ABSTRAK
EFEK SAMPING JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GGT (GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE)
TIKUS JANTAN GALUR Wistar
Vania Azalia H., 2012. Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.
Statin adalah obat pilihan untuk mengontrol dislipidemia, tetapi konsumsi statin secara rutin akan menimbulkan efek samping gangguan fungsi hepar, ditandai oleh peningkatan enzim hepar seperti Serum Glutamic Oxal-acetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT), Gamma-Glutamyl Transferase (GGT), dan Alkaline phosphatase (ALP). Konsumsi belimbing wuluh secara rutin telah dilaporkan dapat mengontrol profil lipid oleh beberapa masyarakat, tetapi efek samping belimbing wuluh terhadap fungsi hepar belum diketahui. Penelitian ini bertujuan melakukan pengukuran kadar GGT dan membandingkan dengan efek simvastatin untuk mengetahui efek samping belimbing wuluh terhadap fungsi hepar tikus jantan galur Wistar.
Penelitian prospektif eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancang Acak Lengkap (RAL) terhadap 30 ekor tikus jantan galur Wistar, dibagi menjadi 5 kelompok (n = 6). Kelompok I, II, dan III diberi JBBW masing-masing 3,28 g/5 mL, 6,56 g/5 mL, dan 13,12 g/5 mL, kelompok IV diberi akuades sebagai kontrol negatif, dan kelompok V diberi simvastatin 0,90 mg/kgBB/hr sebagai kontrol positif. Data dianalisis dengan ANAVA satu arah, α = 0,05 dilanjutkan Uji Tukey HSD Post Hoc Test, p < 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan JBBW dosis 3,28 g/5 mL (45,33 ± 9,266 IU/L), 6,56 g/5 mL (48,00 ± 4,336 IU/L), dan 13,12 g/5 mL (46,50 ± 5,617 IU/L) meningkatkan kadar GGT secara bermakna (p < 0,05) bila dibandingkan dengan kontrol negatif (40,17 ± 2,858 IU/L), dan jika dibandingkan dengan simvastatin (43,83 ± 5,707 IU/L) tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05).
Konsumsi rutin jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia dengan potensi sama seperti simvastatin.
ABSTRACT
THE SIDE EFFECT OF BILIMBI JUICE (Averrhoa bilimbi L.) ON GGT (GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE) LEVELS
OF MALE Wistar RATS
Vania Azalia Hariyanto, 2012. Tutor I: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes. Tutor II: Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.
Statins is drug of choice for controling dyslipidemia, but routine statin’s consuming have hepatic side effects that show by liver enzymes elevation such as Serum Glutamic Oxal-acetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT), Gamma-Glutamyl Transferase (GGT), and Alkaline phosphatase (ALP). Routine bilimbi consumption has reported can be used to control lipid profile, but it’s side effect to hepatic function is still unknown. The aims of this study are to describe the bilimbi side effect to liver function and compare with simvastatin effect by accessing GGT levels of male Wistar rats. This study was a true laboratory experimental study with complete randomized design using 30 male Wistar rats, divided into 5 groups. Group I, II and III were treatment with bilimbi juice respectively for 14 days, 3.28 g/5 mL, 6.56 g/5 mL, and 13.12 g/5 mL; group IV aquadest as negative control, and group V simvastatin 0.90 mg/kgBW as positive control. Data were analyzed by One-way ANOVA, α = 0.05 and followed by Tukey HSD Post Hoc test, p < 0.05.
The increased of mean GGT levels after bilimbi juice treatment dose 3.28 g/5 mL (45.33 ± 9.266 IU/L), 6.56 g/5 mL (48.00 ± 4.336 IU/L), and 13.12 g/5 mL (46.50 ± 5.617 IU/L) are significantly (p < 0.05).
Routine bilimbi juice consumption has side effect to elevate GGT levels equal as simvastatin.
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL & DIAGRAM ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 3
1.3.1 Maksud Penelitian ... 3
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran... 4
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
1.7 Metodologi Penelitian ... 4
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepar ... 6
2.2 Tes Fungsi Hepar ... 8
2.2.1 Gamma Glutamyl Transferase (GGT) ... 9
2.3 Dislipidemia ... 10
2.5 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ... 13
2.5.1 Morfologi ... 13
2.5.2 Manfaat ... 14
2.5.3 Kandungan ... 15
2.5.4 Toksisitas Akut Belimbing Wuluh ... 15
2.5.5 Efek Belimbing Wuluh Terhadap Hepar ... 16
3 BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subyek Penelitian ... 18
3.1.1 Bahan Penelitian ... 18
3.1.2 Alat Penelitian ... 18
3.1.3 Subyek Penelitian ... 18
3.2 Alur Pemikiran ... 19
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.4 Metode Penelitian ... 20
3.4.1 Desain Penelitian ... 20
3.4.2 Variabel Penelitian ... 20
3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 21
3.5 Prosedur Kerja ... 21
3.5.1 Persiapan Hewan Coba ... 21
3.5.2 Persiapan Bahan Uji ... 22
3.5.3 Persiapan Bahan Pakan Tinggi Kolesterol ... 22
3.5.4 Cara Pembuatan Jus Buah Belimbing Wuluh ... 22
3.5.5 Pelaksanaan Penelitian ... 23
3.5.6 Cara Pemeriksaan... 23
3.6 Metode Analisis ... 24
3.6.1 Hipotesis Statistik ... 24
3.6.2 Kriteria Uji ... 24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Penelitian... 25
4.2 Pembahasan... 30
4.3 Uji Hipotesis ... 31
5 SIMPULAN DAN SARAN ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL & DIAGRAM
halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji-t Berpasangan Kadar GGT Pra dan Pasca Induksi ... 26
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk ... 26
Tabel 4.3 Hasil ANAVA Rerata Kadar GGT Antar Kelompok ... 27
Tabel 4.4 Rerata Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan Metode ANAVA ... 27
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Gambar Penelitian ... 38
Lampiran 2 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding ... 40
Lampiran 3 Data Hasil Pengujian Kadar GGT ... 41
Lampiran 4 Hasil Uji-t Berpasangan Rerata Kadar GGT Pra dan Pasca Induksi .. 42
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk ... 43
Lampiran 6 Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Induksi ... 44
Lampiran 7 Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Perlakuan ... 45
Lampiran 8 Hasil ANAVA Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan ... 46
Lampiran 9 Hasil Uji Tukey HSD Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan... 47
Lampiran 10 Tahap Rencana Kegiatan ... 49
38
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
GAMBAR PENELITIAN
Tikus Jantan Galur Wistar Tikus diberi makan pelet standar
39
Buah Belimbing Wuluh Juicer
Tikus dipanaskan Pengambilan darah tikus
40
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN DOSIS BAHAN UJI DAN PEMBANDING
Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun kolesterol total untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2 buah belimbing wuluh = 43 gr
pemakaian sehari 3x = 129 gr
Faktor konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 gr adalah 0,018 (Paget and Barnes, 1964).
129 x 0,018 = 2,322 g/200 g/hr (untuk 1 ekor tikus). Dosis 1 x 2,322 = 11,61 g/kgBB/hr
Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr:
x 2,322 = 3,28 g/5 mL
Dosis 2 23,22 g/kgBB/hr
Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr: 3,28 x 2 = 6,56 g/5 mL
Dosis 3 46,44 g/kgBB/hr
Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr: 6,56 x 2 = 13,12 g/5 mL
Dosis simvastatin:
41
LAMPIRAN 3
DATA HASIL PENGUJIAN KADAR GGT
Data GGT Pra Induksi, Pasca Induksi, dan Pasca Perlakuan
42
LAMPIRAN 4
Hasil Uji-t Berpasangan Rerata GGT Pra dan Pasca Induksi
T-test
N Correlation Sig. Pair 1 GGT pra induksi &
GGT pasca induksi
30 0.961 0.000
Paired Samples Test
GGT pra induksi - GGT pasca induksi Paired
Differences
Mean -6.200
Std. Deviation 1.095
Std. Error Mean 0.200
43
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk
Test of Normality
44
LAMPIRAN 6
Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Induksi
Oneway
45
LAMPIRAN 7
Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Perlakuan Oneway
46
LAMPIRAN 8
Hasil ANAVA Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan
Oneway
47
LAMPIRAN 9
Hasil Uji Tukey HSD Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan
48
Homogeneous subsets
peningkatan GGT Tukey HSDa
kelompok perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol negatif 6 0.67
kontrol pembanding 6 4.67 4.67
JBBW dosis 3 6 7.33
JBBW dosis 1 6 7.50
JBBW dosis 2 6 8.33
Sig. 0.320 0.405
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
49
LAMPIRAN 10
Tahap Rencana Kegiatan
RENCANA
KEGIATAN BULAN KE
50
51
BIODATA
Nama : Vania Azalia Hariyanto
Tempat, tanggal lahir : Purwokerto, 6 Februari 1992
Alamat rumah : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 137 Kroya-Cilacap
Email : eufrasia_vania@hotmail.com
Pendidikan :
- TK Yos Sudarso Kroya, 1995-1997
- SDN I Kroya, 1997-2003
- SMP Susteran Purwokerto, 2003-2006
- SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, 2006-2009
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan kerja menyebabkan masyarakat cenderung hidup dengan pola makan tidak sehat yaitu mengonsumsi makanan cepat saji (fast-food) dan junk food. Pola hidup demikian berdampak timbulnya obesitas, dislipidemia, sindrom metabolik, dengan komplikasi penyakit kardiovaskuler (Marsden, 2008).
Dislipidemia merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler, ditandai oleh peningkatan kadar kolesterol total dan/ atau trigliserida (TG), disertai/ tanpa peningkatan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), dengan/ tanpa penurunan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL). Dislipidemia dapat mengakibatkan perlemakan hepar (fatty-liver), sehingga hepatosit mengalami kerusakan dan peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase penanda gangguan fungsi hepar (Yagi et al, 1994; NCEP, 2001).
Upaya masyarakat untuk mengobati dislipidemia, antara lain dengan menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga teratur dan mengontrol kadar lipid darah antara lain melalui pengaturan pola makan dengan diet rendah karbohidrat dan/ atau lemak, dan bila perlu dengan mengonsumsi obat hipolipemik. Obat-obat paten hipolipemik yang tersedia di pasaran harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, maka banyak upaya masyarakat untuk mencari dan mendapatkan obat-obat herbal sebagai upaya alternatif untuk mengatasi dan mengontrol dislipidemia. Obat hipolipemik yang banyak digunakan yaitu statin dan fibrat yang dapat menimbulkan efek samping rhabdomyolisis dan gangguan fungsi hepar, gastrointestinal, dan ginjal (Mahley & Bersot, 2005; Baselt, 2008).
2
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah tumbuhan banyak tumbuh di negara-negara Asia termasuk di Indonesia. Buah belimbing wuluh berbentuk lonjong dengan panjang 4-6 cm, kulit buah mengkilat berwarna hijau hingga kuning, yang banyak mengandung flavonoid, saponin, vitamin C, dan tanin. Buah belimbing wuluh selain untuk mengatasi dislipidemia, juga dilaporkan berkhasiat sebagai obat sariawan (Depkes, 2000).
Buah belimbing wuluh umum dikonsumsi masyarakat sebagai belimbing sayur atau dibuat jus. Metabolisme bahan-bahan yang kita konsumsi sebagian besar berlangsung di hepar, termasuk buah belimbing wuluh. Zat aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh akan dimetabolisme dalam hepatosit jaringan hepar. Toksisitas buah belimbing wuluh terhadap hepar belum pernah dilaporkan. Laporan uji toksisitas terhadap bagian dari tanaman belimbing wuluh baru ada tentang uji toksisitas ekstrak buah belimbing wuluh yang telah dilaporkan oleh Raden Enen Rosi Manggung pada tahun 2008, yang berjudul ” Pengujian Toksisitas Akut Lethal Dose 50 (LD50) Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh pada Mencit ”. Zat aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh dapat merusak hepatosit adalah tanin. Parameter laboratorium untuk mengetahui gangguan fungsi hepar yaitu adanya peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase hepar, antara lain Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), dan Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT) (Hardjoeno H. dkk, 2003).
3
negatif yang diberi makan tinggi kolesterol sebelum perlakuan yaitu selama 2 minggu untuk membuat tikus model dislipidemia. Setelah proses adaptasi selesai tikus tetap diberi pakan tinggi kolesterol selama 2 minggu, lalu dilakukan evaluasi kemaknaan peningkatan lipid, lalu dilakukan pemberian jus buah belimbing wuluh dengan 3 dosis bervariasi, kemudian hasil pemeriksaan GGT setiap perlakuan terhadap kontrol positif/ pembanding yang diberi simvastatin dan kontrol negatif yang diberi akuades dibandingkan dan dianalisis secara statistik dengan perangkat lunak komputer (Sherlock, 1995; Hardjoeno H. dkk, 2003).
1.2 Identifikasi Masalah
- Apakah pemberian jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.
- Apakah potensi jus buah belimbing wuluh sama dengan simvastatin dalam meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.
1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah konsumsi rutin jus buah belimbing dapat menimbulkan efek hepatotoksik terhadap hepar.
1.3.2 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas GGT pra dan pasca perlakuan pemberian jus buah belimbing secara rutin kepada tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
4
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek samping konsumsi jus buah belimbing wuluh secara rutin dalam jangka waktu lama terhadap fungsi hepar.
1.5 Kerangka Pemikiran
Hepar merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh, supaya tidak membahayakan organ lain. Tidak semua zat toksik mampu dibersihkan oleh hepar. Ada zat-zat toksik yaitu yang bersifat hepatotoksik dapat menyebabkan kerusakan hepar sehingga fungsi hepar terganggu (Sujono Hadi, 2002; Guyton & Hall, 2007).
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai obat dislipidemia. Tanin adalah salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh, sifatnya hepatotoksik dengan menyebabkan nekrosis hepatosit sehingga dapat mempengaruhi fungsi hepar (Bruneton, 1995; Silanikove et al, 1996).
Parameter untuk pemeriksaan fungsi hepar antara lain SGPT, SGOT, dan GGT. GGT digunakan pada penelitian ini karena lebih spesifik sebagai penanda kerusakan hepar daripada SGOT. GGT akan meningkat pada kerusakan hepar akut, obstruksi biliaris, dan keganasan/ metastase ke hepar (Hardjoeno, 2003; Sacher, 2004).
1.6 Hipotesis Penelitian
- Jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT.
- Potensi meningkatkan GGT jus buah belimbing wuluh sebanding simvastatin.
1.7 Metode Penelitian
5
dilanjutkan dengan Tukey HSD untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan aktivitas enzim GGT secara bermakna minimal pada sepasang kelompok perlakuan, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Laboratorium Patologi Klinik, dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
34
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Acuan sediaan herbal volume kedua, edisi 1. Jakarta. h.68-70
Badawy A.B, White A.E, Lathe G.H. 1969. The effect of tannic acid on the synthesis of protein and nucleic acid by rat liver. Departement of Chemical Pathology, University of Leeds, Leeds 2. p.311
Baselt R. 2008. Disposition of toxic drugs and chemicals in man, 8th ed. Foster City: Biomedical Publications. p.1431-3
Borley N.R. 2009. Hepatobiliary system: Liver. In: Drake R.L, Volg W., Mitchell A.W.M., eds. Gray’s anatomy for student. 2nd ed. USA: Churchil Livingstone. p.285-7
Brooker J.D., O’Donovan L., Skene I., Sellick G. 2000. Mechanism of tannin
resistance and detoxification in the rumen. In: Brooker J.D., ed. Tannins in livestock and human nutrition. Proceedings of an International Workshop; Adelaide 31 Mei-2 Juni 1999. Canberra: ACIAR. p.117-22
Bruneton J. 1995. Tannins. In: Pharmacognosy phytochemistry medical plants, 2nd ed. Paris: Lavoisier Publishing. p.369
Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris tanaman obat Indonesia (I) jilid 1. Jakarta. h.37-8
Eroschencko V.P. 2008. Digestive system liver, gallbladder, and pancreas. In: Taylor C., Horvath K., eds. Di fiore atlas of histology with functional correlations, 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.219-24
Franciscus D. Suyatna, Tony Handoko. 1995. Hipolipidemik. Dalam: Sulistia G. Ganiswara, ed. Farmakologi dan terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. h.375-6
Fischbach F., Dunning M.B. 2009. A manual of laboratory and diagnostic tests, 8th ed. US: Lippincott Williams & Wilkins. p.435-6
35
Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Digestive system: glands. In: Color textbook of histology, 3rd ed. USA: Elsevier. p.429
Guyton A.C & Hall J.E. 2006. The liver as an organ. In: Textbook of medical physiology, 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.859-62
Hardjoeno, dkk. 2003. Interpretasi hasil tes laboratorium diagnostik. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. h.239-42
Hobbs H.H., Rader D.J. 2008. Disorders of Lipoprotein Metabolism. In: Fauci A.S., Kasper D.L., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., Jameson J.L., et al. Harrison’s principles of internal medicine, 7th ed. USA: McGraw-Hill Companies.
Inez Felia Yusuf. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Kolesterol-LDL dan Kolesterol-HDL Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM
Jacobs D.S., Demott W.R., Finley P.R., Horvat R.T., Kasten B.L., Tilzer L.L. 1994. Laboratory test handbook, 3rd ed. USA: American Medical Association. p.230-1
Jane Haryanto. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM
Junqueira L.C., Carneiro J. 2005. Basic histology, 11th ed. San Fransisco: Benjamin Cummings. p.902-6
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistika. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. h. 257-62
Mahley R.M. and Bersot T.P. 2005. Drug therapy for hypercholesterolemia and dyslipidemia. In: Laurence L. Brunton, John S. Lazo, Keith L. Parker., eds. Goodman & gillman’s the pharmacological basis of therapeutics, 11th ed. New York: McGraw Hill. p.948-51
Mario Parikesit. 2011. Khasiat dan manfaat belimbing wuluh. Surabaya: Stomata. h.1-18, 65-73
36
Moore K.L., Agur A.M.R. 2007. Abdomen. In: Essential clinical anatomy, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.164-70
National Cholesterol Education Program. 2001. Executive summary of the third report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 285:2486
Raden Enen Rosi Manggung. 2008. Pengujian toksisitas akut lethal dose 50 (LD50) ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada mencit (Mus musculus albinus). 14 November 2012
Ravel. 1984. Clinical laboratory medicine clinical application of laboratory data. Medical publisher. p.214-5
Roades R.A. and Tanner G.A. 2003. Medical physiology, 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.518-20
Sacher, Ronald A., Richard A.M. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC. h.360-9
Semenkovich C.F. 2008. Disorders of lipid metabolism. In: Clemmons DR. ed. Cecil Medicine, 23rd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.1550-2
Sherlock S. 1995. Penilaian fungsi hati. Dalam: Petrus Andrianto. Penyakit hati dan sistem saluran empedu. Jakarta: Widya Medika.
Silanikove N., Gilboa N., Perevolotsky A., Nitsan Z. 1996. Goats fed tannin-containing leaves do not exhibit toxic syndromes. Israel: Elsevier. p.195-201
Silbernagl S. 2000. Abnormalities of lipoprotein metabolism. In: Silbernagl S., Lang F., eds. Color atlas of pathophysiology. New York: Thieme. p.247-9
Snell R.S., 2012. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.157-8, 162, 197-8
Sujono Hadi. 2002. Hati. Dalam: Gastroenterologi, edisi 7. Bandung: Alumni. h.415
37
Yagi K. 1994. Lipid peroxide in hepatic gastrointestional, and pancreatic disease. In: Amstrong D, ed. Free radicals in diagnostic medicine. New York: Plenum Press. p.165-9
Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia, dan pengujian klinik. Jakarta. h.38, 53-5.