• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET

PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Oleh : Kanah 1001467

Buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan yang bekerja di perkebunan PTPN VIII Wangunreja mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Subang. Upah yang diperoleh tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet berdasarkan indikator BPS tahun 2005. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri dari 3 wara yakni wara 1 sebanyak 24 orang, wara 2 sebanyak 6 orang dan wara 3 sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yang meliputi sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi, variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan. Analisis data menggunakan persentase dan skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh sadap karet bekerja selama 8 jam perhari, dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional dengan perolehan upah yang masih rendah. Sebagian besar buruh sadap karet tinggal di rumah permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap karet memiliki kesehatan yang baik akan tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan, pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik, dalam hal fasilitas transportasi buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya. Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005 sebagian besar buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 80% dan sebagian lagi termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 16,7% serta tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%.

(2)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EMPLOYEE WELFARE OF RUBBER TAPPING PTPN VIII WANGUNREJA IN DAWUAN SUBDISTRICT SUBANG REGENCY

By: Kanah 1001467

The employees in Dawuan district work in PTPN VIII plantation Wangunreja getting fee under Regional Minimum Wage of subang regency. The fee that they got is not enough for sufficing their needs while the need is always increasing day by day. The aim of this study is to find out the employee welfare based on BPS indicator in 2005. This study is descriptive study. The population of this study is all societies of PTPN VIII Wangunreja in Dawuan subdistrict. Sixty people consist of 3 wara which is the first wara consist of 24 people, the second wara consist of 6 people and the third wara consist of 30, were chosen as sample. The sample is proportional sampling. The variable of this study is the independent variables which are working system, social economy condition and the dependent variable of this study is the level of welfare. In analyzing data, percentage and scoring were used in this study. The finding shows that the employee of rubber tapping workers to work for 8 hours per day, on Sundays and public holidays and national holidays with the got income of low wage. Most of the rubber tapping workers living in permanent housing with facilities that less complete. Labour tapping rubber have good health but the awareness of the importance of health is still low because of the rubber tapping workers never had health checks, rubber tapping workers' education is low but the awareness of the importance of children's education is quite good, in terms of transport facilities rubber tapping workers have difficulty get public transport because of difficult access such as damaged roads and long distances to highway. Based on BPS in 2005 indicates that the employee welfare of rubber tapping in Dawuan sub district included average is 80%, lower is 16,7% then higher is 3,3%.

(3)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian ... 8

B. Usaha Perkebunan Di Indonesia ... 12

C. Kesejahteraan Masyarakat ... 17

D. Studi Geografi Aspek Pertanian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Definisi Operasional... 30

D. Instrumen Penelitian... 32

E. Prosedur Penelitian... 33

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 35

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 40

1. Kondisi Fisik ... 40

2. Kondisi Sosial ... 48

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53

1. Identitas Responden ... 55

(4)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kondisi sosial Ekonomi ... 60

a. Kepemilikan Tempat Tinggal ... 60

b. Kesehatan ... 62

c. Pendidikan ... 65

d. Fasilitas Transportasi ... 68

4. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Buruh sadap karet ... 69

a. Pendapatan ... 70

b. Pengeluaran ... 71

c. Keadaan Tempat Tinggal ... 72

d. Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

e. Kesehatan Anggota Keluarga ... 74

f. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

g. Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

h. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77

C. Pembahasan ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(5)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Perusahaan PTPN VIII Di Kabupaten Subang ... 2

Tabel 3.1 Populasi Responden ... 28

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Responden ... 30

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 32

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Penelitian... 33

Tabel 3.5 Kriteria Presentase ... 37

Tabel 3.6 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2005 ... 38

Tabel 4.1 Desa Di Kecamatan Dawuan ... 40

Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn ... 43

Tabel 4.3 Curah Hujan Kecamatan Dawuan ... 44

Tabel 4.4 Ketinggian Desa di Kecamatan Dawuan ... 45

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan di Kecamatan Dawuan ... 46

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 48

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 51

Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

Tabel 4.10 Usia dan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.11 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 55

Tabel 4.12 Pengalaman Kerja ... 56

Tabel 4.13 Pendapatan Utama... 57

Tabel 4.14 Pendapatan Sampingan ... 58

Tabel 4.15 Tingkat Pengeluaran ... 59

Tabel 4.16 Status Kepemilikan Rumah ... 60

Tabel 4.17 Luas Bangunan Rumah ... 61

Tabel 4.18 Jenis Pelayanan Kesehatan... 62

Tabel 4.19 Intensitas Cek Kesehatan ... 64

Tabel 4.20 Tingkat Pendidikan Buruh Sadap ... 65

Tabel 4.21 Jenjang Pendidikan Anak ... 66

Tabel 4.22 Biaya Pendidikan Anak ... 67

Tabel 4.23 Kepemilikan Sarana Transportasi ... 69

Tabel 4.24 Tingkat Pendapatan ... 70

Tabel 4.25 Tingkat Pengeluaran ... 71

Tabel 4.26 Kondisi Tempat Tinggal ... 72

Tabel 4.27 Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

Tabel 4.28 Kesehatan Anggota Keluarga... 74

Tabel 4.29 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

Tabel 4.30 Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

Tabel 4.31 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77

Tabel 4.32 Indikator Kesejahteraan Berdasarkan BPS ... 78

(6)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

(7)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur penelitian ... 34

Gambar 4.1 Diagram Luas Desa di Kecamatan Dawuan ... 41

Gambar 4.2 Peta Administratif Kecamatan Dawuan ... 42

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Dawuan ... 47

Gambar 4.4 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 51

Gambar 4.5 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 52

Gambar 4.6 Diagram Usia Responden ... 54

Gambar 4.7 Diagram Jumlah Tanggungan Keluarga ... 55

Gambar 4.8 Diagram Pengalaman Kerja ... 56

Gambar 4.9 Grafik perolehan upah ... 60

Gambar 4.10 Diagram Status Kepemilikan Rumah ... 61

Gambar 4.11 Diagram Luas Bangunan Rumah ... 62

Gambar 4.12 Diagram Jenis Pelayanan Kesehatan ... 63

Gambar 4.13 Diagram Intensitas Cek Kesehatan ... 65

Gambar 4.14 Grafik Pendidikan ... 67

Gambar 4.15 Diagram Biaya Pendidikan Anak ... 68

Gambar 4.16 Diagram Sarana Transportasi ... 69

Gambar 4.17 Diagram tingkat pendapatan ... 70

Gambar 4.18 Diagram tingkat pengeluaran ... 71

Gambar 4.19 Diagram kondisi tempat tinggal ... 72

Gambar 4.20 Diagram Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

Gambar 4.21 Diagram Kesehatan Anggota Keluarga ... 74

Gambar 4.22 Diagram Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

Gambar 4.23 Diagram Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

Gambar 4.24 Diagram Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77

(8)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Dokumentasi Penelitian

2 Lembar Observasi

3 Tabulasi Hasil Analisis Data

(9)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian

nasional. Hal tersebut ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang

hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal

dari pertanian. Seperti yang dijelaskan oleh Mubyarto (1989, hlm. 16) “sektor

pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi

memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional, misalnya

kontribusinya dalam pendapatan nasional, peranannya dalam dalam pemberian

lapangan kerja pada penduduk yang bertambah dengan cepat, kontribusinya dalam

penghasilan devisa dan lain-lain”. Pertanian Indonesia tidak hanya terdiri atas

sektor pertanian dan subsektor pangan, tetapi juga sektor peternakan, dan

sub-sektor perkebunan.

Perkebunan merupakan bagian dari sistem perekonomian pertanian

komersial yang diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala besar dan

kompleks yang bersifat padat modal, penggunaan areal pertanahan luas, organisasi

tenaga kerja besar, pembagian kerja secara rinci, penggunaan tenaga kerja upahan,

dan penggunaan teknologi modern. Perkebunan merupakan salah satu sub sektor

strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan

penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18

tahun 2004 tentang Perkebunan, “pembangunan perkebunan bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara dan

devisa negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai

tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri

dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara

berkelanjutan”.

Karet merupakan komoditi ekspor yang cukup berperan dalam

(10)

2

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ataupun sebagai lapangan kerja bagi penduduk. Perkebunan karet diusahakan

oleh perkebunan-perkebunan besar seperti PNP/PTP, perusahaan swasta nasional

dan asing serta sebagian besar diusahakan oleh petani kecil serta tradisional.

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, menurut

Direktori BUMN (2013) dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14

Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) ini merupakan penggabungan kebun kebun di wilayah Jawa Barat dari

eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan

tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agrobisnis dan agroindustri, serta

optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan/

atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan

guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan

Terbatas.

Perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis dan agroindustri ini

terdapat di Kabupaten Subang yang tersebar di empat kecamatan yang meliputi

Kecamatan Ciater, Jalancagak, Dawuan, dan Jalupang. Perusahaan tersebut

merupakan cabang dari PTPN VIII yang ada di Jawa Barat. Jenis komoditi yang

dikelola oleh PTPN VIII yang tersebar di empat kecamatan tersebut diantaranya

karet, teh, kina dan kakao. Daftar perusahaan menurut situs resmi PTPN VIII

yang berada di Kabupaten Subang diantaranya sebagai berikut.

Tabel 1.1

Daftar Nama PTPN VIII Di Kabupaten Subang

No. Unit Kecamatan Jenis Komoditi Kelompok

Industri

1. Ciater Ciater Teh Pangan

2. Tambaksari Jalancagak Teh,Kina dan Kakao Pangan

3. Wangunreja Dawuan Karet Kimia

4. Jalupang Cipeundeuy Karet Kimia

Sumber: PTPN VIII, 2013

Kecamatan Dawuan merupakan kecamatan baru yang menjadi salah satu

(11)

3

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan perkebunan unit PTPN VIII Wangunreja yang mengelola hasil

perkebunan karet dengan luas 1.222,97 Ha. Berdasarkan data induk pegawai,

PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan memiliki jumlah buruh sadap

karet sebanyak 152 orang yang tersebar di 3 wilayah perkebunan (Wara).

Menyadap karet di perkebunan PTPN VIII Wangunreja merupakan

pekerjaan utama yang dijadikan sebagai mata pencaharian bagi sebagian

masyarakat yang ada di Kecamatan Dawuan, mata pencaharaian tersebut

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari masyarakaat

buruh sadap karet ini membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk bekerja di

perkebunan, masing-masing buruh sadap memiliki jumlah pohon sadapan kurang

lebih 300 pohon yang di berikan oleh pihak perusahaan.

Berdasarkan Septinawati (K4406037) yang meneliti tentang kehidupan

buruh sadap karet dalam skripsinya yang berjudul PERKEBUNAN KARET

PTPN IX BATUJAMUS KARANGANYAR (Studi Tentang Kehidupan Buruh

Sadap Karet di Perkebunan Karet PTPN IX Batujamus Karanganyar) menjelaskan

bahwa perkebunan karet PTPN IX mempunyai peranan penting dalam perubahan

kehidupan ekonomi masyarakat khususnya kehidupan ekonomi buruh sadap karet

yang bekerja di perkebunan. Pengaruh yang langsung dirasakan oleh masyarakat

adalah keberadaan PTPN IX membuka peluang kerja yang sangat besar bagi

masyarakat sekitar. Perkebunan PTPN IX membuka kesempatan kerja bagi ribuan

orang untuk bekerja di perkebunan. Dengan adanya pemberian upah standar UMR

ditambah dengan berbagai tambahan pendapatan seperti premi kualitas dan premi

produksi, menjadikan kehidupan buruh sadap karet lebih meningkat. Pekerjaan

sebagai buruh sadap karet hanya memerlukan waktu kerja kurang lebih 8 jam,

oleh karena itu setelah bekerja di perkebunan mereka juga masih bisa

mengerjakan sawah, memelihara ternak atau pekerjaan sampingan lainnya.

Adanya peningkatan pendapatan buruh sadap karet mempengaruhi perubahan

gaya hidup buruh sadap, yang sebelumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan

pokok saja menjadi pemenuhan terhadap kebutuhan sekunder seperti sepeda

(12)

4

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masalah kesejahteraan selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan,

masyarakat buruh sadap karet dikatakan sejahtera apabila mereka mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Kementrian

Koordinator Kesejahteraan (dalam Rinawati 2011 , hlm. 9), bahwa sejahtera yaitu “suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan,

pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan

yang bersih, aman, dan nyaman”.

Aktivitas penyadapan karet sudah terjadi dalam waktu yang lama, tetapi

pendapatan yang diperoleh masyarakat buruh sadap masih berada di bawah UMR

Kabupaten Subang yaitu sebesar Rp. 1.577.959, sedangkan para buruh sadap karet

harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang terus meningkat. Tingkat

kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat diukur berdasarkan beberapa

indikator, Indikator tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

aspek sosial maupun ekonomi masyarakat buruh sadap karet. Menurut Badan

Pusat Statistik tahun 2005 indikator kesejahteraan terdiri atas pendapatan,

pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan

anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan

menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Berdasarkan gambaran umum yang telah dipaparkan, maka penulis merasa

tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja. Untuk itu, penulis mengambil judul “Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara

(PTPN) VIII Wangunreja Di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Penerimaan upah masyarakat buruh sadap karet lebih rendah dari UMR

(13)

5

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Belum diketahui tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII

Wangunreja Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

(14)

6

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil dalam

penelitian ini diantaranya

1. Bagaimana sistem kerja buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di

Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di

Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi sistem kerja buruh sadap karet PTPN VIII

Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

2. Untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII

Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

3. Untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII

Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

E. Manfaat Penelitian

Selain juga dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan

kemampuan bagi penulis, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi

beberapa pihak diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan di bidang pertanian terutama untuk matakuliah

Geografi Pertanian dan Geografi Ekonomi.

b. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Tingkat

Kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan

(15)

7

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai suatu informasi data bagi pemerintah mengenai tingkat

kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja,

Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk lebih mengetahui tingkat

kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan

Kabupaten Subang.

c. Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan

penelitian selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan berbagai kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan yang

dibahas. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai rujukan atau bahan perbandingan

dari penemuan-penemuan dalam penelitian. Teori yang diambil dalam penelitian

ini meliputi pembangunan pertanian, usaha perkebunan di Indonesia,

kesejahteraan masyarakat dan studi geografi aspek pertanian.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab III menjelaskan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan proses

ataupun langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu penelitian. Prosedur atau

langkah-langkah tersebut meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi

penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik

(16)

8

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV membahas hasil pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan

penemuan-penemuan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat

buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten

Subang yang dianalisis menggunakan indikator dari Badan Pusat Statistik tahun

2005 yang terdiri atas pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan

tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan

kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V menyajikan kesimpulan dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis

penelitian serta memberikan saran kepada pihak tertentu yang terkait hasil

(17)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Letak geografis berdasarkan garis lintang

dan bujurnya Kecamatan Dawuan berada pada koordinat 107o37’30” BT –

107043’30” BT dan 6o30’00”LS – 6o37’30”LS. Kecamatan Dawuan memiliki

jarak ke ibukota kabupaten ± 10 km. Kecamatan Dawuan terdiri dari 10 desa yaitu

Desa Jambelaer, Cisampih, Margasari, Situsari, Sukasari, Rawalele, Dawuan

Kidul, Dawuan Kaler, Manyeti, dan Batusari. Kecamatan Dawuan memiliki jarak

ke ibukota kabupaten ± 10 km. Adapun batas-batas wilayah secara administratif

adalah sebagai berikut

Sebelah Utara : Kecamatan Pagaden Barat

Sebelah Timur : Kecamatan Subang

Sebelah Selatan : Kecamatan Sagalaherang

Sebelah Barat : Kecamatan Kalijati

2. Metode penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm 2) metode penelitian adalah “cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut

Tika (2005, hlm 4) metode deskriptif yaitu “Penelitian lebih mengarah pada

pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan

mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

deskriptif yaitu menggambarkan keadaan di lapangan sesuai dengan fakta, adapun

(18)

27

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mendeskripsikan data hasil penelitian di lapangan. Tujuan penulis

menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat

kesejahteraan penyadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan

Kabupaten Subang.

3. Desain Penelitian

Menurut Tika (2005, hlm 12) mengatakan desain penelitian adalah “suatu

rencana tentang mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara

sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif

sesuai dengan tujuannya”.

Penelitian ini menggunakan desain korelasional kumulatif, dimana desain

korelasional kumulatif berusahan untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih

variabel dan menguji atau menemukan hubungan-hubungan (relation) atau antar

hubungan (interrelationship) yang ada.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Di Dalam suatu penelitian diperlukan adanya populasi dan sampel yang

berupa wilayah dan atau manusia. Menurut Sugiyono (2011, hlm 61) populasi

adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai

kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah populasi responden, yaitu seluruh masyarakat yang bekerja sebagai buruh

sadap karet yang bertempat tinggal di Kecamatan Dawuan. Berdasarkan data

induk kryawan PTPN, Masyarakat buruh sadap karet secara keseluruhan

berjumlah 152 orang yang tersebar di 3 wara. Jumlah buruh sadap karet pada

(19)

28

Tabel 3.1

Populasi Responden

No. Wilayah

Perkebunan Lokasi

Jumlah Buruh Sadap

1. Wara 1 Cisampih 62

2. Wara 2 Dawuan Kaler 14

3. Wara 3 Batusari, Manyeti, Rawalele 76

JumlahTotal 152

Sumber: PTPN VIII Wangunreja, 2013

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Menurut

Tika (2005, hlm 24) “Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu

yang mewakili suatu populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hal. 61)

sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”. Cara

menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional

sampling menurut Arikunto (2010, hlm. 182) teknik sampel ini digunakan “untuk

memperoleh data yang representatif, pengambilan subjek dari setiap wilayah

ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam

masing-masing wilayah”. Adapun teknik pengambilan sampel melakukan metode

Sampling insidental yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan

Kabupaten Subang yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tiga wara yaitu wara 1, wara 2 dan wara 3.

Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus Solvin (dalam Nugraha 2007, hlm 6). Adapun rumus

(20)

29

Keterangan :

n : jumlah elemen/anggota sampel

N : jumlah elemen/anggota populasi

e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau

0.01, 5% atau 0.05, dan 10% atau 0.1)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan batas kesalahan yang ditolerir sebesar

10%.

N = = = = 60,3 = 60

Berdasarkan hasil perhitungan rumus, maka jumlah sampel yang diteliti

dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Jumlah ini menurut penulis dinilai sudah

cukup representatif dari total populasi tersebut. Jumlah populasi yang terdiri dari 3

wara tersebut diperlukan penghitungan sampel kembali dari setiap wara agar

jumlah sampel proporsional, sesuai dengan jumlah populasi. Pengambilan sampel

tersebut dihitung menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

ni : Jumlah sampel menurut stratum/ wilayah

Ni : Jumlah populasi menurut stratum/ wilayah

n : Jumlah sampel seluruhnya

N : Jumlah populasi seluruhnya

Setelah jumlah sampel secara keseluruhan diketahui, maka dengan

menggunakan rumus di atas, dapat diketahui jumlah sampel yang diajukan dari

masing-masing wara yaitu:

1) Wara 1

(21)

30

2) Wara 2

dibulatkan menjadi 6

3) Wara 3

30

Hasil perhitungan jumlah buruh sadap karet yang dijadikan sampel pada

masing-masing wara, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Responden

No Wilayah Jumlah Buruh Sadap Karet

Sampel

1. Wara 1 62 24

2. Wara 2 14 6

3. Wara 3 76 30

152 60

Sumber : Hasil Analisis, 2014

C. Definisi Operasional

Pengertian definisi operasional dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendididkan Indonesia tahun 2013 adalah “rumusan untuk setiap

variabel yang harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian”.

Judul penelitian ini adalah “Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Wangunreja Di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang”. Untuk memberikan arahan dan menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian, maka penulis

menguraikan penjelasan tentang konsep yang terdapat didalam judul penelitian

(22)

31

1. Sistem kerja merupakan rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang

kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam rangka

melaksanakan suatu bidang pekerjaan. Sistem kerja ini dilihat dari waktu

bekerja, sistem penerimaan upah dan perolehan upah dari hasil menyadap

karet di PTPN VIII Wangunreja

2. Kondisi sosial ekonomi dalam hubungan dengan pola berusaha tani,

perbedaan status seseorang dalam masyarakat dan keadaan sosial ekonomi

adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada

posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan

seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.

Kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari kepemilikan tempat tinggal,

kesehatan, pendidikan, fasilitas fransportasi.

3. Kesejahteraan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh sebuah

keluarga. Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati

2011 , hlm. 9) menjelaskan pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi

masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut

berupa kecukupan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan,

lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya. Tingkat kesejahteraan

masyarakat buruh sadap karet ini dapat diukur berdasarkan indikator menurut

Badan Pusat Statistik (2005) yang meliputi pendapatan, pengeluaran keluarga,

keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga,

kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan

anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka dapat diketahui dua variabel

dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono

(2011, hlm 4) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),

sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi yang meliputi kepemilikan tempat

(23)

32

terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja.

Variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3

Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Sistem kerja

2. Kondisi sosial ekonomi

- Kepemilikan tempat tinggal - Kesehatan

- Pendidikan

- Fasilitas Transportasi

Tingkat Kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

Sumber:Hasil Analisis, 2014

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono

(2011, hlm 348) instrumen penelitian harus valid dan reliabel. Valid yaitu “instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” sedangkan reliabel adalah “instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen dalam bentuk angket yang

ditujukan kepada

Masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

Validitas digunakan untuk ketepatan atau kecermatan suatu instrument

dalam mengukur apa yang ingin diukur. Sugiyono (2011, hlm 348) menyatakan “valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” .Dalam pengujian instrument peneliti menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (Produk Momen Pearson). Pada korelasi Bivariate

Pearson menggunakan uji dua sisi dengan menggunakan signifikasi 0,05. Kriteria

(24)

33

1) Jika r hitung > r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka instrument

atau item-item pertanyaan berkorelasi dengan signifikasi terhadap skor total

(dinyatakan valid)

2) Jika r hitung > r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka

instrument atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi dengan signifikasi

terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrument Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item

Sistem Kerja Sistem penerimaan upah

11-24

Kesehatan Penyakit yang sedang/ pernah

diderita 37-38

Pendidikan Jenjang pendidikan anak

45-50

Penelitian dilakukan menggunakan cara ilmiah dan langkah-langkah yang

sistematis. Dengan menggunakan teori maka seorang peneliti dapat membangun

kerangka pemikiran serta alur penelitian yang jelas sehingga penelitian yang akan

dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan tujuan awal penelitian, yakni

mendapatkan data yang valid dan reliabel. Untuk mendapatkan jawaban yang

(25)

34

benar maka peneliti harus mengumpulkan data objek tertentu. Pengumpulan data

objek ini perlu menggunakan instrument penelitian yang tepat, agar data yang

terkumpul teruji kebenarannya. Setelah data terkumpul dan yang terakhir adalah

menyusun laporannya.

Untuk menggambarkan rangkaian kegiatan agar peneliti menjadi lebih

memahami maka dibuatlah prosedur penelitian.prosedur penelitian adalah

serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang peneliti secara teratur dan

sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Untuk mempermudah dalam

menjabarkan prosedur penelitian, penulis membuat prosedur penelitian dalam

bentuk bagan yang dapat dilihat dalam bagan 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

Instrumen

penelitian Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Teori 1.Pembangunan Pertanian 2.Usaha perkebunan di Indonesia 3.Kesejahteraan Masyarakat

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

Kesejahteraan buruh sadap karet Pendapatan di Bawah

(26)

35

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Suatu penelitian memerlukan berbagai data baik yang berupa data primer

maupun data skunder. Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan

masalah penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisi

sejumlah pertanyaan tertulis yang disusun berdasarkan variabel penelitian yang

ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, angket ini digunakan untuk

memperoleh data atau informasi langsung dari masyarakat buruh sadap terkait

dengan tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja dilihat

dari pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas

tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan fasilitas

kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan

fasilitas transportasi.

b. Observasi

Menurut Tika (2005, hlm 44) Observasi adalah “cara dan teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian”.

Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang detail

dan akurat melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Teknik observasi ini

digunakan untuk melihat kondisi tempat tinggal buruh sadap karet.

c. Studi Literatur

Tika (2005, hlm 60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah “data

yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi atau

badan/yayasan”. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, jurnal, artikel, atau

dari sumber bacaan lainnya yang dapat menunjang terhadap penelitian.

Studi literatur digunakan untuk mengetahui data-data skunder yang

(27)

36

literatur diperlukan untuk mencari data mengenai perkebunan karet dan

kesejahteraan sebagai pedoman atau rujukan untuk memperoleh informasi dalam

penelitian.

d. Studi Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010, hlm 274) metode dokumentasi merupakan

metode yang digunakan untuk “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya”.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu monografi Kecamatan

Dawuan, peta-peta wilayah kajian, foto-foto lapangan, dan data jumlah buruh

sadap karet PTPN VIII Wangunreja.

2. Analisis Data

Setelah data dari lapangan terkumpul dan selesai diolah maka proses

selanjutnya adalah analisis data. Analisis data adalah suatu proses pengolahan data

berdasarkan instrumen yang telah diisi oleh responden. Tujuan analisis data antara

lain untuk memecahkan masalah-masalah penelitian, memperlihatkan hubungan

antara fenomena yang terdapat dalam penelitian, pemecahan terhadap masalah

penelitian serta bahan untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun

tahapan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

a. Analisis persentase digunakan untuk menghitung besarnya proporsi dalam

setiap alternatif jawaban, sehingga kecenderungan jawaban responden dan

fenomena lapangan dapat diketahui. Rumus analisis persentase adalah :

Keterangan :

p = Persentase

f = Frekuensi setiap kategori jawaban

n = Jumlah seluruh responden

100% = Bilangan Konstanta

(28)

37

Tabel 3.5

Kriteria Presentase

Persentase

(%) Keterangan

0 Tidak ada

01-24 Sebagian kecil

25-49 Kurang dari setengahnya

50 Setengahnya

51-74 Lebih dari setengahnya

75-99 Sebagian besar

100 Seluruhnya

Sumber : Arikunto,1998

b. Teknik pengharkatan (scoring)

Teknik ini digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing

karakteristik parameter dari indikator-indikator agar dapat dihitung nilainya serta

dapat ditentukan peringkatnya. Adapun parameter yang digunakan dalam

penelitian ini adalah indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2005 yang meliputi pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan

tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan

mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan

(29)

38

Tabel 3.6

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan

Badan Pusat Statistik tahun 2005

No. Indikator

Kesejahteraan Kelas Kriteria Skor

1. Pendapatan

Tinggi

Jika sebagian pendapatan yang diperoleh digunakan untuk menabung

3

Sedang

Jika pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2

Rendah

Jika pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

1

2. Pengeluaran

Tinggi Jika pengeluaran digunakan untuk kebutuhan tersier (wisata) 3

Sedang

Jika pengeluaran digunakan untuk kebutuhan sekunder (pendidikan, kesehatan, pakaian, peralatan rumah tangga, transportasi, dan lain-lain)

2

Rendah

Jika pengeluaran yang

digunakan hanya untuk

kebutuhan primer (makan)

1

3. Keadaan Tempat Tinggal

Permanen

Jika rumah seluruhnya terbuat dari tembok, berlantai keramik dan berukuran lebih dari 50 m2.

3

Semi permanen

Jika dinding rumah terbuat dari setengah tembok setengahnya lagi bambu, berlantai plester dan berukuran lebih dari 50 m2.

2

Tidak permanen

Jika dinding rumah seluruhnya terbuat dari bambu, lantai tanah

Jika rumah memiliki seluruh ruangan (kamar tidur, MCK, dapur dan ruang tamu)

3

Sedang Jika rumah tidak memiliki ruang

tamu dan ruang keluarga 2

Kurang Jika rumah tidak memiliki

MCK, dan dapur 1

5. Kesehatan

Anggota Keluarga

Baik Jika seluruh anggota keluarga

dalam keadaan sehat 3

(30)

39

penyakit tetapi rutin melakukan cek kesehatan

Kurang

Jika anggota keluarga memiliki penyakit tetapi tidak pernah melakukan cek kesehatan fasilitas kesehatana <1 Km 3

Sedang Jika jarak antara rumah ke fasilitas kesehatan 1-3 Km 2

Sulit Jika jarak antara rumah ke fasilitas kesehatan > 3 Km 1

7.

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut:

Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24

Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14–19

Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13

(31)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan secara geografi tidak dapat dilepaskan dari ruang

permukaan bumi yang menjadi tempat berpijak. Oleh karena itu, tidak dapat

dilepaskan dari tanah baik sebagai sumber daya maupun sebagai lahan tempat

pertumbuhan dan pembangunan berlangsung. Tanah sebagai sumber daya, dapat

menyediakan kesuburan tanah, bahan bangunan, bahan dasar industri termasuk

penyediaan energi. Tanah sebagai lahan, memberikan tempat bagi prasarana dan

sarana pembangunan. Baik tanah sebagai sumber daya maupun sebagai lahan

dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi merupakan sumber daya abstrak yang memiliki

nilai ekonomis dan strategi. Lokasi tanah atau lahan yang baik memberikan dasar

pesatnya pertumbuhan dan pembangunan. Salim, Emil (1980, hlm. 215)

mengatakan bahwa:

Menjelang tahun 2000 maka tanah menjadi faktor pembatas yang semakin menonjol dalam pembangunan. Tanah bisa dipakai untuk berbagai kepentingan yang saling bersaing, seperti keperluan pertanian, lokasi industri, tempat pemukiman, jaringan jalan, saluran irigasi dan air minum, yang bisa memberi manfaat kepada manusia.

Menurut Nurmala, dkk. (2012, hlm. 1) Pertanian merupakan kebudayaan

yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan

kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya

sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia. Sedangkan

menurut Mubyarto (1989, hlm. 16) pertanian dalam arti luas mencakup: Pertanian

dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit

disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan

besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal

pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertanian

(32)

9

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bisa menghasilkan dan dapat di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan

kehidupan manusia.

Indonesia merupakan negara agraris, seperti yang dijelaskan oleh

Mubyarto (1989, hlm. 12) bahwa Indonesia masih merupakan negara pertanian,

artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian

nasional. Hal itu dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja

yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang

berasal dari pertanian. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena

sebagian besar daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh

garis katulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping

pengaruh katulistiwa, ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian

Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan dan kedua topografinya yang

bergunung-gunung. Pertanian Indonesia dibagi menjadi dua yaitu usahatani

pertanian rakyat (small holder) dan perusaahan pertanian. Perusahaan pertanian

sebagai lawan pertanian rakyat adalah perusahaan pertanian untuk memproduksi

hasil tertentu dengan sistem pertanian seragam di bawah manajemen yang terpusat

dengan menggunakan berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yang

efisien. Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau

pertumbuhan ekonomi pertama kali diusulkan oleh Irma Adelman yang terutama

lewat keterkaitan pendapatan atau konsumsi. Pandangan strategis ini didasarkan

pada asumsi bahwa pasar lokal akan berkembang apabila pendapatan masyarakat

setempat meningkat, dan faktor terakhir ini bisa terjadi apabila ada peningkatan

produktivitas di sektor pertanian. Akan tetapi, Adelman berpendapat bahwa fokus

lebih baik diberikan kepada perkembangan pertanian skala kecil dan menengah,

karena ini lebih cocok bagi daerah yang pembangunannya masih terbelakang.

Sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari

berbagai segi memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional.

Misalnya kontribusinya dalam pendapatan nasional, peranannya dalam dalam

pemberian lapangan kerja pada penduduk yang bertambah dengan cepat,

(33)

10

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendalam atas proyek-proyek dan program-program repelita akan

mengungkapkan dengan jelas bahwa pembangunan pertanian tidak dapat berdiri

sendiri. Pertanian mempunyai hubungan erat dan kait mengkait dengan

sektor-sektor perekonomian lainnya misalnya sektor-sektor perdagangan, pendidikan dan

sebagainya. Untuk mempercepat proses pembangunan pertanian terbukti

diperlukan peningkatan kegiatan yang simultan dalam hampir semua sektor yang

ada. Departemen dalam negeri, perhubungan, penerangan, tenaga kerja,

transmigrasi dan koperasi, bahkan departemen sosial dan agama ikut mengambil

bagian yang aktif dalam usaha-usaha pembangunan inti dari departemen

pertanian.

Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang

mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong

dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian,

pengembangan teknologi pertanian yang terus menerus, pembangunan prasarana

sosial dan ekonomi pedesaan dan investasi-investasi oleh negara dalam jumlah

besar. Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sektor) yang

diharapkan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya.

Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

maju, efisien dan tangguh. Pengertian maju, efisien dan tangguh dalam ekonomi

pertanian menurut Mubyarto (1989, hlm. 284) mencakup konsep-konsep mikro

dan makro yaitu bagi sektor pertanian sendiri maupun dalam hubungannya dengan

sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transportasi, perdagangan

dan keuangan/ perkreditan. Selanjutnya pembangunan pertanian bertujuan untuk

meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup

petani, peternak dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan

berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor.

Menurut Saragih (dalam Asriani, 2003, hlm. 148) dalam upaya

perwujudan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia,

diperkirakan akan terwujud melalui pendekatan strategi pembangunan agribisnis

(34)

11

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. pembangunan agroindustri sebagai motor penggerak agribisnis. Di masa lalu, ketoka orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatani. Dewasa ini dan di masa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar, dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usahatani kepada industri pengolahan (agroindustri).

2. Pengembangan strategi pemasaran. Pembangunan sektor agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting, bahkan paling menentukan keberhasilan. Pengembangan strategi pemasaran ini semakin penting peranannya terutama mengahadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan

3. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Agar sektor agribisnis mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknollogi, serta pembangunan kemampuan sumber daya manusia agribisnis sebagai actor pengembangan sektor agribisnis.

4. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis. Struktur agribisnis nasional yang terkotak-kotak telah menciptakan transmisi dan margin ganda, yang secara keseluruhan akan merugikan perkembangan sektor agribisnis nasional. Oleh sebab itu, penataan dan pengembangan sektor agribisnis perlu memperoleh perhatian yang serius. Penetaan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu (1) mengembangakan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti satu aliran produk (produk line) sehingga subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis pertanian primer dan subsistem agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen; (2) mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.

5. Pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis. Selama ini, lokasi perkembangan agroindustri nasional umumnya berorientasi pada konsentrasi konsumen seperti sektor perkotaan dan di pulau jawa yang merupakan pusa-pusat konsumen. Di masa yang akan datang, orientasi lokasi agroindustri tersebut telah diubah. Dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku.

6. Pengembangan infrastruktur agribisnis. Untuk mendukung pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis tersebut, diperlukan pengembangan infrastruktur agribisnis, seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, udara, sungai dan darat) jaringan listrik, air, pelabuhan perikanan dan peternakan, pelabuhan ekspor dan lain-lain.

Tujuan dasar pembangunan pedesaan di negara-negara sedang

(35)

12

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemiskinan ini cukup pelik, sehingga berbagai usaha untuk menghilangkannya

(36)

13

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Meningkatkan dan memperluas produksi pertanian

2) Meningkatkan kesempatan kerjabaik di dalam maupun di luar sektor pertanian

3) Mengurangi kemiskinan terutama yang mengakibatkan kekuranga gizi, dan

4) Menciptakan lingkungan yang baik untuk memperlambat pertumbuhan

penduduk

Strategi untuk pembangunan pedesaan dalam garis besarnya menurut

Mubyarto (1989, hlm. 284) adalah sebagai berikut: pertama, pembangunan

pertanian didasarkan pada orientasi peningkatan kesempatan kerja. Kedua,

meningkatkan dan membina lembaga pelayanan sosial khususnya pendidikan dan

kesehatan, dan ketiga, memperkuat serta membina prasarana kelembagaan

keahlian manajemen bagi penduduk desa.

B. Usaha Perkebunan Di Indonesia

Sub sektor pertanian di Indonesia cukup beragam seperti yang dijelaskan

oleh Soetrisno (2002, hlm. 12) “pertanian Indonesia tidak hanya terdiri atas

sub-sektor pertanian dan subsub-sektor pangan, tetapi juga, sub-sub-sektor peternakan, dan

sub-sektor perkebunan”. Sub-sektor perkebunan merupakan sub-sektor pertanian

yang secara tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hasil-hasil

perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain: karet,

kelapa sawit, teh, kopi, dan tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan

tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahan oleh

perkebunan besar, baik milik pemerintah maupun swasta.

Menurut Banoewidjojo (1983, hlm. 20) “di Indonesia pengertian pertanian

dalam arti kata luas dititik beratkan terutama pada produksi yang dihasilkan

seperti bila produksi utamanya kayu menjadi kehutanan, bila produksinya ikan

akan menjadi perikanan, bila produk utamanya ternak menjadi peternakan, bila

produksi utamanya tanaman industri menjadi perkebunan dan khusus buat

pertanian rakyat, maka titik berat ditekankan pada usaha tani rakyat di pedesaan”.

Oleh karena rakyat di pedesaan mempunyai beraneka ragam usaha, bukan saja

(37)

14

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti ikan, ternak, tanaman industri dan kayu-kayuan. Maka kegiatan

sehari-harinya akan menyangkut juga kelima sektor pertanian. Oleh karena itu muncullah

kemudian istilah-istilah seperti perkebunan rakyat, karet rakyat, kopi rakyat, hutan

penduduk/rakyat dan sebagainya. Dengan cara penggolongan pertanian dalam arti

kata luas ke dalam lima sektornya atas dasar jenis-jenis produksi yang dihasilkan,

maka cara pengusahaannya sudah barang tentu berbeda-beda, tergantung .dari

kemampuan yang mengusahakan dan kebijaksanaan yang diambil oleh

pemerintah.

Kartodirjo dan Suryo (1991, hlm. 4) menjelaskan bahwa “perkebunan

merupakan bagian dari sistem perekonomian pertanian komersial dan kapitalistik,

diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala besar dan kompleks,

bersifat padat modal, penggunaan areal pertanahan luas, organisasi tenaga kerja

besar, pembagian kerja secara rinci, penggunaan tenaga kerja upahan, struktur

hubungan kerja yang rapi dan poenggunaan teknologi modern, spesialisasi, sistem

administrasi dan birokrasi, serta penanaman tanaman komersial yang ditujukan

untuk komoditi eksport di pasaran dunia”.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang

Perkebunan menjelaskan bahwa perkebunan adalah “segala kegiatan yang

mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam

ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman

tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta

manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan

masyarakat”. Perkebunan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional;

2. ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan

3. sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkebunan

(38)

15

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengusahakan tanaman tetentu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku

(39)

16

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di Indonesia perusahaan-perusahaan pertanian yang penting dan yang

sudah mempunyai sejarah yang lama adalah perkebunan (plantation), yang

mengusahakan tanah-tanah yang luas berdasarkan hak-hak perusahaan tertentu.

Keseluruhan tanah dan bangunan pabrik serta perumahan-perumahan pegawai,

buruh dan pimpinan perkebunan pada satu tempat tertentu disebut estate.

Menurut Mubyarto (1989, hlm. 21) “Perkebunan atau plantation, tidak hanya

dikenal di Indonesia tetapi di banyak negara lain. Namun begitu pada umumnya

perkebunan ini didapatkan di daerah-daerah bermusim panas di dekat katulistiwa

dan karena menggunakan sistem manajemen seperti pada perusahaan industri

dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari teknologi terbaru maka sering

pula disebut “industri perkebunan” atau industri perkebunan”. Sejarah perkebunan

asing di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dengan pengundangan Hukum agraria

oleh pemerintah Kolonial Belanda dan negeri-negeri Eropa Barat lainnya

menanam modalnya di Indonesia. Hak-hak usaha yang diperoleh para penanam

modal tersebut terkenal dengan nama hak-hak erfpacht yang meliputi jangka

waktu maksimum 75 tahun dengan luas maksimum 360 hektar (900 acres).

Hak-hak lain yang dapat diberikan kepada orang-orang asing adalah Hak-hak opstaal untuk

mendirikan bangunan-bangunan pabrik untuk usaha dan hak eigendom terutama

untuk rumah-rumah tempat tinggal. Walaupun perkebunan asing mulai

berkembang pesat di Indonesia sesudah tahun 1870, tanaman-tanaman perkebunan

sebenarnya sudah ditanam oleh rakyat di dalam sistem tanam paksa yang dimulai

di Jawa sesudah selesai perang Dipenogoro pada tahun 1830.

Pelaksanaan sistem perkebunan menurut Sadjad (1995, hlm. 14) dimulai

dengan pembukaan penanaman modal dan teknologi dari luar, pemanfaatan tanah

dan tenaga kerja di daerah jajahan. Dari berbagai artikel yang dikeluarkan oleh

pemerintah kolonial banyak perusahaan yang mengelola hasil-hasil perkebunan.

Salah satunya adalah yang dikembangkan di pulau Jawa, karena selain tanahnya

subur dan cocok untuk tanaman perkebunan, di Jawa juga tersedia tenaga kerja

yang banyak dan murah. Tanaman perkebunan untuk agro-bisnis yang memproses

(40)

17

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wangi. Adapun yang menghasilkan bahan makanan untuk bahan industri makanan

misalnya, ialah kelapa, kelapa sawit dan coklat. Bahan makanan yang langsung

kita makan misalnya:gula dari tebu, teh, kopi dan kayu manis. Pembangunan

agro-industri hendaknya dapat menyerap tenaga kerja, karena itu perkebunan

tersebut dibangun di tempat-tempat yang padat penduduknya, misalnya di Pulau

Jawa. Sebaliknya, perkebunan memerlukan lahan yang luas, lebih tepat

diusahakan di pulau-pulau yang belum padat penduduknya.

Usaha perkebunan di Indonesia cukup beragam, seperti yang di jelaskan

Kartodirjo dan Suryo (1991, hlm. 135) Berdasarkan tanaman yang diusahakan

(ditanam), perkebunan dapat dibedakan menjadi:

1. Perkebunan tebu 2. Perkebunan kopi 3. Perkebunan teh 4. Perkebunan coklat

5. Perkebunan rempah-rempah, seperti: perkebunan pala, perkebunan lada, dan lain-lain

Jenis perkebunan di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

bagian. Semangun (1989, hlm. 2) mengklasifikasikan jenis perkebunan

berdasarkan pengelolaannya, terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Perkebunan Negara

Yaitu perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh negara.

2. Perkebunan Swasta

Yaitu perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh pihak swasta nasional atau asing.

3. Perkebunan Rakyat

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Nama PTPN VIII Di Kabupaten Subang
Tabel 3.1 Populasi Responden
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the aims of this study were to examine coordinated joint rotations and variability in the lower limbs, trunk, serving arm and ball in the tennis serves of elite

Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

[r]

Dari pernyataan diatas bahwa dengan metode peta konsep siswa dapat membuat rancangan atau pemikiran atau cara belajar baru yang kreatif yang dapat membatu siswa dalam

Dengan definisi ini maka kata perceivedmenjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang

Tässä tutkielmassa tarkastellaan myös rahoittajan rahoitusohjelmakeskeistä evaluaatiota eli hakemusten arviointia ja valintaa rahoitettaviksi hankkeiksi. Rahoitusohjelmien

Buatlah segitiga sebarang dengan 3 unsur yang diketahui, agar kalian dapat menentukan satu unsur lain yang belum diketahui pada segitiga tersebut dengan menggunakan

As Asuh uhan an un untu tuk s k se eti tiap ap pa pasi sie en n  direncanakan  direncanakan oleh Dr penanggung jawab oleh Dr penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi