PEMBENTUKAN PERILAKU BERWIRAUSAHA PASCA PROGRAM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT (PKM) PADA PESERTA
KURSUS MENJAHIT DI LKP DRESS MAKING KOTA CIMAHI
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
Inri Suryani Pantow
NIM : 1201530
DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pembentukan Perilaku Berwirausaha Pasca
Program Pelatihan Kewirausahaan
Masyarakat (PKM) Pada Peserta Kursus
Menjahit Di LKP Dress Making Kota Cimahi
Oleh Inri Suryani Pantow
S.Pd Universitas Negeri Manado, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana UPI
© Inri Pantow 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
banyak terjadi penganguran. Salah satu upaya pemerintah dalam upaya mengatasi masalah tersebut melalui pendidikan dan pelatihan kewirausahaan masayarakat(PKM). Namun Pada kenyataanya peserta PKM tidak semua peserta berhasil berwirausaha, oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti upaya apa yang dilakukan oleh peserta pelatihan untuk dapat membuka usaha.Tujuanya yaitu: (1)Untuk melihat kompetensi berwirausaha pasca PKM,(2)Bagaiamana langakah-langkah pembentukan perilaku berwirausaha yang di lakukan,(3)Faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan prilaku berwirausaha,(4)Bentuk perubahan perilaku berwirausaha pasca program PKM.
Adapun teori dalam penelitian ini adalah teori tentang perubahan perilaku mengemukakan beberapa cara dalam membentuk perilaku. Untuk membentuk perilaku berwirausaha dilakukakan melalui kemandirian belajar. Dalam kemandirian belajar ada beberapa hal yang menjadi indikator pelaksanaan kemandirian belajar seperti yang di. Selanjutnya dalam membentuk perilaku ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan dan juga penghambat.
Penelitian ini menggunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Mix Method reaserch, dengan metode penelitian menggunakan model sequential explanatory, dimana menggunakan penelitian quantitatif pada tahap satu, dan penelitian kuantitatif pada tahap dua dengan penelitian kualitatif lebih di prioritaskan. Tekink pengumpulan data pada tahap 1 dengan analisis hasil post test peserta pelatihan, tahap II mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan data yang di peroleh dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Tempat penelitian ini di laksanakan di LKP Dress Making kota Cimahi, dengan subyek penelitian 3 orang peserta pelatihan (R1,R2, dan R3) dan trianggulasi data meliputi, penyelenggara program, keluarga peserta pelatihan/rekan kerja.
The lack of human resources and imbalance distribution of education in Indonesia cause the problems of unemployment. One of the attempts government has done to address the problems is entrepreneurship training and development for people. Unfortunately, only a few participants can succeed after such a training and development program. Thus, it is important to find out what efforts the participants should do after the training and development program that they are able to be successful entrepreneurs. The objectives of this research were: (1) To find out participant's competencies after entrepreneurship training and development program; (2) To find out the patterns shaping entrepreneurial behaviors; (3) To find out both supporting and refuting factors shaping entrepreneurial behaviors; (4) To find out the indicators of entrepreneurial behaviors after training and development program.
The theory employed in this research was the behavior change theory which explains some ways to shape behaviors. To shape entrepreneurial behaviors, people need independent learning. Regarding behavior formation theory, there are supporting and refuting factors. The formation of entrepreneurial behaviors can be clearly seen from the changes in participants’ life after the training and development program.
This research employed mix method approach using sequential explanatory in which using quantitative approach at the first stage and qualitative approach at the second stage. In this research, qualitative approach was more dominant than the other one. At the first stage, data collecting technique employed was participants' post test result after the program. At the second stage, data collecting techniques employed were interview, observation, document analysis. The site of the research was LKP Dress Making Kota Cimahi. Three respondents were chosen purposely who were initiated R1, R2, and R3. Head of LKP Dress-Making, respondents' family, and respondents' partners were also involved to triangulate the data.
DAFTAR ISI
E. Struktur Organisasi Tesis ... 15
BAB II Kajian Pustaka A. Hakikat Kursus Dan Pelatihan ... 16
B. Konsep Pelatihan Kecakan Hidup ( Life Skills) ... 36
C. Konsep Kewirausahaan ... 48
D. Perubahan Perilaku ... 59
E. Hakekat Belajar Dan Kemandirian Belajar ... 65
F. Kerangka Pemikiran ... 80
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain penelitian ... 81
B. Prosedur Penelitian ... 85
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 85
D. Teknik Pengumpulan Data ... 86
E. Teknik Analisis data ... 90
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lembaga Dan Program PKM ... 92
B. Hasil Penelitian ... 99
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi
A. Kesimpulan ... 170
B. Implikasi ... 173
C. Rekomendasi ... 173
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dan strategis dalam
mewujudkan SDM yang bermutu. Di era persaingan global ini pendidikan dituntut
untuk mampu menciptakan manusia yang berkualitas. Pendidikan menjadi dambaan
setiap warga negara, namun pada realisasinya masih banyak masyarakat yang tidak
dapat mewujudkannya. Pendidikan dapat di tempuh dengan berbagai macam cara,
jenis, dan sifatnya. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia melalui
program pendidikan dan pelatihan.
Pengembangan sumberdaya manusia dirasakan perlu dilakukan melalui
berbagai kegiatan-kegiatan untuk terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas.
Terkait dengan hal ini pemerintah melalui berbagai kebijakan pendidikan yang di
keluarkannya baik melalui jalur formal, nonformal maupun informal (UU RI NO 20
Tahun 2003).
Pendidikan merupakan bagian terpenting dan integral dari pembangunan
nasional yang memiliki nilai dan kekuatan strategis dalam pengembangan
sumberdaya manusia baik melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal atau
yang lebih di kenal dengan sistem persekolahan dan maupun pendidikan nonformal
atau leih di kenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Dalam kenyataanya,
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah di indonesia tidak hanya Kementerian
Pendidikan Nasional melainkan oleh kementerian lain bahkan di selenggarakan pula
oleh lembaga-lembaga ataupun organisasi kemasyarakatan.
Pendidikan merupakan salah satu program pembinaan yang mampu mencetak
manusia agar memiliki kedewasaan dalam menjalani kehidupannya dalam kaitannya
dengan pendidikan, UU Sisdiknas No 20 pasal 1 tahun 2003 menjelaskan sebagai
berikut:
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan memiliki
kedudukan yang penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki kedewasaan. Pendidikan juga memiliki peranan hakiki dalam pembangunan
suatu bangsa. Seperti yang dikemukakan Kartini Kartono (1998:1) bahwa “Pendidikan merupakan kunci pembuka usaha untuk meningkatkan taraf kecerdasan bangsa dan pembudayaan rakyat bisa menjadi cakap, susila, dan terampil selaku
subyek pembangunan”.
Rendahnya sumberdaya manusia tentunya akan mengakibatkan terbatasnya
lapangan pekerjaan, dan keterbatasan ini maka angka angkatan kerja yang belum
memiliki pekerjaan (pengangguran) semakin lama semakin meningkat apabila hal
tersebut tidak cepat di tangani oleh berbagai pihak. Pemberdayaan sumberdaya
manusia melalui pemberdayaan masyarakat melaui layanan pendidikan cara untuk
mengurangi anggka penganguran dan kemiskinan.
Melihat kenyataan sekrang di era globalisasi abad ke 21 ini, dunia pendidikan
di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar dimana sebagai akibat dari
krisis ekonomi, dunia ekonomi di tuntut agar mampu mempertahankan hasil-hasil
pembangunan pendidikan yang telah di capai. Dan untuk mengantisipasi era
globalisasi, dunia pendidikan di tuntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia
yang memiliki keterampilan sehingga mampu bersaing dalam pasar global, dan
sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan
penyesuaian Sistem Pendidikan Nasional sehingga dapat mewujudkan proses
pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan keadaan
daerah dan peserta didik, serta mendorong partisipasi masyarakat.
Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Republik indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 1 dan 2 berbunyi : (1)
Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap
Pendidikan Nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Melalui penyelenggaraan program-program Pendidikan Non Formal (PNF)
dengan menggunakan pendekatan pendidikan dilakukan pemerintah untuk memenuhi
keragaman, kualitas kebutuhan masyarakat, dan mengurangi angka penganguran,
selain itu untuk mengembangkan segala kompetensi, kemampuan, motivasi,
kesadaran diri dan kemandirian yang dimiliki oleh setiap individu masyarakat di
Indonesia agar berdayaguna, sesuai dengan tujuan pembangunan nasional untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang
adil dan makmur berdasarkan pancasila, agar terciptanya peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang memiliki tujuan untuk
mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Negara ini. Dijelaskan juga dalam tujuan
pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 bertujuan untuk
berkembangnya masyarakat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih lanjut
dijelaskan dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyatakan
bahwa jalur pendidikan, formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.
Untuk merealisasikan tujuan di atas, di perlukan suatu program layanan
pendidikan kursus dan pelatihan yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sehingga diharapkan peserta pelatihan atau warga belajar mempunyai
kompetensi serta mampu mengaplikasikan hasil belajarnya yang di tandai dengan
adanya perubahan taraf hidup yang mencakup memperoleh pekerjaan atau
wirausaha.
Pendidikan Non Formal adalah lembaga pemerintah yang berfungsi untuk
mewujudkan masyarakat yang memiliki kompetensi, keahlian, keterampilan, dan
ilmu pengetahuan. Bentuk program yang ditawarkan dalam Pendidikan Non Formal
dapat di jadikan salah satu solusi dalam mengembangkan dan membina warga belajar
dan/atau peserta pelatihan dalam upaya peningkatan kemampuan dan mutu sumber
daya manusia.
Menurut data BPS tahun tingkat pengangguran di Indonesia sangat
memprihatinkan. Dari hasil pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS)
angka pengangguran kelompok usia produktif ini mencapai 60,5 persen dari jumlah
pemuda yang ada. menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari 2013
tingkat pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 7.170.523 jiwa. Survei tersebut
diambil berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Jumlah pengangguran
untuk tingkat pendidikan SD saat ini mencapai 1.421.653 jiwa, SMP mencapai
1.822.395 jiwa, SLTA umum mencapai 1.841.545 jiwa, SLTA kejuruan saat ini
mencapai 847.052 jiwa. Adapun untuk tingkat pendidikan diploma I,II,III (akademi)
saat ini jumlah penganggurannya mencapai 192.762 jiwa serta jumlah pengganguran
pada tingkat pendidikan universitas saat ini mencapai 421.717 jiwa. Namun jumlah
pengangguran untuk masyarakat yang belum pernah mengeyam pendidikan saat ini
mencapai 109.865 jiwa. ( Sumber, BPS Tahun 2013 )
Pengangguran terjadi antara lain sebagai akibat dari lemahnya perencanaan
pendidikan. Di samping sebagai akibat dari lemahnya perencanaan pendidikan.
Disamping sebagai akibat langsung dinamika ekonomi masyarakat dan krisis
ekonomi yang di hadapi. Lemahnya perencanaan pendidikan yang dapat dilihat dari
ketidak sesuaian supply dan demand lulusan lembaga pendidikan. Ini dapat di lihat
langsung khususnya di wilayah perkotaan, dimana telah terjadi gap yang sangat lebar
antara keluaran, baik jumlah maupun kompetensi, dengan harapan lapangan kerja.
Sehingga gap ini menciptakan barisan pengangguran yang semakin panjang dari
tahun ketahun semakin panjang. (BP-PNFI, 2008 )
Kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan perlu untuk di selenggarakan
layanan pendidikan melalui pendidikan kecakapan hidup, dimana untuk membekali
warga belajar dengan keterampilan-keterampilan untuk mengembangkan diri dan
bekerja mencari nafkah. Hal ini sebagimana kedudukan dan fungsi Pendidikan Non
dan berkembang, memiliki penegetahuan dan keterampilan guna meningkatkan
martabat dan mutu kehidupannya, serta memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.
Upaya untuk dapat menghasilkan individu yang unggul dalam menemukan
formula yang tepat sehingga lembaga pendidikan di jadikan sebagai instrumen utama
proses kemanusiaan, yaitu menghargai dan memberi kebebasan untuk berpendapat
dan berekspresi, dimana keunggulan individu tidak lagi menjadi tolok ukur
keberhasilan output suatu lulusan namun keunggulan partisipatoris menjadi dasar
yang lebih kokoh dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul. (Tilaar,
2003, 63)
Pendidikan nonformal sebagimana yang tercantum dalam Sisdiknas No.20
Tahun 2003 terdiri dari berbagai program yaitu meliputi : pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan kecakapan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang di tujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5 disebutkan bahwa “ Kursus
dan pelatihan di selenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sika untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/ atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu lembaga kursus dan pelatihan sebagai bentuk
pendidikan berkelanjutan di harapkan mampu mengembangkan kemampuan peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standard kompetensi,
pengembangan sikap kewirausahaan, serta pengembangan kepribadian profesional.
Kursus adalah bagian dari pendidikan nonformal yang
program-programmnya di berikan bagi mereka yang membutuhkan layanan pendidikan, bagi
mereka yang belum ada kejelasan mengenai tempat kerjanya. Lembaga-lembaga
kursus yang selama ini ada, secara umum telah menghasilan warga belajar yang
trampil mengerjakan secara prosedural jenis keterampilan tertentu yang dapat di
jadikan modal usaha mandiri. Dengan kata lain lewat lembaga kursus peserta kursus
dapat di jadikan modal untuk bersaing mendapatkan pekerjaan atau mampu menjadi
individu yang menciptakan lepangan pekerjaannya sendiri.
Dalam program-program yang di laksanakannya pendidikan yang
berorientasi pada kecakapan untuk hidup tidak mengubah sistem pendidikan yang
ada dan juga tidak untuk mereduksi pendidikan hanya sebagai latihan kerja.
Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup justru memberikan
kesempatan kepada setiap warga belajarnya untuk memperoleh bekal keterampilan
atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya. Pendidikan
yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup juga tidak untuk mendikte. Lembaga
Pendidikan dan Pemerintah Daerah, menawarkan berbagai kemungkinan atau menu
yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi rill masyarakat, baik ditinjau dari
keberadaan warga belajarnya, maupun kehidupan masyarakat di sekitarnya. Salah
satu di upaya pemerintah adanya upaya pemerataan layanan pendidikan di seluruh
lapisan masyarakat, melalui kebijakan pendidikan yang berbasis masyarakat luas
(broad based education). Dalam rangka perluasan layanan pendidikan khususnya
yang berorientasi kecakapan hidup melalui pendekatan “Broad based education“
pemerintah dalam berbagai upaya untuk mewujudkannya salah satu nya melaui
Block Grant. Dimana pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mencari inovasi
perencanaan pendidikan yang berbasis masyarakat luas (Broad Based Education) dan
pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan untuk hidup (Life Skills). Block
grant merupakan suatu upaya pemerintah dalam bentuk pemberian dana bantuan
untuk dalam program-program perluasan layanan pendidikan.
Pendidikan yang berbasis masyarakat luas (Broad Based Education)
merupakan kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang sepenuhnya diperuntukkan
bagi lapisan masyarakat terbesar di negara kita. Dasar pemikiran penyelenggaraan
pendidikan yang berbasis masyarakat luas adalah kebutuhan riil dari lapisan
masyarakat terbesar, yaitu bahwa pendidikan harus menitik beratkan pada
penguasaan kecakapan untuk hidup.
Menurut Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga
berikan oleh pemerintah kepada suatu forum atau institusi tertentu dengan tujuan
untuk di manfaatkan secara optimal sesuai dengan pedoman yang telah di tetapkan
oleh pemerintah. Pemberian block grant dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran (seni budaya dan keterampilan, serta manajemen). Block grant di
gunakan untuk membiayai operasional berbagai program sesuai dengan tugas, fungsi,
dan tangung jawab. Pengeloaan block grant harus di lakukan secara transparan dan
akuntabel.
Melalui bantuan pemerintah inilah di harapkan pengembangan kecakapan
hidup akan lebih berkembang, khususnya pelaksanaannya pada lembaga-lembaga
kursus dan pelatihan. Sehingga setiap bantuan dana akan memberi manfaat yang
signifikan bagi warga belajar.
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program
dari pendidikan nonformal memiliki peran yang penting dalam rangka membekali
warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam
Pedoman Program Life Skills (2012:3) menggambarkan bahwa program pendidikan
kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada
peserta didik agar 1). Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha)
atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin
layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2) memiliki motivasi dan etos kerja
yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing
di pasar global, 3) memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan
untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya, 4) memiliki kesempatan
yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan
pendidikan di setiap lapisan masyarakat. Melalui kegiatan kecakapan hidup (life
skills) diharapkan dapat menanggulangi ketimpangan antara keadaan saat ini (jumlah
pengangguran) dengan keadaan yang diharapkan (berkurangnya jumlah
Menurut Dirjen PLS ( 2003 :6), hakikat pendidikan berorientasi kecakapan hidup bidang PLS adalah “ upaya untuk meningkakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan yang memungkinkan peserta didik dapat hidup mandiri”.
Konsep kecakapan hidup( life skills) memiliki cakupan luas berinteraksi antara
pengetahuan dan keterampilan yang di yakini sebagai unsure penting untuk hidup
lebih mandiri. Program keterampilan hidup mencakup: keterampilan kerja,
(occupational skills). Keterampilan pribadi dan social (personal/ social skills), serta
keterampilan hidup sehari-hari (daily living skills), program keterampilan hidup
dirancang untuk membimbing , melatih, dan membelajarkan warga belajar agar
memiliki bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang
dan tantangan yang ada (Dirjen PLS, 2002:3)
Dengan demikian pendidikan keterampilan hidup ( life skills) bermanfaat bagi
peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat dan
warga negara. Pendidikan luar sekolah merupakan sisi strategis dalam dunia
pendidikan dan dunia kerja. Sisi strategis tersebut perlu di dukung oleh model
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah yang mampu menghasilkan tenaga kerja
terampil dan mandiri serta mampu bersaing pada era global. Salah satu model yang
berkembang dan menjawab tantangan itu adalah program pendidikan keterampilan
hidup ( life skills) keterampilan hidup adalah konsep yang bertujuan memberi bekal
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis, serta perubahan sikap
dan perilaku pada seseorang untuk bekerja dan berusaha mandiri, sehingga dapat
membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang di
miliknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Konsep keterampilan hidup memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara
pengetahuan dan keterampilan yang di yakini sebahai unsur penting untuk hidup
mandiri. Pendidikan Non Formal melalui lembaga kursus dan pelatihan telah secara
nyata mengembangkan program pelatihan keterampilan hidup sangat terbatas, baik
Disadari bahwa dalam pengembangan program kecakapan hidup pada
program kursus di dapati ada begitu banyak kendala dalam mengembangkan
lulusannya, khususnya dengan kemampuan yang harus sesuai dengan standard yang
ada di dunia usaha dan industri. Hal ini sebagaimana yang di jelaskan oleh Tilaar
(2003) yaitu: pertama , tidak optimalnya penyerapan lulusan kursus pada lapangan
kerja yang ada yang mana masih ada lulusan kursus yang belum bekerja karena
ketatnya persaingan di dunia industri. Kedu, kualifikasi lulusan kursus masih belum
memenuhi standard industri, hal ini teridentifikasi pada saat peserta kursus mengikuti
magang pada perusahaan-perusahaan mitra. Ketiga, belum terciptanya kemitraan anatar lembaga kursus dan industri untuk menjembatani “gap” yang ada. Keempat, di butuhkan biaya besar untuk memenuhi kompetensi yang ada. Kesadaran dan
keinginan dari lembaga kursus untuk meningkatkan profesionalitas lembaga masih
tersandung oleh kendala dalam pembiayaan yang cukup besar.
Untuk menyikapi hal tersebut berbagai upaya terus di lakukan sehingga dapat
memenuhi standard kompetensi yang di tetapkan di dunia usaha dan industri. Untuk
mendukung hal ini perlu adanya dorongan dan motivasi baik dalam diri maupun dari
berbagai pihak untuk dapat melakukan pembelajaran secara mandiri oleh para
peserta, sehingga hasil pembelajaran dapat mengalami peningkatan serta hasil
pemebelajaran tersebut dapat memberikan perbaikan dalam diri peserta didik, tidak
hanya dari kopetensi yang bertambah namun juga dapat membentuk perilaku yang
siap bekerja.
Untuk dapat mengaplikasikan hasil pembelajaran peserta didik diaharapkan
akan mampu mengembangkan kemampuannya, warga belajar di harpakan memiliki
sikap mandiri. Baik dalam memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri maupun
melakukan proses pembelajaran secara mandiri. Kemandirian merupakan perilaku
yang aktivitasnya di arhkan pada diri sendiri serta tidak mengharapkan pengarahan
pada orang lain. Bahara (2008) mengemukakan bahwa kemandirian berasal dari kata
dasar diri yang mendapat awalan ke dan akhiran an yang membentuk suatu kata
keadaan atau kata benda. Kemandirian berasal dari kata diri, maka pembahsan
Pada Kehidupan manusia saat ini semakin dihadapkan dengan permasalahan
kompleks. Keadaan ini menuntut setiap individu untuk mampu memecahkan
permasalahan yang dihadapi tanpa harus tergantung dengan orang lain dan berani
menentukan sikap yang tepat. Salah satu aspek penting yang diperlukan adalah
mandiri dalam bersikap dan bertindak. Proses kemandirian di diperoleh lewat hasil
dari pembelajaran, dimana peserta didik mampu mengembangan hasil pembelajaran
yang di perolehnya sebelumnya, kemauan untuk mau berusaha serta mampu untuk
hidup lebih mandiri. Kemandirian belajar sangatlah berpengaruh, dimana dengan
adanya kemandirian belajar yang di lakukan oleh warga belajar akan mendukung
pengembangan pengetahuan dalam diri peserta untuk dapat mengembangkan
kemampuan yang sudah di peroleh dalam bidang menjahit dan mengembangkan
usaha. Dan juga dengan adanya kemandirian belajar yang di lakukan dapat
memberikan pengaruh dalam menjalankan usaha di kemudian hari.
Kegiatan belajar mandiri dapat diawali dengan kesadaran adanya masalah,
sehingga menimbulkan niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk
menguasai suatu kompetensi yang diperlukan guna mengatasi masalah. Kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan ataupun tanpa bantuan orang lain. Belajar mandiri
merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai
suatu kompetensi guna untuk menyelesaikan suatu masalah, hal tersebut dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan
kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu
belajar, tempat belajar, sumber belajar maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh
pembelajaran mandiri. Apabila motif yang mendorong kegiatan belajar adalah motif
untuk menguasai suatu kompetensi yang diinginkan maka pembelajar sedang
memiliki kemandirian belajar.
Berdasarkan studi pendahuluan, pendidikan kecakapan hidup bidang Tata
Busana menjahit pakaian wanita dan anak yang di laksanakan oleh LKP DRESS
MAKING yang berlokasi Kota Cimahi. Telah banyak melakukan layanan pendidikan
kursus dan pelatiahan dan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran di LKP
Mereka yang datang menjadi warga belajar di LKP Dress Making ini
memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi faktor sosial, ekonomi, dan
usia. Jenis Kursus dan pelatihan yang di laksanakan di LKP ada beberapa jenis
program yaitu :1 ) Tata Busana (Menjahit), 2) Menjahit untuk Garment, 3) Lenan
rumah tangga dengan teknik hias patchwork, 4) Desain sketsa busana
Sesuai dengan Visi dan Misinya, LKP Dress Making selalu berupaya agar
setiap lulusan yang mengikuti kursus dan pelatihan di LKP benar – benar mampu
untuk mengaplikasikan hasil yang di peroleh. Dari data yang di peroleh dari
pengelola LKP dari segian banyak jumlah peserta yang mengikuti pemebelajaran di
LKP Dress Making, data success storynya mencatat ada banyak peserta didik yang
belajar di sana yang berhasil mengembangkan hasil dari pelatihannya, dimana ada
yang bisa mendirikan LKP sendiri ataupun ada yang bisa berwirausaha dan
memperoleh pekerjaan. Dari hal ini dapat di lihat adanya keberhasilan yang di raih
oleh warga belajar dalam mengembangkan ilmu yang di peroleh selama belajar di
LKP Dress Making.
LKP Dress Making memiliki visi dan misi yang menjadi pengangan yaitu
Visinya : Menjadikan lembaga kursus dan pelatihan yang terpercaya dan berkualitas
secara professional mendapatkan pencitraan (pengakuan) ditingkat nasional dan
internasional dalam rangka menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas,
mandiri, berkepribadian, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan
Missinya yaitu :1) Menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif untuk
mewujudkan SDM yang interaktif, berinisiatif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi. 2) Mengoptimalkan program yang telah dilaksanakan dalam rangkan
meningkatkan profesionalisme lembaga kursus dan pelatihan. 3) Menampilkan
keunggulan (inovasi) dalam pengelolaan lembaga kursus dan pelatihan yang akan
mewujudkan pencitraan (pengakuan) ditingkat nasional dan di internasional. 4)
Memiliki jaringan di tingkat nasional dan internasional menjalin komukasi dan
hubungan kolega dengan organisasi-organisasi pemerintah dan swasta (industri) mitra
yang terkait. 5) Memberikan layanan bimbingan pelatihan dan kursus yang
LKP Dress Making telah banyak mengasilkan lulusan, dimana para
lulusanpun sudah boleh mandiri dan bahkan memperoleh pengasilannya sendiri.
Proses pembelajaran yang ada di LPK Dress Making ini mengikuti acuan atau
pedoman yang di keluarkan oleh Direktorat pembinaan kursus dan pelatihan.
LKP Dress making sesuai dengan visi dan missinya tersu berusaha untuk
terus melakukan yang terbaik demi menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan
memiliki keahlian. Penyelenggaraan program kecakapan hidup melalui kegiatan
kursus dan pelatihan yang di laksanakan oleh LPK Dress Making ini menarik untuk
di teliti di karenakan dalam perkembangannya LPK ini makin mengalaimi kemajuan
dan prestasi yang terus berkembang. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji
faktor-faktor keberhasilan serta prestasi yang di peroleh oleh LPK Dress making. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian berkenaan dengan Pembentukan
Perilaku berwirausaha Pasca Program Pelatihan Kewiraushaan Maasyarakat (PKM) Peserta Kursus Menjahit Di LKP Dress Making Kota Cimahi.
B. Rumusan Masalah
Pendidikan kecakapan hidup bertujuan untuk membantu warga belajar
memenuhi kebutuhan agar peserta didik lebih efektif dalam menghadapi tantangan
yang di hadapi dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) bertujuan
untuk merangsang peserta belajar dalam mengembangkan keterampilan yang di
perlukan kehidupan dan belajar. Kegiatan belajar selanjutnya yang sangat di butuhkan
yaitu kemampuan untuk mengahadapi peluang dan meningkatkan kualitas hidup dan
dapat memfungsikan diri secara lebih baik.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui pengamatan dan observasi
terhadap pengelola, LKP Dress Making, maka penulis memperoleh informasi
mengenai identifikasi masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Penyelenggraan program kursus dan elatihan pada lembaga kursus dalam upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat di dalamnya untuk dapat menanamkan
2. Lulusan kursus perlu memiliki kompetensi yang membekali mereka untuk dapat
bekerja setelah menyelesaikan pendidikannya, namun pada kenyataanya masih
ada warga belajar yang belum bisa bekerja ataupun berwirausaha.
3. Pembelajaran lebih di arahkan pada kemandirian warga belajar untuk dapat
membentuk pribadi yang lebih bertangung jawab terhadap hidupnya sendiri,
namun pembelajaran yang selama ini dilalui masih lebih bersifat pada teacher
centre.
4. Hasil pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan menuntut kemandirian
para lulusan untuk bisa mengimplikasikan pengetahuan yang didapat.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Pembentukan Perilaku
berwirausaha Pasca Program Pelatihan Kewiraushaan Masyarakat (PKM) Pada Peserta Kursus Menjahit Di LKP Dress Making?”. Secara lebih khusus masalah dalam penelitian ini di batasi sebagai berikut :
1. Bagaimana kompetensi peserta pelatihan tentang pengelolaan usaha busana
setelah mengikuti program pelatihan kewirausahaan masyarakat (PKM) ?
2. Bagaiamana langakah-langkah pembentukan perilaku berwirausaha yang di
lakukan oleh peserta kursus pasca program pelatihan kewirausahaan masyarakat
(PKM ) ?
3. Bagaimanakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan
prilaku berwirausaha yang di lakukan oleh peserta kursus Program Pelatihan
Kewirausahaan Masyarakat (PKM )?
4. Bagaimana bentuk perubahan perilaku berwirausaha pasca Program Pelatihan
Kewirausahaan Masyarakat (PKM) ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengamati, mengkaji,
menganalisis, dan mendeskripsikan bagaimanakah pembentukan perilaku
berwirausaha pasca program pelatihan kewiraushaan masyarakat (PKM) pada peserta
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui kompetensi peserta pelatihan tentang pengelolaan usaha
busana setelah mengikuti program pelatihan kewirausahaan masyarakat
(PKM) dalam pembentukan perilaku berwirausahan di LKP Dress Making ?
2. Untuk Mengetahui langakah-langkah pembentukan perilaku berwirausaha
yang di lakukan oleh peserta kursus pasca program pelatihan kewirausahaan
masyarakat (PKM ) di LKP Dress Making
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pembentukan prilaku berwirausaha yang di lakukan oleh peserta kursus
Program Pelatihan Kewirausahaan Masyarakat (PKM)
4. Untuk mengetahui bentuk perubahan perilaku berwirausaha pasca Program
Pelatihan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) di LKP Dress Making .
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan Kontribusi bagi pengembangan keilmuan terutama dalam
memperkaya kajian-kajian pendidikan Nonformal (Pendidikan Luar
Sekolah) khususnya pada bidang pembinaan kursus dan pelatihan.
b. Pengembangan kajian tentang pelaksanaan pelatihan pada lembaga kursus
c. Sumbangan bagi pengembang konsep-konsep pemberdayaan terutama
pemberdayaan masyarakat
d. Hasil penelitian ini diharapkaan bisa dijadikan sebagai bahan perbandingan
bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian pada bidang yang sama
dengan lokasi yang berbeda. Dan sebagai bahan masukan yang dapat
menambah wawasan dan pengetahuan secara teoritis untuk instansi
masyarakat, pemerintah dan lembaga swasta yang ingin melakukan program
pelatihan kewirausahaan.
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran tentang
perubahan perilaku pasca mengkiti program pelatihan kewirausahaan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran tentang berapa
besar perubahan perilaku yang terjadi pada warga belajar pasca mengikuti
program pelatihan.
c. Dapat memberikan masukan bagi penyenggara atau pengelola bagi lembaga
pendidikan dan latihan khususnya bagi penyelengara pendidikan luar
sekolah yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran tentang keterkaitan antara
fakor-faktor program pembelajaran, pemberian motivasi terhadap
tumbuhnya sikap dan perilaku berwirausaha pada peserta pelatihan pada
tujuan yang hendak dicapai.
E. Struktur Organisasi Tesis
Sebagai upaya untuk memudahkan dalam pemahaman penelitian ini maka
penulisan tesis ini disusun dengan struktur sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sturktur organisasi tesis.
BAB II : Kajian pustaka yang terdiri dari beberapa konsep yang berhubungan
dengan judul dan permasalahan yang akan di teliti yakni mencakup:
hakekat kursus dan pelatihan, konsep pelatihan kecakapan hidup (life
skills, konsep kewirausahaan, hakekat belajar dan kemandirian belajar.
BAB III : Metode penelitian, yang meliputi pendekatan dan desain penelitian,
prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan pembahasan yaitu penjabaran dari kondisi objektif di
lokasi penelitian, deskripsi hasil dalam penelitian, pembahasan hasil
penelitian berdasarkan konsep dan teori yang relevan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Metode merupakan hal yang sangat penting yang di perlukan dalam suatu penelitian
dengan tujuan untuk menuntun seorang peneliti. Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh
data empiris tentang Pembentukan Perilaku Berwirausaha Pasca Pelatihan Kewirusahaan
Masyarakat (PKM) Kursus Menjahit Di LKP Dress Making di Kota Cimahi, maka untuk
mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang
menkombinasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Sukmadinata (2008:130) mengatakan bahwa meskipun ada perbedaan dan
prinsip-prinsip dasar dari penelitian kuanlitatif dan kuantitatif, tetapi ada ahli-ahli yang berpandangan
pragmatis, lebih melihat penerapan antara kedua pendekatan penelitian tersebut. Mereka yang
berpandangan pragmatis memadukan kedua pendekatn menjadi pendektan campuran.
Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan dengan Mixed Method Research
Design. Penelitian ini harus menangani dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam satu kajian
untuk memahami sebuah masalah penelitian (Creswell, 2010).
Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif,
yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian
dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja. Penelitian
melibatkan asumsi- asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, dan campuran (mixing) Penelitian ini walaupun mengunakan metode penelitan
yang di kombinasikan tapi yang menjadi tetapi penelitian yang lebih dominan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini pada hakekatnya ingin memahami dan mengungkapkan secara
mandiri, faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran mandiri, dan wujud perilaku
berwirausaha pasca mengikuti program pelatihan kewirausahaan Masyarakat (PKM).
Sukmadinata (2008:130) mengatakan bahwa meskipun ada perbedaan asumsi-asumsi
dan prinsip-prinsip dasar dari penelitian kualitatif dan kuantitatif, tetapi ada ahli-ahli yang
berpandangan pragmatis, lebih melihat penerapan antara kedua pendekatan penelitian
tersebbut. Mereka yang berpandangan pragmatis memadukan kedua pendekatan menjadi
pendekatan campuran.
Karena penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed approach) yaitu dengan
prosedur kualitatif dan kuantitatif maka tentu saja data yang di kumpulkan berupa data
berbentuk data kualitatif dan kuantitatif. Sukmadinata (2008:130) mengatakan bahwa
meskipun ada perbedaan asumsi dan prinsip-prinsip dasar dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif, tetapi ada ahli yang berpandangan pragmatis, lebih melihat penerapan antara kedua
pendekaran penelitian tersebut, mereka yang berpandangan pragmatis memadukan kedua
pendekatan menjadi pendekatan campuran
Data kualitatif yang di kumpulkan di peroleh melalui studi pendahuluan, wawancara,
studi dokumentasi, sedangkan data kuantitatif di peroleleh melalui hasil post test peserta.
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti ini adalah explaratory mixed methods
research design. Pada umumnya desain ini diaplikasikan untuk mengeksplorasi suatu
fenomena, mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan selanjutnya
mengujinya. Peneliti menggunakan desain ini apabila tidak terdapat instrumen, variabel, dan
alat ukur untuk populasi yang sedang dikajinya, atau peneliti tidak mengetahui
keberadaannya (Creswell, 2010).
Dalam pemilihan metode penelitain kombinasi menekanakan pada model sequential
explanatory. Memurut Creswell dalam Sugiyono (2012:408) mengemukan tentang metode
kombinasi model sequntial adalah suatu prosedur penelitian dimana peneliti
mengembangkan hasil penelitian dari satu metode dengan metode yang lain. Metode
kombinasi model sequential dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode
kuantitatif dengan bobot yang lebih rendah daripada metode KUALITATIF (Sugiyono, 2012)
Menurut Jhon W. Creswell (2010:316-324) terdapat 6 strategi dalam menggunakan
metode campuran, dan dalam penelitian ini mengambil salah satu strategi tersebut yaitu
starategi eksplaratoris sekuensial
Strategi eksplanatoris sekuensial ini merupakan strategi yang cukup populer dalam
pada proses kuantitatif. Startegi ini diterapkan dengan pengumpulan dan analisis data
kuantitatif pada tahap kedua yang di bangun berdasarkan hasil awal kuantitatif (Creswell,
2010:316)
Sementarara itu sugyono (2011:409) berpendapat bahwa metode penelitian
kombinasi model sequential explanatory dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis
data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data
kuantitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuntitatif yang di lakukan
pada tahap pertama.
Secara visual, bagan desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini :
Membangun
Gambar 3.1. Mixed Methods Research Design dan Sugyono (2011:407)
(Diadaptasikan Dari Creswell, 2010)
Keterangan:
1. Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data kualitatif
dilakukan setelah diperoleh data kuantitatif. Jadi pada tahap pertamapengumpulan
data kuantitatif yang di lakukan.
2. Huruf kapital menunjukkan prioritas data. QUAL menunjukkan bahwa data
kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (quan).
Seperti yang telah diuraikan diatas penelitian dilakukan dengan melakukan dua tahap,
dengan pola penelitian kuantitatif yang dilanjutkan dengan penelitian kulitatif (Eksplanatory
Reseach Design).
quan
(Data dan Hasil)
QUAL
p
Gambar 3.2
Alur Tahap Penelitian ( Peneliti, 2014)
Kompetensi Berwirausaha Pasca Pelatihan
Post Test
Studi Pendahuluan
Deskripsi Kompetensi Berwirausaha
T A H A P S A T U
Pendukung Pendukung
Langkah –langkah Pembentukan Perilaku
Berwirausaha
Perilaku Berwirausaha Pasca Pelatihan
Menjalankan Usaha Secara Profesional T
A
H
A
P
D
U
B.Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini menggunakan tahapan kuantitatif dan kualitatif.
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peneliti membagi dalam dua tahap,
yakni tahap satu (kuantitatif ) dan tahap dua (kualitatif).
1. Prosedur Penelitian Tahap 1
Dalam tahap satu, prosedur penelitian bersifat kuantitatif yaitu penyajian data
berupa hasil berdasarkan hasil post test yang sudah di lakukan oleh peserta
pelatihan yang di laksanakan oleh LKP dan selanjutnya hasilnya di masukan ke
dalam microsoft excell untuk di lihat nilai yang di peroleh dan selanjutnya di
tampilkan dalam tabel dan grafik, untuk melihat sejauhmana kemampuan atau
kompetensi peserta pelatihan memahami konsep kewirausahan berdasarkan
silabus pembelajaran.
2. Prosedur Tahap II
Dalam tahap Dua, prosedur penelitian bersifat kualitatif yaitu penyajian data
berupa hasil narasi, deskripsi yang didapat dari hasil stud pendahualuan, observasi,
wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan berkenaan dengan kondisi
objektif pada peserta pelatihan PKM berkenaan dengan langkah-langkan
pemebentukan perilaku berwirausaha, faktor pendukung dan penghambat
pembentukan perilaku berwirausaha, dan perilaku berwirausaha.
C. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada peserta pasca pelatihan kursus menjahit LPK
Dress Making yang tempat berdomisili para warga belajar ini berada di seputaran kota
Cimahi. Program Pelatihan Kewirausahaan Masyarakat (PKM ) di selnggarakan di
Lembaga Pelatihan dan Kursus (LPK) Dress Making ini belokasi di Jl. Pesantren
1. Subjek Penelitian Penelitian
Penelitian kualitatif, subjek dalam penelitian dinamakan informan, partisipan
atau sumber. Menurut Buhran Bungin, informan penelitian adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta objek penelitian
(Sugyono, 2008). Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah sebagai
berikut:
Peserta Pelatihan adalah warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran
Pelatihan Kewirausahaan Masyarakat di LKP Dress Making, dan yang menjadi
responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang peserta pelatiahan.
Alasannya dari antara 30 peserta pelatihan yang terdaftar di LKP dress Making yang
menikuti program PKM ini yang berhasil di antaranya adalah ke-3 peserta ini.
Meskipun demikian data yang berasal dari peserta pelatihan akan di trianggulasi
kepada beberapa sumber sebagai berikut :
a) Pengelolal pelatihan/ instruktur
Pengelola adalah mereka yang mengatur dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang terdiri atas pimpinan dan struktur organisasinya, dan dalm hal
ini yang menjadi informan yaitu pimpinan lembaga. Dan selain itu instruktur atau
fasilitator yang memberikan materi tentang kewirausahaan juga menjadi
informan.
b) Keluarga / Pelanggan/ Rekanan Kerja
Dalam hal ini keluarga/ pelanggan/ rekanan kerja di jadikan informan dalam
rangka memvalidasi informasi yang di peroleh dari peserta pelatiahan
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini juga di bagi dalam dua tahapan
pengumpulan datang.
1. Teknik Pengumpulan Data Tahap 1
Pada tahap ini teknik pengumpulan data di lakukan dengan mengunakan hasil
post test pada saat peserta pelatihan menyelesaikan kegiatan pembelajaran di LKP.
Alasananya karena berhubungan dengan mengukur kompetensi peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pelatihan, dan dikarenakan sampel dalam penelitian ini mengambil 3
orang peserta pelatihan saja.
Pada tahap dua ini mengunakan teknik pengumpulan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data terutama di kumpulkan oleh
peneliti sendiri, artinya dalam penelitian kualitatif , peneliti sendiri yang menjadi
instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi
melalui wawancara observasi dan analisis dokumen. Teknik pengumpulan data
merupakan teknik yang berkaitan dengan alat – alat atau instrumen sarana untuk
memperoleh data. Moleong mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik dari
penelitian kualitatif adalah manusia sebagi alat (instranalisumen). Hal ini mengandung
makna bahwa dalam penelitian kualitaif instrumen yang paling utama adalah peneliti
sendiri.
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap bagaimana pembentukan perilaku
berwirausahan pasca program pelatihan kewirausahaan masyarakat.
Dalam teknik pengumpulan data ini, peneliti mengklasifikasikannya ke dalam dua
kriteria, yakni data primer dan data sekunder. Data pimer adalah data yang di perlukan
dalam penelitian ini di perlukan dalam melakukan analisis secara langsung dengan cara
pertama, warga belajar dapat memberikan informasi, kedua, penyelenggara pelatihan
dan keluarga/ rekananan. Data sekunder di kumpulkan melalui studi kepustakaan.
Data yang telah di peroleh di lapangan kemudian di kumpul dan di olah dalam
bentuk ketikan dan terus di update sehingga setiap informasi yang di peroleh tidak ada
yang tertinggal, jika masih ada yang tertinggal atau kurang peneliti akan kembali lagi
kelapangan dan melengkapi data tersebut.
Margono (2003 :155) mengemukakan bahwa instrumen sebagai alat pengumpul
data harus betul-betul dirancang dan di buat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
data empiris sebagaimana mestinya. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah
dimulai dari (1) jenis data, (2) sumber data, dan (3) instrumen penelitian. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang di akan di gunakan antara lain observasi,
wawancara, analisis dokumentasi sebagai sumber data trianguasi yang dapat di
pertangungjawabkan keabsahannya.
Dalam penelitian ini, tiga teknik pengumpulan data di gunakan pada tahap II
untuk mendapatkan data dari sumber data. Adapun tiga teknik pengumpulan data
tersebut adalah :
Sugyono (2010:72) wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih
untuk bertukar informasi dan ide melalu tanya jawab, sehingga dapat di
konstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara adalah teknik
pengumpulan data melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara pihak
pewawancara dengan pihak yang di wawancara. Wawancara dilakukan oleh
pewawancara dengan mengunakan pedoman wawancara.
Wawancara merupakan cara yang penting untuk memeriksa keakuratan
data hasil observasi. Wawancara dapat di gunakan untuk mengumpulkan
informasi yang tidak mungkin di peroleh lewat observasi. Tujuan mewawancarai
seseorang adalah untuk mengetahui apa yang di pikirkan mereka, apa yang
mereka pikirkan ,atau bagaiman perasaan mereka tentang sesuatu hal, dikarenakan
hala – hal tersebut tidak dapat di observasi (Nasution, 2003)
Wawancara dilakukan untuk memeperoleh data dan informasi yang di
butuhkan dalam penelitian ini. Data dan informasi ini di peroleh langsung dari
warga belajar, sumber belajar/ tutor/ penyelenggara,dan pengelola yang terlibat
dalam hal ini. Adapun data yang di gali dalam wawancara ini meliputi : (1)
Bagaimana Kompetensi peserta Pelatihan Kewirausahaan dalam pembentukan
perilaku berwirausaha: (2) bagaimana langkah-langkah pembelajaran mandiri
yang di lakukan oleh peserta pasca program pelatihan kewirausahaan masyarakat;
(3) apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan
perilaku berwirausaha; (4) Bagaimana perilaku berwirausaha dalam menjalankan
usahanya.
2. Observasi
Nasution (1988) dalam Sugyono (2010:310) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data , yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang di peroleh
melalui observasi. Melakukan observasi, yakni pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang di teliti untuk
mengetahui keadaan yang sesungguhnya.
Guba dan Lincoln (1981:191-193) dalam Moleong (2010: 174-175)
menyatakan bahwa terdapat enam alasan mengapa penelitian kualitatif
(1) teknik pengamatan ini di dasarkan atas teknik pengamatan secara langsung; (2)
teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatata perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaaan
sebenarnya; (3) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang
langsung di peroleh dari data; (4) sering terjadi ada keraguan pada peneliti,
jangan – jangan pada data yang di jaringnya ada yang keliru atau bias; (5) teknik
pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit;
dan (6) dalam kasus-kasus teretentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak di
mungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Dalam teknik pengumpulan data ini, peneliti mengamati dan mencatat
tentang kejadian yang berlangsung sesuai dengan fokus masalah yang di teliti
yaitu : (1) Bagaimana Kompetensi peserta Pelatihan Kewirausahaan dalam
pembentukan perilaku berwirausaha; (2)bagaimana langkah-langkah pembelajaran
mandiri yang di lakukan oleh peserta pasca program pelatihan kewirausahaan
masyarakat; (3) apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
pembentukan perilaku berwirausaha; (4) Bagaimana perilaku berwirausaha dalam
menjalankan usahanya.
3. Analisis Dokumen
Sugiyono (2010:329) menjelaskan dokumen merupakan cacatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari pengunaan
metode observasi dan wawancara.
Studi dokumentasi berguna bagi peneliti khususnya mempelajari data yang
tidak dapat di observasi lagi atau hal-hal yang tidak dapat di ingat lagi oleh
informan. Disamping itu, dokumentasi dapat memberikan latar belakang yang luas
mengenai pokok penelitian, dan dapat di jadikan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data . Dalam konteks penelitian
Dalam hal ini data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang perubahan perilaku berwirausaha pasca program
pelatihan kewirausahaan masyarakat dalam pada peserta kursus menjahit,
Profil program kegiatan pelatihan kewirausahaan mandiri, (2) data warga belajar
yang mengkuti program pelatihan kewirausahaan mandiri (3) proses pelatihan
kewirausahaan masyarakat yang di laksanakan, dan (4) hal-hal yang di anggap
relevan untuk menunjang penelitian seperti kurikulum, silabus pembelajaran, hasil
post test dan arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian (5) data
succes story yang memperlihatkan kemajuan dan perkembangan yang di capai
oleh peserta pelatihan kewirausahaan masyarakat.
E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kunatitatif
Data yang di peroleh akan di analisis menggunakan statistik deskriptif. Hal ini
di karenakan data kuantitatif dalam penelitian ini hanya di gunakan untuk
menjelaskan deskripsi partisipan penelitian, bukan untuk menganalisis korelasi. Hal
ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Creswell(2010) yang menyatakan
bahwa data kuantitatif dalam strategi eksplanatoris sekeunsial berfungsi sebagai data
yang akan menjelaskan deskripsi fenomena yang terjadi. Untuk lebih memudahkan
dalam pembacaan data, data akan di sajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
2. Analisis Data Kualitatif
Dalam teknik pengumpulan data ini menggunakan trianggulasi, triangulasi di
artikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari
sumber data yang telah ada. Bila peneliti menggunakan pengumpulan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai sumber data.
Tujuan dari trianggulasi ini bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang
telah ditemukan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif yang bukan
semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih kepada pemahaman subyek terhadap
1. Triangulasi Pengumpulan Data
Gambar 3.3 Triangulasi Data (Sugyono: 2008:85)
Triangulasi pengumpulan data ini bertuajuan untuk mengali data dari berbagai
teknik pengumpulan data yang di gabungkan yaitu dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
2. Trianggulasi Sumber Data
3.4 Triangulasi Sumber Data (Sugyono: 2008:85)
Teknik analisis data triangulasi sumber data ini yaitu dengan menggabungkan tiga
sumber data di mana selain responden utama informasi juga di peroleh dari responden yang
lain yang akan memverivikasi informasi dari informan utama yang selanjutnya dapat di tarik
kesimpulannya.
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Peserta Pelatihan
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B (2004). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta
Astawan I Gede.( 2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Akhmad. S. (2008). Hakikat Belajar. http ://akhmadsudrajat.wordpress.com
/2008/01/31/hakikat belajar/ (diakses tanggal 14 agustus 2014)
Avan.A. 2010). Kemandirian. (http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/
kemandirian.htmlz ) [diakses 24 Juli 2014]
Bloom, B.S (1981). Evaluation To Improve Learning Us, M. Graw-Hill Book-Inc
Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education: A Competency Based
Approach.
Chabib T H.M. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka pelajar
Creswell, J. W (2013). Research Design edisi ketiga, Pustaka Pelajar Yogyakarta
Craig, R. R. (1976). Training and Development Handbook A Guide to Human
Resources Development Newyork: Mc, Graw – Hill Book.
Darwis, R. (1993). Transformasi nilai – nilai Tradisi kekeuargaan dalam Pendidikan Kewirausahaan ( studi Kasus pengembangan SDM dalan pengelolaan Majan Minang. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak di Terbitkan.
Desalani.K. N.(2011). Teori Perilaku – Psikologi. [http ://deslanikn.blogspot.com/2011/07/teori-perilaku-psikologi .html] diakses tanggal 26 Agustus 2014
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2006. Kompetensi Intruktur Kursus dasar Kecakapan Hidup Bagi Penganggur Perkotaan. Balai Pengembangan pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) Regional II Jayagiri.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan Program
Pendidikan Keterampilan Hidup ( life Skill) melalui pendekatan broad
based education ( Bbe) dalam Bidang Pendidikan Luar sekolah. Jakarta:
Depdiknas
Djaali, H. (2009). Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Daradjat, Z, Dkk. (1991) . Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara KerjasamaDengan
DIrJen Pembinaan Agama Islam DepAg RI. Jakarta.
Elsetriana. (2012). Teori dan Konsep Perilaku.
http://elsetriana.blogspot.com/2012/08/teori-dan-konsep-perilaku.html
Frinces, H. Z ( 2011 ). Be An Entrepreneur ( Jadilah Seorang Wirausaha ). Yogyakarta: Graha Ilmu
Govinda, R.( 2008). Nonformal Education and Poverty Alleviation Analysis Of Field Experiennces From Asia. Paris: UNESCO
Hadis, A. ( 2008). Psikologi Dalam Pendidikan. Alfabeta. Bandung
Harun, R ( 2007) Metode Penelitian Kualitatif untuk pelatihan, Bandung: Mandar Maju
Hamalik. O. (2000). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan.Jakarta; Bumi Aksara.
Jany Rafsan (2013). Self Directed Learning [
http://rafsanjany04.blogspot.com/2013/05/self-directed-learning.html ]
Kamila, (2008). Pendidikan Kecakapan Hidup. (
http://www.pendidikan-kecakapan-hidup.html) diakses tanggal 12 Mei 2014
Khadifa, S. (2008). “Sistem Belajar Mandiri” (http://sn2dg.blogspot.com, diakses pada tanggal 4 April 2014)
Margono. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta .
Manihay. R. (2013 ). Kemandirian (
http://mapande.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-kemandirian-menurut-para-ahli.html) [akses 23 Juli 2014]
Mc.Millan Alex, 2010. Terjemahan Alexandra. 2013. Be A Great Entrepreneur (Menjadi Seorang Entrepreneur Sukses). Jakarta: PT. Indeks.
Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Rosdakarya
Mulyana. Enceng. Penampilan Pribadi Homunis Komunikatif.
[http://jurnal.upi.edu/file/H._E_._MULYANA_.pdf] di akses tanggal 27
Agustus 2014
Nasution, S (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nelson-Jones, R (1997). Practical Counseling and Helping Skills, Text and
Exercise for the Life Skills Counseling Model. Fourth Edition. London:
British Library Cataloging in Publication Data.
Pabichara.K. (2006).12 Rahasia Pembelajar Cemerlang. Bandung. Kolbu
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. ... Tentang Pendanaan Sistem Pelatihan Kerja Nasional
Pusat pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (PP PNFI ). Pengelolaan Lembaga Kursus. Jayagiri. Bandung
Simamora, H. (1995). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta:
STIE-YPKN
Sagala, S. (2008 ). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta
Shantini, Y. (2010). Model Pembelajarab Mandiri Dalam meningkatkan
Kompetensi dan Kemandirian Peserta Kursus Studi di LKP Pelita Massa
Jawa Barat. Disertasi Program Pascasarjan UPI: tidak di terbitkan
Sugyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta Bandung
Sudjana, D. (2004). Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, dan Azas. Bandung: Falah Production
______. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production
______. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan, Teori & aplikasi. Bandung:
Falah Production.
Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik. Laporan Penelitian Hibah Pascasarjana
UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.
Surya, M. (2003) . Percikan Perjuangan guru, Bandung: Aneka Ilmu
Suryana, E. (2009). Mewujudkan Budaya Belajar Menuju Kemandirian Berusaha.
[Online]. Tersedia:
http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-
bandung/arsip-artikel/77-menumbuhkan-budaya-belajar-menuju-kemandirian-berusaha. [akses: 23 Juli 2014]
Soetomo, S et al. (1988 ). Pengembangan Kursus. Kerjasama Universitas terbuka
dengan Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga
Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta
Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suryadi, A.(2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar: Konsep, Kebiajakan,
dan implementasi. Bandung. Widya Aksara Press
Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung.: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Syaodih, N (1993). Pengembangan Kemandirian: suatu tinjauan kurikuler
Psikologis. Pidato Pengukuhan Guru Besar Pada Ikip Bandung: tidak di
terbitkan
Syaodih, N.S (2005). Metode Penelitian, Bandung: Rosda
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001)
Tahar Izan, dkk .Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh [ http://www.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/tahar.pdf] diakses tanggal 13 Agustus 2014
Tilaar, H. A. R. (2003) Kekuasaan dan Pendidikan (Suatu Tinjauan dari
Perspektif Kultural). Magelang: Indonesia Tera.
Thoha, M (1993), “ Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi”, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Trisnamansyah, S. (2007) Metode Penelitian ( Hand Out Perkuliahan). Bandung: Sekolah Pascasarjana Univesrsitas Pendidikan Indonesia
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta; Kencana
Wahyono. B. (2013)
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/faktor-yang-mempengaruhi-kemandirian.html [ diakses 24 Juli 2014 ]
Wena. M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Widiaryanti, Veronica.Perilaku Belajar Ditinjau Dari Dukungan Sosial dan Kemandirian Pada Siswa SLTP Santo Yoseph denpasar Bali. Skripsi. [http://eprints.unika.ac.id/2271/1/04.40.0107_Veronica_Widiaryanti.pdf]
Winarno. 2011. Pengembangan Sikap Entrepreneurship & Intrapreneurship. Jakarta. PT. Indeks
YIN, Robert K. (2014) Studi Kasus: Desain dan Metode, penerjemah: M: Djauzi Mudzakir, Rajawali Pers, Jakarta
Yetti. W. (2012).
http://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/perubahan-perilaku.pdf (di akses 12 agustus 2014)
Ahmad Fauzan, Dkk. Pengaruh Pendekatan RME dan Kemandirian Belajar
Terhadap Kemamampuan Matematis Siswa
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/viewFile/699/519 (akses tanggal 13 Agustus 2014)
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung. Rafika
Zaif (2009)
http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/konsep-dasar-strategi-pembelajaran/ Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
(diakses 20 agustus 2014)
Zimmerer, T.W., Norman Scarborough (1996). Entrepreneurship The New