KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
SYAMSUDDIN 105190114410
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/2014 M
vii
Oleh karena rahmatNya, kemurahanNya, petujukNya, sehingga karya tulis ini atau skripsi ini dapat kami selesaikan sebagaimana harapan kami, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan yang masih perlu perbaikan sebagaimana mestinya.
Salam dan shalawat peneliti haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, karena dengan ajaran beliau sebagai utusan Allah menjadi contoh yang patut di teladani dari segala aspek kehidupan. Nabi yang merombak peradaban jahiliyah menuju peradaban penuh keadaban yang moderen, sehingga sampai saat ini kita tetap konsisten dengan apa yang telah di ajarkan beliau.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahawa dalam menyelesaikan studi maupun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang di berikan oleh berbagai pihak. Olehnya patutlah kiranya penulis bersyukur dan berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orangtua yang tecinta Bapak Baco’ dan Ibu Mangi’ yang senantiasa mencurahkan segala kasih sayangnya mulai masih dalam kandungan sampai saat ini, do’a dan restunya yang tetap abadi sepanjang masa, dan tidak lupa saudara kandung saya Sapari,
viii Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar dan para wakil dekan serta staf yang telah memberikan pelayanan yang baik selama menempuh studi.
4. Amira Mawardi S.Ag M.Si, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.
5. Abd Aziz Muslimin,S.Ag,M.Pd.I. M.Pd dan Dahlan Lama Bawa,S,Ag, M,Ag. Masing-masing pembimbing I dan II yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi peneliti dapat dirampungkan.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik kami sehingga kami dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu dari awal sampai menjelang serjana.
7. Drs. H. Sampe Lemang, M.Pd Kepala sekolah SMA Muhammadiyah Kalosi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan Bapak selaku guru Pendidikan Agama Islam.
8. Kepada seluruh teman-teman di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 terkhusus teman-teman kelas H yang senantiasa
ix
membalas semua bantuan itu dengan pahala yang berlipat ganda dan memberi keselamatan tempat yang baik di akhirat kelak. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin
Makassar,
Penyusun
Syamsuddin___
Nim:
105190114410
x Azis Muslimin dan Dahlan Lama Bawa).
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan, populasi dan sampel maka, untuk mengetahui hal tersebut penulis menggunakan instrument penelitian melalui catatan observasi, pedoman angket, pedoman wawancara dan catatan dukumentasi.
Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah (1) Untuk mengetahui penerapan Contextual Teachin and Learning(CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosib Kabupaten Enrekang.(2) Untuk mengetahui penggunaan Metode contextual teaching and learning(CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.Popula si penelitian ini adalah guru pendidikan agama islam dan siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang yaitu 482 orang, sedangkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah guru dan siswa SMA Muhammadiyah Kalosi kab. Eenrekang, dengan jumlah Sampel 28 orang yaitu 20 % dari Populasi.
Dari pernyataan di atas dapat dianalisa bahwa yang tertinggi siswa menyatakan “ya” urutan kedua yaitu yang menjawab kadang-kadang, selanjutnya dan terakhir yang menjawab tidak perna. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan guru pendidikan agama islam dalam menerapkan metode contextual teaching and leaarning (CTL) baik dari yang di harapkan oleh peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode CTL yang di gunakan guru pendidikan agama islam SMA Muhammadiyah kalosi kabupate n enrekang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya angket yang di bagikan kepada siswa untuk mengetahui bahwa yang mengatakan selalu 80%, menyatakan kadang- kadang 18%, dan yang mengatakan tidak pernah hanya 2%.
xi
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii
HALAMAN PENGESAHAN…………...iv
HALAMAN BERITA ACARA...v
HALAMAN PRAKATA...vi
HALAMAN ABSTRAK……...x
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...5
D. Manfaat Penelitian...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9
A. Pembelajaran contextual teaching and learning(CTL)...9
1. Pengertian pembelajaran ( CTL )...9
2. Pendekatan pembelajaran ( CTL )...10
3. Prinsip pembelajaran ( CTL )...11
4. Komponen pembelajaran ( CTL )...13
xii
1. Pengertian Hasil Belajar...19
2. Peningkatan Hasil Belajar...20
C. Pendidikan Agama Islam...21
1. Pengertian Pendidikan...21
2. Dasar Pendidikan Islam...25
3. Tujuan Pendidikan Islam...27
4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Agama Islam...30
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam...37
BAB III METODE PENELITIAN...41
A. Jenis Penelitian...41
B. Lokasi dan Objek Penelitian...41
C. Variabel Penelitian...42
D. Defenisi Operasional Variabel...42
E. Populasi dan Sampel...43
F. Instrumen Penelitian...47
G. Teknik Pengumpulan Data...49
H. Teknik Analisis Data...49
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...51
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian...51
xiii
Muhammadiya Kalosi Kabupaten Enrekang...61
D. Faktor pendukung dan penghambat dari penggunaan metode contextual teaching and learning ( CTL ) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang...62
BAB V PENUTUP...64
A. KESIMPULAN ...64
B. SARAN...65
DAFTAR PUSTAKA...66 LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiv
TABEL II Keadaan sarana dan prasarana...53 TABEL III Keadaan guru dan Pegawai...54 TABEL IV Jawaban siswa tentang penerapan metode CTL dalam
meningkatkan Hasil Belajar pendidikan agama islam...56 TABEL V Jawaban siswa tentang guru PAI mengintruksikan mengamati
bahan pelajaran yang akan di ajarkan pada metode CTL...57 TABEL VI Jawaban siswa tentang guru memberi kesempatan untuk
mendiskusikan bahan pelajaran pada metode CTL...58 TABEL VII Jawaban siswa tentang metode CTL dapat meningkatkan
kreativitas dalam belajar...59 TABEL VIII Jawaban siswa tentang metode CTL dapat memberikan motivasi
belajar PAI...59 TABEL IX Jawaban siswa tentang metode CTL dapat memberikan
kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas...60 TABEL X Jawaban siswa tentang penggunaan metode CTL dalam
meningkatkan hasil belajar PAI...61
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara( UUD No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional ). “Pendidikan mencangkup kegiatan mendidik, mengajar, melatih sebagai usaha untuk mentrasformasikan nilai-nilai di samping untuk membentuk kepribadian anak”.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesutu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas berpusat pada mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, dan membant
1
perkembangan aspek- aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswaa harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
Dalam pembelajaran selama ini, hampir semua mata pelajaran diajarkan dengan pembelajaran mayoritas berupa direct instructional yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh aspek pembelajaran dan siswa diperlakukan sebagai obyek yang pasif yang kerjanya hanya menerima pembelajaran dalam bentuk teori semata dan menghafal. Akibatnya, siswa mudah lupa dan malas sebab pembelajaran terkesan membosankan.
Pendidikan Agama, berbeda dari subyek pelajaran yang lain yang lebih menekankan pada penugasan berbagai aspek pendidikan Pendidikan Ag ama tidak hanya sekedar mengajarkan agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini beratri bahwa Pendidikan Agama memerlukan pendekatan pengajaran yang berbeda dari pendekatan subyek pelajaran lain.Karena di samping mencapai penugasan juga menanamkan komitmen, maka metode yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama harus mendapat perhatian yang seksama dari
pendidik agama karena memiliki pengaruh yang sangat berarti atas keberhasilannya. Metode tidak hanya berpengaruh pada peningkatan penugasan materi tentang ajaran agama, tetapi juga penanaman komitmen beragama, karena yang terakhir ini lebih ditentukan oleh proses pengajarannya dari pada materinya.
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu di pahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakekat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa sedia mengabdi kepada Allah SWT.
Seperti halnya metode pembelajaran pendidikan agama Islam saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang agama Islam“. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pendidikan agama Islam cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang harus dijunjung dalam keseharian. Yang jadi pertanyaan adalah metode pengajaran yang bagaimanakah yang susai untuk meningkatkan penguasaan peserta didik akan ajaran agama yang dipelajari serta menanamkan komitmen terhadap agamanya?.
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari pendidikan agama Islam yang kondusif dengan suasana yang cenderung reaktif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya, yang tentunya berefek pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah pendekatan atau penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu metode pembelajaran contextual teaching and learning (CTL).
Dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa metode contextual teaching and learning (CTL) merupakan metode belajar yang membantu semua guru memperaktikkan dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa dan menuntut siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Belajar akan bermakna, jika anak mengalami secara langsung apa yang di pelajarinya bukan mengetahuinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penelitian,dengan judul
Penerapan contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan metode contextual teaching and learning(CTL) dal am meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam SMA Muhammadi yah Kalosi Kabupaten Enrekang ?
2. Apakah metode contextual teaching and learning (CTL)dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang ?
3. Faktor apa yang menghambat dan mendukung dari penggunaan contextual teacing and learning ( CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang ?
C. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana metode penerapan contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammdiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui Hasil dari penerapan metode contextual teaching and learning (CTL) siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari penggunaan contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajara pendidikan agama Islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
D. Mafaat penelitian
Manfaat dari penelitian tentang penerapan contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang Tahun ajaran 2013- 2014 adalah kegiatan penelitian dapat di bagi dalam suatu sifat yaitu kegiatan yang bersifat teoritis artinya kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan secara teori dan kegiatan yang bersifat praktis artinya untuk memecahkan masalah yang sedang di hadapi.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti bagi pengembangan pendidikan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Untuk mengetahui secara nyata tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap mata pelajaran pendidikan agama islam.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memiliki model pembelajaran yang efektif, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga guru dalam peran proses pembelajaran lebih kreatif,serta mampuh bersosialisasi dan berinteraksi terjalin dengan baik antara guru dan peserta guru (siswa).
a. Bagi Siswa.
Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat di pecahkan secara bersama melalui model pembelajaran yang di gunakan.
b. Bagi Sekolah.
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran, khususnya pada model pembelajaran ( CTL ) pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
c. Penulis .
Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam menyusun karya ilmiah secara sistematik, serta lebih faham tentang model pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam pembelajaran.
Serta kedepannya dapat di pahami tentang model yang di pergunak an dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan efesien. Selanjutnya, dapat menjadi bahan perbandingan dan referensi khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran contextual teaching end learning (CTL)
1. Pengertian pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Jendral Pendidikan Pertama diselenggarakan bahwa :
Pembelajaran contextual teaching and learning ( CTL ) adalah merupak an konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga masyarakat.
Menurut Elaine B. Johnson ( 2008 : 14 ) contextual teaching and learning “menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasikkan dan bermakna”
yang di terjemahkan oleh Ibnu Setiawan :
Pembelajaran contextual teaching and learning ( CTL ) adalah sebuah sistem belajar yang di dasarkan pada filosofi bahwa siswa mampuh menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informsi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Paparan pengertian pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) di atas dapat di perjelas :
Pertama, pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi artinya proses belajar berorentasi pada proses pengalaman secara langsung
9
Kedua,pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) mendorong menemukan hubungan antara materi yang di pelajari dengan situasi kehidupa n nyata,artinya siswa di tuntut untuk dapat menangkap hubungan antara penga laman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat.
Ketiga,pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk dapat menera pkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kompetensi tidak hanya meng harapkan siswa dapat memahami materi yang di pelajarinya,akan tetapi bagai mana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari- hari.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan baha pembelajaran contextual teaching and learning ( CTL) adalah merupakan kegiatan pembelajaran yang mengaitkan dunia nyata peserta didik dengan mata pelajaran, sehingga peserta didik mampu menarik sebuah makna di mana makna tersebut terlahir dari pengalaman ( bukan makna dari sebuah dunia abstrak yang di konstruksi oleh peserta didik.
2. Pendekatan pembelajaran Contextual teaching and learning ( CTL ).
Pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) yaitu pendekatan pembelajaran contextual mendasarkan daripada kece nderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
a.Proses belajar.
Proses belajar sangat berpengaruh kepada hasil belajar seorang
siswa,maka dari itu proses belajar harus benar-benar di perhatikan.
b.Proses Transfer Belajar
Transfer belajar harus sesuai dengan materi yang di ajarkan karena pada dasarnya seorang siswa hanya menerima apa yang di sampaikan guru dan siswa harus mengalami sendiri dari prosesnya secara langsung.
c.Siswa sebagai pembelajar
Sebagai seorang pembelajar, siswa harus di berikan rangsangan agar bisa belajar mandiri.
3. Prinsip pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
Menurut Elaine B. Johnson ( 2012 : 69) contextual teaching and learning
“menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna”
bahwa ada beberapa prinsip dalam Pembelajaran contextual teaching and learning ( CTL ) yaitu :
1) Prinsip kesaling bergantungan
Menurut para ilmuan moderen,segala sesuatu di alam mesesta saling bergantung dan saling berhubugan. Dengan demikian segalahnya ,baik manusia,maupun bukan manusia, benda hidup dan tidak hidup,terhubung satu dengan yang lainnya.
2) Prinsip kesaling bergantungan dan CTL
Dalam pembelajaran contextual mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik yang lainnya,
dengan siswa siswa mereka,dengan masyarakat dan dengan Prinsip itu meminta mereka ( Guru dan Murid ) membangun hubungan dala m semua mereka lakukan prinsip ini menjelaskan bahwa sekolah me rupakan sebuah sistem kehidupan, dan bahwa bagian bagian dari si stem itu para siswa,para guru,koki,tukang kebun,tukang sapu, pega wai administrasi,sekretaris,sopir bus,orang tua dan teman teman ma syarakat berada di dalam sebua jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar.
3) Kata diferensasi merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tak terbatas, pe rbedaan dan keunikan.Prinsip diferensiasi menyumbangkan
kretivitas indah yang berdetak di seluruh alam semesta,dan hal itu menjelaskan kecenderungan dari tiap tiap intitas yang berbeda untu k bekerja sama dalam bentuk yang di sebut simbiosis.
Dengan demikia,prinsip ini mengajak para pendidk untuk melihat sekolah,kelas,keberagaman siswa dalam kepribadinannya.s ebagai entitas kerjasama. “Sikap pemahaman terhadap siswa secara menyeluruh harus di miliki oleh seorang guru, baik sisi kehid upan rumah siswa,adatnya,kondisi ekonominya entitas yang akan melahirkan kreativitas indah dalam kata”, gaya belajarnya.dan minatnya sikap ini tentu akan melahirkan penyatuan emosional antara guru dan peserta didik.
4) Prinsip Pengaturan Diri.
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa setiap entitas terpisa di alam semesta memiliki sebuah potensi bawaan,suatu kewaspadaan atau kesadaran yang menjadikannya sangat berbeda. Hal ini menun jukkan bahwa tiap manusia memiliki potensi yang berbeda yang tuhan tiupkan ke dalam diri manusia, dan dengn potensi yang berbeda tersebut melahirkan pola sikap atau karakter yang berbeda dengan manusia yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip pengat ura diri meminta para pendidik untuk memdorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Agar seorang siswa mampu me ncapai keunggulan akademik,memperoleh keterampilan karier, serta terjadinya pengembangan karakter yang di lakukan dengan cara me nghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan pribadi siswa.
Berdasarkan poin di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa contextual teaching and learning (CTL) adalah proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang di peroleh di sekolah yang berkaitan dengan pengetahuan siswa.
1. Komponen Pembelajaran Teaching and learning ( CTL) Adapun komponen proses pembelajaran kontektual yaitu :
a. Kontstruktivisme.
Kontstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahua n baru dalam struktur kongnitif siswa berdasarkan pengalaman. Kontstruktivis me memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikontruk si dalam diri sendiri.karena pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi ba han pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut.
b. Inkuri
Udin Saefudin Sa’ud (2008 : 162) inovasi Pendidikan.Menjelaskan bahwa:
Inkuiri merupakan proses pembelaaran berdasarkan pada pencarian dan pene muan melalui proses berfikir secara sistematis dalam model inkuiri dapat di lak ukan beberapa langka sistematis yaitu :
1. Merumuskan masalah 2. Mengajukan hipotesis 3. Mengumpulkan data
4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang di kumpulkan 5. Membuat kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam asas siswa di dorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah telah di pahami dengan jelas,selanjutnya siswa mengajukan jawaban sementara(hipotesis).Hip otesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam mengumpulkan data. Bilan terkumpul maka di tuntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan bertanya.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin-tahuan setiap individu. Dalam proses pembelajaran contextual,guru tidak banyak meny ampaikan impormasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa menemuk an sendiri. Oleh karena itu,melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang di pelajari.
c. Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran contextual menyaranka n agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Kerjasa itu dapat di lakukan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk kelompok belajar yang di bentuk secara fornal maupun dalam lingkungan secara ilmia.
Dari penjelasan tersebut penulis berkesimpulan bahwa masyarakat belajar mendorong siswa untuk selalu bekerjasama, bergotong royong, dan sekaligus memberikan pemahaman tentang arti sebuah kebersamaan.
d. Pemodelan
Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat di tiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, tetapi dapat juga guru memanfaatkan
siswa yang memiliki kemampuan. Dalam pembelajaran contextual asa modeli cukup penting, sebab melalui modeling siswa yang dapat terhindar dari pembel ajaran yang teoritis abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme.
e. Refeksi
Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah di pelajari yang di lakukan dengan cara mengurutkan kembali keadilan atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam proses pembelajaran contextual, setiap berakhir proses pembelaj aran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengigat kembali apa yang telah di pelajarinya. Siswa di biarkan secara b ebas menafsirkan pengalamannya sendiri sehingga siswa tersebut dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
f. Penilaian nyata.
Penilaian nyata merupakan proses yang di lakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang di lakukan siswa. Penilaian ini di perlukan untuk mengetahui apakah siswa belajar ataun tidak, apakah pengalaman siswa memiliki pengaruh positif terhad perke mbangan intelektual maupun mental siswa.
5. Model pembelajaran contextual teaching and learning( CTL )
Berdasarkan prinsip dan asas pembelajaran contextual, Udin Saefuddin Sa’ud (2008: 170) merumuskan model pembelajaran contextual yang meliputi beberapa tahap yaitu :
a. Tahap invitasi
Pada tahap ini siswa di dorong agar mengemukakan pengetahuan awa lnya tentang konsep yang di bahas. Bila di perlukan guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa di beri kesempatan untuk mengomunikasikan, mengikut-sertakan pemahamannya tentang konsep terseut.
b. Tahap eksplorasi.
Siswa di beri kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dala m sebua kegiatan yang telah di rancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang di bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingin tahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
c. Tahap penjelasan dan solusi.
Tahap penjelasan dan solusi,saat siswa memberikan penjelasan penjela san solusi yang di dasarkan pada hasil observasinya di tambah dengan pengu atan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan,membuat model, memb uat rangkuman dan ringkasan.
d. Tahap pengambilan tindakan.
Pada sekmen ini, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan peng etahuan dan ketermpilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan
pertanyaan lanjutan,mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. tahapan pembelajaran tersebut dapat di lihat pada diagram berikut :
6 Kelebihan dan kekurangaan pembelajaran contextual teaching and learninhg (CTL)
A. Kelebihan
a. Pembelajaran lebih bermakna dan ril. Artinya siswa di tuntut untuk dapat hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang di temukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang di pelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah di lupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampuh menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstuktivisme di mana seorang siswa di tuntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa di harapkan belajar melalui “mengalami”bukan ”menghafal.
B. Kelemahan/kekurangan
a.Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah kelas sebagai sebua tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahun dari keterampilan yang baru bagi siswa di pandang sebagai individu yang sedang berkembang kemampuan belajar seseorang akan di pengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pengeluasan pengalaman yang di milikinya. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa”yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam contextual ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang di terapkan semula.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Dalam kamus besar bahasa indonesia, Depdikbud (1995: 343 ) dikemukakan bahwa hasil adalah sesuatu yang di adakan (dibuat,dijadikan,dsb )oleh usaha. Dan pada buku yang sama, Depdikbud(1995: 14 )mengemukakan
bahwa, kata belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang di berikan kepada orang supaya di ketahui (dituruti). Belajar berarti berusaha memperoleh ilmu.
Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri pelajar ssetela melalui proses pembelajaran, pengamatan, berfikir asosiatif, berfikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apreisasi dan tingkah laku afektif.
Sehubugan dengan itu, Sumiati dan Asra ( 2008:38 ) mengemukakan bahwa :
Secara umum belajar dapat di artikan sebagai proses perubahan perilak u,akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku a dalah hasil belajar. Artinya seorang di katakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.Berdasarka n pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah bahwa adanya perubahan kemampuan yang di miliki oleh seorang setelah proses pembelajaran.
2. Peningkatan Hasil Belajar.
Hasil belajar yang tinggi merupakan harapan setiap guru dan juga siswa. Untuk itu, segala upaya dilakukan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, depdikbud. 1995: 1060.di kemukakan bahwa peningkatan berasal dari tingkat yang artinya susunan yang berlapis-lapis. Peningkatan sendiri di artikan proses, perbuatan,cara meningkatkan.
Dengan demikian, peningkatan hasil belajar dapat di artikan sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan yang di miliki oleh siswa setelah proses pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat di upayakan dengan meningkatkan kinerja guru terutama cara mengajarnya. Sehubungan dengan itu, Weden, Winter dan brodfoot.dalam Rashyid,
Harun dan Mansyur. ( 2008: 97 ) mengemukakan bahwa “hasil belajar siswa dapat di tingkatkan jika guru menyusun rencana secara cermat, memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, percaya pada para siswanya, dan melibatkan siswa dalam proses penilaiaan”
Berdasarkan pendapat tersebut. Di ketahui bahwa guru sangat berperan penting dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa namun demikian, faktor faktor lain seperti intelegensi. Keluarga, lingkungan,sarana dan prasarana tidak boleh di abaikan.
C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan
Sebelum membahas terlebih jauh tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka terlebih dahulu peneliti akan memaparkan beb erapa pengertian pendidikan baik dari segi bahasa maupun istilah.
a. Menurut Bahasa
Dari segi bahasa, kata pendidikan berasal dari Arab, sebagaimana yang di kemukakan oleh Darajat (2009: 25) bahwa :
Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba.Kata pengajaran dala m bahasa arabnya adalah ta’lim dengan kata kerjanya rabba. Kata peng ajaran dalam bahasa arabnya adalah ta’lim dengan kata kerjanya allam.
pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya tarbiyah wa ta’lim se dangkan pendidikan islam dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah islami yah.
Sejalan dengan pendapat tersebut Khaeruddin (2004: 3)mengemukakan bahwa :
kata yang di gunakan untuk menunjuk kepada arti pendidikan dalam perspektif pendidikan islam adalah al tarbiyah. Al ta’lim,dan al ta’
dib. Masing masing kata ini mempunyai makna yang berbeda sesuai de ngan teks dan konteksnya. Walaupun dalam hal tertentu memiliki kesam aan makna.
Kata tarbiyah berasal dari kata kerja rabba ( mendidik )’kata tarbiyah lebih menekankan pada mengasuh atau menanggung memberi makn a, memelihara, dan menjadikan bertambah dalam pertumbuhan.Sedangkan kata al ta’lim dengan kata kerjanya allama artinya memberi pengetahuan dan al ta’dib berarti pendidikan dengan kata kerja addaba ( mendidik ). Sehubunga n dengan itu Khaeruddin ( 2004: 34 ) menjelaskan bahwa :
istilah yang paling tepat di gunakan untuk menggambarkan secara utuh tentang konsep pendidikan islam adalah al ta’dib dengan alasan bahwa pada hakekatnya pendidikan islam itu tidak lain adalah menanamkan adab serta peri laku sopan santun kepada setiap pribadi muslim yang pada akhirnya akan menumbuh kembangkan peradaban islam.Di sampi ng itu, penggunaan term al tarbiyah mengandung pengertian yang luas,
yakni mencangkup pendidikan untuk hewan, sedangkan term al ta’dib sasarannya hanya untuk manusia saja.
Tim penyusun Kamus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.Depdikbu d(1995: 232) mengemukakan bahwa “pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”
b. Menurut Istilah
Untuk mengetahui pengertian pendidikan menurut istilah, berikut ini di sajikan beberapa defenisi menurut undang-undang dan para ahli.
Menurut Undang-Undang no.20 Tahun 2003 bab 1 pasal dalam Depak RI ( 2006: 5) di kemukakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti f mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keag amaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya Kingsley dalam Widodo (2008: 16). “pendidikan adalah proses yang menyalurkan kekayaan budaya non fisik, terpelihara atau di kembangkan dan mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa”.
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Ahmad D marimbah dalam Nata (2003: 11) yang mengemukakan bahwa:
Pendididkan adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkemba ngan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan an meng embangkan nilai nilai bagi anak didik Sehingga nilai nilai yang terkandun g dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.
Jadi, menurut penelitian pendidikan adalah proses pengubahan sikap ya ng di lakukan secara sadar, sehingga anak menjadi pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat. Uraian di atas memberi pengertian pendidikan secara umum. Untuk itu, berikut di sajikan defenisi Pendidikan Agama Islam.
Aly dan Munzier (2008: 55) mengemukakan bahwa:
Dalam pandangan islam pendidikan merupakan proses yang suci untuk menunjukkan tujuan asasi hidup, yaitu beribada kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibada dalam Islam dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya dan hidup beriman sebagai tujuannya.
Selanjutnya H.M Arifin dalam Nata (2003:12) dengan mengutip rumusan dari hasil seminar pendidikan Islam se Indonesia di Cipayung Bogor, menyatakan bahwa pendidikan adalah :
Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmnai menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, meng asuh dan menguasai berlakunya semua ajaran islam “istilah membimbin g. Mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih, menga ndung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang di tetapkan,yaitu menanam kan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran,sehingga terbentuk nya manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Arifin (2003: 7) mengemukakan bahwa pendidikan adalah Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupannya.
Allah SWT berfirman dalam Alqur’an surah Ar-Ra’du (13); 19 Sebagai berikut :
Terjemahnya :
Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah orang orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajar an.(kementrian agama,2003: 19 )
Berdasarkan ayat tersebut, peneliti memahami bahwa Allah memberi petunjuk kepada manusia mempergunakakn akalnya untuk dapat mengambil pelajaran dari semua hasil yang di ciptakannya.
Dan hal itu dapat dilakukan melalui proses pendidikan baik secara formal, informal maupun non formal.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran dengan berpedoman kepada ajaran Islam sehingga cercipta manusia yang cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan takwa.
2. Dasar Pendidikan Islam
a. Alqur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SWT. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat di kembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ajtihad medudukan Alqur’an sebagai dasar dan sumber utama pendidikan Islam dapat di pahami dari firman Allah, Alqur’an surah As-Shad (38) : 29.
Terjemahnya:
ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.( Kementrian agama, 2008 : 29 )
b. Hadist
Seperti halnya Alqur’an, hadist juga berisi tentang akidah, syaria’at dan petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam segi aspek kehidupannya untuk membina umat menjadi manusia yang paripurna. Untuk itu hadist menjadi dasar yang ke dua bagi pendidik Islam.
c. Ijtihad
Ijtihad merupakan para Fukada, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang di miliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan/mene ntukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum di tegaskan hukumnya oleh Alqur’an dan sunnah. Hasil pemikiran para mujtahid dapat di jadikan sebagai dasar pendidikan Islam, terlebih lagi jika hasil ijtihad itu telah menjadi konsensus umum (ijma) yang tentu saja eksistensinya lebih kuat.
Ijtihad dalam pendidikan islam di pandang sangat penting seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya yang berdampak pada aspek pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam upaya merumuskan hakikat pendidikan Islam, maka para ahli harus mengembangkan pendidikan islam dan menyesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Dengan hal tersebut, maka pendidikan Islam tidak lagi terjebak terhadap pemikiran kaum orientalis dan sekuler.
3. Tujuan Pendidikan Islam
tujuannya ialah suatu yang di harapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupan bentuk dari keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenan dengan seluruh aspek kehidupannya.Ada beberapa tujuan pendidikan:
1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk
insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingakat tersebut.
Tujuan umum pendidikan Islam harus di kaitkan dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan islam itu di laksanakan dan harus di kaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggara kan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat tercapai kecuali setelah melalui proses pengajaran,pengalaman, pemiasaan, penghayatan dan
keyakinan akan kebenarannya. Tahapan-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah, madrasah), di rumuskan dalam tujuan kurikuler yang selanjutnya di kembangkan dalam tujuan intruksional.
2. Tujuan Akhir.
Setiap pekerjaan memiliki tujuan yang ingin di capai, begitu pula dalam pengajaran pendidikan Islam dalam hal ini, Darajat (2001:72), mengemukakan bahwa “ tujuan artinya sesuatu yang di tujuh, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Hal ini berarti suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya suda tercapai”.
Sehubungan dengan tujuan Pendidikan Islam dalam Alqur’an Surah Al Imran (3) : 102 di jelaskan bahwa tujuan akhir manusia adalah takwa kepada Allah swt.
.
. Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar- benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.( Kementrian agama, 2003: 102 ) Keimanan manusia dapat bertambah dengan membaca Alqur’an dan alam serta seluruh ciptaan Allah, dan hanya orang-orang yang berakallah yang mengetahui tanda-tanda dari semua itu. Untuk itu, seorang muslim harus selalu menimbah ilmu baik melalui jenjang pendidikan formal, informal, maupu n nonformal, untuk menjaga keimanannya agar tidak tergoyah ataupun terpeng aruh oleh ajaran-ajaran yang menyalahi ajaran Islam.
Rafid (2004: 68) menjelaskan bahwa :
Tujuan pendidikan islam merupakan perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya.
Selanjutnya Darajat (2001 : 72) mengemukakan bahwa “tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian Muslim,yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya di jiwai oleh ajaram islam”
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan di capai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang di rencanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan intruksional yang
di kembangkan menjadi tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat di anggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, se kuran-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujun pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran paling kecil . Semakin tinggi tingkat pendi dikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidika n tingkat permulaan, bentuk lingkarannya harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu.
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Satu unit kegiatan dengan bahan-bahan yang sudah di persiapkan dan di perkirakan akan mencapai tujuan tertentu di sebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut juga tujuan intruksional yang selanjutnya yang di kembangkan menjadi tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus (TIU dan TIK ). Tujuan intruksional ini merupakan tujuan pembelajaran yang di rencanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
Jadi, tujuan pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya pribadi muslim yang cerdas, menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertakwa.
4. Prinsip- Prinsip Pendidikan Agama Islam
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia , masyarakat, pengetahuan, dan akhlak secara jelas tercermin dalam prinsip- prinsip pendidikian islam. Dalam pembelajaran, pendidikan merupakan fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidikan perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Integral dan seimbang a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya harus terinteraksi secara harmonis. Dalam ajaran islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelolah dan melestarikannya. Hukum- hukum mengenai alam fisik di sebut sunatullah, sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah di tentukan pulah dalam ajaran Agama yang di sebut dinullah yang mencangkup akidah dan syariah.
Dalam ayat al-Qur’an yang pertama kali di turunkan, Allah memerintahkan agar manusia untuk membaca yaitu dalam QS
( Al Alaq ayat 1-5.)
Terjemahnya :
bacalah dengan(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.( Kementrian agama, 2003: 30 )
Dan di tempat lain di temukan ayat yang menafsirkan membaca tersebut, bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu seperti dalam firman Allah( QS,Al-ankabut : 45)
Terjemahnya :
bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat- ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(
Kementrian agama, 2003: 45 )
Di sini Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus di baca. Ia merupakan Ayat yang di turunkan Allah ( ayat tanziliyah, qur’aniyah)selain itu,Allah memerintahkan agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam( ayat kauniyah, sunatullah),antara lain “katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”
(QS,Yunus:103)
Terjemahnya :
kemudian Kami selamatkan Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, Demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.( Kementrian agama, 2003: 103 )
Dari ayat-ayat di atas dapat di pahami bahwa Allah memerintahkan bahwa manusia membaca Al-Qur’an ( ayat-ayat quraniyah )dan fenomena alam( ayat kauniyah )tanpa memberikan tekanan terhadap salah satu jenis ayat yang di maksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan alam harus di laksanakan secara terpadu( integral).
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu. Implikasinya pendidikan harus senantiasa di arahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan firman Allah SWT ( QS-Qashas:77)
Terjemahnya:
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.( Kementrian agama, 2003: 77)
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran, pendidik harus memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang releven, selain mentransver Ilmu pengetahuan,pendidik perlu mengkondisikan
secara bijak dan profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di dalam maupun di luar kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-kaliq, dan rabb Al- amin( pemelihara semesta alam ). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia. Allah menampakkan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian di kenal sebagai aturan- aturan yang di terapkan Allah atau di sebut sunnatullah.
Sebagai Al-kailani yang di kutip oleh Bukhori Umar dalam bukunya menjelaskan, bahwa peran manusia dalam pendidikan secara telogis di mungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan di jadikan sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan pertimbangan tersebut dapat di katakan bahwa karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis di kuasakan atau di wakilkan kepda manusia. Dengan kata lain, Pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusiah,sejak dari proses penciptaan sampai dewasa dan sempurna
3. Prinsip Membentuk Manusia yang seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar dan telah terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia
dalam pendidikan sekuler di serahkan pada orang-orang tertentu dalam masyarakat atau pada seorang individual karena kekuasaannya, yang berarti di serahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok orang semesta.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang di miliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan demikia fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur- unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spritual secara simultan.
4. Prinsip selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggarakan pendidikian Agama.
Namun, Agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai sumber moral nilai.
Sesuai dengan ajaran islam pula, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik( amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran Agama dan Islam tidak selalu dalam pengertian ( ilmu Agama) formal, tetapi dalam
pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering di kategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Menjaga perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seseorang manusia dengan orang lain terdapat dalam Al-Qur’an hadist (QS,Ar-Rum : 22).
Terjemahnya :
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang mengetahui.( Kementrian agama, 2003: 22 )
Perbedaan-perbedaan yang di miliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaannya masing -masing.
6. Prinsip pendidikan Islam adalah Dinamis.
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikilum dan metode-metodenya,tetapi berupaya untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Islam Seyogyakarta mampu memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman, tempat dan tuntunan perkembangan dan
perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip Pendidikan Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup sebagai salah satu aspek Pendidikan Islam mencangkup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesambungan dalam berbagai bidang atau lapangan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, ia selalu berubah-ubah menurut waktu dan zaman yang berbeda.
Menurut M. Arifin( 2006 :17 )bahwa Ruang lingkup Pendidikan Islam meliputi :
1. Lapangan hidup keagamaan, agar pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran islam.
2. Lapangan hidup keluarga, agar manusia berkembang menjadi manusia yang sejahtera.
3. Lapangan hidup ekonomi, agar manusia dapat berkembang dan terlibat dalam sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia itu sendiri.
4. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar supaya terbina masyarakat adil dan makmur, aman dan tentram di bawa naungan ampunan dari ridha Allah Swt.
5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
6. Lapangan hidup seni budaya, agar dapat menjadikan hidup ini penuh dengan keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dan nilai moral agama.
7. Lapangan hidup Ilmu pengetahuan, agar manusia selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraanhidup yang terkontrol oleh nilai-niali keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt .
Berdasarkan beberapa poin di atas maka jelaslah yang menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah yang mencangkup seluruh aspek
kehidupan Manusia di dunia agar manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat untuk beramal yang hasilnya akan di peroleh di akhirat nanti. Dengan demikian pembentukan sikap yang di warnai dengan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia bisa efektif bila hal tersebut di sertai dengan proses pendidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah dan norma-norma ajaran Islam.
Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang di ajukan oleh Allah Swt. lewat proses pendidikan demikian. Individu di bentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan berhasil mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan Agama Islam berusaha membentuk pribadi yang berdasarkan ajaran-ajaran Agama Islam sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai Agama.
Ahmad D. Marimba ( 2006: 23) mengemukakan bahwa :
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani be rdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dalam proses Pendidikan Islam berusaha mencapai tiga tujuan yaitu tujuan individual,sosial dan tujuan profesional. Ketiga tujuan itu terasa terpadu dan terarah di usahakan agar tercapai dalam proses pendiidkian Islam.
Dengan tujuan ini pula jelas kemana Pendidikan Islam. Di arahkan.
Pendidikan Islam berdasarkan tujuan di atas, pertama-tama berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam perlu di kembangkan strategi pendekatannya juga dengan tujuan memandirikan pendekatan-pendekatan situasional jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang sebab Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat menghadapi dan menjawab bentuk kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi. Karena itu hubungan usaha Pendidikan Agama Islam dengan kehidupan dan tantangan itu haruslah merupakan hubungan yang srinsipil dan hubungan incidental dan tidak menyeluruh dengan kata lain di perlukan pendekatan intelegensi terhadap kependidikan masa depan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup Pendididikan Agama Islam meliputi keseluruhan ajaran Agama Islam yang terpadu dalam aspek Aqidah/ibadah dan muamalat yang implikasinya mempengaruhi proses berfikir merasa dan berbuat serta dalam hal pembentukan pribadi yang termanesfitasi dalam akhlakul karimah sebagai wujud muslim yang pari purna.
BAB III
Metode penelitian A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey lapangan dengan pendekatan kualitatif dan di analisis secara dekskriftif yang berusaha meneliti bagaimana penerapan contextual teaching and bearning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar di SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
Burhan Bungin ( 2007:6 )
Dalam tradisi penelitin kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif,karena seb elum hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu penget ahuan, tahap penelitian kualitataif melampaui berbagai tahap berfikir kriti s ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yai tu menangkap berbagai fakta atau fenomena fenomena sosial, melalui p engamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian ber upaya melakuakn teorisasi berdasarkan apa yang di amati itu.
B. Lokasi dan Obyek Penelitian
Peneliti ini mengambil sekolah SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Guru dan siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang.
C. Variabel Penelitian
Arikunto (1998:99) mengemukakan bahwa “variabel objek penelitian, ata u apa yang menjadi titk perhatian suatu penelitian” terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat di ketahui bahwa yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Penerapan contextual teaching and learning (CTL) sebagai variabel bebas (x) dan meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam sebagai variabel terikat (y).
D. Devenisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan dalam memahami maksud yang terkandung dan menghindari penafsiran yang keliru, maka akan di kemukakan pengertian dari setiap variabel yang ada dalam judul.
1. contextual teaching and learning (CTL) adalah merupakan kegiatan pembelajaran yang mengaitkan dunia nyata peserta didik dengan mata pelajaran, sehingga peserta didik mampu menarik sebuah
41
makna di mana makna tersebut terlahir dari pengalaman ( bukan makna dari sebuah dunia abstrak yang di konstruksi oleh peserta didik ).
2. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah merupakan yang terjadi dalam diri pelajar setelah melalui proses pembelajaran yang di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
3. Pendidikan Agama Islam Adalah suatu mata pelajaran dengan berpedoman kepada ajaran Islam sehingga terbentuk manusia yang cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan takwa.
Jadi yang di maksud dengan penerapan contextual teaching and learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belaja pendidikan agama islam ini adalah kegiatan pembelajaran yang mengaitkan dunia nyata peserta didik dengan mata pelajaran setelah melalui proses pembelajaran dengan berpedoman kepada ajaran Islam sehingga terbentuk manusia yang cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Penelitian populasi maupun penelitian sampel. Kegiatan penelitian pada dasarnya bertujuan untuk mengelolah data yang otentik di lapangan. Penelitian