• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut dimensi tempat, ruang dan waktu baik yang terkait dengan keadaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyangkut dimensi tempat, ruang dan waktu baik yang terkait dengan keadaan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geografi merupakan bidang ilmu yang terpusat perhatiaannya pada kajian kewilayahan muka bumi yang keadaannya dinamis, berubah dari waktu ke waktu dan menyangkut dimensi tempat, ruang dan waktu baik yang terkait dengan keadaan lingkungan alam maupun kehidupan manusianya. Sebab untuk mampu memahami secara komprehensif dan optimal, kajian-kajian dalam ilmu geografi harus memadukan apa saja yang diperoleh dari geografi fisik maupun geografi sosial dan budaya serta berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi, politik, kemasyarakatan penduduk wilayah yang bersangkutan dalam hubungannya dengan wilayah lain (Suharyono, 2005). Toyne dan Newby (1972) dalam Suharyono (2005) menekankan bahwa geografi selalu berkepentingan dengan lokasi, suatu aspek dalam kegiatan dan perekonomian manusia yang oleh disiplin-disiplin ilmu lain cenderung diabaikan.

Menurut Ramaini (1992) juga menyebutkan bahwa tujuan pokok lmu geografi adalah berusaha untuk menjelaskan bagaimana pola ruang yang dikaitkan dengan ciri fisik bumi serta unsur manusia.

Beberapa definisi yang diketahui menunjukkan bahwa Ilmu geografi merupakan suatu disiplin ilmu yang kompleks dan sangat luas cakupannya. Ilmu geografi mempelajari segala bentuk fenomena yang ada di permukaan bumi dan kemudian dipetakan pola interaksi yang ada didalamnya dengan prinsip kewilayahan

(2)

2 dan keruangan. Interaksi yang terjadi bisa berupa sebab akibat atau distribusi atau pola persebaran dari gejala yang terjadi. Dengan demikian, analisa geografi bisa digunakan dalam berbagai fenomena wilayah atau keruangan termasuk didalamnya adalah manajemen bencana. Oleh sebab itu perlu adanya upaya mitigasi bencana yang terkoordinir dan terstruktur dengan baik. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No.24 Tahun 2007).

Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No.24 Tahun 2007). Menurut definisi tersebut terdapat beberapa sebab yang menimbulkan bencana, sehingga menurut asalnya bencana dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Bencana alam 2. Bencana non alam 3. Bencana sosial

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pengertian dari bencana alam ialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekerngan, angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana

(3)

3 yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial ialah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

Bencana alam merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, erupsi gunungapi, banjir dan tsunami. Salah satu yang sering terjadi adalah erupsi gunungapi, sebagai contoh erupsi Gunungapi Merapi.

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia maupun di dunia. Gunung Merapi terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Lereng bagian selatan berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Sleman dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang, bagian utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan di sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Klaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut siklusnya bencana letusan Gunung Merapi terjadi dalam 4 hingga 5 tahun sekali. Letusan Gunung Merapi terakhir terjadi pada tahun 2010, menyebabkan kerugian dan kerusakan di 4 Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Gunung Merapi. Dampak dari letusan Gunung Merapi dirasa berat oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Merapi akibat tingginya kerentanan masyarakat terhadap bencana, terlebih lagi banyaknya korban jiwa yang tewas akibat letusan Gunung Merapi. Bencana erupsi Gunung Merapi ini menimbulkan kerugian, kerusakan dan

(4)

4 hilangnya asset sehingga hal tersebut mempengaruhi penghidupan masyarakat setempat. Sebagai contoh, akibat letusan Gunung Merapi pada bulan Oktober hingga November 2010 saja sudah menyebabkan hampir 200 jiwa meninggal dunia, lahan pertanian dan rumah warga di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali yang rusak (BNPB 2011).

Daerah sekitar Gunung Merapi tentu saja memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bahaya bencana letusan Merapi, seperti yang terjadi di Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang yang berada di sisi barat Gunung Merapi. Desa Ngargomulyo memiliki jarak yang kurang lebih 8 km dari puncak Merapi, sehingga berada dalam Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) artinya sebagian wilayah tertimpa material Merapi dengan kerusakan infrastruktur yang tinggi serta jumlah korban jiwa yang tidak sedikit. Akibatnya hampir seluruh masyarakat Desa Ngargomulyo harus mengungsi ke tempat lain bila bencana terjadi.

Letusan Gunung Merapi ini tentu mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi warga yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani karena sumberdaya alam terutama lahan pertanian rusak sehingga kegiatan ekonomi masyarakat setempat terhenti saat krisis Merapi.

Dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana kemudian muncul konsep Sister Village atau “Desa Saudara” antara Desa Ngargomulyo dengan desa tetangga yang dinilai aman ketika terjadi bencana letusan Gunung Merapi. Desa Tamanagung yang berada di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang dipilih sebagai desa saudara

(5)

5 karena desa ini relatif lebih aman terhadap bahaya erupsi Gunung Merapi. Desa Tamanagung berada lebih dari 15 km dari Puncak Merapi dan berada di sebelah Barat Desa Ngargomulyo. Secara administrasi kedua desa tersebut berada dalam satu Kabupaten yang sama yaitu Kabupaten Magelang dan memiliki jarak yang tidak begitu jauh. Desa Ngargomulyo berada di Kecamatan Dukun sedangkan Desa Tamanagung berada di Kecamatan Muntilan.

Desa Tamanagung berada di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang, Desa ini memiliki luas wilayah 3,07 km2 yang terdiri dari 16 dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 10.482 jiwa. Desa ini memiliki kepadatan penduduk sebanyak 3.417 jiwa/km2. Kondisi topografi Desa Tamanagung ini berupa hamparan dengan kemiringan lereng landai yaitu < 15o. Desa Tamanagung berada di ketinggian 300- 500 m di atas permukaan laut. Desa Tamanagung juga sudah memiliki beberapa fasilitas dasar seperti sekolah dan fasilitas kesehatan yang cukup lengkap (BPS, 2013).

Dipilihnya Desa Tamanagung sebagai Desa Saudara, penampung korban atau pengungsi bencana letusan Gunung Merapi dari Desa Ngargomulyo dalam konsep Sister Village tentu akan mempengaruhi masyarakatnya. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai pendapat masyarakat dengan keberadaan Konsep tersebut. Penelitian ini sangat penting dilakukan dalam upaya untuk mendukung terlaksananya Konsep Sister Village.

(6)

6 1.2. Rumusan Masalah

Salah satu upaya untuk menciptakan masyarakat yang tahan terhadap bencana, konsep Sister Village di anggap sebagai solusi yang cukup jitu dalam mengurangi risiko dan kerugian serta jumlah korban jiwa akibat bencana letusan Gunung Merapi. Seperti yang telah diketahui bahwa bencana letusan Gunung Merapi sudah di anggap sebagai sebuah Bencana Nasional di negeri ini oleh sebab itu perlu adanya upaya manajemen bencana yang tepat sasaran. Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa kesiapsiagaan bencana berarti serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Pasca letusan Gunung Merapi tahun 2010 lalu sumber ekonomi masyarakat sekitar lereng Merapi sempat terhenti, dampak dari letusan ini tidak hanya bersifat materi atau korban jiwa namun sangat kompleks seperti hancurnya sistem sosial yang sudah dibangun di Desa Ngargomulyo bahkan ketika para pengungsi tersebut harus kembali ke rumahnya masing-masing. Desa Tamanagung menjadi lokasi yang dipilih untuk menjadi desa penampung korban letusan Merapi dari Desa Ngargomulyo namun perlu diperhatikan bahwa penilaian terhadap pemilihan Desa Tamanagung

(7)

7 sebagai Desa “saudara” sangatlah penting. Bahwa Desa Tamanagung merupakan wilayah dalam radius aman dan berada dalam KRB I.

Meskipun Desa Tamanagung dipilih sebagai desa penampung dalam Konsep Sister Village dengan pertimbangan beberapa faktor tetapi dukungan sumber daya maupun masyarakatnya penting untukdikaji sehingga perlu adanya identifikasi potensi dan kesiapan desa dan juga pengetahuan masyarakatnya terhadap konsep terebut.

Dari identifikasi tersebut munculah beberapa pertanyaan permasalahan:

1. Bagaimana potensi desa dan kesiapan Desa Tamanagung guna mendukung Konsep Sister Village ?

2. Bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Tamanagung terhadap Konsep Sister Village ?

3. Bagaimana bentuk dukungan masyarakat Desa Tamanagung terhadap Konsep Sister Village ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi desa dan kesiapan Desa Tamanagung guna mendukung berjalannya Konsep Sister Village tersebut.

2. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Desa Tamanagung paham Konsep Sister Village.

(8)

8 3. Mengetahui bentuk dukungan yang dapat diberikan masyarakat Desa

Tamanagung terhadap Konsep Sister Village.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini murni dilakukan sebagai penyusunan skripsi guna menempuh ujian akhir tingkat sarjana S1 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Di harapkan terdapat manfaat lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini seperti adanya pemecahan masalah dan perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan penyempurnaan sistem yang telah ada. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui sejauh mana Konsep Sister Village antara Desa Ngargomulyo dan Tamanagung berjalan dengan baik dalam upaya pengurangan risiko bencana. Serta sejauh mana potensi Desa Tamanagung mampu menampung dan memberikan fasilitas yang memadai bagi para pengungsi, dan adanya susunan panitia yang mengkoordinir kebutuhan para pengungsi. Dari penelitian ini juga dapat di identifikasi partisipasi, pendapat terhadap Konsep ni dan bentuk dukungan masyarakat Tamanagung terhadap Konsep Sister Village dalam upaya mitigasi bencana.

Studi mengenai potensi dan kesiapan desa penyangga dalam Konsep Sister Village ini belum banyak dilakukan. Oleh karenanya terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya baik obyek, lokasi, tujuan penelitan maupun metode penelitian. Dalam penelitian ini ada 3 tujuan penelitian yang dicapai yaitu untuk mengetahui potensi dan kesiapan Desa Tamanagung yang meliputi potensi fisik dan

(9)

9 potensi sumber daya manusianya . potensi fisik meliputi kondisi jalan, fasilitas dan kelembagaan. Sedangkan untuk potensi sumber daya manusanya meliputi kesiapan masyarakat Desa Tamanagung jika pengungsi kembali datang ke Tamanagung dan bantuan yang dapat diberikan.

Tujuan kedua yaitu pengetahuan masyarakat Desa Tamanagung tentang Konsep Sister Village guna mendukung dalam pengembangannya yang meliputi pengetahuan tentang Konsep Sister Village, pengetahuan tentang lokasi penampungan, pengetahuan tentang Lembaga Penanggulangan Bencana Desa Tamanagung beserta dengan masukan-masukan dari masyarakat Desa Tamanagung.

Tujuan ketiga yaitu bentuk dukungan dari masyarakat Desa Tamanagung yang dapat diberikan untuk pengungsi yang meliputi tenaga dan materi. Bentuk dukungan ini tentu dipengaruhi oleh aset yang dimiliki warga sekitar. Bentuk dukungan ini bisa berupa uang maupun barang. Hal ini perlu dikaji sebab jika pengungsi datang ke Desa Tamanagung, kemungkinan besar pengungsi tidak membawa barang-barang sehingga bentuk dukungan atau bantuan seperti apa yang dapat diberikan oleh masyarakat Desa Tamanagung akan sangat berguna.

(10)

10 Tabel 1.1. Perbandingan Keaslian Penelitian

Nama Tahun Judul Tujuan Metode Hasil

Winarti 2010 Perencanaan Komunitas Dalam Membangun Desa Siaga Bencana Di Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang

Cara masyarakat Desa Ngargomulyo mengenali ancaman bencana bahaya kerentanan dan kapasitas lingkungannya

Cara masyarakat memabngun Desa Siaga Bencana melalui rencana aksi pengurangan risiko bencana

Kuantitatif Pandangan dan pengalaman masyarakat Desa Ngargomulyo terhadap bencana Merapi, Komunitas siaga bencana Desa Ngargomulyo, Pengembangan program pengurangan risiko bencana

Aviyanti

Nurwidianingrum

2015 Modal Sosial Di Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Merapi “Sister Village”

(Studi Kasus Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun dan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan)

Mengetahui peran modal sosial di dalam program Sister Village serta faktor pendukung modal sosial tersebut

Kualitatif Dimensi modal sosial yang berperan dalam Sister Village adalah kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan bersama dan kerjasama, informasi dan komunikasi, kohesi sosial dan inklusi, serta pemberdayaan dan tindakan politik. Keenam dimensi modal sosial tersebut memudahkan Pemerintah Desa Ngargomulyo dan Pemerintah Desa Tamanagung dalam menjalin Sister Village.

Fernanda Rusmayanti

2016 Identifikasi Potensi Desa Tamanagung Untuk Mendukung Konsep Sister Village Dalam Konteks Manajemen Bencana

Mengetahui potensi dan kesiapan Desa Tamanagung untuk mendukung Konsep Sister Village Mengetahui persepsi masyarakat Desa Tamanagung tentang adanya Konsep Sister Village

Mengetahui bentuk dukungan yang dapat diberkan oleh masyarakat Desa

Tamanagung

Mix Method Potensi yang dimiliki Desa Tamanagung untuk mendukung Konsep Sister Village terdiri dari potensi fisik dan potensi SDM

Pemahaman masyarakat Desa Tamanagung dalam memahami Konsep Sister Village ini beragam Bentuk dukungan yang diberikan masyarakat Tamanagung ialah tenaga, logistik, dan fasilitas

(11)

11 1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Geografi

Banyak batasan pengertian (definisi) geografi yang telah dikemukakan ahli sejak masa geografi klasik pada zaman Yunani hingga munculnya Geographia Generalis yang ditulis Bernardus Varenius pertengahan abad 17 (yang oleh sementara ahli dipandang sebagai awal pemikiran bagi pengembangan geografi sebagai ilmu), pada masa geografi modern abad 19 dan 20, serta pada masa-masa geografi mutakhir sejak tahun 1960-an. Definisi yang membatasi geografi sebagai ilmu yang melukiskan gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dan penduduknya disusun menurut letaknya (Suharyono, 2005:3)

Harvey (1971) dalam Suharyono (2005) mengutip definisi yang menyatakan bahwa geografi berkepentingan dengan deskripsi dan penjelasan diferensiasi areal muka bumi, tetapi ia juga menyatakan mungkin banyak ahli geografi yang cukup puas dengan definisi tersebut sementara ahli geografi lain memandang perlu adanya alternatif definisi lain.

Minshull (1970) mengemukakan bahwa geografi sebagai cabang ilmu sendiri karena adanya fenoemena yang bervariasi di berbagai tempat di muka bumi, yang dapat dipelajari hubungan-hubungannya serta diberi penjelasan mngenai sebab timbulnya variasi dan hubungan antara satu fenomena dengan fenomena lain.

(Suharyono, 2005:6)

(12)

12 1.5.2. Pendekatan Geografi

“Geography …. A science concerned with the rational development, and location of various characteristics on the surface of the earth” (Yeates, 1968 dalam Bintarto 1979).

Dalam geografi terpadu, untuk mendekati sebuah permasalahan terdapat tiga pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

Pendekatan Spasial (keruangan) merupakan pendekatan yang khas dam geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang dengan memperhatikan aspek ruang yang meliputi factor lokasi, kondisi alam, kondisi sosial masyarakatnya.

Pendekatan Ekologi didasarkan pada interelasi antara mahluk hidup dengan lingkungan. Sedangkan pendekatan kompleks wilayah memiliki analisis dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif.

Pendekatan keruangan mempelajari perbedaan lokasi dan pola persebaran yang terjadi. Pendekatan ekologi merupakan studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Sedangkan pendekatan kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi (Bintarto, 1979:12)

(13)

13 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kompleks wilayah.

Pendekatan ini dirasa cocok dalam penelitian mengenai Sister Village ini karena di dalam konsep ini, Desa Tamanagung menjadi Desa mitra yang menyediakan lokasi penampungan yang tersebar di tiap-tiap dusun. Secara administrasi juga kedua desa ini masih berada dalam satu wilayah Kabupaten. Adanya dokumen prosedur tetap membuktikan adanya interaksi masyarakat terhadap lingkungan dalam konteks manajemen bencana dalam upaya pengurangan risiko bencana.

1.5.3. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma baru pembangunan yang memiliki interpretasi dan konsep yang beragam. Konsep yang diajukan Negara maju belum tentu dapat dilaksanakan di Negara berkembang, demikian pula konsep yang diajukan oleh Negara yang sedang berkembang belum tentu dapat diterima oleh negara maju (Baiquni, 2007).

Konsep Pembangunan Berkelanjutan memiliki makna yang luas dan mejadi payung bagi banyak variasi konsep, kebijakan dan program pembangunan yang amat beragam. Kemajemukan dalam mendefinisikan dan mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan dapat dianggap sebagai berkah yang memberikan warna dalam kehidupan. Keragaman tersebut memiliki dasar pijakan yang digambarkan oleh Burger (1998:48) dalam Baiquni (2007:19).

Saat ini implikasi atau penerapan dari konsep ini sangat penting dilakukan dimana seharusnya seluruh aspek terkait dapat berjalan bersamaan sehingga

(14)

14 kedepannya hasil dari konsep ini dapat dirasakan. Sister Village merupakan kerjasama di antara dua Desa yang berada dalam satu wilayah administratif, dimana Desa Tamanagung merupakan wilayah yang menjadi saudara untuk menampung korban bencana erupsi Merapi dari Desa Ngargomulyo. Sehingga dengan adanya konsep, kebijakan dan program pembangunan ini mampu mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian jika sewaktu-waktu erupsi Merapi kembali terjadi.

1.5.4. Manajemen Bencana

Menurut UU No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Menurut definisi tersebut, ada 3 macam jenis bencana yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.

Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat dengan tanpa adanya tanda-tanda. Dampak bencana bervariasi tergantung pada kondisi dan kerentanan lingkungan dan masyarakat.

Bencana seringkali menimbulkan kepanikan masyarakat dan menyebabkan penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan seperti luka, kematian, tekanan ekonomi akibat hilangnya usaha/pekerjaan dan kekayaan harta benda, kehilangan anggota keluarga dan kerusakan infrastruktur serta lingkungan (Hidayati, 2005 dalam Muta’ali, 2014).

(15)

15 Dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dinyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkain upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

Manajemen bencana adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan berbagai tahapan dari semua tingkatan bencana. Focus utama dalam mengendalikan bencana adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak diharapkan dapat terselamatkan dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan cepat. Kegiatan pemulihan (recovery) kondisi masyarakat pasca bencana akan lebih solid, bila mencoba membangun manajemen bencana (disaster management) yang menyeluruh dan terpadu dalam siklus bencana (Muta’ali, 2014:188).

1.5.5. Konsep Sister Village

Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 telah memberikan banyak pengalaman dan juga pelajaran berharga bagi semua pihak. Salah satu pelajaran berharga adalah banyaknya pengalaman pengungsi yang sangat tidak nyaman selama di lokasi pengungsian, pengalaman yang sama juga dirasakan oleh para petugas pengelola pengungsian, bahkan juga dirasakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena ketidaksiapan semua pihak menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi yang sangat dahsyat pada tahun 2010 yang lalu. Berbagai upaya dilakukan guna untuk

(16)

16 mengurangi risiko bencana letusan Gunung Merapi. Salah satunya di Kabupaten Magelang, Pemerintah Kabupaten Magelang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyusun sebuah konsep penanganan bencana yang lebih baik. Berikut sejarah mengenai terbentuknya Konsep Sister Village ini, salah satu konsep yang diwacanakan dan mulai dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Magelang lewat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang adalah Konsep Sister Village (Desa Bersaudara).

Konsep ini mulai dirintis seiring dengan pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Gunung Merapi 2010. Dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut kita memadukan dua kegiatan utama, yaitu kegiatan “technical engineering” (rekayasa teknis) dengan kegiatan yang bersifat “social engineering”

(rekayasa sosial). Dalam konsep Sister Village ini kita mencoba memetakan desa- desa rawan bencana erupsi Merapi dan desa-desa yang yang kita nilai “cukup aman”

dari ancaman erupsi Merapi.

Konsep Sister Village merupakan upaya pengurangan risiko bencana dengan menempatkan pengungsi di desa saudara yang letaknya di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi. Sehingga apabila bencana terjadi, masyarakat di KRB III Gunung Merapi tidak panik dan bingung karena sudah punya arah dan tujuan yang jelas kemana mereka harus mengungsi. Penempatan pengungsi di desa saudara (desa penyangga) bervariasi, ada yang ditempatkan di gedung fasilitas umum,

(17)

17 rumah penduduk atau perpaduan antara gedung fasilitas umum dengan rumah penduduk, semua tergantung pada kondisi desa yang ditempati pengungsi.

Konsep Sister Village ini menyatukan dua pasang desa atau lebih dalam suatu hubungan yang dilembagakan. Di dalam mempersiapkan penerapan program ini, desa penyangga turut bekerja keras. Hal ini dikarenakan fasilitas dan sarana prasarana pendukung pengungsian berada di desa penyangga, sehingga mereka juga turut berperan dalam penyediaannya. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsian seperti tempat penampungan, tempat logistik, dapur umum, dan tempat MCK (mandi, cuci, kakus) harus dipersiapkan dengan baik.

Konsep Desa Bersaudara (Sister Village) adalah kerjasama yang dijalin antar dua desa yaitu Desa Ngargomulyo dan Desa Tamanagung, dimana pada saat terjadi ancaman bahaya disalah satu desa maka penduduk di desa tersebut akan dievakuasi dan diungsikan di desa yang lebih aman. Desa Tamanagung yang dipilih menjadi desa saudara oleh Desa Ngargomulyo merupakan desa yang berada di Kecamatan Muntilan dan dirasa memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi karena letaknya berada lebih jauh dari Gunungapi Merapi. Walaupun demikian, Desa Ngargomulyo telah memiliki beberapa komunitas siaga bencana yaitu PASAG (Paguyupan sabuk Gunung) Merapi, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) dan Santri Siaga Bencana Nahdlatul Ulama (Winarti, 2010).

Konsep Sister Village (Desa Bersaudara) pada tahun 2014 lalu sudah diangkat menjadi salah satu program yang diformalkan dalam manajemen bencana.

(18)

18 Pengembangan konsep Sister Village (Desa Bersaudara) menjadi salah satu alternatif solusi pada saat krisis, terlebih karena Gunungapi Merapi memiliki siklus erupsi (4 tahunan).

Salah satu poin kerjasama yang terdapat pada Rancangan Perjanjian Kerjasama dalam penanggulangan/pengurangan risiko bencana/erupsi Gunung Merapi antara Desa Tamanagung yang berada di Kecamatan Muntilan dengan Desa Ngargomulyo yang berada di Kecamatan Dukun adalah bahwa apabila salah satu desa mengalami bahaya (misalnya bencana erupsi Merapi) maka desa yang lain berkewajiban untuk membantu penduduk di desa yang terkena bencana, misalnya dalam penyediaan tempat pengungsian dan membantu dalam proses evakuasi.

1.5.6. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses pembentukan kesan, pendapat atau perasaan terhadap suatu hal yang melibatkan informasi secara terarah yang bersifat subjektif berdasarkan hasil pengamatan dan penalaran seseorang. Proses pengenalan berasal dari luar digunakan untuk mengamati sesuatu hal yang akan di nilai atau diberi kesan (Secord dan Backman, 1964 dalam Ritohardoyo, 2006).

Persepsi terbentuk akibat perilaku, akibat terbentuk dari perilaku ini persepsi bersifat subjektif tergantung perseptornya, sehingga sewaktu-waktu bisa saja kesan yang ditimbulkan oleh perseptor bersifat positif ataupun negatif. Bila hasil interpretasi atau kesan yang ditimbulkan positif maka akan memunculkan sikap yang

(19)

19 positif dan begitu pula sebaliknya bila hasil interpretasi yang ditimbulkan negatif maka akan memunculkan sikap yang negatif pula (Ritohardoyo, 2006).

Pembentukan sikap oleh persepsi dari seseorang tentunya tidak terbentuk begitu saja, namun dalam pembentukan sikap oleh persepsi terbentuk karena mendapatkan stimulus (dorongan) dari dalam diri seseorang. Stimulus (dorongan) tersebut secara perlahan-lahan akan membentuk sebuah sikap, dimana sikap ini dipengaruhi oleh penalaran, pengenalan serta perasaan yang dialami oleh seseorang, dengan adanya hal-hal tersebut maka akan muncul sebuah sikap ataupun respon yang akan membentuk sikap persepsi dari diri seseorang. Penilaian-penilaian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi yang muncul tersebut dapat dilakukan dengan berbagai skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan suatu bentuk prosedur pemberian angka suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik dari objek tersebut (Siregar, 2014).

1.5.7. Potensi

Potensi mengandung makna kekuatan, kemampuan dan daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud tetapi belum optimal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas yang dimiliki namun belum digunakan secara optimal.

Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata (Wiyono, 2006:37). Dapat disimpulkan bahwa potensi adalah kemampuan yang

(20)

20 dimiliki yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan sarana dan fasilitas yang memadai

Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potencial. Artinya ada dua kata, yaitu (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan. Secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bsa kita kembangkan (Majdi, 2007:86).

1.5.8. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti dan pandai (Salam, 2003)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tndakan seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003)

(21)

21 1.5.9. Dukungan

Definisi dukungan adalah pemberian dorongan, motivasi atau semangat serta nasehat kepada orang lain yang sedang di dalam situasi membuat keputusan (Chaplin, 2006).

Arti dukungan menurut Smet (1994) adalah suatu bentuk penghargaan atau kepedulian, kesenangan yang dirasakan ataupun dalam bentuk membantu orang untuk menerima sesuatu dari orang atau kelompok-kelompok tertentu.

Pada dasarnya kita sebagai mahluk sosial sangat membutuhkan orang lain dalam kehidupan. Adakalanya kita menemui hambatan dalam kehdupan sehngga disinilah kita membuthkan dukungan dari orang-orang untuk menjadi solusi dalam hambatan tersebut.

1.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan mengenai Sister Village ini sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berangkat dari adanya upaya pengurangan risiko bencana dalam manajemen bencana untuk meminimalisir dampak bencana sehingga muncul penelitian tentang desa siaga bencana dan modal sosial di dalam upaya pengurangan risiko bencana Gunung Merapi. Penelitian pertama yang cukup relevan yaitu Perencanaan Komunitas Dalam Membangun Desa Siaga Bencana di Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang , penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 oleh Winarti. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana tujuannya ialah untuk mengetahui cara masyarakat Desa Ngargomulyo

(22)

22 sebagai desa terdampak untuk mengenali ancaman bencana dan cara masyarakat Desa Ngargomulyo membangun Desa Siaga Bencana. Dan hasilnya ialah bahwa masyarakat Desa Ngargomulyo masih minim pemahaman akan ancaman bencana erupsi dan adanya harapan khusus dari warga Desa Ngargomulyo untuk mengembangkan program pengurangan risiko bencana.

Tahun 2015, penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Aviyanti Nurwidianingrum yaitu Modal Sosial Di Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Merapi “Sister Village”. Penelitian ini juga dilakukan di wilayah yang sama yaitu Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan. Adapun tujuan dari penelitian Aviyanti Nurwidianingrum memiliki tujuan untuk mengetahui peran modal sosial di dalam program Sister Village serta faktor pendukung modal sosial tersebut.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tentu munculnya Konsep Sister Village sebagai alternatif yang di anggap jitu dalam upaya manajemen bencana erupsi Gunung Merapi. Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi potensi dan kesiapan Desa mitra yaitu Desa Tamanagung guna mendukung Konsep Sister Village. Pendapat masyarakat Desa Tamanagung guna mendukung konsep ini sangat penting guna melihat sejauh mana masyarakat paham tentang Sister Village.

Dan hasilnya ialah masyarakat Desa Tamanagung masih ada yang belum mengetahui konsep ini. Pemahaman masyarakat pun berbeda-beda. Namun demikian mayoritas masyarakat Desa Tamanagung setuju dan merasakan manfaat dengan adanya konsep ini.

(23)

23 1.7. Kerangka Pemikiran

Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu perikehidupan manusia sehingga menimbulkan kerugian dan korban jiwa. Jenis bencana sendiri menurut UU No. 24 Tahun 2007 terbagi menjadi 3 jenis yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana merupakan peristiwa yang sulit diprediksi waktu kejadiannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus bencananya ialah bencana alam.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. Salah satu contohnya yaitu bencana erupsi Gunung Merapi. Dalam sejarahnya sendiri, erupsi Gunung Merapi ini selalu memakan korban jiwa yang tidak sedikit dan kerugian yang di alami dalam jumlah besar. Tentu saja hal ini mengganggu kehidupan masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi. Berkaitan dengan dampak yang timbul, adanya upaya manajemen bencana untuk jangka panjang. Tindakan manajemen bencana sebagai tindakan penanggulangan bencana demi hasil yang lebih baik untuk meminimalisir korban dan kerugian sehingga muncul Konsep Sister Village. Konsep ini merupakan inisiasi dari pemerintah Kabupaten Magelang. Pemerintah Kabupaten Magelang mengundang perwakilan desa pada tiap kecamatan di Kabupaten Magelang untuk menyampaikan konsep tersebut. Konsep Sister Village antara Desa Ngargomulyo dengan Desa Tamanagung sendiri sudah tertulis dalam Mou (Memorandum of Understanding) yang di sepakati antara dua desa tersebut.

(24)

24 Untuk mengetahui sejauh mana konsep ini berjalan maka perlu adanya identifikasi potensi desa penampung dalam hal ini ialah Desa Tamanagung. Potensi desa disini yaitu potensi fisik dan potensi sumber daya manusia. Potensi fisik meliputi kondisi jalan, kondisi fasilitas yang dapat digunakan berupa luas tempat pengungsian yang memadai dengan jumah pengungsi, kamar mandi, air, listrik dan ketersediaan open space bila dibutuhkan. Pengetahuan masyarakat mengenai konsep ini penting untuk dikaji guna mengetahui pendapat masyarakat Desa Tamanagung terhadap Konsep Sister Village. Tiap individu yang tinggal di sekitar lokasi penampungan pasti memiliki pendapatnya masng-masing. Pendapat masyarakat ini dapat digunakan sebagai masukan bagi aparat desa dan Pemerintah Kabupaten Magelang. Bentuk dukungan masyarakat Desa Tamanagung yang dapat diberikan untuk mendukung konsep tersebut berupa bantuan tenaga dan material. Dari identifikasi tersebut kemudian diharapkan dapat diketahui kesiapan Desa Tamanagung terhadap Konsep Sister Village tersebut. Namun demikian Konsep Sister Village ini belum dijalankan karena belum ada penduduk yang mengungsi sehingga belum dapat dipastikan Desa Tamanagung mampu menampung pengungsi dengan baik.

(25)

25 Gambar 1.1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

1.8. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kesiapan Desa Tamanagung untuk mendukung Konsep Sister Village ?

2. Bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Tamanagung dengan adanya Konsep Sister Village ini ?

3. Bagaimana bentuk dukungan yang diberikan masyarakat Desa Tamanagung terhadap adanya Konsep Sister Village ?

Bencana

Bencana sosial Bencana Alam

Bencana erupsi Gunungapi Merapi Bencana Non Alam

Manajemen Bencana

Konsep Sister Village

Asset Pengetahuan

Masyarakat Desa

Kesiapan Desa Tamanagung Terhadap Konsep Sister Village

Modal Manusia Modal Fisik

Referensi

Dokumen terkait

Proses pemilihan calon tenaga kerja dalam Islam, memiliki beberapa ketentuan yang bersifat mengikat. Proses ini diawali dengan menentukan tugas dan

Permasalahan yang ada yaitu petugas parkir yang bertugas di tempat itu hanya memberikan karcis kepada pemilik atau pengemudi kendaraan bermotor kalau meminta karcis tersebut

Tabel 37 Jarak Antara Gudang (DEPO) Kemasing-Masing Customer (Cabang) Tabel 38 Hasil Urutan Lokasi Customer Yang Akan Dikunjungi Dengan Tiga. Metode

Sözde iş merkezi olarak kullanılan Regus Pla- za’dan tık çıkmadığı gibi, ülke için çok önemli olan bu meseleyi hükümet de duymazlıktan geldi!. Dün- ya üzerinde

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase

37 Tingginya persentase serangan di dataran rendah maupun tinggi diduga karena letak galur G4 di dataran rendah dan G7 di dataran tinggi berada di bagian tepi pada

istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek

Judul : PERANAN DIVINIL BENZENA TERHADAP KOMPATIBILITAS CAMPURAN LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) DAN ABU BAN BEKAS MENGGUNAKAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA.. Kategori :