PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN
BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS
PADA MATA PELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti NIM : 091134174
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN
BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS
PADA MATA PELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti NIM : 091134174
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“All greats things have small
beginning”
(Teha Sugiyo)
Skripsi ini kupersembahkan
untuk :
♥ Jesus Christ sang pemberi
inspirasi
♥ Ayah & Ibuku tercinta
♥ Kakak-kakakku tercinta
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Juli 2011
Penulis,
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti
NIM : 091134174
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir
Kritis Kategori Afektif Khusus pada Mata Pelajaran IPA SDK Sorowajan
Yogyakarta”. Dengan demikian Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
mempunyai hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti dalam bentuk apapun selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 13 Juli 2011
Yang menyatakan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA khususnya materi pesawat sederhana.
Penelitian ini dilakukan di SDK Sorowajan Yogyakarta, tanggal 22 Februari 2011 sampai dengan tanggal 2 Maret 2011. Subyek penelitian sebanyak 62 siswa yaitu 32 siswa kelas VA dan 30 siswa kelas VB. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Variabel yang digunakan adalah variabel independen yaitu metode inkuiri dan variabel dependen yaitu kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Teknik analisis data penelitian ini melalui
student test (Paired Sample T-test) yaitu membandingkan skor pretest dan posttest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dibuktikan dengan adanya kenaikan yang positif dan signifikan antara skor pretest ke skor posttest prestasi belajar kelompok eksperimen. Hasil analisis data didapatkan sig.(2-tailed) 0,006 sehingga sig.(2-tailed) kurang dari 0,05. Namun, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol didapatkan sig.(2-tailed) sebesar 0,295 berarti sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor prestasi belajar pada kelompok eksperimen dengan kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode inkuiri maupun metode tradisional sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Akan tetapi, metode inkuiri tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Hasil perhitungan diperoleh sig.(2-tailed) sebesar 0,962 sehingga sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara rata-rata skor posttest dengan skor pretest kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus kelompok eksperimen. Untuk selisih skor kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan, karena diperoleh sig.(2-tailed) sebesar 0,393 berarti sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the implementation of guided inquiry method of learning achievement and critical thinking skills of the specific affective category on the subjects of Natural Sciences, particularly in the material of simple tools.
The research was conducted in Kanisius Sorowajan Elementary School of Yogyakarta, from February 22, 2011 to March 2, 2011. The subjects in this study are as many as 62 students, 32 students of grade V class A and 30 students grade v class B. The method used is guided inquiry method. Variable used is the independent variables which is the guided inquiry method and the dependent variable is the ability to think critically in the category of specific affective disposition. The technique of the data analysis in this research is done through student test (Paired Sample T-test) that is a technique on comparing pretest and posttest scores.
The results showed that the guided inquiry method can improve student achievement. This is showed by the increase in a positive and significant correlation between pretest scorre to posttest achievement score of the experimental group. The results of data analysis obtained sig. (2-tailed) 0.006 so that sig. (2-tailed) is less than 0.05. But compared with the control group it is found that sig. (2-tailed) is 0.295 it means sig. (2-tailed) is greater than 0.05 which means there is no positive and significant difference between the difference in learning achievement scores in the experimental group with the difference in learning achievement scores in the control class, so it can be said that both inquiry method and traditional methods are able to differ the student’s achievement. However, the methods of inquiry can not improve the ability to think critically in the category of special affective disposition. The results of calculations obtained sig. (2-tailed) is 0.962 so that sig. (2-tailed) is greater than 0.05. So it can be said that there was no positive and significant difference between the average of the posttest scores with the average of the pretest score of the critical thinking skills in the categories of special affective disposition of the experimental groups. On the difference of the ability of critical thinking score in the category of specific affective dispositions in the experimental group and control group there is no positive and signifkan differences, because it is acquired that sig. (2-tailed) is 0.393 thus sig. (2-tailed) is greater than 0.05.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas berkat dan
kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus pada Mata Pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta” yang
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus sang pemberi inspirasi dan harapan.
2. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku pembimbing I yang selalu sabar
memberikan bimbingan, semangat, dan bantuan.
6. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku pembimbing II yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
7. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. yang bersedia meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran selama penulisan skripsi ini.
8. Para dosen, baik dosen PGSD maupun dosen USD pada umumnya, yang
telah membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan selalu
terbuka untuk membimbing saya selama saya menempuh studi.
9. Suwardi, S.Pd. selaku kepala sekolah SDK Sorowajan Yogyakarta yang
telah memberikan ijin untuk penelitian di SDK Sorowajan Yogyakarta.
10.Anna Maria Wahyuni, A.Ma. selaku guru mitra yang telah membantu
peneliti selama penelitian.
11.Teman-teman penelitian kolaboratif (Desy dan Evi) yang telah membantu
dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
12.Ayah, Ibu, kakak dan seluruh keluarga yang saya sayangi.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
serta saran yang bersifat membangun dari pembaca senantiasa penulis
harapkan. Semoga karya yang belum sempurna ini dapat mendorong
rekan-rekan mahasiswa prodi PGSD untuk menghasilkan penelitian pembelajaran
yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 13 Juli 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PRAKATA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1. Kajian Pustaka ... 6
2.1.1. Teori-Teori yang Relevan ... 6
2.1.1.1. Metode Inkuiri ... 6
2.1.1.2. IPA ... 15
2.1.1.3. Pesawat Sederhana ... 18
2.1.1.4. Berpikir Kritis ... 28
2.1.1.5. Prestasi Belajar ... 31
2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya... 31
2.1.2.1. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Metode Inkuiri ... 31
2.1.2.2. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Berpikir Kritis ... 34
2.2. Kerangka Berpikir ... 39
2.3. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1. Jenis Penelitian ... 41
3.2. Populasi dan Sampel ... 42
3.3. Variabel Penelitian ... 42
3.4. Definisi Operasional... 44
3.5. Instrumen Penelitian ... 45
3.8. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1. Hasil Penelitian ... 62
4.1.1. Deskripsi Data ... 62
4.1.1.1. Data Prestasi Belajar ... 63
4.1.1.2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Disposisi Afektif Khusus ... 63
4.1.2. Analisis Data Penelitian ... 64
4.1.2.1. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar ... 71
4.1.2.2. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 88
4.2. Pembahasan ... 108
4.3. Keterbatasan Penelitian ... 116
BAB V PENUTUP ... 118
5.1. Kesimpulan ... 118
5.2. Saran ... 120
DAFTAR REFERENSI ... 122
DAFTAR TABEL
Judul Tabel Halaman
Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 45
Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Pilihan Ganda ... 46
Tabel 3. Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 46
Tabel 4. Uji Validitas Kelompok Soal A ... 48
Tabel 5. Uji Validitas Kelompok Soal B ... 50
Tabel 6. Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 52
Tabel 7. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 54
Tabel 8. Uji Reliabilitas Soal ... 54
Tabel 9. Skor Pilihan Ganda ... 59
Tabel 10. Skor Pernyataan Favourable... 61
Tabel 11. Skor Pernyataan Unfavourable... 61
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Pretest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Posttest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 74
Tabel 14. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75
Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok
Kontrol ... 78
Tabel 17. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar ... 79
Tabel 18. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Interpretasi ... 81
Tabel 19. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Analisis ... 82
Tabel 20. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Evaluasi ... 83
Tabel 21. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Inferensi ... 84
Tabel 22. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Eksplanasi ... 85
Tabel 23. Uji Ranking Kognitif (Prestasi Belajar) ... 86
Tabel 24. Ranking Aspek Kognitif ... 87
Tabel 25. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Afektif Khusus ... 89
Tabel 26. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Afektif Khusus ... 90
Tabel 27. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Disposisi Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 92
Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Afektif Khusus ... 94
Tabel 29. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Afektif Khusus ... 95
Tabel 30. Uji Perbandingan Selisih Rata-Rata Afektif Khusus ... 96
Tabel 32.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 2 ... 99
Tabel 33.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 3 ... 100
Tabel 34.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 4 ... 101
Tabel 35.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 5 ... 102
Tabel 36.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 6 ... 103
Tabel 37.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Aspek 7 ... 104
Tabel 38. Uji Ranking Afektif Khusus ... 106
DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar Halaman
Gambar 1. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Pertama... 19
Gambar 2. Jungkat-Jungkit ... 19
Gambar 3. Palu untuk Mencabut Paku ... 19
Gambar 4. Gunting ... 19
Gambar 5. Pemotong Kuku ... 19
Gambar 6. Tang ... 20
Gambar 7. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Kedua ... 20
Gambar 8. Gerobak Roda Satu... 20
Gambar 9. Pemotong Kertas ... 20
Gambar 10. Alat Pemecah Biji... 21
Gambar 11. Pembuka Kaleng ... 21
Gambar 12. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Ketiga ... 21
Gambar 13. Stapler... 21
Gambar 14. Pinset ... 21
Gambar 15. Sapu ... 22
Gambar 16. Alat-Alat yang Menerapkan Prinsip Bidang Miring, Antara Lain (a) Kapak, (b) Pisau, (c) Obeng, (d) Sekrup ... 24
Gambar 18. Contoh Penggunaan Katrol Tetap: (a) Katrol pada Tiang
Bendera, (b) Katrol pada Sumur Timba ... 25
Gambar 19. Katrol Bebas ... 25
Gambar 20. Alat Pengangkat Peti Kemas di Pelabuhan yang Menerapkan Prinsip Katrol Bebas ... 26
Gambar 21. Katrol Majemuk ... 26
Gambar 22. Roda Berporos pada Sepeda ... 27
Gambar 23. Kursi Roda ... 27
Gambar 24. Gir ... 28
Gambar 25. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya... 38
Gambar 26. Proses Penyusunan Hipotesis ... 40
Gambar 27. Bagan Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 43
Gambar 28. Bagan Uji Normalitas ... 57
Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Pilihan Ganda ... 72
Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Pilihan Ganda... 73
Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 76
Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 77
Gambar 33. Grafik Uji Normalitas Aspek Interpretasi ... 80
Gambar 34. Grafik Uji Normalitas Aspek Analisis ... 81
Gambar 35. Grafik Uji Normalitas Aspek Evaluasi... 82
Gambar 37. Grafik Uji Normalitas Aspek Eksplanasi ... 84
Gambar 38. Grafik Kenaikan Pretest Postest Aspek Prestasi Belajar ... 87
Gambar 39. Grafik Kenaikan Aspek Prestasi Belajar ... 88
Gambar 40. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Afektif Khusus ... 89
Gambar 41. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Afektif Khusus ... 90
Gambar 42. Grafik Uji Normalitas Selisih Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 93
Gambar 43. Grafik Uji Normalitas Selisih Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 94
Gambar 44. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 1 Afektif Khusus ... 98
Gambar 45. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 2 Afektif Khusus ... 99
Gambar 46. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 3 Afektif Khusus ... 100
Gambar 47. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 4 Afektif Khusus ... 101
Gambar 48. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 5 Afektif Khusus ... 102
Gambar 50. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 7 Afektif
Khusus ... 104
Gambar 51. Grafik Kenaikan Pretest Posttest Aspek Afektif Khusus ... 107
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 RPP Kelompok Eksperimen ... 126
Lampiran 2 RPP Kelompok Kontrol ... 140
Lampiran 3 Soal Pretest Eksperimen yang Sudah Dikoreksi ... 145
Lampiran 4 Soal Posttest Eksperimen yang Sudah Dikoreksi ... 151
Lampiran 5 Soal Pretest Kontrol yang Sudah Dikoreksi ... 157
Lampiran 6 Soal Posttest Kontrol yang Sudah Dikoreksi ... 163
Lampiran 7 LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa... 169
Lampiran 8 LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 185
Lampiran 9 Kuesioner Afektif Khusus Pretest Kelompok Eksperimen
yang Sudah Diisi Siswa ... 195
Lampiran 10 Kuesioner Afektif Khusus Posttest Kelompok Eksperimen
yang Sudah Diisi Siswa ... 197
Lampiran 11 Kuesioner Afektif Khusus Pretest Kelompok Kontrol yang
Sudah diisi siswa ... 199
Lampiran 12 Kuesioner Afektif Khusus Posttest Kelompok Kontrol yang
Sudah diisi siswa ... 201
Lampiran 13 Uji Validitas Kelompok Soal A ... 203
Lampiran 14 Uji Validitas Kelompok Soal B ... 205
Lampiran 16 Uji Beda Soal ... 207
Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pretest Posttest PG Kelompok
Eksperimen ... 208
Lampiran 18 Uji Normalitas Data Rata-Rata Kenaikan PG Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 209
Lampiran 19 Uji Normalitas Data Kognitif Pilihan Ganda Kelompok
Eksperimen ... 210
Lampiran 20 Uji Normalitas Data Pretest Posttest Afektif Khusus
Kelompok Eksperimen ... 212
Lampiran 21 Uji Normalitas Data Kenaikan Afektif Khusus Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 213
Lampiran 22 Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Afektif Khusus
Kelompok Eksperimen ... 214
Lampiran 23 Uji Perbandingan Mean PG Kelompok Eksperimen ... 217
Lampiran 24 Uji Perbandingan Mean Kenaikan PG Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 217
Lampiran 25 Uji Perbandingan Mean Afektif Khusus Kelompok
Eksperimen ... 218
Lampiran 26 Uji Perbandingan Mean Kenaikan Afektif Khusus Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 218
Lampiran 27 Uji Ranking Kognitif PG Disposisi Afektif Khusus Kelompok
Eksperimen ... 219
Lampiran 28 Uji Ranking Aspek Afektif Khusus ... 220
Lampiran 30 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 231
Lampiran 31 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 233
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I akan menguraikan beberapa hal, yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penyajian. Kelima hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang paling penting dan
paling utama bagi setiap orang. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan
jenjang tingkat pertama dalam Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,
sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan dan pengetahuan
siswa ke dalam tahap berikutnya. Pendidikan merupakan tempat bagi siswa
untuk dapat mengembangkan kemampuannya secara menyeluruh yang
menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Dalam kenyataannya, pendidikan di tingkat dasar selama ini masih
didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru. Akibatnya guru sering
mengabaikan pengetahuan awal siswa. Padahal pengetahuan awal siswa
merupakan modal utama siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuannya.
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik
yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati. IPA diajarkan untuk
membekali siswa agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat
membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam. IPA
merupakan mata pelajaran yang sangat menarik untuk dipelajari karena IPA
Sering ditemukan dalam matapelajaran IPA siswa hanya menerima
pengetahuan dari guru saja, sehingga siswa kurang dapat mengolah dan
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Informasi yang didapat siswa
hanya sebatas apa yang diberikan oleh guru. Di sini siswa hanya berperan
sebagai objek pembelajaran saja. Satu hal yang diharapkan oleh siswa adalah
mereka sedapat mungkin menguasai atau menghafal semua informasi yang
diberikan oleh guru. Padahal informasi yang mereka hafalkan tidak akan
mungkin dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berupaya meneliti
pengaruh metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis
kategori disposisi afektif khusus siswa dalam mata pelajaran IPA. Dengan
metode ini diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran serta siswa dapat mencari dan menemukan sendiri informasi
yang ingin mereka ketahui, sehingga pembelajaran menjadi semakin bermakna
bagi siswa.
Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini maka cakupan penelitian
ini tidak terlalu luas. Penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh penerapan
metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif
khusus pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta. Metode inkuiri
yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu metode inkuiri terbimbing,
sedangkan dalam pembelajaran IPA di SD hanya meneliti tentang materi
pesawat sederhana yang diajarkan di kelas V semester II tahun ajaran
2010/2011. Penelitian ini juga hanya dibatasi pada standar kompetensi 5 yaitu
dibatasi pada kompetensi dasar 5.2 yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu metode
inkuiri terbimbing, dan variabel dependen yaitu prestasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Populasi
sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dan VB siswa
SDK Sorowajan Yogyakarta. Kelas VA sebagai kelompok kontrol terdiri dari
32 siswa, sedangkan kelas VB sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari
30 siswa.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pesawat sederhana terhadap prestasi belajar siswa-siswa kelas V
SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran
2010/2011 ?
2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pesawat sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada
kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA
SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA
materi pesawat sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada
kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti :
a. Merupakan pengalaman yang berharga dalam usaha meningkatkan
pemahaman siswa tentang materi pesawat sederhana dengan
menggunakan metode inkuiri dalam mata pelajaran IPA di kelas V SD.
b. Menambah wawasan peneliti dengan menggunakan metode inkuiri.
2. Bagi guru :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang pesawat sederhana.
b. Memberi inspirasi bagi guru lain untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan metode inkuiri.
3. Bagi siswa :
a. Memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri
dalam mata pelajaran IPA khususnya tentang pesawat sederhana.
4. Bagi sekolah :
1.5. Sistematika Penyajian
Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika
penyajian sebagai berikut:
Bab I membahas pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab
II membahas landasan teori yang berisi kajian pustaka, teori-teori yang
relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Bab III membahas metode penelitian yang berisi jenis penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
Bab IV membahas hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil
penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Hasil penelitian yang
meliputi deskripsi data dan analisis data penelitian. Bab V adalah penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II akan menguraikan beberapa hal, yaitu kajian pustaka, kerangka
berpikir, dan hipotesis. Ketiga hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab
berikut.
2.1. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka akan membahas dua hal yaitu teori-teori yang
relevan dan hasil penelitian sebelumnya.
2.1.1. Teori – Teori yang Relevan
Dalam subbab ini akan dipaparkan beberapa hal, yaitu metode inkuiri,
IPA, pesawat sederhana, berpikir kritis.
2.1.1.1. Metode Inkuiri
a. Pengertian Metode Inkuiri
Suryosubroto dalam Trianto (2009:166) menyatakan bahwa inkuiri
berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Strategi pembelajaran inkuiri sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
Menurut Sanjaya (2006:194) strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri
1) Strategi inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Dalam strategi ini, siswa sebagai subjek
belajar sehingga siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran saja, tetapi siswa dapat menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa.
3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual siswa.
Trianto (2009:166) menyatakan bahwa ada beberapa kondisi umum
yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi
umum tersebut antara lain :
1) Aspek sosial siswa di kelas dan suasana terbuka yang mengundang
siswa berdiskusi.
2) Inkuiri berfokus pada hipotesis.
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, guru harus berperan sebagai
berikut:
1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir.
2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
b. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap
guru. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Strategi pembelajaran inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh sejauh
mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2) Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi
mereka.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai
penanya, karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
merupakan proses berpikir.
5) Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh
karena itu, anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Orientasi
Orientasi merupakan suatu langkah untuk membina suasana
pembelajaran yang responsif. Guru perlu mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Dalam langkah ini guru juga
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya
dalam memecahkan masalah merupakan faktor yang sangat
karena tanpa kemauan dan kemampuan tersebut proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan lancar.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a) Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b) Menyampaikan beberapa masalah aktual yang berhubungan
dengan materi yang akan diajarkan.
c) Membagikan LKS tentang materi yang akan diajarkan.
d) Menjelaskan media dan alat-alat yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
e) Memberikan motivasi kepada siswa agar terlibat aktif dalam
pembelajaran.
2) Merumuskan Masalah
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah
adalah sebagai berikut:
a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti yaitu “ya” atau “tidak”.
c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap merumuskan masalah
antara lain:
b) Memberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan jawaban
sendiri.
c) Membantu siswa dalam mengkaji teori, konsep, atau prinsip.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji, sehingga hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap merumuskan hipotesis
antara lain:
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai
jawaban yang mungkin.
b) Membimbing siswa untuk dapat menentukan jawaban-jawaban
yang relevan saja.
c) Membimbing siswa untuk memilih jawaban terbaik sebagai
hipotesis.
4) Melakukan Eksperimen
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap melakukan
a) Membimbing siswa untuk melakukan langkah-langkah dalam
melakukan percobaan.
b) Membimbing siswa untuk mengurutkan langkah-langkah
percobaan.
c) Membimbing siswa untuk mendapatkan data-data melalui
percobaan.
d) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menganalisis data.
5) Menarik Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap menarik kesimpulan
antara lain:
a) Membimbing siswa untuk dapat menarik kesimpulan.
b) Membimbing siswa untuk dapat merancang solusi dari
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.
6) Mempresentasikan Hasil
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap mempresentasikan
hasil antara lain:
a) Membimbing siswa untuk menyiapkan laporan kelompok dengan
langkah-langkah yang urut.
b) Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
mempresentasikan hasil di depan kelas.
7) Mengevaluasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap mempresentasikan
hasil antara lain:
a) Membimbing siswa untuk mengevaluasi apakah seluruh proses
inkuiri sejak awal sampai akhir sudah benar.
d. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:206) strategi pembelajaran inkuiri
memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
e. Metode Inkuiri Terbimbing
Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri di mana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal
dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi. Dalam proses belajar mengajar
dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan
konsep melalui petunjuk-petunjuk dari guru. Petunjuk-petunjuk tersebut
pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Dengan
metode ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep materi
pembelajaran.
Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa akan dihadapkan pada
tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi
kelompok maupun secara individual agar siswa mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada tahap awal
guru banyak memberikan bimbingan. Kemudian pada tahap berikutnya
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses
inkuiri secara mandiri. Siswa memerlukan bantuan dari guru untuk
mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun
siswa harus berusaha mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang dihadapi
2.1.1.2. IPA
a. Pengertian IPA
IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang
“Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar.
Pengetahuan Alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan
segala isinya.
Beberapa pengertian tentang IPA dari beberapa tokoh IPA antara
lain:
1) Menurut Nash (1963)
IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
2) Menurut Einstein
IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai
pengalaman.
3) Menurut Rom Harre
IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang
menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang
diamati secara seksama.
4) Menurut Carin dan Sund (1985)
IPA merupakan suatu system of knowing atau system untuk
mengetahui alam.
Jadi, IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang
b. Hakikat IPA
Pada hakikatnya IPA dapat dipandang dari segi proses, produk, dan
pengembangan sikap.
1) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan suatu tata cara
tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan
gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang
objek yang diamatinya.
2) IPA dapat pula dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia
untuk memahami berbagai gejala alam. Produk ini berupa
prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep, maupun fakta-fakta
yang kesemuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai
gejala alam.
3) IPA dapat pula dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap
dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang
mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
c. Tujuan Pengajaran IPA
Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:
1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan
manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA,
3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran
Penciptanya.
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Prinsip-Prinsip dalam Pengajaran IPA
Menurut Richardson (1975) ada tujuh prinsip yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA dapat
berhasil, antara lain:
1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
2) Prinsip belajar berkesinambungan
3) Prinsip motivasi
4) Prinsip multi saluran
5) Prinsip penemuan
6) Prinsip totalitas
7) Prinsip perbedaan individual
e. Aspek-Aspek Sikap Ilmiah
Menurut Harlen (1987) ada sembilan aspek ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak usia sekolah dasar, antara lain:
1) Sikap ingin tahu (curiousity)
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
3) Sikap kerja sama (cooperation)
4) Sikap tidak putus asa (perseverence)
6) Sikap mawas diri (self criticism)
7) Sikap bertanggung jawab (responsibility)
8) Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
9) Sikap kedisiplinan diri (self discipline)
2.1.1.3. Pesawat Sederhana
a. Pengertian Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia.
b. Tujuan Pesawat Sederhana
Tujuan menggunakan pesawat sederhana adalah untuk:
1) Melipatgandakan gaya atau kemampuan kita.
2) Mengubah arah gaya yang kita lakukan.
3) Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan.
c. Contoh - Contoh Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana yang merupakan alat rumah tangga misalnya
gunting, pemecah biji-bijian, penjepit kue/es, timbangan, pompa air dan
lain-lain. Pesawat sederhana yang merupakan alat pertukangan misalnya
kapak, paku, pahat, sekrup, dan baut. Contoh pesawat sederhana yang
sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah gunting, sekop,
roda mobil, jungkat-jungkit, paku, pembuka kaleng.
d. Jenis – Jenis Pesawat Sederhana
1) Tuas ( Pengungkit)
Tuas digolongkan menjadi 3, yaitu:
a) Golongan pertama
Posisi titik tumpu berada diantara beban dan kuasa.
Contoh alat yang menerapkan prinsip pengungkit golongan
pertama adalah gunting, pemotong kuku, tang, jungkat-jungkit, dll.
Beban Titik Tumpu Kuasa
(Azmiyawati, 2008:99)
Gambar 1. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Pertama
(Sulistyanto, 2008:111)
(Azmiyawati, 2008:99)
Gambar 2. Jungkat-Jungkit Gambar 3. Palu Untuk Mencabut Paku
(Azmiyawati, 2008:99)
Gambar 6. Tang
b) Golongan kedua
Posisi beban berada diantara kuasa dan titik tumpu.
Contoh alat yang menerapkan prinsip pengungkit golongan kedua
adalah gerobak roda satu, pemotong kertas, alat pemecah biji,
pembuka kaleng, dll.
Titik Tumpu Beban Kuasa
(Azmiyawati, 2008:99)
Gambar 7. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Kedua
(Sulistyanto, 2008:112) (Sulistyanto, 2008:112)
(Sulistyanto, 2008:112) (Azmiyawati, 2008:100)
Gambar 10. Alat Pemecah Biji Gambar 11. Pembuka Kaleng
c) Golongan ketiga
Posisi kuasa berada diantara titik tumpu dan beban.
Contoh alat yang menerapkan pengungkit golongan ketiga adalah
stapler, pinset, sapu, dll.
Beban Kuasa Titik Tumpu
(Azmiyawati, 2008:100)
Gambar 12. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Ketiga
(Azmiyawati, 2008:100) (Azmiyawati, 2008:100)
(Azmiyawati, 2008:100)
Gambar 15. Sapu
Pada tuas golongan ketiga, untuk menggerakkan beban akan lebih
berat dibandingkan tuas golongan pertama dan golongan kedua.
Tuas golongan ketiga ini mempunyai keuntungan dapat
menggerakkan beban yang jaraknya lebih jauh dari titik kuasa.
Bagian – bagian tuas antara lain:
a) Beban
Beban adalah gaya yang terdapat pada benda.
b) Kuasa
Kuasa adalah gaya yang terdapat pada pengungkit.
c) Titik Beban (TB)
Titik beban (TB) adalah titik tempat beban bekerja.
d) Titik Kuasa
Titik kuasa (TK) adalah titik tempat kuasa bekerja.
e) Titik Tumpu
f) Lengan Beban
Lengan beban adalah jarak antara titik tumpu dan titik beban.
g) Lengan Kuasa
Lengan kuasa adalah jarak antara titik tumpu dengan titik kuasa.
2) Bidang Miring
Bidang miring adalah alat yang permukaannya dibuat miring atau
permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi daripada
ujung yang lain. Tujuan digunakan bidang miring adalah untuk
mempermudah seseorang memindahkan suatu benda. Alat yang
menggunakan prinsip bidang miring adalah papan yang dimiringkan,
baji, sekrup, pisau, pahat, paku, baut, dan jalan di pegunungan yang
berkelok-kelok. Kelemahan menggunakan bidang miring adalah jarak
yang ditempuh menjadi lebih jauh. Pembuatan jalan di puncak gunung
yang berkelok-kelok supaya kita lebih mudah mencapai puncak
gunung namun akan menempuh perjalanan yang jauh.
Prinsip bidang miring dimanfaatkan untuk membuat baji. Baji dan
bidang miring memiliki perbedaan. Pada bidang miring yang bergerak
adalah bendanya, sedangkan pada baji yang bergerak adalah bidang
(a) (b) (c) (d)
(Sulistyanto, 2008:115)
Gambar 16. Alat-Alat yang Menerapkan Prinsip Bidang Miring,
Antara Lain (a) Kapak, (b) Pisau, (c) Obeng, (d) Sekrup
3) Katrol
Katrol adalah suatu roda yang berputar pada porosnya. Katrol biasanya
digunakan untuk mengangkat atau menarik benda. Pada prinsipnya
katrol merupakan pengungkit karena mempunyai titik tumpu, kuasa,
dan beban.
Macam-macam katrol:
a) Katrol tetap
Katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat tertentu
dengan posisi yang tidak berubah. Kuasa yang dibutuhkan sama
dengan berat beban itu sendiri. Katrol tetap memudahkan kita
melakukan pekerjaan. Contoh: katrol pada tiang bendera, sangkar
burung, dan sumur timba.
(Azmiyawati, 2008:103)
(a) (b)
(Sulistyanto, 2008:117)
Gambar 18. Contoh Penggunaan Katrol Tetap: (a) Katrol pada
Tiang Bendera, (b) Katrol pada Sumur Timba
b) Katrol bebas
Katrol bebas adalah katrol yang posisinya selalu berubah. Katrol
bebas dapat bergerak dan dipindah-pindahkan. Beban yang
diangkat digantungkan langsung pada katrolnya. Pada katrol bebas
arah kuasa selalu menuju ke atas. Gaya yang digunakan diperkecil
setengahnya. Katrol bebas biasanya digunakan para pekerja di
pabrik, pelabuhan atau pedagang grosir. Kuasa yang diperlukan
pada katrol bebas untuk mengangkat beban lebih kecil daripada
kuasa yang diperlukan pada katrol tetap.
(Azmiyawati, 2008:103)
(Sulistyanto, 2008:118)
Gambar 20. Alat Pengangkat Peti Kemas di Pelabuhan yang
Menerapkan Prinsip Katrol Bebas
c) Katrol majemuk/berganda
Katrol majemuk adalah perpaduan antara katrol tetap dan katrol
bebas yang dihubungkan dengan tali.
(Sulistyanto, 2008:118)
4) Roda berporos
Roda termasuk katrol tetap. Roda berguna memudahkan pemindahan
benda.
Contoh: roda pada gerobak, kursi roda, sepeda, dan mobil.
(Sulistyanto, 2008:118) (Azmiyawati, 2008:105)
Gambar 22. Roda Berporos pada Sepeda Gambar 23. Kursi Roda
5) Gir
Gir adalah roda yang bergerigi. Gir tidak bisa bekerja sendiri. Ada
dua atau lebih dari gir yang menghubungkan satu dengan yang
lainnya agar dapat berjalan. Gir digunakan untuk mengubah
kecepatan dan arah gaya. Gir satu dengan gir lainnya selalu
dikaitkan baik dengan menggunakan rantai penghubung atau tidak.
Antara gir yang satu dengan gir yang lain selalu bergerak dengan
arah yang berlawanan. Ketika gir yang besar berputar satu kali
putaran, gir kecil lebih banyak lagi putarannya. Jumlah ronde
putaran bergantung pada banyaknya gigi dalam gir. Gir yang lebih
(Damayanti, 2010)
Gambar 24. Gir
2.1.1.4. Berpikir Kritis
a. Pengertian berpikir kritis
Berpikir kritis menurut Facione (2004) merupakan suatu proses
penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan
dilakukan secara mandiri. Berpikir kritis sebenarnya merupakan proses
melibatkan integrasi pengalaman pribadi, pelatihan, dan skill disertai dengan
alasan dalam mengambil keputusan untuk menjelaskan kebenaran sebuah
informasi. Facione (2004) menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai
cognitive skill, yang di dalamnya terdapat kegiatan interpretasi, analisis,
evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.
1) Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami, mengerti, dan
mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian,
kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria.
2) Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi relasi-relasi
logis dari beberapa pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang
mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi,
atau opini.
3) Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas suatu
4) Inferensi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik
kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan informasi yang relevan, dan memperkirakan
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti,
prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, konsep, dan sebagainya.
5) Eksplanasi merupakan kemampuan untuk menguraikan dasar-dasar
suatu penalaran dengan pertimbangan-pertimbangan konseptual,
metodologis, kontekstual, dan sebagainya.
6) Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur sendiri dalam
berpikir dan secara sadar memonitor aktivitas kognitifnya sendiri,
unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan
hasil-hasilnya dengan menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang
terjadi sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi
cara berpikirnya sendiri.
b. Karakteristik Berpikir Kritis
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis,
yaitu meliputi:
1) Kegiatan merumuskan pertanyaan
2) Membatasi permasalahan
3) Menguji data-data
4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8) Mentoleransi ambiguitas
c. Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
1) Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.
2) Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang
berbeda.
3) Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.
4) Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal.
5) Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda
buat.
6) Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.
7) Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan
pengertian ide yang lebih baik.
8) Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.
9) Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.
d. Dimensi Disposisi Afektif Khusus
Menurut Facione disposisi afektif merupakan sikap yang menjadi dasar
dalam mendekati permasalahan. Dimensi disposisi afektif khusus meliputi:
1) Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.
2) Sabar dalam menghadapi permasalahan yang kompleks.
3) Tekun mencari informasi yang relevan.
4) Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.
5) Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.
7) Ketajaman dalam menganalisis permasalahan dan latar belakangnya.
2.1.1.5. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang,
maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antar lain:
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa.
Faktor-faktor tersebut antara lain kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan
motivasi.
2) Faktor Ektern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor-faktor tersebut antara lain pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya.
2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya
2.1.2.1. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Metode inkuiri
Hartini (2010) membahas tentang efektivitas hasil belajar siswa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing siswa kelas
IV SD Kanisius Kintelan I tentang penyebab perubahan lingkungan fisik.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel
adalah seluruh siswa kelas IV di SD Kanisius Kintelan yang berjumlah 31
siswa, yang terdiri atas putri 19 dan putra 12. Dalam penelitian ini
menggunakan desain tanpa kelompok pembanding, karena kelas IV hanya
memiliki 1 kelas saja. Berdasarkan hasil KKM yang telah ditentukan oleh
sekolah yaitu 6,5. Pada awal dilakukan pembelajaran jumlah siswa yang
tidak mencapai KKM yaitu 86,2 %, dan nilai rata-rata pada seluruh siswa
yang tidak mencapai KKM hanya 4,5. Setelah dilakukan pembelajaran dan
dilakukan postes dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing jumlah
siswa yang dapat mencapai KKM yaitu 10,34%, Sedangkan siswa yang
tidak mencapai KKM mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 7,65.
Listyaningrum (2010) mempunyai tujuan untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dalam hal
pencapaian hasil belajar IPA pada materi benda terapung, melayang dan
tenggelam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 33
Siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Metode yang dipakai yaitu metode
inkuiri terbimbing. Adapun materi yang diajarkan adalah benda terapung,
melayang dan tenggelam. KKM mata pelajaran IPA 75. Berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut. Melalui
post test mengalami kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah siswa yang
mencapai KKM mengalami peningkatan sebesar 75,8%.
Purbatin (2010) membahas tentang efektivitas pembelajaran IPA
pada siswa kelas V menggunakan metode inkuiri. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat cahaya melalui metode inquiry terbimbing pada siswa kelas V SD
Kanisius Kalasan dalam hal pencapaian hasil belajar. Dalam penelitian ini
yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel adalah seluruh siswa
kelas V SD Kanisius Kalasan yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini
terjadi peningkatan yang signifikan antara mean pre-test dan post-test,
yaitu kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 46% menjadi 90%.
Raras (2010) membahas tentang efektifitas pembelajaran IPA pada
siswa kelas IV menggunakan metode inkuiri. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan
dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam
hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel adalah
seluruh siswa kelas IV SD Kanisius yang berjumlah 13 siswa. Skor rata-rata
pada saat pre test adalah 15,85 dan persentase siswa yang dinyatakan
memenuhi KKM adalah 15,38%, sedangkan skor rata-rata post test adalah
22,31 dan persentase siswa yang dinyatakan memenuhi KKM 53,84 %.
Widyaningsih (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah pembelajaran proses pembentukan tanah karena
ditetapkan sekolah adalah 62. Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa pembelajaran proses pembentukan tanah karena
pelapukan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian
hasil belajar sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
hasil belajar. Pada waktu dilakukan pretes hanya 8 siswa dari 32 siswa
atau 25 % siswa yang mencapai KKM sedangkan setelah dilakukan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan dilakukan pretes
banyak siswa yang mencapai KKM yaitu 27 siswa dari 32 siswa atau 84,
37 % siswa yang mencapai KKM.
2.1.2.2. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Berpikir Kritis
Purwaningsih (2005) membahas tentang peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1
Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi
optimum pembelajaran SETS di mana proses pembelajaran memenuhi
karakter pendekatan SETS, kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
.Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan data
pengamatan langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas,
yang dilakukan melalui 3 siklus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kondisi optimum tercapai pada siklus ke-3 dimana proses pembelajaran
kreatif siswa meningkat secara signifikan, ketuntasan belajar klasikal
tercapai dan tugas-tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.
Kurniawati (2008) membahas tentang peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 01. Tujuan
dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
keaktifan siswa dengan menggunakan pendekatan Problem Solving. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 01 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian
ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kritis dan keaktifan
siswa. Hal ini dapat dilihat dari: (1) kemampuan berpikir kritis siswa,
adapun peningkatan persentase kemampuan siswa yang ada yaitu: a)
dalam menyusun rencana meningkat dari (32,2%) menjadi (61,2%), c)
kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana meningkat dari (25,8%)
menjadi (54,8%), dan d) kemampuan siswa dalam memeriksa kembali
meningkat dari (19,3%) menjadi (48,3%). (2) ada peningkatan keaktifan
siswa dalam bertanya meningkat dari (12,9%) menjadi (48,3%),
mengemukakan ide meningkat dari (9,67%) menjadi (21,9%), dan dalam
mengerjakan soal-soal di depan kelas meningkat dari (12,9%) menjadi
(58%).
Wahyuningsih (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan logika berpikir pokok bahasan suhu melalui model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada siswa Kelas VIII
Semester 1 SMP Negeri 1 Juwana Tahun Pelajaran 2005/2006. Subyek
Juwana tahun pelajaran 2005/2006. Peningkatan kemampuan proses
berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari nilai pretes dan postes
semula nilai rata-rata pretes siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,7.
Dari segi proses, peningkatan kemampuan proses berpikir kritis dapat
dilihat dari nilai hasil siswa pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan 1
nilai kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 68, pada pertemuan
kedua sebesar 73 dan pertemuan ketiga sebesar 81. Hasil analisis terhadap
postes siswa, didapatkan hasil bahwa 90% dari jumlah siswa mendapatkan
nilai = 65. Dan analisis terhadap hasil observasi kemampuan berpikir kritis
siswa, diketahui bahwa sebanyak 40 siswa mendapatkan nilai rata-rata =
65. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil sehingga hanya
dilakukan dalam satu siklus.
Farikhah (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif bagi siswa kelas X
MA Wahid Hasyim Sleman dalam pembelajaran matematika. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif diupayakan dengan menerapkan
pendekatan Open Ended dalam kegiatan belajar mengajar. Jenis penelitian
yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan
menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart, sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif didukung dengan pendekatan
kuantitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar obsevasi,
lembar angket, hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Teknik anlisis data dilakukan menurut Miles and Huberman yang terdiri
display data, serta pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
kelas X MA Wahid Hasyim Sleman. Pendekatan open ended menjadikan
siswa dapat mengkonstruksi sendiri permasalahan, membawa siswa ke
tingkat pemahaman matematika yang lebih tinggi, melatih siswa
mengoreksi kesalahan yang dilakukan, menyampaikan gagasan,
mendengarkan dan atau menangapi gagasan orang lain, serta dapat
mengambil kesimpulan.
Mathopani (2009) membahas tentang peningkatan pemahaman
konsep dan cara berpikir kritis pada pembelajaran Matematika siswa kelas
VII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendiskripsikan penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching
and Learning dalam pembelajaran Matematika pada siswa SMP kelas VII
guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan cara berpikir
kritis siswa. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 25. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya Metode Inkuiri Berpikir Kritis
Hartini (2010) Metode inkuiri & Prestasi
belajar siswa
Lisyaningrum (2010) Metode inkuiri & Prestasi
belajar siswa
Purbatin (2010) Metode inkuiri & Prestasi
belajar siswa
Raras (2010) Metode inkuiri & Prestasi
belajar siswa
Widyaningsih (2010) Metode inkuiri & Prestasi
belajar siswa
Purwaningsih (2005) Pendekatan SETS &
Berpikir kritis
Wahyuningsih (2005)
Problem Based Instruction
(PBI) & Berpikir kritis
Kurnianingsih (2008)
Problem Solving & Berpikir kritis
Farikhah (2009) Pendekatan Open Ended &
Berpikir Kritis
Mathopani (2009)
CTL & Berpikir kritis
Yang perlu diteliti Metode Inkuiri & Prestasi
Dari penelitian-penelitian yang telah diuraikan di atas, beberapa
penelitian membahas tentang penggunaan metode inkuiri dan penelitian yang
lain membahas tentang peningkatan berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti
berinisiatif untuk menggabungkan keduanya karena belum ada yang
membahas tentang penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa khususnya kategori disposisi afektif khusus
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD. Penelitian ini akan membahas
tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
metode inkuiri terbimbing.
2.2. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen yaitu metode inkuiri dan variabel
dependen yaitu prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori
disposisi afektif khusus. Karena metode inkuiri lebih melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, maka capaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir
kritis kategori disposisi afektif khusus pada kelompok eksperimen akan lebih
tinggi dari pada kelompok kontrol.
2.3. Hipotesis
1. Penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA materi pesawat
sederhana berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa-siswa kelas
V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran
2. Penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA materi pesawat
sederhana berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis pada
kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
Landasan teori dalam bab II ini dapat disintesiskan dalam piramida
terbalik dengan mengikuti logika berpikir deduktif yang menjadi dasar dari
penelitian kuantitatif eksperimental yang mulai dengan kajian pustaka,
penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Gambar 26. Proses Penyusunan Hipotesis Variabel
Metode Inkuiri
Variabel
Prestasi belajar dan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus
Kajian Pustaka
Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini akan menguraikan beberapa hal, yaitu jenis penelitian, populasi
dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji
validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data. Kedelapan hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif termasuk penelitian Quasi experimental group design tipe non
equivalent control group design. Dalam penelitian non equivalent control
group design terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang
diambil tidak secara random, karena model populasinya berupa kelas. Dua
kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa
sebelum adanya treatment. Hasil pretest dari dua kelompok tersebut kemudian
dibandingkan. Hasil pretest dapat dikatakan baik jika tidak ada perbedaan
yang signifikan diantara hasil pretest kedua kelompok. Setelah diberi
treatment kemudian dilakukan posttest. Pengaruh treatment dihitung dengan
cara: ( O2 – O1 ) – ( O4 – O3 )
O1 O2 O3 O4
Keterangan:
O2 = hasil observasi dengan posttest pada kelompok eksperimen
O3 = hasil observasi dengan pretest pada kelompok kontrol
O4 = hasil observasi dengan posttest pada kelompok kontrol
X = perlakuan (treatment)
3.2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini seluruh populasi diambil sebagai sampel yaitu
kelas VA dan VB siswa SDK Sorowajan Yogyakarta yang beralamat di Jalan
Sorowajan No. 111 Banguntapan, Bantul 55198. Kelas VA sebagai kelompok
kontrol terdiri dari 32 siswa, sedangkan kelas VB sebagai kelompok
eksperimen yang terdiri dari 30 siswa. Namun, untuk analisis datanya
kelompok eksperimen hanya mengambil 28 siswa karena 2 siswa tidak masuk
sekolah, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya mengambil 29 siswa
karena ada 3 siswa yang sakit dan tidak masuk sekolah. Pembagian kelompok
tersebut dipilih tidak secara random, karena faktor efisiensi mengajar,
semangat mengajar, penge