• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di Sekolah Dasar adalah salah satu mata pelajaran yang unik, merupakan pelajaran yang membuat siswa senang. Pengajarannya menekankan kepada aspek afektif melalui praktik berkarya dan berapresiasi seni, didalam mata pelajaran ini banyak menekankan aspek-aspek psikomotorik dan afektif. Seni merupakan hasil karya seseorang yang mengandung keindahan. Dalam mata pelajaran SBK ini keterampilan dalam mengembangkan seni sangat diperlukan.

Keterampilan dan kreativitas siswa dapat muncul serta berkembang melalui pelajaran ini. Keaktifan dalam pembelajaran SBK merupakan suatu sikap yang dimiliki siswa yang meliputi fisik, mental emosional, dan imajinasi sebagai implikasi dari keterampilan dan kreativitas yang diperolehnya melalui proses belajar SBK. Pendidikan SBK memiliki peranan pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi- kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual, musikal, linguistik, logika, matematis, naturalis, dan kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual moral, serta kecerdasan emosional (Susanto, 2016: 261).

Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Materi dari Seni Budaya dan Keterampilan ini dapat berupa kegiatan fisik seperti menggambar, bermain musik, drama dan menari. Beberapa aspek tersebut menuntut imajinasi,

(2)

keterampilan dan kreativitas anak. Dengan imajinasi dan keterampilan anak dalam berkarya seni dapat mengembangkan aspek psikomotorik.

Anak akan merasa santai dan bersenang-senang dengan imajinasi mereka dalam mengikuti pelajaran ini, terutama pada materi menggambar.

Sehubungan dengan materi tersebut, pada kelas V salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai adalah menggambar ilustrasi.

Menggambar ilustrasi adalah menggambar dengan menjelaskan atau menerangkan, dengan demikian gambar ilustrasi diartikan sebagai gambar yang bersifat sekaligus berfungsi untuk menerangkan sesuatu peristiwa.

Menggambar ilustrasi merupakan keterampilan seni yang tidak mudah dilatihkan kepada siswa dan tidak mudah juga untuk dikuasai siswa.

Berbagai faktor berkaitan dalam proses pengajaran menggambar ilustrasi untuk siswa SD yang usianya masih anak-anak. Menurut Ja’far Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Ilustrasi Melalui Model Kooperatif Metode Drill Kelas V SD (2014 vol.3 No.1) menjelaskan bahwa gambar ilustrasi adalah gambar yang sifatnya menerangkan dan memvisualisasikan dari suatu uraian baik berupa berita, suatu cerita karangan atau naskah. Gambar ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat dengan tujuan memperjelas audience secara umum belum dapat membaca secara lancar. Melalui gambar ilustrasi dapat menerangkan secara umum karakter atau keseluruhan cerita. Menggambar ilustrasi diajarkan kepada siswa kelas V di SD Negeri 01 Bratan Surakarta.

Kondisi belajar yang optimal akan tercapai apabila pengelolaan pembelajaran dilakukan dengan baik. Secara teknis menggambar ilustrasi adalah menggambar dengan menuangkan hasil penglihatan atau pendengaran seseorang untuk dituangkan dalam sebuah gambar. Daya ingat, imajinasi, dan keterampilan ditekankan pada menggambar ilustrasi ini, anak dituntut bukan hanya membayangkan benda asli namun juga dituntut terampil dalam menuangkan ide gagasan kedalam sebuah gambar.

Hal ini tentu saja menjadi suatu kesulitan bagi peserta didik yang kurang terampil dan kreatif dalam hal menggambar. Apalagi dalam pembelajaran

(3)

SBK menuntut imajinasi serta keterampilan dari peserta didik. Untuk dapat mengembangkan imajinasi, kreatifitas bahkan keterampilan peserta didik dibutuhkan strategi yang tepat. Selain itu juga menggunakan model yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran SBK dan proses pembelajaran harus dapat menciptakan suatu pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik ini dapat dilihat dari jenjang umur siswa.

Rendahnya keterampilan menggambar ilustrasi terjadi juga di SD Negeri 01 Bratan Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada tanggal 13 Maret 2017 bahwa tingkat ketuntasan minimal untuk mata pelajaran SBK terutama pada materi menggambar ilustrasi dirasa masih rendah. Metode tanya jawab dan ceramah masih dipakai guru untuk melaksanakan pembelajaran ini. Suasana pembelajaran SBK kurang baik dan kurang berjalan lancar hal ini disebabkan kurangnya antusias siswa dalam menggambar. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran SBK dianggap kurang penting dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran SBK bersifat santai dan menyenangkan namun memiliki daya beda yakni mengasah imajinasi, namun ternyata hal ini lah yang menjadi penyebab siswa kurang antusias dalam mata pelajaran SBK.

Keadaan ini sama dengan hasil observasi yang saya lakukan pada siswa kelas V di SD Negeri 01 Bratan Surakarta pada tanggal 17 Maret 2017, siswa masih terlihat pasif. Sebagian besar siswa dirasa kurang menunjukkan sikap ketertarikannya pada mata pelajaran ini. Siswa hanya akan mendengarkan perintah guru untuk menggambar lalu akan mengerjakan perintah guru dengan setengah hati dan cenderung melakukan kegiatan lain, seperti bermain sendiri dengan sesuatu yang dianggap menarik, ada yang mengobrol sendiri, bahkan banyak siswa yang mengantuk. Hanya beberapa siswa saja yang dengan sungguh-sungguh melaksanakan perintah guru karena memang siswa tersebut memiliki bakat untuk menggambar. Hal tersebut yang diduga pelajaran SBK dipandang

(4)

remeh sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilannya melalui pelajaran SBK tersebut.

Mempertimbangkan kondisi di atas kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji pratindakan di kelas V dengan metode demonstrasi. Dengan indikator kesesuaian tema, tingkat kesesuaian ilustrasi, penggunaan alat menggambar dan hasil akhir gambar. Data yang diperoleh dari uji pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas mata pelajaran tersebut 68,67. Nilai tersebut belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran SBK yang telah ditentukan yaitu 75. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau 34,37% dan yang belum mencapai KKM sebanyak 21 siswa atau 65,62% dari jumlah siswa kelas V yaitu 32 siswa (lampiran XI halaman 112). Data tersebut dihitung berdasarkan indikator penilaian siswa pada saat uji pratindakan dengan indikator kesesuain tema, originalitas karya, komposisi warna, hasil akhir dan komposisi bentuk. Dari indikator tersebut beberapa siswa banyak yang kurang dalam indikator hasil akhir yang masih dalam kategori cukup dan baik, belum menunjukan kategori baik. Serta dalam indikator komposisi bentuk yang belum seimbang antara besar bentuk objek satu dengan objek lain.

Berdasarkan masalah di atas, maka proses pembelajaran harus diperbaiki dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik, hal ini bertujuan agar siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya proses perbaikan dalam proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan. Salah satu solusi masalah tersebut adalah dengan cara penugasan menggunakan model yang lebih variatif dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa lebih aktif. Salah satu solusi atau cara yang dapat digunakan dalam perbaikan proses pembelajaran adalah melalui penerapan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) dalam pembelajaran menggambar ilustrasi.

(5)

Model Visualization, Auditory, Kinestethic merupakan model pembelajaran yang mengedepankan 3 unsur indera yakni: Visualization, dengan modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan runag, potret mental, dan gambar menonjol dalam modelitas ini. Unsur kedua adalah Auditory, modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat.

Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol. Unsur yang terakhir adalah Kinestethic, modalitas ini mengakses segla jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional dan kenyamanan fisik (Allyn dan Bacon, 2000: 123).

Seperti yang dikemukakan oleh Yulia Chandra jurnal vol 1 No.2 2011 bahwa model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar, mampu meningkatkan aktifitas siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sejalan dengan pernyataan tersebut Hartanti dalam jurnal Vol 2 No.2 2014 bahwa model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestethic (VAK) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar PAI siswa sebelum dan sesudah penggunakan model pembelajaran VAK.

Model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestethic (VAK) merupakan model pembelajaran yang menggunakan peran beberapa indera, yakni indera penglihatan, pendengaran dan peraba. Dalam kegiatan seni rupa aspek-aspek indera yang digunakan pun beragam, bukan hanya penglihatan saja namun juga dapat pula menggunkan indera pendengar dan peraba. Apalagi dalam kegiatan menggambar ilustrasi, siswa dapat mengilustrasikan suatu benda bahkan ruangan dengan kegiatan melihat, mendengar, dan meraba. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses dari model pembelajaran VAK, yang dengan menggunakan visualization, auditory, kinestethic siswa dapat dengan terampil mengarahkan ilustrasi mereka ke dalam gambar ilustrasi. Siswa dapat dilatih mengembangkan keterampilannya dengan melihat suatu benda atau keadaan lingkungan kemudian dapat di visualisasi dalam gambar ilustrasi, begitu pula dengan

(6)

suara yang didengar siswa, misalnya suara hewan, maka siswa dapat menggambar ilustrasi sesuai dengan suara hewan yang didengar, dan kemudian meraba suatu benda yang ada disekelilingnya, kemudian siswa mampu memvisualisasikan apa yang telah diraba ke dalam gambar ilustrasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dan permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Bratan Surakarta mengenai pembelajaran SBK, maka perlu menerapkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya berencana untuk berkolaborasi dengan guru kelas V untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul, “Penggunaan Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menggambar Ilustrasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri di Kota Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Apakah dengan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) yang saya terapkan dapat meningkatkan keterampilan menggambar ilustrasi pada siswa kelas V SD Negeri 01 Bratan Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian yang ingin dicapai yaitu: “Model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) dapat meningkatkan keterampilan menggambar ilustrasi pada siswa kelas V SD Negeri 01 Bratan Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017”

(7)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang akan didapat antara lain menambah bahan kajian tentang implementasi model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK), serta memperoleh pengetahuan bagaimana implementasi model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) dalam pembelajaran SBK kelas V.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh bagi siswa antara lain yaitu:

1) Model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) dapat menjadi daya tarik siswa dalam menggambar ilustasi dan dapat meningkatan keterampilan menggambar ilustrasi pada siswa kelas V.

2) Bertambahnya pengalaman baru dalam proses belajar Seni Budaya dan Keterampilan dengan menggunakan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) serta meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada keterampilan menggambar ilustrasi.

3) Siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan belajar menggambar ilustrasi serta meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh bagi guru yaitu:

1) Dapat dijadikan inovasi pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan dalam menyampaikan materi pelajaran menggambar ilustrasi dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan khususnya pada kelas V dengan

(8)

menggunakan penerapan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK).

2) Acuan agar proses belajar-mengajar menggambar ilustrasi menjadi lebih optimal dengan menggunakan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) pada materi menggambar ilustrasi.

3) Memperoleh kemampuan dan terampil dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang efektif untuk mengatasi kesulitan pembelajaran dalam menggambar ilustrasi.

c. Bagi Sekolah

Manfaat yang diperoleh bagi sekolah antara lain yaitu:

1) Memberi pengaruh yang positif terhadap kualitas belajar- mengajar tentang menggambar ilustrasi dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan menggunakan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK).

2) Bertambahnya masukan kepada sekolah betapa pentingnya pelatihan menggambar melalui model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestethic (VAK) dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

3) Bertambahnya kontribusi positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana media pembelajaran yang memadai untuk mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan khususnya pada seni lukis.

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil dari analisis tekstur kayu jati dengan Metode GLCM akan diklasifikasi dengan metode k-NN lalu untuk proses validasi akan dilakukan holdout di mana data yang

Kemudian di setiap tiang-tiang Rumah Gadang diletakkan sandi (batu yang cukup besar dan rata bagian atasnya) sebagai penyangga antara tiang dengan tanah. Sandi ini tempat

“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

Dari analisa data tersebut, beberapa kesulitan yang dihadapi responden di dalam menterjemahkan idiom dan idiomatic expression diketemukan antara lain, tidak dikenalnya kata

bagai variabel intervening di Industri ekspedisi laut.Industri ekspedisi laut adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa angkutan ekspedisi khususnya pada

Jika, setelah bola berada di dalam permainan, penjaga gol menyentuh bola sekali lagi kedua (kecuali dengan tangannya) sebelum ianya menyentuh pemain lain: • sepakan percuma

Menyusun Rancangan Aktualisasi Mempresentasikan Rancangan Aktualisasi Observasi Aktualisasi Nilai Menyusun Laporan Aktualisasi Menerima Masukan 7 5 3 2 1 6 4 Aktualisasi

penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib