• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gulma

Gulma adalah salah satu jenis tanaman yang tidak diharapkan keberadaannya karena mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Keberadaan gulma pada lahan perkebunan serin menyebabkan penurunan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil tersebut tergantung pada jenis gulma, kerapatan, lama persaingan dan senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Selain itu, gulma pada area perkebunan juga dapat menyebabkan berkembangnya hama penyakit. Oleh karena itu petani melakukan pengendalian gulma secara intensif karena kerugian yang diperoleh dari gulma (Fadhly dan Tabri, 2007 dalam Hillary dan Nuringtyas, 2015).

Gulma termasuk tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perennial dapat menyebar dengan vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian juga pada bagian-bagian lain; inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Di samping itu, gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak (Moenandir, 1993).

2.2 Gulma Rumput Paitan (Axonopus compressus)

2.2.1 Uraian Umum Rumput Paitan (Axonopus compressus)

Rumput tahunan dan berdaun pita, berumpun, membentuk geragih (stolon) yang beruas-ruas dan menjalar, batang pembawa bunga tegak. Di lapangan tumbuh mengelompok dan rapat sehingga membentuk “sheet”. Ciri pengenalnya yang khas adalah bentuk perbungaan di ujung tangkai yang

(2)

6

terdiri dari dua cabang bulir (spica) berhadapan berbentuk huruf Vdengan satu cabang bulir ketiga yang sejajar di bawahnya. Berkembang biak dengan geragih atau stolon (vegetativ) dan biji (generativ). Geragih beruas-ruas, tiap ruas potensial membentuk tunas dan akar pada bukunya. Jadi pembabatan tidak dapat memberatas tumbuhan ini, bahkan dapat memperluas penyebarannya melalui potongan-potongan geragihnya (Nasution, 1986).

2.2.2 Botani dan Morfologi Axonopus compressus

Gambar 2.1 Gulma Axonopus compressus (Sumber Foto : Ristami, 2020) Klasifikasi gulma sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Poales Family : Poaceae Genus : Axonopus

Spesies : Axonopus compressus

(3)

7

Sinonim dari Axonopus compressus adalah Anastrophus compressus (S.W.) Schlechtend. Panicum platycaulon (Poir.) O.K; Paspalum compressus (SW.) Raspail; P. platycaulon Poir. Nama inggris Axonopus compressus yaitu Blanket grass, Carpet grass, dan Savannah grass sedangkan untuk nama Indonesia Axonopus compressus adalah gulma paitan.

Ekologi dari gulma Axonopus compressus adalah tanaman ini tumbuh baik di daerah yang kering, cerah agak lembab tapi tidak basah biasanya tumbuh di lahan perkebunan karet, kelapa sawit, dan juga di pinggir jalan. Gulma Axonopus compressus dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. (Sriyani dkk, 2014).

a. Batang

Tidak berongga (padat/massif), bentuknya tertekan kearah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap dapat membentuk akar dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”.

b. Daun

Helai daun berbentuk lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas di tumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar, sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan lebar 6-16 mm. Upih daun bentuknya seperti lunas perahu yang tertekan ( pipih), pada pertautan dengan helai daun terdapat satu karangan bulu-bulu panjang, tepi luar upih daun berbulu halus, sedaang bagian lainnya tidak.

c. Lidah Daun

Sangat pendek dan kurang nyata terlihat, berbulu pendek. d. Perbungaan

Terdiri dari dua sampai tiga (biasanya dua tapi ada kalanya delapan tangkai (pedunculus) yang ramping semuanya tergabung secara simpodial muncul dari upih daun paling atas, berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang

(4)

8

bunga atau bulir (spica) yang berhadapan (conjungate) berbentuk huruf V, sering terdapat cabang bulir ketiga di bawahnya, jarang terdapat cabang ke empat, pada pangkal sumbu tumbuh beberapa bulu halus.

e. Susunan Bulir

Gambar 2.2 Bulir Gulma Axonopus compressus (Sumber Foto : Ristami, 2020)

Buliran tersusun dalam dua baris berselang-selang pada ke dua sisi sumbu yang rata, tidak saling tumpang tindih, tersusun merapat ke sumbu, panjang sumbu 3-11 cm dan lebarnya 0,5 – 4/5 mm. (Nasution, 1986).

