• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti menelusuri penelitian yang telah dilakukan lebih dulu, peneliti belum menemukan penelitian yang mengkaji tentang komparasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara peserta didik berlatar belakang pesisir Pantura dan peserta didik tidak berlatar belakang pesisir Pantura. Akan tetapi, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan, di antaranya yaitu:

1. Penelitian dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pada SMAN 1 Sekampung Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kurnia Sari pada tahun 2018. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa lulusan MTs dengan siswa lulusan SMP pada mata pelajaran pendidikan agama Islam pada SMAN 1 Sekampung tahun pelajaran 2017/2018. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan di antaranya adalah: (1) Metode penelitian sama-sama kuantitatif; (2) Terdapat persamaan tujuan yaitu guna mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara dua kelompok individu (siswa SMAN 1 Sekampung pada mata pelajaran pendidikan agama Islam baik dari siswa lulusan MTs maupun siswa lulusan SMP); (3) Pengelolaan data digunakan metode statistik dengan rumus Uji t; (4) Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi dan; (5) Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel pembanding berbeda, yaitu hasil belajar Pendidikan

(2)

9

Agama Islam antara siswa lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs).1

2. Penelitian dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar PAI antara Siswa yang Mengikuti Madrasah Diniyah dengan yang Tidak Mengikuti Madrasah Diniyah Kelas IV MI Ianatusshibyan Mangkang Kulon Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Ashari pada tahun 2017. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh perbedaan yang signifikan antara siswa MI Ianatusshibyan kelas IV yang mengikuti dan tidak mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah Tahun Pelajaran 2016/2017. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan di antaranya adalah: (1) Metode penelitian sama-sama kuantitatif; (2) Terdapat persamaan tujuan yaitu, guna mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara dua kelompok individu (siswa kelas IV MI Ianatusshibyan yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah; (3) Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)); (4) Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan rumus t-tes (uji t) dan; (5) Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel pembanding berbeda, yaitu hasil belajar PAI antara siswa yang mengikuti Madrasah Diniyah dengan yang tidak mengikuti Madrasah Diniyah kelas IV MI Ianatusshibyan Mangkang Kulon Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Selain itu juga, pada pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan dengan menggunakan metode wawancara atau interview.2

3. Penelitian dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Santri yang Menetap di Pesantren dan Santri yang Menetap di Rumah pada Mata

1 Indah Kurnia Sari, ‘Studi Komparasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Peserta didik Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dengan Peserta didik Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pada SMAN 1 Sekampung Tahun Pelajaran 2017/2018’, Skripsi, 2018, 116.

2 Heri Ashari, ‘Studi Komparasi Hasil Belajar PAI Antara Peserta didik Yang Mengikuti Madrasah Diniyah Dengan Yang Tidak Mengikuti Madrasah Diniyah Kelas IV MI Ianatusshibyan

Mangkang Kulon Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017’, Skripsi, 2017, 82.

(3)

10

Pelajaran Fiqih di MTs Inayatullah Gasing Laut.”. Penelitian yang dilakukan oleh Suci Firidianti pada tahun 2017. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar Fiqih santri yang menetap di pembanding berbeda, yaitu Hasil Belajar Santri yang Menetap di Pesantren dan pesantren di MTs Inayatullah Gasing Laut secara signifikan berbeda (dalam hal ini lebih baik) jika dibandingkan dengan hasil belajar Fiqih santri yang menetap di rumah di MTs Inayatullah Gasing Laut. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan di antaranya adalah: (1) Metode penelitian sama-sama kuantitatif; (2) Terdapat persamaan tujuan yaitu, guna mengetahui hasil belajar antara dua kelompok individu (hasil belajar Fiqih santri yang menetap di pesantren di MTs Inayatullah Gasing Laut secara signifikan berbeda (dalam hal ini lebih baik) jika dibandingkan dengan hasil belajar Fiqih santri yang menetap di rumah di MTs Inayatullah Gasing Laut);

(3) Pengelolaan data digunakan metode statistik dengan rumus Uji t; (4) Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)) dan; (5) Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel santri yang menetap di rumah pada mata pelajaran fiqih di MTs Inayatullah Gasing Laut. Selain itu juga, pada teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.3

4. Penelitian dengan judul “Studi Komparasi Prestasi Belajar PAI antara Siswa yang Berlatar Belakang Madrasah Diniyah (MD) dengan Siswa yang Tidak Berlatar Belakang Madrasah Diniyah (MD) di SMP Ma’arif Bangodua Indramayu”. Penelitian yang dilakukan oleh Rohimi pada tahun 2018. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar PAI siswa yang berlatar belakang Madrasah Diniyah (MD) dengan siswa yang tidak berlatar belakang Madrasah Diniyah (MD) di SMP Ma’arif Bangodua Indramayu. Adapun

3 Suci Firidianti, ‘Studi Komparasi Hasil Belajar Santri Yang Menetap Di Pesantren Dan Santri Yang Menetap di Rumah Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Inayatullah Gasing Laut’, Skripsi, 2017, 140.

(4)

11

persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan di antaranya adalah: (1) Metode penelitian sama-sama kuantitatif; (2) Terdapat persamaan tujuan yaitu, guna mengetahui hasil belajar antara dua kelompok individu (hasil belajar PAI antara peserta didik lulusan madrasah diniyah dan peserta didik yang tidak lulusan madrasah diniyah); (3) Pengelolaan data digunakan metode statistik dengan rumus Uji t; (4) Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)) dan; (5) Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel pembanding berbeda, yaitu prestasi belajar PAI antara siswa yang berlatar belakang Madrasah Diniyah (MD) dengan siswa yang tidak berlatar belakang Madrasah Diniyah (MD) di SMP Ma’arif Bangodua Indramayu.4

5. Penelitian dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon antara Siswa yang Tinggal di Pondok Pesantren dan Peserta didik yang Tidak Tinggal di Pondok Pesantren Tahun Ajaran 2018/2019”. Penelitian yang dilakukan oleh Lu’lu’ul Atqiya pada tahun 2018. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU Nurul Huda Mangkangkulon antara siswa yang tinggal di pondok pesantren dengan peserta didik yang tidak tinggal di pondok pesantren tahun ajaran 2018/2019. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan di antaranya adalah: (1) Metode penelitian sama-sama kuantitatif; (2) Terdapat persamaan tujuan yaitu, guna mengetahui hasil belajar antara dua kelompok individu (hasil belajar Aqidah Akhlak kelas VIII antara siswa yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tidak tinggal di pondok pesantren di MTs NU Nurul Huda Mangkangkulon); (3) Pengelolaan data digunakan metode statistik dengan rumus Uji t dan; (4) Jenis penelitian ini adalah

4 Rohimi, ‘Studi Komparasi Prestasi Belajar PAI Antara Peserta didik Yang Berlatar Belakang Madrasah Diniyah (MD) Dengan Peserta didik Yang Tidak Berlatar Belakang Madrasah Diniyah (MD) Di SMP Ma’arif Bangodua Indramayu’, Skripsi, 2018, 99.

(5)

12

penelitian lapangan (field research)). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel pembanding berbeda, yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs NU Nurul Huda Mangkang Kulon antara siswa yang tinggal di pondok pesantren dan siswa yang tidak tinggal di pondok pesantren tahun ajaran 2018/2019. Selain itu juga, pada teknik pengumpulan data menggunakan metode tes.5

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, peneliti kali ini memberikan perbedaan dengan peneliti terdahulu. Penelitian ini memfokuskan pada studi komparasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang mencakup antara peserta didik Pesisir Pantura dan Peserta didik di Luar Pesisir Pantura MA Muhammadiyah 02 Pondok Modern Paciran khususnya pada kelas XI. Penelitian kali ini diharapkan dapat menjadi pembaharuan yang bisa menjadi acuan dalam membandingkan penelitian yang serupa pada penelitian-penelitian selanjutnya dan tentunya diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembacanya.

B. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian 1. Studi Komparasi (Perbandingan)

Studi Komparasi terdiri dari dua suku kata yaitu “studi” dan

“komparatif”. “studi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penelitian, kajian, telaah.6 Sedangkan “komparatif”

menurut KBBI adalah berkenaan atau berdasarkan dengan perbedaan, persamaan /perbandingan.7

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa studi komparasi adalah salah satu jenis penelitian yang dapat digunakan untuk menguji mengenai apakah ada perbedaan antar variabel yang sedang diteliti.

2. Hasil Belajar

5 Luluul Atqiya, ‘Studi Komparasi Hasil Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII Di Mts Nu-Nurul Huda Mangkang Kulonantara Peserta didik Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dan Peserta didik Yang Tidak Tinggal Di Pondok Pesantren Tahun Ajaran 2018/2019’, Skripsi, 2018, 137 <http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/9821/1/PDF FIX.pdf>.

6 Depdiknas, ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’ (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), p. 584.

7 Depdiknas.

(6)

13 a) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang tampak pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tersebut dapat diartikan adanya perubahan pemahaman atau tingkah laku pada anak didik setelah melalui proses belajar mengajar.8 Pendapat tersebut sama halnya dengan yang dikemukakan Nana Sudjana, yang mengatakan bahwa hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada peserta didik yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah melalui proses belajar mengajar.9

Adapun hasil belajar yang dikemukakan oleh Sudirman adalah suatu potensi yang dicapai peserta didik setelah melalui proses belajar. Hasil belajar adalah tingkah laku, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.10 Menurut Mulyasa hasil belajar adalah prestasi belajar secara menyeluruh yang menjadi tolak ukur kemampuan dan derajat perubahan perilaku pada diri peserta didik.

Kemampuan yang dikuasai peserta didik tersebut dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai hasil belajar yang telah dicapai peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.11

Berdasarkan uraian definisi hasil belajar tersebut dapat disimpulkan hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diketahui setelah melalui proses belajar mengajar. Fokus penelitian ini adalah pada aspek pengetahuan atau kognitif yang dapat diketahui melalui tes, baik berupa tes tulis, tes lisan,

8 Hamalik.

9 Sudjana.

10 AM Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada., 2018).

11 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Cet. 15 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya offset, 2017).

(7)

14

maupun tes perbuatan untuk mengetahui sejauh mana tingkah laku, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan yang telah dicapai.

b). Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil belajar menurut Nana Sudjana dibagi menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar dalam ranah kognitif mencakup kegiatan yang berkenaan dengan pengetahuan yang mencakup enam aspek di antaranya yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Hasil belajar dalam ranah afektif mencakup kegiatan yang berkenaan dengan sikap yang mencakup lima aspek yaitu penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar dalam ranah psikomotorik mencakup kegiatan yang berkenaan dengan keterampilan dan mengaplikasikan.12

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui indikator hasil belajar dapat dilihat dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Adapun fokus penelitian ini hanya pada ranah kognitif yang memiliki aspek indikator penilaian hasil belajar mencakup kegiatan yang berkenaan dengan enam aspek di antaranya yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.

c). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi baik faktor yang berasal dari dalam

12 Sudjana Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya., 2016).

(8)

15

diri peserta didik maupun faktor dari luar peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi:13

a. Faktor Internal

1. Faktor Jasmaniah, yang mencakup: fisiologi, morfologi, dll.

2. Faktor Psikologis, di antaranya yaitu: intelegensi, perhatian, minat, kesiapan, dan kematangan.

b. Faktor Eksternal

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan keterlibatan peserta didik dengan orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua mendidik dan mengajari anak, bagaimana pengertian orang tua selama anak di rumah, latar belakang peserta didik dan ekonomi keluarga juga mempengaruhi hasil belajar.

2. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah mencakup keterlibatan peserta didik dengan pendidik, yaitu bagaimana selama proses belajar mengajar di sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan peserta didik dengan pendidik, waktu belajar dan kedisiplinan sekolah.

3. Lingkungan Sosial Masyarakat

Lingkungan masyarakat mencakup latar belakang tempat tinggal peserta didik dan kegiatan selama di lingkungan masyarakat, yaitu pola bergaul dan teman bermain.

Lingkungan sosial di sini terdapat lingkungan pesisir, lingkungan pedesaan, dan lain-lain.

c. Faktor Belajar

13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).

(9)

16

Faktor belajar di sini mencakup bagaimana proses belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang diterapkan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dikemukakan oleh Muhibin Syah dapat diketahui ada tiga faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Adapun faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat. Dalam penelitian ini berfokus pada faktor eksternal yaitu faktor lingkungan sosial masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan sosial masyarakat tersebut yaitu pada lingkungan pesisir dan pada lingkungan luar pesisir yang akan dikomparasikan pada penelitian ini.

3. Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Zarkowi Soejoeti beberapa definisi Pendidikan Islam, yaitu14: Pertama, Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengajarkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Kata Islam di sini ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan pada kegiatan Pendidikan. Kedua, suatu pendidikan yang memberikan pengajaran sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan pada bidang studi yang diselenggarakan.

Kata Islam di sini ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana ilmu yang lain. Ketiga, suatu pendidikan yang mencakup dua pengertian di atas yaitu, Islam

14 M. Ali Hasan dan Ali Mukti, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2009).

(10)

17

sebagai sumber nilai dan Islam sebagai suatu disiplin ilmu yang akan diwujudkan dalam kegiatan pendidikan.

Sedangkan pendidikan Islam menurut Muhaimin yang membedah pendidikan Islam menjadi tiga pengertian dalam

“Paradigma Pendidikan Islam” yaitu15: Pertama, suatu pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran Islam yang berwujud teori atau pemikiran pendidikan yang dikembangkan dari dasar pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam untuk dijadikan pegangan dalam aktivitas kehidupan. Ketiga, suatu proses penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dalam sejarah umat Islam dan dikembangkan dari generasi ke generasi.

Beberapa paparan definisi pendidikan Islam tersebut menunjukkan Pendidikan Agama Islam memiliki pengertian dari berbagai macam sudut pandang. Pendidikan Agama Islam dapat sebagai bidang studi atau disiplin ilmu, sebagai teori dan sumber nilai-nilai Islam yang diwujudkan dan dikembangkan dari dasar pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Pendidikan Agama Islam dikatakan juga sebagai suatu pendidikan yang berlangsung dalam sejarah umat Islam dan dikembangkan dari generasi ke generasi.

b) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh pakar pendidikan Islam Al-Abrasy dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu16:

a. Membentuk akhlak yang mulia. Tujuan ini telah disepakati bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah mencapai

15 Muhaimin dan Abdul Majid, Pemikira Pendidikan Islam, Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1997).

16 Imam Syafe’I, ‘Tujuan Pendidikan Islam’, Jurnal Pendidikan Islam, 6.November (2015), 157–

58.

(11)

18

akhlak yang mulia, sebagaimana misi kerasulan Muhammad SAW;

b. Membimbing dan menuntut peserta didik untuk kehidupan dunia akhirat;

c. Membimbing dan menuntut peserta didik dalam dunia usaha agar menjadi tenaga ahli yang profesional;

d. Memotivasi semangat ilmiah kepada peserta didik agar senantiasa belajar dan mengkaji ilmu;

e. Membimbing dan menuntun peserta didik yang profesional dalam bidang teknik dan pertukangan.

Adapun Al-Jammali, merumuskan tujuan pendidikan Islam dari Al-Qur’an ke dalam empat bagian, yaitu:17

a. Memberikan pemahaman peserta didik posisinya diantara makhluk ciptaan Allah SWT serta tanggungjawabnya di kehidupan ini;

b. Memberikan pemahaman kepada peserta didik sebagai makhluk sosial yang memiliki rasa tanggungjawab terhadap masyarakat sesuai dengan kondisi dan sistem yang berlaku;

c. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang penciptaan alam semesta dan segala isinya serta bagaimana cara mengolah dan memanfaatkan alam tersebut;

d. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang keberadaan alam ghaib.

Tujuan-tujuan pendidikan Islam seperti yang tertera di atas bersifat umum sehingga mencakup ruang lingkup yang masih sangat luas. Sedangkan Jalaluddin mengemukakan tujuan pendidikan Islam mencakup beberapa dimensi, di antaranya yaitu18:

17 Syafe’I.

18 Jalaludin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003).

(12)

19

1. Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini diwujudkan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pribadi yang selalu taat kepada Allah SWT sesuai dalam (QS. Adz-Dzariyat [51]; 56) 2. Dimensi Tauhid

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini diwujudkan untuk:

a. Mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sejak lahir (QS. Al-A’raf [7]; 172).

b. Memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa Allah satu-satunya tempat bergantung untuk memohon dan meminta pertolongan (QS. Al-Ikhlas [112]; 1-2)

c. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa ketaatan kepada Allah SWT akan senantiasa membimbing fitrah ketuhanan peserta didik yang nantinya akan menuntun peserta didik untuk memperoleh derajat yang taqwa (QS. Al-Isa’[4];

131).

