BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati,
ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan
analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,
seperti tema, alur, latar, diperlukan pula latar sosial dan kesejarahannyan.
Pradopo (2003:167) mengemukakan bahwa sebuah karya sastra baik puisi
maupun prosa mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang
mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini dapat berupa
persamaan atau pertentangan.
Dalam penelitian sastra sampai saat ini dianggap masih terbatas pada
teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan
sebuah penelitian sastra yang hanya bersifat deskriptif. Hasil penelitian hanya
sebatas pada hal-hal teoretik sastra sehingga wujud wilayah penelitian sastra
hanya untuk sastra. Seharusnya penelitian sastra tidak hanya sebatas deskripsi
teori-teori saja, melainkan juga pada hubungan sastra dengan konteks lain di
luar karya sastra. Penelitian yang muncul tidak hanya terbatas pada aspek
struktur sastra saja, tetapi juga pada aspek sosial yang lebih luas dan lebih
kompleks mengingat karena karya sastra merupakan bahan komunikasi antara
pengarang dengan pembaca.
Penelitian sastra cenderung lebih menekankan pada penelitian struktur
sastra. Penelitian yang seperti itu hanya mengacu pada penelitian sastra untuk
sastra itu sendiri. Endraswara (2003:2) menyatakan bahwa paradigma
kecenderungan penelitian sastra hanya pada penelitian struktur menjadikan
penelitian sastra kurang berbobot secara kadar keilmiahannya. Penelitian
struktur sastra sangat penting untuk memahami sastra secara mendalam, tetapi
unsur di luar karya sastra juga harus mendapatkan perhatian yang besar. Jika
dalam penelitian sastra yang dikaji adalah struktur saja, penelitian itu tidak
banyak berimplikasi pada kehadiran sastra dalam masyarakat dan sastra akan
tetap ada, tetapi hanya di dunianya sendiri.
Pendekatan penelitian sastra yang hanya cenderung pada struktur sastra
mungkin disebabkan oleh miskinnya teori yang membumi, khususnya pada
aspek makna. Penelitian sastra seharusnya mampu mengungkapkan sejauh
mana tanggapan pembaca sastra, sebab pembaca merupakan bagian penting
dalam rangka pengembangan karya sastra. Endraswara (2003:1)
mengemukakan bahwa kepincangan penelitian sastra yang terasa sampai saat
ini adalah masih jarang peneliti yang berani menerapkan metode eksperimen.
Pendekatan penelitian yang variatif (tidak hanya struktur saja), secara ilmiah
penelitian sastra akan lebih berbobot karena tidak hanya sebagai penelitian
sastra untuk sastra, melainkan memperluas fokus penelitian di luar struktur
sastra yaitu makna sastra beserta segala hubungannya di luar karya sastra.
Endraswara (2003:4), mengemukakan bahwa penelitian sastra dirundung
penelitian sastra lama dan klasik, (2) masyarakat kurang memiliki sikap positif
terhadap hasil penelitian sastra. Kedua kendala tersebut berakibat
memunculkan pandangan yang negatif terhadap penelitian sastra karena
penelitian sastra kurang memberikan dampak langsung terhadap kehidupan
masyarakat secara luas. Mengacu pada hal tersebut, penelitian sastra
seharusnya mengarah pada karya sastra sebagai fakta sosial dan fakta mental
manusia.
Berdasarkan beberapa masalah dalam penelitian sastra yang disebutkan
di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian sastra hanya cenderung pada
penelitian struktur saja. Idealnya penelitian sastra tidak hanya pada struktur
saja, melainkan juga makna karya sastra yang cakupannya lebih luas.
Berhubungan dengan penelitian sastra yang lebih luas itu, penelitian ini
mencoba menawarkan penelitian sastra dengan pendekatan intertekstualitas.
Pendekatan intertekstual merupakan salah satu pendekatan sastra yang mampu
merepresentasikan tujuan utama dalam penelitian sastra, yaitu penelitian sastra
tidak hanya mengkaji struktur saja, melainkan juga penelitian yang mampu
menyentuh fakta sosial, kemanusiaan, dan makna.
Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian sebagai hasil cipta
rasa dan karsa manusia. Teeuw (1984:146) mengemukakan bahwa sebuah
karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, termasuk di
dalamnya situasi sastra. Karya sastra mempunyai hubungan sejarah antara
karya sezaman, yang mendahuluinya, atau yang kemudian. Munculnya studi
Artinya, jika dalam tradisi sastra terdapat pinjam-meminjam antara sastra yang
satu dengan yang lainnya, akan terlihat pengaruhnya. Kajian intertekstualitas
berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya tulis, ia tidak mungkin lahir
dari situasi kekosongan budaya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
intertekstualitas. Adanya hubungan intertekstualitas dapat dikaitkan dengan
teori resepsi. Prinsip intertekstual memerlukan suatu metode perbandingan
dengan membandingkan unsur-unsur struktur dan makna secara menyeluruh
terhadap teks-teks sastra yang akan diteliti. Keterkaitan antarteks tersebut
dapat berupa hubungan teks-teks sastra masa lampau, masa kini, dan masa
depan. Unsur-unsur hipogram yang ditemukan dalam kajian intertekstual juga
berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman peneliti atau
pembaca sastra dalam membaca teks-teks lain sebelumnya.
Sastra merupakan suatu gagasan, ide, atau pikiran yang diwujudkan atau
dituangkan melalui pemikiran manusia dalam bentuk bahasa. Manusia
berusaha menciptakan dan mengembangkan hasil gagasannya secara sadar
melalui perenungan yang mendalam ke dalam bahasa yang indah. Hasil yang
dituangkan melalui tulisan diharapkan tidak hanya bersifat khayalan,
melainkan hasil dari sebuah proses kreativitas yang telah digali secara
mendalam, salah satunya berwujud novel.
Novel dapat menyampaikan pesan-pesan yang positif seperti pesan
motivasi untuk para pembaca. Menurut Siagian (2012) motivasi adalah daya
kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya
untuk menyelenggarakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu karya sastra yang
mengandung nilai motivasi adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
dan novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
Novel laskar pelangi merupakan buku pertama dari tetralogi laskar
pelangi yang berjumlah 4 buah buku, yakni laskar Pelangi, Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov. Kelebihan dari novel ini adalah terletak dari
cara penyampaian bahasa tulis dari Andrea Hirata yang begitu khas, menarik,
dan menggunakan aksen-aksen Melayunya yang kental serta menggambarkan
latar belakang sosial budaya etnis melayu yang unik serta menarik untuk
diceritakan.
Buku ini juga memuat tentang kisah persahabatan serta ketabahan dalam
menghadapi segala tantangan hidup. Selain itu kritik sosial terhadap
pemerintah juga sangat jelas digambarkan oleh penulis dengan adanya
ketidakmerataan pembangunan di daerah serta absennya pemerintah dalam
perkembangan dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil. Selain itu,
dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata banyak mengandung aspek-aspek
motivasi.
Novel kedua dalam penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya
A. Fuadi dilatarbelakangi oleh adanya aspek-aspek motivasi yang tercermin
Fuadi dipilih karena memiliki beberapa kelebihan baik dari segi isi maupun
bahasanya. Dari segi isi novel Negeri 5 Menara berkisah tentang seorang anak
dari Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi yang merantau jauh ke
Jawa Timur untuk sekolah agama walau dengan berat hati demi memenuhi
permintaan ibunya.
Kisah ini diperankan oleh enam sahabat yang berasal dari daerah yang
berbeda-beda dengan ciri khas dan pandangan hidup masing-masing. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tidak semua tempat belajar ilmu agama itu
terbelakang, tidak modern dari segi ilmu, ataupun kualitas lulusan rendah.
Akan tetapi, justru sebaliknya, dari pondoklah seseorang memiliki nilai lebih
jika dibandingkan dengan yang hanya lulusan sekolah umum saja. Masalah
lingkungan pesantren menjadi latar cerita yang merupakan daya pikat dan nilai
tambah bagi pembaca. Hal ini mengajarkan untuk banyak bergaul, taat pada
peraturan, belajar hidup mandiri, sampai pada menjadi pemimpin sejati.
Kelebihan lainnya adalah gaya bahasa yang lugas, jernih, mudah dipahami
serta pencitraan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara mudah
diekspresikan dan diinterpretasikan.
Dipilihnya judul “Aspek Motivasi Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata dan Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi: Kajian Interteks dan
Immplementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA” sebagai objek
penelitian dilandasi beberapa alasan. Berdasarkan pembacaan awal, kedua
novel tersebut diduga merupakan novel Indonesia yang memiliki keunikan dan
structure) maupun segi kekayaan makna (deep surface). Artinya novel Laskar
Pelangi dan Negeri 5 Menara memenuhi kriteria utama sebagai karya literer
seperti yang dinyatakan oleh Hugh (dalam Aminuddin, 1987:450), yakni (a)
relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terdeskripsikan melalui jalan seni,
melalui jalan imajinasi, dan rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan
yang utuh, selaras, serta memiliki kepaduan dalam pencapain tujuan tertentu
(intregity harmony and unity) dan (b) daya ungkap, keluasaan, dan daya pukau
yang disajikan lewat bentuk (texture).
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian perlu dinyatakan karena bertujuan untuk
membatasi masalah yang akan dikaji, sehingga penelitian ini tetap fokus pada
permasalahan penelitian. Fokus dalam penelitian ini, yaitu aspek motivasi
pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya
A. Fuadi menggunakan kajian interteks.
C. Fokus Kajian
Berdasarkan ruang lingkup penelitian di atas, maka peneliti
memfokuskan tiga penelitian yang harus dijawab.
1. Struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan
Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
2. Aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.
3. Hubungan intertekstual aspek motivasi yang terkandung dalam novel
4. Implementasi aspek novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri
5 Menara karya A. Fuadi sebagai materi pembelajaran sastra Indonesia di
SMA.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang baik haruslah memiliki tujuan yang baik, jelas, dan
terarah pada tujuan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. memaparkan struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi,
2. memaparkan aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi,
3. mendeskripsikan hubungan intertekstual aspek motivasi yang terkandung
dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi,
4. mendeskripsikan implementasi hasil penelitian novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai materi
pembelajaran sastra Indonesia di SMA.
E. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang
peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu
pengetahuan terutama dibidang bahasa sastra dan Indonesia serta
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan khususnya kepada
pembaca dan pencinta sastra.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca dan penikmat sastra
Penelitian novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan novel
Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang ada sebelumnya
khususnya dalam menganalisis aspek motivasi tokoh utama.
b. Bagi mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Penelitian ini dapat digunakan mahasiswa untuk memotivasi ide
atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang akan
datang, demi kemajuan diri mahasiswa dan jurusan.
c. Bagi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru Bahasa dan
Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya materi sastra.
F. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah merupakan penjelasan dari istilah yang diambil dari
kata-kata kunci dalam ruang lingkup penelitian. Berdasarkan ruang lingkup
1. Motivasi adalah suatu daya pendorong yang dapat mengakibatkan
seseorang mau dan rela mengerahkan semua kemampuan dirinya dalam
bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan.
2. Kajian Interteks menekankan bahwa suatu teks pada hakikatnya terdapat
teks lain di dalamnya. Artinya, sebuah teks lahir tidak dapat dipisahkan