Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANBERPIKIR KRITIS SISWA SMK
TESIS
Diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratmemperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program StudiPendidikanTeknologidanKejuruan
Oleh: Taopik Sidqi
1201567
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Oleh
TaopikSidqi
S.PdUPI Bandung, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd.) pada SekolahPascasarjana UPI
Prodi PendidikanTeknologidanKejuruan
© TaopikSidqi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TAOPIK SIDQI
1201567
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA
MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
LEMBAR PENGESAHAN Pembimbing I
Dr. Danny Meirawan,M.Pd. NIP. 19620504 198803 1 002
Pembimbing II
Dr. EnjangAkhmadJuanda, M.Pd. M.T. NIP. 19550826 198101 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi PendidikanTeknologidanKejuruan
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkanpeserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Wardiman D
(1998:36) mendeskripsikan pendapat Rupert Evans (1978) bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yangbertujuan untuk: (1) memenuhi kebutuhan
masyarakat akan tenaga kerja, (2) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap
individu, dan (3) menumbuhkan motivasi untuk belajar sepanjang hayat. Definisi
lain olehUnited State Congress(1976) dikatakan bahwa pendidikan kejuruan
adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan
seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karir
seseorang. Nampak bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk
memasuki lapangan kerja dan diperuntukkan bagi siapa saja yang
menginginkannya, yang membutuhkannya, dan yang dapat untung darinya
(Wardiman D, 1998: 34).
Pendidikan sebagai wahana untuk membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan guna menjalani dan mengatasi masalah kehidupan pada masa yang
akan datang yang selalu mengalami perubahan. Pakar pendidikan kejuruan
Mobley mengemukakan teori tentang filosofi pendidikan kejuruan.Mobley
(Barlow dkk, 1988:57) mengemukakan tentang filosofi pendidikan vokasi (career
and technical / C&T) yang seharusnya diikuti oleh pihak yang terlibat yaitu: (1) C&T education must be a part of the total education program, (2) C&T education
must be available to all people, (3) C&T education must be everyone’s concern,
(4) Professionalization of C&T must continue, dan (5) Student organizations must be considered as part of the total C&T program. SebelumnyaCharles Prosser (1925) mengemukakan enam belas teorema tentang pendidikan kejuruan.
2
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teorema yang pertama dan kedua berhubungan langsung dengan proses
pembelajaran di pendidikan vokasi, yaitu :
(1) Vocational education will be efficient in proportion as the environment in which the learner is trained as replica of the environment in which he must subsequently works, and (2) Effective vocational training can only be given where the training jobs are carried on in the same way, with the same operations, the same tools, and the same machines as in the occupation it self (Camp dan Johnson, 2005: 37).
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan
kejuruan harus dikelola dengan sungguh-sungguh agar output dan outcome-nya
sesuai dengan kompetensi kerja yang diminta oleh dunia kerja.Sebagai bagian dari
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pendidikan menengah kejuruan
merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan
mengembangkan diri di kemudian hari.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengahpada lampiran halaman 19,menyebutkan
bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program
kejuruannya.Implikasi dariPermendiknas No. 22 Tahun 2006, terhadap struktur
Kurikulum KTSP, mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok normatif, adaptif, dan produktif.
Dari ketiga mata pelajaran tersebut, mata pelajaran produktif adalah mata
pelajaran keahlian yang berhubungan langsung dengan pengetahuan dan
keterampilan siswa yang disesuaikan dengan tuntutan dunia industri.Mata
pelajaran produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali
peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi yang disepakati oleh
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Putu Sudira (2006:7), alokasi waktu pembelajaran praktik dalam
program produktif minimum 70% dan teori maksimum 30%. Waktu praktik kerja
industri diatur minimum 6 bulan kerja mengikuti minggu dan jam kerja industri,
boleh lebih dari 6 bulan kerja jika kegiatan bekerja di industri memberi nilai
tambah lebih tinggi bagi industri. Jelas terlihat bahwa mata pelajaran produktif
banyak melaksanakan praktikum dan eksperimen merupakan jantungnya
pendidikan di SMK.
Pada kurikulum KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun 2006: 5), pada
kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,di kolom cakupan
terdapat penjelasan untuk membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan
mandiri.Sedangkan Kurikulum 2013 Permendikbud No. 70 Tahun 2013, tentang
kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Balitbang DEPDIKNAS (2009)
tentang pendidikan kejuruan dalam penyiapan tenaga kerja mengungkapkan
belum dapat dipenuhinya permintaan DU/DI salah satunya disebabkan oleh
kurangnya kualifikasi lulusan sesuai yang dibutuhkan DU/DI. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat daya saing lulusan masih kurang. Kualifikasi
lulusan kejuruan adalah indikator kemampuan penguasaan kompetensi keahlian
seorang lulusan SMK. Pada Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
salah satu kualifikasi lulusannya adalah memiliki kompetensi pada Perancangan
Jaringan Komputer.