3. Dimensi Moral

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa manusia pada dasarnya fitrah memiliki nilai-nilai moral dan cenderung berbuat kebaikan dan kebenaran. Dalam hal ini pendidikan ditujukan untuk mendidik dan mengembangkan potensi peserta didik agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam.

4. Dimensi Perbedaaan Individu

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini diwujudkan untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta

(13)

20

didik secara optimal tanpa membedakan perbedaan potensi antar peserta didik.

5. Dimensi Profesional

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini diwujudkan dalam hal memberikan materi pendidikan atau pembelajaran sebaiknya sejalan dan mampu mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki masing- masing peserta didik agar memiliki keterampilan dan menjadi tenaga ahli yang profesional demi kelangsungan dan kemandirian hidup.

6. Dimensi Ruang dan Waktu

Tujuan pendidikan Islam dalam dimensi ini diwujudkan untuk mengarahkan dan menyiapkan kehidupan peserta didik di masa yang akan dating agar nantinya peserta didik bisa hidup yang sejahtera dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti.

Penggolongan mata pelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dibagi dalam beberapa sub mata pelajaran, antara lain yaitu: Aqidah Akhlak, Fiqih, Al- Qur’an Hadits, Sejarah (kebudayaan) Islam, dan bahasa Arab.19 4. Pesisir Pantura

a) Hakikat Pesisir (Pantura)

Pesisir merupakan sebuah kawasan daerah di tepi pantai.

Bengen dalam Muhammad Zid, dkk mendefinisikan Pesisir adalah wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut yaitu wilayah daratan. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses‐proses alami daratan seperti sedimentasi dan perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan

19 Rusman.

(14)

21

manusia di darat serta aliran air tawar ke laut.20 Dalam konteks penelitian ini adalah wilayah pesisir Pantura yaitu sebuah kawasan daerah di tepi Pantai Utara Jawa, khususnya yaitu wilayah daerah di tepi Pantai Utara Lamongan, yang meliputi Paciran, Tuban, Gresik Sidayu, dan sekitarnya.

Dalam penelitian ini melihat dari dimensi sejarah pada wilayah pesisir Pantura Pulau Jawa bahwa Islam di Jawa berkembang melalui pesisir dan terus berkembang ke wilayah pedalaman. Perkembangan Islam di Nusantara adalah sangat erat kaitannya dengan wilayah pesisir dengan hadirnya para pedagang dan pelaut yang melintasi wilayah tersebut. Sehingga adanya kontak antara para pendatang yang sering singgah di wilayah pesisir pada masa awal berkembangnya Islam di Nusantara menjadikan hal-hal baru pada tradisi-tradisi Islam di masyarakat Pesisir. Johns mengemukakan bahwa masuknya Islam di Nusantara memberikan model pendidikan tradisi-tradisi ke-Islaman yaitu pesantren.21 Teori tersebut menunjukkan adanya eksistensi pondok pesantren yang terkait pelestarian tradisi-tradisi Islam di masyarakat pesisir.

Dilihat dalam dimensi sejarah bahwa pertamakali melakukan kontak dengan Islam di Jawa adalah wilayah pesisir.

Awal berkembangnya lembaga pendidikan Islam menurut sumber historis sesuai yang dikemukakan oleh Madjid adalah berdiri di kota-kota Bandar (seperti Gresik, Ampel Denta (Surabaya), Tuban, Lasem, dll) yang menjadi pusat-pusat studi Islam. Di sanalah pesantren-pesantren di Nusantara banyak didirikan dan terus berkembang.22 Menurut Zamakhsyari Dhofier ditaklukkannya kerajaan-kerajaan Islam, kiai beserta lembaga pesantren yang diasuhnya di sepanjang pesisir Pantai

20 Muhammad Zid, Dewi Sartika, and Ahmad Tarmiji Alkhudri, Sosiologi Pesisir, 2013.

21 Johns.

22 Madjid.

(15)

22

Utara Jawa (Pantura) mulai merangsek ke wilayah pedalaman seiring berkembangnya pusat-pusat studi Islam di wilayah tersebut.23

b) Masyarakat Pesisir Pantura

Masyarakat pesisir adalah sebuah kelompok masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang tinggal di daerah pesisir atau pantai. Profesi keseharian mereka Sebagian besar adalah nelayan yaitu sebagai pencari ikan di laut. Saat ini, sebagian masyarakat pesisir sudah banyak yang berprofesi lain selain nelayan, seperti pedagang, Pegawai Negeri Sipil, guru, bertani atau pekerjaan lain yang tidak berkaitan dengan nelayan.

Meskipun demikian tidak jarang diantara mereka yang memiliki usaha semacam alat-alat penangkapan ikan misalnya kapal, perahu atau motor laut yang disewakan atau dikerjakan oleh orang lain dengan cara bagi hasil berdasarkan kesepakatan saat pertamakali pekerjaan akan dimulai.24

Secara sosiologis, karakteristik masyarakat pesisir Pantura khususnya Pesisir Lamongan dan Tuban adalah kelompok sosial masyarakat yang egaliter dan terbuka. Mereka mudah untuk diajak bekerjasama dan senang hidup berkelompok. Berbeda dengan masyarakat di pedalaman, penduduk pesisir Pantura tidak mengenal kasta sosial. Profesi tertentu seperti kiai kampung, mubaligh, modin (penghulu agama) dianggap tokoh kharismatik yang menempati posisi penting di tengah masyarakat.25

Masyarakat muslim pesisir Pantura Pantura khususnya Pesisir Lamongan dan Tuban memiliki sejumlah modal sosial yang menjadi faktor penguat persemaian berbagai organisasi

23 Dhofier.

24 Idrus Ruslan, ‘Religiositas Masyarakat Pesisir’, Al-AdYaN, 9.2 (2014), 72–73.

25 Nafik Muthohirin and Suherman Suherman, ‘Resiliensi Pesantren Terhadap Ekstrimisme Kekerasan Berbasiskan Agama Dan Implikasinya Terhadap Masyarakat Pesisir Lamongan’, J- PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 7.1 (2020), 46–60

<https://doi.org/10.18860/jpai.v7i1.11887>.

(16)

23

keislaman. Di antara modal sosial tersebut yaitu sikap terbuka, egaliter, dan akomodatif yang telah mentradisi sejak lama. Nur Syam menyebut, corak Islam masyarakat pesisir Jawa sangat kosmopolitan. Proses kedatangan, penyebaran dan pelembagaan Islam di tanah Jawa merupakan fakta yang tidak dapat dibantah mengenai gambaran wajah kemajuan dan kemodernan Islam masyarakat pesisir Jawa.26

Menurut Mudjahirin Thohir masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang paham keagamaan dan memiliki pola hidup yang mudah berubah dan fleksibel dalam menerima setiap perubahan. Pada umumnya karakteristik masyarakat pesisir adalah terbuka, lugas, dan egaliter, hal ini dapat dijadi dari tiga aspek, sebagai berikut: (1) aspek keadaan geografis tempat tinggal, (2) aspek bidang pekerjaan penduduk yang bersangkutan, dan (3) aspek sejarah dalam konteks awal masuknya ajaran Islam.27

Isa Anshori menyebut masyarakat Paciran merupakan daerah santri. Hampir di setiap desa di kecamatan tersebut berdiri pesantren, dan setiap pesantren memiliki kiai yang karismatik.28

Dalam konteks penelitian ini adalah mengkhususkan masyarakat pesisir Pantura khususnya Pesisir Lamongan dan Tuban yang memiliki karakteristik sama dengan masyarakat pesisir pada umumnya. Karakter-karakter yang dimiliki terbentuk berdasarkan faktor sosial dan alam.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menurut Sugiyono adalah model konseptual bagaimana suatu teori berhubungan dengan gejala-gejala yang telah

26 Nur Syam, Tradisi Islam Lokal Pesisiran : Studi Konstruksi Sosial Upacara Pada Masyarakat Pesisir Palang Tuban , Jawa Timur., 2003.

27 Thohir.

28 Isa Anshori, Dinamika Pesantren (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2020)

<www.nizamiacenter.net%0ACetakan>.

(17)

24

diidentifikasi sebagai objek permasalahan yang penting.29 Pada suatu lembaga pendidikan terdapat beragam keberadaan peserta didik.

Keberagaman didapati baik dari sisi karakteristik, latar belakang, lingkungan sosial, bahkan aktifitas-aktifitas sehari-hari peserta didik di luar kegiatan sekolah. Keberagaman peserta didik tersebut tentunya akan menghasilkan hasil belajar yang beragam pula karena proses belajar yang dijalani beragam. Selain pengaruh dari diri peserta didik itu sendiri, lingkungan sosial dan keluarga juga memiliki pengaruh pada proses belajar peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Muhibin Syah, bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi hasil belajar pada peserta didik.30

Menurut Mudjahirin Thohir masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang paham keagamaan, bersifat terbuka, lugas, dan egaliter, hal ini dapat terjadi dari tiga aspek, sebagai berikut: (1) aspek lingkungan geografis tempat tinggal, (2) aspek pada bidang pekerjaan penduduk yang bersangkutan, dan (3) aspek sejarah dalam konteks awal masuknya ajaran Islam.31 Peserta didik yang berasal dari pesisir memiliki latar belakang tempat tinggal dan lingkungan sosial yang erat kaitannya dengan Islam.

Mengacu pada permasalahan di atas, maka yang menjadi kerangka dalam penelitian ini adalah:

29 Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014).

30 Syah, Psikologi Pendidikan.

31 Thohir.

(18)

25

Peserta didik yang tinggal di luar pesisir Pantura Peserta didik yang

tinggal di pesisir Pantura

Kerangka Penelitian

Dikomparasikan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Judul Penelitian

"Studi Komparasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta

Didik Pesisir dan Luar Pesisir Pantura"

Hasil belajar pada peserta didik dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. (Muhibbin Syah, 2010)

Masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat paham keagamaan, terjadi karena tiga aspek: (1) geografis, (2) pekerjaan, dan (3) sejarah masuknya Islam. (Mudjahirin Thohir, 2002)

Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan hasil belajar PAI antara peserta didik kelas XI MA Muhammadiyah 02 Pondok Modern Paciran yang berlatar belakang pesisir Pantura dan luar pesisir Pantura?

Asumsi Teori

Teori ini sebagai acuan dan signifikan dengan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Hasil belajar Pendidikan Agama Islam

(19)

26 D. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.32 Adapun menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah suatu dugaan yang mungkin kebenarannya akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan.33 Dalam penelitian ini menggunakan bentuk hipotesis komparatif (dua sampel) yang dirumuskan sebagai berikut:

Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara peserta didik kelas XI MA Muhammadiyah 02 Pondok Modern Paciran yang berlatar belakang pesisir Pantura dan luar pesisir Pantura.

Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara peserta didik kelas XI MA Muhammadiyah 02 Pondok Modern Paciran yang berlatar belakang pesisir Pantura dan luar pesisir Pantura.

32 Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

33 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I. (Yogyakarta: Andi Offset., 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi bisnis yang dilakukan oleh Tauke Geutah dengan masyarakat di Rantau Panjang dan untuk mengetahui

Dari dua hasil temuan yang sudah peneliti laku- kan untuk mengetahui dan membandingkan kepuasan dan ketidakpuasan tamu secara tertulis dan lisan pada hotel bintang empat di

Karakteristik bayi pada simpul ini antara lain adalah bayi memiliki suhu tubuh kurang dari sama dengan 37,5 ̊C, berat badan lahir bayi lebih dari 2500 gram, refleks bayi

Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap negara didunia memiliki bahasa yang berbeda-beda. Indonesia adalah negara yang memiliki bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa

menyerahkan agunan (jaminan) berupa perhiasan emas (lantakan maupun perhiasan). 2) BNI Syariah memproses permohonan pembiayaan dan melakukan taksiran agunan (jaminan)

Langkah alternatif untuk membuat planning bills dilakukan untuk menentukan pilihan dan rencana produksi atas bahan/material yang akan dibuat master schedule..

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar komponen kimia yang meliputi zat ekstraktif, lignin, holoselulosa dan α-selulosa pelepah sawit varietas dura, menjelaskan

Strategi penghidupan merupakan langkah yang diambil setiap orang untuk dapat mencapai kondisi status sosial ekonomi yang dituju berguna untuk kehidupan yang