• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT PADA MATA PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT PADA MATA PELAJARAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

RACHMADES ALI 10540 8151 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016

(2)

i

ِﮫْﯿَﻠَﻋ َن ﺎَﻛ ًﺔَﺌﱢﯿَﺳ ًﺔﱠﻨُﺳ َم َﻼْﺳِءﻻْا ِﻰﻓ ﱠﻦَﺳ ْﻦَﻣَو ٌء ْﻲَﺷ ْﻢِھِر ْﻮُﺟُأ ْﻦِﻣ َﺺُﻘْﻨَﯾ ْنَأ ﺎَھُرْزِو ٌء ْﻲَﺷ ْﻢِھِراَزْوَأ ْﻦِﻣ َﺺُﻘْﻨَﯾ ْنَأِﺮْﯿَﻏ ْﻦِﻣ ِهِﺪْﻌَﺑ ْﻦِﻣ ﺎَﮭِﺑ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣُرْزِوَو

“Barang siapa yang melakukan perbuatan baik, ia akan mendapatkan pahala (dalam perbuatan itu)dan pahala orang yang menirunya tidak di kurangi pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa yang melakukan perbuatan yang jelek, ia akan menanggung dosa dan orang-orang yang menirunya dengan tidak di kurangi dosanya sedikitpun” (HR.imam muslim)

“ Jagalah shalatmu, ketika kau kehilangannya, maka kau akan kehilangan segalanya”.

(Sayyidina Umar bin Khattab)

Dengan Segala Kerendahan Hati

Kupersembahkan karya ini kepada Almamaterku serta

Kedua orang tuaku tercinta, saudaraku, keluarga, semua

guru, dosen, aktivis dan teman-temanku semua, serta buat

bangsaku, Indonesia

(3)

NamaMatrasiswa

NIM

Jurusan Fakultas

Dengan Judul

- ryuuru

sekolah Dasar

sI

-du"

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

-{**trry*, Bertanya Dasar

dengan

ffi g;p*" *ata

Pelaj aran PKn

-|qA;-i#t

.LamEengr Iiecamatan parlangga

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini dinyatakan telah layak untuk diujikan di hadapan Tim

&rguji

skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas MuhammadiyahMak*ssar.

Makassar,

Agustus 2016 Disetujui Oleh:

tu NBM. 858 625

FKIP

Mengetahui,

(4)

MAKASSAR

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama RACHMADES ALr, NIM 10540 5g0l lzditerima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi berdasarkan surat keputusan Rektor universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 086/Tahun 1437 rl/2a16 M, tangg al20 Dzulqaidah 1437 H/23Agustus 2016

M'

sebagai salah satu syarat guna rnemperoleh gelar sarjana pendidikan pada 'Iurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2016.

Makassar, 28 Dzulqaidah 1437 H

3i

Agusrus

2016lt

3.

4.

Panitia Ujian :

l.

Pengawas Umum : Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM.

2.

Ketua : Dr. H. Andi Sukri Syarnsuri, M.Hum. f.

:.

t.../...'r..r...y

Sekretaris

: Khaeruddin, S.pd., N{.pd.

Dosen

Penguji

:

l.

Drs. H. Andi Bason M.pd.I.

:...)

2. Muhajir, S.pd., M.pd.

3. Hj. Andi Nuraeni Aksa, SH., MH.

4. Drs H. Abd. Hamid Mattone, M.Si.

(..."...)

...)

itas Muhammadiyah Makassar

NBM: 858 625

/

krut

(5)

ii Nama Mahasiswa : RACHMADES ALI

Nim : 10540 8151 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Dengan Judul : Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

Makassar, Agustus 2016

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Andi Baso, M.Pd.I Muhajir, S.Pd.,M.Pd

Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Prodi PGSD

Unismuh Makassar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. Sulfasyah, MA., Ph. D

NBM. 858 625 NBM. 970 635

(6)
(7)

iv

Judul Skripsi : Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama Mahasiswa : RACHMADES ALI

Nim : 10540 8151 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Agustus 2016

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Andi Baso, M.Pd.I Muhajir, S.Pd.,M.Pd Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Prodi

PGSD

Unismuh Makassar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. Sulfasyah, MA., Ph. D

NBM. 858 625 NBM. 970 635

(8)
(9)

vi Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : RACHMADES ALI

Nim : 10540 8151 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

RACHMADES ALI

(10)

vii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RACHMADES ALI

Nim : 10540 8151 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusun sendiri skripsi ini ( tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat perjanjian

RACHMADES ALI

(11)

vii

Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Baso dan pembimbing II Muhajir.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan yang Signifikan antara Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar Hubungan antara Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 2016 di SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. , dengan memilih 41 orang murid sebagai sampel yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IVA dan IVB, sedangkan pengumpulan data menggunakan teknik angket/ kuisioner dan dokumentasi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan keterampilan bertanya dasar (X), dan kemampuan membaca cepat (Y) yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,94. dapat diketahui bahwa rhitung = 0,94. Apabila dikonsultasikan dengan table r product moment dengan jumlah sample (N) = 41, pada taraf kesalahan 5% (0.05) diperoleh rtabel.= 0.308. Jika rhitunglebih kecil dari rtabel (rh<rt), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya jika rhitung lebih besar dari rtable (rh>rt) maka H1 diterima Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan terhadap Keterampilan Bertanya Dasar dan Membaca Cepat pada Murid Kelas IV SD Inpres Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa

Kata kunci: Korelasi, Product Moment

(12)

viii

Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT

karenaberkatRahmatdanKarunia-

Nyapenulisdapatmenyelesaikanpenyusunanskripsiini.Shalawatbesertasalamsemog asenantiasaterlimpahcurahkankepadaNabi Muhammad SAW, kepadakeluarga- Nya, parasahabat-Nya, hinggakepadaumatnyahinggaakhirzaman, amin.

PenulisanskripsiinidiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratMemperolehgelarS arjanapada Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar.Judul yang penulisajukanadalah “Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru SekolahDasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar. Beragamkendaladanhambatan yang dilaluiolehpenulisdalampenyusunanskripsiini, namunberkatusaha yang optimal dandukunganberbagaipihakhinggaakhirnyapenulisdapatmelewatirintangantersebut .

Penulishaturkanterimakasih yang takterhinggakepadakedua orang tua, ayahanda H. Muh Ali MannuntungidanibundaHj. Subaedah S yang telahberdoa, berjuang, relaberkorbantanpapamrihdalammengasuh, membesarkan, mendidik, danmembiayaipenulisdalam proses pencarianilmu.

(13)

ix

Nyauntukmemberikanbimbingan, arahansertamotivasisejakawalpenyusunan proposal hinggaselesainyaskripsiini.

Demikian juga terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. BapakDr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan penulisan skripsi sehingga penulis skripsi berjalan dengan lancar dan Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum ., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. IbuSulfasyah, S. Pd., MA.,Ph.D, selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGSD yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Saleha, M.Si., KepalasekolahSDI

LambengiKecamatanPallanggaKabupatenGowa, yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini

(14)

x SDI Lambengi

6. Saudarakandungtercintaku (AlisFitri Ali, S.Pd.,Muchlis Ali, ST.,. Nurcholis Ali, ST., danAsmaulHusna Ali) yang telahbanyakmemberikandorongan, semangat, kasihsayangdanbantuanbaiksecaramorilmaupunmateril demi lancarnyapenyusunanskripsiini.

7. Sahabatdanteman-temantercintaku

(WarnidaMansyur,NurAulia,Iko’,Helmianti, Amd.Keb., NurAzizah, S.Kep., Syahrani, Lhisa June, YuniWulan, Tika, Kiki M,Nurzela,Zakiyah, Asyuni, Marwani, dankakandaNurRahma, S.Pd,) temanseperjuangankelas 12 M, angkatan 2012 PGSD, P2K PoskoPari’risisertateman-teman yang setiamemberikanmasukandanbantuan yang berartibagipenulis.

Makassar, 07Agustus 2016

Penulis

(15)

i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ...v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

(16)

ii

B. Kerangka Pikir ...32

C. Hipotesis Penelitian...34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian...35

B. Populasi dan Sampel ...36

C. Definisi Operasional Variabel...37

D. Instumen Penelitian...38

E. Teknik Pengumpulan Data...39

F. Teknik Analisis Data...39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...44

B. Deskripsi Data Penelitian...53

C. Analisis Data Penelitian ...53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...53

BAB V.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...57

B. Saran...58

(17)

iii RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel

3.1 Jumlah Kelas dan Besarnya Populasi...40

4.1. Skor Alternatif Jawaban Angket ...44

4.2. Tingkat Hasil Belajar Pre-test ...46

4.3. Deskrepsi Ketentuan Hasil Keterampilan Berbicara...46

4.4 Perhitungan Untuk Mencari Mean Atau Rata-Rata Nilai Post-test ...47

4.5 Tingkat Hasil Belajar Post-test. ...48

4.6. Deskrepsi Ketuntasan Hasil Keterampilan Berbicara ...49

4.1. Perhitungan Untuk Mencari Mean Atau Rata-Rata Nilai Pre-Test...44 xii

xiii

(18)

xiv iv

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1):

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Terkait dengan pencapaian sasaran yang diamanatkan undang-undang tersebut, maka diperlukan proses pembelajaran di sekolah dasar dengan menggunakan metode pembelajaran yang vareatif dan inovatif, agar siswa lebih mudah dalam belajar. Menurut teori belajar behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal maka stimulus harus dirancang menjadi menarik dan spesifik, sehingga mudah direspon oleh siswa (Anni, 2007: 106). Berdasarkan teori belajar behavioristik tersebut hasil belajar siswa didasarkan pada stimulus yang diberikan, stimulus yang diberikan berupa penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dan vareatif yang dapat merespon siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

Dikaitkan dalam dunia pendidikan, adanya pepatah “malu bertanya sesat di jalan” merupakan bentuk nasihat kepada seseorang termasuk siswa, agar dalam

1

(20)

menjalani kehidupan harus adanya proses interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, proses interaksi dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Kelas merupakan wadah bagi siswa untuk mendapat atau menemukan suatu pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan yang ada beserta pendekatan pembelajaran dipersiapkan oleh guru mengindikasikan bahwa siswa tersebut menyimpan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang akan dipelajari. Tetapi semua ini tergantung dengan guru sebagai manajer yang mengemas pembelajaran tersebut, apakah bisa membuat siswa termotivasi belajar secara aktif ataupun sebaliknya.

Berkenaan mengenai belajar aktif yang sedang ramai-ramainya diterapkan dalam dunia persekolahan khususnya di jenjang SD ialah belajar aktif yang menampilkan setidaknya ada salahsatu aspek yang menjadi alat transfer ilmu yaitu bertanya.

Mencapai kompetensi tersebut kemampuan berpikir dapat dilatihkan kepada siswa dengan mengembangkan kemampuan bertanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir karena bertanya melibatkan proses berpikir.

Salah satu fungsi pertanyaan adalah membangkitkan minat siswa untuk mempelajari sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk belajar’ jika seorang siswa bertanya berarti ia sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Kemampuan siswa untuk bertanya menunjukkan sejauh mana tingkat rasa ingin tahu siswa. Rasa

(21)

ingin tahu yang tinggi akan mendorong siswa untuk berusaha lebih giat berpikir, memperoleh pemahaman dan mencari jawaban dari keingintahuannya tersebut.

Mengajukan pertanyaan merupakan bagian penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar, tetapi umumnya cara yang ditempuh dalam memperoleh pengetahuan tidak dibiasakan merangsang siswa mengajukan pertanyaan sehingga baik kuantitas maupun kualitas pertanyaan yang diajukan siswa masih sangat kurang dalam mengantarkan siswa membangun pemahamannya melalui proses berpikir.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak informasi yang tersimpan di dalam buku.Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh.Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, siapa pun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang.

Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca.Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika siswa

(22)

membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks.Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata.Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya.Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif.Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.

Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja.Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan.

Menurut DP. Tampubolon (1990:5) membaca adalah suatu cara untuk membina daya nalar. Dengan kebiasaan membaca daya nalar siswa menjadi lebih terbina. Kita dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggerakkan telunjuk untuk membaca.

(23)

Adapun menurut Henri Guntur Tarigan (2008 : 1) kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu :

a. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills) b. Keterampilan berbicara (Speaking Skills)

c. Keterampilan membaca (Reading Skills) d. Keterampilan Menulis (Writing Skills)

Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang di katakan orang di sekitarnya.

Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara.

Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat.

Berdasarkan observasi awal pada Hari Rabu 01 Juni 2016 di SD Inpres Lambengi Kacamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Terungkap bahwa hasil belajar PKn adalah rata-rata 60.1.

Adapun faktor – faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya; (1) guru lebih banyak berperan dalam pembelajaran, (2) terlebih menggunakan metode ceramah, (3) guru tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.Sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk bertanya.

(24)

Atas dasar hal tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan keterampilan bertanya dengan kemampuan membaca. Hasil penelitian tersebut dibahas dalam sekripsi yang berjudul “Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat Pada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat ada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Hubungan Keterampilan Bertanya Dasar dengan Kemampuan Membaca Cepat ada Mata Pelajaran PKn Murid Kelas IV SDI Lambengi Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini dapat diambil manfaat bagi peneliti dan guru SDI Lambengi agar dapat:

a. Memperkaya informasi pembelajaran khususnya dalam kemampuan bertanya dan kemampuan membaca untuk meningkatkan bakat dan minat belajar siswa

(25)

dalam pembelajaran dan juga merupakan sebagai landasan teoritik dalam pengembangan ilmu pembelajaran PKn.

b. Menjadikan pembelajaran menjadi aktif dan kreatif dalam pembelajaran siswa dengan mengembangkan kemampuan bertanya dan membaca untuk mencapai suatu tujuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Guru dan peneliti mendapat pengalaman secara langsung tentang bagaimana hubungan kemampuan bertanya dengan kemampuan membaca siswa.

b. Siswa dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami materi pembelajaran. Karena dengan pembelajaran yang menarik, dan menyenangkan tidak akan membosankan bagi siswa dalam menerima materi pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif dalam merespon materi yang diajarkan didalam meningkatkan pemahaman mereka.

c. Sekolah mendapat informasi tepat guna dalam upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran PKn sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa sesuai yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Guna mengkaji lebih dalam lagi tentang judul skripsi ini, maka perlu di ketengahkan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Untuk itu penulis mengambil beberapa pendapat dan pikiran pokok para ahli, yang kemudian dijadikan acuan guna menunjang penelitian ini.

1. Keterampilan Bertanya

a. Pengertian Keterampilan Bertanya

Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatkan bahwa bertanya adalah setip pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa.

Sedangkan menurut (Sofa, 2008) :

“Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa.

Sedangkan Depdikbud (1995: 17) mengemukakan bahwa bertanya timbul bila sesuatu tidak jelas dan mendorong seseorang berusaha untuk memahaminya.

Menurut Saidiman yang dikutip oleh Uno (2006 : 24) mengungkapkan bahwa “Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya yang efektif”. Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,

8

(27)

karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.

Latar belakang budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan, padahal pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan gagasan. Gagasan gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan aman, tentram dan nyaman.

Segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila sesorang memiliki motif ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang aman, sehingga tugas gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut dengan cara menciptakan iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam pembelajaran.

Dari beberapa pendapat ahli di atas kita dapat menyimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah kecakapan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam meminta penjelasan baik berupa pengetahuan, informasi yang ingin diketahuinya dari orang lain. Jika dikaitkan dengan proses KBM maka keterampilan bertanyaadalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam mengolah kelas dengan meminta siswa untuk merespon pertanyaan, agar muncullah timbal balik sehingga kemampuan berpikir siswa meningkat

b. Jenis – Jenis Keterampilan Bertanya

Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1). keterampilan bertanya dasar yaitu dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang

(28)

menjadi lawan bicara. 2). Keterampilan bertanya lanjut yaitu kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar) yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa).

c. Keterampilan Bertanya Dasar

1) Pengertian Keterampilan Bertanya Dasar

Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.

Menurut pendapat para ahli, setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan.

Pendapat yang lain mengemukakan, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).

Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.

(29)

2) Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Dasar a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.

b) Pemberian acuan

Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.

c) Pemindahan giliran

Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.

d) Penyebaran

Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.

e) Pemberian waktu berfikir

Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.

f) Pemberian tuntunan

Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

(30)

2. KemampuanMembaca

a. Pengertian KemampuanMembaca

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa.Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.

Henry Guntur Tarigan (2008 : 1 )menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:

1) Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

Setiap guru haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

Henry Guntur Tarigan (2008 : 1 ), berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang

(31)

tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”.

(32)

Soedarso (1989), berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”.

Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

b. Tujuan KemampuanMembaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Henry Guntur Tarigan (2008 : 10 ) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:

1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta- fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6) Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).

7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada

(33)

tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

Nurhadi (1989), berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut:

1) Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.

2) Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat.

3) Mendapatkan informasi tentang sesuatu.

4) Mengenali makna kata-kata.

5) Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.

6) Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra.

7) Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.

8) Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli.

9) Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang.

10) Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.

11) Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.

c. Aspek-aspek Keterampilan Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.

Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:

(34)

1) Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup:

a) Pengenalan bentuk huruf

b) Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).

c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).

d) Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).

b) Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

c) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

d. Jenis- Jenis KemampuanMembaca

Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam.Tujuan yang kompleks merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas:

(35)

1) Membaca yang Bersuara

Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:

a) Membaca nyaring dan keras

Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.

b) Membaca Teknik

Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:

(1) Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi.

(2) Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda- tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.

(3) Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.

c) Membaca Indah

Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra.

(36)

2) Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)

Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakupi:

a) Membaca teliti

Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi.

b) Membaca pemahaman c) Membaca ide

Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

d) Membaca kritis

Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.

e) Membaca telaah bahasa

Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu:

(1) Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata.

(37)

(2) Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.

f) Membaca skimming

Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok.

g) Membaca cepat

Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.

e. Kemampuan Membaca

Menurut DP. Tampubolon (1987 : 5 ) yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.

Menurut Akhmad (1996 : 88) bahwa “Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak”.

Sedangkan menurut Yeti Mulyati (1997) , bahwa “Kemampuan membaca adalah kesanggupan melihat serta memahami isi dari pada yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati”.

Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik- teknik membaca efektif dan efisien.Membaca pemahaman dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, sehingga karena cepatnya begitu selesai baca tak ada yang diingat dan dipahami.

(38)

Kemampuan membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.Pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagian penting dari bahan bacaan tersebut secara tepat.Biarkan bagian yang kurang penting bahkan melewatinya bila memang tidak diperlukan.

f. Metode Pengajaran Membaca

Metode pengajaran membaca akan sedikit banyak dipengaruhi oleh materi, tugas metode-metode yang lazim di pakai antara lain:

1) Metode Ceramah

Penuturan bahan pengajaran secara lisan.

2) Metode Diskusi

Yakni bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.Metode ini berusaha mendiskusikan suatu masalah dan mencari jalan keluarnya serta melatih keterampilan berpikir murid secara kritis.

3) Metode Pemberian Tugas

Yakni memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas yang berhubungan dengan pelajaran seperti mengerjakan soal-soal.

4) Metode Tanya Jawab

Yakni metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat terarah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

(39)

5) Metode Sosio Drama atau Bermain Peran dan Lain-Lain

Semua metode pada dasarnya baik.Hal ini berhubungan dengan jenis materi, tujuan materi, tujuan dan situasi serta keterampilan guru yang menggunakannya.Pemilihan metode yang tepat dalam pelaksanaan pengajaran membaca inilah yang dinamakan teknik.Jadi teknik adalah operasional yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

6) Metode Karyawisata

Mengajar dengan peragaan secara langsung berupa objek pelajaran yang sesungguhnya, sehingga murid memperoleh gambaran langsung tentang apa yang dipelajarinya.

7) Metode Demontrasi dan Eksperimen

Mencoba mengusahakan agar para murid memperoleh pengertian lebih jelas tentang suatu hal, misalnya dengan peragaan atau murid mencoba sendiri.

8) Metode Drill

9) Metode mengajar dengan latihan-latihan.

g. Faktor yang menyebabkan anak tidak mampu membaca, diantaranya ialah:

1) Faktor Eksternal

Yaitu hal-hal yang mempengaruhi anak yang berasal dari luar anak didik, meliputi:

(40)

a) Lingkungan Keluarga

(1) Perhatian orang tua terhadap minat baca anak masih bersikap masa bodoh.

(2) Kemampuan ekonomi orang tua yang rendah.

(3) Perpustakaan rumah belum dibina karena terbentur perekonomian yang tidak menunjang.

(4) Kondisi orang tua dan keluarga masih bersikap tradisional, yaitu lihat, dengar, dan ngomong.

b) Lingkungan Sekolah

(1) Kurangnya dorongan guru terhadap anak didik.

(2) Kurangnya bahan bacaan yang bermutu tentang membaca, baik substansi maupun metedologi membaca serta penataan perpustakaan sekolah yang masih amburadul.

c) Lingkungan Masyarakat

(1) Suasana lingkungan sosial masyarakat yang tidak kondusif (bising).

(2) Teman sebaya yang lebih suka melakukan hal-hal yang negatif.

(3) Media elektronik yang digunakan secara berlebihan dan tidak pada tempatnya, seperti TV, radio, komputer dan sejenisnya.

2) Faktor Internal

Yaitu hal-hal yang mempengaruhi anak yang berasal dari dalam diri anak didik, meliputi:

a) Rasa ingin tahu yang minim terhadap fakta, teori, prinsip, pengetahuan, informasi dan sebagainya.

(41)

b) Tak merasa haus akan informasi, karena merasa tidak membutuhkannya.

c) Belum tertanam “membaca merupakan kebutuhan rohani”

h. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Tugas guru ialah membimbing dan membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa.Dalam hal ini adalah keterampilan membaca.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki keterampilan membaca ialah:

1) Membantu siswa untuk memperkaya kosakata dengan cara:

a) Memperkenalkan sinonim, antonim, parafrase, kata-kata dasar yang mendasar sama.

b) Memperkenalkan imbuhan (awalah, sisipan dan akhiran).

c) Mengira-ngira makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat.

d) Menjelaskan arti suatu kata abstrak.

2) Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan sebagai dan diberikan seperlunya.

3) Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa.

4) Guru mengajukan pertanyaan menanyakan ide pokok suatu paragraf, menunjukan kalimat yang kurang baik, menyuruh membuat rangkuman.

5) Guru menyuruh membaca dalam arti dengan waktu yang terbatas, bibir tidak boleh digerak-gerakkan. Agar hal ini dapat berhasil dengan baik di

(42)

informasikan kepada siswa tentang tujuan membaca itu, misalnya: Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pikiran pokok dan sebagainya.

Apabila langkah-langkah itu telah dilakukan oleh guru, besar kemungkinan keterampilan siswa dalam membaca akan meningkat. Maka perlu sekali calon guru memahami langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas.

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca. Beberapa contoh langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan-kemapuan membaca:

1) Melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana, langkah-langkah sebagai berikut:

a) Setiap paragraf, kelompok menentukan ide pokok.

b) Setelah itu didiskusikan untuk menetapkan judul yang tepat.

c) Setiap pasangan memusatkan perhatian pada kalimat topik serta paragraf wacana tersebut.

d) Setiap pasangan memperhatikan/membaca rangkuman bab terakhir.

2) Melatih kemampuan memahami bagian sebuah wacana, langkah- langkahnya sebagai berikut:

a) Bahan bacaan ditentukan guru.

b) Setiap kelompok mencatat sebanyak-banyaknya bagian yang terdapat pada bacaan untuk mempermudah digaris bawahi.

c) Setelah itu pasangan membacakan hasil kerjanya, kemudian dicocokkan dengan yang asli.

(43)

d) Guru dan siswa memeriksa hasil jawaban yang berpedoman pada kunci jawaban.

3) Melatih kemampuan mengenal kalimat yang tak ada hubungannya dalam wacana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Bahan bacaan ditentukan guru.

b) Setiap pasangan atau kelompok menentukan tempat kalimat yang salah (tidak berhubungan).

c) Mendiskusikan.

d) Diperiksa bersama hasil dari tiap-tiap kelompok, dibicarakan kesalahan-kesalahan.

4) Melatih kemampuan untuk kritis terhadap bacaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Setiap kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan sebanyak- banyaknya mengenai isi bacaan.

b) Setelah itu antara kelompok tukar pekerjaan dan memberikan penilaian yang sebelumnya telah diarahkan oleh guru.

DP. Tampubolon mengatakan bahwa “Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi. Kemampuan membaca ditentukan oleh faktor-faktor pokok yang berikut:

1) Kompetensi Kebahasaan

Penguasaan bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata.

(44)

2) Kemampuan Mata

Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.

3) Penentuan Informasi Fokus

Yaitu menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.

4) Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca

Yakni cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan.Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca-layap, dan baca-tatap.

5) Fleksibilitas Membaca

Yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca.

Yang dimaksud dengan strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca, dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan.

6) Kebiasaan Membaca

Yaitu minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang17. Faktor kebiasaan membaca akan penulis kemukakan lebih lanjut lagi.

i. Membaca Cepat

Membaca cepat merupakan ragam kegiatan membaca dalam hati yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi

(45)

bacaan secara benar menurut garis besamya saja. Membaca cepat ini dilakkan untuk memilih unsur-unsur tertentu atau bagian-bagian tertentu dalam sebuah teks. Pada kegiatan membaca cepat, pandangan mata langsung meluncur, menyapu halaman-halaman teks.

Kemampuan membaca cepat yang dimiliki seseorang tidaklah semata- mata mengukur berapa banyak kata yang dibacanya dalam setiap menit, melainkan juga harus dilihat berapa persen pemahaman orang itu terhadap isi bacaan. Cara mengukur kemampuan membaca cepat ialah jumlah kata yang dapatdibaca per menit dikalikan dengan persentase pemahaman isi bacaan.

Biasanya dirumuskan dengan Kemampuan Membaca per Menit (KPM) adalah : Jumlah kata dalam bacaan

KPM: x persentase jawaban benar

Lama membaca (dalam satuan menit)

Satuan pengukur kemampuan membaca sesorang dinyatakan dalam satuan kpm (kata per menit).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itumelakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkahlakunya. Wingkel (1996:87) menggolongkan kemampuan-kemampuan yang menyebabkan perubahan sikap dan tingkah laku tersebut yaitu;

”Kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensori-motorik yang meliputi keterampilan

(46)

melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan”.

Perubahan yang relatif menetap tersebut memungkinkan pengamatan terhadap penampilan yang meskipun bervariasi akan dapat diklasifikasi pada ciri- ciri tertentu yang demikian.

Gagne (1988:68) menyebutkan keadaan yang tetap ini yaitu kapabilitas yang mengandung makna seseorang mampu melakukan penampilan tertentu. Ada lima kategori hasil belajar dalam kelompok kapabilitas tersebut sebagaimana yang diringkas sebagai berikut:

a. Informasi verbal, berarti bahwa seseorang dapat menyatakan dalam bentuk proporsional apa yang telah dipelajari. Seseorang dapat menyatakan baik secara lisan maupun tulisan, atau bentuk lain informasi yang telah ia pelajari.

b. Keterampilan intelektual, merupakan cara di mana seseorang mampu berinteraksi dengan lingkungannya melalui simbol seperti huruf, angka, kata, atau diagram.

c. Strategi kognitif adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang mengendalikan perilakunya sendiri dalam menghadapi lingkungannya. Seseorang menggunakan strategi kognitif dalam memikirkan apa yang telah ia pelajari dalam memecahkan masalah.

d. Sikap adalah keadaan internal yang terbentuk dan mempengaruhi pilihan tindakan terhadap benda atau peristiwa.

e. Keterampilan gerak adalah yang dipelajari berdasarkan aktivitas, sehingga memungkinkan pelaksanaan penampilan yang menggunakan faktor fisik

Selain itu, menurut Syah (1977: 91) hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga aspek yakni:

(1) aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti; (2) aspek institusional atau kelembagaan , menekankan ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka; dan (3) aspek kualitatif, menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

(47)

Berdasarkan definisi dan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah:

a. Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.

Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar perlu dirumuskan secara jelas, sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai atau belum.

4. Hasil belajar PKn a. Hakikat PKn

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan

(48)

hak-hak kewajiban untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005: 7) pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah:

Pendidikan demokrasi yang bertujuan unuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga negara.

Menurut Soemantri, (2001: 154) mengemukakn bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah usaha untuk membekali peserta didik dan warga masyarakat dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki agar dapat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru. Hal ini diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat NKRI adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah Negara yang pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsan dan nasionalisme yaiu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang sama. Walaupun warga masyarakat itu berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.

(49)

b. Hasil Belajar PKn

Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa.

Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu, hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi anak dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai. Jadi, hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, apektif, dan psikomotor.

Seperti telah diuraikan terdahulu, bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar PKn tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan PKn yang telah dicantumkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah dengan tidak melupakan hakikat PKn itu sendiri.

Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut.

Hasil belajar PKn dikelompokkan berdasarkan hakikat PKn itu sendiri yaitu sebagai produk dan proses. dengan demikian, sebagai produk hasil belajar PKn berupa pemahaman terhadap fakta, konsep, prinsip, dan hukum PKn. Sebagai proses, hasil belajar PKn berupa sikap, nilai, dan keterampilan . Di samping itu, Sumaji (Bundu, 2006: 18) memandang hasil belajar dari dua aspek yaitu:

(50)

1) Aspek kognitif dan nonkognitif. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya. Sedangkan aspek nonkognitif erat kaitannya dengan sikap, emosi (apektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotor).

2) Jika ditelaah tujuan pendidikan PKn di SD, dapat dikatakan bahwa tujuan tersebut telah berorientasi pada teori hasil belajar tersebut di atas yakni pada pencapaian PKn dari segi produk, proses, dan sikap kewarganegaraan. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep PKn dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan kemayarakatan. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan dari segi sikap dan nilai, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari Keutuhan Kesatuan Negara Republik Indonesia di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengetahui fungsi kesatuan Negara Republik Indonesia.

c. Tujuan Pengajaran PKn di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:

1) Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewaganegaraan.

2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiaan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(51)

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn secara umum mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan local, regional, maupun global.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:

Bertanya adalah keinginan mencari informasi yang belum diketahui.

Sehingga jika bertanya adanya pada kondisi pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta penjelasan untuk mendapatkan informasi baru yang belum diketahui dalam pembelajaran yang sedang berlangsung (Henry Guntur Tarigan, 2008).

Kemampuan membaca adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami isi suatu bacaan.

(52)

Berikut adalah gambar bagan dari kerangka pikir di atas :

Gambar 1. Kerangka Pikir C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis verbal

Hipotesis verbal dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan keterampilan bertanya dengan kemampuan membaca pada mata pelajaran pkn kelas IV SD Inpres Lambengi.

PKn

Pembelajaran tentang Kemampuan Bertanya dengan Keterampilan Membaca

Hasil Belajar Respon Siswa

Analisis

Terdapat Hubungan antara Kemampua Bertanya dan

Keterampilan Membaca

(53)

H1 = Ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan keterampilan bertanya dengan kemampuan membaca pada mata pelajaran pkn kelas IV SD Inpres Lambengi.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

X = keterampilan bertanya siswa pada mata pelajaran pkn kelas IV SD Inpres Lambengi

Y = keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran pkn kelas IV SD Inpres Lambengi

XY = hubungan antara keterampilan bertanya dengan kemampuan membaca pada mata pelajaran pkn kelas IV SD Inpres Lambengi H0 = XY = 0

H1 = XY ≠ 0

H0 = Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

H1 = Ada hubungan positif yang signifikan antara variabel X dan variabel

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional yang menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan teknik korelasi. (Emzir, 2014 : 37).

2. Desain Penelitian

Penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitianKorelasi adalah suatu metode penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antar dua variabel atau lebih.Metode ini digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan masalah yang diteliti pada siswa kelas IV SDInpres Lambengi kecamatan Pallangga kabupaten Gowa.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau sejumlah individu yang menjadi subyek penelitian.

36

(55)

Tabel 3.1 Jumlah Kelas dan Besarnya Populasi Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

IA 13 17 30

IB 11 13 24

IIA 10 14 24

IIB 11 15 26

IIIA 10 14 24

IIIB 10 14 24

IVA 11 10 21

IVB 11 9 20

VA 12 16 28

VB 10 17 27

VIA 14 13 27

VIB 13 15 28

Jumlah 136 167 303

Tabel 3.1. Jumlah seluruh siswa SD Inpres Lambengi Tahun Ajar 2016-2017 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.

Sampeladalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakanteknik proposive sampling yaitu penunjukan sampel dengan cara mengambil subjek bukan

(56)

berdasarkan strata, random atau daerah melainkan berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tekhnik ini dilakukan karna beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan wakttu, tenaga, dan dana.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penentuan sampel dalam penelitian ini diawali dengan pertimbangan bahwa kelas IV yang dijadikan sebagai sampel penelitian memiliki krateria yang hampir sama, hal yang dipertimbangkan diantaranya adalah prestasi yang dicapai kelas.

Maka sampel dari penelitian ini seluruh siswa kelas IV SD Inpres Lambengidengan jumlah murid sebanyak 41 orang murid. Kelas IVAsebanyak 21 orang murid dan kelas IVBsebanyak 20murid.

Sampel dari penelitian ini terdiri dari dua kelas yang berjumlah 41 orang dan diperoleh kelas IVAjumlah muridnya sebanyak 21 orang dan kelas IVB terdiri dari 20 orang.

C. Definisi Operasioal Variabel

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

a. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelincahan, ketepatan dan kesesuaian ketika murid menyelesaikan tugas pada tes awal (pretest) dan menyelesaikan tugas pada tes akhir (posttest).

b. Kemampuan bertanya dan Keterampilan Membaca yang diterapkan dalam penelitian.

(57)

D. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan awal penelitian hingga sampai pada penyusunan laporan hasil penelitian. Adapun prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dimaksud peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan rancangan penelitian.Langkah-langkah dalam tahapan ini adalah memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menentukan teknik pengumpulan data, menentukan variabel, dan sumber data.

2. Pelaksanaan penelitian.

Langkah-langkah dalam tahapan ini adalah menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data kemudian menarik kesimpulan.

3. Pembuatan laporan hasil penelitian.

Pada tahapan ini peneliti menulis laporan hasil penelitian sesuai dengan data yang telah didapatkan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dilakukan terhadap kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar murid selama pembelajaran pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, guru bertindak sebagai observer. Observer melakukan pengamatan terhadap penerapan hubungan keterampilan bertanya dasar dengan kemampuan bertanya cepatdengan dibantu lembar observasi berupa angket yang disediakan oleh peneliti.

(58)

2. Kuesioner atau Angket

Metode kuesioner merupakan metode untuk memperoleh data dengan cara memberikan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar yang dijawab oleh subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1997)“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner atau angket adalah suatu daftar pertanyaan yang dilaksanakan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan informasi atau keterangan tertulis dari responden sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kuesioner atau angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan kemampuan bertanya dengan kemampuan membaca siswa, dengan maksud yaitu: (a) Dengan mempergunakan kuesioner peneliti dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga karena kuesioner dalam waktu singkat dapat disebarluaskan kepada responden. (b) Kuesioner memberikan kemudahan pada peneliti di dalam menggolongkan data. (c) Dengan kuesioner, peneliti dapat memperoleh data yang obyektif dari responden.

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket tertutup, yaitukuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkapsehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia.

Instrumen digunakan untuk mengukur variabel Keaktifan Siswa dalamKegiatan Ekstrakurikuler. Instrumen tersebut menggunakan skala likert yang memiliki jawaban dengan gradasi dari Selalu (SL), Sering (SR),

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian variasi perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda dari Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Nannochloropsis

Data yang diperlukan dalam laporan penelitian ini diklasifikasikan menjadi data yang sifatnya utama, yakni data tersebut terkait dengan perencanaan pemanfaatan sumber belajar,

Penerapan teori ini dalam kedudukan bukti elektronik dalam perkara perceraian adalah bahwa apabila pengajuan bukti elektronik memiliki kesesuaian dengan apa yang

Syukur Alhamdulillah terucap ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran yang dimiliki, akhirnya

Hasil evaluasi potensi Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi berdasarkan pemberian obat antidiabetes sebesar 75.55% (34 pasien) dengan DRPs menurut kategori secara

Global Expo Management yang mengetahui terkait seluruh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pameran bertaraf internasional dan sebagai informan yaitu Ibu Paramitha

Bab IV merupakan laporan hasil penelitian yang yang terdiri dari gambaran umum tentang organisasi permodalan pengrajin batu Permata di kecamatan martapura

Sudah tentu, fenomena semacam ini tidak hanya berdampak kepada berubahnya fungsi pondok pesantren dalam pengembangan budanya lokal ke budaya nasional, tetapi juga