• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Dwi Putri Musdansi, 2014

Dwi Putri Musdansi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan teknik penskoran number

right score dan reward score, number right score dan punishment score, serta

perbandingan ukuran sampel 30 dan 40 terhadap reliabilitas tes hasil belajar Matematika. Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda SMA. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Random sampling. Desain penelitian ini menggunakan desain perbandingan kelompok statis. Analisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian adalah (1) Ada perbedaan significant reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika antara teknik penskoran number-right score dengan

reward score. (2) Ada perbedaan significant reliabilitas tes pilihan ganda hasil

belajar Matematika antara teknik penskoran number-right score dengan

punishment score. (3) Tidak ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil

belajar Matematika kelompok reward dengan ukuran sampel 30 dan 40. (4) Tidak ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika kelompok punishment dengan ukuran sampel 30 dan 40

(2)

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The Comparison Reliability Mathematics Achievement Test Of High School Based On Scoring Technique and Sample Size

Dwi Putri Musdansi

Abstract

The purpose of this research was to know the comparison of the scoring techniques number right score and reward score, number right score and punishment, than sample size 30 dan 40 on reliability of the mathematics achievement test. The instrument was used multiple choice form test for High School. Sampling teqniques was cluster random sampling. This research used a static group comparison design. Analyze by using t-test. The research result were (1) there was a the difference between scoring techniques number right score and reward score on reliability of multiple-choice on Mathematics achievement tests, (2) there was a the difference between scoring techniques number right score and punishment score on reliability of multiple-choice on Mathematics achievement tests, (3) for the group of reward score, there was not the difference on reliability of multiple-choice on Mathematics achievement tests between sample size 30 and 40, (4) for the group of punishment score, there was not the difference on reliability of multiple-choice on Mathematics achievement tests between sample size 30 and 40.

(3)

Dwi Putri Musdansi, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Tujuan belajar adalah untuk mengadakan perubahan didalam diri seperti

mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dari yang

negatif menjadi yang positif (Dalyono, 2010:49). Dengan belajar seseorang dapat

menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, dapat berfikir kritis, kreatif

dan lain sebagainya. Belajar memiliki tiga prinsip, yaitu pertama, prinsip belajar

sebagai perubahan perilaku. Kedua, belajar sebagai proses. Ketiga, belajar sebagai

bentuk pengalaman (Suprijono, 2009:4)

Dalam pemahaman umum, belajar merupakan proses untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan yang biasanya didapat melalui pendidikan formal yaitu sekolah.

Dalam lingkungan sekolah, tentu terjadi proses belajar mengajar yang tidak lepas

dari peran gurunya. Pada hakikatnya, guru dianggap komponen paling penting

untuk menentukan keberhasilan peserta didik, karena ditangan gurulah kurikulum,

sumber belajar, sarana dan prasarana, dan iklim pembelajaran dapat menjadi

berarti bagi kehidupan peserta didik.

Karena guru dianggap menjadi unsur paling menentukan keberhasilan

peserta didik, maka sudah sewajarnyalah dalam proses pembelajaran guru selalu

melakukan berbagai evaluasi, pengukuran, serta penilaian sebagai umpan balik

dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar, mengukur sejauhmana

keberhasilan siswa, maupun sebagai informasi yang berharga dalam mengambil

keputusan.

Tentunya informasi tersebut bisa didapat dengan melakukan prosedur

pengukuran, karena hanya dengan melakukan pengukuran dapat dikuantifikasikan

secara benar, yaitu melalui pengamatan indikator-indikatornya yang operasional.

Keakuratan, kecermatan serta keobjektifan informasi tentu hanya akan diperoleh

dengan pengukuran yang akurat, cermat dan objketif pula. Oleh karena itu, untuk

(4)

2

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mebutuhkan alat ukur yang berkualitas tinggi sehingga informasi yang diperoleh

dapat dipercaya.

Apabila alat ukur yang dibuat memberikan informasi yang tidak akurat

digunakan dalam pengambilan keputusan, maka dapat dipastikan kesimpulan atau

keputusan tersebut pastilah juga merupakan keputusan yang tidak tepat.

Keputusan yang tidak tepat memang tidak langsung dapat dirasakan akibatnya,

namun dapat menimbulkan hal buruk yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh

seseorang dapat ditolak oleh perguruan tinggi berdasarkan tes masuk yang

diselenggarakan, padahal mahasiswa tersebut sangat potensial. Dari hal tersebut

terlihat bahwa dengan menggunakan tes yang tidak mampu menghasilkan data

yang reliabel dan valid, bukan saja calon mahasiswa yang bersangkutan yang

dirugikan tetapi juga Universitas yang menolak boleh jadi kehilangan mahasiswa

yang sangat potensial. Contoh tersebut memberi pelajaran bahwa betapa besar

dampak yang ditimbulkan jika instrumen yang digunakan tidak reliabel dan valid

jika digunakan dalam mengambil keputusan.

Oleh karenanya, para ahli psikometrika telah menetapkan beberapa kriteria

penting bagi setiap alat ukur psikologi untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur

yang baik, yaitu mampu menghasilkan data dan memberikan informasi yang

akurat. “Kriteria yang dimaksud adalah valid, reliabel, objektif, standar, ekonomis

dan praktis” (Azwar, 2012:2). Naga (2013) mengatakan alat ukur yang baik

memberikan hasil yang konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan

kemampuan yang diukur tidak berubah. Hal tersebut berkaitan dengan reliabilitas

tes tersebut. Makin tinggi reliabilitasnya maka akan tinggi pula tingkat

kepercayaan skor amatannya. Skor amatan akan mendekati skor tulennya jika

komponen keliru dalam pengukuran semakin kecil.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi reliabilitas tes antara lain

perbedaan kondisi individu, perbedaan kondisi tes, variasi pengadministrasian tes,

serta kesalahan dan perbedaan pemberian skor (Sax,1980:281 dalam Busnawir).

