• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR (PLAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI KARANGREJEK II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR (PLAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI KARANGREJEK II."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR (PLAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA DI SD NEGERI KARANGREJEK II

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Endar Dwi Jayanti NIM 13108244003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR (PLAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA DI SD NEGERI KARANGREJEK II

Oleh: Endar Dwi Jayanti NIM 13108244003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Wonosari Gunungkidul dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVb SD Negeri Karangrejek II yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 5 orang siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PLAS dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Cara meningkatkan hasil belajar tersebut dengan menyampaikan apersepsi intelektual dan emosional, menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok kecil secara heterogen serta adanya peran yang jelas pada setiap anggota, menyediakan sumber belajar langsung di alam sekitar, membimbing dalam pengamatan dengan membuat petunjuk belajar yang jelas, memberi kesempatan bertanya tentang materi, memfasilitasi untuk aktif dalam pengamatan dan permainan edukatif, membimbing dan menyimpulkan materi, memberi soal evaluasi, dan memotivasi siswa agar tumbuh minat untuk sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Adapun peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari kegiatan pra tindakan dan siklus I berturut-turut untuk ranah afektif sebesar 50% menjadi 88,98%; kognitif sebesar 45,45% menjadi 81,82%; serta psikomotorik sebesar 45,45% menjadi 86,19%.

(3)

iii

APPLICATION OF NATURAL ENVIRONMENT APPROACHES TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES

BY

Endar Dwi Jayanti NIM 13108244003

ABSTRACT

This research aims to improve science learning outcomes in grade IVB students of State Elementary School Karangrejek II Wonosari Gunungkidul by applying the natural environment approach around (PLAS).

This research is a classroom action research. The subjects of this study are the students of grade IVb of SD Negeri Karangrejek II which amounts to 22 students, consist of 17 male students and 5 female students. Data collection techniques used tests, observations, and documentation. Data analysis techniques used descriptive qualitative and descriptive quantitative.

The results showed that PLAS can improve students' learning outcomes. How to improve learning outcomes by conveying intellectual and emotional apperception, conveying learning objectives, dividing students in small groups heterogeneously and having clear roles in each member, providing a direct learning resource in the natural environment, guiding in observation by making clear instructional directions, Giving opportunities to ask questions about the material, facilitating to be active in observation and educative games, guiding and concluding material, giving evaluation questions, and motivating students to grow the interest to be aware and responsible for the environment. The improvement of learning outcomes can be seen from the activities of pre-action and cycle I successively for the affective domain by 50% to 88.98%; Cognitive by 45.45% to 81.82%; And psychomotor as much as 45.45% to 86.19%.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

HALAMAN MOTTO

“Memulai dengan keyakinan, menjalani dengan keikhlasan, istiqomah dalam

menghadapi cobaan.”

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur Allah SWT, kupersembahkan karya ini dengan tulus kepada: 1. Bapak dan ibuku tercinta, yang senantiasa memberikan curahan kasih

sayang, doa, nasehat, dukungan dan motivasi.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta, terima kasih atas bekal ilmu dan pengalaman yang sangat berharga.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Penerapan Pendekatan

Lingkungan Alam Sekitar (PLAS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPA Di SD Negeri Karangrejek II” dapat disusun sesuai dengan

harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan semangat, motivasi, bimbingan dan senantiasa meluangkan waktu dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 2. Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. selaku Validator instrumen penelitian Tugas

Akhir Skripsi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Bapak Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan fasilitas hingga selesai skripsi ini.

4. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP., M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi nasehat selama masa kuliah di PGSD FIP UNY.

(10)
(11)

xi

A.Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C.Pembatasan Masalah ... D.Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Tematik Integratif ... 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif ... 2. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif ... 3. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif ... B. Pembelajaran IPA ...

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 2. Materi Pembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum

2013 di Kelas IV Sekolah Dasar ... C.Hasil Belajar ... 1. Pengertian Hasil Belajar ... 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 3. Penilaian Hasil Belajar ... 4. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar ... D.Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar ... 1. Pengertian Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar ... 2. Pentingnya Mengajar dengan PLAS ... 3. Tujuan Pokok Mengajar dengan PLAS ... 4. Manfaat Mengajar dengan PLAS ...

(12)

xii

5. Lokasi-lokasi yang dapat digunakan untuk

Pembelajaran ... 6. Metode Mengajar dengan PLAS ... E. Hasil Penelitian yang Relevan ... F. Kerangka Berfikir ... G.Hipotesis ... H.Definisi Operasional... BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C.Subjek Penelitian ... D.Objek Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Instrumen Penelitian ... G.Teknik Analisis Data ... H.Kriteria Keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(13)

xiii

Rata-rata Penilaian Tengah Semester I Kelas IVb Tahun Ajaran 2016/2017... Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV... Kisi-kisi Tes Kompetensi Pengetahuan... Kisi-kisi Observasi Sikap dalam Pembelajaran IPA... Kisi-kisi Observasi dalam Penilaian Keterampilan... Taraf Keberhasilan Proses Pembelajaran... Hasil Observasi Ranah Afektif Pada Pratindakan…... Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Pada Pratindakan... Hasil Tes Awal (Pre-test)... Pelaksanaan Tindakan Kelas... Daftar Nilai Hasil Tes Formatif Siklus I... Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif pada Pratindakan dan Siklus I...

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Bagan Kerangka Pikir... Desain Penelitian... Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Pertemuan I-IV pada Siklus I... Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Afektif Pertemuan I-IV pada Siklus I... Diagram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Pertemuan I-IV pada Siklus I... Diagram Peningkatan Hasil Belajar sebelum dan

sesudah tindakan ...

Halaman 43 48

89

91

92

(15)

xv

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA... Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA... Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan melakukan tindakan secara alami dan menyusun) dalam Pembelajaran IPA... Rubrik Penskoran Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan melakukan tindakan secara alami dan menyusun) dalam Pembelajaran IPA... Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Hasil Obervasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Contoh Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Contoh Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik (Keterampilan melakukan tindakan

(16)

xvi

secara alami dan menyusun) dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif (Sikap Ilmiah) dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Rekapitulasi Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik (Melakukan tindakan secara alami dan menyusun) dalam Pembelajaran IPA dengan PLAS... Soal Evaluasi Pertemuan I... Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Evaluasi Pertemuan I... Contoh Hasil Tes Evaluasi Pertemuan I... Soal Evaluasi Pertemuan II... Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Evaluasi Pertemuan II... Contoh Hasil Tes Evaluasi Pertemuan II... Soal Evaluasi Pertemuan III... Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Evaluasi Pertemuan III... Contoh Hasil Tes Evaluasi Pertemuan III... Soal Tes Formatif Siklus I... Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Formatif Siklus I... Contoh Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I... Daftar Nilai Pre-test,Tes Pertemuan I-III, dan Siklus

(17)

xvii Lampiran 29.

Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33.

I... Catatan Lapangan... Lembar Pernyataan Validator Instrumen... Surat Ijin Penelitian... Surat Keterangan Penelitian... Gambar Kegiatan Pembelajaran...

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sekolah dasar merupakan salah satu sistem pendidikan dasar yang dilaksanakan oleh pemerintah yang berlandaskan pada kecerdasan spriritual, intelektual, dan emosional. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang diarahkan agar dapat memberdayakan potensi siswa, mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, dan mengaktualisasikan diri.

(19)

2

dalam proses transisi dari pembelajaran berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dibuat oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013). Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific pada proses pembelajarannya. Melalui pendekatan tersebut, siswa dapat berperan aktif dengan belajar mengamati, menalar, menanya, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian proses pembelajaran menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan informasi berdasarkan pengalamannya, sehingga pembelajaran pada Kurikulum 2013 dapat lebih bermakna dan berpusat pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013, idealnya guru dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Salah satunya dengan melakukan inovasi dalam strategi, metode maupun teknik pembelajaran.

(20)

3

tahun pertama, terdapat berbagai masalah dalam pelaksanaan maupun administrasi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada tenaga pendidik mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 sehingga tenaga pendidik masih merasa kebingungan. Namun memasuki tahun ketiga ini, tenaga pendidik di SD Negeri Karangrejek II sudah dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Tenaga pendidik sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan petunjuk pada buku guru.

(21)

4

merasa kebingungan dan juga siswa belum mampu menyusun kalimat laporan dengan baik dan benar. Selain itu, sebagian besar siswa juga belum mampu menyampaikan laporan hasil pekerjaan individu maupun kelompok dengan baik dan benar. Hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyusun kalimat laporan dan menyampaikan hasil diskusi.

Masalah lain yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu terdapat beberapa siswa yang merespon dengan kurang baik seseorang yang tergolong baru di kelas mereka. Beberapa siswa terlihat berbicara sendiri dan memukul-mukul meja sambil bernyanyi. Ketika bertanya ataupun meminta penjelasan kepada guru, ada beberapa siswa yang bertanya dengan kurang sopan. Selain itu, ada beberapa siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan, sebagai contohnya siswa menggunakan air untuk hal-hal yang kurang penting serta dapat merugikan orang lain. Ada juga siswa yang tidak membuang sampah pada tempatnya, dan hanya membuangnya di laci meja. Oleh sebab itulah sikap afektif siswa juga perlu dikembangkan.

(22)

5

pembelajaran tematik di kelas IVb, nilai mata pelajaran IPA belum mencapai KKM yaitu 75. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan rata-rata penilaian tengah semester I siswa IVb pada tahun ajaran 2016/2017.

Tabel 1. Rata-rata Penilaian Tengah Semester I Kelas IVb pada Tahun Ajaran 2016/2017

Kelas

Nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia PPKn IPA IPS Matematika SBDP

IVb 75,91 85,57 73,07 75,57 80,27 80,34

(23)

6

luar kelas. Namun, pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam proses pembelajaran IPA pada kelas IVb SD Negeri Karangrejek II pada tahun ajaran 2016/2017 masih belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) belum pernah diterapkan untuk mendukung proses pembelajaran IPA di kelas IVb SD Negeri Karangrejek II.

Penerapan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) dirasa akan dapat memberikan dampak positif dalam proses pembelajaran yaitu meningkatnya hasil belajar IPA pada kelas IVb. Dalam proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) akan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Oleh sebab itu, proses pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa belajar memperoleh informasi secara langsung dengan cara mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

Berdasarkan uraian di atas mengenai upaya meningkatkan hasil belajar IPA di kelas IVb SD Negeri Karangrejek II, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas tentang penerapan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IVb SD Negeri Karangrejek II. B. Identifikasi Masalah

(24)

7

1. Kurangnya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IVb di SD Negeri Karangrejek II tahun ajaran 2016/2017.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVb di SD Negeri Karangrejek II tahun ajaran 2016/2017 pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor tergolong masih rendah.

3. Pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas IVb di SD Negeri Karangrejek II tahun ajaran 2016/2017.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti membatasi permasalahan pada Penerapan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Tahun Ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

(25)

8 E. Tujuan penelitian

1. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) pada mata pelajaran IPA di Kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Tahun Ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: a. Bagi Guru

1) Merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pendekatan pembelajaran

2) Memberikan informasi kepada guru untuk lebih menekankan pembelajaran pada keaktifan peserta didik.

3) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

b. Bagi peserta didik

1) Memberikan masukan kepada peserta didik agar berperan aktif selama kegiatan pembelajaran terutama untuk aktif bertanya terhadap materi yang belum dipahami dan partisipasi aktif

2) Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Memberikan suasana baru dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik lebih antusias dalam belajar.

(26)

9 c. Bagi Peneliti

1) Usaha pembuktian tentang teori-teori yang telah didapatkan dibangku kuliah agar peneliti benar-benar memiliki pemahaman yang tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga praktiknya di lapangan.

2) Memberikan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS).

(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik Integratif

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan antara berbagai mata pelajaran dengan menggunakan tema tertentu. Tema tersebut kemudian dielaborasi dari berbagai sudut pandang baik dari pandangan ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, humaniora maupun agama, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik (Kadir dan Asrohah, 2015: 9). Sejalan dengan hal tersebut, Zuhdi (2013) manyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran tematik terpadu juga sering disebut sebagai pembelajaran tematik terintegrasi (integrated thematic instruction). Pendekatan pembelajaran tematik terintegrasi ini pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, serta siswa yang belajar cepat (Kemendikbud, 2013: 187).

(28)

11

pembelajaran tematik integratif, buku pegangan guru maupun buku siswa di dasarkan pada tema-tema yang sudah ditentukan, ketika tema satu telah selesai barulah buku tema dua dibagikan, seperti itu seterusnya.

Menurut salinan lampiran Permendikbud No. 67 tentang kurikulum sekolah dasar (2013: 132) pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Mata pelajaran Pendidikan Agama dan budi pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik integratif. Permendikbud (2013: 134) menyatakan bahwa tema yang ada merajut makna berbagai konsep dasar dan kompetensi sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara sebagian. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa kompetensi dari berbagai bidang studi menjadi satu tema tertentu, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan pengetahuannya tidak dibatasi dalam disiplin ilmu tertentu. Dengan demikian, pembelajaran akan dapat mengembangkan ranah kognitif/pengetahuan, afektif/sikap dan juga psikomotor/keterampilan siswa dengan seimbang dan menyeluruh.

2. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif

(29)

12

a. Pembelajaran tematik integratif mempunyai satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa, dan terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Tema tersebut menjadi pemersatu materi dari berbagai mata pelajaran.

b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi dari berbagai mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.

c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

d. Materi dari berbagai mata pelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa, misalnya minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Ini berarti bahwa materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Berdasarkan uraian di atas mengenai prinsip-prinsip pembelajaran tematik integratif, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah suatu proses pembelajaran yang berpedoman pada satu tema tertentu yang mengaitkan beberapa materi pelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa untuk mencapai sebuah tujuan dalam kurikulum.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

(30)

13 a. Berpusat pada siswa

Dalam Penerapan pembelajaran tematik, proses pembelajarannya berpusat pada siswa atau (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan aktifitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung (direct experiences) bagi peserta didik. Dengan pengalaman langsung, peserta didik diharapkan mampu memahami sesuatu yang abstrak berdasarkan sesuatu yang nyata atau konkrit.

c. Pemisahan pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema yang paling dekat dan berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

(31)

14

Bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik ke dalam lingkungan tempat sekolah.

Berdasarkan uraian di atas mengenai karakteristik pembelajaran tematik integratif, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah suatu proses pembelajaran yang menyajikan suatu konsep atau materi pelajaran yang saling terkait dalam satu tema tertentu yang dekat dengan kehidupan siswa. Proses pembelajaran bersifat fleksibel dan berpusat pada siswa sehingga dapat memberikan pengalaman secara langsung.

B. Pembelajaran IPA

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum 2013

Susanto (2013: 165) menjelaskan bahwa IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuwan. Adapun sikap yang dimaksud yaitu : sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan atau penyelesaian masalah sederhana, bukan lagi hafalan terhadap sekumpulan konsep IPA (Sulistyowati dan Widi, 2014: 26)

(32)

15

pada tahap ini aktivitas pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pengalaman langsung sangat efektif dibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal atau kata-kata. Dalam pembelajaran IPA peserta didik harus dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri konsep-konsep IPA yang akan dipelajari. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menguasai cara mengajarkan IPA kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang bisa melatih peserta didik untuk memecahkan sendiri permasalahan yang dihadapinya melalui pengalamannya secara langsung.

Sulistyowati dan Widi (2014: 29) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran IPA yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013, terdapat hubungan antar komponen kompetensi, materi, pendekatan, metode dan media. Komponen kurikulum berbasis kompetensi dalam kurikulum 2013 terdiri atas:

a. Kompetensi pembelajaran IPA yang berbentuk Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD).

b. Materi pembelajaran IPA yang berbentuk materi pokok, uraian materi pokok dan sumber belajar dalam bentuk keterpaduan/tematik integratif. c. Pendekatan, metode dan media pembelajaran IPA yang bersifat student

oriented, student active, dan life skill oriented.

d. Penilaian/asesmen hasil pembelajaran (hasil belajar) IPA yang bersifat multi dimensi.

2. Materi Pembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum 2013 di Kelas IV Sekolah Dasar

(33)

16

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi:

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

3.5 Mengidentifikasi berbagai sumber energi, perubahan bentuk energi dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik dan nuklir) dalam kehidupan sehari-hari

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat dan

dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

4.6 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan penelusuran informasi tentang berbagai perubahan bentuk energi

(34)

17 a. Sumber Energi di Indonesia

Sumber energi adalah sumber tenaga yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Adapun beberapa sumber energi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan sehari-hari ialah :

1) Energi panas

Energi panas disebut juga energi kalor. Energi panas memiliki manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan manusia. Sumber energi panas adalah api dan matahari. Api sangat bermanfaat bagi kehidupan, diantaranya untuk memasak, menjalankan mesin serta memusnahkan sampah atau makanan. Sedangkan sumber energi panas matahari biasanya dimanfaatkan untuk menjemur baju, ikan, hasil pertanian, membantu proses pembuatan garam dan lain-lain. Matahari juga merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia di bumi. Jika saja tidak ada matahari di bumi kita ini, pasti segala kehidupan akan musnah.

2) Energi listrik

(35)

18

Sedangkan aki digunakan untuk menyalakan mesin motor atau mobil, selain itu juga dapat menyalakan lampu dan bel pada sepeda motor ataupun mobil. Sedangkan energi listrik untuk menyalakan benda-benda elektronik yang membutuhkan tegangan listrik tinggi di rumah kita berasal dari PLN yang menggunakan batu bara untuk menghasilkan energi listrik.

3) Energi cahaya

Energi cahaya berasal dari benda yang bersinar sehingga dapat membantu menerangi ketika gelap. Adapun contoh benda yang merupakan sumber energi cahaya adalah lampu, senter, lilin dan lampu tempel. Benda-benda tersebut dapat menghasilkan energi cahaya dengan memanfaatkan sumber energi lainnya yaitu listrik dan minyak tanah. Sedangkan sumber energi cahaya utama di bumi adalah matahari, jika tidak ada matahari bumi akan gelap dan tidak ada kehidupan. 4) Energi bunyi

Sumber energi bunyi berasal dari benda yang dapat menghasilkan suara. Adapun contoh sumber energi bunyi adalah orang berbicara, menyanyi, alat musik dan juga benda-benda elektronik seperti radio dan televisi.

b. Sumber energi alternatif di Indonesia

(36)

19 1) Energi matahari

Energi matahari selain dimanfaatkan secara langsung untuk menjemur pakaian, hasil panen atau ikan asin, dapat juga dimanfaatkan untuk diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan alat canggih yaitu panel surya. Panel surya berfungsi menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Hal tersebut dapat mengurangi penggunaan lisitrik dari PLN. Selain itu sekarang juga baru dikembangkan teknologi untuk menggerakan mobil yang memanfaatkan energi matahari. Jika hal tersebut berhasil maka akan mengurangi polusi udara. 2) Energi angin

Angin juga merupakan sumber energi alternatif karena keberadaannya yang tidak akan pernah habis. Hal tersebut menjadi alasan untuk memanfaatkan sumber energi angin yaitu dengan teknologi kincir angin yang berfungsi untuk mengubah energi angin menjadi energi listrik. Namun di Indonesia pemanfaatan energi angin nampaknya belum maksimal.

3) Energi air

(37)

20 4) Energi panas bumi

Energi panas bumi berasal dari dalam perut bumi yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang memanfaatkan uap dari panasi bumi disebut dengan PLTU atau pembangkit listrik tenaga uap. Uap panas dari dalam bumi dialirkan ke permukaan dengan menggunakan pipa yang berfungsi memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik. Di Indonesia pembangkit litrik tenaga uap terdapat di daerah Kamojang, Jawa Barat.

c. Perubahan energi

Perubahan energi adalah perubahan suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Berikut ini beberapa contoh perubahan energi :

1) Energi cahaya menjadi energi listrik. Contoh : panel surya

2) Energi kimia (minyak bumi) menjadi gerak. Contoh : sepeda motor, mobil, diesel, mesin penggiling dan lain-lain

3) Energi kimia (minyak bumi) menjadi panas. Contoh : kompor minyak, lampu tempel

4) Energi gerak menjadi energi listrik. Contoh : dinamo, kincir angin dan generator pada turbin air (PLTA)

5) Energi listrik menjadi energi gerak. Contoh : mixer, blender, pompa air, mobil mainan, kipas angin, bor dan AC

6) Energi gerak menjadi energi bunyi. Contoh : bertepuk tangan

(38)

21

8) Energi listrik menjadi energi energi panas. Contoh : setrika, oven, solder, microwave, hairdryer

9) Energi listrik menjadi energi cahaya. Contoh : lampu, televisi, komputer, senter

10) Energi listrik menjadi energi bunyi. Contoh : radio, bel listrik, sirine, alarm C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (Majid, 2014: 27) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut juga sependapat dengan Majid (2014: 28) dalam kutipan sebagai berikut.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Kunandar (2008: 271) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian terhadap siswa bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi pembelajaran atau belum. Penilaian yang dilakukan berupa tes dan observasi kepada masing-masing siswa.

(39)

22

tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami materi pembelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa angka-angka atau penilaian yang dijelaskan secara kualitatif. Melalui proses pembelajaran diharapkan peserta didik memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.

Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang diperoleh dari aktivitas belajar peserta didik. Hasil belajar dapat berupa pemahaman, sikap, dan keterampilan setelah peserta didik mengalami perubahan belajar pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga dalam penerapan pendekatan lingkungan alam sekitar dalam proses pembelajaran ini yang dicapai berupa aspek kognitif setelah peserta didik diberi tes, aspek afektif dapat dinilai dari proses pembelajaran dan aspek keterampilan dilihat dari peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan serta terampil dalam menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(40)

23

buku Sudjana, (2006: 39) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan dan kualitas pengajaran. Keduanya dapat diminimalisir apabila guru selaku pendidik mampu mengorganisir atau mengelola proses pembelajaran di dalam kelas dengan baik.

Menurut Purwanto (2007: 107) menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).

a. Faktor yang berasal dari dalam diri anak adalah

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) yang meliputi: kondisi fisik dan panca indera. 2) Faktor psikologi yang meliputi: bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan

kemampuan kognitif

b. Faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah 1) Faktor lingkungan yang meliputi: alam dan sosial.

(41)

24 3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dalam hasil revisi dari Taksonomi Bloom menurut Anderson dan Krathwohl (2015: 100) dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari : 1) Mengingat (remembering)

Mengingat merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah tingkatannya. Mengingat juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengambil pengetahuan atau suatu informasi yang telah dilihat, didengar dan dibaca sebelumnya dari memori jangka panjang. Kategori ini mencakup dua aspek, yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, memasangkan, mengidentifikasi, menandai, menamai dan membilang.

2) Memahami (understanding)

Memahami merupakan kemampuan mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru. Jawaban peserta didik tidak hanya sekedar mengingat kembali suatu informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, menjelaskan, dan membandingkan.

3) Mengaplikasikan (applying)

(42)

25

erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori ini mencakup dua aspek, yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata operasionalnya melaksanakan, menggunakan, melakukan, memilih, mempraktekan, menjalankan, menyusun, menyelesaikan, mendekteksi dan memulai.

4) Menganalisis (analyzing)

Menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya serta menjelaskan hubungan dari unsur-unsur tersebut. Kata operasionalnya yaitu menguraikan, mengorganisir, menyusun ulang, membandingkan, mengubah struktur, mengkerangkakan, mengintegrasikan, membedakan dan menyamakan.

5) Mengevaluasi (evaluating)

Mengevaluasi merupakan kemampuan mengambil keputusan atau membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam aspek dalam proses kognitif dalam kategori ini, yaitu memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesis, memprediksi, mengkritik, menguji, menilai, membenarkan dan menyalahkan.

6) Mencipta (creating)

(43)

26

Berdasarkan pendapat ahli yang telah diuraikan di atas, bahwa aspek penilaian hasil belajar pada ranah kognitif terdiri dari mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dalam penelitian ini aspek penilaian yang digunakan yaitu mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Ketiga aspek tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa kelas IV terhadap materi pelajaran.

b. Aspek penilaian afektif terdiri dari :

1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar

2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dll

3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll

4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai

5) Membentuk watak (characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku

(44)

27 c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari : 1) Meniru (perception)

Meniru adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.

2) Menyusun (manipulating)

Menyusun adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

3) Melakukan dengan prosedur (precision)

Melakukan dengan prosedur adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. 4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)

Melakukan dengan baik dan tepat merupakan kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.

5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

Melakukan tindakan secara alami merupakan kemampuan melakukan kegiatan secara refleks, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.

(45)

28

keterampilan proses IPA (menyusun laporan dan melakukan tindakan secara alami).

4. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Majid (2014: 77) mengemukakan bahwa teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut :

a. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan

jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (ratting scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

(46)

29

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan dalam penilaian kompetensi sikap yaitu dengan metode observasi. Observasi dilakukan secara langsung kepada masing-masing individu dengan menggunakan pedoman lembar observasi yang berisi indikator-indikator perilaku yang diamati disertai dengan rubrik pengamatan.

b. Penilaian kompetensi pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

(47)

30 c. Penilaian kompetensi keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)

yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik dilingkungannya.

(48)

31 D. Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

1. Pengertian Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

Suleman (Hamzah Uno, 2014: 137) mendefinisikan bahwa lingkungan merupakan suatu keadaan di sekitar kita. Lingkungan secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu lingkungan alam dan buatan. Barlia (2006: 2), mengatakan proses belajar mengajar dengan mengaplikasikan PLAS adalah upaya pengembangan kurikulum sekolah yang ada, dengan mengikutsertakan segala fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar. Mengajar dengan PLAS dapat didefinisikan sebagai menggunakan atau memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar sekolah, sebagai laboratorium untuk belajar.

Pengembangan lebih jauh dari pengertian di atas menurut Barlia (2006: 4), menuntut seorang guru untuk memahami bahwa pendidikan dengan PLAS adalah suatu pendekatan di dalam proses belajar mengajar dalam rangka menuju keberhasilan kurikulum, yang meliputi:

1) Pengembangan dan perluasan ruangan kelas menuju ke penggunaan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium belajar.

2) Serangkaian pemenuhan pengalaman langsung untuk segala tingkat kurikulum dengan bahan-bahan pelajaran yang bersifat alami dan dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak didik akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan segala bentuk kehidupan yang ada di dalamnya.

3) Program yang melibatkan anak didik, guru dan sumber-sumber lainnya, untuk merencanakan dan bekerja sama di dalam mengembangkan iklim belajar mengajar yang optimal.

(49)

32

merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PLAS adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi dan berlangsung di lingkungan alam sekitar dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada sebagai sumber belajar dengan cara menyediakan bahan-bahan pelajaran langsung yang memungkinkan siswa melakukan pengamatan langsung. Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dengan PLAS dengan mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati langsung sesuatu yang ada dan terjadi di lingkungan alam sekitar.

2. Pentingnya Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

(50)

33

3. Tujuan Pokok Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

Vera (2012: 22-25), mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran melalui aktivitas di luar kelas dengan PLAS meliputi:

a. Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kreativitas seluas-luasnya di alam terbuka dan mengembangkan inisiatif personal mereka.

b. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik.

c. Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa membina hubungan baik dengan alam.

d. Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik. e. Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik.

f. Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan.

g. Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif.

h. Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan di luar kelas.

i. Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid.

(51)

34

k. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan.

l. Agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran. Berdasarkan pendapat ahli yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) juga bertujuan membentuk sikap dan mental peserta didik serta mengembangkan bakat, kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan.

4. Manfaat Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

(52)

35

Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS) cocok diterapkan dalam setiap proses pembelajaran karena memungkinkan siswa melalui dimensi proses-proses afektif dan psikomotor bukan hanya dimensi pengetahuan saja. Anderson dan Krathwohl (2010: 43), menyebutkan enam kategori pada dimensi proses kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dalam penelitian ini dimensi proses kognitif yang akan diteliti meliputi mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.

5. Lokasi-lokasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran

Vera (2012: 83), menyebutkan lokasi-lokasi pembelajaran yang dapat digunakan untuk belajar di luar kelas dengan PLAS yaitu: lingkungan di dalam dan di luar sekolah. Kriteria lokasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran di luar kelas dengan PLAS seperti ukuran, keanekaragaman, aksesibilitas, keamanan dan bebas.

a. Lingkungan di dalam sekolah

Dalam konteks ini, objek-objek pembelajaran di lingkungan sekolah berada di area sekolah (di pekarangan sekolah) dan masih dimiliki oleh sekolah seperti halaman sekolah, taman bunga di sekolah, pohon-pohon yang ada di halaman sekolah (termasuk lokasi di bawah pohon), halaman belakang sekolah, lapangan sekolah, koperasi sekolah dan kolam yang ada di area sekolah.

(53)

36

mengganggu kegiatan belajar kelas lain, representatif (dapat menyenangkan dan menambah konsentrasi para siswa).

b. Lingkungan di luar sekolah

Lokasi ini merupakan objek-objek pembelajaran yang ada di luar area sekolah (di luar pekarangan sekolah). Adapun objek-objek yang bisa dikunjungi untuk pembelajaran diantaranya persawahan, kebun binatang, museum, perusahaan, sungai, laut, perkebunan, danau, pegunungan, rumah ibadah, panti asuhan, panti jompo, warung, pasar, pemukiman penduduk, kandang hewan, taman, hutan, cagar alam, objek wisata dan jembatan. Pertimbangan dalam memilih objek pembelajaran di luar sekolah diantaranya sesuai dengan kurikulum yang berlaku, mudah dijangkau, tidak membutuhkan biaya mahal, memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai materi, dan tidak asing bagi guru.

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi-lokasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) yaitu lingkungan di dalam dan di luar sekolah. Dalam penelitian ini lokasi yang akan digunakan adalah lingkungan di luar sekolah.

6. Metode Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar

Vera (2012: 107), menyebutkan tiga metode pembelajaran di luar kelas yang bisa digunakan yaitu:

a. Metode Penugasan

(54)

37

lebih banyak, memperkaya pemahaman, menumbuhkan kebiasaan mencari dan mengolah informasi, serta lebih bergairah dalam belajar.

Langkah-langkah pokok penugasan di luar kelas disebutkan oleh Vera (2012: 112-114), adalah sebagai berikut:

1) Materi tugas yang diberikan oleh guru kepada para siswa di luar kelas harus jelas dan bisa dikerjakan di luar kelas (di lingkungan sekitar).

2) Guru yang memberi tugas kepada para siswa harus bertanggung jawab penuh terhadap tugas itu, khususnya secara keilmuan.

3) Sebaiknya, tugas yang diberikan dikerjakan secara berkelompok

4) Guru harus menentukan tempat dan lama waktu penyelesaian tugas dengan jelas.

5) Tugas yang diberikan tidak memberatkan siswa dan dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

6) Jangan sampai para siswa yang mengerjakan tugas di luar kelas berbuat hal-hal yang dapat merugikan orang lain.

b. Metode Bermain

Metode permainan yaitu cara menyajikan mata pelajaran di luar kelas dengan mengajak para siswa bermain untuk memperoleh dan menemukan pengertian dan konsep, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pelajaran tertentu. Manfaat metode bermain diantaranya dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik dan contoh-contoh yang menyenangkan, dapat menanamkan nilai kejujuran pada diri siswa, bisa menanamkan semangat dalam memecahkan masalah, dapat membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, dapat memupuk dan mengembangkan rasa kerja sama antarsiswa, mampu mengembangkan kreativitas siswa, dan mampu menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya belajar.

(55)

38

1) Mempersiapkan permainan, meliputi: menentukan topik, merumuskan tujuan pembelajaran khusus, mempersiapkan alat dan bahan permainan yang dibutuhkan, dan menyusun petunjuk pelaksanaan metode permainan. 2) Pelaksanaan, meliputi: menjelaskan maksud dan tujuan permainan, siswa

dibagi atas beberapa kelompok, dan siswa diminta menjelaskan hasil permainan.

3) Evaluasi, meliputi: evaluasi harus menyinggung kembali persoalan kemanfaatan dan tujuan yang telah dicapai dalam permainan, menyinggung kesalahan yang telah terjadi dalam permainan, mengaitkan teori pelajaran yang ada di buku.

c. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode atau cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas (Vera, 2012: 134). Metode itu dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai sesuatu yang diamati, kemudian menyimpulkannya. Dalam metode ini para siswa diajak berkeliling di sekitar lingkungan sekolah guna melakukan pengamatan terhadap objek yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dibahas. Lokasi yang dijadikan tujuan observasi ialah yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan dipelajari.

(56)

39

di kelas; dan 4. dapat memperluas cakrawala berpikir para siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dan dipadukan dengan kenyataan yang ada di lapangan (di luar kelas).

Langkah-langkah pokok metode observasi di luar kelas menurut Vera (2012: 137-141), adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan Observasi

a) Menetapkan tujuan pembelajaran.

b) Menetapkan objek yang akan diobservasi.

c) Menentukan alat yang dibutuhkan dalam observasi. d) Membuat instrumen untuk mengadakan observasi.

e) Memperkirakan risiko-risiko yang bisa muncul ketika observasi, sehingga memunculkan solusi dalam menyikapi risiko tersebut dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2) Pelaksanaan Observasi

a) Para siswa dan guru secara langsung menuju ke tempat observasi yang telah ditentukan (direncanakan) sebelumnya.

b) Para siswa mengadakan pengamatan terhadap objek observasi dan dibimbing oleh guru yang mendampingi.

c) Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga harus menerangkan tentang sesuatu yang diamati oleh para siswa.

d) Guru bertanya untuk menguji pemahaman siswa.

e) Ketika melakukan pengamatan, para siswa harus mencatat semua hasil pengamatan. Setelah observasi dilakukan, siswa menyusun ke dalam bentuk laporan yang diserahkan kepada guru, kemudian hasil laporan itu dibahas bersama dan diberi nilai oleh guru.

(57)

40 E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Kasiyanti tahun 2013 menunjukkan bahwa pemanfaatan PLAS dapat meingkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata ranah kognitif dari kegiatan pra tindakan, siklus I dan siklus II sebesar 68,00 ; 79,07 dan 88,93. Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasiyanti yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) pada proses pembelajaran. Namun dalam peneitian ini juga terdapat perbedaan, yaitu dalam penelitian yang dilakukan oleh Kasiyanti memanfaatkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sedangkan dalam penelitian ini pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) diterapkan pada proses pembelajaran tematik integratif pada Kurikulum 2013 serta dikolaborasikan dengan pendekatan scientific.

(58)

41

sekitar (PLAS) dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Kerangka Berfikir

IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari dan berkaitan langsung dengan kondisi dan peristiwa alam sekitar. Ketika mempelajari IPA akan lebih baik jika siswa mengamati secara langsung segala sesuatu yang ada dan yang terjadi di lingkungan alam sekitar. Hal tersebut akan memperkuat daya ingat dan mengembangkan kemampuan kognitif siswa.

Pada tahap perkembangan anak yang berumur 7-11 tahun atau sering disebut tahap operasional konkret, anak mulai berfikir secara objektif dan operasional dalam mengidentifikasi suatu benda serta mulai menggunakan hubungan sebab akibat. Pada usia ini, anak dapat memahami suatu peristiwa yang terjadi dengan menangani benda secara langsung. Anak juga dapat menjawab suatu permasalahan dengan baik apabila dihadapkan dengan benda maupun situasi secara langsung.

(59)

42

pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran IPA, akan lebih baik jika peserta didik diberikan pengalaman secara langsung dengan mengamati sesuatu yang ada dan terjadi di lingkungan alam sekitar. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan anak usia SD (7-12 tahun) atau sering disebut tahap operasional konkret yang menjelaskan bahwa pada usia anak tersebut anak akan lebih memahami jika dihadapkan langsung dengan benda yang nyata disekitarnya.

(60)

43

Gambar.1 Bagan Kerangka Berfikir

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah penerapan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) dalam proses pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Tahun Ajaran 2016/2017.

H. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki variabel tentang IPA, pendekatan lingkungan alam sekitar dan hasil belajar. Definisi masing-masing variabel tersebut adalah :

1. Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk terlibat langsung dengan

Menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan

menyenangkan bagi siswa dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVb SD N Karangrejek II.

(61)

44

lingkungan dimana fakta atau gejala alam tersebut berada. Pembelajaran dengan menerapkan PLAS ini berlangsung dengan mengkombinasikan tiga metode yaitu field trip, penugasan dan permainan. Melalui metode field trip

siswa diajak mengunjungi suatu tempat yaitu rumah susun/pemukiman penduduk, kawasan pertokoan, ringroad, dan pabrik pembuatan tahu dan tempe dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Selanjutnya, dengan metode penugasan siswa diberikan suatu tugas di luar kelas untuk mengamati dan melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar dengan tujuan memperoleh informasi dan menambah pemahaman siswa. Kemudian metode yang terakhir yaitu permainan, siswa diberikan petunjuk untuk melakukan sebuah permainan edukatif secara berkelompok. Permainan edukatif tersebut dihubungkan dengan materi pembelajaran dengan tujuan melatih ketangkasan berfikir, dapat menanamkan nilai kejujuran pada diri siswa, bisa menanamkan semangat dalam memecahkan masalah, dapat memupuk dan mengembangkan rasa kerja sama antarsiswa, serta mampu mengembangkan kreativitas siswa. 2. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari aktivitas

(62)

45

(63)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu pengamatan terhadap pembelajaran. Penelitian tindakan kelas digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Arikunto, 2010: 3).

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang sengaja dilakukan oleh guru yang bersifat sistematis dan reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Atas dasar itulah peneliti memilih penelitian tindakan kelas karena ingin memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS).

2. Desain Penelitian

(64)

47

efisien. Suharsimi Arikunto (2010: 17-19), bahwa model Kemmis dan Mc Taggart terdiri atas empat tahap, yaitu:

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.

c. Pengamatan (Observing)

Tahap pengamatan yaitu kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh pengamat.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Jika ternyata hasilnya belum memuaskan, maka perlu ada rancangan ulang untuk diperbaiki, dimodifikasi untuk siklus berikutnya.

Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010: 131), memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan komponen tindakan

(65)

48

dilakukan. Hasil dari pengamatan kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi.

Rancangan penelitian terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis & Taggart (Arikunto,

2010 : 132)

Keterangan : Siklus I :

1) Perencanaan I

2) Perlakuan (Tindakan) I dan Pengamatan I.

3) Refleksi I.

Siklus II :

1) Perencanaan II.

2) Perlakuan (Tindakan) II dan Pengamatan II.

3) Refleksi II.

(66)

49 1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dilakukan pengamatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IVb SD Negeri Karangrejek II. Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh suatu permasalahan, yaitu guru belum menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta belum memanfaatkan lingkungan alam sekitar untuk mendukung proses pembelajaran, sehingga nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tergolong paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Dari masalah tersebut, maka peneliti dalam tahap perencanaan ini dapat membuat sebuah perencanaan yaitu:

a) Menentukan materi pelajaran IPA yang akan diteliti, yaitu sumber energi di lingkungan sekitar dengan menerapkan PLAS.

b) Menentukan indikator pembelajaran.

c) Membuat RPP tentang materi sumber energi di lingkungan sekitar dengan menerapkan PLAS. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari dosen pembimbing skripsi.

d) Menyiapkan media, alat peraga, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e) Merancang instrumen dalam bentuk lembar observasi untuk guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran dengan PLAS serta instrumen lembar observasi hasil belajar siswa ranah psikomotorik (keterampilan proses meniru dan menyusun) dan ranah afektif (sikap ilmiah siswa).

(67)

50 2) Perlakuan (Tindakan)

Tindakan sebagai sebuah pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan. Perencanaan tersebut dilihat dari tindakan penerapan pendekatan lingkungan alam sekitar. Namun, perencanaan yang dibuat harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Jadi, tindakan bersifat dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Tindakan pembelajaran IPA dengan menerapkan PLAS digunakan dalam pembelajaran materi sumber energi di lingkungan sekitar. Selama kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan PLAS yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat.

3) Pengamatan

Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan, yaitu penerapan PLAS dalam pembelajaran IPA materi sumber energi di lingkungan sekitar. Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan PLAS yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotor (sikap ilmiah dan keterampilan proses).

4) Refleksi

(68)

51

a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, yaitu pencapaian hasil belajar setelah dilakukan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan PLAS. b) Mencari kemungkinan penyebab jika tindakan belum berhasil meningkatkan

hasil belajar.

Kemudian berdasarkan refleksi yang telah dilakukan peneliti, peneliti dapat menentukan hal-hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hal itu dilakukan demi tercapainya hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangrejek II kelas IVb tahun ajaran 2016/2017. Lokasi sekolah ini sangat baik digunakan untuk tempat penelitian karena sesuai dengan materi sumber energi di lingkungan sekitar. Sekolah mempunyai potensi lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar yang nyata sehingga peserta didik diharapkan lebih memahami materi yang disampaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Wonosari Gunungkidul dengan jumlah 22 siswa, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Pengambilan subjek penelitian di kelas IVb SD Negeri Karangrejek II Wonosari Gunungkidul dengan alasan sebagai berikut :

1. Di kelas IVb hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tergolong paling rendah.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Penilaian Tengah Semester I Kelas IVb pada Tahun Ajaran 2016/2017
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV
Gambar 2. Desain Penelitian
Tabel 3. Kisi-kisi Tes Kompetensi Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

[r]

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis berharap jika mendisain tiket konser musik dengan menggunakan Adobe Photoshop versi 5.5 dengan bagus dan menarik nantinya akan dapat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Asep Dedy Sutrisno 2014

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Perpustakaan secara tradisional memang lebih mudah untuk dikelola, dan memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perpustakaan yang berbasiskan komputer, akan

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |