KAJIAN PERUBAHAN BERAT BADAN DAN PENDAPATAN SAPI POTONG KONDISI PETANI DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA, NUSA TENGGARA TIMUR
(An Assesment of Body Weight Changes of Beef Cattle and its Income on Farm Level in North Central Timor Regency of East Nusa Tenggara
Province)
H
ENDRIKH. M
ARAWALI, S. R
ATNAWATY, D. K
ANAH
AUdan J. N
ULIKBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur
ABSTRACT
An assessment of Bali beef cattle business during dry season was conducted on farm level in North Central Timor Regency of East Nusa Tenggara Province. About 60 Male Timor Bali cattle were involved in the assessment, divided into 3 groups of initial live weights (<150 kg, >200 kg and >250 kg). Each group were divided into two probiotic treatments (Starbio and Bioplus). The results of the assessments indicated that daily live weight gain (DLWG) was better in Bioplus treatment and that the effect was more pronounced at higher initial live weight. This was observed in the group of >250 kg live weight and DLWG was significantly higher (P<0.05). All weight groups showed a compensatory growth at the first and second month of feeding treatment periods (DLWG up to 0,8 kg head
-1day
-1). Farmer
,s income analysis indicated that the beef cattle business was economically acceptable with B/C ratio above 1.
Key words: Daily live weight gain, farmer's income, beef cattle
ABSTRAK
Suatu kajian usaha sapi potong pada musim kemarau telah dilakukan pada petani di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Nusa Tenggara Timur (NTT) menggunakan ternak sapi Bali milik petani yang dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan berat badan awal dan masing-masing kelompok ternak sapi mendapat perlakuan Starbio dan Bioplus. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali yang mendapat perlakuan Bioplus lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang mendapat perlakuan Starbio, makin tingginya berat badan awal memberikan respon bioplus yang lebih baik, terlihat pada kelompok berat badan awal 250–299 kg, yang mendapat Bioplus beda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan Starbio. Hasil analisis pendapatan petani menunjukkan bahwa kelompok ternak sapi yang mendapat Bioplus lebih tinggi dari pada kelompok ternak yang mendapat Starbio. Pengkajian ini secara ekonomis layak diusahakan dengan nilai B/C ratio lebih dari satu. Kajian pemberian Starbio dan Bioplus memberikan respon positif terhadap kecepatan pertambahan bobot badan sapi potong dan meningkatkan pendapatan bagi petani.
Kata kunci: Pertambahan bobot badan, pendapatan, sapi potong
PENDAHULUAN
Pola pemeliharaan ternak sapi bagi petani di Propinsi NTT masih tradisional dengan mengandalkan sumber pakan ternak dari rumput alam di lahan penggembalaan alam dengan biaya produksi yang relatif murah dan penggunaan tenaga yang minim. Produktivitas ternak sapi dengan sistem ini, berfluktuasi mengikuti musim (W IRDAHAYATI et al., 1997).
Pada musim hujan produksi hijauan melimpah, ternak mengalami peningkatan bobot badan.
Sebaliknya di musim kemarau, produksi dan
kualitas hijauan menurun dengan tajam,
sehingga terjadi kehilangan bobot badan
dimana penurunannya dapat mencapai 20 %
dari berat badan pada musim hujan
(B AMUALIM , 1994; W IRDAHAYATI et al.,
1997). Pertambahan bobot badan harian sapi
Bali yang dipelihara lebih dari satu tahun
adalah sebesar 0,2 kg ekor
-1hari
-1(I LA et al., 1996).
Sistem pemeliharaan tersebut di atas ditandai dengan rendahnya keterampilan petani dan teknologi yang dikuasai masih terbatas.
Bangsa sapi potong seperti sapi Bali yang dominan dipelihara petani di Pulau Timor Bagian Barat di antaranya di Kabupaten TTU dengan sistem pemeliharaan secara tradisional dinilai produktivitasnya relatif rendah.
Menurut P ARWATI et al. (1999) bahwa produktivitas yang rendah pada sapi Bali disebabkan karena pola pemeliharaan dan manajemen yang kurang terarah dimana petani belum memperhatikan mutu pakan, umur jual, tata cara pemeliharaan, perkandangan, sanitasi dan lain-lain.
Untuk menunjang penggemukan sapi potong kondisi petani diperlukan upaya perbaikan manajemen dan perbaikan pakan dengan penambahan probiotik. Menurut H ARYANTO et al. (2002) penggunaan probiotik dalam pakan bertujuan untuk membuat keseimbangan mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses degradasi komponen zat gizi dalam rumen. P ARWATI et al. (1999) probiotik merupakan kumpulan mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan-bahan organik komplek pada pakan menjadi menjadi bahan organik sederhana agar mudah diserap oleh saluran pencernaan sehingga probiotik membantu daya cerna ternak terhadap makanan.
Probiotik yang dikenal dan telah diaplikasikan untuk ternak adalah Starbio dan Bioplus yang dilaporkan mampu meningkatkan berat badan dan keuntungan yang cukup tinggi (S UNANDAR et al., 1997). W INUGROHO et al.
(2002) mengartikan Bioplus secara sederhana sebagai salah satu jenis probiotik, isinya berupa hasil seleksi mikroba rumen yang apabila diberikan kepada ternak ruminansia akan berpengaruh positif meningkatan produktivitas ternak, sedangkan probiotik Starbio telah dijual secara komersial, tetapi pemakaiannya harus dilakukan setiap hari sehingga memberatkan peternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa jauh pengaruh penggunaan Starbio dan Bioplus terhadap peningkatan poduksi dan pendapatan petani yang layak dari usaha penggemukan sapi potong pada kondisi petani dalam rangka memperoleh rekomendasi
teknologi penggemukan sapi potong yang lebih baik melalui perbaikan tatalaksana pemeliharaan.
MATERI DAN METODE Materi dan metode pengkajian
Pengkajian ini telah dilakukan di dua desa (Desa Usapinonot dan Desa Atmen), Kecamatan Insana, Kabupaten TTU, dari bulan Juli–Desember 2003. Materi yang digunakan dalam pengkajian yaitu 60 ekor sapi Bali jantan milik petani yang menyebar secara tidak merata pada 6 kelompok tani. Dari-60 ekor sapi Bali jantan tersebut dikelompokkan berdasarkan umur dan berat badan awal yaitu:
(i) kelompok umur 1,5–2 tahun dengan berat badan awal 150–200 kg; (ii) kelompok dengan umur >2–2,5 tahun dengan berat badan awal
>200−250 kg; dan (iii) kelompok umur >2,5–3 tahun dengan dengan berat badan awal >250–
300 kg.
Berdasarkan kelompok umur dan bobot badan awal dibagi menjadi dua kelompok sapi sebagai berikut:
a. Pakan lokal + Starbio b. Pakan lokal + Bioplus
Jenis dan jumlah pakan yang diberikan pada sapi dalam pengkajian ini bervariasi, tergantung pakan yang tersedia di lokasi pengkajian. Dari pengamatan di lapangan bahwa beberapa jenis pakan yang diberikan adalah: lamtoro, rumput raja dan dedaunan lokal seperti daun kapok, daun beringin dan lainnya.
Pemberian pakan dilakukan 3–4 kali dalam sehari dan pemberian Bioplus dilakukan sekali per periode penggemukan dengan cara dicampur dengan 1 kg dedak padi, sedangkan pemberian starbio dilakukan pada siang hari, saat ternak membutuhkan air minum yang dicampur dengan air dan diaduk lalu diberikan pada ternak.
Jenis data dan analisis data
Pengambilan data dilakukan pengamatan langsung melalui program manitoring bulanan.
Adapun variabel yang diamati dalam
pengkajian ini, sebagai berikut: (i) Berat badan (kg) yang ditimbang setiap bulan; (ii) Tenaga kerja (HOK); (iii) biaya produksi (Rp); dan (iv) biaya pemasaran (Rp).
Analisis data yang digunakan adalah analisis Varians atau analisis keragaman dengan Rancangan Acak Lengkap (Q UEENSLAND U NIVERSITY , 1987) yang dalam proses kerjanya telah menghitung nilai probability (P) dan Lsd (1% dan 5%). Untuk mengetahui pendapatan petani dari usaha penggemukan sapi digunakan analisis ekonomi sederhana berdasarkan rataan penerimaan dan biaya implisit dan biaya ekplisit, dan analisis B/C ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum kelompok petani
Desa Usapinonot dan Desa Atmen merupakan dua desa di Kecamatan Insana, kondisi topografis umumnya berbukit-bukit dengan ketinggian yang bervariasi antara 100 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Keadaan iklim umumnya beriklim kering dengan tempratur tertinggi 32°C pada bulan kering dan terendah 18°C pada bulan basah.
Jumlah bulan basah relatif pendek (4 bulan) yang berlangsung antara Desember sampai Maret, sedangkan bulan kering berlangsung selama kurang lebih delapan bulan (April sampai Nopember) dengan curah hujan rata- rata 500−2.135 mm dalam setahun (BPS, 2002).
Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bertani dengan pola yang sangat tradisional dan sentuhan teknologi masih sangat terbatas. Demikian pula dengan pemeliharaan ternak. Namun daerah ini sangat potensial untuk pengembangan peternakan dengan kondisi topografi yang berbukit dengan sedikit datar, memungkinkan untuk pengembangan peternakan. Petani yang terlibat dalam pengkajian ini merupakan anggota dari enam kelompok tani yang telah terbentuk sebelumnya pengkajian dengan struktur dan tugas pokok yang sudah jelas dalam kelompok.
Petani yang terpilih dalam kegiatan ini adalah petani yang mempunyai sapi jantan yang sebelumnya sistem pemeliharaan sapi penggemukan (sapi paron) sangat bervariasi.
Ada petani yang mengikat sapi secara terus- menerus dan ada juga petani yang mengikat secara pindah-pindah. Petani yang terpilih dan memiliki sapi dianjurkan untuk membuat kandang secara berkelompok dan ternyata memberikan respon yang cukup baik. Hal ini terlihat dalam aktivitas petani dalam kegiatan ini, cukup menonjol adalah dngan terbentuk kelompok ternak.
Pertambahan bobot badan harian
Pertambahan bobot badan harian sapi penggemukan (Tabel 1 dan Gambar 1) menunjukkan bahwa ternak sapi penggemukan dari tiga kelompok umur baik yang mendapat Starbio maupun yang mendapat Bioplus memberikan respon pertambahan bobot badan yang positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada bulan pertama dan kedua, sedangkan bulan ketiga sampai bulan kelima (akhir pengkajian) pertambahan bobot badannya semakin menurun. Pertambahan bobot badan harian yang tinggi pada bulan pertama dan kedua pada pengkajian ini disebabkan adanya pertumbuhan kompensasi, dimana ternak sapi yang digunakan dalam pengkajian ini berasal dari ternak yang diikat pindah di padang penggembalaan atau diikat di bawah pohon dan diberi pakan dalam jumlah yang tidak menentu dengan mengandalkan rumput alam. T ILLMAN
et al. (1984) menyatakan bahwa pertumbahan kopensasi terjadi selama 2–3 bulan, ketika adanya perbaikan makanan.
Pertambahan bobot badan berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur 1,5–2 tahun dan kelompok umur >2–2,5 tahun tidak beda nyata, sedangkan kelompok umur >2,5–3 tahun, ternak sapi yang mendapat Bioplus memberikan PBBH sebesar 0,3057 kg ekor
-1hari
-1nyata positif (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan ternak yang mendapat Starbio sebesar 0,1900 kg ekor
-1hari
-1. Hal ini sesuai W ILLIAMS (1982) bahwa ternak sapi pada umur 2–3 tahun berada pada phase pertumbuhan yang optimal atau pada kisaran umur pubertas, sehingga sebenarnya juga berada pada posisi point of inflection atau titik belok.
Tabel 1 secara umum menunjukan bahwa
kecepatan pertambahan bobot badan ternak
sapi yang mendapat perlakuan Bioplus pada petani di TTU lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang mendapat perlakuan Starbio. N ENOBAIS (2004) mendapatkan pasokan zat-zat gisi akibat pemberian Bioplus lebih banyak dari Starbio, karena itu terjadi kenaikan kecernaan zat-zat makanan akibat meningkatnya jumlah mikroba rumen khususnya bakteri.
Pertambahan bobot badan harian berdasarkan kelompok umur sapi yang
mendapat Starbio vs Bioplus yaitu kelompok sapi umur 1,5–2 tahun sebesar 0,2955 kg ekor
-1hari
-1vs 0,3009 kg ekor
-1hari
-1, kelompok umur >2–2,5 tahun sebesar 0,3297 kg ekor
-1hari
-1vs 0,3448 kg ekor
-1hari
-1dan kelompok umur >2,5–3 tahun sebesar 0,1900 kg ekor
-1hari
-1vs 0,3057 kg ekor
-1hari
-1. Hasil pengkajian ini lebih rendah dari penelitian P ARWATI et al. (1999) bahwa sapi Bali menghasilkan pertambahan berat badan bila diberi hijauan, Bioplus dan dedak (0,57 kg Tabel 1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) menurut kelompok umur sapi
Umur 1,5–2 tahun Umur 2–2,5 tahun Umur 2,5–3 tahun Keragaan berat badan
(kg) Starbio Bioplus Starbio Bioplus Starbio Bioplus
BB Awal 170,57 174,00 215,18 218,89 269,75 271,50
BB Akhir 214,89 219,13 264,64 269,11 298,25 317,50
PBBH 0,2955 0,3009 0,3297 0,3448 0,1900 0,3057
Gambar 1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) menurut kelompok umur sapi
Periode Penimbangan ( 1 bulan sekali)
Awal Agst Sept Okt Nov Des
Bobot Hidup Ternak Sapi (kg/ekor)
160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
ekor
-1hari
-1) dibanding sapi yang diberi hijauan, Starbio dan dedak (0,44 kg ekor
-1hari
-1