TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Magister Manajemen Bisnis Konsentrasi Pemasaran
Oleh:
Intan Permana NIM. 1302709
PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA
==================================================================
Pengaruh Pengetahuan Nasabah dan Citra Merek
terhadap Keputusan Menggunakan Layanan
(Survey pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank
Umum Syariah di Kota Bandung)
Oleh Intan Permana
S.Pd UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.) pada Program Studi Magister Manajemen Bisnis
© Intan Permana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(Survey pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank Umum Syariah di
Kota Bandung)
Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:
Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P NIP. 196206071987031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis
ABSTRAK
Intan Permana, 1302709, Pengaruh Pengetahuan Nasabah dan Citra Merek Terhadap Keputusan Menggunakan Layanan (Survei pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung) di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P.
Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk berbagai produk, jasa dan layanan berbasis syariah. Dari sekian banyak produk berbasis syariah yang ditawarkan, pencapaian market share perbankan syariah menduduki posisi paling bawah sebagai sebuah output pemasaran yang dapat dicapai setelah adanya pembelian. Peneliti berasumsi adanya masalah dalam keputusan menggunakan layanan. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa pengetahuan konsumen dan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan layanan. 2) Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan. 3) Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan melalui citra merek, dan 4) Menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan. Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga pemasar Bank Umum Syariah tentang pengetahuan nasabah dan citra merek sebagai stimulus pemasaran untuk meningkatkan kinerja pemasaran.
Teknik analisis data yang digunakan Partial Least Square dengan jumlah sampel 96 untuk memprediksi koefisien jalur pengaruh langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian membuktikan bahwa: 1) Tingkat pengetahuan nasabah Giro iB wadiah adalah cukup tinggi, citra merek Giro iB wadiah cukup tinggi dan tingkat keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah adalah tinggi. 2) Pengetahuan nasabah berpengaruh positif dan berukuran lemah terhadap keputusan menggunakan layanan secara signifikan. 3) Pengetahuan nasabah berpengaruh positif dan berukuran mediate terhadap citra merek secara signifikan, dan 4) Citra merek berpengaruh positif dan berukuran mediate terhadap keputusan menggunakan layanan secara signifikan.
ABSTRACT
Intan Permana, 1302709, Customer Knowledge Influence and Brand Image Toward The Decision of Using a Service (A Survey to Individual Costumer of Giro iB Service of General Syariah Bank in Bandung City) supervised by Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P.
Indonesia has a huge market potential for various product, service and syariah-based service. From many syariah-based products offered, achievement of market share of syariah banking occupy the lowest position as a marketing output that can be achieved after the purchase.Researchers assume there is a problem in the decision to use the service. Several previous studies proved that knowledge of costumer and brand image influence on purchase decisions.
This research aims to: 1) to find out customer knowledge, brand image and the decision of using a service. 2) to analyze costumer knowledge positive effect toward the use of service. 3) to analyze costumer knowledge positive effect toward brand image, and 4) to analyze brand image positive effect toward the use to service. The use of this research practically expected to provide the information for General Syariah Bank marketers about the costumer knowledge and brand image as a stimulus to improve marketing performance.
Data analysis techniques used is Partial Least Square with a sample of 96 to predict the path coefficients influence directly or indirectly. The result of this research shows that: 1) the level of Giro iB wadiah customer knowledge is enough, the Giro iB wadiah brand image is enough and the level of demand from costumers to use the service is high. 2) costumer knowledge positive and weak effect toward the use of service is significantly. 3) costumer knowledge positive and mediate effect toward brand image is insignificantly, and 4) brand image positive and mediate effect toward the use to service is significantly.
DAFTAR ISI BAB II. Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Konsep Pemasaran Jasa
2.1.1.1 Definisi Pemasaran Jasa ... 2.1.1.2 Sifat Khusus Pemasaran Jasa ... 2.1.1.3 Strategi Pemasaran Jasa ... 2.1.1.4 Jasa Perbankan Syariah
2.1.1.4.1 Definisi Perbankan Syariah ... 2.1.1.4.2 Kodifikasi Layanan Giro iB ... 2.1.1.4.3 Strategi Pemasaran Jasa Perbankan
Syariah ... 2.1.2 Konsep Pengetahuan Konsumen
2.1.2.2Definisi Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.2 Jenis Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.3 Cara Konsumen Mendapatkan Pengetahuan... 2.1.2.4 Dimensi Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.5 Pengaruh Pengetahuan Konsumen terhadap
Keputusan Pembelian... 2.1.3 Konsep Merek
2.1.3.1 Definisi Merek ... 2.1.3.2 Interpretasi terhadap Merek ... 2.1.3.3 Elemen Merek ... 2.1.3.5.5 Pengaruh Citra Merek terhadap
Keputusan Pembelian... 2.1.4 Kosep Perilaku Konsumen
2.1.4.1 Definisi Perilaku Konsumen ... 2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ..
2.1.4.3 Dimensi Perilaku Konsumen ... 2.1.4.4 Keputusan Pembelian
2.1.4.4.1 Definisi Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian ... 2.1.4.4.3 Proses Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.4 Jenis Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.5 Dimensi Keputusan Pembelian ... 2.1.5 Penelitian Terhadulu ... 2.2 Kerangka Pemikiran ... 2.3 Hipotesis ... BAB III. Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian ... 3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi ... 3.2.2 Sampel ... 3.3Operasionalisasi Variabel ... 3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 3.4.2 Skala Pengukuran ... 3.4.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 3.4.4Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1Asumsi Partial Least Square – Structural Equation Modeling ... 3.5.2Tahapan Umum Menggunakan SEM ... 3.5.3Evaluasi Model
3.5.3.1Outer Model atau Model Pengukuran
3.5.3.1.1 Uji Validitas ... 3.5.3.1.2 Uji Reliabilitas ... 3.5.3.2Inner Model atau Model Struktural ... 3.5.4 Uji Hipotesis ... BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Bank Umum Syariah dan Karakteristik Nasabah 4.1.2 Karakteristik Responden ... 4.2 Gambaran Deskriptif Variabel
4.2.1 Pengetahuan Nasabah
4.2.1.1 Pengetahuan Produk pada Nasabah ... 4.2.1.2 Pengetahuan Pembelian pada Nasabah ... 4.2.1.3 Pengetahuan Pemakaian pada Nasabah ...
4.2.2 Citra Merek
4.2.2.1 Brand Association Giro iB ... 4.2.2.2 Brand Value Giro iB ... 4.2.2.3 Brand Positioning ... 4.2.3 Keputusan Menggunakan Layanan
4.2.3.1 Pemilihan Produk ... 4.2.3.2 Pemilihan Merek ... 4.2.3.3 Pemilihan Kantor Cabang ... 4.2.3.4 Jumlah Pembelian... 4.2.3.5 Waktu Pembelian ... 4.2.3.6 Cara Pembayaran ... 4.3 Hasil Evaluasi Model
4.3.1 Kesesuaian Model Pengukuran (Outer Model)
4.3.1.1 Pengetahuan Nasabah ... 4.3.1.2 Citra Merek ... 4.3.1.3 Keputusan Menggunakan Layanan ... 4.3.2 Kesesuaian Model Struktural (Inner Model) ... 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Nasabah terhadap Keputusan Menggunakan Layanan ... 4.4.2 Pengaruh Pengetahuan Nasabah terhadap Citra Merek ... 4.4.3 Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Menggunakan Layanan ... BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Menurut Suryanata dalam (www.forum.kompas.com), pada akhir tahun
2013 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia yaitu 182.570.000 jiwa. Populasi muslim Indonesia terbesar berada di Jawa
Barat yaitu 41.763.592 jiwa dan tersebar diseluruh provinsi mulai dari bagian
barat hingga Indonesia bagian timur. Angka tersebut mengindikasikan potensi
yang sangat besar untuk mengembangkan berbagai produk maupun jasa yang
mengadopsi nilai-nilai Islam. Namun tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi
dalam memasarkannya.
Konsumen muslim relatif menjanjikan di Indonesia sehingga membuat
perusahaan harus tetap fokus membaca peluang dengan memperhatikan gaya
hidup dan perilaku yang berkembang. Setiap muslim di berbagai daerah berhak
menterjemahkan ritual syariah secara bebas dan kreatif sesuai dengan selera kelas
sosial dan ekonomi. Tidak ada lagi keterbatasan dalam berbagai aspek kehidupan
yang mengikat. Masyarakat muslim menjadi semakin terbuka dan leluasa
menerapkan syariah Islam dengan lebih ekspresif di berbagai aspek kehidupan.
Perubahan mendasar pada cara hidup membuat pola pikir masyarakat muslim atas
kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Sehingga berkembanglah produk dan jasa
yang mengadopsi nilai-nilai Islam yang bersifat modern dan universal untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar muslim.
Menurut Dyah Hasto Palupi dalam majalah SWA (18 edisi XXX 28
Agustus-10 September 2014, hlm.26) menyatakan bahwa gaya hidup Islami
semakin berkembang pada setiap aspek kehidupan yang meliputi bidang fashion,
kosmetik, bank, asuransi, makanan halal, umrah, hotel, pendidikan, reksadana dan
salon kecantikan. Produk dan jasa dengan brand Islami selama lima tahun terakhir
berkembang pesat dan diterima secara terbuka oleh masyarakat muslim. Potensi
pasar inilah yang tidak bisa diabaikan oleh para pemasar industri besar, menengah
Tabel 1.1
Market Share Produk dan Jasa Berbasis Syariah di Indonesia Tahun 2013 (dalam persen)
Peringkat Produk atau Jasa %
1 Makanan halal 22,12
2 Fashion 13,6
3 Umrah 12,8
4 Asuransi 11,7
5 Kosmetik 10,3
6 Reksadana 7,2
7 Hotel 6
8 Salon kecantikan 5,89
9 Pendidikan 5,59
10 Bank 4,8
Sumber: Majalah SWA 18 edisi XXX 28 Agustus- 10 September 2014
Berdasarkan Tabel 1.1 jasa perbankan syariah di Indonesia yang mencapai
market share paling rendah sebesar 4,8% dari populasi muslim Indonesia.
Idealnya, produk perbankan syariah yang dipasarkan di negara mayoritas
penduduk muslim dapat mencapai presentase market share yang lebih tinggi. Hal
ini dapat diartikan bahwa produk perbankan syariah belum banyak diminati pasar,
sehingga menjadi tantangan besar bagi pemasaran untuk meningkatkan market
share.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Market Share DPK & Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia (dalam persen)
Pertumbuhan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
DPK 0 45,5 51,8 27,8 24,4
Pembiayaan 0 45,4 50,6 43,7 24,8
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014
Bank Indonesia (BI) dan pelaku industri perbankan yang tergabung pada
iB Campaign menyatakan bahwa pertumbuhan market share produk DPK (Dana
Pihak Ketiga) dan pembiayaan terus mengalami penurunan. Berdasarkan Tabel
1.2, hingga akhir tahun 2013 market share DPK sebesar 24,4% sedangkan
pembiayaan sebesar 24,8%. Perbedaan yang tidak terlalu jauh, namun penurunan
waktu dua tahun terakhir. Sesuai dengan Hasil Kajian Model Bisnis Perbankan
Syariah tahun 2012 yang dilipubkasikan oleh Bank Indonesia dalam
(www.bi.go.id), bahwa pada tahun 2013 pertumbuhan terendah DPK perbankan
syariah di Indonesia adalah provinsi Jawa Barat di kota Bandung sebesar 27%
atau 7.516 miliar rupiah dengan komposisi paling tinggi nasabah individu sebesar
28,9%.
Tabel 1.3
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia (dalam Miliar Rupiah)
No Dana Pihak Ketiga Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Giro iB 6.202 9.056 12.006 17.708 16.871
2 Tabungan iB 16.475 22.908 32.062 45.072 50.956 3 Deposito iB 29.595 44.072 70.806 84.732 102.395 Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan
Tabel 1.3 DPK yang mengalami penurunan pada tahun 2013 adalah layanan Giro
iB sebesar 16.871 miliar rupiah. Giro iB memberikan manfaat kepada nasabah
untuk memperlancar aktifitas pembayaran dan atau penerimaan dana. Tabungan
iB memberikan manfaat kepada nasabah berupa kemudahan dalam pengelolaan
likuiditas baik dalam hal penyetoran, penarikan, transfer dan pembayaran
transaksi yang fleksibel. Sedangkan deposito iB memberikan manfaat kepada
nasabah berupa alternatif investasi yang memberikan keuntungan dalam bentuk
bagi hasil.
Bank Indonesia mempublikasikan statistik perbankan syariah tahun 2013
dalam (www.bi.go.id), bahwa penggunaan akad wadiah sebagai fitur Giro iB
menjadi pilihan utama bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS). Wadiah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada
penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan
Tabel 1.4
Pertumbuhan Giro iB BUS dan UUS di Indonesia (dalam Triliun Rupiah)
No Kelompok Bank Tahun
2012 2013
1 Bank Umum Syariah 15,4 15,3
2 Unit Usaha Syariah 2,3 3,2
Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014
Berdasarkan Tabel 1.4 kelompok bank yang mengalami penurunan
komposisi Giro iB pada tahun 2013 adalah Bank Umum Syariah sebesar 15,3
triliun rupiah. Bank Umum Syariah yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan
pada tahun 2013 berjumlah sebelas bank yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
Muamalat Indonesia, BRI Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank
Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BJB Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria
Syariah dan MayBank Syariah Indonesia.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Market Share Produk Giro iB Bank Umum Syariah di Indonesia (dalam persen)
No Bank Umum Syariah Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bank Syariah Mandiri 22,17 24,99 22,17 13,57 13,33 2 Bank Muamalat Indonesia 19,17 6,54 9,37 12 14,67
3 BRI Syariah 15,36 5,16 5,21 5,51 4,13
4 Bank Mega Syariah 14,78 16 16,21 16,86 13,36
5 BNI Syariah 15,85 10,4 10,53 2,07 8,10
6 Bank Syariah Bukopin 12,68 2,13 1,94 1,85 3,86
7 Bank Panin Syariah 0 15 3,19 7,60 13
8 BJB Syariah 0 8,11 7,92 8,82 3,65
9 BCA Syariah 0 11,67 11,98 8,82 3,16
10 Bank Victoria Syariah 0 0 3,56 3,60 3,64
11 MayBank Syariah Indonesia 0 0 7,92 19,30 19,10 Sumber : Pengolahan Data berdasarkan Annual Report
Berdasarkan Tabel 1.5, enam dari sebelas BUS mengalami penurunan
persentase market share nasabah layanan Giro iB pada tahun 2013 yaitu Bank
MayBank Syariah Indonesia sebesar 0,20%, Syariah Mandiri sebesar 0,23%, BRI
Syariah sebesar 1,38%, Bank Mega Syariah sebesar 3,50%, BJB Syariah sebesar
sebagai kegagalan pemasaran, demikian juga keberhasilan bisnis seringkali diakui
sebagai kehebatan pemasaran.
António Pimenta da Gama (2011: 650), dalam hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa market performance is marketing assets e.g quality,
customer satisfaction, customer loyalty, brand equity, market share. Peneliti
menerjemahkan kinerja permasaran merupakan aset pemasaran seperti kualitas,
kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, ekuitas merek dan market share.
Sebagai hasil dari kinerja pemasaran, market share dapat diartikan sebagai pasar
yang dikuasai oleh suatu perusahaan atau presentasi penjualan suatu perusahaan
terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu.
Dalam hal ini, pemasaran merupakan proses bagaimana mengidentifikasi
kebutuhan nasabah, menyediakan layanan yang dibutuhkan nasabah dan
meyakinkannya bahwa nasabah memerlukan Giro iB sehingga terjadi transaksi
antara bank umum syariah dengan nasabah.
Malaysian Islamic Bank Act dalam Muhammad Mohsin Butt and
Muhammad Aftab (2013: 6), mendefinisikan bahwa Islamic banking is any
business whose objective and operations do not mix elements that are forbidden in
Islam. Peneliti menerjemahkan perbankan syariah adalah bisnis yang bertujuan
dan beroperasi dengan tidak memasukan elemen yang dilarang dalam Islam.
Apabila telah dipahami bahwa hukum bisnis dalam Islam adalah halal, maka hal
yang seharusnya dikenali adalah hal-hal yang menjadikan sebuah bisnis haram.
Perbankan syariah mengambil alih bisnis layanan Giro untuk berada dalam aturan
shariah yaitu terhindar dari riba (bertambah atau berkembang) dan ghahar.
Menurut Veithzal Rivai Zainal dkk (2013: 217), riba adalah penambahan
pada harta dalam akad tukar menukar tanpa adanya imbalan atau pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ghahar adalah jual beli yang
mengandung unsur penipuan karena tidak adanya kejelasan suatu barang baik dari
sisi harga, kualitas, kuantitas maupun keberadaannya. Disamping itu, perbankan
syariah yang beroperasi di Indonesia identik dengan menggunakan nama dan
mencantumkan label berbahasa Arab yaitu pada produk dan layanan yang sudah
kepercayaan dan keyakinan nasabah. Dalam praktek pemasaran ditujukan untuk
menciptakan nilai dan membangun hubungan dengan nasabah.
Nasabah menyadari bahwa Bank Umum Syariah harus menunjukkan
relevansi layanan Giro iB yang bebas dari riba dan gharar. Idealisme ini sama
dengan pendapat Sulaiman Abdullah Saif Al Nasser and Datin Dr Joriah
Muhammed (2013: 80), menyebutkan two basic principles behind Islamic
banking are the sharing of profit and loss and, significantly, the prohibition of the
collection and payment of interest. Peneliti menerjemahkan bahwa dua prinsip
dasar dalam perbankan syariah adalah bagi hasil dan tidak diperbolehkan
mengumpulkan pembayaran dari bunga.
Muslim Amin (2013: 142), hasil penelitiannya menunjukan bahwa clients
want to feel that they can trust Islamic banks with their investments, and at the
same time, trust that Islamic banks genuinely comply with sharia principles which
prohibit riba, speculation, and undue risk among others. Peneliti menerjemahkan
bahwa nasabah memberikan kepercayaan kepada perbankan syariah untuk
keamanan investasinya dikarenakan sesuai dengan prinsip Islam yaitu tidak ada
riba, spekulasi dan resiko lain yang tidak semestinya. Urban dalam Rima M.Bizri
(2014: 133), hasil penelitiannya menunjukan bahwa trust was found to be a factor
in making the purchasing decision. Peneliti menerjemahkan bahwa kepercayaan
dinyatakan sebagai faktor dalam keputusan pembelian. Newell dan Goldsmith
dalam Sadia Jahanzeb et.al (2013: 130), menyebutkan bahwa consumer
perception of a corporation credibility an important role in influencing attitudes
towards its advertisements, products and resulting purchase decisions. Peneliti
menerjemahkan bahwa persepsi konsumen tentang kredibilitas perusahaan
berperan penting dalam mempengaruhi sikap terhadap iklan, produk dan hasil
keputusan pembelian.
Hameedah Sayani dan Hela Miniaoui (2013: 211), dalam hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa the positive image of Islamic banks is
associated with religious factors. Peneliti menerjemahkan bahwa citra yang baik
pada perbankan syariah adalah hubungan dengan faktor agama. Erol et.al dalam
factors that could possibly contribute towards customer purchasing of Islamic
banks, found that relative price, efficient services, convenience, confidentiality,
cost or benefit, bank’s reputation and image also contribute towards customer
purchasing behaviour. Peneliti menerjemahkan bahwa faktor-faktor yang
mungkin berkontribusi mempengaruhi nasabah perbankan syariah adalah harga,
pelayanan yang efisien, kenyamanan, biaya atau manfaat, reputasi bank dan citra
yang juga mempengaruhi perilaku pembelian pada nasabah.
Umer Shehzad et.al (2014: 72), dalam hasil penelitiannya menunjukan
bahwa brand image or brand name has significant positive relationship with
consumer buying behavior. Peneliti menerjemahkan bahwa citra merek atau nama
merek secara positif dan signifikan berhubungan dengan perilaku pembelian
konsumen. Bank Umum Syariah perlu memperkenalkan citra sebagai bank yang
kepatuhan pada hukum bisnis Islam yaitu dapat melindungi dan dipercaya
memberikan layanan transaksi keuangan bagi.
Bulent Menguc et.al (2012: 1), berdasarkan hasil penelitiannya
menunjukan bahwa semakin besar tim pemasaran maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan konsumen yang berpengaruh terhadap kinerja hubungan pelanggan.
Natalia Kolyesnikova (2008: 28), dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa
objective knowledge is positively related to the use of physical purchase venues .
Peneliti menerjemahkan bahwa pengetahuan objektif memiliki hubungan positif
dengan penggunaan tempat pembelian fisik. Francisco J. Mesías Díaz (2012: 318),
berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat pengaruh tingkat
pengetahuan konsumen terhadap konsumsi dan kesediaan membayar premi
produk. Eko Yuliawan (2011: 21), berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan
bahwa pengetahuan konsumen berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Aakriti
Chaudhry (2014: 219), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa consumer
knowledge may have an impact on people’s behaviour when it comes to purchasing.
Peneliti menerjemahkan bahwa pengetahuan konsumen dapat mempengaruhi perilaku
pembelian ketika akan melakukan pembelian.
Berdasarkan pengamatan masalah yang sedang dihadapi Bank Umum
melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan nasabah dan citra merek
terhadap keputusan menggunakan layanan. Survei dalam penelitian ini, akan
dilakukan pada nasabah individu yang menggunakan layanan Giro iB wadiah di
Kota Bandung.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan faktor penentu keputusan menggunakan layanan yang
ditentukan pada tahap pendahuluan yaitu citra merek dan pengetahuan nasabah,
maka peneliti menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan
layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?
2. Apakah pengetahuan nasabah berpengaruh terhadap keputusan menggunakan
layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?
3. Apakah pengetahuan nasabah berpengaruh terhadap citra merek Giro iB
wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?
4. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan menggunakan layanan
Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, peneliti memiliki
tujuan peneltian untuk:
1. Mengetahui pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan
layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.
2. Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan
menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.
3. Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap citra merek Giro iB
wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.
4. Menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan
Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan
penelitian, peneliti berharap penelitian yang dilakukan memberikan kegunaan
1. Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu
pemasaran khususnya teori pengetahuan konsumen, citra merek dan keputusan
pembelian.
2. Praktis
Memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh pengetahuan nasabah
dan citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB Wadiah
Bank Umum Syariah di Kota Bandung sehingga dapat meningkatkan market
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Malhotra dalam Dwi Suhartanto (2014: 69) mendefinisikan desain
penelitian dalam konteks pemasaran sebagai kerangka atau cetak biru untuk
melakukan sebuah penelitian pemasaran. Lebih jauh, desain penelitian harus
menjelaskan prosedur yang dibutuhkan untuk membantu memecahkan masalah
pemasaran. Sebab pola pikir objektif yang bersifat rasional dan empiris akan
memposisikan masalah pemasaran dan mencari tahu penyebabnya sehingga tidak
terjadi pengulangan masalah. Maka, dalam merumuskan desain penelitian perlu
menyeimbangkan perspektif dari pembuat keputusan pemasaran maupun target
responden.
Desain penelitian yang akan digunakan peneliti ditujukan untuk membantu
memecahkan masalah rendahnya market share layanan Giro iB adalah desain
kausal. Dwi Suhartanto (2014: 69) mendefinisikan desain kausal sebagai suatu
desain untuk mengumpulkan dan membuat struktur data yang memungkinkan
peneliti memahami hubungan sebab akibat dari beberapa variabel yang sedang
diteliti. Desain penelitian kausal dilakukan karena adanya kesadaran dari pembuat
keputusan yang bersifat sebab akibat tanpa didasari dengan studi terlebih dahulu
kemungkinan besar akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Dwi Suhartanto (2010: 231), mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan
sesuatu (orang, barang maupun organisasi) yang memiliki karakteristik sama.
Populasi bukan hanya sejumlah orang tetapi juga objek dan benda alam yang lain.
Populasi bukan hanya jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari
tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia tentang Statistik Perbankan Syariah Agustus
2013 yang di publikasikan dalam (www.bi.go.id), nasabah Giro iB di Kodya
3.2.2 Sampel
Dwi Suhartanto (2014: 231), mendefinisikan sampel sebagai bagian dari
populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena jumlah populasi yang besar
sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti seluruh jumlah pupulasi.
Hal yang dipelajari dalam sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena
itu sampel yang akan diteliti dari populasi harus representatif (mewakili). Apabila
sampel tidak representatif kemungkinan hasil penelitian untuk salah cukup besar.
Peneliti berharap mendapatkan sampel yang mempunyai keterwakilan populasi
yang tinggi.
Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus 3.1
Issac dan Michael untuk tingkat kesalahan 5%. Rumus ini digunakan ketika
karakteristik dari populasi tidak diketahui tetapi besarnya populasi diketahui.
Keterangan:
: Jumlah sampel
N : Populasi
P = Q : 0,5
d : 0,05
dengan dk=1 pada taraf kesalahan bisa 1%, 5% dan 10%
Sumber: Sugiyono (2006: 126)
Maka,
Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus yang dikembangkan dari
Issac dan Michael, ukuran sampel sebanyak 96 nasabah individu layanan Giro iB
wadiah.
Untuk mendapatkan sampel yang mempunyai keterwakilan populasi yang
tinggi peneliti harus melakukan sampling dengan benar. Dwi Suhartanto (2014:
231), mendefinisikan sampling sebagai suatu proses pemilihan sejumlah atau
sebagian dari populasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan tentang
sesuatu dari populasi. Hal mendasar dari proses penentuan sampling dalam
penelitian ini adalah menentukan karakteristik individu atau sesuatu.
Desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
probabilitas. Dwi Suhartanto (2014: 235), menyatakan bahwa dalam sampling
probabilitas setiap elemen populasi diketahui kemungkinannya terpilih sebagai
sampel. Sampel dipilih sehingga setiap item atau orang yang ada dalam populasi
memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih. Sampel ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling dimana pada teknik ini penentuan
sampel diambil dengan pertimbangan tertentu yaitu:
1. Telah menggunakan layanan Giro iB wadiah sekurang-kurangnya sejak tahun
2013.
2. Berdomisili di Kota Bandung.
3. Tercatat sebagai nasabah individu atau perorangan layanan Giro iB wadiah.
4. Tercatat sebagai salah satu nasabah Bank Umum Syariah yang sedang
mengalami penurunan market share Giro iB.
5. Bank Umum Syariah memiliki Kantor Cabang di Kota Bandung, yaitu BSM,
BRIS, BMS, BJBS dan BCAS.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Kerlinger dalam Sugiyono (2006: 61), mendefinisikan bahwa variabel
adalah konstrak (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Secara teoritis variabel
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang emiliki variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Suatu objek dinamakan variabel apabila memiliki variasi, maka
penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber atau data objek yang
bervariasi. Operasionalisasi variabel berguna untuk memberikan pengertian yang
benar tentang variabel yang terdapat dalam penelitian. Untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam memberikan dan mengartikan kalimat judul dan
variabel-variabel penelitian, maka variabel-variabelnya akan dijabarkan sebagai
1. Variabel Independen
Dwi Suhartanto (2014: 56), mendefinisikan variabel independen sebagai
variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun
negatif. Jika ada variabel independen, maka variabel dependen juga ada karena
variance variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Sugiyono
(2006: 61), menyebutkan bahwa dalam Structural Equation Modeling variabel
independen disebut sebagai variabel eksogen. Variabel eksogen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan nasabah.
2. Variabel Dependen
Dwi Suhartanto (2014: 56), mendefinisikan variabel dependen sebagai pusat
perhatian peneliti. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Sugiyono (2006: 61),
menyebutkan bahwa dalam Structural Equation Modeling variabel independen
disebut sebagai variabel endogen. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Dimensi Indikator Ukuran Skala
Pengukuran adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
Pengetahuan Produk (X1.1)
1. Mengetahui kelas layanan 2. Mengetahui akad layanan 3. Mengetahui fitur layanan 4. Mengetahui merek layanan
1. Tingkat pengetahuan kelas layanan 2. Tingkat pengetahuan akad layanan 3. Tingkat pengetahuan fitur layanan 4. Tingkat pengetahuan merek layanan
Interval
Pengetahuan Pembelian (X1.2)
1. Mengetahui lokasi kantor cabang.
2. Mengetahui penyedia layanan
1. Tingkat pengetahuan lokasi kantor cabang.
2. Tingkat pengetahuan penyedia layanan kliring.
3. Tingkat pengetahuan waktu penyedia layanan kliring.
2. Mengetahui perceived physical risk Giro iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan.
3. Mengetahui manfaat psikososial Giro iB.
4. Mengetahui perceived psycological
risk Giro iB sebagai konsekuensi
yang tidak diinginkan.
1. Tingkat pengetahuan manfaat fungsional Giro iB.
2. Tingkat pengetahuan perceived physical
risk Giro iB sebagai konsekuensi yang
tidak diinginkan.
3. Tingkat pengetahuan manfaat psikososial Giro iB.
4. Tingkat pengetahuan perceived
psycological risk Giro iB sebagai
konsekuensi yang tidak diinginkan.
Citra Merek dirasakan oleh konsumen
yang merupakan persepsi konsumen pada atribut abstrak.
2. Merek dapat mengingatkan emosional konsumen pada pengalaman.
1. Tingkat kekuatan merek dalam mengingatkan persepsi konsumen pada atribut abstrak.
2. Tingkat kekuatan merek dalam mengingatkan emosional konsumen pada pengalaman.
Interval
Brand Value (X2.2) 1. Merek Giro iB memenuhi kebutuhan nasabah.
2. Merek Giro iB untuk memenuhi keinginan nasabah.
1. Tingkat kemampuan merek Giro iB dalam memenuhi kebutuhan nasabah. 2. Tingkat kemampuan merek Giro iB
dalam memenuhi keinginan nasabah.
Interval
Brand Positioning (X2.3)
1. Merek memberikan kesadaran pada konsumen atas merek yang tidak otentik.
2. Merek memiliki keunikan sehingga didengar dan diperhatikan konsumen. 3. Merek memiliki kemampuan
untuk menepati janji dan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
1. Tingkat kemampuan merek memberikan kesadaran pada konsumen atas merek yang tidak otentik.
2. Tingkat keunikan merek sehingga didengar dan diperhatikan
konsumen.
3. Tingkat kemampuan untuk menepati janji dan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Keputusan adalah sikap seseorang untuk membeli atau menggunakan suatu produk baik berupa barang atau jasa yang
diyakini akan
memuaskan dirinya dan kesediaan menanggung
2. Sesuai manfaat yang diinginkan nasabah.
1. Tingkat pertimbangan kualitas Giro iB. 2. Tingkat kesesuaian manfaat yang
diinginkan nasabah.
Interval
Pemilihan merek (Y2)
1. Popularitas merek Giro iB. 2. Kesesuaian merek Giro iB dengan
persepsi yang diharapkan nasabah.
1. Tingkat popularitas merek Giro iB. 2. Tingkat kesesuaian merek Giro iB
dengan persepsi yang diharapkan nasabah.
Interval
Pemilihan dealer (Y3)
1. Kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.
2. Keamanan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.
1. Tingkat kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.
2. Tingkat keamanan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.
Interval
Jumlah pembelian (Y4)
1. Frekuensi transaksi perbankan.
2. Limit nominal dalam setiap transaksi Giro iB.
1. Tingkat pertimbangan frekuensi transaksi perbankan.
2. Tingkat pertimbangan limit nominal dalam setiap transaksi Giro iB.
Interval
Waktu pembelian (Y5)
1. Waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB.
2. Fleksibilitas transaksi Giro iB.
1. Tingkat pertimbangan waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB. 2. Tingkat fleksibilitas transaksi Giro iB.
Interval
Cara pembayaran (Y6)
1. Kesesuaian biaya yang harus dikorbankan.
2. Kesesuaian fasilitas tambahan dengan layanan Giro iB yang digunakan.
1. Tingkat kesesuaian biaya yang harus dikorbankan.
2. Tingkat kesesuaian fasilitas tambahan dengan layanan Giro iB yang
digunakan.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2006: 148), mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena disebut sebagai variabel penelitian. Pada
prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam dengan menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian yang perlu diuji reliabilitas
dan validitasnya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Hair et.al
dalam Dwi Suhartanto (2014: 203), kuesioner adalah framework formal yang
terdiri atas satu set pertanyaan serta skala yang digunakan untuk mendapatkan
data mentah. Oleh sebab itu, kuesioner merupakan instrumen penting karena
terkait dengan data mentah yang akan dianalisis.
3.4.2 Skala Pengukuran
Salah satu hal yang penting untuk dipahami dalam mempelajari perilaku
konsumen adalah sikap. Skala pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur
variabel penelitian adalah skala likert. Dwi Suhartanto (2014: 189), menyatakan
bahwa skala likert meminta responden untuk merespon sejauh mana mereka
setuju atau tidak setuju tentang suatu objek yang mereka persepsikan. Skala likert
sangat populer dalam penelitian bidang pemasaran khususnya terkait dengan
pengukuran sikap konsumen karena mudah dimodifikasi dan diadaptasi sehingga
penggunaannya bervariasi. Peneliti akan memperlakukan skala ini sebagai skala
interval.
Dwi Suhartanto (2014: 174), mendefinisikan skala interval sebagai skala
yang memungkinkan peneliti untuk melakukan perhitungan aritmatik atas data
yang dikumpulkan dari responden. Meskipun skala interval menggunakan nilai
nol, nilai tersebut bersifat berubah-rubah (arbitary). Pada skala interval,
memungkinkan peneliti menggunakan skala nominal dan ordinal dengan
lain, skala interval tidak hanya mengelompokan dan memberi peringkat suatu
individu.
3.4.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 217), menyatakan bahwa
uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Instrumen yang dinyatakan valid merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang benar. Untuk menghitung validitas alat ukur
digunakan rumus 3.2 Pearson Product Moment sebagai berikut:
Keterangan:
: Koefisien korelasi ∑ : Jumlah skor item
∑ : Jumlah skor total (seluruh item) N : Jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan rumus 3.3 Uji-t sebagai berikut:
Keterangan:
t : Signifikasi
r : Koefisiensi kolerasi antara variabel
n : Banyak subjek (responden)
db : Derajat bebas
Keputusan dari pengujian validitas instrumen penelitian adalah dinyatakan
signifikan apabila nilai . Nilai pada
batas kesalahan 5%.
√
√
∑ ∑ ∑
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Intrumen Penelitian
Item rvalue rtabel tvalue ttabel Keterangan
1 0,557 0,361 3,551 1,701 Valid
2 0,451 0,361 2,675 1,701 Valid
3 0,381 0,361 2,179 1,701 Valid
4 0,495 0,361 3,017 1,701 Valid
5 0,576 0,361 3,731 1,701 Valid
6 0,493 0,361 2,997 1,701 Valid
7 0,503 0,361 3,077 1,701 Valid
8 0,505 0,361 3,099 1,701 Valid
9 0,603 0,361 3,995 1,701 Valid
10 0,565 0,361 3,627 1,701 Valid
11 0,418 0,361 2,435 1,701 Valid
12 0,598 0,361 3,948 1,701 Valid
13 0,441 0,361 2,600 1,701 Valid
14 0,656 0,361 4,598 1,701 Valid
15 0,530 0,361 3,311 1,701 Valid
16 0,398 0,361 2,298 1,701 Valid
17 0,464 0,361 2,770 1,701 Valid
18 0,683 0,361 4,945 1,701 Valid
19 0,467 0,361 2,793 1,701 Valid
20 0,471 0,361 2,826 1,701 Valid
21 0,447 0,361 2,647 1,701 Valid
22 0,415 0,361 2,415 1,701 Valid
23 0,527 0,361 3,285 1,701 Valid
24 0,422 0,361 2,463 1,701 Valid
25 0,449 0,361 2,661 1,701 Valid
26 0,388 0,361 2,230 1,701 Valid
27 0,481 0,361 2,905 1,701 Valid
28 0,429 0,361 2,511 1,701 Valid
29 0,399 0,361 2,304 1,701 Valid
30 0,422 0,361 2,466 1,701 Valid
31 0,419 0,361 2,443 1,701 Valid
Sumber: Pengolahan data primer (2015); n= 30
Berdasarkan Tabel 3.2 hasil uji coba validitas intrumen penelitian terhadap
30 responden, terdapat 31 item pernyataan yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan nasabah, tingkat citra merek dan tingkat pertimbangan
keputusan menggunakan layanan. Item pertanyaan seluruhnya dapat mewakili
Pada item yang dinyatakan valid untuk mengukur tingkat pengetahuan
nasabah, peneliti mengelompokannya ke dalam ranah pengetahuan intelektual
atau domain kognitif sebagai perilaku konsumen. Perubahan perilaku yang telah
direncanakan secara sistematis oleh pemasar sebagai akibat pengalaman
menggunakan layanan Giro iB dapat diukur melalui proses evaluasi dengan cara
item tes benar salah. Sukardi (2008: 123), item tes betul salah lebih tepat untuk
mengungkap ingatan. Dalam mengevaluasi item, minimal ada dua aspek yang
perlu dipertimbangkan oleh seorang evaluator. Kedua aspek utama tersebut,
adalah:
1. Tingkat Kesulitan
Sukardi (2008: 136), tingkat kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan
item adalah angka yang menunjukan proporsi responden yang menjawab benar
dalam suatu pernyataan yang dilakukan dengan menggunakan tes objekif.
Tingkat kesulitan tes item pada umumnya ditujukan dengan persentase
responden yang menjawab item pernyataan dengan benar. Semakin tinggi nilai
IK berarti semakin mudah item bagi responden yang dievaluasi. Kesulitan item
mengikuti rumus 3.4 Tingkat Kesulitan sebagai berikut:
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran item
Rupper : Jumlah jawaban yang benar dari nomor yang bersangkutan dari
kelompok atas.
Rlower : Jumlah jawaban yang benar dari nomor yang bersangkutan dari
kelompok bawah.
Nupper : Responden kelompok atas
Nlower : Responden kelompok bawah
2. Nilai Pembeda
Daryanto dan Slameto dalam Sukardi (2008: 138), nilai pembeda atau disebut
juga indeks pembeda merupakan kemampuan suatu item dalam membedakan
antara responden yang berhasil dengan responden yang kurang berhasil. Indeks
pembeda suatu tes pada umumnya memiliki angka baku yang besarnya 0,40.
Nilai pembeda mengikuti rumus 3.5 Indeks Pembeda sebagai berikut:
Keterangan:
IP : Indeks pembeda item
Rupper : Jumlah siswa yang menjawab benar pada grup atas
Rlower : Jumlah siswa yang menjawab benar pada grup bawah
T : Total responden yang mengikuti tes
Tabel 3.3
Hasil Uji Tingkat Kesulitan dan Nilai Pembeda Instrumen Penelitian Untuk Mengukur Pengetahuan Nasabah Tentang Giro iB
Item Tingkat Kesulitan Nilai Pembeda
IK Keterangan IP Keterangan
1 0,35 Sulit 0,70 Cukup baik
2 0,40 Sulit 0,80 Baik
3 0,45 Cukup sulit 0,90 Baik
4 0,35 Sulit 0,70 Cukup baik
5 0,40 Sulit 0,80 Baik
6 0,40 Sulit 0,80 Baik
7 0,45 Cukup sulit 0,90 Baik
8 0,40 Sulit 0,80 Baik
9 0,40 Sulit 0,80 Baik
10 0,40 Sulit 0,80 Baik
11 0,25 Sulit 0,50 Cukup baik
12 0,40 Sulit 0,80 Baik
Sumber: Pengolahan data primer (2015)
Berdasarkan tabel 3.3, item soal untuk mengukur tingkat pengetahuan
nasabah tentang Giro iB memiliki tingkat kesulitan cukup sulit dan sulit serta
memiliki nilai pembeda cukup baik dan baik.
3.4.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 220), menyatakan bahwa
uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keajegan atau
keandalan) alat pengumpul data yang digunakan. Instrumen penelitian dinyatakan
reliabel apabila nilai Menghitung nilai reliabilitas
dengan rumus 3.6 Spearman Brown sebagai berikut:
dimana,
maka,
1. Reliabilitas intrumen penelitian variabel pengetahuan nasabah
√[ ] [ ]
2. Reliabilitas intrumen penelitian variabel citra merek
√[ ] [ ]
3. Reliabilitas intrumen penelitian variabel keputusan menggunakan layanan
√[ ] [ ]
(∑ ) (∑ ) (∑ )
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian
Variabel rvalue rtabel Keterangan
Pengetahuan nasabah 0,823 0,361 Reliabel
Citra merek 0,854 0,361 Reliabel
Keputusan menggunakan layanan 0,721 0,361 Reliabel Sumber: Pengolahan data primer (2015); n = 30
Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa nilai r11 pengetahuan nasabah
sebesar 0,823 artinya item pernyataan yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat pengtahuan nasabah memiliki tingkat keajegan sangat tinggi. Nilai r11
citra merek sebesar 0,854 artinya item pernyataan yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat citra merek memiliki tingkat keajegan sangat tinggi. Nilai r11
pengetahuan nasabah sebesar 0,721 artinya item pernyataan yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat pertimbangan keputusan menggunakan layanan memiliki
tingkat keajegan tinggi. Interpretasi koefisien kolerasi disesuaikan dengan
pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 220), interval koefisien
0,6 – 0,799 memiliki tingkat hubungan tinggi dan interval koefisien 0,8 – 1,0
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Ukuran Pernyataan Tingkat Nomor Item
Pengetahuan Nasabah (X1)
Pengetahuan Produk (X1.1)
1.1.1Tingkat pengetahuan kelas Giro iB.
1.1.2Tingkat pengetahuan akad Giro iB.
1.1.3Tingkat pengetahuan fitur Giro iB.
1.1.4Tingkat pengetahuan merek Giro iB.
Perbankan menyediakan produk Giro iB yang termasuk dalam kodifikasi pembiayaan.
Jawaban: Salah (Pendanaan)
Salah satu akad yang digunakan dalam produk Giro iB adalah wadiah yad ijarah yang lebih dikenal dengan wadiah.
Jawaban: Salah (wadiah yad dhamanah)
Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah adalah fitur Giro iB dengan akad wadiah. Jawaban: Benar
iB memiliki arti islam banking. Jawaban: Salah (islamic banking)
1.2.1Tingkat pengetahuan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah penyedia Giro iB.
1.2.2Tingkat pengetahuan
penyedia layanan kliring Giro iB.
1.2.3Tingkat pengetahuan waktu penyedia layanan kliring Giro iB.
Giro iB dapat ditemukan pada setiap Unit Usaha Syariah, Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Jawaban: Salah (UUS dan BUS)
Kliring dapat dilakukan di Bank Indonesia atau bank lainnya yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Jawaban: Benar
Waktu layanan kliring bagi nasabah Giro iB dapat dilakukan selama jam operasional.
Jawaban: Salah (Sesi 2 hanya melayani maksimal pukul 14.00 wib).
5
6
1.2.4Tingkat pengetahuan
kelengkapan dokumen
pembukaan rekening Giro iB.
Persyaratan untuk membuat rekening Giro iB perorangan adalah KTP, NPWP, Akta Pendirian Perusahaan, Surat Referensi dan minimal nominal setoran awal.
manfaat fungsional Giro iB.
1.1.2Tingkat pengetahuan
perceived physical risk Giro
iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan.
1.1.3Tingkat pengetahuan
manfaat psikososial Giro iB.
1.1.4Tingkat pengetahuan
perceived psycological risk
Giro iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan
Giro iB dapat memperlancar aktifitas pembayaran dan atau penerimaan dana serta dapat memperoleh bonus atau bagi hasil pada
Nasabah Giro iB mendapat predikat nasabah khusus.
Jawaban: Benar (karena dapat melakukan transaksi dengan nominal di atas limit layanan pendanaan tabungan tertinggi)
Nasabah Giro iB akan mendapat sanksi dari Bank Indonesia berupa masuk kategori daftar hitam jika mengeluarkan cek atau bilyet giro kosong maksimal 2 kali.
Jawaban: Salah (maksimal 3 kali)
9
10
11
Citra Merek (X2)
Brand Association
(X2.1)
2.1.1 Tingkat kekuatan merek
Giro iB untuk
mengingatkan persepsi nasabah pada atribut abstrak.
2.1.2 Tingkat kekuatan merek
Giro iB untuk
2.2.2 Tingkat kemampuan merek Giro iB untuk memenuhi keinginan nasabah.
Giro iB selalu memberi jaminan keamanan transaksi.
Giro iB menjadi rekomendasi terbaik dalam pengelolaan dana.
15
16
Brand Positioning
(X2.3)
2.3.1 Tingkat kemampuan merek Giro iB untuk memberikan kesadaran pada nasabah atas merek yang tidak otentik.
2.3.2 Tingkat keunikan merek Giro iB sehingga didengar dan diperhatikan nasabah. 2.3.3 Tingkat kemampuan merek
Giro iB dalam menepati janji dan memberikan
kepercayaan kepada
nasabah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.
Logo Giro iB menunjukan merek produk dan layanan perbankan syariah.
Merek Giro iB memberikan pandangan yang positif bagi nasabah.
Giro iB menunjukan merek yang mencerminkan gaya hidup Islami terpercaya dalam pengelolaan
dana.
17
18
Keputusan
manfaat yang diinginkan nasabah.
Kualitas Giro iB menjadi prioritas nasabah.
Transaksi Giro iB dapat dilakukan setiap saat
popularitas merek Giro iB.
2.2Tingkat pertimbangan
kesesuaian merek Giro iB
dengan persepsi yang
diharapkan nasabah.
Giro iB pada bank terkenal menjadi priotitas nasabah.
Layanan Giro iB yang digunakan sesuai dengan syariah Islam.
kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.
3.2Tingkat pertimbangan
keamanan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah keamanan.
Lokasi bank tidak jauh dari rumah nasabah.
Lokasi bank berada pada kawasan bebas
4.2Tingkat pertimbangan limit nominal dalam setiap transaksi Giro iB.
Nasabah sering melakukan transaksi
pengelolaan dana.
Giro iB memberikan alternatif transaksi nominal diatas limit rekening biasa.
26
27
Waktu pembelian (Y5)
5.1Tingkat pertimbangan waktu
yang dihabiskan untuk
transaksi Giro iB.
5.2Tingkat pertimbangan
fleksibilitas transaksi Giro iB.
Waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB.
Masa aktif dan tenggang waktu penawaran cek maupun bilyet giro relatif lama.
28
Cara pembayaran (Y6)
1.1 Tingkat pertimbangan
kesesuaian biaya yang harus
dikorbankan dalam
menggunakan Giro iB
dengan kemampuan nasabah.
1.2 Kesesuaian fasilitas
tambahan dengan layanan Giro iB yang digunakan.
Biaya administrasi pengelolaan rekening Giro iB masih terjangkau.
Tersedia fasilitas tambahan bagi nasabah Giro iB seperti kartu ATM sekaligus debit, sistem
online real time dan layanan kliring.
30
3.5 Teknik Analisis Data
Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah
pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari
data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitian akan segera
diketahui. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Statistik selalu berhubungan dengan cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan,
analisis, penarikan kesimpulan serta pembuatan kesimpulan yang cukup beralasan
berdasarkan fakta dan analisis yang dilakukan.
Analisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling
berbasis varian. SEM digunakan dalam penelitian ini karena peneliti akan
menguji pengaruh variabel eksogen terhadap dua variabel endogen secara satu
arah. Disamping itu pengaruh eksogen dan endogen bisa secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan mediasi. Wright dalam Jogiyanto (2011: 47)
menyebutkan bahwa SEM adalah suatu teknik statistika untuk menguji dan
mengestimasi hubungan kausal dengan mengintegrasikan analisis faktor dan
analisis jalur.
Metode statistika SEM berbasis varian yang digunakan adalah Partial
Least Square sebab peneliti memiliki masalah dengan ukuran sampel penelitian <
100. Aplikasi software yang akan digunakan adalah SmartPLS 3.0 yang dibuat
oleh Joe F. Hair dari Kennesaw State University, USA.
3.5.1 Asumsi Pasrtial Least Square – Structural Equation Modeling
Jonathan Sarwono (2014: 7) menjelaskan beberapa asumsi yang
diperlukan dalam PLS-SEM sebagai berikut:
1. Tidak mengharuskan mengikuti semua asumsi normalitas karena tidak
memperlakukan data yang berbasis kovarian.
2. Dapat menggunakan ukuran sampel yang kecil berkisar 30 sampai dengan
100.
3. Tidak mengharuskan sampling probabilitas namun boleh menggunakan
sampling non probabilitas.
4. Memperbolehkan indikator formatif dalam mengukur variabel laten selain
Inner model
5. Memperbolehkan adanya variabel laten dikotomi.
6. Skala pengukuran yang digunakan boleh selain skala interval.
7. Tepat digunakan sebagai prosedur yang digunakan untuk mengembangkan
teori pada tahap awal.
8. Penggunaan pendekatan regresi lebih tepat.
9. Hanya diperbolehkan model recursive (sebab akibat).
10. Memungkinkan model sangat kompleks dengan banyak variabel laten dan
manifest.
3.5.2 Tahapan Umum Menggunakan SEM
Jogiyanto (2011: 52) menyatakan bahwa tahapan menggunakan SEM
adalah sebagai berikut:
1. Spesifikasi Model
Membangun model yang sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian dengan
landasan teori yang kuat. Berikut adalah model dalam penelitian yang akan
digunakan.
Gambar 3.1 Model PLS – SEM
2. Estimasi parameter
Komparasi matrik kovarian yang merepresentasi hubungan antar variabel dan
mengestimasinya ke dalam model yang paling sesuai (dalam PLS) yaitu
weighted least square.
3. Assesment of fit
Ekseskusi estimasi kesesuaian model dengan menggunakan parameter (dalam
PLS) yaitu Standardized Root Mean Residual (SRMR).
4. Modifikasi model
Mengembangkan model yang diuji di awal untuk meningkatkan Godness of fit
(GOF) model.
5. Interpretasi dan komunikasi
Interpretasi hasil pengujian statistika dan pengakuan bahwa konstruk yang
dibangun berdasarkan model yang paling sesuai.
6. Replikasi dan validasi ulang
Kemampuan model yang dimodifikasi untuk dapat direplikasi dan divalidasi
ulang sebelum hasil diinterpretasikan dan dikomunikasikan.
3.5.3 Evaluasi Model
3.5.3.1Outer Model atau Model Pengukuran
Hengky dan Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 67), evaluasi
model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan
reliabilitas model. Model pengukuran menghubungkan semua variabel manifest
(indikator) dengan variabel latennya (X1, X2 dan Y). Dalam kerangka PLS suatu
variabel manifest hanya dapat dihubungkan dengan satu variabel laten. Semua
variabel manifest yang dihubungkan dengan satu variabel laten disebut sebagai
suatu blok. Dengan demikian setiap variabel laten mempunyai blok variabel
manifest. Satu blok harus berisi setidaknya satu indikator. Cara suatu blok
dihubungkan dengan variabel laten dapat reflektif (variabel manifest berperan
sebagai indikator yang dipengaruhi oleh konsep yang sama melandasinya)
maupun formatif (variabel manifest yang membentuk atau menyebabkan
3.5.3.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas outer model dalam penelitian dapat menggunakan
validitas konvergen maupun validitas diskriminan. Validitas konvergen
berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk
seharusnya berkorelasi tinggi. Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh
dari dua instrumen yang berbeda mengukur konstruk yag sama mempunyai
kolerasi tinggi. Semakin tinggi nilai loading factor semakin penting peranan
loading dalam menginterpretasikan matrik faktor. Hengky dan Ghozali dalam
Andriyani Nenobais (2013: 63), menyebutkan bahwa ukuran reflektif pada tahap
awal pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 dianggap cukup. Namun
Jonathan Suwarno (2014: 11) menyatakan bahwa indikator reflektif sebaiknya
dihilangkan dari model pengukuran jika mempunyai nilai standardized loadings
bagian luar dibawah 0,4.
Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa
pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi.
Validitas diskriminan pada model pengukuran reflektif indikator dinilai
berdasarkan cross loadings pengukuran dengan konstruk. Nilai outer loading
dengan cross loading pada Run PLSAlgorithm menghasilkan nilai yang sama.
Andriyani Nenobais (2013: 67), menyebutkan bahwa discriminant validity yang
baik terpenuhi jika nilai akar Average Variance Extracted lebih besar dari pada
nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya (√ ).
3.5.3.1.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas outer model dimaksudkan untuk mengetahui apakah
kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Outer model yang
reliabel mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya. Dalam PLS-SEM
dengan menggunakan program SmartPLS 3.0 untuk mengukur reliabilitas suatu
konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan Cronbach’s Alpha
dan Composite Reliability yang biasa disebut dengan Dillon Goldstein’s.
Andriyani Nenobais (2013: 64), menyatakan bahwa penggunaan
Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai
halnya dengan pendapat Salisbury, Chin, Gopal dan Newsted dalam Jogiyanto
(2011: 72) bahwa composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi
konsistensi internal suatu konstruk. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah
nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan composite reliability mengukur nilai
sesungguhnya reliabilitas dalam suatu konstruk. Jonathan Sarwono (2014: 12)
menyebutkan bahwa Composite Reliability untuk konsistensi model pengukuran
disarankan > 0,6.
3.5.3.2Inner Model atau Model Struktural
Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 66), menyatakan bahwa inner
model menggambarkan hubungan antara variabel laten (X1, X2 dan Y)
berdasarkan teori substantif. Jogiyanto (2011: 72), menyatakan bahwa inner model
atau model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk
konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk uji
signifikansi antar konstruk dalam model struktural.
Tabel 3.6
Interpretasi Koefisien R-square Interval Koefisien Variabel Laten Endogenus
>0,19 Lemah
>0,33 Moderate
>0,67 Substansial
>0,7 Kuat
Sumber: Jonathan Sarwono (2014: 13)
Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model
penelitian yang diajukan. Nilai R-square atau varian yang dijelaskan pada variabel
dependen sebaiknya > 0,10. Nilai ini digunakan untuk menilai pengaruh variabel
eksogen terhadap variabel endogen secara substantif. Selain menggunakan R2,
model struktural dievaluasi dengan menggunakan:
1. f-square, digunakan untuk menilai besarnya pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Jogiyanto (2011: 129), ukuran efek dapat dihitung
dengan rumus 3.7 f:
Tabel 3.7
Interpretasi Koefisien f-square
Interval Koefisien Ukuran Pengaruh
> 0,02 Lemah
> 0,15 Menengah
> 0,35 Besar
Sumber: Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 66)
2. Jika diketahui konsep dasar analisis yang melibatkan variabel mediator, maka
perlu dilakukan uji peran mediator yang dapat diketahui dari nilai relative size.
Model analisis yang melibatkan variabel mediator adalah:
1) Fully mediation yaitu variabel independen tidak mampu mempengaruhi
secara signifikan variabel dependen tanpa melalui variabel mediator jika
nilai VAF > 0,8.
2) Partial mediation yaitu variabel independen mampu mempengaruhi secara
langsung variabel dependen tanpa melalui atau melibatkan variabel
mediator.
Untuk mencari nilai relative size dapat menggunakan rumus 3.8 Variance
Account For sebagai berikut:
3. Stoner-Geisser Q-square test, digunakan untuk mengukur relevansi prediksi
dapat dimodelkan dengan logika seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh
model dan juga estimasi parameternya. R-square variabel endogen dalam
model interpretasi Q-square sama dengan koefisien determinasi total pada
analisis jalur. Jonathan Sarwono (2014: 13), jika Q-square > 0 maka
menunjukkan bukti bahwa nilai-nilai yang diobservasi sudah direkonstruksi
dengan baik dan model memiliki relevansi prediktif. Pendekatan ini
menggunakan rumus 3.9 Q2 sebagai berikut:
3.5.4 Uji Hipotesis
Hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, harus terlebih dahulu diketahui istilah Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis
Penelitian (H1). Koefisien jalur diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least
Square menurut model strukturnya. Koefisien jalur dalam SEM-PLS adalah
koefisien regresi baku disebut Beta ( ). Hipotesis penelitian yang akan diuji
adalah:
Uji Hipotesis 1: Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan layanan.
Hipotesis statistik yang diajukan
H0 :
H1 :
Hipotesis kalimat yang diajukan
H0 : Pengetahuan nasabah tidak berpengaruh positif terhadap keputusan
menggunakan layanan.
H1 : Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan
layanan
Uji Hipotesis 2: Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap citra merek.
Hipotesis statistik yang diajukan
H0 :
H1 :
Hipotesis kalimat yang diajukan
H0 : Pengetahuan nasabah tidak berpengaruh positif terhadap citra merek.
H1 : Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap citra merek
Uji Hipotesis 3: Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan layanan.
Hipotesis statistik yang diajukan
H0 :
H1 :
Hipotesis kalimat yang diajukan
H0 : Citra merek tidak berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan
layanan.
Sebagai akhir dari analisis data yaitu penarikan kesimpulan. Penerimaan
H1 pada kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% dengan SEM-PLS akan
dinilai berdasarkan signifikansi model path antar konstruk dalam inner model