2.2.3 Penyebaran dan Status Axonopus compressus

Axonopus compressus merupakan gulma yang penting di perkebunan kelapa sawit dan karetbaik di areal pembibitan, TBM, maupun TM. Terdapat lebih dominan di areal TBM dan pembibitan, di areal TM tumbuh lebih jarang. Gulma ini menimbulkan masalah sebagai saingan tanaman karet dalam perebutan unsur hara dan air dan mengganggu pembangunan penutup tanah kacangan. Selain sebagai gulma di perkebunan kelapa sawit dan karet A. compressus merupakan gulma diperkebunan coklat, teh, kelapa, buah-buahan dan tanaman pekarangan. (Nasution, 1986).

(5)

9

2.2.4 Metode Pengendalian Gulma Axonopus compressus

Menurut Sukman dan Yakup (2002), yang dimaksud dengan pengendalian gulma adalah sebagai kegiatan membatasi infestasi gulma sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Untuk menjaga keseimbangan ekologi tidak ada keharusan untuk memberantas seluruh gulma yang ada, cukup menekan pertumbuhan atau mengurangi yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha atau biaya yang dikeluarkan.

Pengendalian gulma merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma, sehingga gulma tidak mampu tumbuh berkembang secara berdampingan dalam waktu yang bersamaan dengan tanaman pokok. Sasaran pengendalian dan perawatan tanaman menghasilkan kelapa sawit adalah pada piringan pohon (bokaran), pasar pikul,dan gawangan. Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan pokokdan pasar. Areal ini harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat tanaman pokok (Lubis, 2008).

Pengendalian gulma menggunakan bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan aktifnya berasal dari makhluk hidup. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaat kan sebagai pengendali gulma yaitu tumbuhan mangga (Mangifera). Daun mangga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma karena menghasilkan senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma (Padmanabandan Daniel, 2003 dalam Sinaga, 2019).

Mekanisme alelopati diterapkan terutama untuk mengendalikan gulma dengan mengisolasi alelokimia yang digunakan sebagai bahan aktif bioherbisida dalam pertanian (Rahayu, 2003 dalam Rachma dan Widaryanto, 2018).

(6)

10

2.3 Tanaman Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff)

2.3.1 Klasifikasi Tanaman Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff)

Gambar 2.3 Daun Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff) (Sumber Foto : Ristami, 2020)

Menurut Pracaya, 2004 dalam Meindari 2019, dalam tata nama sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman mangga kuweni diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Species : Mangifera odorata Griff

Mangga kweni (Mangifera odorata Griff) merupakan salah satu anggota genus Mangifera yang memiliki aroma yang khas pada buah yang telah masak, sehingga mangga kweni dapat dibedakan dari jenis mangga lainnya

(7)

11

berdasarkan bentuk dan aromanya (Pracaya, 1991). Menurut Kusumo et al., (1975) mangga kweni berbentuk lonjong dengan tangkai yang terletak di tengah pangkal buah. Pucuk buah runcing sedangkan pangkalnya bulat dan tidak berlekuk.

2.3.2 Alelokimia Daun Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff)

Prinsip utama alelopati adalah bahwa tumbuhan menghasilkan berjuta-juta senyawa kimia atau yang disebut alelokimia. Beberapa senyawa alelokimia mengubah fungsi fisiologis dan pertumbuhan dari spesies. Alelokimia yang umumnya ditemukan adalah asam sinamat dan asam benzoate, flavonoid dan berbagai terpenoid (Singh, 2003 dalam Sinaga 2019).

Daun mangga telah diketahui memiliki senyawa anti bakteri, anti inflamasi, dan anti diabetes serta banyak senyawa-senyawa yang berkhasiat untuk dijadikan obat seperti mangiferin, galotanin, catechin, epi-catechin, epigalo catechin dan benso fenon (Barreto et al., 2008; Masibo dan He, 2008 dalam Prasetya, 2018).

Daun mangga juga telah diketahui memiliki senyawa dengan potensi alelopati terhadap beberapa tanaman seperti flavonoid, asam fenol, tanin, saponin dan steroid (Sahoo et al., 2010; El-Rokiek et al., 2011; Ashafa et al., 2012; Khan et al., 2013; Saleem et al., 2013 dalam Prasetya, 2018).

2.3.3 Alelokimia Daun Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff) Terhadap Gulma Lain

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan analisa kandungan fenol pada daun mangga kweni didapatkan kandungan fenol sebesar 74% . Penelitian tersebut menggunakan ekstrak daun mangga kweni sebagai bioherbisida alami dalam menghambat pertumbuhan bayam duri, namun pemberian ekstrak daun mangga kweni tidak memberikan pengaruh negatif terhadap perkecambahan kacang tanah dan kacang hijau serta tidak menghambat

(8)

12

pertumbuhan tanaman kedelai. Ekstrak daun mangga menunjukkan kecenderungan penghambatan yang sama seiring dengan tingkat konsentrasi yang diaplikasikan. Efek penghambatan terbaik adalah aplikasi ekstrak daun mangga 1000 sampai 1500 ppm (Syahri et al., 2017 dalam Rachma dan Widaryanto 2018).

Menurut Penelitian Suzuki et al., (2016) dalam Sinaga (2019),bahwa daun mangga memiliki senyawa kimia khusus yang bersifat alelopati yaitu metil gallate. Metil gallate memiliki aktivitas efek penghambatan pada daun mangga.

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Aiyela agbe and Osamu diamen (2009) menunjukkan bahwa daun mangga dari Nigeria memiliki senyawa seperti saponin, steroid, tanin, dan flavonoid. Daun mangga juga mengandung fenol seperti ferulic, asam cumaric, benzoat, chlorogenic, caffeic, gallic, hidroksi benzoat dan sinamat (El-Rokiek et al., 2010 dalam Prasetya, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Sinaga (2019) pemberian alelopati ekstrak daun mangga berpengaruh dalam menekan pertumbuhan tinggi gulma babandotan (A conyzoides L.).

Gambar

Gambar 2.1 Gulma Axonopus compressus  (Sumber Foto : Ristami, 2020)  Klasifikasi gulma sebagai berikut :
Gambar 2.2 Bulir Gulma Axonopus compressus  (Sumber Foto : Ristami, 2020)

Referensi

Dokumen terkait

mangga termasuk salah satu jenis buah yang disukai lalat buah yaitu pada saat.. buah menjelang masak, saat warna kuning mulai tampa

Keanekaragaman gen menunjukkan variasi individu dalam satu spesies, contohnya adalah mangga ( Mangifera indica ) memiliki varietas diantaranya adalah mangga gadung, mangga golek,

Tepung ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam berbagai macam pembuatan makanan dan membuat cita rasa semakin gurih, aroma yang khas

Buah nanas disini berperan sebagai pengganti aroma yang di keluarkan oleh Ethyl 4 methyloctanoate yang berfungsi untuk menarik kumbang jantan maupun betina

Lori buah yang masak harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan menggunakan capstand,setelah itu baru lori yang belum masak dimasukkan.Waktu pengosongan sterilizer

Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada buah durian dan merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari oleh serangga termasuk nyamuk, sehingga

Kelebihan karakteristik dari buah pisang ambon yaitu rasa buahnya yang sangat manis jika sudah matang dan memiliki aroma harum khas karena mengandung komponen senyawa ester seperti

Tanaman ini termasuk dalam genus Mangifera yang terbagi menjadi beberapa spesies dan kultivar.. Pohon mangga adalah salah satu tanaman yang paling banyak