• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Percaya Diri

a. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek karakter yang menentukan keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi di dunia olahraga. Menurut ahli Psikologi Sigmund Fred yang dikutip oleh Mirhan dan Jeane (2016:87) “kepercayaan diri adalah sesuatu tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam berbuat sesuatu”. Sedangkan menurut Radenbach yang dikutip oleh Mirhan dan Jeane (2016:87) menyatakan:

Percaya diri bukan berarti menjadi keras atau seseorang yang paling sering menghibur dalam kelompok, percaya diri juga tidak menjadi kebal terhadap ketakutan, melainkan kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keraguan-keraguan.

Dengan demikian, biarkan rasa percaya diri setiap orang digunakan pada kemampuan dan pengetahuan personal untuk memaksimalkan efek.

Menurut Mccelland yang dikutip oleh Mirhan dan Jeane (2016:88) bahwa “kepercayaan diri merupakan kontrol internal, perasaan akan adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar akan kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ditetapkan”.

Selanjutnya Heny Setyawati (2014:51) menyatakan:

Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.

(2)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah suatu sikap positif seseorang yang meyakinkan kemampuan dan penilaian dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai situasi dan tantangan serta kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keraguan-keraguan yang mendorong individu untuk meraih prestasi.

b. Ciri-Ciri Percaya Diri

Beberapa ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proposional menurut Fatimah yang dikutip oleh Mirhan dan Jeane (2016:88) adalah sebagai berikut:

1) Percaya akan kemampuan atau kompetensi diri sendiri.

2) Tidak menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.

3) Menjadi diri sendiri, berani menerima dan menghadapi penolakan dari orang lain.

4) Mempunyai pengendalian diri yang baik.

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan dan kegagalan, bergantung pada diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan dari orang lain)

6) Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di sekitarnya.

7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan tersebut tidak terwujud, ia tetap melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

c. Faktor-Faktor Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Menurut Gufron dan Risnawita yang dikutip oleh Rifa Safika dan Maria Claudia Wahyu Trihastuti, 2020:59) menjelaskan bahwa “terdapat dua faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal”.

(3)

1) Faktor Internal, terdiri dari:

a) Konsep diri yaitu citra diri yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi atau bergaul.

b) Penilaian diri yaitu kemampuan individu dalam menilai kelebihan dan kelemahan diri sendiri.

c) Kondisi fisik yaitu perubahan yang terjadi pada kondisi fisik individu dan bagaimana penilaian dari orang lain.

d) Pengalaman hidup yaitu faktor yang menignkatkan atau menurunkan kepercayaan diri individu yang berasal dari pengalaman yang dialami.

2) Faktor Eksternal, terdiri dari:

a) Pendidikan yaitu tinggi rendahnya tingkat pendidikan individu akan mempengaruhi bagaimana individu memAndang diri mampu atau kurang mampu yang berdampak pada tingkat kemandirian dan kepercayaan diri dalam mencapai tujuan.

b) Pekerjaan yaitu bagaimana karakteristik pekerjaan yang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas dan kemandirian berdampak pada peningkatan kepercayaan diri.

c) Lingkungan dan pengalaman hidup yaitu kepuasan individu dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri.

d. Aspek-Aspek Percaya Diri

Ada lima aspek kepercayaan diri menurut Lauster yang dikutip oleh Rifa Safika dan Maria Claudia Wahyu Trihastuti (2020:60) yaitu:

1) Keyakinan akan kemampuan diri sendiri.

2) Rasa optimis atau pandangan positif tentang dirinya sendiri, harapan dan keterampilannya.

3) Obyektif melihat suatu peristiwa berdasarkan apa yang terjadi.

4) Bertanggung jawab dan berani menerima konsekuensi terhadap tindakan yang dilakukan.

5) Rasional yaitu kemampuan menelaah sebuah peristiwa dengan berpikir secara rasional berdasarkan fakta.

(4)

e. Upaya Mengembalikan Rasa Percaya Diri

Ada latihan sederhana yang dapat dipraktikkan untuk mendapatkan kembali rasa percaya menurut Heny Styawati (2014:52), yaitu:

1) Memperhatikan postur tubuh, karena postur tubuh mengirimkan pesan tertentu pada orang-orang yang ada di sekitar Anda. Jika pesan tersebut memancarkan rasa percaya diri, Anda akan mendapatkan tanggapan positif dari orang lain yang tentunya akan meningkatkan rasa percaya diri Anda sendiri.

2) Bergaul dengan orang-orang yang memiliki rasa percaya diri dan berpikiran positif, karena lingkungan membawa pengaruh besar pada seseorang.

3) Mengingat kembali pada saat Anda merasakan percaya diri dan terkontrol akan membuat Anda mengalami lagi perasaan itu dan membantu meletakan kerangka rasa percaya diri itu dalam pikiran.

4) Sering latihan, karena latihan sesering mungkin adalah kuncinya.

Dengan kemampuan yang terlatih, Anda tidak akan kesulitan menampilkan rasa percaya diri kapanpun itu dibutuhkan.

5) Kenali diri sendiri, pikirkan tentang hal yang disukai diri sendiri dan segala hal yang dapat anda lakukan dengan baik.

6) Jangan terlalu keras pada diri sendiri, jadilah sahabat bagi diri sendiri.

Jangan terlalu mengkritik diri sendiri, pembicaraan positif dapat berubah jadi senjata terbaik utnuk meningkatkan rasa percaya diri.

7) Jangan takut mengambil resiko.

f. Dampak Positif Percaya Diri

Menurut Weinber dan Gould yang dikutip oleh Heny Setyawati (2014:50) menyatakan bahwa rasa percaya diri dapat memberikan dampak positif pada hal-hal berikut ini:

1) Emosi, dalam suatu keadaan yang menekan, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mudah mengendalikan dirinya.

(5)

2) Konsentrasi, seorang individu akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada hal tertentu tanpa rasa khawatir yang berlebih.

3) Sasaran, individu cenderung mengarhkan pada sasaran yang cukup menantang, karena ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya lebih baik.

4) Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustasi dalam upaya meraih cita-citanya dan tetap berusaha semaksimal mungkin sampai usahanya berhasil.

5) Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk meperoleh hasil usahanya.

6) Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya.

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Menurut Gage dan Barliner yang dikutip oleh Ratna Haryani dan Tairas (2014:32) menyatakan bahwa “istilah motivasi berkaitan dengan situasi dimana seseorang menjadi tergugah (aroused) dan kemudian mengarahkan perilaku tersebut pada suatu tujuan tertentu”.

Menurut Hardjana yang dikutip oleh Ratna Haryani dan Tairas (2014:32) menjelaskan bahwa:

Motivasi mendorong orang untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya, karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya. Karena itu dapat dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesutau dalam rangka mencapai sutau keputusan atau tujuan.

Selanjutnya Menurut Ali Maksum yang dikutip oleh Dwi dan Henny (2014:109) “ motivasi adalah penggerak atau pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang mempunyai arah dan intensitas”. Menurut Kamal Firdaus (2012:81) “motivasi didefinisikan sebagai penggerak atau

(6)

pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan Bakker, Whiting dan Brug yang dikutip oleh Kamal Firdaus (2012:82) menyatakan bahwa:

Motif dan motivasi memiliki pengertian yang berbeda. Motif adalah sumber penggerak tingkah laku yang dianggap sebagai di posisi yang relatif stabil, karena dipengaruhi oleh faktor pribadi.

Sementara itu motivasi adalah aktualisasi dari sumber penggerak tersebut yang wujudnya kombinasi antara faktor pribadi dan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah salah satu sumber yang berasal dari dalam maupun luar diri individu yang mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan yang mempunyai arah dan intensitas untuk mencapai tujuannya.

b. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Kamal Firdaus (2012:90) menyatakan bahwa ada dua jenis motivasi, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Seorang individu yang memiliki motivasi intrinsik biasanya akan tetap melakukan tindakannya.

Meskipun tidak ada hadiah ataupun dorongan dari luar, individu yang memiliki motivasi ini biasanya ulet dalam melaksanakan tugasnya.

2) Motivasi Ektrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri.

Tindakannya dilakukan karena didasari oleh keinginan untuk memperoleh hadiah dari lingkungan seperti uang, piala atau penghargaan lainnya. Dorongan semacam ini biasanya tidak bertahan lama.

c. Faktor-Faktor Mempengaruhi Motivasi

Menurut McClelland yang dikutip oleh Ratna Haryani dan Tairas (2014:33) menyatakan bahwa motivasi berprestasi atlet dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1) Faktor intrinsik yang meliputi: kemungkinan untuk sukses, value, self- efficcacy atau kepercayaan diri, serta usia, pengalaman dan jenis kelamin.

2) Faktor eksternal yang meliputi: lingkungan sekolah, keluarga serta teman.

Dalam penelitiannya Ratna Haryani dan Tairas (2014:34) menambahkan bahwa “terdapat faktor ekstrinsik lain yaitu reward, orang

(7)

yang lebih dulu berprestasi, buku, internet, dan fenomena di sekitar individu”.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi mendorong timbulnya perbuatan serta mempengaruhi dan merubah kelakuan seseorang. Menurut Sardiman yang dikutip oleh Tiara Rosalina (2012:435) menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yaitu : 1) Mendorong manusia untuk berbuat.

2) Menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

e. Motivasi Berprestasi

Menurut Kamal Firdaus (2012:92) menyatakan bahwa:

Motivasi berpretasi adalah dorongan seseorang untuk meraih kesuksesan. Kesukseskan bukanlah sesuatu yang instan, tetapi melalui proses yang panjang. Dalam proses tersebut boleh jadi banyak tantangan, ketidaknyamanan dan bahkan kegagalan.Winston Chrucill mantan Perdana Menteri Inggris mengatakan “Success is ability to go from failure without losing your enthusiasm” yang artinya “Sukses adalah kemampuan untuk bangkit dari kegagalan tanpa kehilangan antusiasme atau semangat”. Orang yang cenderung kuat untuk meraih prestasi selalu berusaha bekerja keras, beurasa mengatasi masalah, berkomitmen, dan berusaha lebih baik dari yang lain.

Sedangkan menurut Dwi dan Henny (2014:113) menyatakan bahwa:

Faktor penyebab meningkatnya motivasi berprestasi atlet adalah ketika fisik dan psikisnya sehat, dapat memperhitungkan target sesuai kemampuan, dapat menguasai emosional, berada dalam lingkungan yang nyaman, mempunyai faislitas lengkap untuk menunjang prestasi dan selalu giat berlatih untuk mencapai prestasi.

Menurut McClelland yang dikutip oleh Safrudin, Sri Mulyani dan Rosni (2018:77) mengemukakan bahwa ada 6 karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu:

1) Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan.

(8)

2) Mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya.

3) Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, menjadikan kegagalan sebagai pelajaran.

4) Mengambil resiko “sedang”, yaitu mengambil tindakan sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya.

5) Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang dan menggunakan kesempatan untuk menunjukkan potensi.

6) Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang bersifat prestatif dan kompetitif.

3. Prestasi Olahraga

a. Pengertian Prestasi Olahraga

Prestasi adalah hasil pencapaian dari usaha yang telah dilakukan seseorang. Menurut Poerwodarminto yang dikutip oleh Eva (2013:387) menyatakan bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang”. Menurut Lidia dan Sri (2018:746) yang mengutip simpulan Wikipedia “prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Prestasi diri adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang”.

Dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab 1 pasal 1 yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai oleh atlet atau sekelompok atlet (tim) dalam kegiatan olahraga. Prestasi olahraga adalah hasil upaya maksimal seorang atlet atau sekelompok atlet (tim) dalam bentuk kemampuan atau keterampilan menyelesaikan tugas-tugas gerakan, baik dalam latihan maupun dalam kompetisi dengan menggunakan parameter-parameter evaluasi yang jelas dan rasional.

(9)

b. Faktor-Faktor Mempengaruhi Prestasi Olahraga

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi atlet untuk meraih prestasi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari diri sendiri, seperti kondisi fisik, teknik, taktik dan mental atlet tersebut.

Sedangkan faktor eksternal terdiri dari organisasi, pelatih, pendanaan, program latihan, sarana dan prasarana serta lingkungan. Menurut Harsono yang dikutip oleh Ramdan Pelana (2013:768) menyatakan bahwa “ada beberapa aspek yang mendorong atlet untuk berprestasi antara lain : mencari dan mengatasi stress, usaha untuk memperoleh kesempurnaan, status, kebutuhan untuk diakui menjadi anggota kelompok, hadiah-hadiah, kejantanan, dan membentuk watak”

Sedangkan menurut R.N Singer yang dikutip oleh Ramdan Pelana (2013:768) menyatakan bahwa “penampilan puncak seorang atlet melibatkan 3 aspek yang saling berhubungan secara harmonis, yakni mental, emosi, dan fisik”. Aspek mental yang berpengaruh terhadap penampilan atlet yaitu aspek emosi, aspek motivasi dan aspek kognisi.

c. Ciri Kepribadian Yang Menunjang Prestasi Atlet

Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet menurut Ali Maksum dalam disertasinya yang berjudul “Ciri Kepribadian Atlet Berprestasi Tinggi”, yaitu:

1) Ambisi prestasif atau keinginan kuat untuk meraih prestasi 2) Kerja keras

3) Gigih 4) Komitmen 5) Mandiri 6) Cerdas

7) Swakendali atau kesanggupan untuk mengendalikan perasaan, pikiran dan perilaku secara efektif.

(10)

4. Wushu

a. Pengertian Wushu

Dalam bahasa Tionghoa, Menurut Dharmender Kumar, Sakti Ranjan Mishra (2015:18) “Wushu tediri dari 2 kosakata Cina yaitu “Wu” yang berarti perang atau berperang dan “Shu” yang berarti seni. Jadi, wushu adalah seni beladiri atau seni berperang”. Menurut Yu Baoqian yang dikutip oleh Zhi Yong Wu, Zhi Da Huang dan Yang Hong Zhang (2020:467) menyatakan bahwa “wushu adalah cara untuk menghadapi musuh dalam persaingan untuk bertahan hidup. Wushu juga disebut bertarung, yang berarti keterampilan bertarung”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wushu adalah seni atau keterampilan bertarung yang dapat ditampilkan dan juga dapat digunakan untuk menghadapi musuh dalam persaingan untuk bertahan hidup.

b. Wushu di Indonesia

Menurut Sugiarto, Herry Siswantoro, Lauw Tjhing Houw (1999:23) Brigjen TNI IGK Manila mendirikan Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) di Jakarta pada tanggal 10 November 1992. Pada tahun itu Indonesia mendatangkan para pelatih wushu Cina untuk rangkaian gerakan yang dipertandingkan secara internasional. Deng Chang Lie, Wang Thung Lien, Li De Chen, dan Phang Lin Tay mulai memperkenalkan berbagai gaya yang telah diseragamkan kepada para pelatih wushu Indonesia seperti Chang quan, Nanquan dan Taijiquan untuk seni bela diri tangan kosong dan Jianshu (pedang), Dao Shu (golok), Gun Shu (toya) dan Jiang Shu (tombak) untuk seni bela diri senjata.

Setahun kemudian, Federasi Wushu Asia Tenggara (SEAWUF) berdiri atas prakarsa Brigjen IGK Manila, sementara cabang wushu sudah resmi dipertandingkan di SEA Games XVI tahun 1991 dan XVII pada tahun 1993.

Perkembangan wushu di Indonesia boleh dibilang menggembirakan.

Karena di dunia internasional prestasi wushuwan dan wushuwati tidak

(11)

mengecewakan. Tahun 1987 kejuaraan wushu Asia pertama digelar di Yokohama, Jepang, atlet Indonesia turu di kelas Taijiquan dalam nomor eksebisi dan meraih medali penampilan terbaik. Festival wushu yang pertama di Hang Chiu, Cina pada tahun 1988, Indonesia berhasil meraih 1 perunggu dan penampilan terbaik untuk Taijiquan berpasangan. Tahun 1989 gelar terakhir itu kembali direbut pada kejuaraan Asia II di Hongkong.

c. Elemen wushu

Menurut Dharmender Kumar, Sakti Ranjan Mishra (2015:17) ada 5 elemen-elemen wushu, yaitu:

1) Air : melambangkan kehidupan dan kelembutan, karena air memberi makan tumbuhan dan bentuknya selalu sesuai dengan wadahnya.

2) Kayu : melambangkan tulang dan otot, sebagai energi dari kehidupan yang jika terkena api akan mengakibatkan terbentuknya panas sebagai tenaga (otot).

3) Api : melambangkan kekuatan dan ketangkasan, memberi nutrisi dari hasil pembakaran yang membuat pembaharuan dan kemajuan.

4) Tanah : melambangkan pertahanan, memberikan tempat bagi berbagai unsur untuk berkembang.

5) Logam : melambangkan penggunaan senjata, mengkombinasikan berbagai unsur yang bermanfaat untuk menguasai berbagai senjata yang sangat penting bagi wushu.

Semua elemen-elemen ini saling berhubungan satu sama lain.

Hubungan berbagai elemen dalam wushu ini adalah air mendinginkan api, api menempah logam, logam memotong kayu, ayu tumbuh dari bumi, bumi mengontrol air.

d. Nomor-Nomor Pada Wushu Taolu

Menurut Dharmender Kumar, Sakti Ranjan Mishra (2015:19) nomor-nomor pada Wushu Taolu ada 4 macam, yaitu :

(12)

1) Tangan Kosong

a) Changquan (Jurus Utara)

Changquan atau pukulan panjang merupakan nomor wushu taolu yang paling banyak dilihat karena gayanya yang lincah, cepat, dinamis, dan menarik. Karena membutuhkan fleksibilitas, bentuk postur yang terbuka dan melebar serta teknik kecepatan yang tinggi changquan sulit untuk dipraktikan. Gaya changquan menitikberatkan pada tendangan serta teknik serangan yang terbuka dan dengan penampilan yang dianggap sebagai pertarungan jarak jauh. Motto gaya Changquan adalah

“pertahanan terbaik adalah serangan yang kuat”.

b) Nanquan (Jurus Selatan)

Nanquan merupakan bentuk wushu bergaya modern yang berasal dari gerakan-gerakan gaya tradisional selatan. Teknik ini ditandai dengan posisi sikap badan yang rendah, gerakan kuda- kuda yang stabil, pukulan yang keras dan kuat seta gerakan tangan yang rumit dan cepat yang sering kali disertai dengan artikulasi vokal. Karena fokus pada sikap dan stabilitas yang kokoh, Nanquan memiliki teknik akrobatik yang lebih sedikit daripada Changquan.

c) Taijiquan

Taijiquan adalah gaya wushu yang terkenal dengan gerakan lambat dan santai, sering dianggap sebagai metode latihan untuk orang tua karena dapat membangun kesehatan dan umur panjang.

Terkadang gerakan lambat Taijiquan disertai dengan ledakan kekuatan yang eksplosif, yang membutuhkan keselarasan gerakan dan napas, konsentrasi serta koordinasi seluruh tubuh dan pikiran dalam praktik yang berkelanjutan. Tai chi mengajarkan atlet untuk tidak melawan kekuatan yang datang secara langsung, tetapi menghadapinya dengan lembut dan tetap dalam kontak

(13)

fisik dengan mengikuti gerakannya sampai kekuatan yang masuk habis dan dapat dipulihkan dengan aman.

2) Senjata Pendek

a) Daoshu (Golok Utara)

Daoshu mengacu pada semua golok yang melengkung seperti daun willow. Gaya ini cocok dengan gaya Changquan.

Gerakannya didominasi oleh bacokan serta tusukan, gerakan menangkis dan menyerang terkombinasi dengan rapi. Tangan yang tidak memegang golok berfungsi sebagai penyeimbang gerakan dan keindahan jurus. Karakter yang dimiliki gaya ini adalah karakter permainan yang galak, ganas, pemberani, cepat, bertenaga, tangkas serta gesit.

b) Jianshu (Pedang Utara)

Jian mengacu pada semua pedang bermata lurus (Straight Sword). Gaya ini cocok dengan gaya Changquan. Penekanan jurus pedang ini terletak pada pergelangan tangan. Dari segi tekniknya pedang adalah jurus yang sangat tinggi tekniknya dan sulit untuk dimainkan. Banyak gerakan memutar, menangkis, menusuk, dan gerakannya mirip burung Hong. Gerakan- gerakannya lincah, lembut, gentel dan sangat cepat.

c) Nandao (Golok Selatan)

Nandao mengacu pada semua golok yang melengkung.

Gaya ini cocok dengan gaya Nanquan. Golok selatan memiliki gerakan yang galak dan keras, diserta dengan suara teriakan dan gerakan patah-patah dan tegas, cepat, gesit dan bertenaga.

d) Taijijian (Pedang Taiji)

Taijijian adalah jurus pedang yang dimainkan berdasarkan gaya Taijiquan. Karakter Taijijian sama dengan karakter Taijiquan yaitu lembut, mengalir, kontinue, serta tidak terputus.

(14)

Gerakannya mengadopsi gerakan pedang dimana di dalamnya terdapat gerakan memotong, menebas dan menusuk.

3) Senjata Panjang

a) Gunshu (Toya Utara)

Gunshu adalah senjata tongkat panjang yang terbuat dari kayu lilin putih. Gaya ini cocok dengan gaya Changquan.

Karakter gerakan ini adalah gerakannya cepat memukul, menotok, menyapu, menangkis, menekan, sontekan ke atas, bertenaga.

b) Qiangshu (Tombak)

Qiangshu yaitu tombak lentur dengan rumbai merah yang melekat pada ujung tombak sebagai ciri khasnya dan terbuat dari besi yang tajam. Gaya ini cocok dengan gaya Changquan.

Gerakannya cepat dan gesit, berputar, mematuk ke segala arah seperti ular. Selain untuk menyerang tombak bisa dipakai untuk menangkis, membanting, menekan dan menerobos.

c) Nangun (Toya Selatan)

Nangun sama seperti gun atau toya, tetapi menggunakan gaya Nanquan yang karakternya lebih bertenaga dan keras.

Ukurannya lebih pendek dan sedikit lebih besar daripada Gunshu.

Gerakannya patah-patah tetapi keras, bertenaga dan mematikan.

4) Koreografi Grup atau Berpasangan a) Duilian

Duilian merupakan bentuk pertunjukan koreografi yang berupa tarung atau sparing dengan tangan kosong maupun senjata. Tangan kosong dengan tangan kosong, senjata dengan senjata atau bahkan tangan kosong dengan senjata.

(15)

b) Jiti

Merupakan bentuk gerakan jurus yang terkoordinasi dan dimainkan oleh beberapa orang sekaligus. Biasanya diiringi musik instrumen rekaman, atau sekolompok pemain musik tradisional yang menemani koregrafi selama pertunjukan.

e. Nomor Tradisional

Selain kategori modern di atas, ada juga beberapa nomor lainnya yang dipertandingkan secara terbatas dan dilakukan terpisah dari pertandingan rutin atau wajib, yaitu kategori tradisional. Nomor kategori ini biasanya hanya dilakukan di Cina saja. Namun, seiring dengan perkembangan jaman kategori tradisional mulai dipertandingkan di Indonesia. Beberapa nomor tradisional tangan kosong yang dipertandingkan, antara lain:

1) Baguazhang 2) Bajiquan 3) Chaquan 4) Huaquan 5) Wing chun

Sedangkan nomor tradisional senjata, antara lain:

1) Shuangdao 2) Shuangjian 3) Shuanggou 4) Sanjiegun 5) Dadao

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Reza Resah Pratama dengan judul “Pengaruh Gizi, Motivasi dan Percaya Diri Terhadap Prestasi Atlet Sepakbola Universitas Sriwijaya”. Pada Journal Of Sport Education program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Riau tahun 2019 hasil penelitian

(16)

menunjukkan bahwa 54,5% prestasi atlet sepakbola (Y) dipengaruhi oleh gizi (X1), motivasi (X2) dan kepercayaan diri (X3). Secara serentak variabel X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap Y dengan nilai signifikansi 0,000. Secara partial hanya variabel motivasi yang berpengaruh terhadap atlet sepakbola hal ini terbukti dari nilai signifikansi sebesar 0,022.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Erwin Syaputra dengan judul “Hubungan Antara Rasa Percaya Diri dan Motivasi Terhadap Prestasi Atlet Wushu Kabupaten Rembang”. Skripsi pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang tahun 2019 hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara rasa percaya diri (X1) dan motivasi (X2) terhadap prestasi atlet (Y), baik secara masing-masing maupun bersama-sama.

Hubungan variabel X1 dan Y ditunjukkan dengan nilai R = 0,626 dan hasil analisis ditunjukan dengan nilai Fhitung = 18,044 dengan signifikansi 0,000 <

0,05. Hubungan variabel X2 dan Y ditunjukan nilai R = 0,652 dan hasil analisis ditunjukan dengan nilai Fhitung = 20,668 dengan signifikansi 0,000 < 0,05.

Besarnya sumbangan relatif rasa percaya diri dan motivasi terhadap prestasi atlet secara berturut-turut adalah 39,2%, 42,5% sedangkan sumbangan efektifnya secara berturut-turut adalah 48%, 52%.

C. Kerangka Berpikir

Banyak aspek kepribadian atlet yang dapat mempengaruhi prestasi olahraga seperti sifat-sifat, perasaan, pemikiran, kepercayaan diri, konsentrasi, motivasi berprestasi, kecemasan, dan lain-lain. Berdasarkan sejumlah teori yang dikemukakan, aspek kepercayaan diri dan motivasi dianggap paling penting dalam menentukan prestasi seorang atlet.

Kepercayaan diri merupakan salah satu modal utama seorang atlet untuk mencapai prestasi, karena pencapaian prestasi dimulai dengan percaya bahwa ia dapat dan sanggup menampilkan semua kemampuan yang dimilikinya. Dalam perkembangannya rasa percaya diri dipengaruhi oleh pengalaman di lingkungan sekitar. Bila seorang atlet mendapatkan pengalaman-pengalaman yang baik pada

(17)

saat berlatih atau bertanding, maka menjadi besarlah rasa percaya dirinya. Tanpa memiliki kepercayaan diri yang penuh seorang atlet tidak akan mencapai prestasi yang tinggi. Karena selain kepercayaaan diri, seorang atlet juga harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mendorong atlet tersebut agar mencapai tujuannya yaitu prestasi.

Prestasi selalu berhubungan dengan motivasi, karena motivasi merupakan penggerak atau pendrong manusia untuk bertindak dan berbuat sesuatu. Salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet adalah tingginya kebutuhan untuk berprestasi. Untuk mencapai sebuah prestasi dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan salah satu bentuknya adalah motivasi berprestasi. Seorang atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha lebih baik dari prestasi-prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

Kepercayaan diri dan motivasi berprestasi merupakan suatu aspek kepribadian, tapi mereka memiliki nama dan kareakteristik sendiri-sendiri. Kedua aspek kepribadian tersebut memang saling berhubungan dan sangat berperan dalam peningkatan prestasi. Hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi dengan prestasi atlet wushu kategori taolu kota Gianyar, Bali dapat digambarkan dengan kerangka pikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Percaya Diri Motivasi

Prestasi

(18)

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan rasa percaya diri dengan prestasi atlet wushu kategori taolu kota Gianyar, Bali.

2. Ada hubungan motivasi dengan prestasi atlet wushu kategori taolu kota Gianyar, Bali.

3. Ada hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi dengan prestasi atlet wushu kategori taolu kota Gianyar, Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Supervisi non- direktif ini oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan nama pendekatan humanistik. Pendekatan non-direktif ini timbul dari keyakinan

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Penyelenggaraan program studi tersebut saat ini dirasakan adanya kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi