TARI PERSEMBAHAN SEKAPUR SIRIH DI SANGGAR KARYA SENI KABUPATEN BELITUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari
Disusun Oleh :
Nuarisa Agossa
0900877
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
TARI PERSEMBAHAN SEKAPUR SIRIH
DI SANGGAR KARYA SENI
KABUPATEN BELITUNG
Oleh Nuarisa Agossa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Nuarisa Agossa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nuarisa Agossa 0900877
TARI PERSEMBAHAN SEKAPUR SIRIH DI SANGGAR KARYA SENI KABUPATEN BELITUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dra. Desfina, M.Hum NIP. 196102201990032001
Pembimbing II
Ayo Sunaryo, M.Pd NIP. 197708042005011001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
ABSTRAK
Judul dari penelitian ini adalah Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung yaitu menyangkut tentang bagaimana Latar Belakang terciptanya Tari Persembahan Sekapur Sirih dan Penyajiannya dengan tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan Latar Belakang Teciptanya Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung, dan (2) Mendeskripsikan Penyajian Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi pustaka. Dari hasil analisis data dan hasil temuan di lapangan Tari Sekapur Sirih terdapat beberapa latar belakang gerak tarian di ambil dari keadaan yang ada di Belitung. Tarian yang ada dibelitung kebanyakan terdapat gerak tari mengandung simbol dan makna. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa Tari Persembahan Sekapur Sirih tercipta dilatar belakangi keinginan koreografer Sulaiman dan pakar-pakar seni yang ada di Belitung. Mereka memasukkan gerak-gerak yang ada di Belitung kedalam Tari Penyambutan sebgai ciri khas Tari Belitung. Pertunjukkan tari ini tidak ditarikan disembarang tempat, karena tarian ini hanya dipertunjukkan didepan tamu-tamu agung.
DAFTAR ISI
A. Memahami Budaya Masyarakat………….………. 8
B. Seni Pertunjukkan……… 10
C. Fungsi Tari Dalam Masyarakat……… 12
D. Proses Penciptaan Tari………. 14
BAB III METODE PENELITIAN……….……….. 18
A. Metode Penelitian………...………. 18
B. Teknik Pengumpulan Data………..……… 19
C. Definisi Istilah………..………... 21
D. Fokus Penelitian………..……… 21
E. Lokasi Penelitian………..………... 22
F. Instrument Penelitian………...……… 22
G. Tahap-tahap Penelitian………...………. 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 27
A. Hasil dan Pembahasan………...………….. 27
2. Latar Belakang Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar
Karya Seni Kabupaten Belitung……… 29
2.1 Terciptanya Tari Persembahan Sekapur Sirih... 29
2.2 Makna dan Simbol Tari Persembahan Sekapur Sirih... 31
3. Penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung………..……… 33
3.1Struktur Penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih…..…… 33
3.2Penyajian Musik Tari Persembahan Sekapur Sirih…..……... 47
3.3Tata Rias dan Tata Busana Tari Persembahan Sekapur Sirih.. 54
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 65
A. Kesimpulan……….. 65
B. Rekomendasi……… 66
DAFTAR PUSTAKA………... 68
LAMPIRAN………. 69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan
jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat
Indonesia tidak terlepas dari peran pertunjukan kesenian tari tradisional untuk
suatu kebutuhan upacara adat di daerah tertentu.Kehadiran suatu kesenian tari
didalam suatu komunitas merupakan ungkapan tertentu yang berhubungan dengan
bermacam-macam peristiwa yang dipandang penting bagi komunitas
tersebut.Peristiwa yang dianggap penting dilaksanakan sebagai suatu bentuk
ungkapan untuk menyambut atau merayakan suatu kegiatan bersejarah yang ada
didalam adat-istiadat setiap masyarakat, sesuai dengan kepercayaan dan tradisi
yang sudah dijalani secara turun temurun. Adat merupakan salah satu wujud dari
kebudayaan. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1992: 11 ) bahwa
“Adatadalah wujud ideal dari kebudayaan”. Beliau juga menambahkan (1992: 9)
bahwa “…kebudayaan menurut hemat saya antara lain berarti: keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Berdasarkan teori di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan ciri atau karakter masyarakat
yang dihasilkan oleh karya manusia yang dapat dilihat, dipelajari dan dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan yang menunjuk pada
pandangan hidup dan nilai-nilai dalam menanggapi lingkungan disekitarnya.
Dalam pola serta sikap hidup yang diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari
serta dalam gaya hidup yang mewarnai perilaku hidupnya. Pola pikir, pola
perasaan, kebiasaan-kebiasaan, akan mempengaruhi cara sikap, cara bertindak,
2
masyarakatnya. Masing-masing pribadi, dan masing-masing masyarakat berbeda
dan mempunyai ciri-ciri tersendiri, hal ini merupakan ekspresi diri dan ekspresi
masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1992: 5 ) bahwa:
Kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah: (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Hasil karya manusia yang berhubungan dengan kebudayaan adalah
kesenian. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara (1967: 228) bahwa:
“Kesenian adalah sebagian dari kebudajaan, jang timbul dan tumbuhnja amat berhubungan dengan djiwa perasaan manusia”. Oleh karena itu kesenian
merupakan salah satu bagian atau unsur dari kebudayaan yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keadaan
sebuah jenis kesenian sangat tergantung kepada kebudayaan dari masyarakat yang
memiliki kebudayaan itu. Begitu juga maju mundur dan berkembangnya kesenian
sangat tergantung kepada maju tidaknya kebudayaan masyarakat.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki keanekaragaman seni
budaya yang menarik. Mulai dari kesenian (musik, tari, drama dan lain-lain),
maupun adat istiadat yang sangat kental dengan budaya melayu. Seperti kesenian
adat yang terdapat di Kabupaten Belitung yang sampai saat ini masih terus
berlangsung dan dilestarikan. Sebagian besar masyarakat Belitung adalah suku
melayu. Masyarakat Belitung sangat senang dan sangat menghargai orang-orang
yang datang berkunjung atau yang ingin menetap di Belitung.
Kabupaten Belitung terdapat suatu keterpaduan yang harmonis antara seni
budaya tradisional Belitung dengan seni Paguyuban baik Jawa, Bali, Madura,
Bugis, Sunda, Batak termasuk etnis Tionghoa.Masyarakat Belitung yang
bermacam-macam etnis telah sekian lama berbaur dan bisa hidup berdampingan.
Keanekaragaman adat istiadat yang ada membuat pulau Belitung begitu kaya akan
seni budaya. Meskipun didominasi oleh suku melayu, namun dalam
baik.Kesenian itu sendiri lahir dari aktivitas masyarakat Belitung yang sangat
mencintai kebudayaannya.
Masyarakat Belitung sangat senang dan sangat menghargai orang-orang
yang datang berkunjung ke Belitung. Salah satu kesenian yang saat ini masih di
tampilkan untuk penyambutan tamu adalah Tari Persembahan Sekapur Sirih. Tari
Persembahan Sekapur Sirih menggambarkan rasa kegembiraan. Tari ini biasanya
digelar pada saat menyambut tamu atau bisa juga pada saat resepsi pernikahan,
yang diiringi dengan musik dan nyayian yang mengekpresikan kehangatandan
kegembiraan dalam penyambutan.
Tari yang diciptakan pada tahun 1993 ini dilestarikan sebagai ciri khas dari
Kepulauan Belitung. Sampai saat ini belum ada peneliti yang menulis tentang Tari
Persembahan Sekapur Sirih karya Drs. Sulaiman (Pencipta Gerak), Bapak
Syahbiin Saher (Pencipta Musik) dan Ibu Rohalbani (Tata Busana) di Kabupaten
Belitung. Keunikan Tari Persembahan Sekapur Sirih yang ada di Kabupaten
Belitung ini adalah jumlah penarinya harus ganjil, dikarenakan tarian ini
bernafaskan islam. Tarian ini menggunakan sebuah perlengkapan tari yaitu Tipak
dan Bukor. Adapun simbol dan makna dari Tipak dan Bukor adalah sebagai ikatan
silahtuhrahmi dan juga sebagai do’a permohonan keselamatan. Bagian terpenting
dalam tarian ini adalah atraksi sekapur sirih yang melambangkan kegembiraan
menyambut para tamu dan penaburan beras kunyit yang melambangkan penolak
bala. Dalam tarian ini harus menggunakan perlengkapan tersebut, jika Tipak dan
Bukor tidak ada maka tarian ini tidak akan terlaksana karena perlengkapan
tersebut memiliki makna dari tarian ini dan juga menjadi ciri khas dalam Tari
Persembahan Sekapur Sirih. Tari Persembahan Sekapur Sirih sering ditampilkan
pada saat pembuka pada acara-acara seperti festival, peresmian, menyambut
penganten dan yang paling terkenalnya ditampilkan untuk penyambutan para tamu
terhormat dan juga para tamu dari dalam negeri maupun luar negeri yang ingin
mengunjungi Belitung.
Di beberapa daerah di Sumatera yang hakekatnya masih dalam satu
rumpun yaitu rumpun melayu atau suku melayu juga terdapat Tari Persembahan.
4
dengan Tari persembahan di daerah Sumatera lainnya. Seperti makna dari Tari
Persembahan itu yaitu sebagai tarian penyambutan kepada tamu-tamu yang telah
datang. Dan juga Tipak yang lengkap dengan sirih yang merupakan simbol
keterbukaan masyarakat melayu kepada para tamu.
Namun terdapat juga perbedaan dalam bentuk penyajian Tari Persembahan
Sekapur Sirih di masing-masing di daerah Sumatera. Beberapa perbedaan yang
bisa terlihat secara audio visual yaitu dari struktur gerak, busana, aksesoris,
perlengkapan tari dan musik, yang di masing-masing daerah di Sumatera akan
memiliki ciri khas daerahnya. Penelitian ini penting dilakukan, karena Tari
Persembahan Sekapur Sirih yang ada di daerah Belitung belum ada yang meneliti
dan Tari Persembahan Sekapur Sirih merupakan ciri khas dari daerah Belitung,
Oleh karena itu peneliti ingin mengungkapkan beberapa hal mengenai latar
belakang terciptanya, struktur penyajian, dan simbol dan makna gerak yang
terkandung didalamnya, agar dapat direalisasikan ke masyarakat Belitung.
Dengan minimnya referensi atau catatatan mengenai Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Kabupaten Belitung, lebih jauh lagi peneliti mengharapkan penelitian ini
dapat memberikan informasi serta dokumentasi yang lebih jelas mengenai
penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih di Kabupaten Belitung. Dengan
demikian peneliti mengambil judul “TARI PERSEMBAHAN SEKAPUR
B. RUMUSAN MASALAH
Didasari atas latar belakang dan uraian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Latar Belakang Terciptanya Tari Persembahan Sekapur Sirih di
Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung ?
2. Bagaimana Penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni
Kabupaten Belitung ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah sebagai upaya penggalian dan pelestarian
budaya khususnya budaya di daerah Belitung, serta sebagai bahan apresiasi
bagi mahasiswa, pelaku seni, dan masyarakat pada umumnya.
2. Tujuan Khususnya :
2.1Mendeskripsikan Latar Belakang Terciptanya Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung ?
2.2Mendeskripsikan Penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar
Karya Seni Kabupaten Belitung ?
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dan
bermanfaat terutama bagi :
1. Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan, pengalaman dan pemahaman mengenai
latar belakang terciptanya, struktur penyajian, dan tata rias dan busana Tari
6
2. Lembaga Kebudayaan
Dapat memperoleh informasi tentang latar belakang terciptanya, struktur
penyajian, dan tata rias dan busana Tari Persembahan Sekapur Sirih di
Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung.
3. Pelaku Seni
Menyumbangkan buah pikiran tentang latar belakang dan kelanjutan Tari
Persembahan Sekapur Sirih sebagai salah satu bentuk tari kreasi yang sudah
lama bekembang di daerah Belitung.
4. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI
Menambah Sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan kajian,
bacaan bagi para mahasiswa, dan menambah wawasan keilmuan mengenai
penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten
Belitung, khususnya Program Pendidikan Seni Tari.
5. Peneliti Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian sejenis
dengan topik yang berbeda dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk penelitian lebih lanjut.
E. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi penelitian (skripsi) terdiri dari lima bab, yaitu :
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian
A. Memahami Budaya Masyarakat
B. Seni Pertunjukkan
C. Fungsi Tari Dalam Masyarakat
D. Proses Penciptaan Tari
BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang
A. Metode Penelitia
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Definisi Istilah
D. Fokus Penelitian
E. Lokasi Penelitian
F. Instrument Penelitian
G. Tahap-tahap Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian sangat diperlukan metode yang tepat untuk mendapatkan
data yang otentik dan akurat.Dalam hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan.Setelah data yang diperoleh
langkah yang digunakan oleh peneliti selanjutnya yaitu berusaha untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam penelitian.Berhasil
atau tidaknya suatu penelitian tergantung dari metode yang digunakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012: 3) bahwa:
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum
tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan
pengembangan.Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah
data yang baru, belum pernah diketahui.Pembuktian berarti data yang diperoleh
itu digunakan untuk membuktikan adanya keraguan-keraguan terhadap informasi
tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan
yang telah ada.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan suatu penelitian
diantaranya seperti metode historis, deskriptif, dan eksperimen. Di antara ketiga
metode di atas, yang sesuai dengan permasalahan penulis yang dikemukakan
penulis adalah metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan model deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan
untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan
Struktur Penyajian kesenian Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten
Belitung.Penelitian deskriptif ini memusatkan pada masalah-masalah aktual pada
Menurut Mardalis (1989:26) “Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi atau ada”. B. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan Pengumpulan data di dalam sebuah kegiatan penelitian,
sangat bergantung kepada teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik data yang harus digali di dalam penelitiannya.Oleh karena itu, untuk
mencapai keberhasilan pengumpulan data tersebut. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Observasi
Observasi yang diartikan sebagai sebuah kegiatan pengamatan, dalam
penelitian yang akan dilakukan ini akan digunakan untuk mengamati berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan kesenian Tari Persembahan, khususnya pada
penyajian Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung. Dengan
melakukan pengamatan ini, diharapkan peneliti akan mendapatkan sejumlah data
yang akan dianalisis.
Observasi dilakukan dua kali, observasi pertama dilakukan Agustus 2012 yang
bertempat di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung, observasi awal dilakukan
untuk melakukan pemilihan lokasi penelitian, memilih permasalahan yang akan
diteliti dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini
juga dilakukan kepada pemilik sanggar dan berbicara tentang keinginan peneliti
untuk menjadikan Tari Persembahan Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni sebagai
Objek penelitian. Observasi awal ini dilakukan dalam waktu satu jam.
Observasi kedua dilakukan di tempat yang sama yaitu Sanggar Karya Seni di
Kabupaten Belitung. Hampir sama dengan observasi yang pertama yaitu
mewawancarai pemilik sanggar, namun disini pertanyaan lebih banyak dan lebih
lengkap tentang objek penelitian yaitu Tari Persembahan Sekapur Sirih, misal
menanyakan Latar Belakang terciptanya Tari Persembahan Sekapur Sirih, dan
20
b. Wawancara
Untuk melengkapi data-data yang tidak dapat digali dalam kegiatan observasi
yang akan dilakukan peneliti, maka dilakukannya dengan melakukan kegiatan
wawancara. Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur,
karena pertanyaan yang diajukan telah disusun terlebih dahulu oleh peneliti yang
kemudian dirumuskan dalam pedoman wawancara. Wawancara ini dilakukan
yaitu pada pemilik Sanggar Karya Seni yaitu Rohalbani, guna mengetahui lebih
dalam semua data dan informasi tentang keberadaan Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Sanggar Karya Seni dan kebutuhan penelitian lainnya. Wawancara
dilakukan pada bulan Januari 2013.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong Lexy, 1988: 135).
c. Studi Dokumentasi
Teknik lainnya yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah mengenai
dokumen-dokumen penting dalam bentuk audio visual dan deskripsi tertulis,
khususnya mengenai penyajian Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni
Kabupaten Belitung. Dokumen-dokumen tersebut merupaka media informasi
sebagai data faktual yang sangat penting untuk dikaji, selain sebagai dokumen
data tambahan yang sangat bermanfaat dan memecahkan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini, semua data yang terhimpun akan di dokumentasikan melalui
perekam audio visual, video dan literatur untuk mendapatkan temuan tentang
penyajian Tari Sekapur Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung.
d. Studi Pustaka
Melalui teknik ini, data-data penelitian dapat dilengkapi melalui berbagai
referensi dan sumber pustaka, seperti : buku-buku, artikel, skripsi, dan media
cetak lainnya yang terkait dengan data penelitian yang dibutuhkan, seperti: buku
panduan pariwisata, artikel suku sawang, artikel muang jong, dan skripsi gambus
inang-inang.
C. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan mengenai istilah yang dipergunakan di dalam
penelitian, maka perlu adapenjelasan tersendiri tentang arti dan makna judul
tersebut. Penjelasan tersebutdikemas dalam penegasan istilah seperti berikut :
Tari Sekapur Sirih, merupakan tari selamat datang yang menggambarkan
rasa kegembiraan. Tari ini biasanya digelar pada saat menyambut tamu atau
bisa juga pada saat resepsi dan upacara selamatan, yang diiringi dengan musik
dan nyayian yang mengekpresikan kehangatan dan kegembiraan dalam
penyambutan. Dalam tarian ini diperagakan atraksi petaburan beras kunyit
yang melambangkan doa permohonan keselamatan dan kegembiraan tamu.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada masalah penyajian, didalamnya yaitu tentang
pertunjukan, struktur gerak, dan latar belakang sejarah Tari Sekapur Sirih di
Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung. Memperhatikan masalah yang dikaji dan
agar penelitian ini lebih terarah dalam mencapai target kualitas penelitian yang
diharapkan, tentu saja diperlukan sebuah arah atau fokus kajian yang tepat. Oleh
karena itu yang di fokuskan dalam penelitian ini mengutamakan tentang penyajian
22
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Tanjungpandan yang merupakan ibukota
dari Kabupaten Belitung. Salah satu tempat penelitian yang akan dilakukan yaitu
bertempat di SKS (Sanggar Karya Seni) di Jln. Sriwijaya.
Peneliti sengaja memilih lokasi ini untuk dijadikan tempat penelitian,
karena Tari Persembahan Sekapur Sirih diciptakan pertama kali di Sanggar Karya
Seni dan dilingkungan inilah Tari Persembahan Sekapur Sirih tumbuh dan
berkembang.Sampel atau subjek penelitian ini adalah Tari Persembahan Sekapur
Sirih.
F. Instrumen Penelitian
Sugiono (2012: 306) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah penelitian sendiri. Sebagaimana dikemukakannya
bahwa:
“Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya”
Selanjutnya menurut Sugiyono dalam Nasution (2013: 306) menyatakan
bahwa:
“Dalam Penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya, ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan,
itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa, pada dasarnya
dalam penelitian kualitatif permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun setelah fokus penelelitian
menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan
data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat penelitian, peneliti
menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan yang digunakan ketika
melakukan wawancara, yang berisi pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai. Pedoman
wawancara ini sudah disusun sebelum melaksanakan wawancara.Pedoman
wawancara digunakan untuk pemilik sanggar, koreografer tari, penari pertama,
dan pencipta musik.
G. Tahap-tahap Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, dibutuhkan beberapa
persiapan yang harus dilakukan untuk kelancaran penelitian, diantaranya sebagai
berikut.
1. Pra Penelitian
Langkah-langkah yang terdapat pada proses pra penelitian adalah peneliti
melakukan pemilihan objek yang akan diambil yaitu Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Sanggar Karya Seni di Kabupaten Belitung pada awal Agustus 2012,
selanjutnya menentukan identifikasi masalah berkenaan dengan objek yang
diteliti.
a. Pra Observasi
Sebelum melakukan observasi awal, penelitian melaksanakan pra
observasi yang di dalamnya peneliti melakukan pemilihan lokasi penelitian,
memilih permasalahan yang akan diteliti dan mengidentifikasi
24
b. Observasi
Setelah melakukan pra observasi, peneliti melakukan observasi awal yaitu
dengan menemui Rohalbani sebagai pimpinan Sanggar Karya Seni, untuk
meminta izin agar Sanggar Karya Seni dijadikan objek penelitian.
Kemudian peneliti mencari sumber-sumber tulisan, buku-buku penunjang,
dan dengan narasumber langsung yaitu Rohalbnai sebagai pimpinan sanggar
dan Syuchron sebagai pelatih di Sanggar Karya Seni guna mendapatkan
gambaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti.
c. Menentukan Judul Penlitian
Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti mengajukan beberapa judul
dan diajukan kepada dewan skripsi, dan akhirnya “Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung” menjadi judul dari penelitian berdasarkan dari beberapa pertimbangan.
d. Menyusun Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian dilakukan peneliti setelah peneliti
mengajukan topik penelitian kepada dewan skripsi dengan melalui beberapa
proses bimbingan yang dilakukan dengan beberapa dosen.
e. Sidang Proposal
Sidang proposal dilakukan pada akhir bulan Oktober 2012.Pada saat
sidang proposal peneliti mendapatkan masukan dari pada penguji dan dewan
skripsi.Selanjutnya dewan skripsi menentukan dosen pembimbing I dan dosen
pembimbing II Untuk penelitian yang diajukan peneliti.
f. Revisi Proposal
Setelah sidang/seminar proposal dilaksanakan, selanjutnya adalah tahap
revisi proposal sesuai dengan pembimbing I dan pembimbing II yang telah
ditentukan oelh dewan skripsi.
g. Pengajuan izin penelitian
1) Diperlukan surat izin penelitian untuk memperlancar jalannya penelitian.
Setelah proposal disetujui dan disahkan oleh pembimbing I dan
pembimbing II serta diketahui oleh Ketua Jurusan dan Dewan Skripsi.
2) Surat izin penelitian diajukan kepada ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
kemudian diajukan lagi kepada Rektor UPI. Selain mendapatkan surat izin
penelitian, peneliti juga mendapat surat keputusan skripsi dan
pengangkatan pembimbinga I dan pembimbing II yang akan ditugaskan
member masukan, bimbingan, dan arahan selama penelitian berlangsung
hingga sidang skripsi.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Konsultasi
Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II dilakukan
pada saat pelaksanaan sampai sidang skripsi. Konsultasi yang dilakukan yaitu
menyangkut keseluruhan bab yang terdapat dalam skripsi.
b. Observasi
Observasi dilakukan pada bulan Desember 2012, peneliti melakukan
observasi awal ke subjek penelitian yaitu Sanggar Karya Seni di Kabupaten
Belitung. Dalam observasi awal peneliti mendapat gambaran data umum
mengenai subjek yang akan diteliti.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dimulai dari bulan Januari 2013 sampai
bulan Juni 2013. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan
beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
d. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebuah
proses mengolah data setelah semua data terkumpul seperti catatan, rekaman
audio visual, visual, dan gambar-gambar untuk kemudian dilakukan
26
1) Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis data
penelitian.
2) Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang
diperoleh dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai bahan
kesimpulan penelitian.
3) Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil pengolahan
data dalam bentuk laporan.
e. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan setelah data terkumpul dan diolah. Dalam
penulisan laporan harus sesuai dengan prosedur berdasarkan perolehan dan
pengolahan data.
f. Pra Sidang
Setelah penelitian dan penulisan laporan selesai, kemudian dilaksanakan
Pra Sidang atau sidang tahap I.
g. Sidang
Setelah Pra Sidang dilaksanakan ada beberapa yang harus direvisi.Setelah
itu kemudian dilanjutkan pada sidang.
h. Penggandaan Laporan
Penggandaan laporan merupakan tahap akhir dimana setelah mengikuti
Pra Sidang, Sidang dan revisi dengan pembimbing I dan pembimbing II
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dan rekomedasi yang akan di uraikan pada Bab ini di susun
berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Tari Persembahan Sekapur
Sirih di Sanggar Karya Seni Kabupaten Belitung. Tari Persembahan Sekapur Sirih
di Sanggar Karya Seni ini digunakan khusus untuk tarian persembahan atau
pembukaan pada acara-acara tertentu.
Tari Persembahan Sekapur Sirih berawal dari keinginan Pak Sulai,
Rohalbani sebagai pimpinan Sanggar Karya Seni dan pakar-pakar seni yang ada di
Belitung yang ingin memasukkan tarian-tarian Belitung ke dalam Tari
Penyambutan, sehingga sampai saat ini dengan kebutuhan tari persembahan
lahirlah Tari Persembahan Sekapur Sirih yang tarian ini menjadi ciri khas daerah
Belitung untuk menyambut setiap wisatawan yang datang berkunjung dan
tamu-tamu agung yang datang ke Belitung. Tari Persembahan Sekapur Sirih berfungsi
sebagai tari hiburan, tetapi dalam penyajian Tari Persembahan tidak dapat
ditarikan disembarang tempat, karena tarian ini ditarikan di depan tamu-tamu
agung, maka dituntut untuk menyajikan pertunjukan yang terbaik serta melayani
tamu dengan sebaik-baiknya.
Penyajian Tari Persembahan Sekapur Sirih yang ada di Belitung yaitu
pertama penari terlebih dahulu menyiapkan media tari yang akan digunakan saat
menari yaitu Tipak dan Bukor. Setelah penari menyiapkan media tari tersebut
maka tahap selanjutnya adalah penyajian tarinya. Tari yang berdurasi kurang lebih
enam menit ini diiringi oleh musik melayu dari Belitung yang berjudul
Assalamualaikum. Tata Rias dalam Tari Persembahan Sekapur Sirih
menggunakan make up yang sederhana yaitu mencerminkan bahwa masyarakat
Belitung sangat sederhana dalam berhias. Adapun busana yang dipakai dalam Tari
Persembahan Sekapur Sirih ini adalah busana adat Belitung yaitu busana melayu
66
Gerak Tari Persembahan Sekapur Sirih terinspirassi dari keadaan sekitar
Belitung yang memiliki simbol dan makna dan juga gerak yang diambil dari
tarian-tarian yang ada di Belitung. Dalam Tari Persembahan Sekapur Sirih, gerak
yang terinspirasi dari keadaan yang ada sekitar di Belitung adalah gerak nyiur
melambai yang mencerminkan pohon kelapa dipinggir pantai, gerak ombak banyu
yang mencerminkan ombak-ombak yang ada di Belitung, gerak
telingkap-telingkup yang mencerminkan permainan tradisional yang ada di Belitung, gerak nyusor tebing dan gerak gajah menunggang yang terinspirasi dari tari-tari yang
ada di Belitung.
Keunikan Tari Persembahan Sekapur Sirih yang ada di Kabupaten
Belitung ini adalah jumlah penarinya harus ganjil, dikarenakan tarian ini
bernafaskan islam. Tarian ini menggunakan sebuah perlengkapan tari yaitu Tipak
dan Bukor. Adapun simbol dan makna dari Tipak dan Bukor adalah sebagai ikatan
silahtuhrahmi dan juga sebagai do’a permohonan keselamatan.Bagian terpenting
dalam tarian ini adalah atraksi sekapur sirih yang melambangkan kegembiraan
menyambut para tamu dan penaburan beras kunyit yang melambangkan penolak
bala. Dalam tarian ini harus menggunakan perlengkapan tersebut, jika Tipak dan
Bukor tidak ada maka tarian ini tidak akan terlaksana karena perlengkapan
tersebut memiliki makna dari tarian ini dan juga menjadi ciri khas dalam Tari
Persembahan Sekapur Sirih.
B. Rekomendasi
Dalam rangka turut serta mengembangkan khasanah seni tari, dari hasil
penelitian penulis mencoba mengemukakan rekomendasi sebagai berikut :
1. Sanggar Karya Seni
Ibu Rohalbani selaku pimpinan Sanggar Karya Seni di Kabupaten
Belitung, hendaknya mengurus agar Tari Persembahan Sekapur Sirih bisa
secepatnya dibakukan oleh Kabupaten Belitung agar masyarakat Belitung terus
melestarikan, memelihara kasanah budaya yang telah diwariskan secara
tradisional di tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh kebudayaan
modern.
2. Lembaga Kebudayaan Kabupaten Belitung
Peneliti berharap agar Lembaga Kebudayaan Kabupaten Belitung, dapat
mendukung dan memberikan motivasi serta informasi yang dibutuhkan dalam hal
seni dan budaya Belitung kepada para generasi penerus demi melestarikan budaya
yang ada di Kabupaten Belitung.
3. Para Pelaku Seni dan Lingkung Seni Lainnya
Peneliti mengharapkan kepada para seniman dan budayawan yang
mengetahui dan memiliki informasi tentang seni budaya Belitung, khususnya
informasi yang sangat dibutuhkan tetapi sudah jarang diketahui oleh masyarakat,
dapat mendukung, memberikan informasi dalam bentuk apapun demi
melestarikan seni budaya yang ada di Kabupaten Belitung agar tidak punah.
4. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masih banyak
aspek yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan
lebih lanjut, sehingga memberikan informasi lebih lengkap dan bisa menjadi
sumbangan pembelajaran di sekolah atau di mata kuliah yang lainnya.
5. Generasi Penerus
Kebudayaan leluhur yang sudah merakyat jangan dipandang sebelah mata,
karena kesenian tradisional kita tidak kalah menariknya dengan kesenian dari
mancanegara. Dengan melakukan dan berusaha dengan sungguh-sungguh akan
sangat berguna dan bermanfaat dikemudian hari, termasuk melestarikan Tari
Persembahan Sekapur Sirih.
Semoga apa yang peneliti harapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan
pertimbangan demi melestarikan seni budaya Indonesia khususnya Tari
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara H. (1967). Kebudajaan. Jogjakarta: Madjelis-luhurPersatuan Taman-Siswa
Koentjaraningrat.(1992). KebudayaanMentalitasdan Pembangunan. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama
Mardalis (1989).MetodePenelitian :Suatupendekatan proposal. Jakarta : PT BumiAksara
Masunah, J. (2012). Bahan Ajar Mata KuliahTariPendidikan. Bandung: JurusanPendidikanSeniTari, FPBS, UPI.
Moloeng, L. (1989). MetodePenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya offset
Narawati, TatidanSoedarsono.(2005). TariSundaDuluKinidanEsok. Bandung: PusatPenelitianPengembanganPendidikanSeniTradisional (P4ST) UniversitasPendidikan Indonesia
Sedyawati, E. (1981). PertumbuhanSeniPertunjukan. Jakarta: PenerbitSinarHarapan
Soedarsono, (2002).SeniPertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Soekanto, S. (1990).HukumAdat Indonesia. Jakarta: Rajawali
Sugiyono. (2012). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sumarjdo, J. (2000). FilsafatSeni. Bandung: Penerbit ITB
Utami, Mega Pawitra. (2011). TariLenggang di SanggarLaboratoriumTari
Indonesia Jakarta.Skripsi S1 JurusanPendidikanSeniTari, FPBS, UPI: