• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN

BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti NIM : 091134174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN

BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti NIM : 091134174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“All greats things have small

beginning”

(Teha Sugiyo)

Skripsi ini kupersembahkan

untuk :

Jesus Christ sang pemberi

inspirasi

Ayah & Ibuku tercinta

Kakak-kakakku tercinta

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Juli 2011

Penulis,

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lisye Tri Yuliani Wijayanti

NIM : 091134174

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir

Kritis Kategori Afektif Khusus pada Mata Pelajaran IPA SDK Sorowajan

Yogyakarta”. Dengan demikian Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

mempunyai hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti dalam bentuk apapun selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 13 Juli 2011

Yang menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA khususnya materi pesawat sederhana.

Penelitian ini dilakukan di SDK Sorowajan Yogyakarta, tanggal 22 Februari 2011 sampai dengan tanggal 2 Maret 2011. Subyek penelitian sebanyak 62 siswa yaitu 32 siswa kelas VA dan 30 siswa kelas VB. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Variabel yang digunakan adalah variabel independen yaitu metode inkuiri dan variabel dependen yaitu kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Teknik analisis data penelitian ini melalui

student test (Paired Sample T-test) yaitu membandingkan skor pretest dan posttest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dibuktikan dengan adanya kenaikan yang positif dan signifikan antara skor pretest ke skor posttest prestasi belajar kelompok eksperimen. Hasil analisis data didapatkan sig.(2-tailed) 0,006 sehingga sig.(2-tailed) kurang dari 0,05. Namun, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol didapatkan sig.(2-tailed) sebesar 0,295 berarti sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor prestasi belajar pada kelompok eksperimen dengan kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode inkuiri maupun metode tradisional sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Akan tetapi, metode inkuiri tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Hasil perhitungan diperoleh sig.(2-tailed) sebesar 0,962 sehingga sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara rata-rata skor posttest dengan skor pretest kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus kelompok eksperimen. Untuk selisih skor kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan, karena diperoleh sig.(2-tailed) sebesar 0,393 berarti sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05.

(9)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the implementation of guided inquiry method of learning achievement and critical thinking skills of the specific affective category on the subjects of Natural Sciences, particularly in the material of simple tools.

The research was conducted in Kanisius Sorowajan Elementary School of Yogyakarta, from February 22, 2011 to March 2, 2011. The subjects in this study are as many as 62 students, 32 students of grade V class A and 30 students grade v class B. The method used is guided inquiry method. Variable used is the independent variables which is the guided inquiry method and the dependent variable is the ability to think critically in the category of specific affective disposition. The technique of the data analysis in this research is done through student test (Paired Sample T-test) that is a technique on comparing pretest and posttest scores.

The results showed that the guided inquiry method can improve student achievement. This is showed by the increase in a positive and significant correlation between pretest scorre to posttest achievement score of the experimental group. The results of data analysis obtained sig. (2-tailed) 0.006 so that sig. (2-tailed) is less than 0.05. But compared with the control group it is found that sig. (2-tailed) is 0.295 it means sig. (2-tailed) is greater than 0.05 which means there is no positive and significant difference between the difference in learning achievement scores in the experimental group with the difference in learning achievement scores in the control class, so it can be said that both inquiry method and traditional methods are able to differ the student’s achievement. However, the methods of inquiry can not improve the ability to think critically in the category of special affective disposition. The results of calculations obtained sig. (2-tailed) is 0.962 so that sig. (2-tailed) is greater than 0.05. So it can be said that there was no positive and significant difference between the average of the posttest scores with the average of the pretest score of the critical thinking skills in the categories of special affective disposition of the experimental groups. On the difference of the ability of critical thinking score in the category of specific affective dispositions in the experimental group and control group there is no positive and signifkan differences, because it is acquired that sig. (2-tailed) is 0.393 thus sig. (2-tailed) is greater than 0.05.

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas berkat dan

kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus pada Mata Pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta” yang

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus sang pemberi inspirasi dan harapan.

2. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku pembimbing I yang selalu sabar

memberikan bimbingan, semangat, dan bantuan.

6. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku pembimbing II yang

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

(11)

7. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. yang bersedia meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran selama penulisan skripsi ini.

8. Para dosen, baik dosen PGSD maupun dosen USD pada umumnya, yang

telah membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan selalu

terbuka untuk membimbing saya selama saya menempuh studi.

9. Suwardi, S.Pd. selaku kepala sekolah SDK Sorowajan Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk penelitian di SDK Sorowajan Yogyakarta.

10.Anna Maria Wahyuni, A.Ma. selaku guru mitra yang telah membantu

peneliti selama penelitian.

11.Teman-teman penelitian kolaboratif (Desy dan Evi) yang telah membantu

dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Ayah, Ibu, kakak dan seluruh keluarga yang saya sayangi.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik

serta saran yang bersifat membangun dari pembaca senantiasa penulis

harapkan. Semoga karya yang belum sempurna ini dapat mendorong

rekan-rekan mahasiswa prodi PGSD untuk menghasilkan penelitian pembelajaran

yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 13 Juli 2011

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

(13)

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Kajian Pustaka ... 6

2.1.1. Teori-Teori yang Relevan ... 6

2.1.1.1. Metode Inkuiri ... 6

2.1.1.2. IPA ... 15

2.1.1.3. Pesawat Sederhana ... 18

2.1.1.4. Berpikir Kritis ... 28

2.1.1.5. Prestasi Belajar ... 31

2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya... 31

2.1.2.1. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Metode Inkuiri ... 31

2.1.2.2. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Berpikir Kritis ... 34

2.2. Kerangka Berpikir ... 39

2.3. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Populasi dan Sampel ... 42

3.3. Variabel Penelitian ... 42

3.4. Definisi Operasional... 44

3.5. Instrumen Penelitian ... 45

(14)

3.8. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1. Hasil Penelitian ... 62

4.1.1. Deskripsi Data ... 62

4.1.1.1. Data Prestasi Belajar ... 63

4.1.1.2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Disposisi Afektif Khusus ... 63

4.1.2. Analisis Data Penelitian ... 64

4.1.2.1. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar ... 71

4.1.2.2. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 88

4.2. Pembahasan ... 108

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V PENUTUP ... 118

5.1. Kesimpulan ... 118

5.2. Saran ... 120

DAFTAR REFERENSI ... 122

(15)

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 45

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Pilihan Ganda ... 46

Tabel 3. Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 46

Tabel 4. Uji Validitas Kelompok Soal A ... 48

Tabel 5. Uji Validitas Kelompok Soal B ... 50

Tabel 6. Uji Beda Soal Pilihan Ganda ... 52

Tabel 7. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 54

Tabel 8. Uji Reliabilitas Soal ... 54

Tabel 9. Skor Pilihan Ganda ... 59

Tabel 10. Skor Pernyataan Favourable... 61

Tabel 11. Skor Pernyataan Unfavourable... 61

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Pretest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Posttest Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 74

Tabel 14. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75

(16)

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok

Kontrol ... 78

Tabel 17. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar ... 79

Tabel 18. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Interpretasi ... 81

Tabel 19. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Analisis ... 82

Tabel 20. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Evaluasi ... 83

Tabel 21. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Inferensi ... 84

Tabel 22. Uji Normalitas Selisih Kognitif Aspek Eksplanasi ... 85

Tabel 23. Uji Ranking Kognitif (Prestasi Belajar) ... 86

Tabel 24. Ranking Aspek Kognitif ... 87

Tabel 25. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Afektif Khusus ... 89

Tabel 26. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Afektif Khusus ... 90

Tabel 27. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Disposisi Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 92

Tabel 28. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Afektif Khusus ... 94

Tabel 29. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Afektif Khusus ... 95

Tabel 30. Uji Perbandingan Selisih Rata-Rata Afektif Khusus ... 96

(17)

Tabel 32.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 2 ... 99

Tabel 33.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 3 ... 100

Tabel 34.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 4 ... 101

Tabel 35.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 5 ... 102

Tabel 36.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 6 ... 103

Tabel 37.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus

Aspek 7 ... 104

Tabel 38. Uji Ranking Afektif Khusus ... 106

(18)

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 1. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Pertama... 19

Gambar 2. Jungkat-Jungkit ... 19

Gambar 3. Palu untuk Mencabut Paku ... 19

Gambar 4. Gunting ... 19

Gambar 5. Pemotong Kuku ... 19

Gambar 6. Tang ... 20

Gambar 7. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Kedua ... 20

Gambar 8. Gerobak Roda Satu... 20

Gambar 9. Pemotong Kertas ... 20

Gambar 10. Alat Pemecah Biji... 21

Gambar 11. Pembuka Kaleng ... 21

Gambar 12. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Ketiga ... 21

Gambar 13. Stapler... 21

Gambar 14. Pinset ... 21

Gambar 15. Sapu ... 22

Gambar 16. Alat-Alat yang Menerapkan Prinsip Bidang Miring, Antara Lain (a) Kapak, (b) Pisau, (c) Obeng, (d) Sekrup ... 24

(19)

Gambar 18. Contoh Penggunaan Katrol Tetap: (a) Katrol pada Tiang

Bendera, (b) Katrol pada Sumur Timba ... 25

Gambar 19. Katrol Bebas ... 25

Gambar 20. Alat Pengangkat Peti Kemas di Pelabuhan yang Menerapkan Prinsip Katrol Bebas ... 26

Gambar 21. Katrol Majemuk ... 26

Gambar 22. Roda Berporos pada Sepeda ... 27

Gambar 23. Kursi Roda ... 27

Gambar 24. Gir ... 28

Gambar 25. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya... 38

Gambar 26. Proses Penyusunan Hipotesis ... 40

Gambar 27. Bagan Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 43

Gambar 28. Bagan Uji Normalitas ... 57

Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Pilihan Ganda ... 72

Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Pilihan Ganda... 73

Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 76

Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Selisih Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 77

Gambar 33. Grafik Uji Normalitas Aspek Interpretasi ... 80

Gambar 34. Grafik Uji Normalitas Aspek Analisis ... 81

Gambar 35. Grafik Uji Normalitas Aspek Evaluasi... 82

(20)

Gambar 37. Grafik Uji Normalitas Aspek Eksplanasi ... 84

Gambar 38. Grafik Kenaikan Pretest Postest Aspek Prestasi Belajar ... 87

Gambar 39. Grafik Kenaikan Aspek Prestasi Belajar ... 88

Gambar 40. Grafik Uji Normalitas Skor Pretest Afektif Khusus ... 89

Gambar 41. Grafik Uji Normalitas Skor Posttest Afektif Khusus ... 90

Gambar 42. Grafik Uji Normalitas Selisih Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 93

Gambar 43. Grafik Uji Normalitas Selisih Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 94

Gambar 44. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 1 Afektif Khusus ... 98

Gambar 45. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 2 Afektif Khusus ... 99

Gambar 46. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 3 Afektif Khusus ... 100

Gambar 47. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 4 Afektif Khusus ... 101

Gambar 48. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 5 Afektif Khusus ... 102

(21)

Gambar 50. Grafik Uji Normalitas Rata-rata Selisih Aspek 7 Afektif

Khusus ... 104

Gambar 51. Grafik Kenaikan Pretest Posttest Aspek Afektif Khusus ... 107

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 RPP Kelompok Eksperimen ... 126

Lampiran 2 RPP Kelompok Kontrol ... 140

Lampiran 3 Soal Pretest Eksperimen yang Sudah Dikoreksi ... 145

Lampiran 4 Soal Posttest Eksperimen yang Sudah Dikoreksi ... 151

Lampiran 5 Soal Pretest Kontrol yang Sudah Dikoreksi ... 157

Lampiran 6 Soal Posttest Kontrol yang Sudah Dikoreksi ... 163

Lampiran 7 LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa... 169

Lampiran 8 LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 185

Lampiran 9 Kuesioner Afektif Khusus Pretest Kelompok Eksperimen

yang Sudah Diisi Siswa ... 195

Lampiran 10 Kuesioner Afektif Khusus Posttest Kelompok Eksperimen

yang Sudah Diisi Siswa ... 197

Lampiran 11 Kuesioner Afektif Khusus Pretest Kelompok Kontrol yang

Sudah diisi siswa ... 199

Lampiran 12 Kuesioner Afektif Khusus Posttest Kelompok Kontrol yang

Sudah diisi siswa ... 201

Lampiran 13 Uji Validitas Kelompok Soal A ... 203

Lampiran 14 Uji Validitas Kelompok Soal B ... 205

(23)

Lampiran 16 Uji Beda Soal ... 207

Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pretest Posttest PG Kelompok

Eksperimen ... 208

Lampiran 18 Uji Normalitas Data Rata-Rata Kenaikan PG Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 209

Lampiran 19 Uji Normalitas Data Kognitif Pilihan Ganda Kelompok

Eksperimen ... 210

Lampiran 20 Uji Normalitas Data Pretest Posttest Afektif Khusus

Kelompok Eksperimen ... 212

Lampiran 21 Uji Normalitas Data Kenaikan Afektif Khusus Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 213

Lampiran 22 Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Afektif Khusus

Kelompok Eksperimen ... 214

Lampiran 23 Uji Perbandingan Mean PG Kelompok Eksperimen ... 217

Lampiran 24 Uji Perbandingan Mean Kenaikan PG Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 217

Lampiran 25 Uji Perbandingan Mean Afektif Khusus Kelompok

Eksperimen ... 218

Lampiran 26 Uji Perbandingan Mean Kenaikan Afektif Khusus Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 218

Lampiran 27 Uji Ranking Kognitif PG Disposisi Afektif Khusus Kelompok

Eksperimen ... 219

Lampiran 28 Uji Ranking Aspek Afektif Khusus ... 220

(24)

Lampiran 30 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 231

Lampiran 31 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 233

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I akan menguraikan beberapa hal, yaitu latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penyajian. Kelima hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang paling penting dan

paling utama bagi setiap orang. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan

jenjang tingkat pertama dalam Program Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,

sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat perkembangan dan pengetahuan

siswa ke dalam tahap berikutnya. Pendidikan merupakan tempat bagi siswa

untuk dapat mengembangkan kemampuannya secara menyeluruh yang

menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Dalam kenyataannya, pendidikan di tingkat dasar selama ini masih

didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru. Akibatnya guru sering

mengabaikan pengetahuan awal siswa. Padahal pengetahuan awal siswa

merupakan modal utama siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuannya.

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik

yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati. IPA diajarkan untuk

membekali siswa agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat

membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam. IPA

merupakan mata pelajaran yang sangat menarik untuk dipelajari karena IPA

(26)

Sering ditemukan dalam matapelajaran IPA siswa hanya menerima

pengetahuan dari guru saja, sehingga siswa kurang dapat mengolah dan

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Informasi yang didapat siswa

hanya sebatas apa yang diberikan oleh guru. Di sini siswa hanya berperan

sebagai objek pembelajaran saja. Satu hal yang diharapkan oleh siswa adalah

mereka sedapat mungkin menguasai atau menghafal semua informasi yang

diberikan oleh guru. Padahal informasi yang mereka hafalkan tidak akan

mungkin dapat bertahan lama dalam ingatan mereka.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berupaya meneliti

pengaruh metode inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis

kategori disposisi afektif khusus siswa dalam mata pelajaran IPA. Dengan

metode ini diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran serta siswa dapat mencari dan menemukan sendiri informasi

yang ingin mereka ketahui, sehingga pembelajaran menjadi semakin bermakna

bagi siswa.

Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini maka cakupan penelitian

ini tidak terlalu luas. Penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh penerapan

metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif

khusus pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta. Metode inkuiri

yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu metode inkuiri terbimbing,

sedangkan dalam pembelajaran IPA di SD hanya meneliti tentang materi

pesawat sederhana yang diajarkan di kelas V semester II tahun ajaran

2010/2011. Penelitian ini juga hanya dibatasi pada standar kompetensi 5 yaitu

(27)

dibatasi pada kompetensi dasar 5.2 yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu metode

inkuiri terbimbing, dan variabel dependen yaitu prestasi belajar dan

kemampuan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus. Populasi

sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dan VB siswa

SDK Sorowajan Yogyakarta. Kelas VA sebagai kelompok kontrol terdiri dari

32 siswa, sedangkan kelas VB sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari

30 siswa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pesawat sederhana terhadap prestasi belajar siswa-siswa kelas V

SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran

2010/2011 ?

2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pesawat sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada

kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA

(28)

SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran

2010/2011.

2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA

materi pesawat sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada

kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti :

a. Merupakan pengalaman yang berharga dalam usaha meningkatkan

pemahaman siswa tentang materi pesawat sederhana dengan

menggunakan metode inkuiri dalam mata pelajaran IPA di kelas V SD.

b. Menambah wawasan peneliti dengan menggunakan metode inkuiri.

2. Bagi guru :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan pemahaman siswa

tentang pesawat sederhana.

b. Memberi inspirasi bagi guru lain untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan metode inkuiri.

3. Bagi siswa :

a. Memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri

dalam mata pelajaran IPA khususnya tentang pesawat sederhana.

4. Bagi sekolah :

(29)

1.5. Sistematika Penyajian

Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika

penyajian sebagai berikut:

Bab I membahas pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab

II membahas landasan teori yang berisi kajian pustaka, teori-teori yang

relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Bab III membahas metode penelitian yang berisi jenis penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

Bab IV membahas hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil

penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Hasil penelitian yang

meliputi deskripsi data dan analisis data penelitian. Bab V adalah penutup

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II akan menguraikan beberapa hal, yaitu kajian pustaka, kerangka

berpikir, dan hipotesis. Ketiga hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab

berikut.

2.1. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka akan membahas dua hal yaitu teori-teori yang

relevan dan hasil penelitian sebelumnya.

2.1.1. Teori – Teori yang Relevan

Dalam subbab ini akan dipaparkan beberapa hal, yaitu metode inkuiri,

IPA, pesawat sederhana, berpikir kritis.

2.1.1.1. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri

Suryosubroto dalam Trianto (2009:166) menyatakan bahwa inkuiri

berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Strategi pembelajaran inkuiri sering juga

dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu

heuriskein yang berarti saya menemukan.

Menurut Sanjaya (2006:194) strategi pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara

kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri

(31)

1) Strategi inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Dalam strategi ini, siswa sebagai subjek

belajar sehingga siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran saja, tetapi siswa dapat menemukan sendiri inti dari materi

pelajaran.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa.

3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan

kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual siswa.

Trianto (2009:166) menyatakan bahwa ada beberapa kondisi umum

yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi

umum tersebut antara lain :

1) Aspek sosial siswa di kelas dan suasana terbuka yang mengundang

siswa berdiskusi.

2) Inkuiri berfokus pada hipotesis.

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, guru harus berperan sebagai

berikut:

1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah

berpikir.

2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.

(32)

4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

b. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap

guru. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Strategi pembelajaran inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar

juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria

keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh sejauh

mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

2) Prinsip Interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa

dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi

mereka.

3) Prinsip Bertanya

Peran guru dalam strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai

penanya, karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan

(33)

karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah

inkuiri sangat diperlukan.

4) Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar

merupakan proses berpikir.

5) Prinsip Keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh

karena itu, anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan

perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah

menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan

kebenaran hipotesis yang diajukannya.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Orientasi

Orientasi merupakan suatu langkah untuk membina suasana

pembelajaran yang responsif. Guru perlu mengkondisikan agar siswa

siap melaksanakan proses pembelajaran. Dalam langkah ini guru juga

merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

Kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya

dalam memecahkan masalah merupakan faktor yang sangat

(34)

karena tanpa kemauan dan kemampuan tersebut proses pembelajaran

tidak akan berjalan dengan lancar.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini

adalah:

a) Membagi siswa dalam beberapa kelompok.

b) Menyampaikan beberapa masalah aktual yang berhubungan

dengan materi yang akan diajarkan.

c) Membagikan LKS tentang materi yang akan diajarkan.

d) Menjelaskan media dan alat-alat yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

e) Memberikan motivasi kepada siswa agar terlibat aktif dalam

pembelajaran.

2) Merumuskan Masalah

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah

adalah sebagai berikut:

a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki

yang jawabannya pasti yaitu “ya” atau “tidak”.

c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap merumuskan masalah

antara lain:

(35)

b) Memberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan jawaban

sendiri.

c) Membantu siswa dalam mengkaji teori, konsep, atau prinsip.

3) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji, sehingga hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu

cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan

kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan

mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan

berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan

yang dikaji.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap merumuskan hipotesis

antara lain:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai

jawaban yang mungkin.

b) Membimbing siswa untuk dapat menentukan jawaban-jawaban

yang relevan saja.

c) Membimbing siswa untuk memilih jawaban terbaik sebagai

hipotesis.

4) Melakukan Eksperimen

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap melakukan

(36)

a) Membimbing siswa untuk melakukan langkah-langkah dalam

melakukan percobaan.

b) Membimbing siswa untuk mengurutkan langkah-langkah

percobaan.

c) Membimbing siswa untuk mendapatkan data-data melalui

percobaan.

d) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menganalisis data.

5) Menarik Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap menarik kesimpulan

antara lain:

a) Membimbing siswa untuk dapat menarik kesimpulan.

b) Membimbing siswa untuk dapat merancang solusi dari

permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.

6) Mempresentasikan Hasil

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap mempresentasikan

hasil antara lain:

a) Membimbing siswa untuk menyiapkan laporan kelompok dengan

langkah-langkah yang urut.

b) Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

mempresentasikan hasil di depan kelas.

(37)

7) Mengevaluasi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap mempresentasikan

hasil antara lain:

a) Membimbing siswa untuk mengevaluasi apakah seluruh proses

inkuiri sejak awal sampai akhir sudah benar.

d. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:206) strategi pembelajaran inkuiri

memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:

1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap

lebih bermakna.

2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa

untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman.

4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya,

siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat

(38)

e. Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri di mana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal

dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi. Dalam proses belajar mengajar

dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan

konsep melalui petunjuk-petunjuk dari guru. Petunjuk-petunjuk tersebut

pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Dengan

metode ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk

dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep materi

pembelajaran.

Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa akan dihadapkan pada

tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi

kelompok maupun secara individual agar siswa mampu menyelesaikan

masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada tahap awal

guru banyak memberikan bimbingan. Kemudian pada tahap berikutnya

bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses

inkuiri secara mandiri. Siswa memerlukan bantuan dari guru untuk

mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun

siswa harus berusaha mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang dihadapi

(39)

2.1.1.2. IPA

a. Pengertian IPA

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang

“Pengetahuan Alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar.

Pengetahuan Alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan

segala isinya.

Beberapa pengertian tentang IPA dari beberapa tokoh IPA antara

lain:

1) Menurut Nash (1963)

IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam.

2) Menurut Einstein

IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai

pengalaman.

3) Menurut Rom Harre

IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang

menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang

diamati secara seksama.

4) Menurut Carin dan Sund (1985)

IPA merupakan suatu system of knowing atau system untuk

mengetahui alam.

Jadi, IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang

(40)

b. Hakikat IPA

Pada hakikatnya IPA dapat dipandang dari segi proses, produk, dan

pengembangan sikap.

1) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk

memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan suatu tata cara

tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan

gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga

keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang

objek yang diamatinya.

2) IPA dapat pula dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia

untuk memahami berbagai gejala alam. Produk ini berupa

prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep, maupun fakta-fakta

yang kesemuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai

gejala alam.

3) IPA dapat pula dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap

dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang

mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

c. Tujuan Pengajaran IPA

Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:

1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan

manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA,

(41)

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan

memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran

Penciptanya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

d. Prinsip-Prinsip dalam Pengajaran IPA

Menurut Richardson (1975) ada tujuh prinsip yang dapat

digunakan dalam proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA dapat

berhasil, antara lain:

1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif

2) Prinsip belajar berkesinambungan

3) Prinsip motivasi

4) Prinsip multi saluran

5) Prinsip penemuan

6) Prinsip totalitas

7) Prinsip perbedaan individual

e. Aspek-Aspek Sikap Ilmiah

Menurut Harlen (1987) ada sembilan aspek ilmiah yang dapat

dikembangkan pada anak usia sekolah dasar, antara lain:

1) Sikap ingin tahu (curiousity)

2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

3) Sikap kerja sama (cooperation)

4) Sikap tidak putus asa (perseverence)

(42)

6) Sikap mawas diri (self criticism)

7) Sikap bertanggung jawab (responsibility)

8) Sikap berpikir bebas (independence in thinking)

9) Sikap kedisiplinan diri (self discipline)

2.1.1.3. Pesawat Sederhana

a. Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mempermudah pekerjaan manusia.

b. Tujuan Pesawat Sederhana

Tujuan menggunakan pesawat sederhana adalah untuk:

1) Melipatgandakan gaya atau kemampuan kita.

2) Mengubah arah gaya yang kita lakukan.

3) Menempuh jarak yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan.

c. Contoh - Contoh Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana yang merupakan alat rumah tangga misalnya

gunting, pemecah biji-bijian, penjepit kue/es, timbangan, pompa air dan

lain-lain. Pesawat sederhana yang merupakan alat pertukangan misalnya

kapak, paku, pahat, sekrup, dan baut. Contoh pesawat sederhana yang

sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah gunting, sekop,

roda mobil, jungkat-jungkit, paku, pembuka kaleng.

d. Jenis – Jenis Pesawat Sederhana

(43)

1) Tuas ( Pengungkit)

Tuas digolongkan menjadi 3, yaitu:

a) Golongan pertama

Posisi titik tumpu berada diantara beban dan kuasa.

Contoh alat yang menerapkan prinsip pengungkit golongan

pertama adalah gunting, pemotong kuku, tang, jungkat-jungkit, dll.

Beban Titik Tumpu Kuasa

(Azmiyawati, 2008:99)

Gambar 1. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Pertama

(Sulistyanto, 2008:111)

(Azmiyawati, 2008:99)

Gambar 2. Jungkat-Jungkit Gambar 3. Palu Untuk Mencabut Paku

(44)

(Azmiyawati, 2008:99)

Gambar 6. Tang

b) Golongan kedua

Posisi beban berada diantara kuasa dan titik tumpu.

Contoh alat yang menerapkan prinsip pengungkit golongan kedua

adalah gerobak roda satu, pemotong kertas, alat pemecah biji,

pembuka kaleng, dll.

Titik Tumpu Beban Kuasa

(Azmiyawati, 2008:99)

Gambar 7. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Kedua

(Sulistyanto, 2008:112) (Sulistyanto, 2008:112)

(45)

(Sulistyanto, 2008:112) (Azmiyawati, 2008:100)

Gambar 10. Alat Pemecah Biji Gambar 11. Pembuka Kaleng

c) Golongan ketiga

Posisi kuasa berada diantara titik tumpu dan beban.

Contoh alat yang menerapkan pengungkit golongan ketiga adalah

stapler, pinset, sapu, dll.

Beban Kuasa Titik Tumpu

(Azmiyawati, 2008:100)

Gambar 12. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Ketiga

(Azmiyawati, 2008:100) (Azmiyawati, 2008:100)

(46)

(Azmiyawati, 2008:100)

Gambar 15. Sapu

Pada tuas golongan ketiga, untuk menggerakkan beban akan lebih

berat dibandingkan tuas golongan pertama dan golongan kedua.

Tuas golongan ketiga ini mempunyai keuntungan dapat

menggerakkan beban yang jaraknya lebih jauh dari titik kuasa.

Bagian – bagian tuas antara lain:

a) Beban

Beban adalah gaya yang terdapat pada benda.

b) Kuasa

Kuasa adalah gaya yang terdapat pada pengungkit.

c) Titik Beban (TB)

Titik beban (TB) adalah titik tempat beban bekerja.

d) Titik Kuasa

Titik kuasa (TK) adalah titik tempat kuasa bekerja.

e) Titik Tumpu

(47)

f) Lengan Beban

Lengan beban adalah jarak antara titik tumpu dan titik beban.

g) Lengan Kuasa

Lengan kuasa adalah jarak antara titik tumpu dengan titik kuasa.

2) Bidang Miring

Bidang miring adalah alat yang permukaannya dibuat miring atau

permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi daripada

ujung yang lain. Tujuan digunakan bidang miring adalah untuk

mempermudah seseorang memindahkan suatu benda. Alat yang

menggunakan prinsip bidang miring adalah papan yang dimiringkan,

baji, sekrup, pisau, pahat, paku, baut, dan jalan di pegunungan yang

berkelok-kelok. Kelemahan menggunakan bidang miring adalah jarak

yang ditempuh menjadi lebih jauh. Pembuatan jalan di puncak gunung

yang berkelok-kelok supaya kita lebih mudah mencapai puncak

gunung namun akan menempuh perjalanan yang jauh.

Prinsip bidang miring dimanfaatkan untuk membuat baji. Baji dan

bidang miring memiliki perbedaan. Pada bidang miring yang bergerak

adalah bendanya, sedangkan pada baji yang bergerak adalah bidang

(48)

(a) (b) (c) (d)

(Sulistyanto, 2008:115)

Gambar 16. Alat-Alat yang Menerapkan Prinsip Bidang Miring,

Antara Lain (a) Kapak, (b) Pisau, (c) Obeng, (d) Sekrup

3) Katrol

Katrol adalah suatu roda yang berputar pada porosnya. Katrol biasanya

digunakan untuk mengangkat atau menarik benda. Pada prinsipnya

katrol merupakan pengungkit karena mempunyai titik tumpu, kuasa,

dan beban.

Macam-macam katrol:

a) Katrol tetap

Katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat tertentu

dengan posisi yang tidak berubah. Kuasa yang dibutuhkan sama

dengan berat beban itu sendiri. Katrol tetap memudahkan kita

melakukan pekerjaan. Contoh: katrol pada tiang bendera, sangkar

burung, dan sumur timba.

(Azmiyawati, 2008:103)

(49)

(a) (b)

(Sulistyanto, 2008:117)

Gambar 18. Contoh Penggunaan Katrol Tetap: (a) Katrol pada

Tiang Bendera, (b) Katrol pada Sumur Timba

b) Katrol bebas

Katrol bebas adalah katrol yang posisinya selalu berubah. Katrol

bebas dapat bergerak dan dipindah-pindahkan. Beban yang

diangkat digantungkan langsung pada katrolnya. Pada katrol bebas

arah kuasa selalu menuju ke atas. Gaya yang digunakan diperkecil

setengahnya. Katrol bebas biasanya digunakan para pekerja di

pabrik, pelabuhan atau pedagang grosir. Kuasa yang diperlukan

pada katrol bebas untuk mengangkat beban lebih kecil daripada

kuasa yang diperlukan pada katrol tetap.

(Azmiyawati, 2008:103)

(50)

(Sulistyanto, 2008:118)

Gambar 20. Alat Pengangkat Peti Kemas di Pelabuhan yang

Menerapkan Prinsip Katrol Bebas

c) Katrol majemuk/berganda

Katrol majemuk adalah perpaduan antara katrol tetap dan katrol

bebas yang dihubungkan dengan tali.

(Sulistyanto, 2008:118)

(51)

4) Roda berporos

Roda termasuk katrol tetap. Roda berguna memudahkan pemindahan

benda.

Contoh: roda pada gerobak, kursi roda, sepeda, dan mobil.

(Sulistyanto, 2008:118) (Azmiyawati, 2008:105)

Gambar 22. Roda Berporos pada Sepeda Gambar 23. Kursi Roda

5) Gir

Gir adalah roda yang bergerigi. Gir tidak bisa bekerja sendiri. Ada

dua atau lebih dari gir yang menghubungkan satu dengan yang

lainnya agar dapat berjalan. Gir digunakan untuk mengubah

kecepatan dan arah gaya. Gir satu dengan gir lainnya selalu

dikaitkan baik dengan menggunakan rantai penghubung atau tidak.

Antara gir yang satu dengan gir yang lain selalu bergerak dengan

arah yang berlawanan. Ketika gir yang besar berputar satu kali

putaran, gir kecil lebih banyak lagi putarannya. Jumlah ronde

putaran bergantung pada banyaknya gigi dalam gir. Gir yang lebih

(52)

(Damayanti, 2010)

Gambar 24. Gir

2.1.1.4. Berpikir Kritis

a. Pengertian berpikir kritis

Berpikir kritis menurut Facione (2004) merupakan suatu proses

penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan

dilakukan secara mandiri. Berpikir kritis sebenarnya merupakan proses

melibatkan integrasi pengalaman pribadi, pelatihan, dan skill disertai dengan

alasan dalam mengambil keputusan untuk menjelaskan kebenaran sebuah

informasi. Facione (2004) menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai

cognitive skill, yang di dalamnya terdapat kegiatan interpretasi, analisis,

evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.

1) Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami, mengerti, dan

mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian,

kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria.

2) Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi relasi-relasi

logis dari beberapa pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang

mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi,

atau opini.

3) Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas suatu

(53)

4) Inferensi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan

memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik

kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis,

mempertimbangkan informasi yang relevan, dan memperkirakan

konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti,

prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, konsep, dan sebagainya.

5) Eksplanasi merupakan kemampuan untuk menguraikan dasar-dasar

suatu penalaran dengan pertimbangan-pertimbangan konseptual,

metodologis, kontekstual, dan sebagainya.

6) Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur sendiri dalam

berpikir dan secara sadar memonitor aktivitas kognitifnya sendiri,

unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan

hasil-hasilnya dengan menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang

terjadi sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi

cara berpikirnya sendiri.

b. Karakteristik Berpikir Kritis

Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis,

yaitu meliputi:

1) Kegiatan merumuskan pertanyaan

2) Membatasi permasalahan

3) Menguji data-data

4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias

5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional

(54)

7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi

8) Mentoleransi ambiguitas

c. Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

1) Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.

2) Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang

berbeda.

3) Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.

4) Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal.

5) Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda

buat.

6) Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.

7) Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan

pengertian ide yang lebih baik.

8) Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.

9) Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.

d. Dimensi Disposisi Afektif Khusus

Menurut Facione disposisi afektif merupakan sikap yang menjadi dasar

dalam mendekati permasalahan. Dimensi disposisi afektif khusus meliputi:

1) Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.

2) Sabar dalam menghadapi permasalahan yang kompleks.

3) Tekun mencari informasi yang relevan.

4) Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.

5) Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.

(55)

7) Ketajaman dalam menganalisis permasalahan dan latar belakangnya.

2.1.1.5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

proses pembelajaran. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang,

maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antar lain:

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa.

Faktor-faktor tersebut antara lain kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan

motivasi.

2) Faktor Ektern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor-faktor tersebut antara lain pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan

sekitarnya dan sebagainya.

2.1.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

2.1.2.1. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Metode inkuiri

Hartini (2010) membahas tentang efektivitas hasil belajar siswa

(56)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing siswa kelas

IV SD Kanisius Kintelan I tentang penyebab perubahan lingkungan fisik.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel

adalah seluruh siswa kelas IV di SD Kanisius Kintelan yang berjumlah 31

siswa, yang terdiri atas putri 19 dan putra 12. Dalam penelitian ini

menggunakan desain tanpa kelompok pembanding, karena kelas IV hanya

memiliki 1 kelas saja. Berdasarkan hasil KKM yang telah ditentukan oleh

sekolah yaitu 6,5. Pada awal dilakukan pembelajaran jumlah siswa yang

tidak mencapai KKM yaitu 86,2 %, dan nilai rata-rata pada seluruh siswa

yang tidak mencapai KKM hanya 4,5. Setelah dilakukan pembelajaran dan

dilakukan postes dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing jumlah

siswa yang dapat mencapai KKM yaitu 10,34%, Sedangkan siswa yang

tidak mencapai KKM mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 7,65.

Listyaningrum (2010) mempunyai tujuan untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dalam hal

pencapaian hasil belajar IPA pada materi benda terapung, melayang dan

tenggelam. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 33

Siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Metode yang dipakai yaitu metode

inkuiri terbimbing. Adapun materi yang diajarkan adalah benda terapung,

melayang dan tenggelam. KKM mata pelajaran IPA 75. Berdasarkan

analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut. Melalui

(57)

post test mengalami kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah siswa yang

mencapai KKM mengalami peningkatan sebesar 75,8%.

Purbatin (2010) membahas tentang efektivitas pembelajaran IPA

pada siswa kelas V menggunakan metode inkuiri. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran IPA tentang

sifat-sifat cahaya melalui metode inquiry terbimbing pada siswa kelas V SD

Kanisius Kalasan dalam hal pencapaian hasil belajar. Dalam penelitian ini

yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel adalah seluruh siswa

kelas V SD Kanisius Kalasan yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini

terjadi peningkatan yang signifikan antara mean pre-test dan post-test,

yaitu kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 46% menjadi 90%.

Raras (2010) membahas tentang efektifitas pembelajaran IPA pada

siswa kelas IV menggunakan metode inkuiri. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan

dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam

hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Dalam

penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi sekaligus sampel adalah

seluruh siswa kelas IV SD Kanisius yang berjumlah 13 siswa. Skor rata-rata

pada saat pre test adalah 15,85 dan persentase siswa yang dinyatakan

memenuhi KKM adalah 15,38%, sedangkan skor rata-rata post test adalah

22,31 dan persentase siswa yang dinyatakan memenuhi KKM 53,84 %.

Widyaningsih (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah pembelajaran proses pembentukan tanah karena

(58)

ditetapkan sekolah adalah 62. Hasil dari penelitian yang dilakukan

menunjukan bahwa pembelajaran proses pembentukan tanah karena

pelapukan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian

hasil belajar sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

hasil belajar. Pada waktu dilakukan pretes hanya 8 siswa dari 32 siswa

atau 25 % siswa yang mencapai KKM sedangkan setelah dilakukan

pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan dilakukan pretes

banyak siswa yang mencapai KKM yaitu 27 siswa dari 32 siswa atau 84,

37 % siswa yang mencapai KKM.

2.1.2.2. Contoh Penelitian yang Berhubungan dengan Berpikir Kritis

Purwaningsih (2005) membahas tentang peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1

Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi

optimum pembelajaran SETS di mana proses pembelajaran memenuhi

karakter pendekatan SETS, kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa

.Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Penelitian ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan data

pengamatan langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas,

yang dilakukan melalui 3 siklus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kondisi optimum tercapai pada siklus ke-3 dimana proses pembelajaran

(59)

kreatif siswa meningkat secara signifikan, ketuntasan belajar klasikal

tercapai dan tugas-tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.

Kurniawati (2008) membahas tentang peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 01. Tujuan

dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

keaktifan siswa dengan menggunakan pendekatan Problem Solving.  Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 01 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian

ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kritis dan keaktifan

siswa. Hal ini dapat dilihat dari: (1) kemampuan berpikir kritis siswa,

adapun peningkatan persentase kemampuan siswa yang ada yaitu: a)

dalam menyusun rencana meningkat dari (32,2%) menjadi (61,2%), c)

kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana meningkat dari (25,8%)

menjadi (54,8%), dan d) kemampuan siswa dalam memeriksa kembali

meningkat dari (19,3%) menjadi (48,3%). (2) ada peningkatan keaktifan

siswa dalam bertanya meningkat dari (12,9%) menjadi (48,3%),

mengemukakan ide meningkat dari (9,67%) menjadi (21,9%), dan dalam

mengerjakan soal-soal di depan kelas meningkat dari (12,9%) menjadi

(58%).

Wahyuningsih (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

meningkatkan logika berpikir pokok bahasan suhu melalui model

pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada siswa Kelas VIII

Semester 1 SMP Negeri 1 Juwana Tahun Pelajaran 2005/2006. Subyek

(60)

Juwana tahun pelajaran 2005/2006. Peningkatan kemampuan proses

berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari nilai pretes dan postes

semula nilai rata-rata pretes siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,7.

Dari segi proses, peningkatan kemampuan proses berpikir kritis dapat

dilihat dari nilai hasil siswa pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan 1

nilai kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 68, pada pertemuan

kedua sebesar 73 dan pertemuan ketiga sebesar 81. Hasil analisis terhadap

postes siswa, didapatkan hasil bahwa 90% dari jumlah siswa mendapatkan

nilai = 65. Dan analisis terhadap hasil observasi kemampuan berpikir kritis

siswa, diketahui bahwa sebanyak 40 siswa mendapatkan nilai rata-rata =

65. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil sehingga hanya

dilakukan dalam satu siklus.

Farikhah (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif bagi siswa kelas X

MA Wahid Hasyim Sleman dalam pembelajaran matematika. Peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif diupayakan dengan menerapkan

pendekatan Open Ended dalam kegiatan belajar mengajar. Jenis penelitian

yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan

menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart, sedangkan pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif didukung dengan pendekatan

kuantitatif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar obsevasi,

lembar angket, hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Teknik anlisis data dilakukan menurut Miles and Huberman yang terdiri

(61)

display data, serta pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa

kelas X MA Wahid Hasyim Sleman. Pendekatan open ended menjadikan

siswa dapat mengkonstruksi sendiri permasalahan, membawa siswa ke

tingkat pemahaman matematika yang lebih tinggi, melatih siswa

mengoreksi kesalahan yang dilakukan, menyampaikan gagasan,

mendengarkan dan atau menangapi gagasan orang lain, serta dapat

mengambil kesimpulan.

Mathopani (2009) membahas tentang peningkatan pemahaman

konsep dan cara berpikir kritis pada pembelajaran Matematika siswa kelas

VII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah

mendiskripsikan penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching

and Learning dalam pembelajaran Matematika pada siswa SMP kelas VII

guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan cara berpikir

kritis siswa. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

(62)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 25. Bagan Penelitian-Penelitian Sebelumnya Metode Inkuiri Berpikir Kritis

Hartini (2010) Metode inkuiri & Prestasi

belajar siswa

Lisyaningrum (2010) Metode inkuiri & Prestasi

belajar siswa

Purbatin (2010) Metode inkuiri & Prestasi

belajar siswa

Raras (2010) Metode inkuiri & Prestasi

belajar siswa

Widyaningsih (2010) Metode inkuiri & Prestasi

belajar siswa

Purwaningsih (2005) Pendekatan SETS &

Berpikir kritis

Wahyuningsih (2005)

Problem Based Instruction

(PBI) & Berpikir kritis

Kurnianingsih (2008)

Problem Solving & Berpikir kritis

Farikhah (2009) Pendekatan Open Ended &

Berpikir Kritis

Mathopani (2009)

CTL & Berpikir kritis 

Yang perlu diteliti Metode Inkuiri & Prestasi

(63)

Dari penelitian-penelitian yang telah diuraikan di atas, beberapa

penelitian membahas tentang penggunaan metode inkuiri dan penelitian yang

lain membahas tentang peningkatan berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti

berinisiatif untuk menggabungkan keduanya karena belum ada yang

membahas tentang penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa khususnya kategori disposisi afektif khusus

pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD. Penelitian ini akan membahas

tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan

metode inkuiri terbimbing.

2.2. Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen

dan variabel dependen. Variabel independen yaitu metode inkuiri dan variabel

dependen yaitu prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori

disposisi afektif khusus. Karena metode inkuiri lebih melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran, maka capaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir

kritis kategori disposisi afektif khusus pada kelompok eksperimen akan lebih

tinggi dari pada kelompok kontrol.

2.3. Hipotesis

1. Penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA materi pesawat

sederhana berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa-siswa kelas

V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran

(64)

2. Penerapan metode inkuiri pada matapelajaran IPA materi pesawat

sederhana berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis pada

kategori disposisi afektif khusus siswa-siswa kelas V SDK Sorowajan

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

Landasan teori dalam bab II ini dapat disintesiskan dalam piramida

terbalik dengan mengikuti logika berpikir deduktif yang menjadi dasar dari

penelitian kuantitatif eksperimental yang mulai dengan kajian pustaka,

penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis.

Gambar 26. Proses Penyusunan Hipotesis Variabel

Metode Inkuiri

 

Variabel

Prestasi belajar dan berpikir kritis kategori disposisi afektif khusus

Kajian Pustaka

Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Kerangka Berpikir

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini akan menguraikan beberapa hal, yaitu jenis penelitian, populasi

dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji

validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data. Kedelapan hal tersebut akan dipaparkan dalam subbab-subbab berikut.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif termasuk penelitian Quasi experimental group design tipe non

equivalent control group design. Dalam penelitian non equivalent control

group design terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang

diambil tidak secara random, karena model populasinya berupa kelas. Dua

kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa

sebelum adanya treatment. Hasil pretest dari dua kelompok tersebut kemudian

dibandingkan. Hasil pretest dapat dikatakan baik jika tidak ada perbedaan

yang signifikan diantara hasil pretest kedua kelompok. Setelah diberi

treatment kemudian dilakukan posttest. Pengaruh treatment dihitung dengan

cara: ( O2 – O1 ) – ( O4 – O3 )

O1 O2 O3 O4

Keterangan:

(66)

O2 = hasil observasi dengan posttest pada kelompok eksperimen

O3 = hasil observasi dengan pretest pada kelompok kontrol

O4 = hasil observasi dengan posttest pada kelompok kontrol

X = perlakuan (treatment)

3.2. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini seluruh populasi diambil sebagai sampel yaitu

kelas VA dan VB siswa SDK Sorowajan Yogyakarta yang beralamat di Jalan

Sorowajan No. 111 Banguntapan, Bantul 55198. Kelas VA sebagai kelompok

kontrol terdiri dari 32 siswa, sedangkan kelas VB sebagai kelompok

eksperimen yang terdiri dari 30 siswa. Namun, untuk analisis datanya

kelompok eksperimen hanya mengambil 28 siswa karena 2 siswa tidak masuk

sekolah, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya mengambil 29 siswa

karena ada 3 siswa yang sakit dan tidak masuk sekolah. Pembagian kelompok

tersebut dipilih tidak secara random, karena faktor efisiensi mengajar,

semangat mengajar, penge

Gambar

Tabel 34.Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Selisih Afektif Khusus
Gambar 52. Grafik Kenaikan Aspek Afektif Khusus ................................   108
Gambar 1. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan Pertama
Gambar 6. Tang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syaraf tiruan Algoritma Backpropagation menghasilkan nilai korelasi yang baik antara Debit prediksi dan Debit aktualnya, hal ini juga dipengaruhi oleh Pola data

Pada kasus penyimpangan dana berdasarkan temuan BPKP berjumlah 170 kasus, dengan nilai penyimpangan mencapai 10 Milliar dan yang telah kembali mencapai 8,9 Milliar

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 huruf a, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Proses penentuan ke cluster mana suatu data akan masuk juga dilakukan juga untuk setiap data yang lain, sehingga setiap data akan tergabung ke dalam suatu cluster

Sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi

Hal ini memberi konsekuensi bagi upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru

o Kemudian pada Nagori Panombean Baru, SAKSI SAMSUL BAHRI berbicara melalui handphone (HP) kepada temannya yakni SAKSI ALI BASA NASUTION (PEGAWAI KANTOR NAGORI PANOMBEAN

Berdasarkan sebaran responden mengenai keragaman menu, sebesar 57,5 persen responden menyatakan sangat penting dengan rata-rata skala variabel ini adalah 4, 49 yang