• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

14 2.1 Tinjauan Pustaka

Telah banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan untuk menguji pada permasalahan yang sama, yaitu bentuk-bentuk atau jenis abreviasi, dan proses atau kaidah pembentukannya diantaranya:

1. Angga Prasetyawan (2010) menulis skripsi yang berjudul “Kependekan Bahasa Indonesia dalam Media Komunikasi Shot Message Service (SMS)”

mengatakan bahwa kependekan bahasa Indonesia terdapat dalam media komunikasi Shot Message Service (SMS). Selain itu, penulis membahas sebaran jenis-jenis pembentukan abreviasi bahasa Indonesia pada setiap jenis abreviasi yang ada. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian skripsi ini. Setelah penulis melakukan analisis terhadap 299 abreviasi kata yang digunakan dalam kajian skripsi ini berdasarkan pengekalan huruf dan suku kata, penulis menemukakan 42 jenis pembentukan abreviasi. Ada 5 jenis pembentukan abreviasi kata yang paling sering terjadi, yaitu (1) pengekalan huruf pertama suku kata pertama serta pengekalan huruf pertama dan tiga suku kata kedua, (2) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan pengekalan suku kata kedua, (3) pengekalan huruf pertama setiap suku kata, (4) pengekalan huruf pertama dan ketiga setiap suku kata, dan (5) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan kedua serta pengekalan ketiga. Selanjutnya, penulis memasukan 42 jenis pembentukan abreviasi tersebut ke dalam 5 jenis abreviasi kata, yaitu singkatan, penggalan, bentuk khusus, kontraksi, dan lambang huruf. Sebahagian besar dari jenis dapat dikategorikan ke dalam jenis singkatan. Beberapa jenis yang dapat dikategorikan ke dalam jenis singkatan, yaitu (1) pengekalan huruf pertama suku kata pertama serta pengekalan huruf pertama satu dan tiga suku kata kedua, (2) pengekalan huruf pertama setiap suku kata, dan (3) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan pengekalan suku kata kedua.

2. Dian Alanudin (2003) dalam skripsi yang berjudul “Bentuk- Bentuk Singkatan Kata Bahasa Indonesia pada Iklan Mini: Studi Kasus pada Mini Kompas Tanggal 1-13 Agustus 2002”. Namun penelitian Alanudin merupakan

(2)

penelitian linguistik yang mendeskripsikan bentuk-bentuk singkatan yang digunakan dalam bahasa iklan mini dalam surat kabar Kompas. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada 5 bentuk abreviasi yang digunakan dalam penulisan iklan mini Kompas, yaitu singkatan, pengenalan, akronim, kontraksi, dan lambing huruf.

3. Ruhani Masaray (2013) dalam skripsi yang berjudul “Proses Pembentukan Kata Nama Cantuman pada Media Cetak” menjelaskan bahawa akronim salah satu daripada morfologi bahasa Melayu adalah bentuk perkataan yang terdiri daripada kata tunggal, kata terbitan, kata majmuk dan kata ganda.

Penulis menjelaskan lagi bahawa tidak terdapat peraturan khusus dalam pembentukan akronim. Gabungan huruf dan suku kata dipilih berdasarkan efek suaranya. Karena kemungkinan terdengar sebagai nama kata, akronim biasanya diperlakukan sebagai kata yang lengkap, terutama ketika akronim dapat dimasukkan dalam sistem nahu, seperti kata benda, kata kerja dan kata sifat.

4. Johansah Sungsang Prayudha (2011) dalam skripsi yang berjudul

“Pemendekan Kata Berbahasa Jawa Dalam Facebook”. Hasil dari penelitian ini adalah pemendekan kata bahasa Jawa di Facebook yang dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi. Singkatan dapat disubklasifikasi menjadi 25 kelompok tetapi untuk subklasifikasi 9 sampai 25 merupakan bentuk diluar teori yang telah dikemukakan oleh Kridalaksana, bentuk baru ini merupakan ciptaan baru yang diterjemahkan oleh peneliti sendiri.

Penggalan ditemukan tujuh kelompok 4 sampai 7 peneliti menemukan bentuk baru dari penggalan, 3 subklasifikasi bentuk penggalan dijelaskan oleh Kridalaksana (2007) dan bentuk kontraksi atau bentuk akronim akronim ditemukan empat yang merupakan bentuk baru.

5. Weamaji Paramal (1991) dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Long Consonants in Pattani Malay: The Result of Word and Phrase Shortening” telah meneliti kepanjangan konsonan pada suku kata awal dialek Melayu Pattani, yang disebabkan oleh pemendekan frasa, daripada tiga suku kata menjadi dua suku kata.

6. Oktaviani icha k. w (2017) dalam jurnal yang berjudul “Abreviasi Bahasa Indonesiadalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat” dalam junal ini

(3)

memaparkan tentang jenis-jenis abreviasi, proses pembentukan abreviasi, dan bentuk asli dari abreviasi yang terdapat pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima jenis abreviasi yang meliputi singkatan, akronim, kontraksi, penggalan, dan lambang huruf. Proses abreviasi ditemukanber jumlah 26 proses. Jenis singkatan memiliki 6 proses, akronim dan kontraksi memiliki 14 proses, penggalan memiliki 3 proses, dan lambang huruf memiliki 3 proses. Bentuk asli abreviasi yang terdapat dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat ada dua bentuk, yaitu bentuk kata dan frasa.

Bentuk asli abreviasi yang berupa kata-kata terbagi menjadi dua, yaitu kata umum dan nama diri.

7. Rengganis Citra Cenderamata, Agus Nero Sofyan (2019) dalam jurnal yang berjudul “Abreviasi Dalam Percakapan Sehari-Hari Di Media Sosial” jurnal ini menjelaskan tentang proses pembentukan abreviasi yang muncul dalam percakapan sehari-hari di media social. Data yang digunakan diambil dari percakapan sehari-hari di media sosial, seperti line, whatsapp, facebook, twitter dan instagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang menggunakan tiga proses abreviasi, yaitu akronim, singkatan, dan penggalan dalam percakapan sehari-hari di media sosial. Akronim dan singkatan paling banyak ditemukan di antara ketiga proses tersebut. Alasan fenomena bahasa ini adalah bahwa orang bermaksud untuk menghemat waktu, untuk mengisi kesenjangan atau hambatan komunikasi antara pengguna dan untuk menunjukkan kelompok sosial.

8. Sri Hatija Ningsih (2019) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Bentukan Kata Abreviasi Pada Media Sosial Facebook”. jurnal ini mendeskripsikan bentuk- bentuk abreviasi pada media sosial Facebook, mendeskripsikan proses pembentukan kata abreviasi pada media sosial Facebook, dan mendeskripsikan penggunaan bentuk-bentuk abreviasi dalam ragam tulis bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa ada lima bentuk abreviasi pada media sosial Facebook yang ditemukan, yaitu singkatan, akronim, kontraksi, penggalan, dan lambang huruf. Proses abreviasi yang ditemukan pada media sosial Facebook, yaitu (1) Pengekalan huruf; (2) Pengekalan suku kata; (3) Lambang huruf; dan (4) Pelesapan kata atau suku kata. Penggunaan bentuk-bentuk abreviasi pada ragam

(4)

tulis bahasa Indonesia, yaitu (1) menggunakan tanda titik pada setiap unsurnya;

dan (2) menggunakan huruf kapital atau huruf kecil.

9. Sudjalil (2018) dalam jurnal yang berjudul “Tipologi Abreviasi Dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia”. jurnal ini menjelaskan tentang bentuk, fungsi, proses, dan tipologi abreviasi dalam surat kabar Jawa Pos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk abreviasi meliputi singkatan, akronim, kontraksi, penggalan, dan lambang huruf, (2) fungsi abreviasi melipurti yaitu untuk menghemat penggunaan kata-kata yang panjang dengan cara mempertahankan huruf atau suku kata dari kata atau frasa yang dibentuknya, memunculkan variasi bahasa dalam karya tulis, dan agar tulisan lebih praktis. (3) Proses pembentukan abreviasi meliputi: pemertahanan huruf pertama, pemertahanan huruf pertama dan penanggalan konjungsi, mempertahankan suku kata pertama, dan (4) meringkas leksem bentuk dasarnya. Tipologi abreviasi dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia Jawa Pos edisi Januari s.d Maret 2016 pada kolom pendidikan sebagai upaya memperkaya kosakata bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi 7 jenis, yaitu jenis 1: pemertahanan huruf pertama, jenis 2: pemertahanan huruf pertama dengan penghilangan kata tugas, jenis 3: pemertahanan huruf pertama dan pemenuhan kaidah fonotatik, jenis 4: pemertahanan suku kata dan pemenuhan kaidah fonotatik, jenis 5: pemertahanan suku kata, penghilangan kata tugas, dan pemenuhan kaidah fonotatik, jenis 6: pemertahanan sebagian huruf, dan jenis 7:

mempertahankan sebagian silaba.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidak sama dengan yang telah dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumnya, dan penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan masyarakat umum lainnya.

(5)

2.2 Landasan Teori Pengertian Morfologi

Menurut Ramlan (1997: 21) mengatakan bahwa morfologi adalah bagian dari linguistik yang membahas atau mempelajari kedalaman kata dan pengaruh perubahan bentuk kata terhadap kelompok dan makna kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari kedalaman bentuk kata dan fungsi perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.

Morfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari kata dan pembentukan kata. Ada beberapa masalah utama yang dipelajari dalam morfologi. Hal ini meliputi bagaimana suatu kata terbentuk, proses-proses yang terjadi dalam pembentukan kata, proses-proses yang terjadi dalam pembentukan kata dan bentuk-bentuk yang dihasilkan dari proses tersebut (Ramli Md. Salleh, 2007: 63).

Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari kata dari segi struktur, bentuk, dan klasifikasi kata. Struktur kata berarti susunan bentuk bunyi ujaran atau lambang (tulisan) yang menjadi satu kesatuan bahasa yang bermakna. Bentuk kata juga merupakan bentuk satuan gramatikal, baik itu tunggal maupun hasil proses pengimbuhan, komposisi, dan pengulangan. Klasifikasi kata adalah proses penggolongan kata berdasarkan kesamaan bentuk atau fungsi, atau bentuk dan fungsi. Kata-kata yang memiliki kemiripan tersebut diklasifikasikan dalam kelompok kata yang sama. Morfologi bahasa Melayu adalah bidang yang mempelajari struktur, bentuk dan klasifikasi kata dalam bahasa Melayu (Nik Safiah Karim et al., 2011: 41).

Chaer (dalam Nise, 2018: 220) menjelaskan pengertian morfologi, secara etimologis kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata. Kridalaksana dalam bukunya yang berjudul Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (2007:12) membagi proses morfologis menjadi 6 proses, yaitu: (1) Derivasi zero, (2) Afiksasi, (3) Reduplikasi, (4) abreviasi (pemendekan kata), (5) Komposisi (kombinasi) dan (6) Derivasi balik. Dari 6 proses morfologi tersebut, peneliti hanya akan mengkaji proses morfologi yang ke-4, yaitu bentuk abreviasi (pemendekan kata).

(6)

Pembentukan Kata

kata adalah satuan kebahasaan terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna bebas. Dari definisi tersebut, ada dua hal yang menandai suatu kata, yaitu:

Merupakan satuan kebahasaan terkecil dan mengandung makna bebas (Kosasih, 2003:3). Pembentukan kata baru dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengubah kata yang sudah ada atau membuat kata yang sama sekali baru.

Pembentukan kata yang paling umum adalah mengubah kata yang sudah ada menjadi bentuk kata baru. Sangat jarang kita menemukan kata-kata baru yang muncul benar-benar baru dalam arti tidak dipinjam atau dimodifikasi dari kata- kata yang sudah ada, baik dalam bahasa itu maupun dalam bahasa lain. Perubahan yang paling umum dilakukan adalah afiksasi. Afiks memiliki fungsi gramatikal, yaitu kemampuan untuk mengubah kelas kata. Selain itu, afiks juga memiliki kemampuan untuk mengubah arti kata (Sutawijaya, 1996). Dengan kata lain, jika imbuhan itu melekat pada bentuk dasarnya, maka ia memiliki fungsi tertentu, yaitu fungsi gramatikal dan fungsi semantik. Dalam Bahasa Melayu Dialek Patani, selain afiksasi, perubahan kata dapat dilakukan dengan kata ulang, kata majemuk, dan kata abreviasi (kata kependekan).

Abreviasi atau Pemendekan

Menurut Kridalaksana (2007: 159) mendefinisikan bahwa Abreviasi adalah proses menghilangkan satu atau lebih bagian kata atau gabungan kata sehingga menjadi bentuk baru. Akronim dan singkatan adalah bagian dari proses abreviasi.

Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan. Menurut Wijana (2004:170-171) mengatakan abreviasi dapat diucapkan dengan berbagai kemungkinan. Ada dua abreviasi yang dilafalkan seperti kata biasa, ada yang diucapakan dengan mengurutkan huruf-huruf awal atau tanpa diawali atau diikuti huruf lain. Menurut KBBI (2008:3) menjelaskan abreviasi adalah pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap, bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frasa. Abreviasi adalah proses morfologis yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan. Jadi pemendekan kata (abreviasi) adalah suatu cara proses pembentukan kata, yakni dengan cara memendekkan kata menjadi huruf, bagaian kata, atau gabungan sehingga membentuk sebuah kata.

(7)

Pemendekan adalah proses, cara, perubahan memendekkan. Memendekkan adalah mengurangi (memotong) menjadi lebih pendek (KBBI, 2008: 1044).

Menurut Ariyanto (2005:77) proses pemendekan (abreviasi) merupakan salah satu dalam proses pembentukan kata dalam bahasa indonesia selain proses pengulang (reduplikasi), pengimbuhan (afiksasi) dan pemajemukan (komposisi).

Menurut Abdul Chaer (2003: 191) mengidentifikasi bahwa pemendekan adalah proses pemisahan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi bentuk pendek, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk lengkapnya. Dalam berbagai kepustakaan, hasil dari proses pemendekan ini dibagi menjadi penggalan, singkatan dan akronim. Yang dimaksud dengan penggalan adalah pemendekan berupa mempertahankan satu atau dua suku kata pertama dari bentuk pemendekannya. Misalnya lab atau labo dari laboratirum, dok dari bentuk lengkapnya dokter dan perpus dari bentuk lengkapnya perpustakaan. Yang dimaksud dengan akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. bentuk pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf pertama, berupa pengekalan suku kata dari gabungan leksem atau bisa juga secara tidak beraturan. Misalnya: abri dari angkatan bersenjata republik Indonesia, juklak dari petunjuk pelaksanaan, inpres dari instruksi presiden, wagub dari wakil gubemur, dan wakuncar dari waktu kunjung pasar. Bisa dikatakan istilah lain adalah pemendekan, yang hasilnya disebut pemendekan. Pengguna bahasa terkadang membentuk kependekan yang mirip, misalnya berupa bunyi dengan bentuk lain, sehingga memiliki kesamaan makna. Bentuk kependekan bahasa muncul karena kebutuhan penggunaan bahasa yang praktis dan cepat untuk memenuhi prinsip ekonomi dan sebagai karya tulis kreatif.

Jinis Abreviasi dan Prosesnya

Menurut Kridalaksana (2007:162) mengatakan abreviasi terbagi didalam lima bentuk, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.

Masing-masing akan dijelaskan pada bagian berikut; Dari 5 bentuk abreviasi tersebut, peneliti hanya akan menggunakan bentuk abreviasi penggalan, akronim, dan kontraksi saja. Masing-masing akan dijelaskan pada bagian berikut;

(8)

1. Penggalan

Penggalan yaitu proses pemendekan yang melesapkan atau menggugurkan sebagian dari leksem. Penggalan adalah potongan; keratan (KBBI 2008:1046). Menurut Kridalaksana (2007:162) berpendapat bahwa penggalan adalah proses pemendekan yang mempertahankan bagian dari leksem. Leksem adalah kata dasar yang menjadi bentuk kata, misalnya pada kata mengajar, belajar dan mempelajari adalah kata yang berasal dari leksem “ajar”. Penggalan menurut Kridalaksana (2007: 72) dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1.1 Pengekalan Suku Kata Pertama dari Suku Kata

Penggalan ini terjadi melalui proses memenggal suku kata pertama dari suatu kata. Proses ini menghasilkan bentuk penggalan satu suku kata, yaitu suku kata pertama. Pengekalan suku kata pertama dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Dok : dokter

Kata dokter dipenggal suku kata pertamanya saja yaitu dok.

Sus : suster

Kata suster dipenggal suku kata pertamanya saja yaitu sus.

1.2 Penggalan Suku Kata Terakhir dari Suatu Kata

Bentuk penggalan suku kata terakhir suatu kata adalah bentuk penggalan yang mempertahankan satu suku kata, yaitu suku kata terakhir suatu kata.

Proses penggalan suku kata terakhir suatu kata yang dipenggal menjadi bentuk pemendekan. Penggalan suku kata terakhir dari sebuah kata dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

Nak : anak

Kata anak dipenggal suku terakhirnya yaitu nak.

Dik : adik

Kata adik mengalami proses pemenggalan suku kata terakhirnya yaitu dik.

(9)

1.3 Pengekalan Tiga Huruf Pertama dari Suatu Kata

Penggalan ini adalah penggalan yang muncul dengan proses mempertahankan tiga huruf pertama dari sebuahu kata. Mempertahankan tiga huruf pertama dari sebuah kata ditunjukkan pada contoh di bawah ini;

des : Desember

Kata Desember penggalannya adalah des yang terjadi dengan proses mengekalkann tiga huruf pertama yaitu huruf d, e dan s.

dep : departemen

Kata departemen penggalannya adalah dep yang terjadi dengan proses mengekalkan tiga huruf pertama yaitu huruf d, e dan p.

1.4 Pengekalan Empat Huruf Pertama dari Suku Kata

Mempertahankan empat huruf pertama dari suku kata adalah bentuk subklasifikasi dari penggalan. Penggalan ini terjadi dengan proses mempertahankan empat huruf pertama suku kata. Pengekalan empat huruf pertama dari suku kata ditunjukkan dalam contoh kata di bawah ini.

prof : profesor

Kata profesor dikekalkan empat huruf pertamanya yaitu huruf p, r, o dan f.

bentuk penggalanya adalah prof.

sept : september

Kata september dikekalkan empat huruf pertamanya yaitu huruf s, e, p dan t. bentuk penggalanya adalah sept.

1.5 Pengekalan Kata Terakhir dari Suatu Frase

Pengekalan kata terakhir dari suatu frase terjadi melalui proses mengekalkan sebuah frase yaitu pada kata terakhir. Bagian ini hanya muncul dalam bentuk frasa bukan kata. Pengekalan kata terakhir dari sebuah frasa disajikan dalam contoh penjelasan di bawah ini.

harian : surat kabar harian

Kata terakhir dari surat kabar harian adalah kata harian jadi bentuk penggalanya adalah harian.

(10)

1.6 Pelepasan sebagai kata

Penggalan juga dapat dibentuk dengan melepaskan atau menghilangkan bagian dari sebuah kata. Pelepasan sebagaian kata ini terjadi dalam pengalan yang bentuk dasarnya terdiri dari dua kata. Pelepasan sebagai kata dalam pembentukan penggalan dapat dilihat pada contoh pembentukan panggalan di bawah ini.

Kena apa : kenapa

Penggalan kenapa dari kata kena apa terbentuk dengan pelepasan sebagaian dari kata kena apa yaitu huruf A pada kata apa.

2. Akronim

Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan diucapkan sebagai kata yang memenuhi kaidah fonetik. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata atau huruf dan suku kata dalam suatu rangkaian kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan diucapkan sebagai kata yang wajar (KBBI, 2008:29). Menurut Wijana, (2004: 168) Akronim adalah satuan kebahasaan yang dihasilkan dari penyingkatan dengan cara tertentu, yaitu dengan mengambil bagian kata yang bersangkutan yang disebut silabe atau yang mungkin menjadi silabe kata baru hasil penyingkatan satuan yang disingkat itu.

Menurut Kridalaksana (2007:162) menjelaskan bahwa akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia. Kridalaksana (2007:169) akronim memang sulit dibedakan dengan kontraksi tetapi sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa jika semua kependekan itu diucapkan atau dilafalkan sebagai kata wajar, maka disebut akronim. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jika suatu singkatan diucapkan atau diucapkan secara wajar dan terdengar seperti kata yang alami, maka dapat disimpulkan bahwa kependekan tersebut berupa akronim.

(11)

3. Kontraksi

Menurut Tarigan (1985: 106) kontraksi berarti memperpendek, mengecilkan atau mengecilkan fonem dalam kata, tanpa mengubah makna kata tersebut. Kontraksi adalah proses atau hasil pemendekan suatu bentuk kebahasaan. Seperti tak dari kata tidak, dan takkan dari tidakakan (KBBI, 2008:729). Menurut Kridalaksana (2007:162) menghuraikan bahwa kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Kontraksi dan akronim memang dua hal yang sulit dibedakan, tetapi Kridalaksana menerapkan teori bahwa jika semua kependekan dilafalkan sebagai kata wajar maka disebut akronim, hal inilah letak yang membedakan antara kontraksi dan akronim. Menurut Kridalaksana secara garis besar berpendapat bahwa kontraksi akan dijelaskan atau diuraikan pada bagian dibawah ini.

3.1 Pengekalan Suku Pertama dan Tiap Komponen

Bentuk kontrasi dengan mengekalkan kata pertama setiap kata adalah bentuk kontraksi yang pada dasarnya adalah dua komponen kata yang dipertahankan oleh suku kata dari setiap komponen kata. Pengekalan suku pertama setiap komponen ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

Latker : Latihan Kerja

Kata latihan kerja mengalami kontraksi suku pertama dari setiap komponen yaitu lat dari latihan dan ker dari kerja.

Tipa : Tipus Paratipus

Kata Tipus paratipus mengalami kontraksi suku pertama dari stiap komponen, ti dari tipus dan pa dari paratipus, sehingga bentuk jadinya adalah tipa.

3.2 Pengekalan Suku Pertama Komponen Pertama dari Pengekalan Kata Seluruhnya atau Seutuhnya

pengekalan suku kata pertama, komponen pertama dari pengekalan lengkap kata adalah bentuk kontraksi yang terjadi melalui proses mengekalkan suku kata pertama dari kata pertama dan kemudian menambahkannya ke

(12)

penekalan lengkap kata kedua. Bentuk pengekalan tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

Angair : Angkatan Air

Kata Angkatan Air mengalami kontraksi dengan mempertahankan suku kata pertama dari kata pertama, yaitu ang dari angkatan dan pengekalan lenkapnya pada kata air.

Taplus : Tabungan Plus

Kata Tabungan plus mengalami kontraksi dengan mengekalkan suku pertama dari kata pertama yaitu ta dari tabungan dan pengekalan lengkapnya pada kata plus.

3.3 Pengekalan Suku Kata Terakhir dari Tiap Komponen

Pengekalan suku kata terakhir dari setiap komponen adalah bentuk kontraksi yang dibentuk dengan proses mempertahankan suku kata terakhir dari semua komponen kata. Bentuk kontraksi ini merupakan kombinasi dari masing-masing suku kata terakhir dari setiap kata. Pengekalan suku kata terakhir dari setiap komponen ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

Pokja : Kelompok kerja

Kata kelompok kerja mengalami kontraksi dengan proses pengekalan suku kata terakhir tiap komponen kata. Kata kelompok dikekalkan menjadi pok dan kata kerja dikekalkan suku kata terakhirnya yaitu ja. Maka bentuk kontraksinya adalah pokja.

Jurdil : Jujur Adil

Sama seperti contoh di atas bahwa kata jujur adil mengalami kontraksi dengan proses pengekalan suku kata terakhir tiap komponen kata. Kata jujur dikekalkan menjadi jur dan kata adil dikekalkan suku kata terakhirnya yaitu dil.

3.4 Pengekalan Suku Pertama dari Komponen Pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya.

Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen berikutnya adalah bentuk kontraksi yang sedikit rumit karena pengekalannya ada pada suku kata yang muncul pada suku

(13)

kata pertama dari komponen kata pertama dan kedua, di sementara kata berikutnya yang dikekalkan adalah huruf. Proses ini ditunjukkan dalam contoh kontraksi di bawah ini.

Himpa : Himpunan Peternak Ayam

Kata diatas mengalami pemendekan yaitu bentuk kontraksi dengan pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua, yaitu him dari himpunan, kemudian huruf pertama dari komponen selanjutnya yaitu pengekalan huruf P dan A dari komponen kata peternak dan ayam.

Perwari : Persatuan Wanita Republik Indonesia

Kata persatuan wanita republik Indonesia mengalami pemendekan yaitu bentuk kontraksi dengan pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua, yaitu per dari persatuan dan wa dari wanita kemudian huruf pertama dari komponen selanjutnya yaitu pengekalan huruf R dan I dari komponen kata republik dan Indonesia.

3.5 Pengekalan Suku Pertama Tiap Komponen Dengan Pelepasan Konjungsi.

Pengekalan suku pertama setiap komponen dengan menghilangkan konjungsi adalah bentuk kontraksi yang terjadi dengan proses mengekalan suku pertama setiap kata dan disertai dengan menghilangkan konjungsinya.

Proses ini ditunjukkan pada contoh kontraksi di bawah ini.

Anpuda : Andalan Pusat dan Daerah

Komponen ini mengalami kontraksi dengan mengekalkan suku pertama dari andalan menjadi an, pusat mednjadi pu, dan daerah menjadi da maka dilepaskan konjungsi tersebut.

3.6 Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen

Mempertahankan huruf pertama dari setiap komponen adalah salah satu subklasifikasi kontraksi dengan mengekalakan satu huruf pada setiap kata.

Huruf pertama dikekalkan saja. Kontraksi dengan proses pengekalan huruf pertama dari setiap komponen ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

PTMSI : Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia RRI : Radio Republik Indonesia

(14)

Kontraksi dalam bentuk ini diambil satu huruf pertamanya saja disetiap kata-katanya atau komponennya. Persatuan tenis meja seluruh Indonesia diambil huruf depan dari masing-masing kata yaitu huruf P, T, M, S dan I.

Pada radio republik Indonesia juga sama hanya diambil huruf depan dari masing-masing kata yaitu huruf R, R, dan I.

3.7 Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen Frase dan Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Terakhir.

Pengekalan huruf pertama dari setiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama dari komponen terakhir yaitu subklasifikasi bentuk kontraksi ini, proses pembentukkannya adalah dengan mengekalkan huruf pertama pada kata pertama dan kedua sebuah frase, tetapi di kata terakhir frase tersebut yang dikekalkan adalah dua huruf pertamanya. Bentuk ini dilihat pada contoh di bawah ini.

Aipda : Ajun Inspektur Polisi Dua

Kata Ajun inspektur polisi dua ini mengekalkan huruf pertamanya pada tiap komponen frase, anjun, inspektur dan polisi berarti huruf yang dikekalkan adalah A , I dan P. Kata dua merupakan satu huruf pertama dan huruf terakhir yaitu D dan A sehingga menjadi Aipda.

3.8 Pengekalan Dua Huruf Pertama Tiap Komponen Dalam Bentuk Kontraksi Yang Terdiri dari Kumpulan Dua Huruf Pertama dari Setiap Kata-Katanya.

Kontraksi ini terjadi dengan mengekalkan setiap dua huruf pertama dari setiap kata. Pengekalan dua huruf pertama setiap komponen tersebut ditunjukkan pada uraian contoh kontraksi di bawah ini.

Bapefi : Badan Penyalur Film

Badan penyalur film mengalami kontraksi dengan mengekalkan dua huruf pertama tiap komponen, yaitu huruf B dan A untuk kata badan, huruf P dan E untuk kata penyalur dan huruf F dan I untuk kata film.

3.9 Pengekalan Tiga Huruf Pertama Tiap Komponen

Pengekalan tiga huruf pertama setiap komponen merupakan bentuk kontraksi yang berlangsung dengan cara mempertahankan tiga huruf yang

(15)

dipertahankan, yaitu huruf pertama, kedua dan ketiga dari pembentukan kata. Sebuah contoh dapat disajikan pada bagian di bawah ini.

Komwil : Komando Wilayah

Komando wilayah frase ini mengalami kontraksi dengan mengekalkan tiga huruf pertama dari komponen misalnya kata komando mengalami kontraksi menjadi kom dan wilayah mengekalkan huruf W, I dan L.

3.10 Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Ketiga Huruf Pertama Komponen Partama dan Ketiga Huruf Pertama Komponen Kedua Disertai Pelepasan Konjungsi.

Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga dari huruf pertama komponen partama dan ketiga huruf pertama dari komponen kedua disertai pelepasan konjungsi adalah bentuk kontraksi yang terjadi dengan proses pengekalan dua huruf pertama pada kata pertama dan ditambah dengan pengekalan tiga huruf pertama pada kata yang kedua. Bentuk kontraksi ini menghilangkan semua jenis konjungsi. Bentuk kontraksi dengan proses ini ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

abnon : abang dan none

kata abang dan none mengalami kontraksi dengan mengekalkan dua huruf di dalam setiap indukan yaitu dua huruf pertama pada kata abang.

3.11 Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Ketiga Serta Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Kedua.

Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga dan mengekalan tiga huruf pertama komponen kedua berati kontraksi yang terjadi dengan proses pengekalan dua huruf pertama dan kata pertama dan tiga ditambah dengan pengekalan tiga huruf dari kata yang kedua, bentuk kontraksi ini terdiri dari tiga kata. Bentuk kontraksi dengan proses ini ditunjukan pada contoh di bawah ini.

Odmilti : Oditur Militer Tinggi

kata oditur militer tinggi mengalami kontraksi menjadi odimilti dengan proses pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga.

Komponen pertama yaitu huruf O dan D dari kata oditur, dan tiga huruf

(16)

komponen dua yaitu M, I dan L dan dua huruf pertama pada kata terakhir yaitu T dan I.

3.12 Pengekalan Tiga Huruf Pertama Komponen Pertama dan Ketiga Serta Pengekalan Huruf Pertama Komponen Kedua.

Pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga dan pengekalan huruf pertama komponen kedua adalah bentuk kontraksi yang hanya terjadi hanya jika terdapat tiga kata pembentukan saja. Proses pembentukan dengan pengekalan tiga huruf dari kata pertama dan ketiga dan huruf pertama dari kata kedua, poses ini ditunjukan pada contoh kontraksi di bawah ini.

Nasasos : Nasionalisme, Agama, Sosialisme

Nasasos dibentuk dengan pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga yaitu pengekalan huruf N, A dan S dari kata nasionalisme juga pengekalan huruf pertama komponen kedua yaitu huruf A dari agama.

3.13 Pengekalan Tiga Huruf Pertama Tiap Komponen Serta Pelepasan Konjungsi.

Mengekalan tiga huruf pertama setiap komponen dan melepasan konjungsi adalah salah satu subklasifikasi dari bentuk kontraksi. Hal ini terjadi dengan proses mengekalkan tiga huruf pertama dari setiap komponen kata pembentukanya yang disertai dengan melesapkan konjungsi. Proses terbentuknya bentuk kontraksi ini dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

Falsos : Falsafah dan Sosial

Falsos dibentuk dengan mengekalkan tiga huruf pertama pada tiap komponen kata yaitu filsafat mengekalkan huruf F, A dan L serta kata sosial yang mengekalkan huruf S, O dan S.

3.14 Pengekalan Dua Huruf Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama Komonen Kedua.

Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua yaitu kontraksi yang ditentukan dari huruf pertama dan kedua yang dipertahankan dari kata pertama dan ketiga huruf pertama yang

(17)

dikekalkan dari kata kedua. Bentuk kontraksi yang terjadi dengan proses ini ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

Jatim : Jawa Timur Jabar : Jawa Barat Aftim : afrika timur

Kata diatas semua dibentuk dengan pengekalan dua huruf pertama komponen pertama.

3.15 Pengekalan Empat Huruf Pertama Tiap Komponen Disertai Pelepasan Konjungsi.

Pengekalan empat huruf pertama setiap komponen disertai pelepasan konjungsi adalah kontraksi yang terjadi dari proses mempertahankan empat huruf pertama dari setiap pembentukan kata disertai dengan pelepasan konjungsi, seperti terlihat pada kontraksi di bawah ini.

Agitprop : Agitasi dan Propaganda

Kata agitprop dibentuk dengan pengekalan empat huruf pertama tiap komponen yang disertai dengan pelepasan konjungsi. Pengekalan huruf A, G, I dan T dari kata agritasi dan huruf P,R,O dan P dari kata probaganda, serta melepaskan kata dan sebagai konjungsinya.

3.16 Pengekalan Berbagai Huruf dan Suku Kata Yang Sukar Dirumuskan.

Pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sulit untuk dirumuskan ini merupakan diperoleh ketika suatu kontraksi sulit untuk dianalisis proses pengekalanya. Kontraksi bentuk ini sangat membingungkan proses pengekalan setiap huruf, kontraksi semacam ini dapat dilihat dari contoh di bawah ini.

Urildiadj : Urusan Moril Direktorat Ajudan Jendral kata urildiadj proses pembentukanya sukar untuk dirumuskan.

Variasi Bahasa

Sebuah bahasa mempunyai sistem dari subsistem yang di pahami oleh semua penutur bahasa. Akan tetapi, karena penutur bahasa ini, sekalipun berada dalam komunitas penutur yang sama, bukanlah merupakan orang yang homogen,

(18)

maka wujud bahasa yang konkret (parole), menjadi tidak seragam. Bahasanya pun menjadi beragam dan bervariasi. Variasi bahasa adalah suatu bentuk perubahan atau pembedaan dari manifestasi kebahasaan yang berbeda, tetapi tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan (Chaer, 2004:61). Dalam variasi bahasa terdapat dua sudut pandang, pertama, variasi dilihat sebagai akibat dari keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi kebahasaan. Jadi variasi tersebut terjadi sebagai akibat dari keragaman sosial dan keragaman fungsi kebahasaan.

Kedua, variasi atau ragam bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai sarana interaksi dalam berbagai kegiatan masyarakat (Chaer, 2004: 64).

Menurut Nababan (1984:16) mengungkapkan bahwa ragam bahasa adalah ragam yang disebabkan oleh perbedaan daerah, perbedaan kelompok atau kondisi sosial, situasi kebahasaan dan tingkat formalitas yang berbeda, tahun dan jaman yang berbeda. Menurut Kridalaksana (1981: 165) menyatakan bahwa ragam bahasa adalah ragam yang tergantung pada kegunaan yang berbeda-beda tergantung pada topik yang dibicarakan, tergantung pada hubungan antara penutur, lawan bicara dan orang yang bersangkutan serta lingkungan yang bersangkutan. Menurut Suwito (1983:33) mengatakan bahwa ragam bahasa menunjukkan istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu varian yang terdapat dalam penggunaan bahasa.

Berbeda dengan Chaer, Nababan, Kridalaksana, dan Suwito, menurut Wardhaugh (1988: 22) variasi bahasa seperti bunyi, kata, dan ciri gramatikal, pola bicara manusia secara unik terkait dengan faktor eksternal, seperti wilayah geografis dan kelompok sosial.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa variasi adalah pola umum ucapan manusia, yang cukup mirip untuk dianalisis dengan teknik bermain sinkronis yang ada dan memiliki repertory elemen dan fusi atau proses yang cukup besar dengan ruang lingkup semiotik yang cukup luas untuk berfungsi dalam semua konteks komunikasi normal.

(19)

Bahasa Melayu Dialek Patani (DMP)

Menurut Ruslan Uthai (2005: 1-2) mengatakan bahwa BMDP merupakan salah satu dialek yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. BMDP memiliki beberapa fitur yang menyangkal asal-usulnya sebagai bahasa Austronesia. Bahasa Malayu di Thailand termasuk dalam kelompok bahasa minoritas dan dituturkan oleh penduduk asli Melayu yang beragama Islam dan tinggal di lima provinsi selatan Thailand, yaitu provinsi Patani, Yala, Narathiwat, sebagian Songkhla dan sebagian Satun (Luangthoangkham 2008, Phaithoon 2005). BMDP dituturkan di provinsi Pattani, Yala dan Narathiwat, sebagian Songkhla dan sebagian Satun dimana aspek fonologinya hampir sama dengan dialek Kelantan Malaysia. Ada beberapa dialek Melayu di daratan Malaysia.

Salah satunya adalah Bahasa Melayu Dialek Patani. Dialek ini dituturkan di lima provinsi selatan Thailand, yaitu di provinsi Yala, Naratiwat Pattani, sebagian Songkla dan sebagian Satun. BMDP memiliki beberapa ciri kebahasaan yang berbeda dengan dialek Melayu lainnya, seperti melesapkan atau menghilangkan fonem, menambahkan fonem, dan menggantikan fonem di lingkungan tertentu.

Kini, BMDP telah berperan besar dan menjadi bahasa pengantar di lembaga- lembaga studi agama di Thailand Selatan (Paitoon M. Chaiyanara, 1999:11).

2.3 Kerangka Berpikir

Proses abreviasi menurut Kridalaksana (2007:165) dibagi menjadi lima, yaitu: singkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi dan lambang huruf. Dari 5 bentuk kependekan tersebut, peneliti hanya akan mengkaji bentuk-bentuk abreviasi penggalan, akronim dan kontraksi saja. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan jenis atau bentuk abreviasi, proses pembentukan abreviasi, dan variasi abreviasi dalam BMDP. Ada tiga langkah dalam kerangka berpikir ini.

Langkah pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini kegiatan diawali dengan melakukan observasi sambil mengobrol dengan masyarakat asli Patani yang menggunakan bahasa Melayu Dialek Patani yang berada di Surakarta dan Yogyakarta serta memiliki pengetahuan yang benar tentang dialek tersebut dan observasi sambil menonton dan mendengarkan dari jejaring sosial yaitu dari channel youtube (MULIMITAT) yang menggunakan bahasa Melayu Patani.

(20)

Abreviasi

Bahasa Melayu Dialek Patani

Analisis

Temuan

Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada penduduk Patani yang berada di Surakarta dan Yogyakarta yang mengguna bahasa Dialek Melayu Patani. Kegiatan selanjutnya adalah menandai kata-kata yang ada di dalamnya mengenai abreviasi yang berupa hanya bentuk abreviasi penggalan, akronim, dan kontraksi. Langkah kedua adalah mencatatan pada kartu data dan langkah terakhir adalah analisis. Analisis pertama kali dilakukan untuk mengetahui bentuk atau jenis abreviasi apa saja yang muncul dalam BMDP dan klasifikasinya. Adapun analisis kedua dilakukan untuk mendeskripsikan proses pembentukan abreviasi dalam BMDP, dan analisis ketiga mendeskripsikan variasi abreviasi dalam Bahasa Melayu Dialek Patani yang terjadi.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kerangka berpikir peneliti, dapat dilihat kerangka berpikir berikut ini.

Gambar Kerangka Pikir Jenis

1. Penggalan 2. Akronim 3. Kontraksi

Proses Pembentukan Variasi

1. Pengekalan huruf 2. Pengekalan Suku 3. Pengekalan huruf dan suku

Gambar

Gambar Kerangka Pikir Jenis

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur dan pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan metode PRA (pendekatan partisipatif) dan FGD (diskusi

Oh goddess who lives in the prosperous Thiru Kadavur, Which is full of Vedic chants said by Lord Vishnu and Lord Brahma, Oh goddess who holds the holy wheel, Whose names are famous,

Nilai F2 yang tidak berbeda dengan kontrol menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung kacang merah tidak berpengaruh terhadap warna bubur bayi yang dihasilkan,

Kepala Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, mempunyai tugas memimpin kegiatan pelayanan umum dan teknis Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan kewenangan

Memilih dan menetapkan tata cara komunikasi dan konsultasi yang sesuai untuk menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja

Diberi isipadu sebuah silinder adalah sama nilai dengan isipadu kubus yang terdapat pada rajah di bawah .Siti bercadang hendak membawa 4 bekas berbentuk silinder dan 3 bekas

Seseorang yang lebih sering menggunakan atau memberikan atensi, memiliki atensi yang lebih baik dibandingkan dengan yang jarang menggunakan atensi. Hal ini telah

Penelitian lain yaitu Baskoro (2008) tentang analisis tingkat pemahaman wajib pajak orang pribadi terhadap perturan pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan di Kota