• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN AIR MINUM

V.1 Umum

Pemilihan unit-unit pengolahan air minum merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan suatu instalasi pengolahan air minum. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kapasitas dari suatu kebutuhan air minum dan kualitas air minum yang memenuhi baku mutu. Berbagai pertimbangan perlu dilakukan dalam pemilihan unit-unit tersebut, seperti pemenuhan kebutuhan akan kuantitas dan kualitas, ketersediaan lahan, dana, sumber daya manusia, operasional, dan pemeliharaan instalasi tersebut.

V.2 Baku Mutu Air Minum

Baku mutu diperlukan sebagai standar dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum. Di Indonesia, standar baku mutu untuk air minum yang berlaku saat ini adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Uraian lengkap dapat dilihat pada lampiran C.

V.3 Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air Minum

Penilaian kualitas air didasarkan atas karakteristik fisika, kimia, dan biologi dari air tersebut. Pemilihan unit pengolahan air minum salah satunya adalah dengan mempertimbangkan kualitas air baku dan kualitas yang diharapkan dari hasil pengolahan yaitu kualitas air yang memenuhi baku mutu air minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kualitas air baku terhadap baku mutu air minum.

(2)

Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang sangat besar sehingga memiliki potensi untuk dipergunakan sebagai air baku bagi instalasi pengolahan air minum.

Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas, yaitu : 1. Air Baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.

2. Air Baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat digunakan sebagai air minum.

3. Air Baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan sebagai air minum.

4. Air Baku yang tidak bisa digunakan sebagai air minum.

Berdasarkan kategori air baku di atas maka, Sungai Cimanuk yang merupakan sumber air baku akan dianalisa dan dievaluasi agar dapat diketahui tergolong dalam kategori yang mana. Setelah hal tersebut diketahui, maka dapat ditentukan proses pengolahan yang sesuai bagi air baku tersebut. Data primer kualitas air Sungai Cimanuk dibandingkan terhadap baku mutu air minum, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002.

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat kita lihat, terdapat tiga parameter kualitas air baku yang tidak memenuhi baku mutu dan perlu pengolahan, yaitu

kekeruhan, warna, besi, dan mangan. Sebagai tambahan, perlu dilakukan

pengolahan pula untuk parameter total coli, hal ini didasarkan pada data sekunder pada Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa rata-rata kandungannya lebih dari 3x104 MPN 100 ml, untuk baku mutu yang seharusnya tidak terdapat kandungan coli sama sekali.

(3)

Tabel 5.1 Perbandingan Kualitas Air Baku terhadap Baku Mutu Air

Minum

No Parameter Analisis Satuan Baku Mutu

Metode Analisis Hasil Analisis Diolah /tdk 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 FISIKA Bau

Zat padat terlarut Zat padat tersuspensi Kekeruhan Rasa Temperatur Warna KIMIA Besi (Fe) Kesadahan (CaCO3) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Klorida (Cl-) Mangan (Mn) pH Sulfat Bikarbonat Seng Tembaga Amoniak Klorin bebas (Cl2) - mg/l mg/l NTU - 0 C TCU mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l - 1000 - 5 - 15 0,3 500 - - 250 0,1 6,5-8,5 250 - 3 1 1,5 5 SMEWW 2150 SMEWW-2540-C SMEWW-2540-D SMEWW 2130-B SMEWW 2160-B SMEWW 2550 SMEWW 2120-B SMEWW 3500-Fe-B SMEWW-2340-C SMEWW 3500-Ca SMEWW 3500-Mg SMEWW 4500-Cl--B SMEWW 3500-Mn-B SMEWW-4500-H+-B SMEWW 4500-SO4-E SNI 06-2420 1991 SMEWW-3500-Zn SMEWW-3500-Cu SMEWW-4500-NH3 - Tdk berbau 116 315 113 Tdk berasa 25 30 10,91 76 19,65 6,56 12,06 0,40 7,39 41,2 39,24 0,096 0,011 0,206 0,0 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Air Program Studi TL ITB,

mengacu pada baku mutu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat efisiensi penyisihan yang harus dicapai oleh instalasi pengolahan air minum yang direncanakan sehingga air baku dapat memenuhi baku mutu air minum yang telah ditetapkan.

