan
manusia
yang
berjiwa
pembangunan,
yang
dapat
membangun
dirinya sendiri dan bertanggung
jawab
terhadap
pembangunan
bangsa dan negara. Inilah sesungguhnya yang mendasari
tujuan
pendidikan nasional kita seperti yang digariskan dalam
dalam
GBHN
1993,
yaitu:
"untuk
meningkatkan
kualitas
manusia
Indonesia".
Usaha
ke
arah
itu
memerlukan
iklim
belajar-mengajar yang dapat menumbuhkan
rasa
percaya
diri,
serta prilaku yang inovatif dan kreatif.
Iklim
belajar-mengajar
yang
demikian
perlu
dikembangkan
pada
generasi
muda,
agar
mereka
menjadi
manusia-manusia
yang
berjiwa
pembangunan.
Manusia
yang
berjiwa pembangunan menurut Koencaraningrat (1984:36)
adalah
yang memiliki: (1) orientasi ke masa depan, (2)
hasrat
yang
tinggi
untuk
mengeksplorasikan
mempertinggi
kapasitas
berinovasi,
(3)
nilai
budaya
yang
berorientasi
ke
arah
achievement dari karya, dan (4) nilai budaya
percaya
kepada
diri sendiri dan
berani
bertanggung
jawab
sendiri.
Untuk
memperoleh
manusia
yang
berjiwa
pembangunan
tersebut
2
"
dalam zaman pembangunan
ini
perlu
dikembangkan
pada
generasi muda yaitu kewiraswastaan yang mencakup rasa percaya
diri,
profesionalitas
dan
kreatifitas".
(A.W.Widjaya,
1986:316).
Berkaitan
dengan
kewiraswastaan
yang
dikemukakan
Presiden di atas suatu
hal
yang
kurang
menggembirakan
di
kalangan generasi
muda
termasuk
siswa
SMA
adalah
banyak
diantara mereka
yang
tidak
suka
terhadap
pekerjaan
yang
bersifat wiraswasta. Mereka lebih mendambakan
dapat
bekerja
dikantor pemerintahan atau perusahaan yang
sudah
mapan
dan
bergensi di mata mayarakat, sementara lapangan pekerjaan
ini
sangat terbatas. Dan bahkan mereka sangat mengharapkan
untuk
dapat menjadi
dokter,
insinyur,
dosen
atau
bidang-bidang
lainnya yang menghendaki lulusan universitas
atau
perguruan
tinggi (PT).
Idealnya
memang
lulusan
SMA
dipersiapkan
untuk
melanjutkan pendidikanya ke PT,
hal ini sesuai dengan
tujuan
pendidikan SMA yang tercantum di dalam
Kurikulum
Pendidikan
SMA 1984 dan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990,
yaitu
mengutamakan penyiapan
siswa
untuk
melanjutkan
pendidikan
pada jenjang yang
lebih
tinggi. Tapi kita tidak bisa
lepas
dari kenyataan bahwa banyak
lulusan
SMA
yang
tidak
punya
kesempatan
dan
kemampuan
untuk
melanjutkan
ke
PT,
baik
dilihat dari segi
kepintarannya
maupun
dari
segi
keadaan
sosial ekonomi orang tuanya.
Kenyataan
ini
memberi
dampak
terhadap
masalah
pengangguran yang semakin banyak dan kompleks. Dari UMPTN
3
orang yang dapat diterima hanya
83.468
orang
atau
sekitar
17,5 % (Kompas 25 Juli 1989). Sisanya bagi yang mampu keadaan
ekonomi orang tuanya dapat ditampung di PTS (Perguruan Tinggi
Swasta). Sementara
yang
tidak
mampu,
tentu
akan
menjadi
pencari kerja atau dalam keadaan menganggur.
Menurut Emil Salim, jumlah penganggur
yang
bersumber
dari lulusan SLTA dari tahun ke
tahun
selalu
meningkat
di
mana pada tahun 1976 sekitar
11,76
%
dan
pada
tahu
1987
menjadi
18,9
%
(Kompas
26
Juli
1989).
Dan
berdasarkan
proyeksi
dari
Depdikbud
selama
Repelita
V
diperkirakan
lulusan SLTA yang tidak melanjutkan ke PT ada sekitar 33,3
%
(Prisma no.5,1989:40).
Sebelum terjadi keresahan
yang
semakin
luas
akibat
dari membesarnya jumlah
penganggur,
khususnya
di
kalangan
lulusan
SMA
perlu
kiranya
difikirkan
upaya
untuk
mengatasinya.
Meskipun
program
pendidikan
SMA
mempunyai
tujuan utama mempersiapan siswanya untuk melanjutkan
ke
PT,
tapi sepantasnyalah mereka juga dipersipakan pada
alternatif
lain, karena kemungkinan gagal ke PT selalu
ada.
Dalam
hal
ini upaya yang sangat tepat adalah mengembangkan dan
membina
siswa SMA untuk berwiraswasta. Dikatakan demikian karena pada
kenyataannya setelah siswa SMA lulus, mereka
menghadapi
dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama lulusan SMA dapat melajutkan
ke PT. Kemungkinan kedua lulusan SMA tidak dapat
melanjutkan
ke PT. Pada kemungkinan kedua ini muncul dua alternatif
yang
dapat dilakukannya yaitu bekerja
pada
lapangan
kerja
yang
sudah
tersedia
atau
berusaha
menciptakan
lapangan
kerja
4
Untuk memasuki lapangan kerja yang sudah tersedia
ini
jelas mempunyai keterbatasan,
mengingat
sempitnya
lapangan
kerja yang tersedia. Hal ini dapat
terlihat
dari
data-data
pada bursa kesempatan kerja
Depnaker
tahun
1987,
di
mana
jumlah lulusan SLTA yang dapat disalurkan pada lapangan kerja
yang tersedia hanya 4,9 % (Prisma no 5,1989:40).
Untuk berwiraswasta bagi lulusan SMA kesempatan sangat
luas. Meskipun
demikian
mereka
tentu
perlu
dipersiapkan,
sehingga para lulusan SMA tersebut memiliki berbagai
potensi
diri, dan bila mereka gagal
memasuki
PT
dapat
mengalihkan
Pilihannya
untuk
berwiraswasta
atau
mampu
menciptakan
lapangan kerja buat dirinya sendiri.
2. Upava Pengembangan Kewiraswagtaa^ Melalni Pemhinaan
Pemahaman, Keprihadian dan. Sikap Sisjaa
Mengingat banyaknya rintangan
yang
dihadapi
lulusan
SMA untuk memasuki PT dan juga
memasuki
lapangan
pekerjaan
yang tersedia,
maka
upaya
pengembangan
kewiraswastaan
di
kalangan
siswa
SMA
dirasa
sangat
dibutuhkan.