Disisi lain juga perlu dipertimbangkan faktor panjang tes, kecepatan, homogenitas

kemampuan siswa, tingkat kesukaran butir yang dapat mempengaruhi reliabilitas

(5)

(2007:131) reliabilitas juga dipengaruhi oleh cara penyajian tes, suasana hati,

sikap subjek terhadap tes, motivasi dan kondisi subjek, keadaan ruangan

pengujian, cara memberikan tes, dan sebagainya. Seperti juga dikemukakan

Thorndike dalam Surapranata (2009:87) bahwa salah satu dari enam faktor

penyebab terjadinya perbedaan skor (interkonsistensi) adalah faktor yang tidak

pernah diperhitungkan seperti menerka dan melihat soal yang dilihat sebelumnya.

Sebagaimana diketahui bahwa untuk menetapkan nilai yang berkaitan

dengan kinerja dan hasil karya siswa dilakukan melalui evaluasi. Cara evaluasi

yang umum dilakukan oleh pelaku pendidikan adalah dengan menggunakan tes.

Tes dianggap sebagai alat ukur yang paling praktis untuk mengetahui kemampuan

siswa. Seperti yang dikemukan oleh Anastasi (2007) bahwa tes pada dasarnya

adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel tertentu. Mengutip

pendapat Frenderick G. Brown dari buku Azwar: Frenderick (Azwar, 2011:3)

mengemukakan bahwa tes adalah “prosedur yang sistematik guna mengukur

sampel perilaku seseorang. Tes dapat disusun dalam berbagai bentuk dan tipe

sesuai dengan tujuan dan maksud penyusunan tes”.

Bentuk tes yang sampai saat ini paling banyak digunakan dalam dunia

pendidikan adalah tes bentuk pilihan ganda. Tes bentuk pilihan ganda banyak

digunakan karena memiliki kekuatan tersendiri. Zainul (1993:62-64) mengatakan

bahwa pertama, butir soal tipe pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan

untuk mengukur segala level tujuan intruksional, mulai dari yang sederhana

sampai yang paling kompleks. Kedua, karakteristik dari butir pilihan ganda hanya

menuntut waktu kerja peserta tes sangat minimal sehingga dapat menggunakan

jumlah butir soal relatif banyak yang berimplikasi pada penarikan sampel pokok

bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas. Ketiga, penskoran hasil kerja peserta

dapat dikerjakan secara objektif. Keempat, tipe butir soal dapat dikonstruksi

sehingga menuntut kamampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan

kebenaran sekaligus. Kelima, jumlah option yang dapat disediakan lebih dari dua.

Keenam, tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal

(6)

4

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Kedelapan, informasi yang

diberikan lebih kaya.

Selain kekuatan-kekuatan tersebut, tes pilihan ganda juga memiliki

keterbatasan yaitu sukar dikonstruksi, ada kecenderungan pembuat tes

mengkonstruksi butir soal tipe ini hanya mengukur ranah ingatan, atau aspek yang

paling rendah yaitu ranah kognitif saja. Selain itu setiap jawaban butir tipe

objektif memiliki peluang peserta tes untuk melakukan terkaan atau tebakan.

Tingkat terkaan adalah satu per jumlah option dalam butir soal itu. Terkaan pada

soal pilihan ganda sebenarnya dikarenakan tidak adanya antisipasi agar pengikut

tes tidak melakukan tebakan. Antisipasi ini berkaitan dengan teknik penskoran.

Teknik penskoran yang saat ini umum digunakan adalah penskoran

menjumlahkan jawaban betul atau disebut juga number right score. Dengan

teknik ini, bisa saja soal sukar direspon benar oleh siswa yang tidak memiliki

kecukupan pengetahuan, dan dijawab salah oleh yang memiliki kecukupan

pengetahuan. Jawaban benar yang diberikan oleh peserta tes yang memiliki

kemampuan rendah dan jawaban salah oleh kemampuan tinggi tentu berakibat

pada reliabilitas yang dihasilkan. Apalagi dalam pelajaran Matematika yang oleh

kebanyakan siswa dijadikan momok tersendiri, sehingga besar kemungkinan

siswa untuk melakukan terkaan terhadap tes yang diberikan.

Karena adanya faktor terkaan yang ditimbulkan oleh tes bentuk pilihan

ganda terutama dalam pelajaran Matematika, tentu hal tersebut memberikan

masalah, yaitu hasil tes yang diperoleh peserta tes tidak menggambarkan

kemampuan peserta tes yang sesungguhnya sehingga timbul ketidakpercayaan

orang terhadap hasil tersebut. Selain itu juga tidak akan terdeteksi apakah siswa

memahami tentang soal yang ada atau tidak. Oleh karenanya, untuk

meminimalisir terkaan siswa pada tes pilihan ganda maka dibuatlah teknik

penskoran untuk mengurangi tebakan. Teknik penskoran tersebut adalah

penskoran pinalti. “ Pemberian skor dengan pinalti (hukuman) dalam tes prestasi

dikenal dengan istilah Correction for guessing”(Azwar, 2011 :114). Metoda

penskoran dengan pinalti ini diyakini dapat menigkatkan reliabilitas dan validitas

(7)

yang lebih baik sebab meliputi pengukuran karakteristik adanya terkaan (Croker

dan Algina: 401). Selain peskoran dengan hukuman, upaya lain untuk

meningkatkan reliabilitas dengan mengurangi efek terkaan adalah adanya

tambahan nilai terhadap butir soal yang diragukan dengan cara mengosongkan

jawaban tersebut, dikenal dengan reward score. Kedua teknik Correction for

guessing tersebut belum atau tidak pernah digunakan untuk oleh para guru

disekolah sebagai antisipasi agar siswa tidak melakukan tebakan. Karena guru

belum tahu persis besar pengurangannya maupun kebermanfaatan mengenai

penggunaan teknik ini.

Selain itu, mengutip pendapat Nikto (1996:72-73) dalam Busnawir

(2006:4) mengatakan bahwa “hal yang perlu diperhatikan dalam estimasi

kestabilan koefisien reliabilitas adalah ukuran sampel, karena indek reliabilitas

dihitung berdasarkan sampel responden sehingga akan berfluktuasi berdasarkan

besar sampel yang ditarik dari suatu populasi”. Namun seberapa besar perbedaan

fluktuasi itu belum dapat ditentukan secara pasti. Azwar menyebutkan bahwa

semakin heterogen suatu kelompok maka reliabilitas yang dihasilkan semakin

tinggi. Sebaliknya, semakin homogen suatu kelompok maka semakin kecil

reliabilitasnya. Heterogenitas ataupun homogenitas kelompok diperlihatkan oleh

besar kecilnya varians distribusi skor subjek pada variabel yang diungkap oleh tes

yang bersangkutan.

Dari uraian diatas dikemukakan bahwa jika menulis tes dalam bentuk tes

pilihan ganda maka akan berpeluang untuk melakukan tebakan. Ada atau tidaknya

tebakan tergantung pada intervensi yang diberikan pada tes, yaitu berupa petunjuk

soal pada jenis teknik penskoran. Disisi lain reliabilitas juga dipengaruhi oleh

ukuran sampel yang ditarik dari populasi, karena reliabilitas dihitung berdasarkan

ukuran responden. Artinya reliabilitas akan berfluktuasi sesuai dengan jumlah

sampel yang ditarik. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan sebaran skor

yang menyebabkan jika semakin besar ukuran sampel maka akan diperoleh variasi

skor yang lebih beragam daripada ukuran sampel yang kecil. Oleh sebab itu

(8)

6

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

koefisien reliabilitas tes hasil belajar yang dihasilkan oleh teknik penskoran dan

ukuran sampel.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diperoleh masalah yang

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tes bentuk pilihan ganda memberikan peluang besar kepada peserta tes untuk

melakukan penebakan.

2. Bentuk tes pilihan ganda yang dihitung reliabilitasnya dapat berupa hasil

belajar Matematika, Bahasa Indonesia, Sejarah, Bahasa inggris dan lain

sebagainya.

3. Penebakan berpengaruh terhadap reliabilitas

4. Reliabilitas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ukuran sampel,

teknik penskoran, kondisi subjek, kondisi ruangan, panjang tes dan lain

sebagainya.

5. Teknik penskoran banyak jenisnya, diantaranya number right score, reward

score, punishment score, pembobotan nominal, confiden-weight, dan

sebagainya.

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

mendalam, maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti

akan fokus pada reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika serta dua

faktor yang diduga mempengaruhi reliabilitas yaitu:

1. Teknik penskoran yang terdiri dari number-right score, reward score, dan

punishment score

2. Ukuran sampel yang dibatasi dengan ukuran sampel 30 dan 40.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dirumuskan

(9)

1. Apakah ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

antara teknik penskoran number-right score dengan reward score?

2. Apakah ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

antara teknik penskoran number-right score dengan punishment score?

3. Apakah ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

kelompok reward dengan ukuran sampel 30 dan 40?

4. Apakah ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

kelompok punishment dengan ukuran sampel 30 dan 40?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ada atau tidaknya:

1. Perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika antara

teknik penskoran number-right score dan reward score

2. Perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika antara

teknik penskoran number-right score dan punishment score

3. Perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika kelompok

reward dengan ukuran sampel 30 dan 40

4. Perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika kelompok

punishment dengan ukuran sampel 30 dan 40

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini maka akan memberikan manfaat:

1. Memberikan informasi tentang koefisien reliabilitas yang akan diperoleh

dengan teknik penskoran punishment score dan reward score jika melakukan

penebakan.

2. Mendapatkan bukti empirik bahwa ukuran sampel yang berbeda dengan

teknik penskoran sama akan memberikan konstribusi yang berbeda pula

terhadap kestabilan reliabilitas.

3. Memberikan informasi kepada evaluator pendidikan tentang teknik penskoran

(10)

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN

Metode

Penelitian ini merupakan perbandingan reliabilitas tes hasil belajar

matematika berdasar metode penskoran number-right score dan metode

penskoran correction for guessing. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian

kuantitatif dengan menggunakan metode kuasi-eksperimental (eksperimen semu).

Dikatakan kuasi eksperimental karena peneliti tidak melakukan random assigment

saat melakukan penskoran menggunakan teknik penskoran number-right score,

punishment score dan reward score.

Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain perbandingan kelompok statis

(the static group comparison design) yaitu design yang dapat digunakan untuk

membandingkan dua atau tiga kelompok penelitian. Satu kelompok kontrol

reliabilitas skor hasil tesnya menggunakan metode penskoran number-right score.

Sedangkan dua kelompok eksperimen lain reliabilitas skor hasil tesnya

menggunakan metode penskoran punishment score dan reward score.

Tabel 3.1 Desain penelitian

Teknik Penskoran

Number-right score Correction for guessing

Punishment score reward score

rNR1, rNR2,...., rNR30

rP1, rP2,...., rp30

(11)

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu (1) populasi

siswa (sebagai subjek), merupakan siswa yang memberikan respon terhadap tes

yang diberikan. Populasi ini selanjutnya dinamakan populasi sebagai sumber data.

Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah kelas X pada SMA N 7

Bandung, dan SMA N 6 Bandung. Populasi tersebut ditentukan berdasarkan

populasi sasaran, artinya populasi yang dibatasi oleh konsep yang menjadi acuan

variabel-variabel riset. (2) Populasi skor, yaitu populasi yang digunakan untuk

menghitung reliabilitas sebanyak 30 kali, dimana akan dilakukan penarikan

berulang-ulang dengan pengembalian (random sampling with replacement)

terhadap responden.

Teknik pengambilan sampel responden atau sampel sumber data adalah

cluster random sampling. Jumlah Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10

kelas. Terdiri dari 4 kelas SMA Negri 7 Bandung dan 6 kelas SMA N 6 Bandung.

Responden berjumlah 316 orang. Setiap kelas kemudian diberi tes dengan

penskoran punishment score atau reward score, sesuai dengan jenis tes yang

mereka peroleh. Dalam penelitian ini, 5 kelas diberi teknik penskoran punishment

score dan 5 kelas diberi teknik penskoran reward score. Namun, dari

masing-masing kelompok tersebut juga akan di nilai dengan teknik penskoran number

right score

Dari hasil respon siswa tersebut diperolelah populasi skor yang dijadikan

populasi data. Dari populasi data tersebut kemudian dilakukan penarikan sampel

data dengan pengembalian (random sampling with replacement), yaitu cara

pengembalian sampel dengan jumlah tertentu, kemudian dikembalikan lagi

kepopulasi semula untuk mendapatkan peluang yang sama menjadi sampel pada

penarikan sampel berikutnya (Naga, 2008:27).

Teknik random dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20,

yaitu teknik pencuplikan sederhana. Jumlah pada setiap penarikan sampel yang

(12)

38

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n=30 dan n=40. Penghitungan koefisien reliabilitas itu dilakukan sebanyak 30

kali, sehingga akan diperoleh 30 koefisien reliabilitas pada setiap teknik

penskoran. Koefisien reliabilitas itulah yang menjadi sampel penelitian untuk diuji

dengan statistik yang ditetapkan.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel bebas yaitu teknik penskoran, yang terdiri dari teknik

penskoran number-right score, punishment score dan reward score.

2. Variabel moderator yaitu ukuran sampel yang terdiri dari sampel dengan

ukuran 30 dan 40

3. Variabel terikat yaitu koefisien reliabilitas konsistensi internal.

D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Variabel bebas; (1) Number-right score merupakan teknik penskoran dengan

menjumlahkan jawaban benar, dimana jawaban benar diberi skor 1 dan

jawaban salah diberi skor 0. (2) penskoran reward score merupakan teknik

penskoran dengan memberikan tambahan skor pada jawaban siswa yang

dikosongkan sebesar 0,2. (3) punishment score merupakan teknik penskoran

dengan memberikan pengurangan skor pada jawaan salah sebesar -0,25

2. Variabel moderator; (1) sampel ukuran 30 merupakan banyaknya responden

yang akan digunakan dalam penghitungan koefisien reliabilitas. (2) sampel

ukuran 40 merupakan banyaknya responden yang akan digunakan dalam

penghitungan koefisien reliabilitas.

3. Reliabilitas yang dimaksud merupakan reliabilitas kekonsistenan internal,

yaitu untuk menguji apakah jawaban yang diberikan subyek menggambarkan

keadaan atau kemampuan dirinya sehubungan dengan aspek tertentu, itu

konsisten atau tidak. Sehingga berimplikasi pada skor yang dihasilkan

mencerminkan kemampuan siswa, sehingga hasil yang diperoleh dapat

(13)

E. ALUR PENELITIAN

Gambar 3.1 Alur Penelitian Keterangan :

r30ment : reliabilitas yang dihitung dengan ukuran sampel 30 pada penskoran punishment r30ward : reliabilitas yang dihitung dengan ukuran sampel 30 pada penskoran reward r40ment : reliabilitas yang dihitung dengan ukuran sampel 40 pada penskoran punishment r40ment : reliabilitas yang dihitung dengan ukuran sampel 40 pada penskoran punishment S30ward : skor hasil penskoran dengan teknik reward dengan 30 sampel

S : skor hasil penskoran dengan teknik punishment 40 sampel.

Membuat Soal matematika

Di ujikan

Kelas Uji Coba

Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal

Didapat: Uji Validitas Butir Soal

Butir Soal Matematika Yang Valid dan Reliabel

(14)

40

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. INSTRUMEN

Instrumen yang digunakan merupakan instrumen tes hasil belajar

Matematika kelas X SMA semester 2 materi Geometri dan Limit Fungsi. Adapun

penyusunan instrumen yang dibuat dalam penelitian ini mengikuti langkah

penyusunan perangkat tes menurut Crocker dan Algina dalam Susetyo (2011: 66).

Adapun langkah-langkah penyusunan perangkat tes tersebut terdiri dari:

1. Identifikasi tujuan utama penggunaan skor tes

2. Identifikasi dimensi yang mewakili perilaku dalam perangkat tes yang dikonstruksi

3. Menyiapkan spesifikasi tes, yang berisi jumlah dan penyebaran butir tes untuk masing-masing dimensi

4. Menyusun draf awal butir-butir tes

5. Melakukan penelaahan terhadap butir tes dan direvisi bila diperlukan

6. Melaksanakan uji coba pendahuluan terhadap butir tes dan direvisi seperlunya.

7. Melakukan pengujian tes dilapangan dengan sampel yang yang representatif dalam jumlah besar

8. Menentukan atau memilih butir tes, jika perlu kurangi butir yang tidak sesuai dengan kriteria dalam penyusunan awal

9. menguji validitas dan reliabilitas untuk menentukan butir-butir tes

10.mengembangkan petunjuk secara administratif tentang; pelaksanaan tes, cara penskoran dan interpretasi skor.

Dalam penelitian ini instrumen disusun seperti yang dijelaskan pada Bab

Kajian Teori, dimana disusun berdasarkan kurikulum 2013. Adapun tabel

spesifikasi instrumen dapat dilihat pada lampiran A Hal.69.

G. PROSES PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Setelah instrumen dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan dan

sebelum digunakan untuk pengumpulan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan

beberapa uji, yaitu uji validitas dan reliabilitas instrumen.

a. Validitas instrumen

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan

fungsi ukurnya. Tes yang dikatakan valid harus mengukur sesuatu dan

(15)

terletak pada seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya,

sehingga memberikan hasil ukur sesuai dengan yang hendak diukur.

Validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1) Validitas Isi

Kevalidan isi bertujuan untuk menilai kerelevanan tes dengan materi

yang akan diukur atau data yang akan dikumpulkan. Kevalidan isi

dilakukan dengan jajmen logis terhadap relevansi butir-butir soal atau

pertanyaan yang diajukan untuk mengumpulkan data. Teknik analisis

validitas isi yang digunakan adalah validitas isi untuk kecocokan butir demi

butir dengan menggunakan persentase butir yang cocok dengan

indikator/tujuan. Penghitungan dengan teknik ini didasarkan pada

penghitungan besarnya persentase pada pernyataan cocok, yaitu “persentase

kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator berdasarkan penilaian

guru/dosen atau ahli. Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan

indikator mencapai lebih besar dari 50%. Rumus yang digunakan adalah:

Dengan:

f = frekuensi cocok menurut penilai

∑f= jumlah penilai

2) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal meliputi validitas daya beda, tingkat kesukaran dan

distraktor.

a) Daya Beda

Daya pembeda suatu butir menunjukkan kepada derajat kemampuan

butir soal itu membedakan antar subyek yang mampu dan yang tidak

mampu. Pada penelitian ini, secara empirik daya beda ditentukan dengan

rumus korelasi point biserial. Point biserial pada dasarnya merupakan

penghitungan korelasi butir-total untuk data dengan skor dikotomi.

Koefisien korelasi antara butir dan skor total merupakan indeks validitas

(16)

42

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjek yang mendapat skor tinggi dan yang mendapat skor rendah. Dengan

demikian korelasi butir dengan total menjadi daya beda butir yang juga

dikenal sebagai validitas butir. Menurut Thorndike (1982:71) yang dikutip

dari buku Susetyo ( 2011, 165), rumus korelasi point biserial adalah :

Keterangan :

ρpbis = validitas butir soal

upi = rata-rata skor responden yang menjawab benar

uqi = rata-rata responden yang menjawab salah

pi = proporsi jawaban benar butir tes tertentu

qi = proporsi jawaban salah butir tertentu

Dalam Naga (2008:65) Berikut beberapa pendapat ahli mengenai daya beda

butir minimum yang dianggap memadai:

Tabel 3.2 Daya Beda Minimum

Penulis Daya Beda Minimum

Crocker dan Algina (1986: 324) 0,2

Nunnally (1970:202) 0,2

Aiken (1994:65) 0,2

Mehrens and Lehmans (1991:167) 0,2

Henning (1987:53) 0,25

Menurut Naga (2008:65) nilai daya beda minimum dianggap memadai adalah

≥0,2

b) Tingkat kesukaran butir

Derajat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari subyek yang

menjawab benar butir soal itu. Artinya, makin besar proporsinya, makin

mudah soal dan makin kecil proporsi makin sulit soal.

Keterangan:

(17)

b : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

n : Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Ali, 2011: 166)

Kriteria indeks kesukaran suatu tes menurut Witherington dalam Susetyo

(2011:154) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah

Meskipun tidak selalu benar, pada umumnya P yang berada disekitar 0,5

dianggap yang terbaik. Sebenarnya angka P yang terbaik adalah yang sesuai

dengan tujuan tes yang bersangkutan.

c) Distraktor

Analisis distraktor atau pengecoh tujuannya adalah mengetahui

kemampuan responden yang sebenarnya dengan memberikan pilihan

alternatif yang memungkinkan untuk dipilih terutama responden yang tidak

memahami butir tes tersebut (Susetyo, 2011:171). Pengecoh yang tergolong

baik adalah pengecoh yang dipilih oleh peserta tes minimum sebesar 5%.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen merupakan ketepatan alat ukur dalam mengukur

atau ketepatan siswa dalam menjawab alat ukur itu. Suatu tes dapat dikatakan

memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil

yang tetap. Dalam penelitian ini, skor respon siswa berupa skor dikotomi, oleh

karenanya uji reliabilitas instrumen menggunakan formula Kuder Richardson

yaitu KR20 karena diasumsikan tingkat kesukaran pada item-itemnya tidak

homogen atau varians item-itemnya tidak setara. Hal itu disebabkan tes

(18)

44

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat kesukaran item-itemnya homogen, maka formula reliabilitas yang

digunakan adalah formula KR-21.

Adapun formula KR-20 adalah sebagai berikut :

ρ

dimana,

P = proporsi menjawab benar q = proporsi menjawab salah k = jumlah butir tes

Σpq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah

ρKR20 = koefisien reliabilitas = varian skor tes N = jumlah responden

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu melalui tes tulis hasil

belajar Matematika siswa. Tes tulis digunakan karena teknik tersebut dianggap

paling tepat dan objektif untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa dengan

menerapkan teknik penskoran yang berbeda. Adapun prosedur pengumpulannya

sebagai berikut:

1. Perangkat tes yang dibuat untuk masing-masing teknik penskoran adalah

sama, yang membedakan hanyalah pada instruksi yang diberikan pada

petunjuk soal.

2. Pada setiap kelas dikenai teknik penskoran punisment score atau reward

score. Artinya pada setiap kelas akan terdapat kelas yang mengerjakan tes

dengan penskoran punisment score atau reward score.

3. Setiap respon dari masing-masing individu dihitung dengan penskoran

punisment score dan reward score (sesuai dengan jenis soal yang didapatkan

(19)

score. Sehingga setiap individu akan memiliki 2 skor, yaitu diskor dengan

Number-right dan reward score atau Number-right dan punisment score

4. Respon siswa yang telah dikenakan teknik penskoran itulah menjadi populasi

data.

5. Dari score responden tersebut dilakukan penarikan sampel yang kemudian

dihitung reliabilitasnya.

6. Hal yang sama dilakukan sebanyak 30 kali, sehingga diperoleh 30 koefisien

reliabilitas pada setiap kelompok.

7. Dari 30 koefisien reliabilitas tersebut kemudian diolah dengan teknik pengolahan data yang ditentukan

Adapun formula yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah dengan

formula Cronbach Alpha, yaitu:

dimana,

ρ = koefesien reliabilitas

∑ = jumlah seluruh variansi butir = variansi sekor responden

= jumlah butir yang setara

I. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Teknik pengolahan data dilakukan dua tahap, yaitu uji asumsi analisis dan

pengujian hipotesis. Pengujian hipsotesis dilakukan dengan uji-T.

1) Uji asumsi analisis

Uji asumsi dilakukan sebelum dilakukannya pengujian hipotesis. Uji asumsi

dilakukan untuk memperoleh (menentukan) peluang yang sahih atas munculnya

nilai T. Asumsi yang harus dipenuhi yaitu, independent of score, normalitas

distribusi data dan homogenitas variansi populasi.

Pengujian asumsi yang dihitung secara empirik, yaitu uji normalitas dan uji

(20)

46

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak dapat mendekteksi adanya pelanggaran terhadap asumsi ini dengan melihat

data yang diperoleh, kita hanya dapat mengetahui dan mengontrol asumsi ini pada

waktu pelaksanaan penelitian (eksperimen) dan pengumpulan data, apakah prilaku

(kinerja) subjek yang satu mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh subjek yang

lain, baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Oleh karena itu, validitas

hasil penelitian yang didasarkan pada analisis data yang melanggar asumsi ini

sulit dipertahankan.

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang

normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Shapiro-Wilk

sebagai berikut:

1) Hipotesis :

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

2) Tingkat signifikansi :

0,05

3) Statistik uji yang digunakan Shapiro-Wilk

Komputasi dilakukan dengan bantuan program SPSS.

4) Kriteria penerimaan atau penolakan H0 berdasarkan P-value, yaitu:

Jika P-value < α, maka H0 ditolak

Jika P-value ≥ α, maka H0 diterima.

Dalam Program SPSS digunakan istilah Significance (yang disingkat Sig.) untuk

menyatakan P-value, artinya P-value= sig.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai variansi

yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan levene statistic

pada program SPSS sebagai berikut :

1) Hipotesis :

H0 : = (populasi homogen)

H1 : ≠

2) Tingkat Signifikansi :  = 0,05

3) Statistik uji : levene statistic pada uji-t

(21)

Jika P-value < α, maka H0 ditolak

Jika P-value ≥ α, maka H0 diterima.

Dalam Program SPSS digunakan istilah Significance, disingkat Sig. untuk

menyatakan P-value, dengan demikian P-value= sig.

2) Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji-t. Uji-t merupakan uji perbedaan dua

rata-rata populasi. Uji-t yang dilakukan pada penelitian ini uji-t dependent dan uji-t

independent. Uji-t dependent dimaksudkan untuk membandingkan dua kelompok

yang dibandingkan bersifat dependent (saling mempengaruhi satu sama lain).

Sedangkan uji-t independent untuk membandingkan dua kelompok yang

dibandingkan bersifat independent (saling bebas) satu sama lain.

Uji hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Hipotesis penelitian ke-1

Ada perbedaan reliabilitas antara teknik penskoran Number-right dan

reward score

Hipotesis statistik:

Ho : =

H1 :

NR= number right score, R= reward score

Hipotesis penelitian ke-2

Ada perbedaan reliabilitas antara teknik penskoran Number-right dan

punishment score

Hipotesis statistik:

Ho : =

H1 : ≠

NR= number right score, P= punishment score

Statistik uji:

D

D

(22)

48

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hipotesis penelitian ke-3

Ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika kelompok

reward dengan ukuran sampel 30 dan 40

Hipotesis statistik:

Ho : =

H1 : ≠

R30= kelompok reward dengan ukuran sampel 30, R40= kelompok reward

dengan ukuran sampel 40

Hipotesis penelitian ke-4

Ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika kelompok

punishment dengan ukuran sampel 30 dan 40

Hipotesis statistik:

Ho : =

H1 :

P30= kelompok punishment dengan ukuran sampel 30, P40= kelompok

punishment dengan ukuran sampel 40

Statistik uji :

X Y

Komputasi dilakukan dengan bantuan IBM SPSS 20

Kriteria Pengujian

Kriteria penerimaan atau penolakan H0 berdasarkan P-value, yaitu:

Jika P-value < α, maka H0 ditolak

Jika P-value ≥ α, maka H0 diterima

Dalam Program SPSS digunakan istilah Significance, disingkat Sig. untuk menyatakan

(23)

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan :

1. Ada perbedaan yang significant reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar

Matematika antara teknik penskoran number-right score dengan reward

score

2. Ada perbedaan yang significant reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar

Matematika antara teknik penskoran number-right score dengan punishment

score

3. Tidak ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

kelompok reward dengan ukuran sampel 30 dan 40

4. Tidak ada perbedaan reliabilitas tes pilihan ganda hasil belajar Matematika

kelompok punishment dengan ukuran sampel 30 dan 40

B. SARAN

Hasil penelitian ini tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

berarti bagi praktisi pendidikan khususnya dan pembaca pada umumnya. Apalagi

mengingat saat ini kebanyakkan guru tidak mau menggunakan soal bentuk pilihan

ganda dikarenakan dengan soal pilihan ganda siswa akan cenderung memiliki

kesempatan bahkan atau keinginan siswa melakukan kecurangan dalam

memberikan respon terhadap stimulus (butir soal) yang diberikan oleh guru di

sekolah.

Dengan adanya penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi oleh para

guru bahwasanya unsur tebakan dalam soal bentuk pilihan ganda dapat

diminimalisir dengan menggunakan teknik penskoran punishment score dan

reward score. Dilihat dari skor-skornya, guru dapat menggunakan teknik

penskoran punishment score pada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, karena

pada kemampuan tinggi teknik ini akan berjalan efektif, tetapi pada kemampuan

(24)

68

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa tetap melakukan tebakan. Sedangkan untuk teknik penskoran reward score,

dapat digunakan pada level kemampuan manapun. Selanjutnya, jika ingin

memperoleh koefisien reliabilitas yang menggambarkan kemampuan, sebaiknya

menggunakan teknik penskoran punishment score, karena merupakan formula

yang baik untuk correction for guessing, mengingat jika tidak melakukan

penebakan (jawabannya dikosongkan) maka skor akan berbentuk 1 dan 0 saja.

Selain itu, dalam penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu peneliti

memperoleh skor number right score dari penskoran reward dan punishment,

sehingga belum didapat bukti autentik bahwa dengan number right score akan

diperoleh koefisien lebih rendah dari yang lainnya akibat faktor tebakan. Selain

itu dalam penelitian ini juga belum membandingkan koefisien reliabilitas antara

teknik punishment dan reward, karena jika ingin membandingkan peneliti belum

punya bukti bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama.

Selanjutnya, untuk uji-t yang digunakan dalam penelitian ini masih memiliki

kelemahan jika menggunakan variabel terikat yang sama.

Oleh sebab itu, untuk peneliti selanjutnya hendaknya membandingan

ketiga teknik tersebut dengan number right score tidak diberi instruksi, sedangkan

punishment dan reward diberi instruksi sesuai ketentuan. Namun ketika ingin

membandingkan ketiganya dengan cara tersebut, peneliti perlu yakin bahwa

pengikut tes harus pada level kemampuan yang sama. Selanjutnya, peneliti juga

dapat mengeksplorasi lebih lanjut mengenai ukuran sampel yang digunakan dalam

penghitungan reliabilitas, karena dalam penelitian ini belum ditemukan adanya

perbedaan reliabilitas ketika sampel ditambah sepertiganya dari jumlah

(25)

Dwi Putri Musdansi, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2011. Melakukan Riset Prilaku dan Sosial. Pustaka Cendikia Utama: Bandung

Algina dan Crocker. 1986. Introduction to Clasisical And Modern Test Theory.

Anastasi, Anne. 2007 . Tes Psikologi. PT. Indeks : Jakarta

Azwar, Saifuddin. 2012a. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

2012b. Dasar-dasar Pikometri. Pustaka Pelajar :Yogyakarta.

2011. Tes Prestasi. Pustaka Pelajar :Yogyakarta.

Budiyono. 2000. Statistik Dasar untuk Penelitian. FKIP MIPA : UNS

Budi B, Yoga. 2013. Pengaruh jumlah Alternatif Jawaban dan Teknik penskoran

terhadap reliabilitas ter IPA terpad. TESIS UNJ :Tidak diterbitkan.

Busnawir. 2006. Pengaruh Model Penskoran Terhadap Kesetabilan Reliabilitas

Hasil Pengukuran Skala Sikap dengan Mempertimbangkan Varians Usia.

Disertasi UNJ :Tidak Diterbitkan

Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta

Furqon. 2009. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Alfa Beta : Bandung

Jazuli. Akhmad. 2009. Prosiding Matematika. Sumber

:eprints.uny.ac.id/7025/1/P11-Akhmad%20Jazuli.pdf. didownload 1 Maret 2014, Pukul 20.00 WIB

Kaplan, M Robert dan Saccuzzo, Dennis P. 2012. Pengukuran Psikologi :

Prinsip,penerapan, dan Isu. Salemba Humanika: Jakarta

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2013. Matematika kelas X Kurikulum

2013 : Buku Guru. E-Book Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:

Jakarta

Krathwol, David R dan Anderson, Lorin W (editor). 2010. Kerangka Landasan

untuk pengajaran Pembelajaran dan assesment. Pustaka Pelajar:

(26)

Dwi Putri Musdansi, 2014

PERBANDINGAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMA BERDASARKAN TEKNIK PENSKORAN DAN UKURAN SAMPEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lord, Frederic M dan Novick, Melvin R. 1968. Statistical Theories of Mental Test

Score. Massachusett. Addison-Wesley Publishing company, Inc.

Marwanta, dkk (anggota Ikapi). 2008). Mathematics For Senior High School Year

X. Yudhistira

Naga, Dali S. 2013. Teori Sekor Dalam Pengukuran Mental. PT Nagarani Citrayasa: Jakarta

Naga, Dali S. 2008. Probabilitas dan Sekor pada Hipotesis Statistika. UPT Penerbitan Universitas Tarumanegara

Rasyid, Harun, dkk. 2007. Penilaian Hasil Belajar. CV Wacana Prima :Bandung

Riska I, Venny. 2009. Perbandingan Daya Beda dan Reliabilitas Tes Pilihan

Ganda Berdasarkan Model Pensekoran. Jakarta :UNJ

Saefudin, Abdul A dan Kusumaningrum, Maya. 2012. Mengoptimalkan

Kemampuan Berfikir Matematika Malalui Pemecahan Masalah Matematika. Prosiding

Santrock, John W. 2003. Andolescence Perkembangan Remaja. Erlangga : Jakarta

Sigit Suprijanto, dkk (anggota Ikapi). 2009. Mathematics For Senior High School

Year XI. Yudhistira

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan

Tindakan. PT Refika Aditama: Bandung

Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Nila. 2009. Analisis Tes Psikologi Teori

dan Praktik. Rhineka Cipta : Jakarta

Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi

Hasil. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Belajar: Yogyakarta

Susetyo, Budi. 2011. Menyusun Tes Hasil Belajar. CV Cakra: Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2002. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Andi: Yogyakarta.

Throndike et al, Robert M. 1991. Measurement and Evaluation In Psychology and

(27)

Dwi Putri Musdansi, 2014

Uyanto, Stanislaus S.2009. Pedoman Analisi data dengan SPSS.Graha Ilmu: Yogyakarta

Venny Riska, Indriyani. (2009). Perbandingan Daya Beda Dan Reliabilitas Tes

Pilihan Ganda Berdasarkan Model Pensekoran. Jakarta: UNJ

Widiatmoko. 2009. Pengaruh Metode Penyekoran Pada Stabilitas Koefisisen

Reliabilitas Sekor Tes Objektif Pilihan Ganda Ditinjau Dari Keragaman Intelegensi Peserta Tes. Disertasi UNJ : Tidak Diterbitkan.

Yuri R, Levita. 2011. Pengaruh Metode Pensekoran dan Risk Talking Level

Terhdap Relibilitas Tes Matematika. Disertasi UNJ : Tidak diterbitkan

Zainul, Asmawi. 1993. Penilaian Hasil Belajar. PAU-PPAI Universitas Terbuka: Jakarta

http://digilib.uinsuka.ac.id/8036/1/EVA%20LATIPAH%20STRATEGIPENGEN

ALAN%20POTENSI%20ANAK.pdf. Didownload 5 Februari 2014, pukul

Gambar

Tabel 3.1 Desain penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Daya Beda Minimum
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mendapatkan gambaran retikulosit dan fraksinya pada orang Indonesia dewasa normal yang dapat digunakan sebagai nilai rujukan, serta pada pembawa sifat thalassemia- β

Ada dua pendapat yang berkembang tentang persoalan tersebut; pertama: kelompok yang tidak membenarkan al-ziyadah di dalam Alquran dengan alasan bahwa jika terjadi ziyadah

Tani Jaya Perkasa dan komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan CV.. Tani Jaya

[r]

Jarum pentul digunakan untuk menusuk benang emas pada kain beludru sebelum benang emas kasab di jahit, terlebih dahulu benang di lipat dua kemudian benang yang sudah dilipat dan

EKG nondiagnostik, Tidak terdapat perubahan segmen ST atau gelombang T Depresi segmen ST atau inversi gelombang T Elevasi segmen ST atau BBB. baru (atau diperkirakan baru)

Pemasaran merupakan aktivitas untuk mewujudkan transaksi dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan tujuan untuk menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah

Oleh sebab itu, penulis membuat Aplikasi Pembayaran Pada Salon Kecantikan Dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0, sesuai dengan judulnya disusun dengan menggunakan