• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi

Pendidikan kesehatan adalah sebuah peroses untuk meningkatkan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmojo, 2010). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang di rencanakan untuk memepengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang di harapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). Notoadmojo (2012 :129), menyatakan bahwa dengan metode promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

Beensley & Fisher (2008) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memang menyampaikan informasi dengan harapan bahwa seseorang akan memperlajarinya dan dapat mempengaruhi pengetahuannya

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Green dalam Notoadmojo, (2012), bahwa pendidikan kesehatan memepengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku yaitu

2.1.2.1 Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi.

Promosi kesehatan bertujuan untuk bisa mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakatnya. Di samping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian mengenai tradisi, kepercayaan masyarakat dan

(2)

sebgainya. Baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi kesehatan dalam hal ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran tentang kesehatan dan iklan-iklan kesehatan.

2.1.2.2 Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat).

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan supaya masyarakat dapat memberdayakan masyarakat yang lain supaya mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara memberikan bantuan teknik, arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana kesehatan.

2.1.2.3 Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2.1.3 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), bahwa terdapat tiga metode pendidikan kesehatan berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

2.1.3.1 Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatan yaitu : Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) dan Wawancara.

(3)

2.1.3.2 Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh dengan metode ini mempunyai sasaran secara kelompok., dalam penyampaian promosi kesehatan dengan menggunkan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis kelompok, yaitu : kelompok besar dan kelompok kecil.

2.1.3.3 Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

2.1.4 Motivational Interviewing

Motivational interviewing merupakan salah satu metode konseling yang bertujuan

untuk mendorong individu dalam mengeksplorasi alasan yang sebelumnya belum dipikirkan untuk mengubah perilakunya Karena pada dasarnya manusia tidak menyukai keadaan yang seimbang, maka ia berusaha mencari pengetahuan baru dalam merubah perilakunya atau merubah prilakunya supaya sejalan dengan penegtahuannya.

(Notoadmojo, 2010).

2.1.4.1 Motivational interviewing dalam promosi kesehatan

Intervensi keperawatan yang di tujukan untuk mengubah kemandirian pasien diantaranya melalui hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien, konsep

(4)

keperawatan peplau menjelasakan tetang pemanfaatan hubungan interpersonal dalam memahami diri sendiri dan orang lain, perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan salah satu motivator yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan sehingga pasien dapat termotivasi dalam melakukan pengobatan atau terapi yang di peroleh (Notoadmojo, 2012). Salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam hubungan interpersonal oleh perawat untuk menambah pengetahuan dan merubah perilakunya yaitu dengan menggunakan metode motivational interviewing (Fembi, 2014).

Metode MI awalnya digunakan untuk mengatasi masalah kecanduan alkohol, namun kemudian dikembangkan untuk prilaku tidak sehat lainnya (Gibby, 2012).

motivational intervieiwing bisa menjadi terapi kognitiif yang didampingi oleh konselor

dimana klien dipandu untuk menhadapi ketidak konsistenan mereka sendiri dalam pemikiran dan tindakan dengan memberikan informasi yang diperlukan oleh klien (Resnicow&Colorio, 2012) Saat ini MI bisa digunakan sebagai perubahan pola makan dalam startegi promosi keshatan bagi seseorang yang belum menjalani diet dengan baik (Pirlott,2012). Motivational interviewing di dasarkan pada sikap hormat dan fokus membangun hubungan pada tahap awal konseling, teknik pendekatan yang digunakan dalam motivational interviewing yaitu ada tiga: Asking, Listening dan affirming (Fembi, 2014). Manfaat dari motivational intervieiwing sendiri dimana pasien didorong untuk mengekplorasi dan menemukan alasan dalam dirinya yang sebelumnya pernah dipikirkan untuk mengubah prilakunya (Notoadmodjo,2010)

Menurut Menurut Fembi (2015) motivational interviewing dapat memberikan peningkatan terhadap pengetahuan yang bisa menimbulkan efek positif pada motivasi diri dan kepercayaan diri untuk menghadapi hambatan pengobatan. pemahaman (insight)

(5)

hal tersebut dapat terjadi karena adanya proses kognitif selama diberikan motivational interviewing, proses ini memfasilitasi individu untuk mengmbangkan pemikiran-pemikiran

positif dalam menghadapi kesehatannya. hal itu sejalan oleh penelitian Lingli et al (2016), MI lebih efektif dari strategi pendidikan kesehatan yang biasa digunakan dalam memunculkan hal positif perubahan prilaku pencegahan kesehatan mulut dan karies gigi.

Menurut Zhou & Huang (2015) Bahwa Metode motivational interviewing memiliki pengaruh yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan dalam menghadapi ambivalensi dan mengatasi masalah selama perubahan perilaku.Selain itu MI juga sangat beguna untuk perubahan jangka panjang dalam perubahan prilaku bagi pasien yang mempunyai factor resiko tinggi terhadap komplikasi (Hardcastle et al, 2013). Hubungan baik yang dicapai dengan keterampilan seperti mendengarkan reflektif,mengalihkan fokus dan reframing, yang memungkinkan konselor dan klien dalam percakapan konstruktif tentang perubahan dan akan memudahkan mencapai tujuan ( Emmon, 2010).

2.1.5 Strategi Motivational Interviewing

Menurut Gabbie & Lubman (2012) ada empat keterampilan dasar yang digunakan dalam konseling motivational interviewing yang disebut OARS yaitu :

a. Open-ended question, merupakan pertanyaan terbuka yang tidak mudah di jawab dengan singkat seperti “ya / tidak” sehingga memberikan informasi yang tidak sedikit.

b. Afirmation, merupakan pernyataan yang dapat menguatkan klien untuk bisa berubah dengan informasiatau pendidikan yang di berikan oleh konselor. Penggunaa affirmation bisa membantu klien merasa bahwa perubahan itu mungkin bahkan ketika upaya sebelumnya gagal.

(6)

c. Reflection, mendengarkan secara reflektif merupakan keterampil penting dalam motivational interviewing, dua tujuan utamannya yaitu. Pertama memberikan rasa

empati dengan mendengarkan dan memberikan respon secara hati-hati sehingga pasien merasa konselor mengerti masalah pasien, kedua memberikan intervensi dengan bimbingan atau arahan terhadap serta memberikan informasi mengenai penyakit yang di derita dengan tujuan mendukung perubahan.

d. Summaries adalah ringkasan dimana terapis atau konselor merekap apa yang telah terjadi dari semua atau dari sebagian konseling sehingga meberikan informasi tentang ambivalensi dari pasien.

2.2 Konsep Pengetahuan 2.2.4 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang berdasarkan pengetahuan akan bertahan lama dibangdingkan dengan tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2010)

2.2.5 Tingkat pengetahuan

Kratwhol (2001) dalam Efendi (2015 : 72) mengemukan terdapat 6 tingkat pengetahuan yaitu :

2.2.4.1 C1- Mengingat (Remembering)

Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Termasuk didalamnya mengenali (recognizing) dan recalling (menuliskan/

menyebutkan). Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.

(7)

2.2.4.2 C2-Memahami (understanding)

Memahami yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Siswa dikatakan memahami ketika mereka mampu untuk membangun makna dari pesan instruksional termasuk lisan, tertulis, dan grafis komunikasi, dan materi yang disampaikan. Proses kognitif dalam kategori memahami termasuk menafsirkan (interpreting), mencontohkan (examplifying), mengklasifikasi (classifying), meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

2.2.4.3 C3- Mengaplikasikan (applying)

Mengaplikasikan atau menerapkan ataupun menggunakan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah yang berhubungan erat dengan pengetahuan prosedural. Penerapan terdiri dari dua macam proses kognitif yaitu mengeksekusi (executing) tugas yang familiar dan mengimplementasikan (emplementing) tugas-tugas yang tidak familiar.

2.2.4.4 C4-Menganalisis (analysis)

Analisi merupakan kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari komponen-komponen yang terdapat didalam masalah atau objek yang diketahui.

2.2.4.5 C5- Mengevaluasi (evaluating)

Mengevaluasi didefinisikan membuat suatu pertimbangan atau penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang ada, kriteria yang biasa digunakan adalah kualitas,

(8)

efektifitas, efesiensi dan konsistensi. Mengevaluasi termasuk proses kognitif memeriksa dan mengkritisi.

2.2.4.6 C6- Mengkreasi (creating)

Mengkreasi atau mencipta yaitu menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional. Proses kreatif dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu; a) reprentasi masalah, b) perencanaan solusi, dan c) pelaksanaan solusi.

2.2.3 Indikator untuk Mengetahui Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo, 2007) indikator-indikator yang dapat digunakan untuk bisa mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 3 yaitu :

2.2.3.1 Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi a. Peneyabab penyakit

b. Gejala atau tanda-tanda penyakit c. Bagaimana cara pengobatannya d. Bagaimana cara penularannya

e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya.

2.2.3.2 Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan acara hidup sehat meliputi a. Jenis makanan yang bergizi

b. Manfaat mkana yang begizi untuk keshatan c. Pentingnya berolahraga untuk kesehatan

d. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minum keras, narkoba dan sebagainya

(9)

e. Pentingnya untuk relaksasi, istirahat cukup, rekreasi dan lain sebaginya 2.2.3.3 Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

a. Manfaat air bersih.

b. Cara-cara bagaimana memebuang limbah yang sehat. Termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah.

c. Manfaat dari pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat.

d. Akibat dari polusi (polusi udara, air, tanah) untuk kesehatan dan sebagainya.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak, et al (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

2.2.4.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain terhadap satu hal agar mudah di pahami. Pendidikan merukan suatu upaya persuasif atau pemebelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan- tindakan untuk mengatasi masalah-masalahnya. Pendidikan bisa memepengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang tersebut dalam memperoleh informasi dan akhirnya semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Semakin banyak informasi yang didapat semakin banyak pengetahuan mengenai penyakit dan kesehatan. Menurut Rosyidah, (2015) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang tentang sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan derajat kesehatannya. Di dalam pendidikan kesehatan atau yang sekarang berkembang menjadi promosi kesehatan terdapat beberapa metode yang sering

(10)

digunakan a) metode individual (councelling). b) metode promosi kesehatan kelompok, dan c) promosi kesehatan massa (Notoadmodjo, 2010).

2.2.4.2 Media massa/informasi

Informasi yang di peroleh seseorang baik dari pendidikan formal atau non formal dapat memberi pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan suatu perubahan atau peningkatan pengetahuan.

2.2.4.3 Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita di besarakan memeberikan pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita

2.2.4.4 Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan bisa menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan juga berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu. Hal ini di sebabkan oleh adanya interaksi tindakan timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.2.4.5 Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah di alami seseorang dalam berinteraksi oleh lingkungannya. Ada sebuah kecenderungan seseorang yang memepunyai pengalaman baik akan berusaha untuk melupakannya, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan secara psikologis akan timbul kesan yang mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan pada akhirnya akan membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

(11)

2.2.4.6 Usia

Pertambahan usia pada seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama pertamabahan ukuran, kedua perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan ke empat timbulnya ciri-ciri baru. Hal tersebut terjadi karena pematangan fungsi.

2.2.4.7 Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni satu hal hingga akhirnya memperoleh suatu pengetahuan yang lebih baik.

2.2.5 Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Rahayu, dkk (2014). Penegetahuan dapat di ukur dengan mengggunakan kuesioner tertutup yaitu dengan pilihan benar atau salah, atau bisa menggunakan pilihan terbuka. Selain itu pengetahuan dapat di ukur dengan wawancara, wawancara yang dilakukan bisa secara terstruktur maupun secara mendalam.

2.3 Diet

2.3.1 Konsep Diet

Diet merupakan mengkonsumsi makanan dan memilih makanan dengan memperhatikan komposisi makanan agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Diet dilakukan untuk mengatur agar konsumsi makanan yang diasup oleh seseorang tidak berlebihan, tepat, dan seimbang (Graha, 2010) Diet yang benar haruslah aman, ada beberapa diet yang di sesuaikan kebutuhan-kebutuhan spesifik, tidak hanya digunakan untuk proses penurunan berat badan, namun juga digunakan untuk menjaga kesehatan

(12)

tubuh seorang pasien walaupun pasien tersebut tidak mengalami obesitas (Nam-Seok Joo, 2011

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet

Menurut Niven, (2008) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yaitu:

2.3.2.1 Usia

Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja, dan dari segi kepercayaan, masyarakat yang dewasa akan lebih dipercayai dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini di sebabakan oleh pengalaman dan ke matangan jiwanya. Kusumawardani (2010) menyatakan bahwa faktor usia akan mempengaruhi kepatuhan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada waktu tertentu dan akan meningkat dengan seiring waktu. hal serupa dinyatakan oleh 2.3.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan unutk mengordinaksikan pengalaman.

2.3.2.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian atau proses prubahan prilaku atau proses perubahan perilaklu untuk menuju kedewasaan dan merupakan peneyempurnaan manusia dengan cara membina dan mengembangkan potensian kepribadiannya.

2.3.2.4 Dukungan kerluarga

(13)

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari 2 atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain dan mempertahankan satu kebudayaan.

2.3.2.5 Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan unutk memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu.

2.3.2.6 Lingkungan dan sosial

Hal ini membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukungan dapat di bentuk untuk mendukung kepatuhan terhadap program seperti pengurangan contoh, pengurahan dalam berat badan, mengkonsumsi alkohol dan berhenti merokok.

2.3.2.7 Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien terlihat aktif dalam pembuatan pengobatan (terapi).

2.3.2.8 Menigkatkan interaksi

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.

2.3.3 Diet Pada Penderita Gout

Diet bagi penderita asam urat (gout) bertujuan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah serta mempertahankan status gizi yang tetap optimal. Diet diberikan untuk penderita asam urat dengan kadar asam urat > 7,5 mg/dl (Ningdyar, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam tubuh meningkat yaitu karena adanya ketidak seimbangan asupan protein pada makanan yang dikonsumsi yang mengandung

(14)

kadar purin tinggi (Lina & Setiyono, 2014). Beberapa diet yang harus dilakukan oleh penderita asam urat menurut beberapa ahli yaitu dengan mematuhi beberapa prinsip antara lain :

2.3.2.1 Membatasi Asupan Purin.

Purin adalah bagian dari protein. Membatasi asupan kadar purin berarti mengurangi konsumsi makanan yang memeiliki kandungan protein tinggi. Jumlah maksimal asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50–70 g/hari setara dengan 1–11/2 potong per hari (Febry, 2008). Purin merupakan jenis protein yang termasuk dalam golongan nukleoprotein yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Sekitar 80–85% purin dalam tubuh manusia diproduksi oleh ginjal, dan sisanya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dapat mengakibatkan ginjal kesulitan untuk mengeluarkan asam urat yang berlebihan didalam tubuh sehingga bisa menyebabkan terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area persendian (Herliana, 2013). Asam urat adalah sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung purin. Maka dari itu mengkonsumsi makanan yang mengandung protein secara berlebihan akan meningkatkan kadar asam urat (Dalimartha & Adrian, 2014).

Menuru departemen kesehatan RI,(2011) terdapat 3 bagian pengaturan makan yang bisa dilakukan oleh penderita asam urat yaitu : a) Makanan yang anjurkan antara lain: nasi, bubur, bihun, roti, gandum, makaroni, pasta, jagung, kentang, ubi, talas, singkong, telur, susu rendah lemak, minuman tidak beralkohol buah buahan, wortel, labu siam, terong, pare, oyong, ketimun dan tomat. b) Makanan yang di batasi antara lain : daging, daging ayam, ikan tongkol, tenggiri, bandeng, udang maksimal 50g/hari, bayam,

(15)

buncis, melinjo, kapri, kacang polong, kembang kol, kangkung, jamur, the kental atau kopi dan makanan yang berlemak. c) Makanan yang di larang yaitu makan yang mengandung kadar purin antara 150-800 mg/ 100gram antara lain: hati, ginjal, jantung, limpa, otak, sosis, babat, usus, paru, sarden, kaldu, daging, bebek, ragi, dan buah durian.

Menurut Ramayulis, (2013) makanan yang mengandung purin tinggi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: a).Tinggi purin yaitu jenis makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat karena makanan tersebut memiliki kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1000 mg purin dalam bahan makanan. b) Purin sedang yaitu jenis makanan yang sebaiknya dibatasi untuk dimakan oleh penderita asam urat. Kadar purin sedang pada makanan biasanya mengandung 10-99 mg purin. Makanan yang berkadar purin bisa dikonsumsi maksimal 50-70 mg atau 1-1 ½ potong atau satu mangkuk (100gr) per hari.

c)Rendah purin yaitu makanan yang bebas untuk dikonsumsi karena kadar purinnya yang dikandung didalamnya rendah.

Tabel 2.1 Daftar Makanan Dengan Kandunga Purin

Makanan Purin (mg/100g)

Hati sapi 554

Ikan sarden 480

Paru-paru sapi 339

Ginjal sapi 269

Jantung sapi 256

Lidah sapi 160

Hati ayam 243

Udang 234

Kerang 136

Lobster 116

(16)

Daging ayam 169

Hati ayam 243

Kangkung dan bayam 290

Kedelai dan kacang-kacangan 190

Daging bebek 138

Tahu 108

Tempe 141

(Sumber : Ramayulis, 2013)

2.3.2.2 Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rotinsulu & Montol (2014) dengan judul minuman beralkohol dan kadar asam urat pada pria dewasa, menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol sebanyak >4 kali dalam seminggu bisa terjadi peningkatan kadar asam urat, dikarenakan didalam tubuh, alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma.

Asam laktat plasma dapat menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Oleh sebab, itu orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Febry, 2008).

2.3.2.3 Mengurangi Konsumsi Lemak

Makanan yang mengandung lemak tinggi yang dikonsumsi oleh penderita asma urat (gout) dapat menyebabkan terjadinya asidosis. Asidosis terjadi karena adanya pembentukan keton yang akan membuat urin menjadi lebih asam sehingga menghambat pengeluaran asam urat melalui urin, dan menyebabkan asam urat menumpuk didalam darah (Kurniali & Abikusno, 2007)

2.3.2.4 Mengkonsumsi Banyak Cairan

Cairan berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai media pembuangan hasil dari metabolisme sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar asam urat di dalam tubuh

(17)

(Diantari & Candra, 2013). Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari. Selain air putih (air mineral), cairan bisa didapatkan dari buah–buahan yang mengandung banyak air (Utami, 2012).

2.4 Asam urat (Gout) 2.4.1 Definisi

Gout atau asam urat adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh penumpukan kadar asam urat dalam tubuh secara berlebihan, hal itu dikarenakan produksi yang meningkat dan pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya kandungan purin (Abiyoga, 2016).

Serangan gout awalnya hanya menyerang satu sendi dan secara umum gout menyerang dibagian kaki, namun 3–14 % serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis), urutan bagian sendi yang sering terkena serangan gout berulang biasanya adalah ibu jari (padogra), pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan dan lutut (Ariani, 2014).

Penyakit gout bisa mengakibakan nyeri dikarenakan adanya penumpukan kristal natrium pada sendi dan jaringan disekitar dan pada umumnya serangan terjadi pada malam hari dan menjelang pagi, sendi yang terserang akan membengkak dan kulit di atasnya nampak berwarna kemerahan (Ariani, 2014).

2.4.2 Penyebab

Menurut Misnadiarly (2007) terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kadar asam urat dalam tubuh meningkat antara lain : a) Produksi asam urat di dalam tubuh dapat meningkat yang di karenakan tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan.

(18)

Hal ini bisa terjadi karena di sebabkan oleh adanya gangguan metabolisme purin bawaan atau mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang, keju dan kacang tanah. b) Pembuangan asam urat sangat berkurang. Dimana hal ini bisa timbul akibat dari meminum obat tertentu seperti pirazinamid (obat anti TBC), hipertensi dan gagal ginjal. c) Produksi asam urat berlebihan, pembungannya terganggu.

Hal ini dapat terjadi karena gabungan produksi purin endogen meningkat dan asupan purin tinggi disertai sekresi asam urat melalui ginjal yang berkurang.

2.4.3 Tanda dan Gejala Penyakit Asam Urat (gout)

Menurut Wijayanti (2017), gejala asam urat (gout) awal mula serangan hanya menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, kemudian gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya, dan berikutnya gout cenderung akan semakin memburuk sehingga timbul rasa nyeri yang hebat pada malam hari.

Gejala lain adalah sendi yang terserang akan membengkak dan kulit di atasnya akan berwarna merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika di gerakkan, dan muncul benjolan pada sendi (yang disebut tofus) (Misnaldyarli, 2007).

.Gout yang sudah menahun dan berat akan menyebabkan terjadinya kalainan bentuk sendi yang di akibatkan oleh pengendapan kristal purin di dalam sendi dan tendon secara terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi (Wijayanti, 2017).

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Asam Urat

Menurut Andy dan Upoyo (2009), faktor resiko yang meneyebabkan orang terkena penyakit asam urat antara lain :

(19)

2.4.4.1 Usia

Pada umumnya gout menyerang usia 30 tahun. Laki–laki lebih beresiko terhadap penyakit gout daripada wanita. Kadar asam urat pada laki–laki cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia sedangkan kadar asam urat pada wanita dapat meningkat ketika sudah menopause, hal itu disebabkan karena wanita memiliki hormon estrogen yang bisa membantu pembuangan asam urat lewat urin.

2.4.4.2 Genetik

Riwayat keluarga dekat adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit gout.

Adanya riwayat penderita asam urat atau gout dalam keluarga menjadikannya salah satu faktor resiko terjadinya asam urat yang menjadi tinggi.

2.4.4.3 Asupan purin berlebihan

Purin merupakan senyawa yang akan diubah menjadi asam urat didalam tubuh.

Asupan makanan yang mengandung purin tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat.

Makanan yang mengandung kadar purin tinggi misalnya sea food, kacang – kacangan, makanan kaleng dan daging.

2.4.4.4 Konsumsi alkohol berlebihan

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menghambat pengeluaran asam urat dari dalam tubuh, hal ini karena alkohol dapat meningkatkan asam laktat yang menyebabkan pengeluaran asam urat menjadi terhambat.

2.4.4.5 Obesitas

Kegemukan lebih beresiko terkena penyakit gout dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Pada seseorang yang mengalami kelebihan berat badan/obesitas, ginjal akan terganggu dalam proses keluarnya asam urat. Hal ini bisa

(20)

terjadi karena kelebihan lemak didalam tubuh. Selain itu mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin secara berlebihan juga akan beresiko terkena asam urat.

2.4.4.6 Obat – obatan

Obat-obatan yang bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar asam urat adalah pada penggunaan diuretik. Diuretik sering digunakan untuk pengobatan hipertensi. Efek samping dari penggunaan diuretik dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

2.4.4.7 Penyakit degeneratif

Penyakit asam urat ini menjadi salah satu penyerta dari penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif salah satunya hipertensi dan diabetes mellitus.

2.4.5 Pemeriksaan penunjang

Menurut Misnaldiarly (2007), untuk dapat memastikan keluhan dari rasa nyeri pada persendian apakah terserang sakit asam urat (gout) atau tidak, perlu dilakukannya pemeriksaan penunjang supaya bisa menguatkan diagnosisnya sehingga pengobatan bisa di lakukan dengan tepat antaralain:

2.4.5.1 Pemeriksaan laboratorium a) Kristal MSUM.

b) Kadar asam urat darah (serum).

2.4.5.2 Pemeriksaan gula darah profil lipid, fungsi hati dan fungsi ginjal.

2.4.6 Penanganan Asam Urat (Gout) 2.4.6.1 Terapi nonfamakologi

Upaya menjaga agar tidak terserang asam urat Joewono (2012), dalam Umami (2013) antara lain : a) Olah raga : olah raga yang tidak membebani tubuh, dalam artian

(21)

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Manfaat dari olah raga adalah untuk melancarkan suplai nutrisi kejaringan sendi, membuang produk – produk sisa motabolisme dan menguatkan otot sekitar sendi. b) Menjaga pola makan : Ada dua macam makanan yang harus diperhatikan agar tidak terserang asam urat, yaitu makanan yang rendah purin dan rendah kalori. Rendah purin penting untuk mencegah hiperurisemia dan asam urat, sementara rendah kalori penting untuk menjaga tubuh agara bebas dari resiko sindroma metabolik yang mampu meningkatkan resiko hiperuresimia dan gout. c) Tidak minum alkohol;

Alkohol memang tidak baik untuk tubuh, untuk mencegah asam urat baiknya menghindari minuman ini, karena akan mengganggu metabolisme ginjal yang mana akan berpengaruh terhadap hiperurisemia. d) Mengkonsumsi Sayur dan Buah : sayur dan buah adalah makana kaya akan antioksidan yang akan menjaga kekebalan tubuh seseorang terhadap serangan penyakit

2.4.6.2 Terapi farmakologi

Pengobatan pada penderita asam urat diberikan berdasakan pada stadium artritis gout tertentu yang dialami. Pengobatan untuk stadium gout akut bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan pada stadium interkritikal gout bertujuan untuk mempertahankan tingkat rendah asam urat dan mencegah pembentukan tophi. Beberapa obat yang digunakan antara lain NSAID, Colchicine, Allopurinol, dan Corticosteroid yang masing–masing dari obat–obatan tersebut memiliki efek samping yang berbeda–

beda (Kopke & Greff, 2015).

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Makanan Dengan Kandunga Purin

Referensi

Dokumen terkait

Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urine yang bersifat asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu, oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif

akan mengalami penurunan sekitar 1-2% per jam (Riswanto, 2010). 2.7 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Glukosa Darah Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

Asam Urat sendiri adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein makanan yang mengandung purin (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO 2 dan H 2 O

1) Poliuria (air kencing yang keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang disebabkan osmolalitas serum tinggi akibat kadar gula darah

Pada Penyakit Ginjal Kronik (PGK), hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang

Anemia pada pasien gagal ginjal kronik, bisa terjadi karena produksi hormon eritroprotein berkurang seiring dengan penurunan fungsi ginjal yang berfungsi

9 b Keuntungan komponen darah untuk pasien c Proses penyumbangan darah d Risiko yang potensial akibat penyumbangan darah 2 Informasi tentang pemeriksaan: a Alasan diharuskannya