(4)

Tabel 5.2 Efisiensi Pengolahan Yang Harus Dicapai No. Parameter Analisis Satuan Baku Mutu Hasil Analisis Efisiensi Pengolahan 1 Kekeruhan NTU 15 113 87% 2 Warna TCU 5 30 84% 3 Besi mg/L 0,3 10,91 98% 4 Mangan mg/L 0,1 0,4 75% 5 Total Coli MPN /100 mL 0 •x104 100% Sumber : Perhitungan

Berikut ini akan sedikit diuraikan mengenai parameter air yang tidak memenuhi baku mutu air minum dan yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan :

1. Kekeruhan

Istilah keruh diaplikasikan kepada air yang mengandung materi tersuspensi yang mengganggu lewatnya cahaya menembus air atau ketika kedalaman visual menjadi terbatas.

Kekeruhan dapat disebabkan oleh berbagai macam materi tersuspensi yang berukuran mulai dari koloid sampai dengan dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya. Contoh zat-zat yang dapat menyebabkan kekeruhan adalah lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.

Pada musim hujan nilai kekeruhan biasanya lebih tinggi daripada pada musim kering karena pada umumnya akan terjadi erosi di DAS. Pembahasan mengenai kekeruhan sangat erat kaitannya dengan segi estetika, kemudahan pengoperasian filter (filterability), dan desinfeksi (kekeruhan sering diakibatkan oleh adanya mikroorganism, dan kekeruhan yang tinggi dapat melindungi mikroorganisme dari pengaruh desinfeksi sehingga dapat mendorong pertumbuhan bakteri dan menaikkan kebutuhan klor). Pengukuran kekeruhan digunakan untuk menentukan efektivitas dosis bahan kimia dalam unit pengolahan (Sawyer, 1965).

(5)

2. Warna

Material yang menyebabkan warna pada air adalah sebagai akibat dari adanya kontak antara air dengan bahan organik, seperti daun dan kayu yang telah terdekomposisi pada berbagai tahap.Tannin, humic acid, dan humate hasil dekomposisi lignin merupakan penyebab utama terjadinya warna. Besi dalam bentuk ferric humate juga berpotensi tinggi menimbulkan warna. Pada dasarnya dikenal dua jenis warna pada air permukaan, yaitu :

a. Warna Semu

Warna semu ini biasanya berasal dari unsur-unsur yang dapat tersuspensi di dalam air.

b. Warna Sejati

Warna sejati biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan atau bahan organik yang bersifat koloid.

Pada umumnya penyebab timbulnya warna dalam air adalah warna semu, tetapi ketika jumlah zat oranik di dalam air sangat tinggi, maka warna sejati juga akan tinggi. Hal lain yang mempengaruhi intensitas warna air adalah pH, pada umumnya intensitas warna akan meningkat dengan meningkatnya pH.

3. Besi

Air yang mengandung besi tersebut ketika mengalami kontak dengan udara akan menjadi keruh dan tidak memenuhi segi estetika. Hal ini terjadi, karena oksidasi besi menjadi bentuk Fe(III) yang membentuk presipitat koloid.

Besi bisa mengganggu proses pencucian pakaian, menghasilkan noda pada peralatan plumbing, dan menimbulkan kesulitan pada sistem distribusi karena mendukung tumbuhnya bakteri. Besi juga menghasilkan rasa pada air yang terdeteksi pada konsentrasi yang sangat rendah.

(6)

4. Mangan

Mangan biasanya ditemukan dalam air bersama-sama dengan besi. Sama halnya dengan besi, mangan juga dapat mempengaruhi rasa air jika konsentrasinya melebihi 0,5 mg/L. Kandungan mangan dalam air pencucian dapat menyebabkan warna baju menjadi kekuningan.

5. Total Coli

Kehadiran bakteri coliform pada air minum tidak diinginkan, karena bakteri coliform merupakan indikator tercemarnya sumber air oleh air limbah domestik. Selain itu, keberadaan bakteri coliform biasanya disertai dengan bakteri/virus patogen lainnya

6. Agresifitas

Agresifitas merupakan tingkat korosifitas air terhadap logam atau bahan, yang ditentukan oleh kandungan CO2 agresif dan pH. Nilai agresifitas suatu air baku diperlukan untuk menentukan jenis bahan yang dapat digunakan pada bagian transmisi atau struktur instalasi pengolahan dan kebutuhan bahan kimia pada proses pengolahan sebagai kontrol korosi. Agresifitas dapat dihilangkan dengan melakukan pembubuhan kapur.

Agresifitas dapat diketahui dengan menggunakan Langelier Index (LI) yang dapat dihitung menggunakan persamaan-persamaan berikut ini :

pHs pH

LI  « 1)

dimana : pH = pH air baku pHs = pH jenuh

¾ P 4HT « 2)

dimana : H = Kesadahan Total (mol/L) T = Bikarbonat (mol/L) ¾ » ¼ º « ¬ ª  3 2 1 1 log HCO CO K pH « 

(7)

¾ 0.5 5 . 0 1 1 1 4 . 1 1 P P   pK pK « 4) ¾ 0.5 5 . 0 2 2 1 4 . 1 1 2 P P   pK pK « 5) ¾ 0.5 5 . 0 1 9 . 3 1 4 P P   s s pK pK « 6) ¾ pHs pK12pCa2 pHCO3pK1s « 7)

Berdasarkan persamaan yang tercantum di atas dapat dihitung nilai Langelier Index dan kemudian dapat ditentukan agresifitas air dengan kriteria sebagai berikut :

LI < 0 : Air bersifat agresif

LI = 0 : Air berada pada kesetimbangan LI > 0 : Air bersifat oversaturated

V.4 Lokasi Instalasi Pengolahan Air Minum

Penetapan lokasi instalasi pengolahan air minum bergantung pada beberapa faktor, yaitu jarak lokasi dari intake, layout dari unit pengolahan, dampak terhadap lingkungan dari instalasi, dan metode pendistribusian air (secara gravitasi atau pemompaan).

Selain itu, hal-hal berikut ini perlu juga ikut dipertimbangkan untuk melakukan penetapan lokasi instalasi pengolahan air minum :

1. Lokasi geografis

2. Kondisi geologi dan topografi

3. Ketersediaan tenaga listrik dan peralatan lainnya 4. Lokasi memiliki akses jalan yang baik

5. Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi 6. Jarak antara daerah pelayanan dengan instalasi

(8)

Lokasi instalasi pengolahan air minum yang baik dapat memanfaatkan ketinggian sebagai energi untuk mendistribusikan air minum yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan air minum.

Lokasi yang akan digunakan dalam perencanaan instalasi pengolahan ini terletak di dekat instalasi eksisting yaitu di samping PDAM Cabang Garut Kota. Lokasi ini berjarak ± 270 m dari rencana lokasi intake. Lokasi juga langsung memiliki akses ke jalan raya.

V.5 Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum

Instalasi Pengolahan Air Minum ini direncanakan akan beroperasi selama 20 tahun mendatang, serta akan melayani penduduk Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler, dan Kecamatan Tarogong Kidul yang selama ini telah dilayani oleh PDAM Cabang Garut Kota. Pada Tabel 5.3 adalah jumlah kebutuhan air minum selama 20 tahun yang akan datang.

Tabel 5.3 Debit Kebutuhan Air

Jenis Kebutuhan Air Faktor

2018 (L/detik) 2028 (L/detik) Debit Rata-rata 1 359,40 521,07

Debit Jam Puncak 1.5 539,10 781,61

Debit Hari Maks 1.1 395,34 573,18

Sumber : Perhitungan

Saat ini, 3 kecamatan yang menjadi wilayah perencanaan telah menerima suplai air dari PDAM Cabang Garut Kota dengan kapasitas produksi 170 L/detik yang tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk. Debit yang akan diolah instalasi pengolahan adalah debit yang belum terpenuhi. Kapasitas pengolahan yang direncanakan akan didasarkan pada debit harian maksimum untuk mengantisipasi fluktuasi penggunaan air minum pada saat maksimum, sehingga untuk memenuhi debit perencanaan pada tahun 2028.

(9)

Debit pengolahan IPAM direncanakan sebesar 105% dari kebutuhan air minum tak terpenuhi, dengan kelebihan sebesar 5% dipergunakan untuk kebutuhan air internal IPAM.

Tabel 5.4 Debit Pengolahan IPAM

Jenis Kebutuhan Air 2018

(L/detik)

2028 (L/detik)

Kebutuhan Air Total 395,34 573,18

Kapasitas Terpasang PDAM 170 170

Kebutuhan Air Tak

Terpenuhi 225,34 403,18

Kebutuhan Air Bersih u/

IPAM 11,27 20,16

Debit Pengolahan IPAM 236,61 423,34

Sumber : Perhitungan

Instalasi Pengolahan Air Minum direncanakan akan dibangun dalam 2 tahap, yaitu tahap I pada tahun 2007 s.d. 2018 dan tahap II pada tahun 2018 s.d. 2028. Berdasarkan perhitungan besar debit pengolahan air minum pada masing-masing tahapnya adalah sebesar 237 L/detik dan 187 L/detik. Debit perencanaan akan ditetapkan sama pada tiap tahap yaitu sebesar 212 L/detik, untuk mempermudah perencanaan.

Tabel 5.5 Rencana Kapasitas IPAM

Debit Air Minum Debit

L/detik

Debit Tahap I 212

Debit Tahap II 212

Debit Total IPAM 424

Sumber : Perhitungan

Berikut ini adalah rencana pembangunan yang akan dilakukan pada setiap tahapnya:

(10)

x Tahap I

Intake : Untuk kapasitas total 424 L/detik Transmisi : Untuk kapasitas total 424 L/detik

Instalasi : Untuk memenuhi debit Tahap I 212 L/detik x Tahap II

Instalasi : Untuk memenuhi debit Tahap II 212 L/detik

Instalasi Pengolahan Air Minum yang akan direncanakan pada Tugas akhir ini adalah perencanaan pada Tahap I yang mencakup pembangunan intake dan sistem transmisi untuk debit total 424 L/detik, serta pembangunan instalasi pengolahan dengan debit pengolahan 212 L/detik.

V.6 Dasar-Dasar Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum

Pemilihan alternatif proses pengolahan didasarkan kepada karakteristik air baku dan kulitas akhir dari air yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan unit Pengolahan Air Minum, diantaranya adalah faktor teknis, dan ekonomis. Pemilihan dilakukan dengan mengkombinasikan faktor-faktor tersebut sehingga didapatkan kombinasi unit pengolahan yang paling efesien dan optimal.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pemilihan unit pengolahan dari segi teknis dan ekonomis adalah sebagai berikut :

1. Segi Teknis

a. Efisiensi unit pengolahan terhadap parameter kualitas air yang akan diturunkan.

b. Fleksibilitas sistem terhadap kualitas air yang berfluktuasi

c. Kemudahan operasional dan pemeliharaan dalam jangka waktu yang panjang.

d. Kemudahan konstruksi 2. Segi Ekonomis

a. Biaya investasi awal, operasional, dan pemeliharaan b. Luas lahan yang dibutuhkan

(11)

c. Optimalisasi jumlah unit pengolahan untuk menurunkan parameter kualitas air yang hendak diturunkan.

Keefektifan unit-unit pengolahan yang dipilih dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dari instalasi pengolahan air minum yang telah lebih dulu ada. Apabila tidak didapatkan pengalaman sebelumnya keefektifan dapat pula dipastikan dengan melakukan studi skala laboratorium.

Menurut Kawamura (1991), terdapat tiga bentuk dasar proses pengolahan air minum dan dua bentuk modifikasi, yaitu :

1. Instalasi pengolahan konvensional lengkap 2. Direct filtration

3. In-line filtration

4. High level complete filtration 5. Two stage filtration

Pemilihan unit-unit pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan model prediksi (JICA) yang dikombinasikan dengan analisis mengenai pengaruh yang diberikan oleh proses pengolahan air (Fair, Geyer, & Okun, 1968).

Menurut JICA (1991), proses pengolahan air untuk menghilangkan parameter pencemar dalam air dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Pra Pengolahan

Tahap Pra Pengolahan merupakan tahap pengolahan air baku sebelum air baku diolah pada unit-unit pengolahan utama yang umum digunakan seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi yang terjadi pada akhir pengolahan. Pra Pengolahan memiliki fungsi utama untuk menurunkan parameter tertentu yang dapat mengganggu proses selanjutnya.

(12)

Pengolahan utama meliputi pengolahan yang secara umum diperlukan untuk mengolah air baku sehingga pada akhirnya menjadi air minum, seperti misalnya pengolahan kesadahan, koagulasi, dan flokulasi yang diikuti oleh proses sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.

3. Tahap Pengolahan Khusus

Pengolahan khusus adalah tambahan yang benar-benar diperlukan apabila pada air baku terdapat parameter pencemar yang spesifik, sehingga memerlukan pengolahan yang spesifik pula.

Tabel 5.6 Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum dengan Model Prediksi

Parameter Konsentrasi Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus

S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT Coliform (MPN/100ml) 0-20 E 20-100 O O O O E 100-5000 E E E O E >5000 E O E E E O Turbiditas (NTU) 0-10 O O 10-200 O E >200 O O E Warna (Unit Pt-Co) 20-70 E O O >70 O E O Kesadahan (mg/l CaCO3) >200 E E E E Fe, Mn (mg/l) <0.3 O O E 0.3-1 O E E O >1 E E E E O Sumber : JICA, 1990

Keterangan : S=Screening ; PC=Prechlorination ; PS=Plain Settling ; A=Aeration ;

LS=Lime Softening ; CS=Coagulation-Sedimentation ; RSF=Rapid Sand Filtration ; SSF=Slow Sand Filtration ; P=Post Chlorination ; SC=Special Chlorination ; AC=Activated Carbon ; SCT=Special Chemical Treatment ; O=Optional ; E=Essential

Pada Tabel 5.6 dapat dilihat jenis unit-unit pengolahan dan parameter-parameter pencemar yang dapat disingkirkan oleh masing-masing unit pengolahan tersebut menurut JICA. Unit-unit pengolahan yang terdapat dalam satu rangkaian Instalasi Pengolahan Air Minum akan saling memberikan pengaruh terhadap penurunan parameter-parameter pencemar

(13)

yang terdapat di dalam air. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat pengaruh yang diberikan oleh proses pengolahan air.

Tabel 5.7 Pengaruh yang Diberikan oleh Proses Pengolahan Air

Parameter Aerasi Koagulasi dan Sedimentasi Pelunakan (kapur soda) + Sedimentasi SSF tanpa Koagulasi dan Sedimentasi RSF dengan Koagulasi dan Sedimentasi Desinfeksi Bakteri 0 ++ (+++)1,2 ++++ ++++ ++++ Warna 0 +++ 0 ++ ++++ 0 Kekeruhan 0 +++ (++)2 ++++3 ++++ 0

Bau dan Rasa ++4 (+) (++)2 ++ (++) ++++5

--6

Kesadahan + (--)7 ++++11 0 (--)7 0

Korosif +++8 (--)10 0 (--)10 0

---9

Fe & Mn +++ +12 (++) ++++12 0

Sumber : Fair, Geyer, & Okun, 1968 Keterangan :

1. pH yang dihasilkan oleh kelebihan kapur sangat tinggi 2. Dihitung dalam presipitat

3. Terjadi penyumbatan yang sangat cepat pada kekeruhan tinggi 4. Tidak termasuk rasa chlorophenol

5. Jika menggunakan BPC/Superklorinasi diikuti dechlorinasi

6. Bila tidak menggunakan (5) dalam kehadiran rasa dan bau yang keras 7. Beberapa koagulan merubah karbonat menjadi sulfat

8. Dengan menghilangkan karbondioksida 9. Penambahan oksigen jika sangat rendah 10. Beberapa koagulan membebaskan CO2 11. Beberapa logam diserap pada pH 12. Setelah aerasi

Berdasarkan karakteristik air baku yang akan digunakan, unit-unit pengolahan yang dipilih harus bisa menurunkan parameter-parameter pencemar dalam air baku, yaitu : kekeruhan, warna, besi, mangan, dan total coli. Sehingga pemilihan unit-unit pengolahan yang akan digunakan berdasarkan model prediksi dari JICA dapat dilihat pada Tabel 5.8.

(14)

Tabel 5.8 Unit Pengolahan Terpilih berdasarkan Model Prediksi JICA No. Parameter Analisis Satuan Baku Mutu Hasil

Analisis Unit Pengolahan

1 Kekeruhan TCU 15 113 Koagulasi Sedimentasi

2 Warna NTU 5 30 Koagulasi Sedimentasi

3 Besi mg/L 0,3 10,91 Preklorinasi, Koagulasi-Sedimentasi, RSF 4 Mangan mg/L 0,1 0,4 Preklorinasi, Koagulasi-Sedimentasi, RSF 5 Total Coli MPN / 100 mL 0 •[ 4 Screening, Koagulasi-Sedimentasi, RSF, Post Chlorination Sumber : Analisa

V.7 Kebutuhan Bahan Kimia

Pada instalasi pengolahan air minum yang bertujuan untuk mengubah air baku menjadi air minum akan diperlukan bahan kimia untuk memperbaiki kualitas air baku yang ada. Penggunaan bahan kimia ini dilakukan pada beberapa proses, antara lain unit preklorinasi, koagulasi, desinfeksi, dan netralisasi.

Dosis bahan kimia yang diperlukan bagi masing-masing proses ditentukan melalui uji laboratorium atau melalui perhitungan matematis. Perhitungan matematis dilakukan terhadap penentuan dosis pada proses preklorinasi dan netralisasi, sedangkan uji laboratorium dilakukan terhadap penentuan dosis pada proses koagulasi dan desinfeksi.

Percobaan laboratorium yang dilakukan antara lain : 1. Jar Test

Jar Test adalah percobaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui dosis koagulan yang optimum. Pada percobaan ini digunakan koagulan berupa Alum (Al2(SO4)3). Dosis koagulan yang diperoleh melalui percobaan ini adalah 25 mg/L. Percobaan ini diikuti dengan percobaan kolom sedimentasi untuk memperoleh efisiensi penyisihan dari pengendapan.

(15)

Tabel 5.9 Kualitas air baku setelah proses koagulasi skala laboratorium No. Parameter Analisis Satuan Baku Mutu Hasil Analisis 1 Kekeruhan NTU 15 1,2 2 Warna TCU 5 0 3 pH 6,5-8,5 7,12 2. Percobaan DPC

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dosis desinfektan yang dibutuhkan untuk mengolah air baku. Pada percobaan ini digunakan desinfektan berupa kaporit (Ca(OCl)2). Dosis desinfektan yang diperoleh melalui percobaan ini adalah 4 mg/L kaporit.

Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan pada instalasi pengolahan air minum sesuai dengan karakteristik air baku yang dipergunakan adalah :

x Kaporit (Ca(OCl)2), sebagai pengoksidasi dalam proses penghilangan besi mangan dan desinfektan pada proses desinfeksi. x Alum (Al2(SO4)3), sebagai koagulan.

x Kapur (CaO), sebagai kontrol agresifitas.

Ketiga bahan kimia yang digunakan di atas diperoleh dalam bentuk padat, sehingga diperlukan proses pelarutan sebelum ketiga bahan kimia tersebut digunakan. Pelarutan ini dilakukan pada suatu bak tersendiri yang selain berfungsi sebagai tempat pelarutan juga sebagai tempat penampung bahan kimia tersebut.

V.8 Skema Pengolahan Air Minum

Berdasarkan Tabel 5.8 maka, unit-unit yang dipilih sebagai unit pengolahan utama dalam perencanaan instalasi pengolahan air minum ini terdiri dari unit Screening, Preklorinasi (Unit Penyisihan Besi dan Mangan), Koagulasi, Sedimentasi, Rapid Sand Filter, dan Posklorinasi. Bangunan lainnya juga

(16)

lengkap seperti bangunan intake, bak penenang, reservoir, menara air, bangunan pembubuh bahan kimia, dan pengolahan lumpur. Skema unit-unit instalasi pengolahan air dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Skema Pengolahan Air Minum

Intake Bak Penenang Preklorinasi Koagulasi Flokulasi Sedimentasi Filtrasi Desinfeksi Reservoir Distribusi Pengolahan Lumpur kaporit alum kaporit kapur

Gambar

Tabel  5.1  Perbandingan Kualitas Air Baku terhadap Baku Mutu Air  Minum
Tabel 5.2 Efisiensi Pengolahan Yang Harus Dicapai
Tabel 5.5  Rencana Kapasitas IPAM
Tabel 5.6  Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum dengan Model Prediksi
+4

Referensi

Dokumen terkait

+ntuk mengatasi penyakit laminitis atau pincang dapat di lakukan dengan cara memperhatikan ke&#34;ersihan lantai kandang supaya tidak licin, memisahkan ternak yang

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian

Sebagai komponen penting dalam pendidikan tinggi kesehatan, tata kelola laboratorium juga mencerminkan mutu pendidikan yang dapat mempengaruhi penilaian dalam kegiatan

unit paket instalasi pengolahan air yang selanjutnya disebut unit paket instalasi pengolahan air adalah unit paket yang dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia dan atau

Setelah mengamati tayangan slide powerpoint tentang jenis-jenis teks bersama guru pada saat vicon melalui classroom, siswa mampu mempraktikkan pengisian teks

Sebag bagian ian be besa sar r tum tumor or se sel l rak raksa sasa sa ter terjad jadi i pa pada da tu tulan lang g pa panja njang ng, , tib tibia ia   proksimal,

Fungsi Pema FISIP adalah sebagai pemegang kekuasaan eksekutif untuk menjabarkan serta melaksanakan garis besar program kerja organisasi fakultas (GBPKOF), dan sebagai

Analias uji F yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa variabel independen yang terdiri dari umur, jumlah tanggungan, masa kerja, jarak tempuh, upah dan