Pada kegiatan pembelajaran di SMKN 2 Bandung ditemukan anak-anak
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, beberapa temuan dilapangan
tersebut adalah (1) Kemampuan mengidentifikasi, siswa tidak mampu
menjelaskan kembali apa yang disampaikan guru tentang perancangan jaringan
dengan bahasanya sendiri. (2) Kemampuan memfokuskan pertanyaan, siswa tidak
bisa merumuskan pertanyaan dengan tepat apa yang ditanyakannya sehingga
4
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menganalisis argument, ketika siswa ditanyakan alasan memilih salah satu
komponen pendukung jaringan komputer, siswa kesulitan untuk memberikan
alasan atau sebab pemilihan komponen tersebut. (4) Rendahnya kemampuan
berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks,
siswa tidak bisa mengkomunikasikan mengenai masalah tugas praktikum yang
diberikan tetapi justru membicarakan hal lain selain masalah perancangan
jaringan.
Temuan di atasmenggambarkan rendahnya kualifikasi lulusan SMK
khususnya TKJ pada kompetensi perancangan jaringan disebabkan oleh kurang
terlatih dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan bidang keahlian
atau kompetensi kejuruannya.Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarno (2007:78)
dalam Hamamy Fauziyatul yang berpendapat bahwa pendidikan di SMK
cenderung pada pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
Kecenderungan pada pengajaran mata pelajaran ini mengakibatkansiswa
tidak berlatih untuk berpikir kritis. Apabila dikaji lebih dalam hal yang
menyebabkan siswa kurang memiliki keterampilan berpikir kritis menurut Fikri
Aulia (2011:2) disebabkan oleh masalah operasional menunjuk pada
ditemukannya banyak perilaku salah dalam kegiatan belajar mengajar di SMK,
dan membentuk kebiasaan yang diterima sebagai suatu kewajaran. Termasuk
dalam kelompok masalah ini antara lain : (1) pelajaran praktik dasar kejuruan
tidak diajarkan secara mendasar; (2) dalam pelajaran praktik, siswa sering
dibiarkan bekerja dengan cara yang salah, tidak mengikuti langkah kerja yang
benar, posisi tubuh dan gerak tangan tidak diperhatikan; (3) membiarkan siswa
bekerja dengan mutu hasil kerja asal jadi tanpa standar mutu yang harus dicapai;
(4) kegiatan praktik siswa tidak mengikuti prinsip mastery learning; (5) siswa
sering bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan; (6) masih banyak guru yang
berada di sekolah hanya pada jam mengajar saja, dan perilaku seperti ini
dianggap sebagai sesuatu yang wajar; (7) kepedulian sekolah untuk membentuk
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Banyak perilaku salah dalam kegiatan belajar mengajar di SMK yang
mengakibatkan komunikasi yang terjadi pada saat PBM bersifat searah sehingga
siswa cenderung pasif. Pembelajaran masih didominasi oleh peran guru, sehingga
kesempatan siswa bereksplorasi masih kurang yang berdampak pada kurangnya
kemampuan berpikir kritis. Hal ini selaras dengan pendapat (Trianto,
200&:65)pengajaran kemampuan berpikir kritis di Indonesia memiliki beberapa
kendala, salah satunya adalah dominasinya guru dalam proses pembelajaran dan
tidak memberi akses pada peserta didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritismenggunakan proses mendasar untuk
menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi kedalam pola
penalaran logis, memahami asumsi, memberikan representasi ringkas dan
meyakinkan. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang
dipercaya dan paling baik. Kerangka kerja proses berpikir kritis dilakukan saat
penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara
bertindak dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain,
tetapi juga melakukan pencarian dan bila diperlukan akan menangguhkan
keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan
didukung oleh bukti atau informasi. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritisakan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan suatu informasi
benar atau salah.
Menurut Pressien(dalam Costa, 1985)berpikir adalah suatu proses kognitif
atau aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan berpikir
dikelompokkan menjadi keterampilan tingkat dasar dan keterampilan berpikir
kompleks (tingkat tinggi). Keterampilan tingkat dasar meliputi hubungan sebab
akibat, mentransformasi, menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi.
Keterampilan tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan,
berpikir kreatif dan berpikir kritis.
6
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menjadi lima kelompok yaitu :
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilan dasar (basic support).
3. Membuat inferensi (inference).
4. Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (Strategies and tactics).
Hasil penelitian Marzano(dalam Rofiuddin, 2000) menunjukkan salah satu
sebab rendahnya kualitasberpikir siswa saat ini adalah kuatnya pandangan (yang
salah) bahwa kemampuan berpikir secara otomatis akan berkembang setelah siswa
menguasai semua materi pelajaran, dan pendidikan berpikir kritis baru dapat
dilaksanakan pada pendidikantingkat lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis diatas,
maka perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK
yang dilakukan pada strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah operasional SMK sekaligus mengakomodasi
kebutuhan model pembelajaran adalah perbaikan pembelajaran yang berorientasi
kepada kecakapan hidup spesifik siswa. Dalam konteks ini model pembelajaran
Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu pilihan model sistem pembelajaran di SMK. Merujuk kepada pendapat Angela Liu (2012), Chaiklin
(2003) dan Jamie McKenzie (1999), scaffoldingmerupakan model pembelajaran
yang memberikan sejumlah bantuankepada peserta didik selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangibantuan dan memberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat
melakukannya. Model Inkuiri terbimbing merujuk kepada pendapat Kubicek
(2005:1), Bilgin(2009:1038) dan Sanjaya (2009), model pembelajaran Inkuiri
terbimbing memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktifmenggunakan proses
fisik dalam menemukan sendiri beberapa konsep dan prinsipmateri yang sedang
dipelajari dengan bimbingan dari guru sehingga materi pelajarantidakhanya
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada model pembelajaran scaffolding didasarkan atas dua konsep penting
dalam teori Vygotsky, yaitu Scaffolding dan Zone of Proximal Development(ZPD).
Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia
dapat melakukannya. Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada
peserta didik untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat
berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Pada model pembelajaran
Scaffolding guru pada awal pembelajaran harus menjelasakan tujuan apa yang akan dicapai pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memberikan
motivasi mengenai manfaat dari materi pembelajaran yang akan dipelajari
sehingga siswa akan termotivasi dan mengurangi kekecewaan siswa jika materi
yang dipelajari tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berikut adalah ilustrasi
dari Zone of Proximal Development (ZPD)
Gambar 1.1
Posisi Zona of Proximal Development pada Pembelajar
Sumber: http://rantingmath.wordpress.com, 12 Matert 2014
Pembelajaran Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
8
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai intelegensi tinggi
tidak memonopoli kegiatan. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi
siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada
tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu: Pernyataan dan
pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan
melalui pertanyaan yang terdapat dalam petunjuk praktikum agar siswa mampu
menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakanyang harus dilakukan untuk
memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Oleh sebab itu petunjuk
praktikum dibuat untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan
menarik kesimpulan.
Kedua model baik Scaffolding maupun Inkuiri terbimbing memiliki
karakteristik yang berbeda. Pada model scaffoldingsiswa diberi tugas-tugas
kompleks, sulit tetapi sistematik dan selanjutnya siswa diberi bantuan untuk
menyelesaikannya, bukan sebaliknya yaitu sistem belajar sebagian-sebagian,
sedikit demi sedikit atau komponen demi komponen dari suatu tugas kompleks.
Sedangkan pada model Inkuiri terbimbing kegiatan pembelajaran yang
menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam
sistem belajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencapai dan menemukan sendiri, sedikit
demi sedikit dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Dalam
model Inkuiri terbimbing guru lebih banyak memberikan bimbingan pada
awal-awal pembelajaran dan mulai mengurangi bimbingannya ketika siswa sudah dapat
belajar secara mandiri.
Tuntutan kurikulum baik KTSP maupun Kurikulum 2013 mengenai
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kritis dan kreatif, seharusnya dapatmemotivasi guru untuk menemukan bahan ajar
serta metode yang mampu mewadahituntutan tersebut. Berdasarkan permasalahan
di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran TKJ di kelas XI perlu adanya suatu
model pembelajaran yang cocok diterapkan pada mata pelajaran perancangan
jaringan komputer.
Model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan atau diterapkan di
kelas dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh
karena itu, salah satu variabel pokok dalam pemilihan dan pengembangan model
pembelajaran akan dipengaruhi oleh pertimbangan guru atas bagaimana
kecenderungan siswa. Keterkaitan antara pemilihan dan pengembangan model
pembelajaran dengan karakteristik siswa dengan lingkungan akan berpengaruh
terhadap proses pembelajaran di kelas, yang antara lain akan tercermin dalam
kemampuan berpikir kritis siswa yang tergambar pada hasil belajar. Alur
permasalahan di atas juga mengindikasikan bahwa proses peningkatankemampuan
berpikir kritis yaitu dengan model pembelajaran Scaffoldingdan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul penelitian “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN
PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMK”.
B. Identifikasi Masalah
Penerapan model pembelajaran Scaffoldingdan Inkuri Terbimbing bertolak
dari adanya kesenjangan antara kompetensi peserta didik yang belum optimal
dicapai dengan komptensi standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau
tuntutan dunia usaha dan industri (DU/DI).
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak merangsang siswa
10
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada keseragaman pemahaman dan tidak mendorong pada keberagaman
pemahaman sehingga kemampuan berpikir kritis tidak terjadi.
Kesempatan siswa untuk bereksplorasi dan melakukan penemuan sendiri
masih kurang. Pembelajaran masih didominasi oleh peran guru,komunikasi yang
terjadi pada saat PBM bersifat searah sehingga siswa cenderung pasif. Model
pembelajaran konvensional yang digunakan hanya sedikit memberikan peran
kepada siswa untuk berpikir kritis, aktif dan kreatif.
Dengan menerapkan secara nyata proses pembelajaran model scaffolding
dan Inkuiri terbimbing,bisa dijadikan acuan bagi perbaikan proses pembelajaran
kearah lebih baik.
Selanjutnya perlu untuk mengetahui bagaimana respon siswa dengan
penerapan model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing yang menuntut
kemampuan berpikir kritis siswaSMK dalam proses pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : “ Apakah penerapan model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing pada Mata pelajaran
Perancangan Jaringan dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa
SMK?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian berikut :
1. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMK yang
mendapatkan pembelajaran model Scaffoldingdan siswa yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing?
2. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
SMK yang mendapatkan pembelajaran model Scaffoldingdan siswa yang
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan komputer?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahuiperbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMK yang
mendapatkan pembelajaran Model Scaffoldingdan siswa yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa SMK yang mendapatkan pembelajaran Model Scaffoldingdan siswa
yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan komputer.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang bersifat
praktis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi sekolah, guru
dan peneliti lain.
1. Bagi Sekolah
Khususnya bagi SMK sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru SMK
Manfaat praktis bagi guru dalam pembelajaran meliputi informasi yang rinci
12
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran (RPP) yang menerapkan pembelajaran scaffolding dan inkuri
terbimbing, (2) langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan melibatkan sumber belajar yang relevan, (3) deskripsi
peran guru selama proses pembelajaran terkait dengan teknik pengelolaan
kelas (classroom management).
3. Bagi siswa
Manfaat praktis bagi siswa dari model pembelajaran scaffolding dan inkuiri
terbimbing adalah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Pengalaman yang diperoleh selama pembelajaran akan bermanfaat dalam
jangka panjang, artinya siswa dapat menerapkannya di lingkungan sekitar atau
dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk berpikir kritis atas segala
persoalan atau masalah yang dihadapi.
F. Struktur Organisasi Penelitian
Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari bab-bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas latar balakang penelitian yang berkaitan dengan
berpikir kritis siswa SMK dan upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis lewat penggunaan model pembelajaran scaffolding dan
Inkuiri terbimbing.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN.
Bab ini memuat tentang landasan teori dari kemampuan berpikir kritis,
model pembelajaran scaffolding dan inkuiri terbimbing dan mata
pelajaran Perancangan jaringan. Kerangka pemikiran penelitian dan
Hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang Metode kuasi eksperimen dan Disain
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian terdiri atas variabel bebas (penyebab) independent variable,
yaitu model pembelajaran Scaffolding dan model pembelajaran Inkuiri
terbimbingdan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis siswa
SMK. Populasi Sekolah Negeri di Kota Bandung dan Sampel penelitian
adalah SMKN 2 dan 4 Bandung, Instrumen Penelitian terdiri atas
pre-test dan post-pre-test, angket tanggapan siswa dan guru dan lembar observasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari dua hal utama yakni:
a. Pengolahan atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan
dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan
penelitian. Pengolahan data menggunakan teknik analisa kuantitatif
dengan cara perhitungan manual dan dengan menggunakan
software SPSS.
b. Pembahasan dan Temuan hasil penelitian dilakukan dengan cara
mendeskripsikan hasil data penelitian yang telah diolah dengan
cara kuantitatif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan hasil
penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian yang telah
dilakukan. Pada bab ini juga memuat simpulan, implikasi dan
42
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan-pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi (Sukmadinata, 2007:52). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (quasi experiment design) dengan
menggunakan desainnonequivalentkontrol group design (pre-test-post-test yang
tidak ekuivalen). Dinamai demikian karena dalam pembagian sampel penelitian
kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara acak
atau tidak melalui proses random assignment, tetapi ditentukan berdasarkan kelas
yang telah ada (intact group).
Menurut (Furqon dan Emilia, 2010:19) dalam konteks sosial dan
pendidikan, pengacakan subjek kedalam kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol (random assignment) seringkali sulit dilakukan. Peneliti menggunakan
kelompok atau kelas yang sudah terbentuk sebagai kompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan mempertimbangkan bahwa peneliti tidak mungkin
mengubah kelas siswa SMK yang telah ada sebelumnya guna menentukan subjek
penelitian kedalam kelompok-kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
kategori sekolah negeri.
Metode eksperimen ini dipilih dengan dasar penelitian dimaksudkan untuk
menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain atau hubungan
sebab akibat dari suatu atau beberapa variabel. Variabel yang memberi pengaruh
dikelompokan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang
dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat (dependent variables). Alasan
lain peneliti memilih penelitian eksperimen karena penelitian eksperimen dalam
bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap
43
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam
eksperimen disebut perlakuan yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai
pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua kelompok
mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Perbedaan dari kedua
kelompok ialah bahwa grup eksperimen dan grup kontrol diberikan perlakuan
berbeda. Pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua variabel yang
mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih penelitian
Eksperimen Kuasi. Dasar lain, peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi
karena penelitian ini termasuk penelitian sosial. Hubungan sebab akibat dalam
konteks penelitian ini adalah pengaruh/efektivitas model pembelajaran
Scaffoldingdan Inkuiri Terbimbing di SMK Negeri 2 Kota Bandung.
Perlakuan yang diterapkan kepada variabel bebas dilihat pengaruhnya
terhadap variabel terikat (Russefendi, 2001). Pada penelitian ini yang dimaksud
dengan variabel bebas adalah model pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberi
perlakuan pembelajaran model Scaffolding sedangkan pada kelas kontrol
dilakukan pembelajaran modelInkuiri Terbimbing. Variabel terikat adalah
kemampuan berpikir kritis siswa SMK padaMata PelajaranPerancangan jaringan
komputer (LAN).
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
desain Nonequivalent Groups Pre-testPost-testDesign. Dalam desain ini
penentuan kelompok-kelompok eksperimen tidak melalui prosedur penempatan
secara acak (random assignment). Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa peneliti tidak mungkin mengubah kelas siswa (anak
SMK) yang telah ada sebelumnya guna menentukan subjek penelitian kedalam
kelompok-kelompok eksperimen. Selain itu, kelompok dalam suatu kelas
biasanya sudah mapan maka apabila peneliti membentuk kelompok baru tentunya
44
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
inilah peneliti menggunakan kelompok kelas yang telah ada, kelas XI TKJ 1
sebagai kelas kontrol dan kelas XI TKJ 2 sebagai kelas eksperimen. Pre-testdan
post-test digunakan untuk mengukur kontribusi perlakuan terhadap kemampuan berpikir kritis dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Perlakukan diberikan terhadap dua kelompok dengan kegiatan pembelajaran yang
berbeda. Kelompok pertama yang disebut sebagai kelompok eksperimen (XI
TKJ2) diberikan perlakuan pembelajaaran dengan menggunakan model
Scaffolding dan kelompok kedua disebut sebagai kelompok kontrol (XI TKJ1)diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri
Terbimbing. Kedua kelompok diberikan tes awal (Pre-test) terlebih dahulu
sebelum diberikan perlakuan, kemudian setelah masing-masing diberikan
perlakuan maka kedua kelompok tersebut diberikan tes akhir (Post-test), soal yang
diberikan pada tes awal dan tes akhir adalah soal yang sama. Berdasarkan
Ruseffendi (2005:50), berikut adalah gambaran desain penelitian Pre-testdan
Post-test.
Tabel. 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Kelas Eksperimen E1 X1 E2
Kelas Kontrol K1 X2 K2
Keterangan :
E1 : Tes Awal (Pre-test) untuk mengukur kemampuan awalkemampuan
berpikir kritisKelompok Eksperimen.
E1 : Tes Akhir (Post-test) untuk mengukur hasil perlakuan kemampuan
berpikir kritisKelompok Eksperimen.
K1 : Tes Awal (Pre-test) untuk mengukur kemampuan awalkemampuan
berpikir kritis Kelompok Kontrol.
K2 : Tes Akhir (Post-test) untuk mengukur hasil perlakuan kemampuan
45
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X1 : Perlakuan Kelas Eksperimen proses pembelajaran menggunakan model
Scaffolding.
X2 : Perlakuan Kelas Kontrol proses pembelajaran menggunakan model
Inkuiri Terbimbing.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dengan menggunakan desain ini adalah :
1. Menentukan kelompok eksperimen (E) dan kelompok kontrol (K) pada
SMK Negeri 2 Bandung dengan menggunakan kelompok atau kelas yang
telah terbentuk. Kelas kontrol adalah XI TKJ1 dan kelas eksperimen
adalah XI TKJ2.
2. Memberikan Pre-test kepada kelas eksperimen (E1) maupun kelas kontrol
(K2) untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis.
3. Memberikan perlakuan berupa proses pembelajaran menggunakan model
Scaffolding pada kelompok eksperimen (X2) dan model pembelajaran
Inkuiri terbimbing pada kelompok kontrol (X1) pada SMK Negeri 2 Kota
Bandung.
4. Memberikan Post-test kepada kelas eksperimen (E2) maupun kelas kontrol
(K2) untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir.
5. Menguji kesamaan hasil pre-testkelas eksperimen (E1) dan kelas kontrol
(K1) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.
6. Menguji perbedaan hasil post-testkelas eksperimen (E2) dan kelaskontrol
(K2) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.
7. Menghitung perbedaan skor Gain kelas eksperimen (E) dan kelas kontrol
(K) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.
8. Membandingkan perbedaan hasil skor Gain kelas eksperimen (E) dan
kelas kontrol (K), kemudian dapat diketahui apakah penerapan perlakuan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berkaitan dengan peningkatan
kemampuan berpikir kritis.
46
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono (2008:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan menurut Karlinger (1973) variabel adalah
konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Dari penjelasan diatas kita dapat
mengetahui bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai/sifat dari
objek, individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu
dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari
informasinya serta ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian pada penelitian ini terdiri atas 2 variabel yaitu
Variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependen
Variable). Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables)adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati
variabel ini diberi tanda (X).Variabel terikat atau variabel tergantung
(dependent variables) adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau
tidak muncul,variabel ini diberi tanda (Y).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (penyebab) independent variable, yaitu model
pembelajaran Scaffolding dan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.
Kedua model ini digunakan sebagai perlakuan atau perlakuan kepada
Kelas Kontrol dengan Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Kelas
Eksperimen dengan Model Pembelajaran Scaffolding.
2. Variabel terikat (akibat) dependent variable, kemampuan berpikir kritis
47
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Alur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Studi Pendahuluan dan Survey
Penyusunan RPP
1. Pembuatan Modul Pembelajaran 2. Pembuatan kisi-kisi soal
3. Pembuatan Lembar Kerja Siswa Job sheet
Penyusunan Instrumen Penelitian: 1. Kuesioner
2. Lembar observasi
Instrumen diujicoba dan direvisi
Pretest Pretest
Penerapan pembelajaran Model Scaffolding
Penerapan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing
Posttest Posttest
Analisis Data
Pembahasan Masalah dan Perumusan
48
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1Alur Penelitian
Penjelasan alur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Survei dan studi pendahuluan.
Survei dilakukan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Studi
pendahuluan merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan jika kita
menginginkan dan melihat variabel, populasi/sampel yang ingin diteliti
dengan asumsi data yang ada belum memenuhi untuk kepentingan penelitian.
Masalah yang diambil adalah masalah nyata yang ada dalam dunia
pendidikan teknologi dan kejuruan. Dalam penelitian ini, survei dilakukan ke
beberapa SMK di Kota Bandung. Studi pendahuluan dilakukan untuk lebih
memperdalam permasalahan dan mencari informasi yang diperlukan sehingga
didapatkan keputusan bahwa masalah perlu diteliti atau tidak. Studi
pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literatur
dari beberapa sumber referensi dan pengambilan data awal penelitian di SMK
Negeri 4 Bandung.
2. Perumusan masalah.
Perumusan masalah dilakukan setelah didapatkan data awal penelitian
melalui studi pendahuluan, kemudian masalah-masalah yang ada tersebut
diidentifikasi untuk memperjelas permasalahan. Pada penelitian ini, masalah
yang dirumuskan terdiri dari rumusan masalah secara umum dan
penjabarannya. Perumusan masalah adalah salah satu dari tahapan yang ada
diantara sejumlah tahapan penelitian yang mempunyai kedudukan penting di
49
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan penelitian akan sia-sia atau bahkan tidak bisa membuahkan hasil
sama sekali.
3. Memilih metode penelitian.
Langkah selanjutnya adalah memilih metode penelitian yang sesuai dengan
rumusan masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experiment designdengan menggunakan desain Nonequivalent groups pre-test-post-test design. Hal ini disebabkan rumusan masalah yang ingin mengetahui penerapan suatu perlakuan terhadap kelas eksperimen dan
dibandingkan dengan perlakuan terhadap kelas kontrol.
4. Menentukan variabel penelitian dan sumber data.
Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian dan sumber data.
Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran
Scaffoldingdan Inkuiri Terbimbing. Sedangkanvariabel terikat yaitukemampuan berpikir kritis siswa (Y). Keduanya diukur setelah
mendapatkan perlakuan model pembelajaran Scaffoldingdan model
pembelajaran inkuri terbimbing. Sumber data pada penelitian ini meliputi
siswa kelas eksperimen sebanyak 39 orang dan siswa kelas kontrol sebanyak
39 orang, guru-guru kompetensi keahlian Teknik Komputer Jaringan dan
Wakasek bidang kurikulum.
5. Penyusunan RPP.
Langkah selanjutnya adalah menyusun RPP kelas eksperimen dan RPP kelas
kontrol. RPP disusun disesuaikan dengan model yang akan digunakan yaitu
untuk kelas eksperimen menggunakan model Scaffolding dan kelas kontrol
menggunakan model Inkuri Terbimbing.
6. Penyusunan instrumen penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menyusun instrument penelitian terdiri dari
rencana pembelajaran (RPP),modul pembelajaran, lembar kerja siswa (job
50
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. Instrumen hasil diujicoba dan direvisi.
Instrumen hasil diujicoba, yaitu dengan uji validitas, uji reabilitas, uji daya
pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Bila ada instrumen yang tidak sesuai,
maka instrumen harus direvisi atau dibuang tidak digunakan. Instrumen yang
diuji cobakan sebanyak 40 soal.
8. Pre-test.
Tahapan selanjutnya adalah pre-test yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Aspek
yang di-pre-test-kan adalah tes untuk mengukur kemampuun berpikir kritis
siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan. Setelah diambil data
pre-test, kemudian diuji normalitas dan homogenitas data untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas eksperimen normal dan
homogen atau tidak. Jika normal dan homogen, maka penelitian Kuasi
eksperimen dapat dilanjutkan.
9. Langkah selanjutnya adalah kegiatan belajar mengajar (perlakuan). Kelas
kontrol menggunakan model Inkuiri terbimbing dan kelas eksperimen
menggunakan Scaffolding.
10. Post-test
Langkah selanjutnya adalah post-test untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaranScaffolding
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk
kelas kontrol. Seperti halnya pre-test, aspek yang diajukan pada post-test
meliputi aspek untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada
Mata Pelajaran Perancangan jaringan.
11. Analisis Data.
Tahap selanjutnya adalah analisis data, setelah didapatkan data pre-test dan
post-test, maka selanjutnya dilakukan analisis. Pada tahap analisis data dilakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji hipotesis, dan uji
51
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil post-test yang didapatkan selanjutya dilakukan penghitungan gain
(peningkatan) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil post-test
dengan hasil pre-test. Tujuannya adalah untuk membandingkan mana yang
lebih baik antara model pembelajaran Scaffolding dan pembelajaran model
inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Gain yang
digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis
perancangan jaringan komputer adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain).
Adapun rumus dari gain ternormalisasi (normalisasi gain) yang digunakan
(Hake, 2000:3) adalah sebagai berikut :
g=
�� −���� �� � −��
Tabel 3.2
Klasifikasi normalisasi gain
Koefisien normalisasi gain Klasifikasi
g < 0,3 Rendah
0,3 g < 0,7 Sedang
g 0,7 Tinggi
12. Pembahasan.
Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka dilakukan
pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan penelitian, peneliti mencoba
mencari relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang ada dan
relevansinya dengan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.
13. Peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk penerapan model pembelajaran
52
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kali perlakuan. Hasil dari pembahasan penelitian kemudian dijadikan
feedback untuk penyempurnaan perlakuanselanjutnya. 14. Kesimpulan.
Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, implikasi, dan
rekomendasi penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah berstatus negeri. Sekolah yang
akan dijadikan tempat uji coba Instrumen adalah SMKN 4 Bandung yang
beralamat di Jln. Kiliningan No. 6 Buah Batu Bandung. Sedangkan sekolah
yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu SMKN 2 Kota Bandung yang
beralamat di Jl. Ciliwung No. 4 Bandung 40114.
Tabel. 3.3
Data sekolah yang dijadikan subjek penelitian untuk eksperimen dan kontrol
Jenis SMK SMK Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Ujicoba
Instrumen
Nama SMKN 4KOTA BANDUNG
Lokasi Jl. Kiliningan No. 6 Buahbatu Bandung 40264
Kelas XI TKJ
Lokasi JL. Ciliwung No. 4 Bandung 40114
Kelas XI TKJ1 XI TKJ2
53
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Model pembelajaran Scaffolding
Model pembelajaran Scaffolding merupakansuatu teknik pemberian
dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal
untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian
dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus,tetapi seiring
dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara
berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar
secara mandiri. Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian dalam
belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk membantu siswa
memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar mampu mencapai
kemandirian.
2. Model pembelajaran Inkuiri terbimbing
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rancangan
pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar dari fakta menuju teori.
Model pembelajaran ini mempunyai langkah-langkah pembelajaran,
tahap satu menyediakan area investigasi, yaitu siswa dihadapkan pada
masalah, tahap kedua mengumpulkan data untuk verifikasi, tahap ketiga
mengumpulkan data melalui kegiatan eksperimen, dan tahap keempat
yaitu merumuskan hasil eksperimen dan tahap kelima adalah tahap
terakhir menganalisa proses inkuiri.
3. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks
menggunakan berpikir berupa penalaran yang logis, dan dapat diukur
melalui tes objektif. Kemampuan berpikir kritis meliputi mengobservasi,
mempertimbangkan, mengidentifikasi dan menyimpulkan masalah yang
dihadapi.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai
54
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas XI TKJ 1 sebagai
kelompok eksperimen dan kelas XI TKJ 2 sebagai kelompok kontrol.
2. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan tes awal (pre-test)
berupa tes soal pre-test dengan materi yang sama, kemudian ditentukan mean
(rata-rata) dan simpangan baku masing-masing kelompok untuk mengetahui
kesamaan atau perbedaan kemampuan siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
3. Memberikan perlakuan sesuai dengan kriteria kelompok masing-masing, di
mana pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran
Scaffolding, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan model Inkuiri Terbimbing.
4. Memberikan tes akhir (post-test) kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dari tes awal dan tes akhir diperoleh gainnya, kemudian dihitung
mean (rata-rata) dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk
mengetahui peningkatan peningkatan kemampuan berpikir kritis
5. Setelah diperoleh data tes awal, tes akhir, dan gain (peningkatan), selanjutnya
dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas varians terhadap data
sebagai pedoman dalam menggunakan uji statistik terhadap analisis data.
6. Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data (normal atau tidak normal dan homogen atau tidak homogen) untuk mengetahui besarnya
pengaruh penerapan model pembelajaran Scaffoldingdan Inkuiri terbimbing
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Patton(1980) (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor,
(1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang
55
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang telah diperoleh dari hasil kegiatan penelitian, dengan
pengambilan data dan sampel sesuai dengan desain penelitian yang telah
dilakukan. Pengolahan data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan uji
statistika dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan cara manual dan dengan
bantuan komputer menggunakan program SPSS. Dari kedua cara itu hasilnya
dibandingkan untuk mengetahui tingkat ketelitian. Untuk besaran-besaran utama
yang bersifat data kuantitatif antara lain dihitung skor harga rerata pre-test dan
post-test, media, modus, standar deviasi. Disamping itu dilakukan pengujian sebaran data terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, uji multikolinearitas dan
uji hipotesis.
Instrumen penelitian terdiri dari rencana pembelajaran, lembar kerja siswa
(lembar kerja/job sheet) soal tes terdiri dari soal pre-test dan soal post-test, lembar
observasi, angket / kuesioner, dan pedoman wawancara.
1. Rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan tahapan-tahapan yang disesuaikan
dengan model Scaffolding dan model Inkuiri Terbimbing dengan urutan
materi dan waktu untuk kegiatan pembelajaran.
2. Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan penyelidikan dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dalam Mata Pelajaran Perancangan jaringan. Lembar kerja praktikum/job
sheet digunakan sebanyak dua buah dengan judul “Analisa kebutuhan jaringan komputer”.
Garis besar dari lembar kerja ini berisi tentang tujuan praktikum/percobaan,
daftar alat dan susunannya/rangkaian, langkah/cara percobaan, tabel data hasil
pengamatan/percobaan, perhitungan (pengolahan data), tugas akhir, sumber
kesalahan, kesimpulan dan daftar pustaka.
56
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap materi perancangan jaringan, sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran. Tes awal (pre-test) dilaksanakan sebelum proses pembelajaran
dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMK
dalam penguasaan materi perancangan jaringan. Tes akhir (postes)
dilaksanakan sesudah selesai proses pembelajaran dengan maksud untuk
mengetahui sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritisjika
dibandingkan dengan hasil tes awal. Soal pre-test dan post-test secara rinci
dapat dilihat pada berkas lampiran.
4. Lembar observasi
Lembar observasi dilakukan pada saat penerapan model pembelajaran
ScaffoldingMata Pelajaran Perancangan Jaringan, dilakukan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauhmana
aktivitas guru dan siswa SMK, apakah telah sesuai dengan batasan-batasan
yang digariskan dalam tahapan-tahapan model pembelajaran Scaffolding atau
tidak. Dalam melaksanakan observasi digunakan pedoman observasi.
Observator dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum pada
lembar pedoman observasi dengan memberikan jawaban nilai memilih angka
1,2,3 atau 4. Angka 1,2,3 dan 4 adalah skala nilai yang masing-masing
memiliki makna tidak baik, kurang baik, cukup baik dan baik.
5. Pedoman wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru pengajar produktif Perancangan Jaringan
dalam rangka mengumpulkan tanggapan informasi tentang model
pembelajaran Scaffoldingdan Inquiri Terbimbing. Adapun pedoman untuk
melaksanakan wawancara, berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
pada lembar wawancara. Pewawancara akan merekam jawaban hasil
wawancara pada sebuah dokumen, dokumen ini sebagai perolehan informasi
tentang tanggapan guru terhadap model pembelajaran Scaffoldingdan Inquiri
57
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sedangkan menurut Ibnu
Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik
variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008: 52) adalah
alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan
dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis
biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Dari
beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi
kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.Instrumen yang digunakan dalam
penelitian akan sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian karena data yang
diperlukan untuk menjawabpertanyaan penelitian (masalah) dan pengujian
hipotesis diperoleh melalui instrumen. Oleh karena itu instrumen harus dirancang
dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan data real/empiris
sebagaimana adanya. Data yang salah dalam arti tidak menggambarkan data
empiris tentu saja dapat menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan yang
dirumuskan oleh peneliti bisa keliru.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan tahapan-tahapan yang disesuaikan
dengan model Scaffoldingdan Inquiri terbimbingdengan urutan materi dan
waktu untuk kegiatan pembelajaran.
2. Modul pembelajaran
Modul pembelajaran berisi tentang materi yang akan dibahas pada proses
58
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
contoh permasalahan dan penyelesaiannya, rangkuman materi, dan soal-soal
pelatihan. Garis besar dan isi modul perancangan jaringan terdiri dari bagian
pendahuluan yang menjelaskan Definisi perancangan jaringan. Bagian isi
menjelaskan tentang materi yang terdapat pada masing-masing sub pokok
bahasan.
3. Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa disusun sedemikian rupa sehingaa siswa dapat melakukan
kegiatan penyelidikan dan dapat menemukan konsep yang harus dipahamai
dan dikuasai dalam Mata Pelajaran Perancangan Jaringan. Garis besar dari
lembar kerja ini berisi tentang tujuan praktikum/percobaan, daftar alat dan
susunannya rangkaian, langkah/cara percobaan, tabel data hasil
pengamatan/percobaan, perhitungan (pengolahan data), tugas akhir, sumber
kesalahan, kesimpulan dan daftar pustaka.
4. Soal tes
Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
terhadap materi perancangan jaringan, sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran. Tes awal (pre-test) dilaksanakan sebelum proses pembelajaran
dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMK
dalam penguasaan materi Perancangan Jaringan. Tes akhir (post-test)
dilaksanakan sesudah selesai proses pembelajaran dengan maksud untuk
mengetahui sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritisjika
dibandingkan dengan hasil tes awal. Soal pre-test dan post-test secara rinci
dapat dilihat pada berkas lampiran.
5. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang tanggapan
siswa terhadap penerapan model pembelajaran ScaffoldingMata Pelajaran
Perancangan jaringan Komputer. Kuesioner disampaikan dengan
pertanyaan-pertanyaan berbentuk pilihan ganda. Pilihan jawaban sebanyak lima pilihan.
59
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek-aspek yang diukur melalui pertanyaan secara garis besar disusun
kedalam kisi-kisi pertanyaan kuesioner. Sembilan aspek yang diukur, jumlah
pertanyaan duapuluh lima pertanyaan. Untuk setiap aspek yang diukur
memiliki jumlah pertanyaan yang tidak sama, hal ini dipertimbangkan karena
setiap aspek mempunyai kebutuhan mendapatkan kedalam informasi yang
berbeda. Bentuk skala yang digunakan pada kuesioner ini adalah skala Likert.
Menurut Arikunto (2010: 180):“Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikui oleh empat persepsi yang menunjukkan tingkatan,
misalnya:
SS = sangat sesuai S = sesuai
TS = tidak sesuai
STS = sangat tidak sesuai”
Tabel 3.4
Kisi-kisi kuisioner tanggapan siswa terhadap model pembelajaran scaffolding dan inkuiri terbimbing
Mata pelajaran Perancangan Jaringan
NO. ASPEK YANG DIUKUR
PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN
1. Penerimaan E. Sangat tidak menarik
60
Taopik Sidqi, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu cara berpikir
A. Sangat setuju sekali B. Sangat setuju C. Setuju D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju
2. Tingkat E. Menjadi sangat turun
Bagaimanakah
A. Sangat setuju sekali B. Sangat setuju C. Setuju D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju