• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANBERPIKIR KRITIS SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANBERPIKIR KRITIS SISWA SMK."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANBERPIKIR KRITIS SISWA SMK

TESIS

Diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratmemperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikanTeknologidanKejuruan

Oleh: Taopik Sidqi

1201567

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Oleh

TaopikSidqi

S.PdUPI Bandung, 2006

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Pendidikan (M.Pd.) pada SekolahPascasarjana UPI

Prodi PendidikanTeknologidanKejuruan

© TaopikSidqi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TAOPIK SIDQI

1201567

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA

MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

LEMBAR PENGESAHAN Pembimbing I

Dr. Danny Meirawan,M.Pd. NIP. 19620504 198803 1 002

Pembimbing II

Dr. EnjangAkhmadJuanda, M.Pd. M.T. NIP. 19550826 198101 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi PendidikanTeknologidanKejuruan

(4)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkanpeserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Wardiman D

(1998:36) mendeskripsikan pendapat Rupert Evans (1978) bahwa pendidikan

kejuruan adalah pendidikan yangbertujuan untuk: (1) memenuhi kebutuhan

masyarakat akan tenaga kerja, (2) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap

individu, dan (3) menumbuhkan motivasi untuk belajar sepanjang hayat. Definisi

lain olehUnited State Congress(1976) dikatakan bahwa pendidikan kejuruan

adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan

seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karir

seseorang. Nampak bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk

memasuki lapangan kerja dan diperuntukkan bagi siapa saja yang

menginginkannya, yang membutuhkannya, dan yang dapat untung darinya

(Wardiman D, 1998: 34).

Pendidikan sebagai wahana untuk membekali peserta didik dengan berbagai

kemampuan guna menjalani dan mengatasi masalah kehidupan pada masa yang

akan datang yang selalu mengalami perubahan. Pakar pendidikan kejuruan

Mobley mengemukakan teori tentang filosofi pendidikan kejuruan.Mobley

(Barlow dkk, 1988:57) mengemukakan tentang filosofi pendidikan vokasi (career

and technical / C&T) yang seharusnya diikuti oleh pihak yang terlibat yaitu: (1) C&T education must be a part of the total education program, (2) C&T education

must be available to all people, (3) C&T education must be everyone’s concern,

(4) Professionalization of C&T must continue, dan (5) Student organizations must be considered as part of the total C&T program. SebelumnyaCharles Prosser (1925) mengemukakan enam belas teorema tentang pendidikan kejuruan.

(5)

2

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teorema yang pertama dan kedua berhubungan langsung dengan proses

pembelajaran di pendidikan vokasi, yaitu :

(1) Vocational education will be efficient in proportion as the environment in which the learner is trained as replica of the environment in which he must subsequently works, and (2) Effective vocational training can only be given where the training jobs are carried on in the same way, with the same operations, the same tools, and the same machines as in the occupation it self (Camp dan Johnson, 2005: 37).

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan

kejuruan harus dikelola dengan sungguh-sungguh agar output dan outcome-nya

sesuai dengan kompetensi kerja yang diminta oleh dunia kerja.Sebagai bagian dari

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pendidikan menengah kejuruan

merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang

tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan

mengembangkan diri di kemudian hari.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, tentang standar isi untuk

satuan pendidikan dasar dan menengahpada lampiran halaman 19,menyebutkan

bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program

kejuruannya.Implikasi dariPermendiknas No. 22 Tahun 2006, terhadap struktur

Kurikulum KTSP, mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu

kelompok normatif, adaptif, dan produktif.

Dari ketiga mata pelajaran tersebut, mata pelajaran produktif adalah mata

pelajaran keahlian yang berhubungan langsung dengan pengetahuan dan

keterampilan siswa yang disesuaikan dengan tuntutan dunia industri.Mata

pelajaran produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali

peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi yang disepakati oleh

(6)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Putu Sudira (2006:7), alokasi waktu pembelajaran praktik dalam

program produktif minimum 70% dan teori maksimum 30%. Waktu praktik kerja

industri diatur minimum 6 bulan kerja mengikuti minggu dan jam kerja industri,

boleh lebih dari 6 bulan kerja jika kegiatan bekerja di industri memberi nilai

tambah lebih tinggi bagi industri. Jelas terlihat bahwa mata pelajaran produktif

banyak melaksanakan praktikum dan eksperimen merupakan jantungnya

pendidikan di SMK.

Pada kurikulum KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun 2006: 5), pada

kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,di kolom cakupan

terdapat penjelasan untuk membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan

mandiri.Sedangkan Kurikulum 2013 Permendikbud No. 70 Tahun 2013, tentang

kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah

Aliyah Kejuruan, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama

(saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Balitbang DEPDIKNAS (2009)

tentang pendidikan kejuruan dalam penyiapan tenaga kerja mengungkapkan

belum dapat dipenuhinya permintaan DU/DI salah satunya disebabkan oleh

kurangnya kualifikasi lulusan sesuai yang dibutuhkan DU/DI. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat daya saing lulusan masih kurang. Kualifikasi

lulusan kejuruan adalah indikator kemampuan penguasaan kompetensi keahlian

seorang lulusan SMK. Pada Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ)

salah satu kualifikasi lulusannya adalah memiliki kompetensi pada Perancangan

Jaringan Komputer.

Pada kegiatan pembelajaran di SMKN 2 Bandung ditemukan anak-anak

yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, beberapa temuan dilapangan

tersebut adalah (1) Kemampuan mengidentifikasi, siswa tidak mampu

menjelaskan kembali apa yang disampaikan guru tentang perancangan jaringan

dengan bahasanya sendiri. (2) Kemampuan memfokuskan pertanyaan, siswa tidak

bisa merumuskan pertanyaan dengan tepat apa yang ditanyakannya sehingga

(7)

4

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganalisis argument, ketika siswa ditanyakan alasan memilih salah satu

komponen pendukung jaringan komputer, siswa kesulitan untuk memberikan

alasan atau sebab pemilihan komponen tersebut. (4) Rendahnya kemampuan

berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks,

siswa tidak bisa mengkomunikasikan mengenai masalah tugas praktikum yang

diberikan tetapi justru membicarakan hal lain selain masalah perancangan

jaringan.

Temuan di atasmenggambarkan rendahnya kualifikasi lulusan SMK

khususnya TKJ pada kompetensi perancangan jaringan disebabkan oleh kurang

terlatih dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan bidang keahlian

atau kompetensi kejuruannya.Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarno (2007:78)

dalam Hamamy Fauziyatul yang berpendapat bahwa pendidikan di SMK

cenderung pada pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian

kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.

Kecenderungan pada pengajaran mata pelajaran ini mengakibatkansiswa

tidak berlatih untuk berpikir kritis. Apabila dikaji lebih dalam hal yang

menyebabkan siswa kurang memiliki keterampilan berpikir kritis menurut Fikri

Aulia (2011:2) disebabkan oleh masalah operasional menunjuk pada

ditemukannya banyak perilaku salah dalam kegiatan belajar mengajar di SMK,

dan membentuk kebiasaan yang diterima sebagai suatu kewajaran. Termasuk

dalam kelompok masalah ini antara lain : (1) pelajaran praktik dasar kejuruan

tidak diajarkan secara mendasar; (2) dalam pelajaran praktik, siswa sering

dibiarkan bekerja dengan cara yang salah, tidak mengikuti langkah kerja yang

benar, posisi tubuh dan gerak tangan tidak diperhatikan; (3) membiarkan siswa

bekerja dengan mutu hasil kerja asal jadi tanpa standar mutu yang harus dicapai;

(4) kegiatan praktik siswa tidak mengikuti prinsip mastery learning; (5) siswa

sering bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan; (6) masih banyak guru yang

berada di sekolah hanya pada jam mengajar saja, dan perilaku seperti ini

dianggap sebagai sesuatu yang wajar; (7) kepedulian sekolah untuk membentuk

(8)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Banyak perilaku salah dalam kegiatan belajar mengajar di SMK yang

mengakibatkan komunikasi yang terjadi pada saat PBM bersifat searah sehingga

siswa cenderung pasif. Pembelajaran masih didominasi oleh peran guru, sehingga

kesempatan siswa bereksplorasi masih kurang yang berdampak pada kurangnya

kemampuan berpikir kritis. Hal ini selaras dengan pendapat (Trianto,

200&:65)pengajaran kemampuan berpikir kritis di Indonesia memiliki beberapa

kendala, salah satunya adalah dominasinya guru dalam proses pembelajaran dan

tidak memberi akses pada peserta didik untuk berkembang secara mandiri

melalui penemuan dan proses berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritismenggunakan proses mendasar untuk

menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi kedalam pola

penalaran logis, memahami asumsi, memberikan representasi ringkas dan

meyakinkan. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang

dipercaya dan paling baik. Kerangka kerja proses berpikir kritis dilakukan saat

penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara

bertindak dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain,

tetapi juga melakukan pencarian dan bila diperlukan akan menangguhkan

keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan

didukung oleh bukti atau informasi. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritisakan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan suatu informasi

benar atau salah.

Menurut Pressien(dalam Costa, 1985)berpikir adalah suatu proses kognitif

atau aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan berpikir

dikelompokkan menjadi keterampilan tingkat dasar dan keterampilan berpikir

kompleks (tingkat tinggi). Keterampilan tingkat dasar meliputi hubungan sebab

akibat, mentransformasi, menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi.

Keterampilan tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan,

berpikir kreatif dan berpikir kritis.

(9)

6

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menjadi lima kelompok yaitu :

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).

2. Membangun keterampilan dasar (basic support).

3. Membuat inferensi (inference).

4. Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).

5. Mengatur strategi dan taktik (Strategies and tactics).

Hasil penelitian Marzano(dalam Rofiuddin, 2000) menunjukkan salah satu

sebab rendahnya kualitasberpikir siswa saat ini adalah kuatnya pandangan (yang

salah) bahwa kemampuan berpikir secara otomatis akan berkembang setelah siswa

menguasai semua materi pelajaran, dan pendidikan berpikir kritis baru dapat

dilaksanakan pada pendidikantingkat lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis diatas,

maka perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK

yang dilakukan pada strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Salah satu

alternatif untuk mengatasi masalah operasional SMK sekaligus mengakomodasi

kebutuhan model pembelajaran adalah perbaikan pembelajaran yang berorientasi

kepada kecakapan hidup spesifik siswa. Dalam konteks ini model pembelajaran

Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu pilihan model sistem pembelajaran di SMK. Merujuk kepada pendapat Angela Liu (2012), Chaiklin

(2003) dan Jamie McKenzie (1999), scaffoldingmerupakan model pembelajaran

yang memberikan sejumlah bantuankepada peserta didik selama tahap-tahap awal

pembelajaran, kemudian mengurangibantuan dan memberikan kesempatan untuk

mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat

melakukannya. Model Inkuiri terbimbing merujuk kepada pendapat Kubicek

(2005:1), Bilgin(2009:1038) dan Sanjaya (2009), model pembelajaran Inkuiri

terbimbing memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktifmenggunakan proses

fisik dalam menemukan sendiri beberapa konsep dan prinsipmateri yang sedang

dipelajari dengan bimbingan dari guru sehingga materi pelajarantidakhanya

(10)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada model pembelajaran scaffolding didasarkan atas dua konsep penting

dalam teori Vygotsky, yaitu Scaffolding dan Zone of Proximal Development(ZPD).

Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan

kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia

dapat melakukannya. Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada

peserta didik untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat

berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam

langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang

memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri. Pada model pembelajaran

Scaffolding guru pada awal pembelajaran harus menjelasakan tujuan apa yang akan dicapai pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memberikan

motivasi mengenai manfaat dari materi pembelajaran yang akan dipelajari

sehingga siswa akan termotivasi dan mengurangi kekecewaan siswa jika materi

yang dipelajari tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berikut adalah ilustrasi

dari Zone of Proximal Development (ZPD)

Gambar 1.1

Posisi Zona of Proximal Development pada Pembelajar

Sumber: http://rantingmath.wordpress.com, 12 Matert 2014

Pembelajaran Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu model

pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan

(11)

8

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru

harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan

kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang

mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai intelegensi tinggi

tidak memonopoli kegiatan. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi

siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada

tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu: Pernyataan dan

pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan

melalui pertanyaan yang terdapat dalam petunjuk praktikum agar siswa mampu

menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakanyang harus dilakukan untuk

memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Oleh sebab itu petunjuk

praktikum dibuat untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan

menarik kesimpulan.

Kedua model baik Scaffolding maupun Inkuiri terbimbing memiliki

karakteristik yang berbeda. Pada model scaffoldingsiswa diberi tugas-tugas

kompleks, sulit tetapi sistematik dan selanjutnya siswa diberi bantuan untuk

menyelesaikannya, bukan sebaliknya yaitu sistem belajar sebagian-sebagian,

sedikit demi sedikit atau komponen demi komponen dari suatu tugas kompleks.

Sedangkan pada model Inkuiri terbimbing kegiatan pembelajaran yang

menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam

sistem belajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final,

tetapi anak didik diberi peluang untuk mencapai dan menemukan sendiri, sedikit

demi sedikit dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Dalam

model Inkuiri terbimbing guru lebih banyak memberikan bimbingan pada

awal-awal pembelajaran dan mulai mengurangi bimbingannya ketika siswa sudah dapat

belajar secara mandiri.

Tuntutan kurikulum baik KTSP maupun Kurikulum 2013 mengenai

(12)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritis dan kreatif, seharusnya dapatmemotivasi guru untuk menemukan bahan ajar

serta metode yang mampu mewadahituntutan tersebut. Berdasarkan permasalahan

di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran TKJ di kelas XI perlu adanya suatu

model pembelajaran yang cocok diterapkan pada mata pelajaran perancangan

jaringan komputer.

Model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan atau diterapkan di

kelas dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh

karena itu, salah satu variabel pokok dalam pemilihan dan pengembangan model

pembelajaran akan dipengaruhi oleh pertimbangan guru atas bagaimana

kecenderungan siswa. Keterkaitan antara pemilihan dan pengembangan model

pembelajaran dengan karakteristik siswa dengan lingkungan akan berpengaruh

terhadap proses pembelajaran di kelas, yang antara lain akan tercermin dalam

kemampuan berpikir kritis siswa yang tergambar pada hasil belajar. Alur

permasalahan di atas juga mengindikasikan bahwa proses peningkatankemampuan

berpikir kritis yaitu dengan model pembelajaran Scaffoldingdan model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk

mengambil judul penelitian “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN

PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMK”.

B. Identifikasi Masalah

Penerapan model pembelajaran Scaffoldingdan Inkuri Terbimbing bertolak

dari adanya kesenjangan antara kompetensi peserta didik yang belum optimal

dicapai dengan komptensi standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau

tuntutan dunia usaha dan industri (DU/DI).

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak merangsang siswa

(13)

10

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada keseragaman pemahaman dan tidak mendorong pada keberagaman

pemahaman sehingga kemampuan berpikir kritis tidak terjadi.

Kesempatan siswa untuk bereksplorasi dan melakukan penemuan sendiri

masih kurang. Pembelajaran masih didominasi oleh peran guru,komunikasi yang

terjadi pada saat PBM bersifat searah sehingga siswa cenderung pasif. Model

pembelajaran konvensional yang digunakan hanya sedikit memberikan peran

kepada siswa untuk berpikir kritis, aktif dan kreatif.

Dengan menerapkan secara nyata proses pembelajaran model scaffolding

dan Inkuiri terbimbing,bisa dijadikan acuan bagi perbaikan proses pembelajaran

kearah lebih baik.

Selanjutnya perlu untuk mengetahui bagaimana respon siswa dengan

penerapan model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing yang menuntut

kemampuan berpikir kritis siswaSMK dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : “ Apakah penerapan model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing pada Mata pelajaran

Perancangan Jaringan dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa

SMK?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMK yang

mendapatkan pembelajaran model Scaffoldingdan siswa yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing?

2. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

SMK yang mendapatkan pembelajaran model Scaffoldingdan siswa yang

(14)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan komputer?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahuiperbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMK yang

mendapatkan pembelajaran Model Scaffoldingdan siswa yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa SMK yang mendapatkan pembelajaran Model Scaffoldingdan siswa

yang mendapatkan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Scaffolding dan Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan komputer.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang bersifat

praktis dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi sekolah, guru

dan peneliti lain.

1. Bagi Sekolah

Khususnya bagi SMK sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Guru SMK

Manfaat praktis bagi guru dalam pembelajaran meliputi informasi yang rinci

(15)

12

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran (RPP) yang menerapkan pembelajaran scaffolding dan inkuri

terbimbing, (2) langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan melibatkan sumber belajar yang relevan, (3) deskripsi

peran guru selama proses pembelajaran terkait dengan teknik pengelolaan

kelas (classroom management).

3. Bagi siswa

Manfaat praktis bagi siswa dari model pembelajaran scaffolding dan inkuiri

terbimbing adalah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Pengalaman yang diperoleh selama pembelajaran akan bermanfaat dalam

jangka panjang, artinya siswa dapat menerapkannya di lingkungan sekitar atau

dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk berpikir kritis atas segala

persoalan atau masalah yang dihadapi.

F. Struktur Organisasi Penelitian

Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari bab-bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas latar balakang penelitian yang berkaitan dengan

berpikir kritis siswa SMK dan upaya meningkatkan kemampuan

berpikir kritis lewat penggunaan model pembelajaran scaffolding dan

Inkuiri terbimbing.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN.

Bab ini memuat tentang landasan teori dari kemampuan berpikir kritis,

model pembelajaran scaffolding dan inkuiri terbimbing dan mata

pelajaran Perancangan jaringan. Kerangka pemikiran penelitian dan

Hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Metode kuasi eksperimen dan Disain

(16)

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian terdiri atas variabel bebas (penyebab) independent variable,

yaitu model pembelajaran Scaffolding dan model pembelajaran Inkuiri

terbimbingdan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis siswa

SMK. Populasi Sekolah Negeri di Kota Bandung dan Sampel penelitian

adalah SMKN 2 dan 4 Bandung, Instrumen Penelitian terdiri atas

pre-test dan post-pre-test, angket tanggapan siswa dan guru dan lembar observasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari dua hal utama yakni:

a. Pengolahan atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan

dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan

penelitian. Pengolahan data menggunakan teknik analisa kuantitatif

dengan cara perhitungan manual dan dengan menggunakan

software SPSS.

b. Pembahasan dan Temuan hasil penelitian dilakukan dengan cara

mendeskripsikan hasil data penelitian yang telah diolah dengan

cara kuantitatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan hasil

penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian yang telah

dilakukan. Pada bab ini juga memuat simpulan, implikasi dan

(17)

42

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan rangkaian cara atau kegiatan

pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan-pertanyaan dan isu-isu yang

dihadapi (Sukmadinata, 2007:52). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (quasi experiment design) dengan

menggunakan desainnonequivalentkontrol group design (pre-test-post-test yang

tidak ekuivalen). Dinamai demikian karena dalam pembagian sampel penelitian

kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara acak

atau tidak melalui proses random assignment, tetapi ditentukan berdasarkan kelas

yang telah ada (intact group).

Menurut (Furqon dan Emilia, 2010:19) dalam konteks sosial dan

pendidikan, pengacakan subjek kedalam kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol (random assignment) seringkali sulit dilakukan. Peneliti menggunakan

kelompok atau kelas yang sudah terbentuk sebagai kompok eksperimen dan

kelompok kontrol dengan mempertimbangkan bahwa peneliti tidak mungkin

mengubah kelas siswa SMK yang telah ada sebelumnya guna menentukan subjek

penelitian kedalam kelompok-kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada

kategori sekolah negeri.

Metode eksperimen ini dipilih dengan dasar penelitian dimaksudkan untuk

menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain atau hubungan

sebab akibat dari suatu atau beberapa variabel. Variabel yang memberi pengaruh

dikelompokan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang

dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat (dependent variables). Alasan

lain peneliti memilih penelitian eksperimen karena penelitian eksperimen dalam

bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap

(18)

43

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam

eksperimen disebut perlakuan yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai

pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua kelompok

mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Perbedaan dari kedua

kelompok ialah bahwa grup eksperimen dan grup kontrol diberikan perlakuan

berbeda. Pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua variabel yang

mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih penelitian

Eksperimen Kuasi. Dasar lain, peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi

karena penelitian ini termasuk penelitian sosial. Hubungan sebab akibat dalam

konteks penelitian ini adalah pengaruh/efektivitas model pembelajaran

Scaffoldingdan Inkuiri Terbimbing di SMK Negeri 2 Kota Bandung.

Perlakuan yang diterapkan kepada variabel bebas dilihat pengaruhnya

terhadap variabel terikat (Russefendi, 2001). Pada penelitian ini yang dimaksud

dengan variabel bebas adalah model pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberi

perlakuan pembelajaran model Scaffolding sedangkan pada kelas kontrol

dilakukan pembelajaran modelInkuiri Terbimbing. Variabel terikat adalah

kemampuan berpikir kritis siswa SMK padaMata PelajaranPerancangan jaringan

komputer (LAN).

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

desain Nonequivalent Groups Pre-testPost-testDesign. Dalam desain ini

penentuan kelompok-kelompok eksperimen tidak melalui prosedur penempatan

secara acak (random assignment). Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa peneliti tidak mungkin mengubah kelas siswa (anak

SMK) yang telah ada sebelumnya guna menentukan subjek penelitian kedalam

kelompok-kelompok eksperimen. Selain itu, kelompok dalam suatu kelas

biasanya sudah mapan maka apabila peneliti membentuk kelompok baru tentunya

(19)

44

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inilah peneliti menggunakan kelompok kelas yang telah ada, kelas XI TKJ 1

sebagai kelas kontrol dan kelas XI TKJ 2 sebagai kelas eksperimen. Pre-testdan

post-test digunakan untuk mengukur kontribusi perlakuan terhadap kemampuan berpikir kritis dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Perlakukan diberikan terhadap dua kelompok dengan kegiatan pembelajaran yang

berbeda. Kelompok pertama yang disebut sebagai kelompok eksperimen (XI

TKJ2) diberikan perlakuan pembelajaaran dengan menggunakan model

Scaffolding dan kelompok kedua disebut sebagai kelompok kontrol (XI TKJ1)diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri

Terbimbing. Kedua kelompok diberikan tes awal (Pre-test) terlebih dahulu

sebelum diberikan perlakuan, kemudian setelah masing-masing diberikan

perlakuan maka kedua kelompok tersebut diberikan tes akhir (Post-test), soal yang

diberikan pada tes awal dan tes akhir adalah soal yang sama. Berdasarkan

Ruseffendi (2005:50), berikut adalah gambaran desain penelitian Pre-testdan

Post-test.

Tabel. 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Kelas Eksperimen E1 X1 E2

Kelas Kontrol K1 X2 K2

Keterangan :

E1 : Tes Awal (Pre-test) untuk mengukur kemampuan awalkemampuan

berpikir kritisKelompok Eksperimen.

E1 : Tes Akhir (Post-test) untuk mengukur hasil perlakuan kemampuan

berpikir kritisKelompok Eksperimen.

K1 : Tes Awal (Pre-test) untuk mengukur kemampuan awalkemampuan

berpikir kritis Kelompok Kontrol.

K2 : Tes Akhir (Post-test) untuk mengukur hasil perlakuan kemampuan

(20)

45

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X1 : Perlakuan Kelas Eksperimen proses pembelajaran menggunakan model

Scaffolding.

X2 : Perlakuan Kelas Kontrol proses pembelajaran menggunakan model

Inkuiri Terbimbing.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dengan menggunakan desain ini adalah :

1. Menentukan kelompok eksperimen (E) dan kelompok kontrol (K) pada

SMK Negeri 2 Bandung dengan menggunakan kelompok atau kelas yang

telah terbentuk. Kelas kontrol adalah XI TKJ1 dan kelas eksperimen

adalah XI TKJ2.

2. Memberikan Pre-test kepada kelas eksperimen (E1) maupun kelas kontrol

(K2) untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis.

3. Memberikan perlakuan berupa proses pembelajaran menggunakan model

Scaffolding pada kelompok eksperimen (X2) dan model pembelajaran

Inkuiri terbimbing pada kelompok kontrol (X1) pada SMK Negeri 2 Kota

Bandung.

4. Memberikan Post-test kepada kelas eksperimen (E2) maupun kelas kontrol

(K2) untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir.

5. Menguji kesamaan hasil pre-testkelas eksperimen (E1) dan kelas kontrol

(K1) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.

6. Menguji perbedaan hasil post-testkelas eksperimen (E2) dan kelaskontrol

(K2) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.

7. Menghitung perbedaan skor Gain kelas eksperimen (E) dan kelas kontrol

(K) pada SMK Negeri 2 Kota Bandung.

8. Membandingkan perbedaan hasil skor Gain kelas eksperimen (E) dan

kelas kontrol (K), kemudian dapat diketahui apakah penerapan perlakuan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berkaitan dengan peningkatan

kemampuan berpikir kritis.

(21)

46

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2008:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Sedangkan menurut Karlinger (1973) variabel adalah

konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Dari penjelasan diatas kita dapat

mengetahui bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai/sifat dari

objek, individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu

dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari

informasinya serta ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian pada penelitian ini terdiri atas 2 variabel yaitu

Variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependen

Variable). Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables)adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk

menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati

variabel ini diberi tanda (X).Variabel terikat atau variabel tergantung

(dependent variables) adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk

menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau

tidak muncul,variabel ini diberi tanda (Y).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (penyebab) independent variable, yaitu model

pembelajaran Scaffolding dan model pembelajaran Inkuiri terbimbing.

Kedua model ini digunakan sebagai perlakuan atau perlakuan kepada

Kelas Kontrol dengan Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Kelas

Eksperimen dengan Model Pembelajaran Scaffolding.

2. Variabel terikat (akibat) dependent variable, kemampuan berpikir kritis

(22)

47

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Alur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Studi Pendahuluan dan Survey

Penyusunan RPP

1. Pembuatan Modul Pembelajaran 2. Pembuatan kisi-kisi soal

3. Pembuatan Lembar Kerja Siswa Job sheet

Penyusunan Instrumen Penelitian: 1. Kuesioner

2. Lembar observasi

Instrumen diujicoba dan direvisi

Pretest Pretest

Penerapan pembelajaran Model Scaffolding

Penerapan pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing

Posttest Posttest

Analisis Data

Pembahasan Masalah dan Perumusan

(23)

48

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1Alur Penelitian

Penjelasan alur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Survei dan studi pendahuluan.

Survei dilakukan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Studi

pendahuluan merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan jika kita

menginginkan dan melihat variabel, populasi/sampel yang ingin diteliti

dengan asumsi data yang ada belum memenuhi untuk kepentingan penelitian.

Masalah yang diambil adalah masalah nyata yang ada dalam dunia

pendidikan teknologi dan kejuruan. Dalam penelitian ini, survei dilakukan ke

beberapa SMK di Kota Bandung. Studi pendahuluan dilakukan untuk lebih

memperdalam permasalahan dan mencari informasi yang diperlukan sehingga

didapatkan keputusan bahwa masalah perlu diteliti atau tidak. Studi

pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi literatur

dari beberapa sumber referensi dan pengambilan data awal penelitian di SMK

Negeri 4 Bandung.

2. Perumusan masalah.

Perumusan masalah dilakukan setelah didapatkan data awal penelitian

melalui studi pendahuluan, kemudian masalah-masalah yang ada tersebut

diidentifikasi untuk memperjelas permasalahan. Pada penelitian ini, masalah

yang dirumuskan terdiri dari rumusan masalah secara umum dan

penjabarannya. Perumusan masalah adalah salah satu dari tahapan yang ada

diantara sejumlah tahapan penelitian yang mempunyai kedudukan penting di

(24)

49

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan penelitian akan sia-sia atau bahkan tidak bisa membuahkan hasil

sama sekali.

3. Memilih metode penelitian.

Langkah selanjutnya adalah memilih metode penelitian yang sesuai dengan

rumusan masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

quasi experiment designdengan menggunakan desain Nonequivalent groups pre-test-post-test design. Hal ini disebabkan rumusan masalah yang ingin mengetahui penerapan suatu perlakuan terhadap kelas eksperimen dan

dibandingkan dengan perlakuan terhadap kelas kontrol.

4. Menentukan variabel penelitian dan sumber data.

Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian dan sumber data.

Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran

Scaffoldingdan Inkuiri Terbimbing. Sedangkanvariabel terikat yaitukemampuan berpikir kritis siswa (Y). Keduanya diukur setelah

mendapatkan perlakuan model pembelajaran Scaffoldingdan model

pembelajaran inkuri terbimbing. Sumber data pada penelitian ini meliputi

siswa kelas eksperimen sebanyak 39 orang dan siswa kelas kontrol sebanyak

39 orang, guru-guru kompetensi keahlian Teknik Komputer Jaringan dan

Wakasek bidang kurikulum.

5. Penyusunan RPP.

Langkah selanjutnya adalah menyusun RPP kelas eksperimen dan RPP kelas

kontrol. RPP disusun disesuaikan dengan model yang akan digunakan yaitu

untuk kelas eksperimen menggunakan model Scaffolding dan kelas kontrol

menggunakan model Inkuri Terbimbing.

6. Penyusunan instrumen penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun instrument penelitian terdiri dari

rencana pembelajaran (RPP),modul pembelajaran, lembar kerja siswa (job

(25)

50

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. Instrumen hasil diujicoba dan direvisi.

Instrumen hasil diujicoba, yaitu dengan uji validitas, uji reabilitas, uji daya

pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Bila ada instrumen yang tidak sesuai,

maka instrumen harus direvisi atau dibuang tidak digunakan. Instrumen yang

diuji cobakan sebanyak 40 soal.

8. Pre-test.

Tahapan selanjutnya adalah pre-test yang dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Aspek

yang di-pre-test-kan adalah tes untuk mengukur kemampuun berpikir kritis

siswa pada Mata Pelajaran Perancangan Jaringan. Setelah diambil data

pre-test, kemudian diuji normalitas dan homogenitas data untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas eksperimen normal dan

homogen atau tidak. Jika normal dan homogen, maka penelitian Kuasi

eksperimen dapat dilanjutkan.

9. Langkah selanjutnya adalah kegiatan belajar mengajar (perlakuan). Kelas

kontrol menggunakan model Inkuiri terbimbing dan kelas eksperimen

menggunakan Scaffolding.

10. Post-test

Langkah selanjutnya adalah post-test untuk mengetahui kemampuan akhir

siswa setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaranScaffolding

untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk

kelas kontrol. Seperti halnya pre-test, aspek yang diajukan pada post-test

meliputi aspek untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada

Mata Pelajaran Perancangan jaringan.

11. Analisis Data.

Tahap selanjutnya adalah analisis data, setelah didapatkan data pre-test dan

post-test, maka selanjutnya dilakukan analisis. Pada tahap analisis data dilakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji hipotesis, dan uji

(26)

51

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil post-test yang didapatkan selanjutya dilakukan penghitungan gain

(peningkatan) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil post-test

dengan hasil pre-test. Tujuannya adalah untuk membandingkan mana yang

lebih baik antara model pembelajaran Scaffolding dan pembelajaran model

inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Gain yang

digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan berpikir kritis

perancangan jaringan komputer adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain).

Adapun rumus dari gain ternormalisasi (normalisasi gain) yang digunakan

(Hake, 2000:3) adalah sebagai berikut :

g=

�� −��

�� �� � −��

Tabel 3.2

Klasifikasi normalisasi gain

Koefisien normalisasi gain Klasifikasi

g < 0,3 Rendah

0,3 g < 0,7 Sedang

g 0,7 Tinggi

12. Pembahasan.

Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka dilakukan

pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan penelitian, peneliti mencoba

mencari relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang ada dan

relevansinya dengan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

13. Peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk penerapan model pembelajaran

(27)

52

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kali perlakuan. Hasil dari pembahasan penelitian kemudian dijadikan

feedback untuk penyempurnaan perlakuanselanjutnya. 14. Kesimpulan.

Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, implikasi, dan

rekomendasi penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah berstatus negeri. Sekolah yang

akan dijadikan tempat uji coba Instrumen adalah SMKN 4 Bandung yang

beralamat di Jln. Kiliningan No. 6 Buah Batu Bandung. Sedangkan sekolah

yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu SMKN 2 Kota Bandung yang

beralamat di Jl. Ciliwung No. 4 Bandung 40114.

Tabel. 3.3

Data sekolah yang dijadikan subjek penelitian untuk eksperimen dan kontrol

Jenis SMK SMK Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Ujicoba

Instrumen

Nama SMKN 4KOTA BANDUNG

Lokasi Jl. Kiliningan No. 6 Buahbatu Bandung 40264

Kelas XI TKJ

Lokasi JL. Ciliwung No. 4 Bandung 40114

Kelas XI TKJ1 XI TKJ2

(28)

53

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Model pembelajaran Scaffolding

Model pembelajaran Scaffolding merupakansuatu teknik pemberian

dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal

untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian

dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus,tetapi seiring

dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara

berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar

secara mandiri. Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian dalam

belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk membantu siswa

memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar mampu mencapai

kemandirian.

2. Model pembelajaran Inkuiri terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rancangan

pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar dari fakta menuju teori.

Model pembelajaran ini mempunyai langkah-langkah pembelajaran,

tahap satu menyediakan area investigasi, yaitu siswa dihadapkan pada

masalah, tahap kedua mengumpulkan data untuk verifikasi, tahap ketiga

mengumpulkan data melalui kegiatan eksperimen, dan tahap keempat

yaitu merumuskan hasil eksperimen dan tahap kelima adalah tahap

terakhir menganalisa proses inkuiri.

3. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks

menggunakan berpikir berupa penalaran yang logis, dan dapat diukur

melalui tes objektif. Kemampuan berpikir kritis meliputi mengobservasi,

mempertimbangkan, mengidentifikasi dan menyimpulkan masalah yang

dihadapi.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai

(29)

54

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas XI TKJ 1 sebagai

kelompok eksperimen dan kelas XI TKJ 2 sebagai kelompok kontrol.

2. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan tes awal (pre-test)

berupa tes soal pre-test dengan materi yang sama, kemudian ditentukan mean

(rata-rata) dan simpangan baku masing-masing kelompok untuk mengetahui

kesamaan atau perbedaan kemampuan siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

3. Memberikan perlakuan sesuai dengan kriteria kelompok masing-masing, di

mana pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran

Scaffolding, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan model Inkuiri Terbimbing.

4. Memberikan tes akhir (post-test) kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Dari tes awal dan tes akhir diperoleh gainnya, kemudian dihitung

mean (rata-rata) dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk

mengetahui peningkatan peningkatan kemampuan berpikir kritis

5. Setelah diperoleh data tes awal, tes akhir, dan gain (peningkatan), selanjutnya

dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas varians terhadap data

sebagai pedoman dalam menggunakan uji statistik terhadap analisis data.

6. Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data (normal atau tidak normal dan homogen atau tidak homogen) untuk mengetahui besarnya

pengaruh penerapan model pembelajaran Scaffoldingdan Inkuiri terbimbing

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Patton(1980) (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor,

(1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara

formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang

(30)

55

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang telah diperoleh dari hasil kegiatan penelitian, dengan

pengambilan data dan sampel sesuai dengan desain penelitian yang telah

dilakukan. Pengolahan data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan uji

statistika dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan cara manual dan dengan

bantuan komputer menggunakan program SPSS. Dari kedua cara itu hasilnya

dibandingkan untuk mengetahui tingkat ketelitian. Untuk besaran-besaran utama

yang bersifat data kuantitatif antara lain dihitung skor harga rerata pre-test dan

post-test, media, modus, standar deviasi. Disamping itu dilakukan pengujian sebaran data terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, uji multikolinearitas dan

uji hipotesis.

Instrumen penelitian terdiri dari rencana pembelajaran, lembar kerja siswa

(lembar kerja/job sheet) soal tes terdiri dari soal pre-test dan soal post-test, lembar

observasi, angket / kuesioner, dan pedoman wawancara.

1. Rencana pembelajaran

Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan tahapan-tahapan yang disesuaikan

dengan model Scaffolding dan model Inkuiri Terbimbing dengan urutan

materi dan waktu untuk kegiatan pembelajaran.

2. Lembar kerja siswa

Lembar kerja siswa disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan

kegiatan penyelidikan dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dalam Mata Pelajaran Perancangan jaringan. Lembar kerja praktikum/job

sheet digunakan sebanyak dua buah dengan judul “Analisa kebutuhan jaringan komputer”.

Garis besar dari lembar kerja ini berisi tentang tujuan praktikum/percobaan,

daftar alat dan susunannya/rangkaian, langkah/cara percobaan, tabel data hasil

pengamatan/percobaan, perhitungan (pengolahan data), tugas akhir, sumber

kesalahan, kesimpulan dan daftar pustaka.

(31)

56

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

terhadap materi perancangan jaringan, sebelum dan sesudah mengikuti

pembelajaran. Tes awal (pre-test) dilaksanakan sebelum proses pembelajaran

dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMK

dalam penguasaan materi perancangan jaringan. Tes akhir (postes)

dilaksanakan sesudah selesai proses pembelajaran dengan maksud untuk

mengetahui sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritisjika

dibandingkan dengan hasil tes awal. Soal pre-test dan post-test secara rinci

dapat dilihat pada berkas lampiran.

4. Lembar observasi

Lembar observasi dilakukan pada saat penerapan model pembelajaran

ScaffoldingMata Pelajaran Perancangan Jaringan, dilakukan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauhmana

aktivitas guru dan siswa SMK, apakah telah sesuai dengan batasan-batasan

yang digariskan dalam tahapan-tahapan model pembelajaran Scaffolding atau

tidak. Dalam melaksanakan observasi digunakan pedoman observasi.

Observator dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum pada

lembar pedoman observasi dengan memberikan jawaban nilai memilih angka

1,2,3 atau 4. Angka 1,2,3 dan 4 adalah skala nilai yang masing-masing

memiliki makna tidak baik, kurang baik, cukup baik dan baik.

5. Pedoman wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru pengajar produktif Perancangan Jaringan

dalam rangka mengumpulkan tanggapan informasi tentang model

pembelajaran Scaffoldingdan Inquiri Terbimbing. Adapun pedoman untuk

melaksanakan wawancara, berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun

pada lembar wawancara. Pewawancara akan merekam jawaban hasil

wawancara pada sebuah dokumen, dokumen ini sebagai perolehan informasi

tentang tanggapan guru terhadap model pembelajaran Scaffoldingdan Inquiri

(32)

57

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), Instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sedangkan menurut Ibnu

Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik

variabel secara objektif.

Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008: 52) adalah

alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan

dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis

biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Dari

beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian

adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi

kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.Instrumen yang digunakan dalam

penelitian akan sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian karena data yang

diperlukan untuk menjawabpertanyaan penelitian (masalah) dan pengujian

hipotesis diperoleh melalui instrumen. Oleh karena itu instrumen harus dirancang

dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan data real/empiris

sebagaimana adanya. Data yang salah dalam arti tidak menggambarkan data

empiris tentu saja dapat menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan yang

dirumuskan oleh peneliti bisa keliru.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Rencana pembelajaran

Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan tahapan-tahapan yang disesuaikan

dengan model Scaffoldingdan Inquiri terbimbingdengan urutan materi dan

waktu untuk kegiatan pembelajaran.

2. Modul pembelajaran

Modul pembelajaran berisi tentang materi yang akan dibahas pada proses

(33)

58

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

contoh permasalahan dan penyelesaiannya, rangkuman materi, dan soal-soal

pelatihan. Garis besar dan isi modul perancangan jaringan terdiri dari bagian

pendahuluan yang menjelaskan Definisi perancangan jaringan. Bagian isi

menjelaskan tentang materi yang terdapat pada masing-masing sub pokok

bahasan.

3. Lembar kerja siswa

Lembar kerja siswa disusun sedemikian rupa sehingaa siswa dapat melakukan

kegiatan penyelidikan dan dapat menemukan konsep yang harus dipahamai

dan dikuasai dalam Mata Pelajaran Perancangan Jaringan. Garis besar dari

lembar kerja ini berisi tentang tujuan praktikum/percobaan, daftar alat dan

susunannya rangkaian, langkah/cara percobaan, tabel data hasil

pengamatan/percobaan, perhitungan (pengolahan data), tugas akhir, sumber

kesalahan, kesimpulan dan daftar pustaka.

4. Soal tes

Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

terhadap materi perancangan jaringan, sebelum dan sesudah mengikuti

pembelajaran. Tes awal (pre-test) dilaksanakan sebelum proses pembelajaran

dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMK

dalam penguasaan materi Perancangan Jaringan. Tes akhir (post-test)

dilaksanakan sesudah selesai proses pembelajaran dengan maksud untuk

mengetahui sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritisjika

dibandingkan dengan hasil tes awal. Soal pre-test dan post-test secara rinci

dapat dilihat pada berkas lampiran.

5. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang tanggapan

siswa terhadap penerapan model pembelajaran ScaffoldingMata Pelajaran

Perancangan jaringan Komputer. Kuesioner disampaikan dengan

pertanyaan-pertanyaan berbentuk pilihan ganda. Pilihan jawaban sebanyak lima pilihan.

(34)

59

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek-aspek yang diukur melalui pertanyaan secara garis besar disusun

kedalam kisi-kisi pertanyaan kuesioner. Sembilan aspek yang diukur, jumlah

pertanyaan duapuluh lima pertanyaan. Untuk setiap aspek yang diukur

memiliki jumlah pertanyaan yang tidak sama, hal ini dipertimbangkan karena

setiap aspek mempunyai kebutuhan mendapatkan kedalam informasi yang

berbeda. Bentuk skala yang digunakan pada kuesioner ini adalah skala Likert.

Menurut Arikunto (2010: 180):“Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikui oleh empat persepsi yang menunjukkan tingkatan,

misalnya:

SS = sangat sesuai S = sesuai

TS = tidak sesuai

STS = sangat tidak sesuai”

Tabel 3.4

Kisi-kisi kuisioner tanggapan siswa terhadap model pembelajaran scaffolding dan inkuiri terbimbing

Mata pelajaran Perancangan Jaringan

NO. ASPEK YANG DIUKUR

PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN

1. Penerimaan E. Sangat tidak menarik

(35)

60

Taopik Sidqi, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCAFFOLDING DAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu cara berpikir

A. Sangat setuju sekali B. Sangat setuju C. Setuju D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

2. Tingkat E. Menjadi sangat turun

Bagaimanakah

A. Sangat setuju sekali B. Sangat setuju C. Setuju D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

Gambar

Tabel.  3.1  Desain Penelitian
Tabel. 3.3  Data sekolah yang dijadikan subjek penelitian
Kisi-kisi kuisioner tanggapan siswa terhadap  Tabel 3.4 model pembelajaran scaffolding dan inkuiri terbimbing
Tabel 3.5  Hasil observasi implementasi model pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Pada Materi Kelarutan dan Hasil

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS X SMA N KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

1. Untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah diterapkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing; 2) perbedaan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi keterlaksanaan inkuiri terbimbing (2) lembar observasi produk kemampuan berpikir kritis, yang

LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembang- kan diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada aspek-aspek berpikir kritis menurut Norris dan

Pengembangan yang dilakukan menghasilkan LKPD berbasis inkuiri terbimbing untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa pada materi lingkaran sebagai salah satu

approach) dapat meningkatkan berpikir kritis belajar fisika siswa SMK pada topik fluida statis, serta mengetahui apakah penerapan model inkuiri terbimbing dengan