Upaya
pengembangan ini
dapat
dilakukan
melalui
pembinaan
sikap
mereka
terhadap
wiraswasta.
Membina
sikap
yang
positif
terhadap wiraswasta ini pada dasarnya dimulai dari
pembinaan
kepribadian
siswa
yang
mengarah
kepada
ciri
atau
karakteristik prilaku seorang wirasasta, di samping itu
juga
meningkatkan
pemahaman
mereka
tentang
wiraswasta.
Dengan
pemahaman yang tinggi
dan
prilaku
wiraswasta
yang
mantap
diduga akan dapat menumbuhkan dan berkembangnya sikap positif
mereka
terhadap
pekerjaan
wiraswasta
dan
sekaligus
akan
5
Dari
hasil
penelitian
Charles
Schriber
(Suparman,
1979:4) terbukti
bahwa,
keberhasilan
seseorang
ditentukan
oleh pendidikan sekolah formil sebesar 15 %,
dan
selebihnya
85 % ditentukan oleh nilai-nilai sikap dan
kepribadian
yang
dimilikinya. Sementara
pendidikan
formal
di
sekolah
pada
umumnya berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan
yang
berhubungan dengan mata pelajaran saja
dan
mengenyampingkan
pengembangan nilai-nilai sikap dan kepribadian siswa.
Oleh sebab itu untuk
berhasilnya
upaya
pengembangan
kewiraswastaan di kalangan siswa SMA, kita perlu mengutamakan
pembinaan sikap dan kepribadian siswa
yang
mengarah
kepada
prilaku berwiraswasta. Kedua
hal
tersebut
dapat
dilakukan
melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap
wiraswasta.
Dikatakan
demikian
karena
pada
dasarnya
pengetahuan dan pemahaman seseorang merupakan aspek
kognitif
yang pada gilirannya
akan
dapat
mempengaruhi
perkembangan
sikap dan kepribadian orang tersebut.
Di
samping
itu
menurut
Martin
L.
Maeke
(Yuyun
Wirasasmita,1982:4) upaya pengembangan kewiraswastaan dimulai
dari pengembangan "budaya" atau lebih
tegasnya
pengembangan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan,
kemudian
mengembangkan
kepribadian
atau
beberapa
sifat
hakiki, dan pada giliran berikutnya akan dapat
mengembangkan
kecendrungan bertindak ke arah prilaku wiraswasta.
Pandangan
Martin
ini
memberi
arti
bahwa
kewiraswastaan
itu
akan
berkembang bila ada upaya pengembangan
pemahaman
masyarakat
terhadap wiraswasta, pengembangan kepribadian yang
menunjang
terhadap wiraswasta.
3-Keterlibafran
Bimbingan
Kaxxr.
Daiam.
Pengembangan
Kewiraswastaan D_i Sekolah
Keberhasilan
siswa
dalam
belajar
tidak
hanya
ditentukan oleh bidang pengajaran dan kurikulum serta
bidang
administrasi dan
kepemimpinan
saja.
Tetapi
juga
sangat
ditentukan oleh bidang pembinaan pribadi siswa. Mereka selain
ingin dibantu agar berhasil dalam studinya, juga
membutuhkan
bimbingan
untuk
menghadapi
masa
depan,
bimbingan
untuk
memasuki dunia
pendidikan
tinggi
dan
dunia
kerja,
serta
bimbingan untuk
mengenal
potensi
yang
ada
pada
dirinya.
Dengan kata lain
siswa membutuhkan bimbingan
dalam
masalah
pemilihan karir, di samping bimbingan belajar
dan
bimbingan
pribadi. Di sinilah letak perlunya
kehadiran
BP
(Bimbingan
dan Penyuluhan) di sekolah-sekolah.
Salah
satu
program
BP
yang sudah dilaksanakan di SMA-SMA adalah
program
Bimbingan
Karir. Program ini pada hakekatnya merupakan salah satu upaya
dalam membantu siswa
sehingga
mereka
mempunyai
kompetensi
untuk memecahkan masalah pemilihan karirnya
di
masa
depan.
Menurut
M.Surya
(1985:5)
kompetensi-kompetensi
yang
diperlukan
untuk
menunjang
karir
adalah
kompetensi
intelektual,
pribadi,
sosial
dan
spiritual.
Perkembangan
kompetensi tersebut tidak sama
pada
setiap
individu,
oleh
sebab itu bagi mereka yang menpunyai kompetensi diri dan bisa
dikembangkan untuk memasuki PT, melalui
BK
perlu
dibimbing
agar
dapat
melanjutkan
studi
sesuai
dengan
bakat
dan
kemampuannya. Dan seharusnya demikian pula bagi
mereka
yang
7
berwiraswasta,
BK
perlu
memberi
bimbingan
agar
mereka
berkembang sebagai wiraswasta.
Sesungguhnya
masalah
pembinaan
wiraswasta
sudah
merupakan bagian dalam pelaksanaan BK
di
sekolah.
Hal
ini
terlihat
dalam
salah
satu
buku
yang . digunakan
untuk
pelaksanaan BK di SMA yaitu; Bekeria di liana Setelah
lamal
SMA
Z,
yang menyebutkan antara lain:
Kiranya kita menyadari bahwa dewasa ini
tempat
yang
tersedia di perguruan-perguruan
tinggi
kita
tidak
akan
cukup
menampung
hasrat
mereka
yang
tamat
SMA
untuk
melanjutkan pelajarannya.
...
sebagian
para
tamatannya
diharapkan
tertarik
pada jalur lain yaitu bekerja,
Dalam upaya
mempersiapkan
diri
untuk
terjun
ke
dunia
Kerja, kita hendaknya tidak berfikir hanya
untuk
menjadi
karyawan
saja
melainkan
perlu
memikirkan
kemungkinan
untuk
berusaha
sendiri
sebagai
pengusaha
atau
wiraswastawan.
Dengan demikian
jelas
pelaksanaan
BK
di
SMA
pada
dasarnya bertujuan untuk
membekali
siswa
dalam
menentukan
karir yang akan dipilihnya, sesuai dengan
potensi
diri
dan
kondisi
yang
dihadapi
setelah
mereka
selesai
dari
pendidikannya. Adanya program
BK
di
SMA
seyogyanya
dapat
mempersiapkan siswanya untuk
menghadapi
alternatif
pilihan
berwiraswasta,
megingat
terbatasnya
daya
tampung
PT
dan
lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan
bahwa
jumlah pengangguran lulusan SMA dari tahun
ke
tahun
selalu
bertambah, mereka
menghadapi
kesulitan
dan
bingung
dalam
menentukan atau berbuat sesuatu bila mereka gagal melanjutkan
studi ke PT. Sementara program
Bimbingan
Karir
di
sekolah
sudah lama diterapkan. Kenapa para lulusan SMA
masih
banyak
yang nganggur dan
bingung,
pada
hal
pekerjaan
wiraswasta
8
bidang wiraswasta. Bagaimana dengan Bimbingan_Karir yang
ada
di sekolah, apakah sudah melaksanakan bimbingan karir ke arah
wiraswasta ? Dan bagaimana pula dengan siswanya ?. Mungkinkah
mereka belum mempunyai kesiapan_diri bila dilihat dari
sudut
kepribadian, pemahaman dan sikapnya terhadap wiraswasta ?
Berawal dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut
munculah
pemikiran keinginan
untuk
mengadakan
penelitian
ini.
Apa
kiranya
yang
menyebabkan
mereka
tidak
berwiraswasta.
Mungkinkah karena sikapnya, lalu bagaimana sesungguhnya sikap
mereka terhadap wiraswasta ?
Mungkinkah karena pemahamannya,
lalu
bagaimana
dengan
tingkat
pemahaman
mereka
terhadap
wiraswasta ? Atau mungkinkah disebabkan oleh ciri kepribadian
mereka, lalu bagaimana sesungguhnya ciri kepribadian yang ada
pada diri siswa SMA itu ? Dan adakah
pengaruh
perlakuan
BK
yang
dilaksanakan
di
SMA
saat
ini
terhadap
pembentukan
kesiapan diri siswa dalam hal pemahaman
tentang
wiraswasta,
kepribadian, dan sikapnya
terhadap wiraswasta.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut
hanya
akan
dapat
dijawab melalui suatu penelitian
yang
saksama
di
kalangan
siswa
SMA.
Dan
selanjutnya
akan
dikemukakan
suatu
pola
pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini
dalam
bentuk
Siswa SMA
Proses
bela-jar mengabela-jar
BK
Lulus me
lanjutkan
Lulus tdk
melanjutkan
Tdk lulus/ drop out
Pemahaman
ten-tang wiraswasta
-> ke PT
Bekerja seba-gai karyawan
Bekerja seba
gai wiraswasta
1
Sikap Terhadap
Wiraswasta
Ciri-ciri
Kepribadian
Bagan
1:
Pola Pemikiran yang
Melatarbelakangi Penelitian
B. Masalah Dan Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan
bagan
pola
pemikiran
di
atas
dapat
dikemukakan bahwa dalam penelitian ini akan mengkaji
masalah
yang
berhubungan
dengan
kesiapan
siswa
SMA
untuk
berwiraswasta manakala gagal masuk ke PT, khususnya mengenai:
pemahaman mereka tentang wiraswasta, kepribadian mereka
yang
mengarah kepada prilaku
wiraswasta,
sikap
mereka
terhadap
10
dapat mempengaruhi
kemauan
dan
kemampuan
seseorang
untuk
berwiraswasta. Di samping itu
masalah
intervensi
BK
dalam
mengembangkan kesiapan siswa untuk
berwiraswasta,
sebab
BK
dipandang
sebagai
suatu
program
membantu
siswa
untuk
menghadapi masalah-masalah dalam
pemilihan
karir
(termasuk
berwiraswasta).
Masalah-masalah
tersebut
dapat
dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan pokok sebagai berikut:
Apakah Pemahaman tentang
wiraswasta
dan
Kepribadian
siswa dapat mendukung sikap positifnya terhadap wiraswasta ?,
dan apakah intervensi
BK
yang
sudah
ada
turut
membentuk
kesiapan
(pemahaman,
kepribadian
dan
sikap)
siswa
untuk
berwiraswasta 7*
Secara lebih rinci
masalah
tersebut
di
atas
dapat
dikemukakan
dalam
bentuk
pertanyaan-pertanyaan
sebagai
berikut:
1.
Bagaimana gambaran kesiapan siswa
SMA
untuk
ber
wiraswasta, ditinjau dari tingkat pemahaman, ciri kepribadian
dan sikap siswa yang berkaitan dengan wiraswasta ?
2.
Apakah
ada
pengaruh
intervensi
BK
yang
telah
dilaksanakan di SMA dalam membentukan
kesiapan
siswa
untuk
berwiraswasta ?
3. Apakah ada hubungan antara
ketiga
unsur
kesiapan
siswa untuk berwiraswasta ?. yaitu
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta
dengan
ciri
kepribadian
siswa
dan
sikapnya
terhadap wiraswasta ?
4. Berapa besarkah
kontribusi pemahaman dan
kepriba
dian siswa
dalam
membentuk
sikap
positif
siswa
terhadap
11 C. Definisi Operasional
Melihat pada judul tesis ini jelaslah sudah bahwa
ada
tiga unsur yang menjadi variabel pokok dalam
penelitian
ini
yaitu
aikaa,
pemahaman
dan
keorihaHian
siSwa
SMA
yang
berkaitan dengan wiraswasta. Ketiga
variabel
ini
dipandang
sebagai unsur kesiapan yang diperlukan siswa
untuk
berwira
swasta. Disamping itu ada unsur BK, yang akan
dikaji
keter-libatannya dalam mempersiapkan siswa untuk berwiraswasta.
Selanjutnya kata
DITELAAH
didalam
judul
tesis
ini
mengandung arti bahwa
penelitian
ini
dapat
dikaji
dengan
menggunakan
berbagai
analisis,
seperti
analisis
regresi,
korelasi, dan analisis jalur terhadap variabel-variabel
yang
diteliti.
Kesemua
analisis
ini
bertujuan
untuk
melihat
bagaimana
bentuk
dan
keeratan
hubungan
antara
ketiga
unsur-unsur
kesiapan
siswa
untuk
berwiraswasta,
serta
bagaimana kemampuan unsur
pemahaman
dan
kepribadian
siswa
dalam mempengaruhi sikap siswa untuk berwiraswasta.
Untuk kesamaan dan ketetapan arti
terhadap
variabel-variabel yang diteliti, maka secara singkat akan
dikemukakan
pengertian
dari
beberapa
istilah
yang
terkait
dalam
penelitian ini, yaitu:
1•
Wiraswasta dan
Kewiraswastaan
Meskipun masih terdapat perbedaan diantara
para
ahli
dalam mengemukakan pengertian
tentang
wiraswasta
tapi
ada
beberapa unsur yang selalu mengarah kepada kesatuan arti,
di
antaranya
seperti
yang
dikemukakan
oleh
C.
McClelland,
Suparman
Sumahamidjaya
dan
Geofrey
G
Meridith,
mereka
12
khusus yang
dipersyaratkan
bagi
seseorang
dalam
kegiatan
berwiraswasta.
(b)
merupakan
sifat-sifat
keberanian,
keteladanan dalam menghadapi pekerjaan
yang
bersumber
dari
kemampuan sendiri, (b)
merupakan
pekerjaan
yang
dilakukan
oleh orang-orang
yang
mempunyai
gaya
hidup
dan
prinsip-prinsip tertentu dalam menghadapi strategi kerja.
Kesemua pandangan tersebut dapat dijadikan dasar untuk
mengungkap
suatu
pengertian
secara
operasional
tentang
wiraswasta dalam
penelitian
ini
yaitu:
Wiraswasta
adalah.
suatu lapangan peker.iaan yang dilakukan oleh orang-orang vang
mempunvai karakteristik
wiraswasta.
Karakteristik
yang
di
maksud adalah sifat atau prilaku
yang
selalu
mengutamakan:
(a) pretasi kerja, (b) keteraturan kerja atau disiplin kerja,
(c)
kemandirian
atau
percaya
diri,
(d)
ketekunan
dan
keuletan,
(e) flesibelitas dan kreativitas, dan
(f)
berjiwa
pemimpin.
Sedangkan Kewiraswastaan adalali sifat, atau
tingkah
laku. vang terdapat pada orang-orang yang bergerak
di
bidang
wiraswasta.
2. Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan salah satu program Bimbingan
dan Penyuluhan
di
SMA-SMA,
yang
dapat
diartikan
sebagai
program bantuan yang mengantarkan siswa dalam. mengkaj i masalah pemilihan karir. dimasa depan, terutama keterkaitannva
dengan potensi dan
kekhasan
yang
ada
pada
dirinya
serta
kondisi. lingkungan saat. ini.
Salah satu dari sekian banyak karir yang dapat dipilih
siswa
adalah
berwiraswasta,
terutama
bagi
mereka
yang
13
sikap positif terhadap wiraswasta.
Ketiga
unsur
ini
perlu
dipupuk
dan
dikembangkan
pada
siswa
SMA,
agar
mereka
mempunyai kesiapan diri untuk terjun ke dunia wiraswasta.
Berdasarkan
pengertian
bimbimngan
karir
di
atas,
sesungguhnya program BK dapat dikatakan sebagai
sarana
yang
tepat dan sepatutnya sudah
mengembangkan
kewiraswastaan
di
sekolah. Oleh sebab itu
melalui
penelitian
ini
juga
akan
mengungkapkan
apakah
ada
intervensi
Bimbingan
Karir
di
SMA-SMA
saat
ini
dalam
membina
kesiapan
(pemahaman,
kepribadian dan sikap) siswa untuk berwiraswasta.
Untuk
mengungkapkan
data-data
ini
akan
diajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa SMA
yang
dirumuskan
dalam
bentuk angket tertutup.
3. Pemahaman tentang wiraswasta
Pengertian kata
pemahaman.
di
dalam
penelitian
ini
mengacu
pada
teori
taxonomy
tujuan
pendidikan
yang
dikemukakan oleh Bloom. Dia mengatakan
bahwa
pemahaman
itu
tak lain adalah salah satu tingkat perkembangan
yang
berada
pada kawasan kognitif dan merupakan tingkat
pengertian
yang
berderajat paling rendah.
(Bloom,1956:204).
Dikatakan
juga
bahwa di dalam konsep pemahaman ada tiga
tipe
tingkah
laku
yang menggabarkan
kemampuan
seseorang
yaitu:
translation.
interpretasi dan extraonlatinnBerdasarkan
uraian
di
atas
maka
untuk
keperluan
penelitian ini yang dimaksud dengan Pemahaman
slswja.
tentang
wiraswasta
merupakan
tingkat
kemapuan
sisaa
untuk
konsep-14
k°nsep
zang.
berkaitan
dengan
wiraswasta.
yaitu
tentang
pengertian wiraswasta,
ciri-ciri wiraswasta,
jenis
kegiatan
wiraswasta,
bentuk dan motivasi wiraswasta,
serta peranan dan
fungsi wiraswasta.
Untuk mengungkapkan data
tentang
pemahaman
ini
akan
diajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk angket tertutup,
yaitu berupa tes
pilihan
ganda.
Dan
penskorannya
bersifat
dikhotomus nol atau satu , artinya
seseorang
dapat
dianggap
tidak paham bila memperoleh skor 0
dan
dianggap
paham
bila
memperoleh skor 1 atau menguasai 100 %.
4. Ciri Kepribadian
Pengertian
kepribadian
yang
dikemukakan
dalam
penelitian
ini
mengacu
kepada
teori
kepribadian
yang
dikemukakan Murray,
karena
teori
Murray
menekankan
adanya
prinsip motivasi yang mendasari tingkak laku seseorang. Salah
satu motivasi bertingkah laku menurut
Murray
adalah
needs.
Needs adalah dorongan yang terdapat pada diri
individu
yang
turut mengatur dan mengarahkan individu tersebut untuk
berbuat sesuatu. Pandangan Murray ini sangat
relevan
dengan
hal yang diteliti yaitu masalah
kesiapan
kepribadian
siswa
untuk berwiraswasta.
Masalah kesiapan kepribadian
siswa
ini
tidak terlepas dari masalah adanya motivasi
(yang
berbentuk
needs)
pada diri siswa yang
akan
mengarahkannya
untuk
mau
berwirawasta.
Dan Allen.C.Edward (dalam EPPS) memandang
needs
yang
15
dikemukakan Murray menetapkan ada
15
needs
yang
dipandang
sebagai variabel
kepribadian
tersebut
yaitu:
achievement.
deference,
order,
exhibition,
autonomy.
affiliation.
intraception,
SUCCUrance, dominance,
abasement.
nurturanns.
change, endurance, heterosexualitv. dan aggression.
Didasarkan pada pandangan Murray dan
Edward
tersebut
maka untuk keperluan penelitian
ini
ditetapkan
bahwa
yang
dimaksud dengan Ciri Kepribadian
adalah.
siiai
hjikiki
vang
dipengaruhi
oleh
imfids. setiap individu,
dan dapat mengarahkan
individu tersebut pada kegiatan tertentu
Untuk keperluan pengukuran
dan
mengungkap
data-data
kepribadian ini akan
digunakan
inventori
kepribadian
dari
Edward
Personal
Preference
Schedule
(EPPS).
Dan
dalam
penafisirannya juga mengacu
kepada
norm
yang
dibuat
oleh
Edwards
yaitu
berdasarkan
nilai
persentil.
Untuk
nilai
persentil
97
ke
atas
ditafsirkan
berkepribadian
sangat
tinggi/sangat
mantap,
nilai
persentil
85-96
ditafsirkan
berkepribadian
mantap,
nilai
persentil
17-84
ditafsirkan
berkepribadian
rata-rata/sedang,
nilai
persentil
4-16
ditafsirkan
berkepribadian
rendah/tidak
mantap,
nilai
persentil
3
ke
bawah
ditafsirkan
berkepribadian
sangat
rendah/sangat tidak mantap.
5. Sikap Terhadap Wiraswasta
Banyak
sudah
definisi
yang
dikemukakan
para
ahli
tentang
sikap.
Meskipun
demikian
dapat
dikatakan
pada
prinsipnya ada dua pandangan dalam mengartikan istilah
sikap
yaitu: (a) Sikap diartikan sebagai suatu
kesiapan
pandangan
16
berhubungan dengan
afeksi),
dan
kesiapan
bertindak
(yang
berhubungan dengan konasi) untuk bereksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu. (b) Sikap diartikan sebagai
suatu
bentuk evaluasi atau respon evaluatif
terhadap
suatu
objek
psikologis.
Dikatakan
sebagai
respon
evaluatif
karena
seseorang dalam
menunjukan
sikapnya
terhadap
suatu
objek
dapat
melalui
penilaian-penilaian
yang
terjadi
di
dalam
perasaannya. Penilaian tersebut ada
yang
mempunyai
derajat
afek
positif,
artinya
perasaan
mendukung
atau
bersikap
memihak (favourable) dan
ada
yang
mempunyai
derajat
afek
negatif,
artinya
perasaan
tidak
mendukung
atau
bersikap
menolak (unfavourable).
Mengacu kepada dua pandangan diatas maka untuk
keperluan
dalam penelitian
ini
Sikap
terhadap
Wiraswasta
diartikan
sebagai evaluasi perasaan
dan
kecendrungan
bertindak
vang
positif
atau.
negatif
terhadap
prilaku
dan
kegiatan
wiraswasta.
Bila
siswa
mempunyai
sikap
positif
berarti
siswa
tersebut
menyenangi
prilaku
wiraswasta,
dan
adanya
kecendrungan untuk berprilaku seperti wiraswastawan.
Dan bila
sikapnya negatif
berarti
siswa
tersebut
tidak
menyenangi
prilaku
wiraswasta,
dan
cenrung
untuk
tidak
berprilaku
seperti wiraswastawan.
Ada beberapa komponen yang dapat menggambarkan prilaku
dan kegiatan seorang wiraswasta
yaitu;
(1)
Dorongan
kerja
wiraswasta, (2) Proses dan penyelesaian kerja, (3)
Tantangan
kerja,
(4)
Cara
penggunaan
waktu,
(5)
Cara
memanfaatkan
17
lain. Kesemua komponen tersebut dijadikan objek
sikap
dalam
penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran
bagaimana
tingkatan afeksi yang dimiliki siswa SMA terhadap prilaku dan
kegiatan wiraswasta dalam melaksanakan kegiatannya.
Secara
lebih
terinci
objek
sikap
tersebut
dapat
terlihat dalam bagan berikut ini.
- P e n g e r t v a n
vi.ro.-s v a vi.ro.-s t a .
• C i r i - c i r i v i r a
-s v a -s t a .
J*nts kegiatan
v i r a s v a s
•Bentuk dan
mo-t i v a s i v t r a s v a -s t a.
?a!
eranan dan fung-t J v i r a s v a s fung-t a
B e r m a c a m m a -c a m n e e d s
a t a u
c i r i / v a r t a-beI k ep ri b a
il t a n
r
Ruang lingkup objek sikap
Dor ongan Ker j a
P r o s e d u r
Ke r j a
Tant angan Ke r j a
Pengguna-a n w a k t u
P e m a n f a a ta n
pot ens i diri
d a n a l a m
Hubungan de-orang lain
-Prestasi kerja -Kemauan Kerja
Bekerja dengan
r e n c a n a
-Beker j a T u n t a s
s a m p a i -Bekerja dengan
T e k u n
-Bekerja dengan Jujur dan ber tanggung javab
-Mengukur kemam puan d i n
-Pengambil
resi--Pencari kreasi
b a r u -opt i mi s
-Disiplin terha dap wak t u
- M e m a n f a a t k a n
vaktu senggang
I
—Mengutamak kemampuan -Menghargai
P e m b e r i a n
d i al
r i
a m
-Memb ipa h
a n bav fc
-Mengat u r
m e m o t i v a s
o r ang lav
u d l n
b u n
a n
g-Bagan 3: Ruang Lingkup Objek Sikap
Kepribadian dan Pemahaman
Untuk mengungkapkan data-data sikap siswa SMA terhadap
18
Likert. Begitu juga dalam penskorannya akan digunakan
teknik
penskoran yang dikemukakan Likert.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian
ini
bertujuan
untuk
melihat
intervensi BK
yang
telah
dilaksanakan
di
SMA
sehubungan
dengan pengembangan kewiraswastaan
di
kalangan
siswa
SMA,
terutama dalam pembentukan kepribadian, pemahaman
dan
sikap
siswa yang berkaitan
dengan
kewiraswastaan.
Disamping
itu
penelitian ini
juga
ingin
melihat
unsur
mana
di
antara
pemahaman dan ciri kepribadian yang berpengaruh
lebih
besar
terhadap sikap siswa, guna
menetapkan
model
intervensi
BK
untuk pengembangan kewiraswastaan di kalangan siswa SMA.
Secara lebih terinci dan sesuai
dengan
masalah
yang
akan diteliti maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
1.
Mengidentifikasi
data
tentang
ciri
kepribadian
siswa yang menunjang prilaku wiraswasta,
pemahaman
[image:23.595.62.525.86.736.2]dan
sikap
siswa
tersebut
terhadap
wiraswasta.
Dengan
demikian
akan
terungkap
secara
jelas
gambaran tentang ciri
kepribadian
siswa,
tingkat
pemahaman siswa
tentang
wiraswasta
dan
sikapnya
terhadap wiraswasta.
2.
Melihat
apakah
ada
intervensi
BK
di
SMA-SMA
terhadap
pembentukan
kewiraswastaan,
terutama
terhadap pembentukan kepribadian
siswa,
pemahaman
dan
sikapnya terhadap wiraswasta.
19
kewiraswastaan
di
kalangan
siswa
SMA,
dengan
menganalisis hubungan antara ketiga variabel ciri
kepribadian,
pemahaman
dan
sikap
siswa
terhadap
wiraswasta.
4. Menetapkan secara hipotetik model intervensi BK
dalam mengembangkan
ciri
kepribadian
siswa
yang
menunjang prilaku wiraswasta, pemahaman dan sikapnya terhadap wiraswasta, untuk diterapkan dalam pengembangan kewiraswastaan di kalangan siswa
SMA.
Manfaat hasil penelitian. Diharapkan hasil temuan dari penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program Bimbingan Karir di sekolah, sehingga program BK tersebut sesuai dengan kepentingan-kepentingan siswa sendiri, serta sesuai dengan kenyataan yang akan mereka hadapi.
Lebih jauh lagi hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun dan merumuskan kembali program Bimbingan dan Penyuluhan, khususnya program bimbingan karir di sekolah. Sehingga
program tersebut benar-benar dirasakan tepat guna bagi siswa,
bagi pendidik, bagi orang tua dan bagi masyarakat pada
umumnya. Dan secara tidak langsung dapat pula bermanfaat
dalam mengurangi jumlah pengangguran yang dihasilkan SMA dari
tahun ke tahun, karena mereka sudah siap dan dipersiapkan
untuk berwiraswasta.
E. Pendekatan Masalah dan Garis Besar Pembahasan
20
sebagai suatu program yang
dapat
membantu
siswa
di
dalam
menghadapi masalah pemilihan karir,
salah
satu
karir
yang
dapat dipilih siswa adalah berwiraswasta.
Untuk berwiraswasta ada beberapa
unsur
yang
penting
dan perlu dikembangkan yaitu: pemahaman
tentang
wiraswasta,
ciri kepribadian yang menunjang prilaku wiraswasta, dan sikap
positif terhadap wiraswasta.
Rumusan tentang pemahaman siswa didasari kepada
teori
hasil
belajar
yang
dikemukakan
Bloom,
dan
pengukurannya
digunakan
tes
pilihan
berganda.
Rumusan
tentang
ciri
kepribadian didasarkan pada teori
personologi
yang
disusun
oleh Murray serta dikembangkan oleh Edward.
Dan
untuk
sikap
pendekatannya di dasarkan pada model Likert.
Garis besar pembahasan di dalam tulisan ini
mencakup:
(1) penelaahan berbagai teori yang berkaitan dengan bimbingan
karir,
wiraswasta,
keterkaitan
BK
dalam
pengembangan
kewiraswastaan,
kepribadian,
pemahaman,
dan
sikap.
(2)
penelaahan metode penelitian yang digunakan,
(3)
pelaksanaan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pembahasan
terhadap hasil temuan,
(4)
membuat kesimpulan serta implikasi
dan rekomendasi untuk pengembangan pendidikan
pada
umumnya,
.••&y.*y ' •>"<•• •: :v-- :•: .. ^-.v^^Sfe.
.•yyy- .-y •••• •! x :• >. &•'• / •; .* > '& 'fife-.
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian ini digunakan metode
deskriptif analitik, sehingga hasil yang diperoleh dapat
memberikan kesimpulan-kesimpulan yang mungkin bisa diangkat
ke taraf generalisasi. Kemudian dari kesimpulan dan
generalisasi itu akan ditarik implikasi yang bermakna untuk
kepentingan pengembangan pendidikan di SMA pada umumnya dan
untuk pengembangan program BK pada khususnya.
Hal-hal yang perlu dikemukakan di dalam bab ini tak
lain adalah berupa: asumsi dan hipotesis penelitian, populasi
dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, metode
pengolahan dan analisis data.
A. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi dan hipotesis merupakan landasan dan acuan di
dalam setiap penelitian. Untuk keperluan penelitian ini
beberapa asumsi dan hipotesis yang digunakan dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Asumsi-Asumsi Peneltian
Beberapa asumsi yang dijadikan landasan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Bimbingan Karir (BK) merupakan program yang telah lama diterapkan di SMA, dan dipandang sebagai sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kewiraswastaan di kalangan siswa SMA. Dikatakan demikian karena pada dasarnya
81
program BK bertujuan untuk membimbing dan mengantarkan
siswa
dalam menghadapi
masalah-masalah
pemilihan
karir
di
masa
depan.
Salah
satu
karir
yang
dapat
dipilih
adalah
berwiraswasta.
b. Berwiraswasta akan dapat dilakukan oleh orang
yang
menilai atau bersikap positif terhadap wiraswasta,
mempunyai
ciri
kepribadian
yang
menunjang
prilaku
wiraswasta,
dan
mempunyai pemahaman yang tinggi terhadap wiraswasta.
c. Bimbingan
karir
dipandang
sebagai
sarana
dalam
mebantu siswa yang menghadapi masalah-masalah pemilihan karir
(termasuk pemilihan karir berwiraswasta) di masa depan.
d.
Pemahaman
merupakan
suatu
hasil
dari
proses
belajar,
dan
diperoleh
seseorang
melalui
informasi
dan
interaksi
orang
tersebut
dari
lingkungan
dimana
mereka
berkembang.
e.
Ciri
Kepribadian
dipandang
sebagai
unsur-unsur
needs yang berkembang pada setiap individu, dan dapat
diukur
dengan instrumen EPPS. Needs akan mengarahkan orang di
dalam
bertingkah laku.
f. Ciri kepribadian seseorang dapat dan
lebih
banyak
dikendalikan oleh
hasil
belajar
dari
pada
faktor
bawaan
lahir.
g.
Sikap
dipandang
sebagai
ungkapan
perasaan
dan
kecendrungan
bertindak.
Sikap
positif
menunjukan
adanya
perasaan menyenangi sesuatu objek dan adanya keinginan
untuk
berbuat kearah yang disenangi.
h.
Sikap lebih banyak ditentukan
hasil
belajar
dari
82
sebab
itu sikap dapat diubah dan dikendalikan melalui
proses
belajar.2. Pertanyaan Dan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan asumsi-asumsi yang
dikemukakan
di
atas,
serta memperhatikan kembali masalah yang diteliti, maka untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian ini dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran kesiapan siswa SMA untuk
berwiraswasta, ditinjau dari tingkat pemahaman, ciri
kepribadian dan sikapnya yang berkaitan dengan wiraswasta ?
(1). Bagaimana gambaran tingkat pemahaman siswa SMA
tentang wiraswasta ?
(2). Bagaimana gambaran ciri kepribadian siswa SMA khususnya ciri kepribadian yang menunjang prilaku
wiraswasta ?
(3). Bagaimana gambaran sikap siswa SMA terhadap
wiraswasta ?
b. Apakah ada pengaruh intervensi BK yang telah dilaksanakan di SMA dalam membentuk kesiapan siswa untuk berwiraswasta ? Atau dengan kata lain adakah perbedaan
kesiapan siswa untuk berwiraswasta bila dilihat dari banyak
tidaknya pengaruh intervensi BK yang dirasakan siswa ?
(1). Adakah perbedaan pemahaman siswa tentang wira
swasta antara siswa yang menyatakan banyak dengan yang
menyatakan tidak ada pengaruh intervensi BK ?
(2). Adakah perbedaan ciri kepribadian siswa untuk
berwiraswasta antara siswa yang menyatakan banyak dengan yang
83
/
(3). Adakah perbedaan sikap siswa terhadap
wiraswasta
'
antara siswa yang menyatakan banyak
dengan
yang
menyatakan
tidak ada pengaruh intervensi BK ?
c.
Apakah ada hubungan antara
ketiga
unsur
kesiapan
siswa untuk berwiraswasta,
yaitu
kesiapan
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta,
kesiapan
kepribadian
dan
sikapnya
terhadap wiraswasta ?
(1). Adakah hubungan antara
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta dengan sikap siswa terhadap wiraswasta ?
(2). Adakah hubungan
antara
ciri
kepribadian
siswa
yang menunjang prilaku wiraswasta dengan sikap siswa terhadap
wiraswasta ?
(3). Adakah hubungan antara
pemahaman
siswa
tentang
wiraswasta
dengan
ciri
kepribadian
siswa
yang
menunjang
prilaku wiraswasta?
d.
Berapa besarkah kontribusi pemahaman siswa
tentang
wiraswasta
dan
kepribadian
siswa
dalam
membentuk
sikap
positifnya terhadap berwiraswasta ?
(1). Seberapa besar kontribusi pemahaman siswa tentang
wiraswasta dalam membentukan
sikap
positif
siswa
terhadap
wiraswasta ?
(2) Seberapa besar pula kontribusi pemahaman siswa
tentang wiraswasta dalam
membentuk
penyesuaian
kepribadian
siswa untuk berwiraswasta ?
(3).
Seberapa besar kontribusi ciri kepribadian
siswa
untuk berwiraswasta dalam
membentukan
sikap
positif
siswa
terhadap wiraswasta ?84
apabila terjadi perubahan kepribadian siswa yang disebabkan
perubahan pemahamannya tentang wiraswasta ?
Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut dikembangkan
menjadi hipotesis penelitian yang akan diuji dan sekaligus
dapat pula menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut
di atas. Hipotesis yang dimaksud adalah.
a. Terdapat gambaran yang sangat kurang dari kesiapan
pribadi siswa untuk memasuki dunia wiraswasta.
(1). Terdapat gambaran sikap negatif dari siswa SMA
terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bersifat wiraswasta.
(2) Terdapat gambaran tingkat pemahaman yang rendah
pada siswa SMA tentang wiraswasta.
(3) Terdapat gambaran Ciri Kepribadian siswa yang
kurang mantap khususnya pada needs: achievement, order,
autonomy, dominance, change dan endurance.
b. Belum ada pengaruh intervensi BK dalam membentuk
kesiapan siswa SMA untuk berwiraswasta.
(1). Tidak ada perbedaan tingkat pemahaman siswa
tentang wiraswasta dilihat dari banyak tidaknya pengaruh
intervensi BK yang dirasakan siswa.
(2). Tidak ada perbedaan ciri kepribadian siswa
khususnya ciri kepribadian untuk berwiraswasta dilihat dari
banyak tidaknya pengaruh intervensi BK yang dirasakan siswa.
(3). Tidak ada perbedaan sikap siswa bila dilihat dari
banyak tidaknya pengaruh intervensi BK yang dirasakan siswa.
c. Terdapat hubungan positif dan signifikan di antara
85
mengenai kewiraswastaan.
(1). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara
tingkat pemahaman siswa tentang wiraswasta dengan sikap
mereka terhadap wiraswasta.
(2). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara
Ciri Kepribadian siswa berupa needs: achievement, order,
autonomy, dominance, change dan order dengan Sikap siswa
terhadap wiraswasta.
(3). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara
tingkat pemahaman siswa tentang wiraswasta dengan beberapa
ciri kepribadian siswa, berupa needs: achievement, order,
autonomy, dominance, change, dan endurance.
d. Terdapat pengaruh atau perubahan yang cukup besar
pada sikap siswa terhadap wiraswasta bila terjadi peningkatan
pemahaman dan penyesuaian kepribadiannya.
(1). Terdapat pengaruh yang cukup besar dan sangat
bearti dari pemahaman siswa tentang wiraswasta dalam
pembentukan sikap positif siswa terhadap wiraswasta.
(2). Terdapat pengaruh yang cukup besar dan sangat
berarti dari pemahaman siswa tentang wiraswasta dalam
membentuk penyesuaian ciri kepribadian untuk berwiraswasta.
(3). Terdapat pengaruh yang cukup besar dan sangat
berarti dari ciri kepribadian siswa dalam membentuk sikap
positif siswa terhadap wiraswasta.
(4). Terdapat terdapat perubahan sikap siswa terhadap
wiraswasta yang cukup besar dan bearti bila terjadi
penyesuaian kepribadian siswa akibat adanya peningkatan
86 B. Populasi dan sampel penelitian
1 - Populasi Penelitian
Sesuai dengan
tujuan
penelitian
maka
yang
menjadi
objek penelitian ini adalah sikap,
kepribadian
dan
tingkat
pemahaman tentang wiraswasta yang
dimiliki
siswa
SMA.
Dan
yang menjadi subjek populasi adalah seluruh siswa SMA
negeri
klas III di kota madya Bandung.
Alasan yang dijadikan
pertimbangan
untuk
menentukan
anggota populasi,
kenapa hanya siswa
SMA
negeri
kelas
III
saja adalah;
(a)
siswa
yang
menjadi
populasi
pada
saat
dilaksanakan
penelitian
merupakan
siswa
yang
secara
keseluruhan sudah mendapatkan program BK,
karena seluruh
SMA
negeri di kota madya Bandung sudah melaksanakan
program
BK.
(b)
siswa
yang
menjadi
populasi
pada
saat
penelitian
dilaksanakan merupakan siswa pada taraf
proses
akhir
untuk
tingkat SLTA, sebelum melanjutkan ke
perguruan
tinggi
atau
terjun
ke
lapangan
kerja.
Dengan
demikian
siswa
yang
dijadikan populasi tersebut dianggap sudah
memiliki
tingkat
pengetahuan
dan
kematangan
yang
maksimal
untuk
tingkat
sekolah lanjutan
atas, sehingga dari mereka
diharapkan
akan
diperoleh gambaran
hasil
proses
belajar
semenjak
sekolah
dasar,
baik melalui pendidikan di sekolah,
di rumah
atau
di
masyarakat.
Hasil pendidikan yang mereka peroleh
ini
secara
langsung akan dapat membentuk sikap, kepribadian dan
tingkat
pemahaman yang mereka miliki.
Di samping itu keterbatasan
dana,
waktu
dan
tenaga
juga menjadi pertimbangan yang cukup
besar
dalam
penentuan
87
Berdasarkan daftar calon peserta EBTA dan EBTANAS SMA
negeri sekota madya Bandung tahun 1991/1992 dlketahui bahwa
jumlah SMA negeri di kota madya Bandung ada sebanyak 24 buah,
yang tersebar di
setiap wilayah.
Untuk Bandung
utara
ada
6
buah SMA, Bandung selatan ada 4 buah SMA, Bandung Barat ada 7
buah SMA, dan Bandung Timur ada 7 buah SMA.
Sedangkan jumlah
siswa yang
akan
dijadikan
anggota
populasi
adalah
8741
orang.
Jumlah
tersebut
merupakan
keseluruhan siswa klas III pada 24 SMA negeri
Bandung
untuk
tahun ajaran 1991/1992.2. Sampel Penelitian
Penentuan
sampel
dalam
suatu
penelitian
perlu
dilakukan dengan
perhitungan-perhitungan
yang
tepat,
agar
hasil suatu penelitian dapat
mencerminkan
keadaan
populasi
yang sebenarnya. Suatu sampel penelitian dapat dikatakan
memadai apabila jumlah dan
karakteristiknya
dapat
mewakili
populasi.
Untuk menentukan jumlah sampel yang ideal Krejcie
and
Morgan
(Issac
dan
Michael,1982:192)
mengemukakan
rumus
sebagai berikut:
X
NP
( 1 -
P
)
S - , in which
d2(N-l) + Xr2P(l-P)
S - required sample size.
N = the given population size.
P - population proportion that for table construction has
been assumed to be
.50, as this magnitude
yields
the
maximum possible sample size required.
d -
the degree of accuracy as reflected by the
amount
of
error that can be tolerated in the fluctuation of asample proportion p about the population proportion P
[image:34.595.54.518.162.748.2]88
2
entries in the table, a quantity equal to + 1.96
p
-y^
-
table value of chi square for one
degree
of
freedom
relative to the desired
level of confidence,
which was
3.841 for
the
95
confidence
level
represented
by
entries in the table.
Berdasarkan
perhitungan-perhitungan
dengan
rumus
tersebut di atas Krejcie and Morgan mengemukakan suatu
tabel
sebagai berikut:TABEL 3.1
TABLE FOR DETERMINING NEEDED SIZE OF A RANDOMLY CHOSEN
SAMPLE FROM A GIVEN FINITE POPULATION OF N CASES SUCH
THAT THE SAMPLE PROPORTION
p
WILL BE WITHIN + .50
OF THE POPULATION PROPORTION P WITH A 95 PERCENTN S N S N S
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 100000 384
Note:
N
is population size;
S
is sample size
[image:35.595.70.490.228.724.2]89
Sesuai dengan tabel di atas dengan populasi sebesar 8741 orang (berarti jumlah ini mendekati 9000 dalam tabel) maka jumlah sampel yang diperlukan adalah sebesar 368 orang.
Pengambilan sampel sejumlah 368 orang tersebut
dilakukan secara acak dengan prinsip proposional pada 12 SMA
negeri di kota madya Bandung. Sedangkan dalam menentukan ke
12 SMA yang dijadikan sasaran pengambilan sampel ditetakan berdasarkan wilayah yang ada di kota Bandung. Setiap wilayah
diambil 3 SMA secara acak.
Berikut ini akan dikemukakan penyebaran jumlah
populasi dan sampel untuk masing-masing wilayah dan
masing-masing yang menjadi sasaran dalam penelitian ini.
TABEL 3.2
ANGGOTA POPULASI DAN SAMPEL SETIAP WILAYAH
Nama wilayah Jumlah Jumlah
dan SMA Anggota populasi Anggota sampel
Bandung Utara
SMA.N. 1 497 38
SMA.N. 5 576 43
SMA.N. 20 297 22
Bandung Selatan
SMA.N. 11 507 38
SMA.N. 7 408 36
SMA.N. 18 258 20
Bandung Barat
SMA.N. 9 432 32
SMA.N. 15 294 22
SMA.N. 4 389 29
Bandung Timur
SMA.N. 8 356 27
SMA.N. 10 482 36
[image:36.595.48.504.74.703.2]90
Untuk menentukan besarnya sampel
pada
.masing-masing
SMA diperhitungkan dengan cara berikut ini:
P
nl
=
P~ ' n
n^ -
besarnya sampel untuk masing-masing SMA.
n
-
besarnya sampel yang dibutuhkan secara keseluruhan.
P
= besarnya populasi pada setiap SMA.
P
- besar populasi pada kedua belas SMA.
Contoh untuk SMA 1 sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak
38 orang. Cara menentukannya adalah sebagai berikut:
P 497
171 "
P
•"
~
4899
• 368 =
38
Untuk menetapkan
sampel
di
tiap-tiap
sekolah
yang
dijadikan sasaran sampel
akan
dilaksanakan
secara
random.
Rochman (1985:12)
mengemukakan
bahwa
sampel
random
ialah
penarikan sampel di mana
setiap
anggota
populasi
mendapat
kesempatan yang sama
untuk
menjadi
sampel.
Caranya
dapat
dilakukan
dengan
jalan
undian,
ordinal
atau
dengan
menggunakan tabel bilangan random.
Penelitian ini menggunakan cara undian dengan prosedur
sebagai berikut: Kepada semua populasi pada
tiap-tiap
kelas
diberi kesempatan untuk mengambil satu gulungan kertas
kecil
yang sudah
dipersiapkan
di
dalam
sebuah
kotak.
Diantara
gulungan
kertas
itu
ada
yang
bertuliskan
anggka-angka
sebanyak
sampel
yang
dibutuhkan.
Mereka
yang
mendapat
gulungan kertas yang bertuliskan angka akan dijadikan anggota
sampel
di
setiap
kelas
pada
setiap
SMA
yang
dijadikan
[image:37.595.52.503.281.766.2]91 C. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
studi
ini
terdapat
dua