• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian di berbagai bidang saat ini adalah berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Definisi berkelanjutan menurut Brutland Commission (Shiftan et al,

2003 :324) adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan

kemampuan generasi yang akan datang untuk melakukan hal yang sama. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan ditekankan pentingnya pertimbangan keberlanjutan ekonomi (economy), lingkungan (environment), dan pemerataan (equity) terhadap lintas generasi.

Konsep berkelanjutan ini juga dirasakan sangat penting dalam bidang transportasi sebagai salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan suatu wilayah. Seperti halnya yang diungkapkan Litman and Burwell, 2004 (pada Litman, 2005), bahwa terdapat peningkatan perhatian pada keberlanjutan dan implikasinya terhadap perencanaan transportasi. Oleh sebab itu, pentingnya konsep transportasi berkelanjutan ini, tidak dapat dipungkiri lagi. Transportasi yang menyangkut perpindahan barang dan manusia menuju tempat dan waktu yang berbeda berperan sebagai fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Fungsinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang saling melengkapi dengan sektor-sektor lainnya. Menurut Steg (Linda Steg, 2005:61), sustainable transportation sebagai bagian dari sustainable development secara umum dikembangkan melalui tiga syarat, yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat (economy), meminimasi dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup (environment), serta keberlanjutan sumber daya (equity). Dengan kata lain, dalam interaksi tersebut, transportasi memegang peranan penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem transportasi harus memperhatikan segi ekonomi, lingkungan dan masyarakat.

(2)

nantinya akan memperkuat pemahaman dalam mendefinisikan konsep transportasi berkelanjutan dan variabel yang mempengaruhinya. Kajian ini akan dicoba untuk direfleksikan dalam penerapan di Kota Soreang.

Pesatnya pertumbuhan suatu kawasan perkotaan dapat memicu terjadinya perkembangan di di daerah sekitarnya (Bourme, 1998 : 126). Fenomena seperti ini juga terjadi di kawasan Metropolitan Bandung. Perkembangan yang cukup pesat di wilayah Kota Bandung saat ini telah memberikan dampak ke wilayah sekitarnya termasuk Kota Soreang. Status Kota Soreang dalam konstelasi Wilayah Metropolitan Bandung adalah sebagai kota satelit 1 yaitu kawasan perkotaan di sekitar dan/atau terkait langsung dengan kota inti Bandung Cimahi. Karena status yang dimiliki ini, intensitas hubungan antara kedua kawasan akan sangat tinggi sehingga menimbulkan pola pergerakan yang juga tinggi. Tingginya intensitas pergerakan penduduk dari dan ke Kota Bandung dan Soreang setiap harinya merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan yang terjadi di Kota Soreang (Baskoro, 2006 :51). Dari segi transportasi Kota Soreang memiliki fungsi sebagai simpul utama pergerakan di selatan Metropolitan Bandung. Hal ini dapat dilihat dari rencana pengembangan terminal tipe B di Kota Soreang, pengaktifan kembali jalur kereta api yang melewati Kota Soreang dan stasiun, dan rencana pembangunan jalan tol Soreang-Pasir Koja yang tentunya akan mendorong Kota Soreang menjadi salah satu transhipment point utama di wilayah Metropolitan Bandung.

Berbagai permasalahan dalam pembangunan termasuk permasalahan dalam sektor transportasi dapat muncul sebagai akibat perkembangan yang terjadi di Kota Soreang. Sehingga diperlukan upaya untuk mengarahkan pembangunan yang dilaksanakan di kota ini. Kajian keberlanjutan transportasi di Kota Soreang ini secara tidak langsung dapat menilai kinerja sistem transportasi di daerah tersebut. Sehingga diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi pengembangan sistem transportasi di Kota Soreang.

1.2 Rumusan Persoalan

(3)

3

transportasi, pada awalnya dapat dilakukan dengan mengenali karakteristik permasalahan yang dapat diketahui melalui indikator tertentu. Pada dasarnya belum terdapat indikator baku yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keberlanjutan transportasi perkotaan. Untuk itu diperlukan kajian untuk menemukenali indikator tersebut dan melihat penerapannya di Kota Soreang.

Namun, fokus kajian yang dilakukan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada keberlanjutan transportasi dalam aspek ekonomi. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama berkaitan keterbatasan waktu dan tenaga mengingat sangat luasnya cakupan transportasi berkelanjutan bila dilakukan pembahasan terhadap ketiga aspek terkait (ekonomi, sosial dan lingkungan). Pertimbangan lain berkaitan dengan terdapatnya orientasi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang dalam memandang sustainable development (Mitchel, 2000). Konsep pembangunan berkelanjutan pada negara maju cenderung lebih berorientasi kepada kelestarian lingkungan, sedangkan negara berkembang masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan dasar, sehingga pertimbangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat masih memiliki prioritas tinggi dibandingkan kelestarian lingkungan. Pertimbangan seperti ini tentunya berlaku pula terhadap sektor transportasi.

Secara garis besar, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Indikator-indikator ekonomi apa saja yang dapat digunakan untuk melihat keberlanjutan transportasi perkotaan?

b. Bagaimana kinerja dan bentuk permasalahan sistem transportasi yang ada di Kota Soreang bila dilihat berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan tersebut ?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang kemudian digunakan untuk menilai kinerja transportasi yang ada di Kota Soreang.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

(4)

b. Teridentifikasinya karakteristik permasalahan transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang menggambarkan kinerja sektor transportasi di kota ini. c. Teridentifikasinya tingkat keterkaitan antar indikator ekonomi yang digunakan

untuk menilai transportasi perkotaan yang berkelanjutan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan pembatasan pada wilayah studi dari sudut pandang geografis, sedangkan ruang lingkup materi berkaitan dengan batasan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi

Ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kota Soreang. Alasan pemilihan wilayah studi tersebut disebabkan oleh pentingnya untuk mengarahkan perkembangan yang terjadi di Kota Soreang sebagai akibat dari pesatnya perkembangan di Kota Bandung. Terutama pada sektor transportasi yang ditandai dengan semakin tingginya intensitas pergerakan antara Kota Bandung dan Soreang.

Secara lebih spesifik, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1986 tentang Pemindahan ibukota Kabupaten Bandung ke Kota Soreang Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa wilayah Kota Soreang meliputi dua kecamatan dengan delapan desa yaitu :

1. Kecamatan Soreang, yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : a. Desa Karamatmulya

b. Desa Pamekaran c. Desa Soreang d. Desa Sadu e. Desa Panyirapan

2. Kecamatan Katapang, yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : a. Desa Parung Serab

b. Desa Sekarwangi c. Desa Cingcin

(5)

Legenda :

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

2008

Gambar 1.1

Peta Wilayah Studi

Desa Kutawaringin Desa Sukamulya Desa Padasuka Desa Buminagara Desa Karamatmulya

KEC. SOREANG

Desa Panyirapan Desa Ciluncat

(6)

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada hal -hal berikut : a. Pemaparan berbagai definisi transportasi perkotaan yang berkelanjutan dan

tiga aspek yang termasuk di dalamnya yaitu aspek ekonomi, lingkungan dan sosial

b. Pemaparan indikator transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang berkaitan dengan definisi, dan berbagai pertimbangan dalam memilih indikator tersebut

c. Pemaparan berbagai indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang merupakan indikator terpilih dari long list indikator yang diperoleh dari berbagai referensi

d. Pembahasan mengenai kinerja dan karakteristik permasalahan transportasi di Kota Soreang yang dilihat berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang terpilih

e. Pembahasan tentang tingkat keterkaitan/ asosiasi antar indikator terpilih f. Pembahasan berbagai rekomendasi dari permasalahan transportasi di Kota

Soreang setelah diketahui karakteristik permasalahannya.

1.5 Metodologi Penelitian

Sesuai dengan tujuan, sasaran dan ruang lingkup penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka metodologi penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yakni metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel dan metode pengolahan data.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistemik yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam studi ini dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Survei data sekunder

Survei data sekunder dilakukan dengan dua metode yaitu studi literatur dan survei instansi.

● Studi literatur

(7)

7

dari definisi, aspek-aspek yang terkait di dalamnya, dan indikator transportasi perkotaan yang berkelanjutan khususnya dalam aspek ekonomi.

● Survei Instansi

Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang gambaran umum wilayah studi dan gambaran lebih lanjut tentang sektor transportasi yang ada di Kota Soreang. Survei ini dilakukan ke Pemerintah Kabupaten Bandung dan Pemerintah Kota Soreang (Kecamatan Soreang dan Katapang). Data yang dikumpulkan melalui survei ini adalah : gambaran umum wilayah, gambaran sektor transportasi yang menyangkut kapasitas dan jumlah sarana prasarana transportasi yang tersedia, varietas moda transportasi baik angkutan barang ataupun penumpang, kondisi jaringan jalan, dan terminal. Selain itu dikumpulkan data tentang kondisi ekonomi masyarakat dan pemerintah yang menjadi penentu perkembangan sektor transportasi.

b. Survei data primer

Survei data primer dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari lapangan, di wilayah studi Kota Soreang, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam survei data primer ini adalah penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi langsung di lapangan.

● Penyebaran kuesioner

(8)

transportasi yang harus dikeluarkan masyarakat dalam sektor transportasi yang meliputi ongkos perjalanan, biaya parkir, bahan bakar dan pajak yang harus dikeluarkan serta biaya yang harus ditanggung untuk pemeliharaan kendaraan bila terjadi kerusakan.

● Wawancara

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari pemerintah dan instansi terkait sehubungan dengan kondisi sektor transportasi di Kota Soreang, hambatan yang ditemukan dalam sektor ini dan bentuk kebijakan yang telah dilakukan untuk mendukung perkembangan sektor transportasi. Data ini dapat digunakan untuk menilai lebih lanjut kinerja dan permasalahan yang ditemukan dalam sektor transportasi di wilayah tersebut.

● Observasi langsung di lapangan

Metode ini dilakukan untuk dapat menunjang informasi yang telah diperoleh sebelumnya yaitu untuk mengetahui kondisi jaringan jalan, terminal, jenis moda yang biasa digunakan, dan mixed use penggunaan lahan yang dapat diamati langsung di lapangan.

1.5.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kota Soreang. Sedangkan sampel diambil secara proporsional terhadap jumlah penduduk yang ada di setiap desa yakni Desa Karamatmulya, Desa Pamekaran, Desa Soreang, Desa Sadu, Desa Panyirapan, Desa Parung Serab, Desa Sekarwangi dan Desa Cingcin. Penentuan jumlah sampel ini mempertimbangkan dua hal, yaitu : keterbatasan waktu, keterbatasan biaya dan tenaga. Selain itu, jumlah sampel tersebut memenuhi syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah sampel apabila proporsi jumlah sampel dan jumlah populasi tidak diketahui.

Syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah sampel adalah :

2

n

> p (1 – p) Z

(0.5 α)

(9)

9

dimana : n : ukuran sampel

p : besar proporsi sampel terhadap populasi

Z

(0.5 α) : tingkat kepercayaan

α : derajat kepercayaan yang diinginkan B : estimasi tingkat kesalahan

Karena p tidak diketahui, maka nilai p dianggap 0,5. Nilai ini adalah nilai maksimum yang mungkin dicapai. Dengan demikian nilai p(1-p) adalah 0,25. Dalam studi ini digunakan tingkat kepercayaan sampel 95 %, sehingga nilai

Z

(0.5 α) adalah 1,96. Nilai b dianggap 0,1 yang berarti tingkat kekeliruan dalam

menarik kesimpulan dianggap 10 %. Dengan demikian dari hasil perhitungan diperoleh n > 97. Jadi sampel dianggap representatif jika telah melebihi 97 buah.

Dalam studi ini, jumlah sampel yang ditentukan adalah 100 buah dan akan didistribusikan secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk kepada desa-desa yang terletak di Kota Soreang. Dengan demikian, distribusi sampel untuk studi ini adalah :

● Desa Karamatmulya : 9 sampel ● Desa Pamekaran : 15 sampel ● Desa Soreang : 21 sampel

● Desa Sadu : 11 sampel

● Desa Panyirapan : 7 sampel ● Desa Parung Serab : 9 sampel ● Desa Sekarwangi : 7 sampel ● Desa Cingcin : 21 sampel

Total : 100 sampel

1.5.3 Metode Pengolahan Data

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini, maka dilakukan beberapa pendekatan analisis yang secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut :

(10)

kajian lebih lanjut tentang indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan khususnya yang biasa digunakan beberapa negara

b. Membuat short list indikator yang akan digunakan lebih lanjut dalam penelitian ini yang berasal dari long list indikator yang telah dirangkum dari berbagai referensi

c. Mengidentifikasi kinerja sektor transportasi di Kota Soreang dan permasalahan yang ditemukan berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan yang terpilih. Identifikasi ini dilakukan melalui analisis deskriptif dan kualitatif sebagai berikut :

● Analisis deskriptif terhadap karakteristik ekonomi masyarakat Kota Soreang. Analisis ini memberikan beberapa gambaran yang meliputi besarnya PDRB per kapita, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di Kota Soreang.

● Analisis Kualitatif terhadap Supply dan Demand sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kota Soreang. Analisis ini bertujuan untuk melihat tingkat keseimbangan Supply dan Demand pada sektor transportasi. Analisis ini menggambarkan ketersediaan moda transportasi baik angkutan penumpang (untuk pergerakan internal dan eksternal) maupun angkutan barang, kapasitas dan kondisi jaringan jalan, dan kapasitas terminal.

● Analisis deskriptif untuk menggambarkan tingkat aksesibilitas di Kota Soreang. Gambaran tingkat aksessibilitas ini dilihat melalui persepsi masyarakat tentang akses ke basic service (tempat kerja, sekolah, pasar, pusat kesehatan), akses untuk mendapatkan pelayanan transportasi (untuk pergerakan internal dan eksternal) dan mixed use penggunaan lahan

● Analisis deskriptif untuk menggambarkan aktivitas transportasi masyarakat Kota Soreang yang menyangkut rata-rata pergerakan harian (rata-rata frekuensi perjalanan), rata-rata waktu perjalanan dan jarak perjalanan (pergerakan internal dan eksternal)

(11)

11

samping itu juga digambarkan persepsi masyarakat tentang tingkat keproporsionalan distribusi income yang diperoleh untuk sektor transportasi.

d. Melakukan analisis crosstab (tabulasi silang), dan pengujian metode chi square terhadap indikator-indikator yang digunakan khususnya yang berdasarkan persepsi masyarakat untuk diketahui hubungan/asosiasinya. Analisis ini memberikan gambaran hubungan antar indikator yang digunakan yaitu ketersediaan angkutan penumpang untuk pergerakan internal dan eksternal, kapasitas jaringan jalan, akses ke basic services (tempat kerja, sekolah, pasar, pusat kesehatan), akses mendapatkan pelayanan transportasi, alokasi income untuk transportasi, rata-rata waktu tempuh untuk pergerakan internal dan eksternal dan rata-rata jarak perjalanan untuk pergerakan internal dan eksternal.

e. Membuat kesimpulan dan merumuskan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam sektor transportasi di Kota Soreang yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

1.6 Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan maka studi ini akan disusun berdasarkan sistematika pembahasan berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup materi dan wilayah, dan metodologi penelitian yang terdiri atas metode pengumpulan data, pengambilan sampel dan pengolahan data.

BAB 2 TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN

(12)

lanjut pada bab ini adalah berkaitan dengan indikator ekonomi dalam transportasi perkotaan yang berkelanjutan.

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab tiga membahas gambaran umum Kota Soreang yang dibagi menjadi dua bagian yaitu tinjauan eksternal dan internal. Gambaran eksternal didasarkan pada kedudukan Kota Soreang dalam konstelasi wilayah Bandung Metropolitan Area. Sedangkan gambaran internal Kota Soreang adalah mengenai kependudukan, karakteristik ekonomi, sektor transportasi, fasilitas dan utilitas Kota Soreang.

BAB 4 ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

Pada bab empat ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui bentuk permasalahan dalam sektor transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator yang digunakan. Analisis ini meliputi analisis terhadap karakteristik ekonomi masyarakat, keseimbangan supply dan demand, tingkat aksessibilitas, aktivitas transportasi (transport activity), dan biaya transportasi (transport cost) di Kota Soreang. Selain itu juga dilihat keterkaitan/asosiasi antar indikator yang digunakan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab lima merupakan bagian akhir dari studi, di dalamnya akan dibahas berbagai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi. Selain itu akan dipaparkan berbagai kelemahan studi dan saran untuk penelitian lanjutan.

1.7 Kerangka Pemikiran

(13)

13

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

Pentingnya Konsep

Sustainable Development

Implikasi Terhadap Pentingnya

Sustainable Transportation

Aspek dalam Sustainable Transportation ● Aspek Ekonomi

● Aspek Sosial ● Aspek Lingkungan

Identifikasi Indikator Ekonomi dalam

Sustainable Transportation

Perkembangan Kota Soreang Sebagai Sub center Kota Bandung

Perkembangan di Kota Soreang Berimplikasi terhadap Sektor Transportasi

Perlunya arahan perkembangandalam Sektor Transportasi

Identifikasi Permasalahan & Kinerja Transportasi di Kota Soreang berdasarkan indikator terpilih

Supply dan Demand ● Ketersediaan moda transportasi ● Kapasitas dan kondisi jaringan jalan ● Kapasitas terminal Aksesibilitas ● akses ke basic service ● akses mendapat pelayanan transportasi ● mixed use lahan Biaya Transportasi ● Distribusi income yang diperoleh ● Travel cost ● Facility & crash cost Kondisi Ekonomi Masyarakat ● Besarnya PDRB ● Tingkat kemiskinan ● Tingkat pengangguran

Analisis crosstab (tabulasi silang) Antar Indikator Dengan Metode Chi square

Aktivitas Transportasi ● Rata-rata frekuensi perjalanan ● Rata-rata waktu perjalanan ● Jarak perjalanan

(14)

Gambar

Gambar 1.2  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

Dalam uji coba produk bahan ajar Akidah Akhlak (bahan ajar komik) ini, yang menjadi subjek uji coba adalah siswa-siswa kelas V MIN Model Palangka Raya yang

Ringkasnya, meskipun struktur kristal serbuk ferit hasil sintesis telah sama dengan produk komersial, namun sifat-sifat magnetik magnet yang dihasilkan masih belum dapat

Terkait dengan data yang diperlukan, maka instrumen tes terdiri dari tes prestasi belajar dan tes kemampuan berpikir kritis, sedangkan instrumen non tes terdiri

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Apabila energi pengereman yang dibutuhkan lebih besar dari nilai maksimum regenerative braking pada roda depan namun masih belum melampaui nilai maksimum

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang