• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. PENGUMPULAN DATA 4.1. Proses Produksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. PENGUMPULAN DATA 4.1. Proses Produksi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

4. PENGUMPULAN DATA

4.1. Proses Produksi

Bahan baku bijih plastik orisinil dicampur dengan pigmen/pewarna dan dihasilkan bahan setengah jadi. Pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan mesin molen yang rata-rata jumlah kapasitas produksi rata-rata sebesar 75 kg.

Bahan setengah jadi tersebut dimasukkan dalam hopper mesin injection otomatis yang sudah diberi cetakan sesuai dengan produk yang akan dibuat, di dalam hopper tersebut bahan setengah jadi mengalami proses pemanasan sampai meleleh. Bahan setengah jadi yang telah meleleh tersebut ditekan dengan tekanan 64 kg/cm3 dan menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan cetakan. Cetakan didinginkan selama 25-30 detik kemudian hasilnya dikeluarkan dari cetakan.

Setelah proses injection dilakukan proses selanjutnya adalah proses pembersihan flash (kelebihan-kelebihan) yang dihasilkan. Proses ini dilakukan secara manual oleh operator dengan menggunakan cutter maupun tang untuk membuang flash yang dihasilkan. Setelah dilakukan proses finishing dilakukan pengepakan.

(2)

Diagram OPC

Bahan Baku Plastik

Afalan

Pewarna Bahan baku plastik dimasukkan

di mesin pencampur dan diaduk

Plastik Di Injection

Finishing

Pengepakan

Gambar 4.1. Diagram alir Produksi

4.2. Data Mesin Yang Digunakan a. Mesin Molen

Mesin Molen adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pencampuran antara bahan baku bijih plastik dengan pigmen pewarna agar pencampuran dapat dilakukan dengan lebih merata. Kapasitas mesin ini adalah sebanyak 100 kg, tetapi pada kenyataannya proses produksi hanya 75 % dari kapasitas tersebut. Karena apabila di gunakan kapasitas mesin maksimum maka

O-1

O-2

O-3 1-1

O-4

(3)

mesin tidak akan bekerja dengan efektif. Perusahaan memiliki mesin ini sebanyak satu buah.

b. Mesin Crusher

Mesin Crusher adalah mesin yang digunakan untuk melakukan penggilingan terhadap produk-produk cacat yang didaur ulang menjadi bahan baku. Kapasitas mesin yaitu sebesar 20 kg, dan perusahaan memiliki mesin tersebut sebanyak satu buah.

c. Mesin Injection

Mesin Injection adalah mesin yang digunakan untuk mencetak bahan setengah jadi menjadi barang jadi yang akan dipasarkan. Perusahaan memiliki mesin injection sebanyak tujuh buah.

4.3. Bahan Baku Yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yaitu:

a. Bahan baku utama yaitu berupa bijih plastik (polypropylene)

b. Bahan afalan yaitu bahan yang terbuat dari hasil penggilingan produk-produk cacat yang didaur ulang. Bahan afalan ini dicampur sebanyak 10% dari bahan baku utama.

c. Bahan pigmen yang digunakan sebagai pewarna untuk memberi warna pada produk yang akan diihasilkan. Bahan baku ini yaitu berupa bubuk.

Jadi campuran bahan baku yang digunakan yaitu 90 % bahan baku utama (polypropylene) ditambah 10 % bahan afalan kemudian ditambahkan bahan pewarna. Penggunaan bahan afalan yang terlalu tinggi atau lebih dari 10 % akan menyebabkan jumlah kecacatan yang terjadi akan semakin besar, karena bahan afalan yang dihasilkan oleh mesin Crusher sebagian besar sudah terkontaminasi dengan debu, kerikil, serpihan kayu maupun logam. Sehingga akan memperbesar kemungkinan terjadinya cacat kerowak. Perusahaan pada saat ini menggunakan afalan sebanyak 10 %, tetapi tidak tertutup kemungkinan perusahaan akan menggunakan bahan afalan di bawah 10 % dengan konsekuensi biaya produksi akan semakin tinggi. Cacat yang disebabkan karena bahan baku adalah sebesar 2 – 3 %.

(4)

4.4. Karakteristik Mutu

a. Penampilan produk / penampilan fisik

Penampilan produk merupakan salah satu karakteristik dari produk yang diproduksi diperusahaan tersebut. Penampilan produk dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu dari segi warna produk dan bentuk fisik.

b. Dimensi berat

Berat merupakan salah satu karakteristik mutu karena apabila berat yang melebihi dari berat normal maka akan menggunakan bahan baku yang lebih banyak pula sehingga pengeluaran perusahaan akan semakin bertambah, sedangkan apabila berat yang terlalu ringan akan mengakibatkan produk yang dihasilkan berkualitas jelek yaitu produk yang terlalu tipis, sehingga produk yang dihasilkan mempunyai umur yang singkat di dalam pemakaiannya.

4.5. Jenis-Jenis Kecacatan

Dari karakteristik mutu di atas maka dapat ditentukan jenis-jenis kecacatan yang terjadi:

a. Cacat warna

Cacat warna merupakan cacat yang langsung dapat terlihat oleh mata, dimana warna produk tersebut berubah menjadi putih karena tidak tercampurnya antara pigmen dan bijih plastik yang berwarna putih. Apabila warna pada produk itu tidak rata / sembur dan dianggap layak dijual oleh pihak perusahaan maka produk dijual dengan harga total.

b. Cacat kerowak

Cacat kerowak ini terdapat di sekeliling produk. Cacat ini disebabkan sisa produk yang lengket pada matras tidak segera diambil oleh operator. Cacat kerowak yang terjadi dapat langsung terlihat oleh mata ataupun diraba oleh tangan.

c. Cacat melengkung / mullet

Cacat ini disebabkan karena produk yang keluar dalam keadaan melengkung d. Cacat bergaris

Cacat jenis ini adalah cacat dimana terdapat garis pada produk.

e. Cacat cuil pada proses finishing

(5)

Cacat jenis ini mirip dengan cacat cuil tetapi cacat ini disebabkan akibat proses finishing yang kurang sempurna dari operator pada waktu menghilangkan flash.

f. Cacat kotor pada proses finishing

Cacat ini terjadi karena tangan dari operator yang terkontaminasi dengan bahan-bahan kotor seperti debu, pasir ,dan lain-lain pada waktu proses finishing.

g. Cacat retak

Cacat yang terjadi karena kesalahan pada operator sehingga produk terbentur benda keras dan menyebabkan produk retak.

h. Cacat lubang

Cacat jenis ini juga dikarenakan oleh operator yang kurang terampil ketika mengangkat bagian bawah pada produk.

i. Cacat produk gampang retak

Cacat jenis ini adalah cacat yang terjadi karena pada waktu proses pencampuran operator salah mencampur bahan yang akan dicampur.

4.6. Rancangan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan check sheet yang meliputi waktu produksi, jenis kecacatan, dan jumlah produk yang cacat.

Pengambilan data dilakukan pada shift 1 dengan menggunakan sampel. Dimana diambil sampel sebanyak 10 buah dari produksi yang dilakukan selama setiap setengah jam. Contoh form check sheet dapat dilihat pada lampiran 1.

4.7. Pengambilan Data

Setelah dilakukan pengambilan data awal, maka didapatkan hasil pada lampiran 2.

Dari data pada lampiran 2 maka dapat dirangkum sebagai berikut:

(6)

Tabel 4.1. Data Kecacatan Awal (buah)

Jenis Produk Jenis Cacat Jumlah Cacat Total Produk Cacat

HS-06 Cacat warna

Cacat cuil Cacat garis Cacat kerowak Cacat lubang Cacat mullet

14 9 8 6 3 1

38

509 Cacat warna

Cacat kerowak Cacat garis Cacat lubang Cacat cuil Cacat mullet

14 12 7 7 4 3

41

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pengabdian ini memiliki tujuan: meningkatkan keterampilan peserta dalam hal pemilihan vocabulary yang tepat, penyusunan kalimat yang sopan serta etika berkomunikasi

Jika suatu DMU tidak efisien (efisiensi < 100%), DEA menunjukkan sejumlah DMU yang memiliki efisiensi sempurna (efficiency reference set, efisiensi = 100%) dan

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air, tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki

Persyaratan ini dapat dipenuhi apabila d igunakan tekanan udara (kompresi) yang cukup tinggi, dan bahan bakar harus berkabut dengan halus. Untuk mengkabutkan bahan bakar dengan

Lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 62/Permenhut‐II/2007 ditetapkan bahwa kawasan taman nasional sekurang‐kurangnya terdiri dari zona inti, zona rimba

DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU SELULER IM3 VERSI “IM3 SERU GRATIS GAK ABIS ABIS” (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). Di bawah bimbingan

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana