• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DATA. Gambar 4.1 Logo Stand Up Comedy Metro TV Sumber: suc.metrotvnews.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DATA. Gambar 4.1 Logo Stand Up Comedy Metro TV Sumber: suc.metrotvnews.com"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian

4.1.1. Sekilas tentang Stand Up Comedy Metro TV

Gambar 4.1 Logo Stand Up Comedy Metro TV Sumber: suc.metrotvnews.com

Stand Up Comedy mulai tayang perdana di Metro TV pada bulan September tahun 2011, dan berdurasi 30 menit. Kemudian setelah mendapat respon positif dari masyarakat, maka jadwal tayang yang sebelumnya satu kali seminggu ditambahkan frekuensi tayangnya. Metro TV menayangkan tiga kali dalam seminggu yaitu Stand Up Comedy Open Mic setiap hari Selasa pukul 22.30 WIB, kemudian Stand Up Comedy Show setiap hari Rabu pukul 22.30 WIB dan Stand Up Comedy Battle Of Comics setiap hari Kamis pukul 22.30 WIB. Pada episode perdana di Metro TV Stand Up Comedymendapat rating 1,3 dengan 7,8 share sama dengan rating acara Kick Andy yang pada saat itu menjadi program unggulan Metro TV (rollingstone.co.id). Setelah beberapa tahun tayang kemudian program dan jadwal mengalami perubahan lagi yaitu menjadi Stand Up Comedy Open Mic setiap hari Senin s/d kamis pukul 22.30 WIB.

Pada Stand Up Comedy Metro TV beberapa komedian atau comic yang sebelumnya telah diundang datang akan dipersilahkan satu-persatu secara bergantian untuk naik ke atas panggung untuk bermonolog. Monolog yang disampaikan biasanya disesuaikan dengan tema yang telah diberikan oleh produser acara kepada para comic sebelumnya. Monolog yang disampaikan

(2)

biasanya dimulai dengan pernyataan yang diawali oleh sebuah latar belakang kemudian diakhiri dengan sebuah kejutan yang menjadi pencetus tawa. Biasanya komedian atau comic memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek, tanggapan, keresahan atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum menyangkut kehidupan sosial sehari-hari yang ada di tengah masyarakat. Monolog tersebut pun biasanya dikemas dengan sajian gerakan yang penuh ekspresi dan gaya berbicara yang seringkali cepat. Beberapa comic mempunyai ciri khas penampilan masing-masing, dengan gaya berpakaian yang khas bahkan ada yang menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung.

Gambar 4.2 Ciri khas comic yang selalu membawa gitar Sumber: olahan penulis

Gambar 4.3 Ciri khas comic yang selalu membawa handuk Sumber: olahan penulis

(3)

4.1.2. Komedian atau Comic dalam Stand Up Comedy Metro TV

GAMBAR KETERANGAN

Panji Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo

adalah seorang penyiar radio, presenter televisi, penulis buku, penyanyi rap, dan pelawak tunggal di Indonesia. Materi yang paling dikenal dalam lawakannya adalah tentang legalisasi ganja dan tentang pemerintah.

Soleh Solihun Sebelum menjadi comedian Soleh Solihun berprofesi sebagai wartawan. Kemudian setelah dipecat dari profesinya Soleh seketika merambah ke panggung Stand Up Comedy. Gaya melawak Soleh yang spontan membuatnya membawa topik-topik lawakan yang segar.

Mongol Rony Immanuel atau lebih dikenal dengan Mongol Stress. Dikenal sebagai comic SUC yang ditayangkan di Metro TV sejak pertengahan September 2011.

Materi yang paling dikenal dalam lawakannya adalah tentang pria gay yang kerap diistilahkan olehnya sebagai "Pria KW"

Raditya Dika Dika Angkasaputra Moerwani atau dikenal dengan nama Raditya Dika adalah seorang penulis. Materi lawakan yang paling dikenal dalam lawakannya adalah kegalauan masa pacaran dan homo. Selain itu gaya melawak yang ekspresif dan lebay juga menjadi ciri khasnya.

(4)

Tabel 4.1 Daftar comic Stand Up Comedy Metro TV Sumber : Olahan Penulis, 2014

Mudi Tylor Dhimas Mudiarto Ramelan

Soetarto a.k.a John Mudy Taylor Marai Yahya Saladin bin Abi Thalib Marpaung Beibeh a.k.a Mudy Taylor merupakan seorang comic yang muiltitalenta. Ciri khas melawak dengan membawa alat musik gitar. Materi lawakan yang paling terkenal adalah mengenai musik.

Cak Lontong Lis Hartono (atau yang lebih dikenal sebagai Cak Lontong) Namanya pun terkenal setelah menjadi stand up comedian (comic) di Stand Up Comedy Show, Metro TV dan panelis di Indonesia Lawak Klub, Trans 7. Cak Lontong punya karakter sendiri, ciri khasnya adalah “Salam Lemper”

Abdel Abdel Achrian (lahir di Jakarta, 27 September 1970; umur 43 tahun) adalah pemeran, pelawak, presenter televisi Indonesia keturunan Minangkabau. Ia memulai karier sebagai penyiar radio, kemudian merambah dunia lawak melalui situasi komedi Abdel dan Temon bersama dengan Simson Rarameha.

Iwel Welnaldi (lahir di Padang, 19

Oktober 1973; umur 40 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Iwel Wel adalah pelawak Indonesia.

Iwel Wel lebih dalam menghibur penonton menggunakan cara Stand- Up Comedian..

(5)

4.1.3. Deskripsi Informan 4.1.3. 1. Profil Informan 1

Informan pertama dalam penelitian ini adalah informan yang sering menonton tayangan Stand Up Comedy Metro TV . Informan ini bernama Jonathan (bukan nama sebenarnya) dan berusia 26 tahun. Jonathan merupakan anak tertua dari dua bersaudara. Jonathan berasal dari keluarga berlatarbelakang budaya Tionghoa, yang sejak kecil berdomisili di Makassar. Kedua orang tuanya beretnis sama, yaitu tionghoa, namun ada darah manado yang mengalir dari keluarga ibunya. Pria yang lahir di makassar ini kini telah menetap di Sleman, Jogjakarta karena tuntutan pekerjaan. Ketika telah lulus dari sebuah perguruan tinggi swasta di Makassar Jonathan lalu merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, Jonathan diterima di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang distributor kabel.

Kemudian setelah setahun bekerja Jonathan dimutasi ke Sleman, Jogjakarta hingga sekarang..

Saat ini kegiatan Jonathan sehari-hari ialah hanya bekerja. Jonathan berangkat ke kantor dijemput oleh teman sekantornya karena Jonathan tidak mempunyai kendaraan. Jonathan tidak memiliki banyak waktu luang untuk bersantai karena setiap pulang kantor Jonathan memilih pulang ke kos untuk beristirahat. Jonathan memilih menikmati hiburan melalui smartphone miliknya, Jonathan mengatakan bahwa dirinya senang berinteraksi di sosial media, lewat sosial media dia bisa berinteraksi dengan teman-teman lamanya. Jonathan juga sering mengakses situs jejaring youtube untuk mencari video klip kesukaannya, selain itu Jonathan juga sering menonton Stand Up Comedy melalui youtube.

Jonathan memiliki ketertarikan dibidang otomotif khususnya sepeda motor. Ketika masih berdomisili di Makassar, Jonathan pernah bergabung dalam sebuah klub sepeda motor Tiger dan aktif menjadi anggota selama 5 tahun. Selain itu Jonathan juga memiliki ketertarikan dibidang musik, Jonathan pernah bergabung dalam sebuah band ketika SMA dan menjadi vokalis. Dalam pergaulan sehari-hari Jonathan mengakui bahwa banyak rekan-rekannya yang megatakan bahwa dirinya adalah seorang yang humoris dan suka melucu, namun Jonathan malah merasa bahwa dirinya biasa-biasa saja dan beranggapan kebiasaannya yang humoris tersebut sudah menjadi bawaan dari keluarganya yang humoris juga.

(6)

Jonathan suka mengisi waktu luangnya dengan menonton tayangan komedi, salah satunya adalah Stand Up Comedy dan Indonesia Lawak Klub atau biasa disingkat ILK. Jonathan sering menonton tayangan tersebut melalui televisi dan juga melalui youtube. Jonathan mengatakan bahwa dirinya lebih sering menonton tayangan Stand Up Comedy Kompas TV daripada Stand Up Comedy Metro TV, dalama seminggu dia hanya dua hingga tiga kali menonton Stand Up Comedy Metro TV dan semuanya melalui youtube.

Setting Penelitian Informan 1

Peneliti berkenalan dengan Jonathan melalui teman asal satu daerah peneliti. Jonathan merupakan teman dari teman asal satu daerah peneliti. Oleh teman peneliti, informan dihubungkan untuk membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya informan setuju untuk dijadikan subyek penelitian dan kemudian peneliti membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari sabtu, 15 Maret 2014 pukul 20.00. Ketika peneliti sampai di café tersebut informan belum datang maka peneliti memutuskan untuk mempersiapkan video yang akan ditunjukkan kepada informan. Kondisi café pada saat itu tidak terlalu ramai lalu kemudian selang 10 menit informan pun datang.

Ketika informan datang, peneliti tidak langsung memutar video tersebut melainkan ngobrol bersama informan lebih dahulu sebagai basa-basi untuk pembukaan sembari memesan minuman untuk peneliti dan informan. Kemudian setelah minuman datang peneliti bertanya kepada informan untuk memulai memutar tayangan video. Pada sangat mononton ifnforman terlihat saat menikmati video yang di putar. Terlihat beberapa kali informan tertawa dan juga tersenyum saat ada lawakan yang menurutnya lucu. Peneliti juga melakukan wawancara dengan informan setelah video selesai dimainkan. Pada saat wawancara informan terlihat lancar menjawab pertanyaan peneliti.

(7)

4.1.3.2. Profil Informan 2

Informan kedua pada penelitian ini adalah informan yang tidak pernah menonton Stand Up Comedy Metro TV. Narasumber kedua ini bernama Prisly (bukan nama sebenarnya), berusia 23 tahun dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Prisly lahir dan besar sampai menempuh Sekolah Menengah Pertama di Biak, Papua. Ketika SMA kedua orang tuanya memasukkan Prisly ke sekolah asrama di Menado. Setelah lulus SMA Prisly mengambil kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya dan mengambil jurusan akuntansi.

Prisly sejak kecil dibesarkan dalam keluarga Kristen yang kuat. Prisly mengatakan bahwa kedua ayahnya merupakan salah satu pendiri yayasan Kristen di Biak, kemudian ibunya merupakan salah satu penatua di gerejanya. Ketika masuk SMA Prisly pun dimasukkan ke dalam sekolah advent berasrama di Menado. Saat ini Prisly juga tergabung sebagai salah seorang anggota pemuda gereja di salah satu gereja di Surabaya. Namun karena hidup jauh dari orang tuanya Prisly mencari hiburan melalui game yang sudah disenanginya sejak kecil, selain itu dia lebih memilih untuk berkumpul bersama teman-temannya.

Prisly juga mengatakan bahwa dirinya tertarik dengan seni gambar, hal tersebut terlihat dari dinding kamar kosnya yang penuh dengan gambar abstrak yang menjadi salah satu aliran gambarnya. Namun ketertarikannya ini tidak bisa tersalurkan karena Prisly diharuskan oleh kedua orang tuanya untuk mengambil jurusan akuntansi. Disamping itu prisly juga mengaku suka dengan karakter- karakter dalam komik-komik Jepang atau biasa disebut manga.

Selain seni gambar Prisly juga memiliki hobi bermain game online. Sejak kecil Prisly mengaku sudah sering bermain game khususnya game console seperti Nintendo, Sega, PS (play station), dan XBOX. Karena kebiasaan itulah yang membawanya sekarang sampai ke dunia game online. Dalam kesehariannya Prisly lebih memilih hiburan bermain game daripada menyaksikan acara di televisi, namun Prisly menambahakan bahwa dirinya juga suka dengan film-film super hero, seperti Iron Man, Spider Man, Superman dan sebagainya. Film-film tersebut kadang ditontonnya melalui kaset DVD yang dibelinya, atau langsung ditontonnya di bioskop bahkan kadang melalui acara televisi yang memutar kembali film-film superhero.

(8)

Dikarenakan jarang melihat tayangan televisi maka Prisly kurang mengetahui perkembangan tayangan-tayangan televisi yang ada saat ini. Prisly hanya mengetahui tayangan yang sedang ramai ditonton melalui perbincangan teman-temannya ketika di kampus dan juga ketika sedang bersama dengan teman- temanya di tempat bermain game online atau biasa disebut game centre.

Setting Penelitian Informan 2

Peneliti berkenalan dengan Prisly melalui teman satu kos peneliti. Prisly merupakan teman satu kampus dari teman kos peneliti. Oleh teman peneliti, informan dihubungkan untuk membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya informan setuju untuk dijadikan subyek penelitian dan kemudian peneliti membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari minggu, 23 Maret 2014 pukul 16.30. Ketika peneliti sampai di dekat kos informan, peneliti kemudian menelfon informan meminta untuk dijemput karena peneliti tidak mengetahui secara pasti lokasi kos informan. Kemudian setelah sampai di kos informan peneliti langsung dipersilahkan masuk ke dalam kamar informan. Saat itu suasana kamar agak sedikit berantakan, kamar tersebut berukuran 3x4, terdapat sabuah meja belajar di pojok kanan samping pintu, kemudian satu tempat tidur di pojok kiri yang langsung berhadapan dengan pintu kamar. Di samping tempat tidur terdapat lemari kemudian di pojok kanan samping lemari terdapat rak buku.

Ketika masuk di dalam kamar peneliti langsung me ngeluarkan laptop untuk mempersiapkan file video yang akan diputar. Kemudian peneliti tidak langsung memutar video tersebut melainkan ngobrol bersama informan lebih dahulu sebagai basa-basi untuk pembukaan. Kemudian setelah 10 menit berselang peneliti kemudian bertanya kepada informan untuk memulai memutar tayangan video. Pada saat mononton ifnforman terlihat raut wajah informan yang lebih banyak datar. Peneliti juga melakukan wawancara dengan informan setelah video selesai dimainkan. Pada saat wawancara informan terlihat lancar menjawab pertanyaan peneliti.

(9)

4.1.3.3. Profil Informan 3

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah informan yang sering menonton Stand Up Comedy Metro TV. Informan ini bernama Ayub (bukan nama sebenarnya). Ayub saat ini berusia 31 tahun dan belum menikah. Ayub berasal dari keluarga yang berdarah asli Surabaya. Ayub tinggal bersama Ibunya dan adiknya. Ibunya merupakan seorang guru bahasa inggris di sebuah sekolah menengah pertama swasta di Surabaya dan adiknya merupakan seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Sebagai anak sulung Ayub saat ini bekerja untuk membantu ibunya dalam membiayai biaya kuliah adiknya.

Saat ini Ayub bekerja sebagai sales di sebuah pusat distributor barang elektronik di Surabaya. Ayub menceritakan bahwa dirinya tidak pernah berkuliah karena tidak ingin memberatkan ibunya yang single parent. Ayub memilih untuk langsung bekerja setelah lulus dari SMA. Sebelum bekerja sebagai sales yang merupakan pekerjaannya sekarang, Ayub dulunya telah berkali-kali berpindah- pindah pekerjaan. Ayub mengaku bahwa dirinya adalah seseorang yang sangat sensitif dan cepat tersinggung, itulah yang menyebabkan dirinya susah menetap pada satu pekerjaan. Ayub mengatakan bahwa dalam bekerja dirinya tidak tahan jika menerima tekanan, apalagi jika mendapat atasan yang tempramen Ayub merasa sangat tidak betah. Selain itu, Ayub juga pernah bermasalh dengan teman kantornya. Ayub menambahkan bahwa dirinya terlalu perasa, itu sudah merupakan bawaannya sejak kecil.

Dengan berpindah-pindah pekerjaan Ayub banyak mendapat pengalaman, dan juga banyak mendapat teman. Dalam kesehariaanya ayub tidak hanya sibuk dengan pekerjaannya tetapi Ayub juga sering meluangkan waktu untuk berkumpul bersama teman-temannya. Saat ini Ayub sedang rutin berkumpul bersama teman-teman rumahnya, beberapa diantara mereka dulunya adalah teman kerja Ayub, mereka sedang menggandrungi game online yang dimainkan dari smart phone mereka masing. Setiap malam Ayub dan teman- teman sekitar rumahnya sering berkumpul di sebuah warung kopi pinggir jalan dekat rumahnya. Dalam seminggu hampir setiap malam mereka berkumpul untuk

(10)

online bersama, online adalah sebutan mereka ketika mereka sedang bermain game online.

Sebelum menggandrungi game online Ayub pernah tergabung salam sebuah komunitas stand up comedy, namun hanya sebentar saja karena Ayub hanya ingin mencoba merasakan menjadi seorang komedian. Tapi karena merasa dirinya tidak bisa melucu kemudian Ayub memutuskan untuk keluar dari komunitas tersebut. Ayub mengatakan bahwa dirinya suka menonton Stand Up Comedy, bermula pada saat menonton Mongol yang sedang bermonolog di Stand Up Comedy Metro TV beberapa tahun yang lalu.

Setting Penelitian Informan 3

Peneliti berkenalan dengan Ayub melalui teman kuliah peneliti. Ayub merupakan teman kerja dari teman kuliah peneliti. Oleh teman peneliti, informan dihubungkan untuk membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya informan setuju untuk dijadikan subyek penelitian dan kemudian peneliti membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan waancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari sabtu, 29 Maret 2014 pukul 20.00.

Informan menawarkan kepada peneliti untuk melakukan wawancara dan observasi di rumah informan, lalu peneliti menyetujui. Ketika sampai di rumah Informan peneliti langsung dipersilahkan masuk ke ruang tamu. Saat itu kondisi ruang tamu begitu rapi, terdapat dua sofa panjang di sudut ruang dan satu meja kecil di depannya, tepat di sebelah sofa terdapat sebuah lemari pajang yang besar.

Ketika masuk ke ruang tamu peneliti langsung me ngeluarkan laptop untuk mempersiapkan file video yang akan diputar. Kemudian peneliti tidak langsung memutar video tersebut melainkan ngobrol bersama informan lebih dahulu sebagai basa-basi untuk pembukaan. Kemudian setelah 10 menit berselang peneliti kemudian bertanya kepada informan untuk memulai memutar tayangan video. Pada saat mononton ifnforman terlihat raut wajah informan yang lebih banyak datar. Peneliti juga melakukan wawancara dengan informan setelah video selesai dimainkan. Pada saat wawancara informan terlihat lancar menjawab pertanyaan peneliti.

(11)

4.1.3.4. Profil Informan 4

Informan keempat dalam penelitian ini adalah informan yang tidak pernah menonton Stand Up Comedy Metro TV. Informan ini bernama Toni (bukan nama sebenarnya). Toni saat ini berumur 24 tahun dan merupakan anak tunggal. Toni lahir dan besar di Palangkaraya, Kalimantan. Kedua orang tua Toni memiliki darah yang berbeda. Ayahnya merupakan keturunan suku banjar dan ibunya merupakan keturunan suku bugis. Toni dibesarkan dalam keluarga muslim sebelum akhirnya kedua orang tuanya berpisah. Saat ini Toni merupakan seorang karyawan di sebuah agen properti di Surabaya. Sebelum ke Surabaya Toni pertama kali bekerja di Palangkaraya di sebuah ekspedisi pengiriman barang, kemudian karena ajakan teman untuk bergabung di sebuah agen properti maka Toni pun pergi meninggalkan pekerjaannya dan juga Ibunya lalu menuju ke Surabaya.

Saat ini, selain mengurus pekerjaannya sehari-hari, Toni juga sering menghabiskan waktu bersama pacarnya yang masih berkuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya. Setiap hari sebelum bekerja Toni menjemput pacarnya dan mengantar pacarnya ke kampus, kemudian setelah bekerja Toni baru menjemput pacarnya. Di Surabaya Toni tidak mempunyai keluarga sama sekali, oleh karena itu setiap hari Toni hanya sibuk berkutat dengan pekerjaan dan pacaranya. Toni sekarang berencana untuk tinggal dan menetap di Surabaya. Toni mengaku tidak pernah melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, setelah lulus dari SMA Toni langsung memutuskan untuk bekerja. Saat ini Toni mengaku ingin mempunyai gelar sarjana karena mengingat pacarnya yang sedang berkuliah, namun dengan kegiatan sehari-harinya yang terlalu sibuk maka Toni merasa dirinya belum memiliki waktu untuk berkuliah. Toni memiliki pekerjaan yang menuntutnya untuk bertemu banyak orang dengan latar belakang status sosial tinggi, oleh karena itu Toni diharuskan untuk berpenampilan menarik dan sopan.

Toni merasa kegiatan sehari-harinya selalu monoton oleh karena itu Toni baru mencari hiburan diri di akhir pekan dengan mengunjungi kelab dan pub malam bersama teman-teman kantornya. Toni mengaku senang dengan hiburan yang seperti itu. Toni mengatakan bahwa jenis hiburan tersebut sangat disukainya

(12)

dan bisa membuatnya melepas kepenatan setelah bekerja. Di samping itu Toni juga sudah terdaftar sebagai pelanggan tetap pada sebuah kelab malam di Surabaya. Karena keseharian yang monoton Toni mengatakan bahwa dirinya jarang menonton televisi, kadang dalam seminggu dia hanya dua kali menonton televisi, bahkan pernah dirinya sama sekali tidak pernah menonton televisi dalam seminggu.

Setting Penelitian Informan 4

Peneliti berkenalan dengan Toni melalui teman kuliah peneliti. Toni merupakan teman kerja dari teman kuliah peneliti. Oleh teman peneliti, informan dihubungkan untuk membicarakan tujuan peneliti. Pada akhirnya informan setuju untuk dijadikan subyek penelitian dan kemudian peneliti membuat janji untuk melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan waancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dilakukan pada hari sabtu, 3 Mei 2014 pukul 20.00.

Informan menawarkan kepada peneliti untuk melakukan wawancara dan observasi di sebuah café di daerah bratang, lalu peneliti menyetujui. Sebelum peneliti sampai di café tersebut informan sudah tiba terlebih dahulu bersama teman kerja informan kemudian berselang 5 menit peneliti pun datang.

Ketika peneliti tiba, peneliti tidak langsung menyiapakan laptop untuk memutar video namun peneliti bercerita terlebih dahulu sebagai basa-basi untuk pembukaan sembari memesan minuman untuk peneliti. Kira-kira 15 menit kemudian peneliti lalu menyiapkan laptop dan file yang akan di putar. Pada sangat mononton ifnforman terlihat saat menikmati video yang di putar. Terlihat beberapa kali informan tertawa dan juga tersenyum saat ada lawakan yang menurutnya lucu. Peneliti juga melakukan wawancara dengan informan setelah video selesai dimainkan. Pada saat wawancara informan terlihat lancar menjawab pertanyaan peneliti.

4.2. Temuan Data

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawancara tidak terstruktur dengan melakukan pembicaraan informal. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dengan ikut sebagai

(13)

pemeran serta ketika informan sedang menonton Stand Up Comedy Metro TV.

Hasilnya didapat data dari wawancara dan observasi yang digunakan untuk meneliti penerimaan informan terhadap ekspresi dan gerakan yang ditampilkan dalam Stand Up Comedy Metro TV yang ditonton dan berkaitan dengan konsep kekerasan yang ada.

Peneliti kemudian melakukan penglompokan data ke dalam table matriks agar data yang diperoleh dapat dilihat secara lebih teratir dan terstruktur. Pada bagian analisis mengenai penerimaan informan terhadap kekerasan verbal dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV, peneliti melakukan penelitian terhadap 3 aspek kekerasan verbal yang telah peneliti susun dalam tinjauan pustaka di bab 2.

Kemudian peneliti akan menganalisis temuan data dari 4 aspek untuk melihat penerimaan informan terhadap kekerasan dan mengamati penerimaan informan dari isi lawakan yang di sampaikan.

4.2.1 Penerimaan Jonathan Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Kasar) Dalam beberapa lawakan yang ada dalam kedua video Stand Up Comedy Metro TV, Jonathan menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata kasar. Lawakan yang menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata kasar adalah ketika Raditya Dika mengatakan bahwa dia merasa jijik jika melihat jika ada orang yang sedang pacaran di tempat makan dan sedang saling suap- menyuap, Radit juga sambil memperagakan gerakan saling suap-menyuap, lalu kemudian Radit melanjutkan bahwa ketika sedang melihat sepasang kekasih sedang saling suap dia kemudian datang lalu mengambil sendok lalu mencolokkan pisau tersebut ke bola mata laki-laki yang sedang pacaran tersebut.

Ketika adegan tersebut Jonathan tersenyum setengah tertawa dan tidak berkomentar. Dari penerimaan itu menunjukkan bahwa Jonathan menganggap lawakan tersebut sebagai sebuah gurauan. Menurut Jonathan bahwa penonton harus menganggap lawakan seperti itu sebagai sebuah gurauan mengingat bahwa ini adalah Stand Up Comedy.

(14)

Gambar 4.4

Radit bercerita dan mengatakan “bego”

Sumber : Olahan penulis

Pada gambar 4.4 memperlihatkan adegan ketika Raditya Dika mengatakan bahwa Radit pernah diputuskan oleh pacaranya di kampus tempat dia berkuliah, Radit menambahkan bahwa pacarnya mengatakan kalau mereka jodoh pasti akan bertemu lagi suatu saat. Kemudian Radit berkata bahwa mereka ternyata satu kampus dan besoknya berada pada mata kuliah mikro ekonomi yang sama dan diakhiri dengan kata “bego”, dan Radit menambahkan kalimat “goblok banget sihh!!”. Ketika adegan tersebut reaksi yang dikeluarkan oleh Jonathan adalah tersenyum setengah tertawa tapi tanpa berkomentar. Dari reaksi tersebut, Jonathan menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap lawakan Raditya Dika di atas tadi, Jonathan juga menambahkan bahwa kata-kata tersebut hanya guyonan dan penonton Stand Up Comedy harus pintar menerimanya. Penerimaan yang dominan juga terlihat saat Jonathan sedang menonton lawakan Cak Lontong yang mengatakan sebagai berikut

“nah itu bedanya,, kalau saya yang ngomong diketawain,, anda sudah mendiskreditkan saya!! kenapa membeda-bedakan saya dengan Mario teguh? Yang saya katakan persis sama,,reaksi anda berbeda,, monyet!

Pada saat menonton tayangan tersebut Jonathan mengeluarkan reaksi tersenyum sambil tertawa kecil namun tidak berkomentar, reaksi tersebut menunjukkan bahwa Jonathan menerima apa yang dikatakan oleh Cak Lontong tersebut sebagai lawakan. Penerimaan Jonathan berubah menjadi negosiasi terhadap kata-kata kasar ketika Jonathan menonton adegan lawakan Cak Lontong yang mengatakan :

(15)

“saya tidak ingin menyalahkan anda tapi anda keterlaluan, membuat saya menyalahkan anda,, monyet!!

Pada adegan tersebut Jonathan tersenyum sambil setengah tertawa, kemudian pada saat wawancara Jonathan mengatakan bahwa ka-kata cak lontong kasar tetapi Jonathan juga menambahkan bahwa inilah ciri asli lawakan Stand Up Comedy.

4.2.2 Penerimaan Jonathan Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Jorok) Jonathan memberikan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata dan kaliamat jorok pada beberapa adegan Stand Up Comedy Metro TV. Yang pertama saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan” disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan member contoh berikut “aduh gituan itu enaknya tiga kali sehari,, jadi gak lemes”. Pada saat itu Jonathan yang antusias menonton adegan itu langsung tertawa setengah terbahak. Jonathan memaknai lawakan soleh terebut sebagai candaan yang memang biasa dijumpai dalam komedi.

Gambar 4.5

Soleh sedang manyampaikan kata “gituan”nya Sumber : Olahan penulis

Pada adegan lain Soleh memberikan contoh lagi mengenai kata “gituan”

yang sebelumnya artinya “makan” sama seperti yang sudah disepakati dengan penonton sebelumnya, soleh meberikan contoh berikut “eh,,boleh gak aku pengen ngajak sekali aja gituan ama kamu,, ya kalo kamu gak cocok gituan sama aku ya udah gak usah, ini mah cuman gituan aja biasa,, aku yang bayar kok,, aku denger di café situ rame banget,, orang pada gituan disana,,”. Jonathan masih

(16)

memberikan ekspresi yang sama yaitu tertawa setengah terbahak. Dari dua adegan tersebut dapat dilihat Jonathan menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap adegan-adegan tersebut. Jonathan menambahkan bahwa lawakan yang disampaikan Soleh Solihun ini merupakan lawakan yang unik dan juga kreatif. Di samping itu, sepanjang adegan Jonathan hanya menunjukkan penerimaan dominan pada unsur jorok yang terkndung dalm video.

4.2.3 Penerimaan Jonathan Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Menghina)

Penerimaan Jonathan yang dominan terhadap kata-kata menghina terlihat pada saat lawakan Raditya Dia sebagai berikut, Radit mengatakan bahwa dia datang dan ikut ke acara Stand Up Comedy pada malam hari itu adalah untuk mencari pacar kemudian lanjutnya bahwa dia berharap dari para penonton ada yang bisa menjadi pacarnya, tapi ketika dia melihat ke salah satu sisi penonton, ada seorang penonton laki-laki mengeluarkan ekspresi senang dan tersenyum kepada Radit, kemudian Radit bertanya kepada penonton bahwa mengapa ada laki-laki yang tersenyum kepadanya setelah dia mengatakan bahwa ingin mencari pacar, lalu Radit juga mengeluarkan ekspresi meniru tingkah laki-laki yang sedang senang tersebut. Kemudian Radit mengatakan bahwa laki-laki tersebut harus malu sama kumisnya karena jika ciuman tersasa gak enak rasanya seperti di sapu-sapu, lalu Radit mengatakan “gatel bego” dan menambahkan bahwa tidak enak berciuman denagn orang berkumis.

Gambar 4.6

Radit mengatakan kata “goblok” kepada salah satu penonton Sumber : Olahan penulis

(17)

Pada saat itu Jonathan yang sedang mononton dengan serius kemudian tersenyum sambil setengah tertawa namun tidak mengeluarkan komentar apapun, hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan Jonathan sangat dominan, Jonathan menambahkan “Radit sukses membawa lawakan dengan gayanya sendiri”. Selain itu penerimaan yang dominanjuga terlihat ketika Jonathan menonton adegan Cak Lontong yang bercerita bahwa pernah ada seorang ibu cantik sedang menggendong anak yang sedang menunggu angkot, kemudian Cak Lontong menjelaskan lagi bahwa ibu itu cantik, kemudian untuk menggambarkan kecantikan ibu yang dimaksud Cak Lontong menunjuk salah satu penonton perempuan di depannya yang menurutnya cantiknya sama dengan ibu yang sedang diceritakan, ketika sedang menunjuk penonton perempuan yang dimaksud Cak Lontong bertanya kepada penonton perempuan tersebut demikian “mbaknya pake baju merah atau gak pake baju ini”?. Ketika sedang menonton adegan tersebut Jonathan menunjukkan ekspresi setengah tersenyum tanpa berkomentar.

Reaksi tersebut menunjukkan bahwa Jonathan menerima cerita Cak Lontong tadi sebagai Lawakan.

4.2.4 Penerimaan Prisly Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Kasar) Adegan yang mengandung kata-kata kasar terlihat pada lawakan Cak Lontong yang mengatakan sebagai berikut, Cak Lontong mengatakan sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh Mario Teguh bahwa “orang yang takut,, adalah orang yang berani,, karna keberanian adalah melakukan sesuatu yang anda takutkan,, maka kalau anda takut anda punya kesempatan untuk bersikap berani,,” kemudian Cak Lontong melanjutkan bahwa itulah bedanya ketika dia yang mengatakan kalimat milik Mario Teguh tadi akan ditertawakan oleh penonton, dan Cak Lontong merasa bahwa penonton sudah mendiskreditkan dirinya, Cak Lontong kemudian bertanya kepada penonton bahwa kenapa penonton membedakan dirinya dengan Mario Teguh padahal yang Cak Lontong katakan sama persis dengan yang Mario Teguh katakan tapi reaksi penonoton berbeda, lalu Cak Lontong mengucapkan kata “monyet” kepada penonton dengan ekspresi wajah yang agak marah. Pada saat menonton adegan ini Prisly hanya

(18)

menunjukkan ekspresi tersenyum dan menambahakan komentar “tapi guyonnya agak bagaimana kayaknya”, dari reaksi tersebut penerimaan yang ditunjukkan oleh Prisly adalah penerimaan yang negosiasi, dengan reaksi yang dikatakan Prisly terlihat bahwa Prisly tidak merasa terbiasa dengan lawakan yang disampaikan oleh Cak Lontong.

Gambar 4.7

Cak Lontong mengatakan kata “monyet” kepada penonton Sumber : Olahan penulis

Lawakan yang menunjukkan penerimaan yang negosiasi terhadap kata- kata kasar dari Prisly adalah ketika Raditya Dika mengatakan bahwa dia merasa jijik jika melihat jika ada orang yang sedang pacaran di tempat makan dan sedang saling suap-menyuap, Radit juga sambil memperagakan gerakan saling suap- menyuap, lalu kemudian Radit melanjutkan bahwa ketika sedang melihat sepasang kekasih sedang saling suap dia kemudian datang lalu mengambil sendok lalu mencolokkan pisau tersebut ke bola mata laki-laki yang sedang pacaran tersebut.

Ketika adegan tersebut Prisly hanya menunjukkan raut wajah tersenyum lalu tertawa kecil sembari berkomentar “wah sadis juga” Dari penerimaan itu menunjukkan bahwa Prisly menganggap lawakan tersebut sebagai sebuah gurauan yang lucu tapi mempunyai unsure sadis. Menurut Prisly. Di dalam wawancara prisly juga menambahkan bahwa Raditya Dika terlalu ekspresif sampai terbawa emosi.

4.2.5 Penerimaan Prisly Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Jorok) Prisly memberikan penerimaan yang cenderung negosiasi terhadap kata- kata dan kaliamat jorok pada beberapa adegan Stand Up Comedy Metro TV. Yang

(19)

pertama saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan”

disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan memberi contoh berikut “pesan saya kalo mau pada gituan di rumput, pake tiker,, nanti gatel,,”. Pada saat itu Prisly menonton adegan tersebut dengan kening agak sedikit mengkerut tetapi kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Gambar 4.8

Soleh Solihun menyampaikan lawakan “gituan”

Sumber : Olahan penulis

Dari ekspresi yang ditunjukkan oleh Prisly terlihat bahwa Prisly menegosiasikan lawakan Soleh Solihun yang diterimanya. Prisly awalnya mengkerutkan keningnya yang menunjukkan ekspresi kurang setuju dengan isi lawakan yang disampaikan oleh Soleh, namun setelah Soleh menuntaskan lawakannya kemudian Prisly menujukkan raut muka sedikit tersenyum sambil menggelengkan kepala, dari ekspresi tersebut Prisly melihat isi lawakan soleh masih bisa diterima sebagai lawakan, namun dengan menggelengkan kepala, Prisly menunjukkan bahwa Prisly masih belum bisa menerima sepenuhnya lawakan Soleh tersebut. Di adegan yang lain juga Prisly menunjukkan penerimaan yang negosiasi yaitu ketika Soleh menyampaikan lawakan sebagai berikut, Soleh mengatakan bahwa kata “anu” disepakati akan diganti dengan kata “kepala” lalu kemudian Soleh memberikan contoh kalimat “ehh,, kalo pake motor anunya pake helm,,”. Pada saat menonton adegan ini Prisly hanya menunjukkan ekspresi wajah datar sambil mengangguk. Dari ekspresi wajah seperti ini Prisly menunjukkan menegosiasikan lawakan Soleh ini, ekspresi wajah yang datar menunjukkan Prisly kurang tertarik dengan lawakan Soleh ini tetapi dengan menganggukkan kepala Prisly terlihat berusaha menerima apa yang disampaikan Soleh ini sebagai suatu lawakan.

(20)

Selain itu Prisly juga memperlihatkan penerimaan yang dominan pada saat Raditya dika menceritakan bahwa ketika dia sedang galau dan bahwa galaunya di bawa kemana-mana bahkan sampai ketika buang air juga dia bisa galau, kemudian Radit melanjutkan bahwa ketika dia buang air sambil galau namun ketika di kamar mandi tidak ada air dia akan bertambah galau lalu menggosok-gosokkan kotorannya di dinding. Saat menonton adegan ini Prisly mengeluarkan reaksi tertawa kecil namun tidak berkomentar yang berarti Prisly menerima cerita Radit ini sebagai lawakan untuk dirinya.

4.2.6 Penerimaan Prisly Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Menghina) Penerimaan Prisly terhadap kata-kata yang menghina menunjukkan posisi yang oposisional. Adegan yang menunjukkan penerimaan yang oposisional antara lain, ketika Cak Lontong menyampaikan lawakan sebegai berikut, Cak Lontong mengatakan bahwa sebelum memulai untuk melawak dirinya ingin menegaskan bahwa dia dan penonton berada disitu bukan untuk saling mendiskreditkan dan menjelek-jelekkan apalagi secara fisik, kemudian Cak Lontong memberikan contoh “saya bilang anda jelek,, kaya monyet..” dan melanjutkan bertanya meminta persetujuan penonton lalu penonton pun menjawab setuju, kemudian Cak Lontong menjawab “terimakasih monyet” namun Cak Lontong kemudian melanjutkan “maaf,, maaf,, saya sering kelepasan,,”.

Gambar 4.9

Cak Lontong mengatakan “terimakasih monyet” kepada penonton Sumber : Olahan penulis

Pada saat menonton adegan tersebut Prisly hanya diam dan mengernyitkan dahi sambil menunjukkan ekspresi wajah tidak tertarik. Dari reaksi tersebut, terlihat bahwa Prisly tidak tertarik dengan lawakan Cak Lontong namun

(21)

Prisly tidak berkomentar, namun pada saat diwawancara Prisly mengatakan bahwa “yang pas cak lontong bilang monyet ke penonton,, itu kan menghina,, menurut saya itu terlalu kasar dan gak wajar”.

4.2.7 Penerimaan Ayub Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Kasar) Dalam beberapa lawakan yang ada dalam kedua video Stand Up Comedy Metro TV, Ayub menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata kasar. Lawakan yang menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata kasar adalah ketika Raditya Dika mengatakan bahwa Radit pernah diputuskan oleh pacaranya di kampus tempat dia berkuliah, Radit menambahkan bahwa pacarnya mengatakan kalau mereka jodoh pasti akan bertemu lagi suatu saat.

Kemudian Radit berkata bahwa mereka ternyata satu kampus dan besoknya berada pada mata kuliah mikro ekonomi yang sama dan diakhiri dengan kata

“bego”, dan Radit menambahkan kalimat “goblok banget sihh!!”. Ketika adegan tersebut reaksi yang dikeluarkan oleh Ayub adalah Ayub hanya diam tersenyum dan tertawa kecil dan tidak berkomentar, dari reaksi tersebut, Ayub menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap lawakan Raditya Dika di atas tadi, dan dalam wawancara Ayub juga menambahkan bahwa “kalau diliat dari konsep stand up comedy itu wajar aja,, soalnya kan stand comedy itu sebenarnya mau ngomong apa aja gak papa asalkan lucu”

Pada gambar 4.11 memperlihatkan adegan ketika Raditya Dika mengatakan bahwa dia merasa jijik jika melihat jika ada orang yang sedang pacaran di tempat makan dan sedang saling suap-menyuap, Radit juga sambil memperagakan gerakan saling suap-menyuap, lalu kemudian Radit melanjutkan bahwa ketika sedang melihat sepasang kekasih sedang saling suap dia kemudian datang lalu mengambil sendok lalu mencolokkan pisau tersebut ke bola mata laki- laki yang sedang pacaran tersebut.

(22)

Gambar 4.10

Radit memperagakan gerakan menusuk mata Sumber : Olahan penulis

Ketika adegan tersebut Ayub tersenyum setengah tertawa dan tidak berkomentar. Dari penerimaan itu menunjukkan bahwa Ayub menggap lawakan tersebut sebagai sebuah gurauan. Ketika wawancara Ayub “banyak yang bilang kalo stand up comedy itu guyonannya orang pinter,, gitu,, lagian kalo liat stand up di luar negri itu bahannya jauh lebih sensitif, soalnya gak ada aturan dan batasan”. Selain itu penerimaan Jonathan yang dominan juga terlihat pada saat adegan Cak Lontong mengatakan kepada penonton bahwa penonton telah mengambil hak berpikir Cak Lontong lalu kemudian penonton tertawa dan Cak Lontong lanjut mengatakan “salah kok ketawa,, salah anda!!”. Ketika sedang menonton adegan tersebut Ayub tersenyum namun tidak berkomentar, reaksi tersebut menunjukkan bahwa Ayub menerima apa yang disampaikan oleh Cak Lontong sebagai sebuah lelucon.

4.2.8 Penerimaan Ayub Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Jorok)

Ayub memberikan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata dan kaliamat jorok pada beberapa adegan Stand Up Comedy Metro TV. Yang pertama saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan” disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan member contoh berikut “aduh aku laper nih,, belum gituan”. Pada saat itu Ayub yang antusias menonton adegan itu lalu tersenyum setengah tertawa. Dalam wawancara Ayub mengatakan bahwa Soleh Solihun kreatif.

(23)

Pada adegan lain Soleh memberikan contoh lagi mengenai kata “gituan”

yang sebelumnya artinya “makan” sama seperti yang sudah disepakati dengan penonton sebelumnya, soleh meberikan contoh berikut “nak,, iya pa,, kamu jangan gituan dikamar dong,, nanti banyak kecoa,, itukan nanti makanannya menarik kecoa,,, udah gituan di ruang makan aja sama papa,, biar lebih akrab,, ajak mama juga sana tuh,, belum gituan dari tadi kasian,”. Pada adegan ini Ayub masih memberikan ekspresi yang sama yaitu tersenyum setengah tertawa. Dari dua adegan tersebut dapat dilihat Ayub menunjukkan penerimaan yang dominan terhadap adegan-adegan tersebut. Ayub menambahkan bahwa lawakan yang disampaikan Soleh Solihun ini merupakan lawakan yang unik dan juga kreatif. Di samping itu, sepanjang adegan Ayub hanya menunjukkan penerimaan dominan pada unsur jorok yang terkandung dalm video.

4.2.9 Penerimaan Ayub Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Menghina) Penerimaan Ayub yang negosiasi terhadap kata-kata menghina terlihat pada saat lawakan Cak Lontong sebagai berikut, Cak Lontong bercerita bahwa pernah ada seorang ibu cantik sedang menggendong anak yang sedang menunggu angkot, kemudian Cak Lontong menjelaskan lagi bahwa ibu itu cantik, kemudian untuk menggambarkan kecantikan ibu yang dimaksud Cak Lontong menunjuk salah satu penonton perempuan di depannya yang menurutnya cantiknya sama dengan ibu yang sedang diceritakan, ketika sedang menunjuk penonton perempuan yang dimaksud Cak Lontong bertanya kepada penonton perempuan tersebut demikian “mbaknya pake baju merah atau gak pake baju ini”?.

Gambar 4.11

Cak Lontong sedang menunjuk penonton dan bertanya Sumber : Olahan penulis

(24)

Ketika sedang menonton adegan tersebut Ayub menunjukkan ekspresi wajah sedikit tersenyum dan menggelengkan kepala. Ekspresi wajah Ayub tersebut menunjukkan bahwa Ayub merasa apa yang dikatakan Cak Lontong tersebut tidak terlalu lucu. Selain itu penerimaan negosiasi Ayub terhadap kata- kata yang menghina juga ditunjukkan dalam adegan ketika Cak Lontong menyampaikan lawakan sebegai berikut, Cak Lontong mengatakan bahwa sebelum memulai untuk melawak dirinya ingin menegaskan bahwa dia dan penonton berada disitu bukan untuk saling mendiskreditkan dan menjelek- jelekkan apalagi secara fisik, kemudian Cak Lontong memberikan contoh “saya bilang anda jelek,, kaya monyet..” dan melanjutkan bertanya meminta persetujuan penonton lalu penonton pun menjawab setuju, kemudian Cak Lontong menjawab

“terimakasih monyet” namun Cak Lontong kemudian melanjutkan “maaf,, maaf,, saya sering kelepasan,,”. Pada saat menonton adegan tersebut Ayub menunjukkan ekspresi wajah sedikit tersenyum dan menggelengkan kepala. Dari reaksi tersebut, terlihat bahwa Ayub tertarik dengan lawakan Cak Lontong namun Ayub tidak merasa bahwa lawakan Cak Lontong lucu

4.2.10 Penerimaan Toni Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Kasar)

Adegan yang mengandung kata-kata kasar terlihat pada lawakan Cak Lontong yang mengatakan sebagai berikut, Cak Lontong mengatakan sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh Mario Teguh bahwa “orang yang takut,, adalah orang yang berani,, karna keberanian adalah melakukan sesuatu yang anda takutkan,, maka kalau anda takut anda punya kesempatan untuk bersikap berani,,” kemudian Cak Lontong melanjutkan bahwa itulah bedanya ketika dia yang mengatakan kalimat milik Mario Teguh tadi akan ditertawakan oleh penonton, dan Cak Lontong merasa bahwa penonton sudah mendiskreditkan dirinya, Cak Lontong kemudian bertanya kepada penonton bahwa kenapa penonton membedakan dirinya dengan Mario Teguh padahal yang Cak Lontong katakan sama persis dengan yang Mario Teguh katakan tapi reaksi penonoton berbeda, lalu Cak Lontong mengucapkan kata “monyet” kepada penonton dengan ekspresi wajah yang agak marah. Pada saat menonton adegan ini Toni hanya diam

(25)

dengan ekspresi datar dan tidak berkomentar dari reaksi tersebut penerimaan yang ditunjukkan oleh Toni adalah penerimaan yang oposisional, dengan reaksi yang ditujukkan terlihat bahwa Toni tidak merasa terbiasa dengan lawakan yang disampaikan oleh Cak Lontong. Ketika diwawancara Toni juga mengatakan bahwa lawakan Cak Lontong yang mengatakan penonton “monyet” adalah hal yang kasar. Selain itu penerimaan yang sama juga ditujukkan oleh Toni ketika menonton adegan lawakan Cak Lontong yang mengatakan kepada penonton sebagai berikut :

“saya tidak ingin menyalahkan anda tapi anda keterlaluan, membuat saya menyalahkan anda,, monyet!!

Ekspresi yang sama dengan sebelumnya masih ditunjukkan Toni ketika menonton lawakan tersebut yaitu ekspresi datar dan tidak berkomentar.

Toni semakin memperkuat penerimaan oposisionalnya ketika menonton adegan sebagai berikut Cak Lontong mengatakan kepada penonton bahwa penonton telah mengambil hak berpikir Cak Lontong lalu kemudian penonton tertawa dan Cak Lontong lanjut mengatakan “salah kok ketawa,, salah anda!!”.

Ketika sedang menonton adegan tersebut Toni lagi-lagi menampilkan ekspresi yang sama yaitu ekspresi datar dan tidak berkomentar.

4.2.11 Penerimaan Toni Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Jorok)

Toni memberikan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata dan kaliamat jorok pada beberapa adegan Stand Up Comedy Metro TV. Yang pertama saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan” disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan member contoh berikut “aduh aku laper nih,, belum gituan”. Pada saat itu Toni yang antusias menonton adegan itu lalu tertawa setengah terbahak. Toni juga memberikan penerimaan yang dominan terhadap kata-kata dan kalimat jorok pada saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan” disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan member contoh berikut “aduh gituan itu enaknya tiga kali sehari,, jadi gak lemes”. Pada

(26)

saat itu Toni mengeluarkan ekspresi yang sama dengan sebelumnya yaitu tertawa setengah terbahak.

Gambar 4.12

Soleh sedang manyampaikan kata “gituan”nya Sumber : Olahan penulis

Toni semakin memperkuat penerimaan yang dominan terhadap kata-kata dan kaliamat jorok pada saat lawakan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan” disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan memberi contoh berikut “pesan saya kalo mau pada gituan di rumput, pake tiker,, nanti gatel,,”. Pada saat itu Toni menonton adegan tersebut dengan ekspresi tertawa setengah terbahak. Ekspresi yang sama pada tiga adegan yang berbeda menunjukkan bahwa Toni memeberikan penerimaan yang dominan terhadap unsur jorok dalam kekerasan verbal.

4.2.12 Penerimaan Toni Terhadap Unsur Kekerasan Verbal (Menghina) Penerimaan Toni yang oposisional terhadap kata-kata menghina terlihat pada saat lawakan Raditya Dia sebagai berikut, Radit mengatakan bahwa dia datang dan ikut ke acara Stand Up Comedy pada malam hari itu adalah untuk mencari pacar kemudian lanjutnya bahwa dia berharap dari para penonton ada yang bisa menjadi pacarnya, tapi ketika dia melihat ke salah satu sisi penonton, ada seorang penonton laki-laki mengeluarkan ekspresi senang dan tersenyum kepada Radit, kemudian Radit bertanya kepada penonton bahwa mengapa ada laki-laki yang tersenyum kepadanya setelah dia mengatakan bahwa ingin mencari pacar, lalu Radit juga mengeluarkan ekspresi meniru tingkah laki-laki yang

(27)

sedang senang tersebut. Kemudian Radit mengatakan bahwa laki-laki tersebut harus malu sama kumisnya karena jika ciuman tersasa gak enak rasanya seperti di sapu-sapu, lalu Radit mengatakan “gatel bego” dan menambahkan bahwa tidak enak berciuman denagn orang berkumis. Pada saat menonton adegan tersebut Toni menunjukkan ekspresi wajah datar dan tidak berkomentar, dari reaksi tersebut Toni seakan-akan tidak tertarik dengan lawakan Raditya Dika yang mengatakan “bego”.

Penerimaan Toni yang oposisional terhadap kata-kata yang menghina juga ditunjukkan ketika Cak Lontong menyampaikan lawakan sebegai berikut, Cak Lontong mengatakan bahwa sebelum memulai untuk melawak dirinya ingin menegaskan bahwa dia dan penonton berada disitu bukan untuk saling mendiskreditkan dan menjelek-jelekkan apalagi secara fisik, kemudian Cak Lontong memberikan contoh “saya bilang anda jelek,, kaya monyet..” dan melanjutkan bertanya meminta persetujuan penonton lalu penonton pun menjawab setuju, kemudian Cak Lontong menjawab “terimakasih monyet”

namun Cak Lontong kemudian melanjutkan “maaf,, maaf,, saya sering kelepasan,,”. Pada saat menonton adegan tersebut Toni menunjukkan ekspresi diam sambil mengkerutkan kening dan juga menaikkan sebelah alisnya.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Unsur Kekerasan Verbal (Kata-kata Kasar)

Jonathan sebagai informan 1 dalam memberikan penerimaan terhadap kata-kata kasar yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Jonathan tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kekerasan verbal yang terjadi. Jonathan memberikan penjelasan bahwa sebuah Stand Up Comedy memang terkenal sebagai jenis komedi yang tidak memiliki batasan, maka tidak heran bila Jonathan menunjukkan penerimaan adegan kekerasan fisik dengan dominan. Hal tersebut semakin ditunjang ketika Jonathan mengakui bahwa dirinya dibesarkan di lingkungan keluarga yang humoris yang membuat dirinya lebih bisa menerima berbagai macam humor, sekalipun itu merupakan kata-kata kasar. Jonathan juga memberi penerimaan yang dominan

(28)

pada adegan antara lain ketika Raditya mengatakan “bego” dan “goblok banget sih” ketika di putusakan oleh pacarnya.

Jonathan menambahkan bahwa mungkin pada umur yang masih muda dia menyadari bahwa teman-teman disekitarnya sering menggunakan kata-kata kasar dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu dia sudah terbiasa mendengarnya, Jonathan juga mengakui bahwa dirinya juga kadang menggunakan kata-kata kasar tersebut. “mungkin karna saya masih muda ya,, lagian di dalam pergaulan saya banyak kok temen-temen saya yang sering ngomong kata-kata kayak gitu,, ya saya juga sih kadang-kadang,,”

Kemudian Prisly sebagai Informan 2 dalam memberikan penerimaan terhadap kata-kata kasar yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV menunjukkan penerimaan negosiasi. Prisly terlihat lebih senang melihat lawakan Raditya Dika yang ekspresif meskipun dengan kata-kata kasar yang diucapkan oleh Raditya Dika daripada lawakan Cak Lontong yang sekedar memainkan mimik muka serius, senyum, dan marah, ditambah Cak Lontong juga menyebut kata “monyet” langsung kearah penonton dan memang Cak Lontong bermaksud mengatakan bahwa penonton itu monyet.

Prisly mengakui bahwa dirinya jarang mengucapkan kata-kata kotor disebabkan dirinya dulu semasa SMA dimasukkan oleh kedua orang tuanya ke dalam sekolah asrama Advent di Menado, hal tersebutlah yang tambahnya membuatnya jadi jarang mendengar kalimat-kalimat kasar selama SMA.

Selain itu Prisly juga berpendapat bahwa media bisa berpengaruh buruk pada khalayaknya, Prisly mengatakan sebagai berikut “pas main game itu di dalam game ada chat engine, itu fungsinya supaya bisa komunikasi sama semua pemain nah pas saat tertentu contohnya pas lagi war tempat chat tadi itu berubah jadi tempat maki-maki semua pemain,, jadi kadang kalo anak-anak pemula datang main game itu masih culun-culun cupu-cupu tidak pernah maki-maki lama-lama pasti jadi sering maki-maki juga”

Kekerasan simulasi kuat melekat pada permainan video, tetapi juga dalam permainan online. Kekerasan permainan video juga terletak dalam sifat manipulatifnya karena pemain tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan merefleksikan. Permainannya terfokus pada kial (gerak sebagai isyarat) dan

(29)

dramaturgi (intensitas narasi dan derajat penampilan permainan). Pemain diarahkan oleh logika perilaku stimulus-reaksi, tanpa disertai fase refleksi karena refleksi akan memecah ritme permainan. Bagi anak-anak, permainan semacam ini melahirkan banyak maslah psikologis. Kegelisahan, kekecewaan atau kemarahan bisa lahir dari praktek permainan video ini (Haryatmoko, 2007).

Sebagai informan 3 Ayub memberikan penerimaan terhadap kata-kata kasar yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Ayub tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kekerasan verbal yang terjadi. Ayub juga menambahkan bahwa jika dilihat dari asal aslinya isi lawakan Stand Up Comedy di luar negeri jauh lebih sensitif, “lagian kalo liat stand up di luar negri itu bahannya jauh lebih sensitif, soalnya gak ada aturan dan batasan”.

Ayub juga menambahkan bahwa pada dasarnya semua isi dari lawakan Stand Up Comedy itu tidak ada batasnya selama bisa membuat orang tertawa, “soalnya kan stand comedy itu sebenarnya mau ngomong apa aja gak papa asalkan lucu,,”.

Toni sebagai informan 4 dalam memberikan penerimaan terhadap kata- kata kasar yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi oposisional. Toni mengatakan bahwa sama sekali dirinya belum pernah menonton Stand Up Comedy dan hal itu mungkin yang menyebabkan dirinya merasa asing dengan bentuk komedi yang hanya menampilkan satu orang di atas panggung namun terlepas dari hal itu menurutnya kata-kata dalam lawakan tersebut tidak wajar dan kasar, “mungkin saya baru pertama kali nonton stand up comedy ya,, tapi menurutku itu gak wajar,, sebenarnya itu menghina,,”.

4.3.2 Unsur Kekerasan Verbal (Kata-kata Jorok)

Jonathan sebagai informan 1 dalam memberikan penerimaan terhadap kata-kata jorok yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Jonathan tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kata- kata jorok yang terjadi. Namun Jonathan menjelaskan bahwa hal-hal yang berbau vulgar biasanya lebih gampang dicerna kebanyakan orang menjadi sebuah

(30)

lawakan, “tapi memang kebanyakna orang-orang lebih tertarik dengan guyonan yang agak berbau seronok kok, sape lagu juga bisa dibuat jadi guyonan,,, waktu jaman gua smp dulu kan banyak tu lagu-lagu iklan yang liriknya dirubah jadi agak vulgar, lagunya populer lagi di sekolah,, trus disini juga saya sempat ada lagu daerah yang liriknya dirubah jadi vulgar,, tapi memang menurutku hal-hal vulgar itu lebih gampang jadi bahan guyonan kok,,”.

Namun penerimaan yang berbeda di perlihatkan oleh informan 2 yaitu Prisly, penerimaan Prisly terhadap kata-kata jorok yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi negosiasi, reaksi negosiasi terlihat ketika Prisly menonton adegan Soleh Solihun yang mengatakan bahwa kata “gituan”

disepakati akan diganti dengan kata “makan”, kemudian soleh melanjutkan dan memberi contoh berikut “aduh gituan itu enaknya tiga kali sehari,, jadi gak lemes”. Pada saat menonton adegan tersebut Prisly menujukkan reaksi mengkerutkan dahi kemudian tersenyum sambil menggelangkan kepala. Dengan reaksi tersenyum Prisly menunjukkan bahwa dirinya menerima apa yang disampaikan oleh Soleh Solihun sebagai lawakan, akan tetapi dengan menggelengkan kepala Prisly menyadari bahwa lawakan tersebut berbau vulgar.

Prisly juga menambahkan bahwa saat ini hal-hal menjurus sudah wajar dan sering dijadikan tertawaan, “sekarang apa yang bisa bikin tertawa kalo bukan hal-hal yang menjurus?? Artinya semua penonton tadi punya pikiran yang sama makanya mereka semua tertawa,,”

Sebagai informan 3 Ayub memberikan penerimaan terhadap kata-kata jorok yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Ayub tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kata-kata jorok yang terjadi.

Ayub menambahkan bahwa televisi mempengaruhi kita dengan kata-kata jorok yang ada oleh karena itu kita bisa terbiasa, “coba liat di televisi banyak kok film- film Indonesia yang pake istilah “gituan” sama “anu”,, mungkin masyarakat kena pengaruh dari tv itu sendiri makanya dua kata itu bisa di artikan sama yang porno-porno gitu,,”. Adanya pengalaman menonton televisi membuat kata-kata jorok merupakan bagian dari pengetahuan dan hiburan. Burhan Bungin (2006),

(31)

menjelaskan masyarakat lebih cepat dalam penyampaian pengetahuan apabila terdapat pornomedia didalamnya. Proses kecepatan ini terjadi melalui tiga proses, yaitu proses eksternalisasi akibat dari penyesuaian diri yang sangat cepat dari masyarakat yang terbuka untuk menerima informasi baru melalui media massa.

Yang kedua, proses objektivasi dimana pola-pola interaksi yang terbuka akan memudahkan intersubyektif yang dilembagakan, seakan-akan informasi porno mengalami institusionalisasi sehingga informasi porno telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Yang ketiga, proses intenalisasi dimana masyarakat yang telah terobjektivasi akan mengindetifikasikan diri sebagai bagian fungsional dari nformasi, dengan demikian masyarakat akan menjadi terbiasa dengan pornomedia (Bungin, 2006, p. 340).

Sebagai informan 4 Toni memberikan penerimaan terhadap kata-kata jorok yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Toni tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kata-kata jorok yang terjadi.

Dalam setiap lawakan yang disampaikan oleh Soleh Solihun Toni selalu tertawa meskipun hanya setangah terbahak, reaksi ini menunjukkan bahwa Toni menikmati apa yang disampaikan oleh Soleh Solihun menjadi sebuah lawakan yang lucu bagi dirinya. Toni menambahkan bahwa kata “gituan” dan “anu” yang disampaikan oleh Soleh Solihun sudah pasti menjurus ke arah seksual dan itu semua sudah menjadi mindset banya orang, “di lawakannya si soleh tadi ya pasti menjurus ke sex-sex gitu,, itu kan sudah jadi hal umum makanya penontonnya semua ketawa,, cew cow semuanya tertawa,, jadi itu sudah jadi mindsetnya kita,,”.

4.3.3 Unsur Kekerasan Verbal (Kata-kata Menghina)

Jonathan sebagai informan 1 dalam memberikan penerimaan terhadap kata-kata menghina yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi dominan. Jonathan tidak memiliki penerimaan yang oposisional terhadap kata- kata menghina yang terjadi. Penerimaan dominan Jonathan dipengaruhi dari tujuan tertentu dia menonton sebuah tayangan televisi, yang pertama tentu ingin mencari hiburan dari acara yang ditampilkan oleh media. Tujuan mencari hiburan

(32)

didapatnya melalui acara-acara seperti komedi. Melalui tujuan mencari hiburan itulah Jonathan melihat Stand Up Comedy sesuai dengan konteks acaranya sehingga mendapat hiburan dari acara yang ditontonnya. Sedangkan tujuan lain Jonathan adalah untuk mencari informasi tertentu. Tujuan mencari informasi didapatkan mereka melalui berita, infotainment, dan lainnya. Hal itu sesuai dengan penuturan De Vito (1997) mengenai fungsi dari komunikasi massa.

Menurut De Vito, ada beberapa fungsi yang diemban komunikasi massa antara lain untuk menghibur, menginformasikan, meyakinkann sesuatu, menganugerahkan status sesuatu hal yang penting, membius penontonnya, dan memberikan rasa kebersatuan di masyarakat.

Kemudian Prisly sebagai Informan 2 dalam memberikan penerimaan terhadap kata-kata kasar yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan oposisional. Prisly menambahkan bahwa raut muka atau mimik muka berpengaruh dalam menyampaikan lawakan kepada penontonnya. Penerimaan yang oppositional yang muncul dari informan tidak lepas dikarenakan adanya keterkaitan dengan teks itu sendiri. Teks sendiri ada lah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. (Eriyanto, 2001, p. 289). Dalam hal ini semua teks yang dilihat adalah semua yang ada pada pelawak khusunya Cak Lontong dalam gayanya yang memainan raut wajah ketika menyampaikan lawakan.

Ayub sebagai informan 3 dalam memberikan penerimaan terhadap kata- kata menghina yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi negosiasi. Pada awalnya Ayub selalu melihat Stand Up Comedy sebagai bentuk komedi yang tidak memiliki batas, namun ketika kata-kata keras itu sudah menjadi kata-kata menghina penerimaan dominan Ayub pasti bergeser menjadi negosiasi, hal tersebut terlihat dari kalimat Ayub berikut “,, tapi stand comedy itu sebenarnya mau ngomong apa aja gak papa asalkan lucu,, banyak yang bilang kalo stand up comedy itu guyonannya orang pinter,, gitu,, lagian kalo liat stand up di luar negri itu bahannya jauh lebih sensitif, soalnya gak ada aturan dan batasan.

(33)

Tapi ya kembali kita ini di Indonesia, orang Indonesia kan masih terlalu sensitif, gak semua bisa jadi guyonan”. Penerimaan negosiasi oleh Ayub juga diperkuat karena latar belakang karakter Ayub yang sensitive dan mudah tersinggung.

Toni sebagai informan 4 dalam memberikan penerimaan terhadap kata- kata menghina yang terkandung melalui adegan yang ditampilkan dalam lawakan Stand Up Comedy Metro TV memiliki kecenderungan menempati posisi oposisional. Toni mengatakan bahwa sama sekali dirinya belum pernah menonton Stand Up Comedy dan hal itu mungkin yang menyebabkan dirinya merasa asing dengan bentuk komedi yang hanya menampilkan satu orang di atas panggung namun terlepas dari hal itu menurutnya kata-kata dalam lawakan tersebut tidak wajar dan kasar, “mungkin saya baru pertama kali nonton stand up comedy ya,, tapi menurutku itu gak wajar,, sebenarnya itu menghina,,”. Namun Toni menambahkan bahwa kekerasan verbal dapat mempengaruhi penontonnya,

“soalnya orang Indonesia ini peniru,, apalagi anak kecilnya,, dulu aja kan sempat heboh waktu anak kecil niru-niru tayangan gulat smackdown itu,, apalagi kalau cuman kalimat-kalimat gitu pasti bakalan ada yang niru”. Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari atau berpikir dan bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman. Teori ini mengakui bahwa banyak pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beragam. Seseorang dapat mengamati orang lain yang terlibat dalam perilaku tertentu di televisi dan dapat mempraktikkan perilaku itu dalam kehidupannya (Severin, 2009, p. 330-331).

4.4 Interpretasi Data

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan pengkategorian penerimaan menurut Stuart Hall yang dimana terdapat beberapa kategori, salah satunya adalah Dominant Code. Menurut Hall, seorang informan dapat masuk ke dalam ketegori Dominant Code jika ia dapat menerima seluruh pesan yang terkandung dalam media. Dan informan pada penelitian yang masuk dalam kategori tersebut adalah Jonathan. Jonathan menunjukkan penerimaan dominan pada ketiga unsur kekerasan verbal yaitu, kata-kata kasar, kata-kata jorok dan

(34)

kata-kata menghina. Jonathan memberikan penjelasan bahwa sebuah Stand Up Comedy memang terkenal sebagai jenis komedi yang tidak memiliki batasan,

Hal ini diperkuat karena Jonathan berasal dari latarbelakang keluarga yang humoris maka Jonathan sudah terbiasa dengan bentuk-bentuk candaan, di samping itu Jonathan juga mengakui bahwa teman-temannya mengatakan bahwa dirinya senang melucu, hal ini tambah memperkuat bahwa Jonathan sangat mungkin memberikan penerimaan pada segala jenis bentuk humor atau lawakan yang dia terima. Jonathan juga menambahkan bahwa mungkin karena umur yang masih muda maka dia terbiasa dengan kekerasan verbal. Jonathan menyadari bahwa teman-teman disekitarnya sering menggunakan kata-kata kasar dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu dia sudah terbiasa mendengarnya, Jonathan juga mengakui bahwa dirinya juga kadang menggunakan kata-kata kasar tersebut.

“mungkin karna saya masih muda ya,, lagian di dalam pergaulan saya banyak kok temen-temen saya yang sering ngomong kata-kata kayak gitu,, ya saya juga sih kadang-kadang,,”.

Hal di atas sesuai dengan yang diungkapkan Sophie Jehel dalam Haryatmoko, Etika komunikasi, manipulasi media, kekerasan, dan pornografi, Sophie Jehel (2003) memberikan penjelasan tentang hasil studi kekerasan dalam media televisi di Amerika Serikat oleh American Psychological Association, ada tiga kesimpulan yang perlu mendapat perhatian serius: pertama, mempresentasikan program kekerasan meningkatkan perilaku agresif; kedua, memperlihatkan secara berulang tayangan kekerasan dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap kekerasan dan penderitaan korban; ketiga, tayangan kekerasan dapat meningkatkan rasa takut sehingga akan menciptakan representasi dalam diri pemirsa, betapa berbahayanya dunia (Haryatmoko, 2007, p.124). Dari teori diatas Jonathan sesuai dengan kesimpulan kedua Sophie Jehel bahwa semakin sering Jonathan melihat tayangan yang mengandung kekerasan verbal maka Jonathan akan semakin tidak peka dengan kekerasan verbal yang ada.

Selain Jonathan yang sepenuhnya menunjukkan penerimaan dominan, Informan 3 yaitu Ayub juga menunjukkan penerimaan yang dominan namun tidak pada semua unsur kekerasan verbal, dalam unsur kata-kata kasar dan jorok Ayub menunjukkan penerimaan yang sepenuhnya dominan, hal ini dikarenakan Ayub

(35)

yang melihat Stand Up Comedy sebagai konteks komedi, dan juga ditambah Ayub pernah tergabung dalam komunitas Stand Up Comedy. Ayub mengatakan bahwa Stand Up Comedy merupakan lawakan tanpa batasan dimana penontonnya dituntut pintar untuk menerima lawakan dari para komediannya. Namun pada penerimaan unsur kata-kata menghina Ayub sepenuhnya menunjukkan penerimaan yang oposisional, hal ini dikarenakan latr belakang sifat pribadi Ayub yang sensitif dan gampang tersinggung. Ayub mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang terlalu perasa, Ayub mangaku terlalu sensitif pada kata-kata yang menghina.

Pada penilitian kali ini peneliti juga menggunakan pengkategorian penerimaan menurut Stuart Hall yang dimana terdapat beberapa kategori. Salah satunya adalah Negotiated Code. Menurut Hall, seorang informan dapat msauk ke dalam kategori Negotiated Code jika ia menerima beberapa pesan, tetapi ia juga memberikan sebuah penolakan terhadap pesan lain dalam media yang sama. Dan informan pada penelitian yang masuk dalam kategori tersebut adalah Prisly. Prisly dalam unsur kata-kata kasar dan kata-kata jorok Prisly menujukkan penerimaan yang sepenuhnya negotiated hal ini ditunjang oleh faktor bahwa Prisly dibesarkan dari keluarga Kristen yang taat, oleh karena itu Prisly jarang mendengar kata-kata kasar, jorok dan menghina. Pada kenyataanya Prisly masih menganggap bahwa Stand Up Comedy merupakan sebuah tayangan humor yang bisa membuat penontonnya tertawa akan tetapi karena isi lawakan yang mengandung unsur- unsur kekerasan verbal tersebut membuat Prisly menunjukkan penerimaan negosiasi. Selain itu juga Prisly menambahkan pernah mengenyam pindidikan SMA pada sekolah Adven berasrama yang membuatnya patuh terhadap aturan- aturan kristiani. Prisly juga sekarang tergabung dalam anggota pemuda gereja disalah satu gereja di Surabaya, yang membuatnya memiliki teman-teman mayoritas berasal dari pemuda gereja tersebut. Oleh karena hal-hal penunjang diatas maka sangat memungkinkan jika Prisly menunjukkan penerimaan negosiasi pada unsur-unsur kekerasan verbal yang diterimanya.

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan pengkategorian penerimaan menurut Stuart Hall yang dimana terdapat beberapa kategori, salah satunya adalah opositional code. Menurut Hall, seorang informan dapat masuk ke

(36)

dalam kategori opositional code jika ia dapat menolak seluruh pesan yang terkandung dalam media. Dan informan pada penelitian yang masuk dalam kategori tersebut adalah Toni. Toni menunjukkan penerimaan yang hampir sepenuhnya oposisional pada unsur-unsur kekerasan verbal yaitu kata-kata kasar dan kata-kata menghina. Toni merasa bahwa Stand Up Comedy aneh baginya, dikarenakan ini pertama kalinya ia menonton tayangan Stand Up Comedy. Faktor yang mempengaruhi Toni menunjukkan penerimaan Toni yang oposisional adalah kebiasaan Toni yang tidak pernah menonton lawakan seperti Stand Up Comedy membuat Toni merasa aneh terhadap lawakan Stand Up Comedy, selain itu Toni lebih menerima isi lawakan seperti OVJ dan extravaganza sebagai sebuah lawakan. Di samping itu Toni masih memberikan penerimaan yang dominan pada unsur kata-kata jorok karena ditunjang oleh faktor mindset masyarakat umum yang menjadikan guyonan jorok sebagai lawakan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengukuran polarisasi, saat wireless USB adapter yang ada di dalam waveguide antena wajanbolic berada pada posisi vertikal dan antena pada access point juga pada

4ydrocharitaceae sendiri merupakan salah satu suku anggota tumbuhan berbunga yang dimana kebayakan anggotanya adalah tanaman air. amun yang berasal

Kegiatan Tugas Akhir/Skripsi diakhiri dengan penulisan hasil kerja atau penelitian dalam bentuk Laporan Laporan Tugas Akhir untuk program D3, Skripsi untuk program

Kata Kruistocht juga mengandung makna kontekstual, karena kata tersebut mengacu pada kegiatan perjalanan salib yang dilakukan oleh anak-anak di dalam cerita, pada tahun

JMLH SAT 1 Penetapan rasio dosen dan mahasiswa sesuai standar ideal Terealisasi rasio dosen dibanding mahasiswa 1 : 20 1:20 Rasio 2 Meningkatnya penyerapan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan rekaman video, wawancara dan observasi kegiatan guru dan siswa.Teknik analisis data yang digunakan dalam

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Praktikum terhadap sampel hiu paus yang telah dilakukan menggunakan metode ekstraksi chelex dan dilanjutkan dengan kegiatan PCR (polymerasi Chain Reaction) dan