• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SINONIM FRASA ةمايقلا موي DI DALAM AL-QURAN

SKRIPSI SARJANA

OLEH

PUTRI ANJAR SARI 130704005

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

ANALISIS SINONIM FRASA ةمايقلا موي DI DALAM AL-QURAN

SKRIPSI SARJANA

OLEH

PUTRI ANJAR SARI NIM. 130704005

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

ANALISIS SINONIM FRASA ةمايقلا موي DI DALAM AL-QURAN

SKRIPSI SARJANA O

L E H

PUTRI ANJAR SARI NIM. 130704005

Pembimbing

Prof Dr. Khairina Nasution, M.S NIP. 19621104 198703 2 002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(4)

Disetujui oleh:

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Ketua Sekretaris

Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D Drs. Bahrum Saleh, M.Ag NIP. 19611216 198703 2 001 NIP. 19620919 199003 1 003

(5)

PENGESAHAN : Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA

dalam Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S NIP. 19600805 198703 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )

3. ( )

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 13 Agustus 2019

Putri Anjar Sari NIM. 130704005

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‟alamin ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat dan salam juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang panutan dan suri tauladan, yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul : ANALISIS SINONIM FRASA

تماٍقنا وىٌ

DI DALAM AL-QURAN.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman peneliti yang terbatas. Untuk itu, dengan kerendahan hati peneliti senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami ilmu bahasa Arab.

Medan, 13 Agustus 2019 Peneliti,

PUTRI ANJAR SARI 130704005

(8)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH Assalamuʻalaykum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan ridha-Nya skripsi ini dapat diwujudkan. Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak.

Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

3. Yang terhormat Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dan kepada Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Yang terhormat Ibu Prof. Dr. Khairina Nasution, M.S selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan nasehat, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

5. Yang terhormat Ibu Khairawati, M.A., Ph.D selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memotivasi dalam penyelesaian skripsi.

6. Yang terhormat Staf Pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi banyak pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan tersebut dapat penulis terapkan dalam lingkungan bermasyarakat.

(9)

7. Teristimewa dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Hariadi dan Ibunda Almh. Ngatiah atas pengorbanan dan ketulusannya dalam menasehati dan memberikan dukungan moril ataupun materil yang tidak terhingga nilainya hingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya. Aamiin.

8. Tersayang adikku Dwi Naila Faddila dan seluruh keluarga besar peneliti yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat kepada peneliti sehingga skripsi ini selesai dan peneliti dapat mencapai gelar Sarjana.

9. Terkhusus suamiku Muhammad Hafid Abidin Daud, dan kedua putriku Maryam Hanisah Daud, Fathimah Khaulah Daud yang telah setia menemani peneliti disaat senang maupun susah, yang mampu meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dari awal pembuatan sampai akhir penyelesaian skripsi ini.

Dan selalu bersedia memberikan dukungan, motivasi dan doa sehingga peneliti terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Dengan penuh cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Mertua Hazairin Abidin Daud dan Ibunda Mertua Safrida Ariyani yang telah mendukung penuh peneliti dalam menyelesaikan gelar sarjana ini, beserta saudara-saudari ipar, dan para keponakan tersayang yang telah memberikan semangat dan doa terbaiknya.

11. Seluruh keluarga besar Sastra Arab angkatan 2013, Mughni, Zakiyah, Mardiah, Aisyah, Jannah dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita sukses dan persaudaraan kita tetap terjaga.

12. Kak Fitri selaku Staf Administrasi Program Studi Sastra yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Jazākumullāhu khairan.

(10)

iv

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya. Kepada semuanya peneliti mengucapkan terimakasih, semoga segala sesuatunya menjadi amalan yang diridhai Allah SWT dan mendapatkan balasan yang berlipat. Aamiin.

Medan, 13 Agustus 2019

Peneliti,

PUTRI ANJAR SARI 130704005

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB -LATIN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 KajianTerdahulu ... 12

2.2 Sejarah Turunnya Al-Quran ... 14

2.3 Pengertian Semantik ... 16

2.4 Pengertian Makna ... 17

2.5 Pengertian Sinonim ... 20

2.6 Faktor-faktor Sinonim ... 21

2.7 Pengertian Frasa ... 23

2.7.1 Jenis frasa berdasarkan jenis kata/kelas kata ... 24

2.7.2 Jenis frasa berdasarkan unsur pembentuknya ... 27

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

3.1 Hasil Penelitian ... 30

3.2 Pembahasan ... 30

(12)

vi

3.2.1 As-Sa‟ah (QS. Al-Mu‟min : 59) ... 30

3.2.2 Yaumul Ba‟ats (QS. Ar-Rum: 56) ... 31

3.2.3 Yaumud-din (QS. Al-Fatihah : 4) ... 31

3.2.4 Yaumul-Hasrah (QS. Maryam: 39) ... 31

3.2.5 Ad-Darul Akhirah (QS. Al-Ankabut: 64) ... 32

3.2.6 Yaumul Tanad (QS. Al-Mu‟min: 32) ... 32

3.2.7 Darul-Qarar (QS. Al-Mu‟mi : 39) ... 33

3.2.8 Yaumul Fashl (QS. Ash-Shaffat: 21) ... 33

3.2.9 Yaumul Jami‟ (QS. Asy-Syura: 7) ... 33

3.2.10 Yaumul Hisab (QS. Shad: 53) ... 34

3.2.11 Yaumul Wa‟id (QS. Qaf: 20)... 34

3.2.12 Yaumul Khulud (QS. Qaf: 34) ... 35

3.2.13 Yaumul Khuruj (QS. Qaf: 42) ... 35

3.2.14 Al-Waqi‟ah (QS. Al-Waqi‟ah: 1) ... 36

3.2.15 Al-Haqqah (QS. Al-Haqqah: 1-3)... 36

3.2.16 Ath-Thammatul-Kubra (QS. An-Nazi‟at: 34) ... 36

3.2.17 Ash-Shakhkhah (QS. „Abasa: 33) ... 37

3.2.18 Al-Azifah (QS. An-Najm: 57) ... 37

3.2.19 Al-Qari‟ah (QS. Al-Qari‟ah: 1) ... 38

BAB IV PENUTUP ... 39

4.1 Kesimpulan ... 39

4.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

Putri Anjar Sari, 2019. Analisis Sinonim Frasa

ةمايقلا موي

di dalam Al-Quran.

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang sinonim frasa

تماٍقنا وىٌ

yang terdapat dalam Al- Quran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah sinonim frasa

وىٌ

تماٍقنا

dan apa saja faktor yang membedakannya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan metode deskriptif.

Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Chaer (1994). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 19 frasa yang bersinonim dengan frasa

تماٍقنا وىٌ

di dalam Al-Quran, dan dari keseluruhan faktor yang membedakan relasi makna sinonim frasa

تماٍقنا وىٌ

yaitu, faktor waktu, faktor nuansa makna, faktor bidang kegiatan, faktor wilayah dan tempat.

(14)

viii

ةيديرجت ةروص

يراس رجنأ يرتوف ,

٩١٠٢ . .نآزقنا ًف تماٍقنا وىٌ ممجنا ثافدازم مٍهحح تسارد جماوزب

.تٍنامشنا ةزطمىس تعماج ، تٍفاقثنا وىهعنا تٍهك ، ًبزعنا بدلأا

يذه شقاىح ىنإ تسارذنا يذه فذه .نآزقنا ًف ةدىجىمنا تماٍقنا وىٌ ةرابع فدازم تسارذنا

.اهزٍمح ًخنا مماىعنا ًه امو تماٍقنا وىٌ ةرابع ثافدازم دذع تفزعم هع ةرابع ثحبنا اذه

تٍفصو اًقزط وذخخسٌو )تبخكم ثحب( تبخكم ثحب اهحزط تٌزظو تسارذنا يذه وذخخسح

.

Chaer

( 4991 جئاخو زٍشح .) كاىه نأ ىنإ تسارذنا يذه

49 وىٌ ةرابع عم تفدازخم ةرابع

، نآزقنا ًف تماٍقنا تماٍقنا وىٌ ةرابع فدازم ًواعم هٍب تقلاعنا زٍمح ًخنا مماىعنا مك همو

.ناكمناو تقطىمنا مماع ، طاشىنا لاجم مماع ، قٍقذنا ىىعمنا مماع ، جقىنا مماع يأ ،

(15)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif - tidak dilambangkan

ب

bā` B -

ت

tā` T -

ث

ṡā` es (dengan titik di

atas)

ج

Jīm J -

ح

ḥā` ha (dengan titik di

bawah)

خ

khā` Kh -

د

Dāl D -

ذ

Żāl Ż zet (dengan titik di

atas)

ر

rā` R -

ز

Zai Z -

س

Sīn S -

ش

Syīn Sy -

ص

ṡad es (dengan titik di

(16)

x

bawah)

ض

ḍad de (dengan titik di

bawah)

ط

ṭā` t (dengan titik di

bawah)

ظ

ẓa zet (dengan titik di

bawah)

ع

ʻain koma terbalik (di

atas)

غ

Gain g -

ف

fā` f -

ق

Qāf q -

ك

kāf` k -

ل

Lām l -

م

Mīm m -

ن

Nūn n -

و

Wāwu w -

ه

hā` h -

ء

Hamzah ` Apostrof

ي

yā` y -

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh :

(17)

ةيدمحأ

ditulis Ahmadiyyah

C. Tā` marbutāh di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh:

ةعامج

ditulis jamāʻah 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh:

ءايلولأا ةمارك

ditulis karāmatul auliyā`

D. Vokal pendek

Fathah ditulis “a” contoh:

سنك

ditulis kanasa Kasrah ditulis “i” contoh:

حرف

ditulis fariḥa Dhammah ditulis “u” contoh:

بتك

ditulis kutubun

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis “ā”: contoh:

مان

ditulis nāma i panjang ditulis “ī” : contoh:

بيرق

ditulis qarībun u panjang ditulis “ū”: contoh:

روطف

ditulis fuṭūrun

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ي

(fathah dan ya`) ditulis “ai”.

Contoh:

نيب

ditulis baina

Vokal Rangkap

و

(fathah dan waw) ditulis “au”.

(18)

xii Contoh:

موص

ditulis ṣaumun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (`)

Contoh:

متنأأ

ditulis a`antum

H. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof („)

Contoh : ناميإ ditulis īmānu

I. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata للها) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah

Contoh: للها بتك ditulis kitabullah

J. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh :

نارقلا

ditulis Al- Qur`ān

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

Contoh:

سمشلا

ditulis asy-syamsu

(19)

DAFTAR SINGKATAN 1. FIB : Fakultas Ilmu Budaya

2. Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

3. No. : Nomor

4. a.s : alaihi salam 5. QS : Quran Surat

6. RI : Republik Indonesia

7. SAW : Sallallahu „Alaihi Wasallam 8. SKB : Surat Keputusan Bersama 9. SWT : Subahanahu Wa Ta‟ala 10. USU : Universitas Sumatera Utara

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan bahasa pula manusia dimungkinkan dapat berkembang dan mengabstraksikan berbagai gejala yang muncul di sekitarnya.

Dapat dipahami bahwa bahasa berperanan dalam (a) membentuk pengalaman sehubungan dengan tanggapan terhadap dunia luar secara simbolik, (b) menjadi alat yang menyertai dan membentuk proses berpikir, (c) berperanan dalam mengolah gagasan, serta (d) menjadi alat penyampai gagasan lewat kegiatan komunikasi (Aminuddin, 1985:28).

Bahasa Arab merupakan bahasa tertua di dunia dan bahasa sendiri kaum muslimin memiliki arti penting. Di samping diyakini sebagai bahasa yang dipilih Allah, ia juga merupakan bahasa peribadatan. Maksud artinya karena Al-Quran merupakan kumpulan firman Allah, maka huruf-huruf, kata-kata, dan tekstur bahasa yang terdapat dalam Al-Quran itu juga dinilai sebagai ajaran dari agama.

Bahasa Arab merupakan bahasa wahyu pertama yang dipelajari secara ilmiah, diminati jutaan orang. Keinginan mempelajari bahasa Arab ini didorong oleh keinginan lain, yaitu untuk memahami wahyu yang mereka yakini sebagai pesan ilahi (Ibnu Khaldun : 537).

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa (Chaer, 2007:53).

Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi, sebagai sebuah sistem bahasa, bersifat sistematis dan sistemis. Dikatakan sistemis karena bahasa memiliki kaidah atau

(21)

aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistemis karena memiliki subsistem, yakni:

subsistem fonologis, subsistem gramatikal dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem itu bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna. (Sudarjat, 2008:2).

Kajian makna dalam bahasa Indonesia disebut semantik. Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji makna bahasa.

Dalam bahasa Arab, kata semantik diterjemahkan dengan „ilm al-dilalah terdiri dari dua kata: „ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah atau al- yang berarti penunjukan atau makna. Jadi, ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu tentang makna. Secara terminologis, ilm al-dilalah“sebagai salah satu cabang linguistik („ilm al-lughah) yang telah berdiri sendiri” adalah ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran mufradat (kosa kata) maupun pada tataran tarakib (struktur), (Matsna 2016:3.

Menurut Kambertel (dalam Bauerle, 1979: 195) semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Defenisi yang sama dikemukakan pula oleh George (1964: vii), sedangkan Verhaar (1983: 124) mengatakan bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti (Inggris, semantik, kata sifatnya semantic yang dalam bahasa Inggris dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai adjektiva). Menurut Khuli (1982 : 157) Linguistik

حغيىا ٌيع /

‟ilmu al-lugatu/ , adalah:

٘صىا اٖثّا٘ج عَٞج ٍِ حغيىا ٜف ثحثٝ ٌيع ذىا ٗ حٞذادشفَىا حٝ٘حْىا ٗ حٞفشصىا ٗ حٞذ

ٗ حٞىلا

. حٞقٞثطرىا ٗ حَٞجعَىا ٗ حٞعاَرجلإاٗ حٞغفْىا

/‟ilmun yabhatsu fi al-lugati min jamī‟i jawānibiha şa-şautiyyati wa -sharfiyyati wa an-nahwiyyati al-mufradaatiyyati wa ad-dalaaliyyati wa an-nafsiyyati wa al- ijtimaa‟iyyati wa al-mu‟jamiyyati wa tathbiiqiyyati/.

Ilmu linguistik adalah ilmu yang membahas tentang bahasa dari semua sisinya, yaitu sisi fonologi, morfologi, sintaksis, kosa kata, semantik, fisikologi, masyarakat, perkamusan, dan penerapan.

(22)

3

Dengan demikian, bahasa merupakan objek kajian dalam linguistik, yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, kosa kata, semantik, fisikologi, masyarakat, perkamusan, dan penerapan. Sehingga dengan batasan linguistik di atas, peneliti akan mengambil penelitian pada tataran semantik yang disebut dalam bahasa Arab dengan

حىلاذىا /

ad-dalālatu/. Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna (Verhaar, 1996: 13).

Al-Khuli (1982: 251) memberi batasan semantik di dalam bahasa Arab:

ٌيع حىلاذىا ,

ٌيع

ّٚاعَىا :

عشف

ٍِ

ٌيع حغيىا طسذٝ

حقلاعىا

ِٞت ضٍشىا

ٛ٘غيىا

ٗ

ٓاْعص

طسذٝٗ

س٘طذ

ّٜاعٍ

خاَينىا اٞخٝساذ

عْ٘ذٗ

ّٜاعَىا صاجَىاٗ

ٛ٘غيىا

ٗ خاقلاعىا

ِٞت خاَيم حغيىا

/‟Ilmu ad-dilālati, „Ilmu al-ma‟āni: far‟u min „ilmi al-lughati yadrusu al‟alāqata bayna ar-ramzi al-lughawiyi wa ma‟nāhu wa yadrusu tatawwura ma‟āniya al- kalimāti tārikhiyyan wa tanawwu‟a al-ma‟ānii wa al-majāza al-lughawiyya wa al-„alāqati bayna al-kalimāti al-lughati/.

“ilmu semantik adalah ilmu makna: semantik adalah cabang dari linguistik yang mempelajari hubungan antara kode bahasa dan maknanya, dan juga mempelajari perkembangan makna kata-kata, dari segi sejarahnya, dan keragaman makna, makna sindiran bahasa dan hubungan antara kata-kata dalam bahasa”.

Bahasa Arab sendiri diyakini sudah muncul semenjak zaman Nabi Adam. Hal ini diperkuat dengan interpretasi Al-Quran Al-Karim Surah Al-Baqarah Ayat 31 bahwa Allah telah mengajarkan pengetahuan tentang nama-nama kepada Nabi Adam. Bahasa yang digunakan oleh Adam tersebut ditafsirkan sebagai bahasaArab. Jadi, bahasa ini merupakan bahasa pertama yang digunakan manusia, kemudian berkembang menjadi berbagai cabang baru.

Al-Quran merupakan wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab melalui perantara malaikat Jibril yang ditujukan kepada seluruh manusia di muka bumi ini sebagai petunjuk yang membawa kebenaran.Selayaknya umat Islam, sudah seharusnya mempelajari dan mengerti bahasa Arab terlebih bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci umat

(23)

Islam yaitu Al-Quran Al-Karim agar mengetahui makna serta ajaran yang terkandung di dalamnya.

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman (Al-Quran, 12 : 2) sebagai berikut:

شق ْٔىضّا اّا ُ٘يقعذ ٌنيعى اٞتشع اْئ

/innā anzalnāhu qurānan „arabiyyal la‟allakum ta‟qilūna/.

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab, agar kamu mengerti”.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan kosakata serta memiliki berbagai macam makna, sinonim frasa yang terdapat dalam Al-Quran yang memiliki makna sama dapat dihubungkan dengan sifat keuniversalan makna yang terkandung di dalamnya berdasarkan relasi makna. Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi (Chaer, 1994: 297).

1. Sinonim atau sinonimi

Sinonim atau yang sering disebut dengan sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dan frase duduk perut. Relasi ini bersifat dua arah (1994: 297).

2. Antonim atau antonimi

Antonim adalah pasangan kata yang mempunyai arti yang berlawanan. Misalnya, mudah dan sukar; tinggi dan rendah; lebar dan sempit; besar dan kecil. Hubungan ini mempunyai hubungan timbal balik.

(24)

5 3. Homonimi atau homonim

Homonimi adalah beberapa kata diucapkan persis sama tapi artinya beda.

Menurut Verhaar (1983: 395), homonim adalah hubungan di antara dua kata atau lebih yang bentuknya sama tetapi maknanya berbeda. Misalnya bisa yang bermakna “mampu” dan bisa yang bermakna “racun”.

4. Hiponimi atau hiponim

Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Misalnya kata merpati dan kata burung. Relasi hiponim bersifat searah, bukan dua arah, sebab jika merpati berhiponim dengan burung, makan burung bukan berhiponim dengan merpati.

5. Polisemi

Polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda. Karena kegandaan makna seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna kata yang didengar atau dibacanya. Polisemi terjadi karena kecepatan melafalkan kata, faktor gramatikal, faktor leksikal, faktor pengaruh bahasa asing, faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata, dan faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan makna.

6. Ambiguitas

Ambiguitas dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu, ambiguitas pada tingkat fonetik, ambiguitas pada tingkat gramatikal, dan ambiguitas pada tingkat leksikal.

Ambiguitas pada tingkat fonetik timbul akibat membaurnya bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan. Kadang-kadang karena kata-kata yang membentuk kalimat yang diujarkan secara cepat, otang menjadi ragu-ragu tentang makna kalimat yang diujarkan. Misalnya, seseorang mengujarkan /kera apa/, apakah yang dimaksud kera apa, atau kerap apa.

(25)

7. Idiom

Idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu. Idiom tidak bisa diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa asing. Idiom adalah persoalan pemakaian bahsa oleh penutur asli, idiom tidak bisa membuat sendiri.

8. Redundansi

Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Misalnya kalimat “Bola itu ditendang oleh Dika” tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan “Bola itu ditendang Dika”.

Unsur-unsur leksikal dalam bahasa dapat di bandingkan menurut hubungan semantis diantaranya, kata X dan Y dapat berupa “sinonim” (artinya X dan Y bermakna hampir sama) : “antonim” (dengan X yang bermakna kebalikan dan Y), atau “homonimi” (X dan Y bermakna lain tetapi berbentuk sama), atau “hiponim”

(arti ekstensional dari X merupakan sebagian dari arti ekstensional dari Y).

Semantik leksikal mencakup segi-segi kesinoniman, keantoniman, kehomoniman, dan kehiponiman (Verhaar, 1996: 389).

Sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning „kesamaan arti‟. Hal tersebut dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata yang memiliki makna sama; semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan diantara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya. Dengan demikian kita dapat mencari makna mis., kata pandai bersinonim dengan cerdas dan pintar; ringan bersinonim dengan enteng; lafal bersinonim dengan ucapan; kotor bersinonim dengan noda, dst (Djajasudarma, 1993: 36).

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.

(26)

7

Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dan frase duduk perut. Contoh dalam bahasa Inggris, antara kata fall dengan kata autumn (Chaer, 1994: 297). Relasi sinonimi ini bersifat dua arah. Maksudnya, kalau satu satuan ujaran A bersinonim dengan satuan ujaran B, maka satuan ujaran B itu bersinonim dengan satuan ujaran A. Secara konkret kalau kata betul bersinonim dengan kata benar, maka kata benar itu pun bersinonim dengan kata betul (Chaer, 1994: 297- 298). KBBI (1998: 244) Frasa (frase) adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (misal: gunung tinggi disebut frasa karena merupakan kontruksi nonpredikatif).

Pengertian Frasa Menurut Lyons (dalam Soetikno, 1995:168) ialah sebuah kelommpmok kata yang secara gramatikal sepadan dengan dengan satu kata dan tidak mempunyai subjek dan predikat sendiri. Frasa adalah kelompok kata yang mempunyai kedudukan sebagai suatu fungsi dalam kalimat yang tidak semuanya dari frase itu sendiri yang terdiri dari kelompok kata (Bagus, 2008:3).

Menurut Tarmini (11:2012) suatu konstruksi yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis tertentu yang ada dalam kalimat.

Namun tidak melebihi dari batas-batas fungsi klausa atau disebut dengan frasa itu nonprediktatif. Dilihat dari pengertian frasa dan ciri-ciri frasa tersebut maka bisa disimpulkan kalau frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak bisa membentuk kalimat sempurna. Untuk itu agar lebih memahaminya berikut ini kami berikan beberapa contoh frasa.

1. Tidur siang 2. Banting tulang 3. Sedang tidur 4. Makan siang 5. Nasi goreng

Masalah seputar sinonim ini sangat menarik untuk dikaji. Hal ini juga yang menjadi alasan peneliti memilih tema ini. di sini peneliti akan membahas

“Analisis sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran” dengan menggunakan

(27)

analisis semantik. Peneliti memilih makna hari kiamat dalam penelitian ini karena secara umum sebagai seorang muslim tentu kita harus beriman kepada hari kiamat. Iman kepada hari kiamat merupakan rukun iman yang ke 5 dari 6 rukun iman yang ada.

Tidak dianggap sah keimanan seseorang jika tidak beriman kepada hari kiamat dan datangnya hari tersebut, tidak seorang manusiapun mengetahuinya, karena hal itu adalah rahasia Allah subhanahu wa ta‟ala. Namun demikian, bagi orang-orang yang beriman mengetahui tanda-tanda hari kiamat yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran dan dapat membaca fenomena alam di negeri ini. di dalam Al-Quran banyak terdapat sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

contohnya;

As-Sa‟ah (Hari Kiamat), Allah berfirman:

اٖٞف ةٝس لا حٞذلأ حعاغىآ ُإ

/Innas-sā ata la ātiyatul lā raiba fīhā/.

“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya”.

(QS. Al-Mu‟min: 59).

Al-Azifah (Kiamat), Allah berfirman:

حفصلأآ دفصأ

/Azifatil-āzifah/.

“Telah dekat terjadinya hari kiamat”. (QS. An-Najm: 57).

Beberapa tahun belakangan banyak sekali terjadi bencana alam di Indonesia, sepanjang tahun 2018, lebih dari lima bencana alam besar menimpa Indonesia. Gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, hingga fenomena likuifaksi.

Longsor di Brebes Jawa Tengah, Gempa bumi di Lombok NTB, Gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah, Banjir bandang di Mandailing Natal Sumatera Utara, Tsunami Selat Sunda.

(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46691586).

(28)

9

Dengan adanya kejadian bencana alam ini, peneliti berfikir apakah bencana-bencana ini adalah suatu tanda dari hari kiamat, dan di dalam Al-Quran Allah banyak sekali menjelaskan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada hari kiamat nanti, dari sini peneliti sangat tertarik untuk meneliti sinonim frasa

ً٘ٝ

حٍاٞقىا

di dalam Al-Quran. Dan mengapa peneliti memilih menganalisis tentang frasa, karena frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (misal: gunung tinggi disebut frasa karena merupakan kontruksi nonpredikatif). Nonpredikatif berarti gabungan kata tersebut berada dalam satu fungsi kalimat, misalnya subjek saja. Inilah alasan yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran dan faktor-faktor sinonim apa saja yang membedakannya. Salah satu contohnya;

Al-wabil (2006: 35-38) Yaumul-Fashl (Hari Keputusan). Allah berfirman:

ٔت ٌرْم ٙزىآ وصفىآ ً٘ٝ ازٕ

ُ٘تزنذ

/Hāżā yaumul-faşlillażī kuntum bihī tukażżibūn/.

“Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya”. (QS. Ash-Shaffat:

21).

Kata hari keputusan dengan kata hari kiamat masuk ke dalam relasi makna sinonim dan faktor yang membedakan kedua sinonim kata tersebut adalah faktor waktu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah, yaitu:

1. Berapa jumlah bentuk yang bersinonim dengan frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran Al-Karim?

2. Faktor-faktor sinonim apa saja yang membedakan bentuk dengan frasa

ً٘ٝ

حٍاٞقىا

di dalam Al-Quran Al-Karim?

(29)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah bentuk yang bersinonim dengan frasa

ً٘ٝ

حٍاٞقىا

di dalam Al-Quran Al-Karim.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membedakan adanya sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran Al-Karim.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca maupun peneliti tentang sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran Al- Karim. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan teori ilmu semantik di program studi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

b) Secara praktis, dengan mengetahui sinonim dari frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

dalam Al- Quran sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bahan pengajaran di masa yang akan datang. Dan penelitian ini diharapkan dapat diambil hikmahnya dalam kehidupan bagi umat Islam.

c) Sebagai motivasi bagi penelitian selanjutnya, dan menjadi referensi dalam bidang ilmu semantik.

(30)

11 1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (Library research). Menurut (Nazir, 1988 : 111) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan- catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar (Nazir, 2011 : 55).

Metode berasal dari bahasa Yunani, mesods- secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang bersangkutan (Suyanto dan Sutinah : 2007). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya. Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Arikunto, 2002 : 136).

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) . metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena data-data didalam penelitian ini digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah- pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan (Arikunto, 1998:245).

Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan search . Re berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari, menjelajahi, atau menemukan makna. Dengan demikian penelitian research berarti mencari, menjelajahi atau menemukan makna secara berulang-ulang (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 29).

Jenis metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analisis, adapun pengertian dari metode deksriptif analisis menurut (Sugiono, 2009 : 29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

(31)

Dengan kata lain penelitan deskriptif analisis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Untuk transliterasi tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti menggunakan Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158/1987. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari Al-Quran Al-Karim sebagai data primer dan terjemahan Departemen Agama RI 2000 sebagai data sekunder. Data yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah sinonim dari frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

dan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Abdul Chaer dengan lebih memfokuskan kepada relasi makna sinonim.

Berdasarkan analisis sementara data yang ditemukan ada 19 bentuk di dalam 15 surat yang bermakna hari kiamat. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan, yaitu:

1. Mengumpulkan buku-buku referensi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini di antaranya adalah Al-Quran dan Terjemahannya karya Departemen Agama RI penerbit Diponegoro.

2. Membaca Al-Quran dan Terjemahannya berulang-ulang secara cermat pada surah yang ada pembahasan tentang hari kiamat di dalamnya.

3. Membaca, mempelajari, dan mencatat data-data yang telah diperoleh.

4. Mengumpulkan sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran dengan menggunakan software Al-Kalam 1.0 copyright c 2009. Penerbit Diponegoro. Berdasarkan software ini memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi variasi makna.

5. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang telah terkumpul.

6. Menyusun hasil penelitian sehingga terbentuk menjadi sebuah laporan dalam bentuk skripsi.

(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian tentang relasi makna kata dalam Al-Quran sudah pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain seperti :

1. Nasution (2009) meneliti tentang “Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata Al-Haqqu di dalam Al-Quran”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang berawal dari data kemudian mengaplikasikannya ke dalam teori. Teori yang dipakai adalah teori Verhaar

“Asas-asas Linguistik Umum”. Ditambah dengan teori Chaer “Linguistik Umum”. Hasilnya adalah makna leksikal kata

قحىا /

al-haqqu/ bermakna benar dalam Al-Quran berjumlah 146 kata yang tersebar dalam 134 ayat dan mempunyai relasi makna sinonim dan antonim. Relasi makna sinonim kata

قحىا

/al-haqqu/ yang ditemukan dalam Al-Quran bermakna: hak, adil, pasti, utang piutang. Berjumlah 48 kata dari 45 ayat. Relasi makna antonim kata

قحىا

/al-haqqu/ yang di temukan dalam Al-Quran adalah kata

وطاثىا

/al- bathilu/ yang bermakna batil, berjumlah 14 kata dari 13 surat.

2. Karina (2017) meneliti tentang “Sinonim Terjemahan Kata

ه٘ق

dalam Quran Surat An-Nisa Karya Aam Amiruddin". Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Teori yang dipakai adalah teori Djajasudarma “Semantik 2 Relasi Makna, Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional”. Ditambah dengan teori Chaer “Pengantar Semantik Bahasa Indonesia”. Hasilnya sinonim terjemahan kata

ه٘ق

dalam Quran Surat An-Nisa Karya Aam Amiruddin ditemukan 8 kata antara lain; berkata, berucap, berbicara, berdo‟a, bertanya, menjawab, perintah, tuduhan.

(33)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, kajian terdahulu Nasution (2009) dengan judul “Makna Leksikal Dan Relasinya Pada Kata Al- Haqqu di dalam Al-Quran” menggunakan teori Verhaar (1996). Dan Karina (2017) dengan judul “Sinonim Terjemahan Kata ه٘ق dalam Quran Surat An-Nisa Karya Aam Amiruddin” menggunakan teori Djajasudarma (1993).

Adapun penelitian ini mengkaji tentang “Analisis Sinonim Frasa di Dalam Al- Quran”. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Nasution (2009) dan penelitian Karina (2017). Objek penelitian ini berbeda dengan objek penelitian Nasution (2009) dan Karina (2017), yang menjadi objek dari penelitian ini adalah sinonim frasa

حٍاٞقىا ً٘ٝ

di dalam Al-Quran dengan menggunakan teori Chaer (1994) dan Verhaar (1996). Dan penelitian sebelumnya berkontribusi untuk menjadi perbandingan dengan penelitian ini.

2.2 Sejarah Al-Quran

a. Arti kata Quran dan apa yang dimaksud dengan Al-Quran.

Quran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang ditemukan Subhi Al- Salih berarti “bacaan”. Kata Al-Quran itu berbentuk masdar dengan arti isim maf‟ul yaitu maqru‟ (dibaca).

Di dalam Al-Quran sendiri ada pemakaian kata Quran sebagaimana disebutkan dalam ayat 17, 18 surat (75) Al-Qiyamah:

)۸( َُّٔآْشُق ْعِثَّذاَف ُٓاَّْأَشَق اَرِئَف )۷( َُّٔآْشُقَٗ َُٔعََْج اََْْٞيَع َُّ ِإ

/ Inna alainā jam ahụ wa qur`ānah (۷) Fa iżā qara`nāhu fattabi qur`ānah (۸)/

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (karena itu), jika kami telah membacanya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”. (QS. 75: 17-18)

Kemudian dipakai kata “Quran” itu untuk Al-Quran yang dikenal sekarang ini. adapun defenisi Al-Quran ialah: “Kalam Allah SWT yang merupakan

(34)

15

mu‟jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah”.

Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW tidak dinamakan Al-Quran seperti: Teurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Dan Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s.

b. Cara-cara Al-Quran diwahyukan

Nabi Muhammad dalam menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:

1. Malaikat memasukkan ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun. Beliau hanya merasa bahwa itu sudah berada dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: “Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku”, (lihat surat 42 Asy Syuura ayat 51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang sangat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turun wahyu itu dimusim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: “Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam keras dan keringatnya bercucuran seperti permata.

Kemudian setelahs selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa”.

(35)

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hali ini tersebut dalam Al-Quran surat (53) An-Najm ayat 13 dan 14.

ْذَقَىَٗ

ُٓآَس حَىْضَّ

( َٰٙش ْخُأ َذِْْع ) ١۳

ِجَسْذِع ََٰٖٚرَُْْْىا (

١١ )

/Wa laqad ra‟āhu nazlatan „ukhrā (١۳) „inda sidratil muntahā (١١)

“Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha. (QS. 53: 13-14).

c. Hikmah diturunkan Al-Quran secara berangsur-angsur

Al-quran diturunkan berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al-Quran diturunkan berangsur-angsur adalah:

1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan.

2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiraya Al-Quran diturunkan sekaligus.

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi agar lebih mengesankan dan lebih berpengaruh dihati.

4. Memudahkan penghafalan.

5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan.

2.3 Pengertian Semantik

Kata semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani Sema (nomina) „tanda‟ : atau dari verba semaino

„menandai‟ „berarti‟. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna (Djajasudarma 1993 : 11). Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas dari perian

(36)

17

atau „deskripsi‟ semantis adalah leksikografi : masing-masing leksem diberi perian artinya atau maknanya: perian semantis. Di pihak lain, semantik termasuk tata bahasa juga. Contohnya adalah morfologi. Dalam bentuk (inggris) un-confort- able, morfem un jelas mengandung arti “tidak” uncomfortable artinya sama dengan not comfortable. Demikian pula, bentuk Indonesia memper-tebal mengandung morfem memper-, yang artinya boleh disebut “kausatif” maksudnya, mempertebal artinya „menyebabkan sesuatumenjadi lebih tebal‟ (perian makna dalam ilmu linguistik lazim dilambangkan dengan mengapitnya antara tanda petik tunggal). (Verhar, 1996: 13-14).

Semantik adalah ilmu tentang makna. Semantik merupakan suatu komponen yang terdapat dalam linguistik, sama seperti komponen bunyi dan gramatika. Semantik merupakan bagian dari linguistik karena makna menjadi bagian dari bahasa (Suwandi 2006: 5). Menurut Palmer (1981: 5) dalam Aminuddin (2001 : 15) menyebutkan bahwa semantik semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki tingkatan tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya menduduki tingkatan pertama, tata bahasa pada tingkatan kedua, maka komponen makna menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga komponen itu sesuai dengan kenyataan bahwa (a). Bahasa pada awalnya merupakan bunyi –bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu, (b). Lambang- lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tataan dan hubungan tertentu, dan (c). Seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu.

2.4 Pengertian Makna

Ahmad Mukhtar Umar dalam (Matsna, 2016:3) mendefinisikan semantik („il al-dilalah) sebagai berikut:

(37)

ٕ٘

ٌيعىا

ٛزىا طسذٝ

ْٚعَىا ْٗأ لىر عشفىا

ٍِ

ٌيع حغيىا

ٛزىا هٗاْرٝ

حعاسد

ْٚعَىا

ْٗأ لىر عشفىا

ٛزىا طسذٝ

طٗششىا ةجا٘ىا

إشفا٘ذ

ٜف ضٍشىا

ٚرح

ُ٘نٝ

اسداق

ٚيع وَح

ْٚعَىا.

/huwa al-ilmu al-laẕiyadrusu al-ma‟na aw ẕālika al-far‟u min „ilmi al- lughati al-laẕiyatanāwaludirasata al-ma‟na aw ẕālika al-far‟u al-laẕiyadrusu as- syurūṭa al-wājibutuwāfiruhāfīar-ramziḥattayakūna qādiran „alāḥamli al-ma‟nā/

“Kajian tentang makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna, atau cabang linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap lambang-lambang bunyi sehingga mempunyai makna.”

Dalam „ilm al-dilalah dijumpai setidaknya delapan teori tentang makna, yaitu: (1) al-nazhariyyah al-isyariyyah, disebut juga dengan“al-nazhariyyah al- ismiyyah bi al-makna” (theory of meanings naming), atau teori referensi/korespondensi adalah teori yang merujuk kepada segitiga makna. (2) al- nazhariyyah al-tashawwuriyyah (teori konsepsional), adalah teori semantik yang memfokuskan kajian makna pada prinsip konsepsi yang ada pada pikiran manusia. (3) al-nazhariyyah al-sulukiyyah (teori behaviorisme), adalah teori semantik yang memfokuskan kajian makna bahasa sebagai bagian dari perilaku manusia yang merupakan manifestasi dari adanya stimulus danrespons.(4) al- nazhariyyah al-siyaqiyyah (teori kontekstual), adalah teori semantik yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu saling berkaitan satu sama lain di antara unit- unitnya, dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. (5) al-nazhariyyah al-tahliliyyah (teori analitik), yaitu teori yang menitik beratkan pada analisis kata ke dalam komponen-komponen. (6) al-nazhariyyah al-taulidiyyah (generative theory), adalah teori yang didasarkan pada asumsi bahwa otomatisa gnerasi/pelahiran kalimat-kalimat yang benar itu dapat dilakukan berdasarkan kompetensi pembicara/penulis; dalam arti bahwa kaidah bahasa yang benar yang ada dalam fikiran seseorang dapat digenerasikan (dilahirkan) melalui proses

(38)

19

pembentukan kaidah berbahasa. (7) al-nazhariyyah al-wad‟iyyah al-mantiqiyyah fi al-ma‟na (teori situasional logis), teori ini didasarkan pada berbagai pandangan filosofis, baik dari kalangan ahli bahasa maupun ahli logika. (8) al-nazhariyyah al- brajmatiyyah (teori pragmatisme), teori ini dirintis dan dikembangkan oleh Charles Pierce dari teori situasional logis, atas dasar pengamtan langsung dan kesesuaian makna dengan realitas empiris (Matsna 2016:11).

Makna adalah apa yang dapat dipahami seseorang dari suatu kata ungkapan atau kalimat Al-Khuli (1982 : 166). Menurut Djajasudarma (1993 : 34) makna adalah hubungan yang ada di antara suatu bahasa. Sedangkan pengertian makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1. Arti, 2. Maksud pembicara atau penulis KBBI (1995 : 619). Menurut Al-Khuli (1982: 251) mengatakan semantik di dalam bahasa Arab adalah:

ٌيع حىلاذىا ,

ٌيع

ّٚاعَىا :

عشف

ٍِ

ٌيع حغيىا طسذٝ

حقلاعىا

ِٞت ضٍشىا

ٛ٘غيىا

ٗ

ٓاْعص طسذٝٗ

س٘طذ

ّٜاعٍ

خاَينىا اٞخٝساذ

عْ٘ذٗ

ّٜاعَىا صاجَىاٗ

ٛ٘غيىا

ٗ خاقلاعىا

ِٞت

خاَيم

حغيىا

/‟Ilmu ad-dilālati, „Ilmu al-ma‟āni: far‟u min „ilmi al-lughati yadrusu al‟alāqata bayna ar-ramzi al-lughawiyi wa ma‟nāhu wa yadrusu tatawwura ma‟āniya al-kalimāti tārikhiyyan wa tanawwu‟a al-ma‟ānii wa al-majāza al- lughawiyya wa al-„alāqati bayna al-kalimāti al-lughati/.

“ilmu semantik, ilmu makna: semantik adalah cabang dari linguistik yang mempelajari hubungan antara kode bahasa dan maknanya, dan juga mempelajari perkembangan makna kata-kata, dari segi sejarahnya, dan macam-macam makna, makna sindiran bahasa dan hubungan antara kata-kata dalam bahasa”.

Dalam pemakaian sehari-hari kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatikan. Sebab itu sudah

(39)

sewajarnya bila makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, maksud firasat, isi dan fikiran. (Aminuddin, 1985 : 50).

Kata-kata yang terdapat dalam Al-Quran yang memiliki makna sama dapat dihubungkan dengan sifat keuniversalan makna yang terkandung di dalamnya berdasarkan relasi makna. Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi (Chaer, 1994: 297).

2.5 Sinonim

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.

Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dan frase duduk perut. Contoh dalam bahasa Inggris, antara kata fall dengan kata autumn (Chaer, 1994: 297).

Relasi sinonimi ini bersifat dua arah. Maksudnya, kalau satu satuan ujaran A bersinonim dengan satuan ujaran B, maka satuan ujaran B itu bersinonim dengan satuan ujaran A. Secara konkret kalau kata betul bersinonim dengan kata benar, maka kata benar itu pun bersinonim dengan kata betul (Chaer, 1994: 297-298).

Sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning „kesamaan arti‟. Hal tersebut dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata yang memiliki makna sama; semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan diantara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya.

(40)

21

Dengan demikian kita dapat mencari makna mis., kata pandai bersinonim dengan cerdas dan pintar; ringan bersinonim dengan enteng; lafal bersinonim dengan ucapan; kotor bersinonim dengan noda, dst (Djajasudarma, 1993: 36).

Sinonim

فداشرٍ /

mutaraadifun/. Menurut Al-Khuli (1982: 278)

فداشرٍ

/ mutaraadifun/:

ٚف ٙشخأ وثاَذ حَيم ْٚعَىا ثٞح ٍِ حغيىا ظفّ

/kalimatun tumāśilu „ukhra fī nafsi al-lugati min hayśu al-ma‟na/

“sinonim adalah kata yang menyerupai kata yang lain dalam satu bahasa dari segi maknanya”.

Unsur-unsur leksikal dalam bahasa dapat dibandingkan menurut hubungan semantis diantaranya. Kata X dan Y dapat berupa “sinonim” (artinya X dan Y bermakna hampir sama). Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia, bandingkan nasib dan takdir, yang bermakna hampir sama, tetapi dengan perbedaan nuansa kecil. Sering dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki makna yang

“sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda. Jika tak ada perbedaan nuansa lagi antara dua sinonim, maka satu akan hilang dari perbendaharaan kata, dan satunya tinggal. Yang normal dalam hubungan antar-sinonim ialah bahwa ada perbedaan nuansa, dan maknanya boleh disebut “kurang lebih sama” (Verhaar, 1996: 394).

2.6 Faktor-Faktor sinonim

Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama.

Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain:

1. Faktor waktu, umpamanya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan.

Namun, kata hulubalang memiliki pengertian klasik sedangkan kata komandan tidak memiliki pengertian klasik. Dengan kata lain, kata hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat klasik; padahal kata komandan tidak cocok untuk konteks klasik itu.

(41)

2. Faktor tempat atau wilayah, misalnya kata saya dan beta adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan di mana saja, sedangkan kata beta hanya cocok untuk wilayah Indonesia bagian timur, atau dalam konteks masyarakat yang berasal dari Indonesia bagian timur.

3. Faktor keformalan, misalnya kata uang dan duit adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.

4. Faktor sosial, umpamanya kata saya dan aku adalah dua buah kata yang bersinonim: tetapi kata saya dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja; sedangkan kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.

5. Bidang kegiatan, umpamanya kata matahari dan surya adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja, atau dapat digunakan secara umum; sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama ragam sastra.

6. Faktor nuansa makna, umpamanya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau, dan mengintip adalah sejumlah kata yang bersinonim. Namun antara yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dapat dipertukarkan, karena masing- masing memiliki nuansa makna yang tidak sama. Kata melihat memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan sudut mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki makna melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau melalui celah sempit. Dengan demikian, jelas kata menonton tidak dapat diganti dengan kata melirik karena memiliki nuansa makna yang berbeda, meskipun kedua kata itu dianggap bersinonim. Dari keenam faktor yang dibicarakan diatas,

(42)

23

bisa disimpulkan, bahwa dua buah kata yang bersinonim tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau disubsitusikan. (Chaer, 1994: 297-299).

Jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat kata itu disebut sinonim. Kesamaan makna (sinonim) dapat ditentukan dengan tiga cara:

1. Substitusi (penyulihan). Hal tersebut dapat terjadi bila kata dalam konteks tertentu dapat disulih dengan kata yang lain dan makna konteks berubah, maka kedua kata itu disebut sinonim (Lyons, 1997 : 447-450; Palmer, 1976: 63; Ullmann, 1964: 142) dalam (Djajasudarma, 1993: 36).

2. Pertentangan. Kata dapat dipertentangkan dengan sejumlah kata lain.

Pertentangan itu dapat menghasilkan sinonim. Mis., kata berat bertentangan dengan ringan dan enteng di dalam bahasa Indonesia. Maka ringan dan enteng disebut sinonim, atau ask „bertanya‟ bertentangan dengan reply dan answerdi dalam bahasa Inggris. Maka reply dan answer disebut sinonim di dalam bahasa Inggris (Ullmann. 1964: 143-145;

Palmer, 1976: 63) dalam (Djajasudarma, 1993: 37).

3. Penentuan konotasi. Jika terdapat perangkat kata yang memiliki makna kognitifnya sama, tetapi makna emotifnya berbeda, maka kata-kata itu tergolong sinonim, mis., kamar kecil, kakus, jamban, wese mengacu ke acuan yang sama, tetapi konotasinya berbeda (Palmer, 1976: 63) dalam (Djajasudarma, 1993: 37).

2.7 Pengertian Frasa

Frasa (frase) adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (misal: gunung tinggi disebut frasa karena merupakan kontruksi nonpredikatif) KBBI (1998: 244). Pengertian Frasa Menurut Lyons (dalam Soetikno, 1995:168) ialah sebuah kelommpmok kata yang secara gramatikal

(43)

sepadan dengan dengan satu kata dan tidak mempunyai subjek dan predikat sendiri. Frasa adalah kelompok kata yang mempunyai kedudukan sebagai suatu fungsi dalam kalimat yang tidak semuanya dari frase itu sendiri yang terdiri dari kelompok kata (Bagus, 2008:3).

Menurut Tarmini (11:2012) suatu konstruksi yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis tertentu yang ada dalam kalimat.

Namun tidak melebihi dari batas-batas fungsi klausa atau disebut dengan frasa itu nonprediktatif. Dilihat dari pengertian frasa dan ciri-ciri frasa tersebut maka bisa disimpulkan kalau frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak bisa membentuk kalimat sempurna.

Untuk itu agar lebih memahaminya berikut ini kami berikan beberapa contoh frasa.

1. Tidur siang 2. Banting tulang 3. Sedang tidur 4. Makan siang 5. Nasi goreng

2.7.1 Jenis frasa berdasarkan jenis kata/kelas kata 1. Frasa Nomina

Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Jenis frasa nomina ada 3 jenis yaitu sebagai berikut ini:

Frasa nomina Modifikatif (mewarisi). Contoh fasa nomina modifikatif yaitu:

bulan pertama, buku dua buah, hari senin dan lain-lain.

Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan). Contoh frasa koordinatif yaitu: lahir batin, sandang pangan, hak dan kewajiban, dan lain-lain.

Frasa Nomina adaptatif. Contoh frasa nomina adaptatif yaitu (a) Banjarmasin, kota seribu sungai, mempunyai banayak sajian kuliner yang rasanya

(44)

25

enak. (b) Melati, jenis tanaman perdu, telah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak dulu. (c) Jakarta, Ibukota Indonesia, telah berumur 485 tahun.

2. Frasa Verbal

Frasa verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Jenis frasa verbal dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

Frasa Verbal Modifikatif (pewatas),terdiri dari pewatas depan dan pewatas belakang. Contoh Verbal Modifikatif pewatas depan yaitu: (a) Mereka pasti membuat karya yang lebih menarik lagi di tahun yang akan datang, (b) Kami yakin memperoleh pekerjaan itu. Contoh Verbal Modifikatif pewatas belakang yaitu (a) kami membaca buku itu sekali lagi, (b) Dia bekerja keras sepanjang waktu.

Frasa Verbal Koordinatif adalah dua verba yang telah digabungkan jadi satu dengan penambahan kata hubung „atau‟ dan „dan‟. Contoh Frasa Verbal Koordinatif yaitu (a) Kita mau pergi ke toko buku atau ke perpustakaan. (b) orang tersebut merusak dan menghancurkan rumahnya sendiri.

Frasa Verbal Apositif adalah sebagai keterangan yang diselipkan atau ditambahkan. Contoh Frasa Verbal Apositif yaitu: (a) Jorong, tempat tinggalku dulu, sekarang menjadi tempat penambangan batubara. (b) Pekerjaan orang itu, berjualan sepatu, sekarang semakin maju.

3. Frasa Ajektifa

Frasa ajektifa adalah kelompok kata yang dibentuk dari kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahan kata lain yang fungsinya menerangkan, misalnya sangat, paling, lebih, harus, dapat, dan agak. Jenis Frasa ajektifa terbagi menjadi 3 jenis yakni:

Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi). Contoh Frasa Adjektifa Modifikatif yaitu: hebat benar, indah nian, cantik sekali, dan lain-lain.

Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan). Contoh Frasa Adjektifa Koordinatif yaitu: sejahtera, makmur, aman tentram, tegap kekar dan lain-lain.

(45)

Frasa Adjektifa Apositif sifatnya memberikan keterangan tambahan. Contoh Frasa Adjektifa Apositif yaitu (a) Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, sekarang menjadi tempat penambangan batubara. (b) Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri arjuna. Frasa desa jorong dan srikandi cantik adalah unsur utama kalimat, sedangkan frasa tempat tinggalku dulu dan ayu menawan adalah keterangan tambahan.

4. Frasa Adverbial

Frasa Adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk menggunakan keterangan kata sifat. Frasa Adverbal bersifat mewatasi (modifikasi). Misalnya:

sangat baik, kata baik adalah inti sedangkan kata sangat sangat pewatas. Contoh frasa Adverbal yang bersifat modifikasi yaitu dengan gelisah, dengan bangga, lebih kuat, pandai sekali, begitu kuat, hampir baik, kurang pandai, agak besar.

Sedangkan Coontoh Frasa Adverbal yang sifatnya koordinatif (yang tidak menerangkan) yaitu lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kata kurang dan kata kurang tidak menerangkan kata lebih.

5. Frasa Pronominal

Frasa Pronominal adalah frasa yang dibentuk menggunakan kata ganti. Jenis frasa pronominal terdiri dari 3 jenis yakni:

Frasa Pronominal Modifikatif. Contoh Frasa Pronominal Modifikatif yaitu mereka berdua, mereka itu, mereka semua, anda semua, kalian semua.

Frasa Pronominal Koordinatif. Contoh Frasa Pronominal Koordinatif yaitu saya dan dia, kami dan mereka, engkau dan aku.

Frasa Pronominal Apositif. Contoh Frasa Pronominal Apositif yaitu kami, putra-putri indonesia, menyatakan merdeka.

6. Frasa Numeralia

Frasa Numeralia adalah sebuah kelompok kata yang dibentuk menggunakan kata bilangan. Jenis Frasa Numeralia terdiri dari:

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan menyatakan: “ Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya ”, menurut

Rajah 3 menunjukkan bacaan jisim pada sebuah timbangan.. Kek itu dipotong kepada 10 bahagian yang sama besar. Berikan jawapan anda dalam g. 13 Nyatakan bacaan jisim di

Di pesantren inilah santri tepat untuk diberikan pengajaran kitab Akhlaq lil Banin melalui tatap muka secara langsung oleh guru bidang studi (kyai) atau oleh wali kelas. Santri

Tujuan merancang sebuah antenna J-Pole yang bekerja pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz dengan polaradiasi J-pole berpolarisasi vertikal dengan arah pancaran yang omnidirectional

Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia/radioaktif. Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas

Primitif fungsi f pada suatu interval mempunyai sifat-sifat antara lain bervariasi terbatas dan kontinu mutlak.. Penelitian ini mengkaji sifat kekonti- nuan fungsi

Silase dibuat dengan mencacah bahan hijauan menjadi ukuran yang kecil-kecil, kemudian menyimpannya kedalam ruang kedap udara.Pencacahan dilakukan untuk mendapatkan

Masa'il , referensi, dan objek yang dikaji. Sedangkan aspek epistemologi istinbat al-ahkam , NU menggunakan metode ilhaq al- masa’il bi nazairiha. Ilhaq al-masa’il bi