83
BAB V
KONSEP PERANCANGAN UMUM
5.1. Konsep Perancangan Umum
Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi salah satu panutan dalam membuat karya seninya.
Dengan adanya sebuah galeri, diharapkan nantinya banyak seniman-seniman dan arsitek yang tergerak hatinya untuk memamerkan ataupun menjual karya-karya mereka di galeri tersebut. Dengan begitu, maka daya tarik Yogyakarta akan semakin bertambah, sehingga dapat lebih dikenal oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan mengangkat konsep regionalisme dalam arsitektur, bangunan ini nantinya juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi para arsitek dan pengembang untuk dapat lebih menampilkan karakteristik bangunan Yogyakarta, seperti Joglo dan peruangan kompleksnya.
Gambar 4.6.3 Ide Utama Galeri Seni dan Arsitektur Kontemporer sumber: Analisis, 2013
Art Gallery
Contemporary Art
Regionalism in Architecture
Commercial Purposes Contemporary
Architecture
84
5.2. Konsep Perancangan Galeri
5.2.1. Konsep Reinterpretasi Bangunan Tradisional Jawa
Aplikasi regionalisme dalam arsitektur dalam bangunan galeri ini nantinya akan menggunakan konsep Abstract Regionalism, yaitu menggabungkan unsur-unsur kualitas abstrak bangunan, misalnya massa, solid dan void, proporsi , sense of space, pencahayaan, dan prinsip-prinsip struktur dalam bentuk yang diolah kembali.
Gambar 5.2.1.1 Sketsa Contoh Reinterpretasi sumber: Dokumen Penulis, 2014
Bentuk yang diambil dari bangunan tradisional jawa dapat berupa struktur bangunan maupun struktur atap yang digabungkan dengan material yang berkesan modern seperti kaca, metal, maupun bahan-bahan lain, sehingga membuat sebuah suasana ruang yang berkesan modern dan stylish namun tetap tidak meninggalkan kehangatan suasana rumah tradisional dengan material dan strukturnya.
85
Gambar 5.2.1.2 Sketsa Contoh Reinterpretasi sumber: Dokumen Penulis, 2014
5.2.2. Konsep Zonasi Bangunan
Zonasi bangunan galeri dibuat berdasarkan denah rumah tradisional jawa. Konsep denah tersebut diterjemahkan menjadi area-area di dalam galeri. Terjemahan fungsi yang dimaksud yaitu:
Pendapa Zona Semi Publik (lobby)
Pringgitan Zona Transisi (ticket box, information center) Omah Njero Zona Utama (galeri permanen dan temporer) Sentong Area Privat (perpustakaan, workshop, auditorium) Gandok Area pendukung (Café, art shop)
Gambar 5.2.2.1 Skema Tata Ruang Rumah Bangsawan sumber: Tata Ruang Rumah Bangsawan Yogyakarta, 2002
86
Gambar 5.2.2.2 Skema Zonasi Bangunan Galeri sumber: Analisis, 2013
5.2.3. Konsep Tata Massa
Menurut teori regionalisme kritis, bentuk ruang merupakan suatu hal yang harus disesuaikan dengan papan (place) yang bersifat konkret. Oleh karenanya, gubahan massa harus selaras dengan alam sekitarnya. Tata masa juga disesuaikan dengan konsep kompleks bangunan tradisional jawa.
Gambar 5.2.3.1 Transformasi Tata Massa Bangunan sumber: Dokumen Penulis, 2014
Denah rumah tradisional Jawa diterjemahkan kedalam bentuk yang lebih modern dan dinamis. Fungsi masing-masing massa nantinya disesuaikan dengan zonasi yang telah dibuat.
Di beberapa tempat dibuat plasa dan taman sebagai tempat area pameran temporer outdoor sekaligus ruang terbuka hijau. Di dekat jalan pohon-pohon tetap dipertahankan sebagai zona buffer dan transisi suara dan udara.
87
Gambar 5.2.3.2 Perspektif Tata Massa Bangunan sumber: Dokumen Penulis, 2014
5.2.4. Konsep Peruangan
Berdasarkan analisis pelaku, keterkaitan dan konsep zonasi, maka didapatkan organisasi ruang sebagai berikut:
Gambar 5.2.4.1 Organisasi Ruang Lantai 1 sumber: Analisis, 2013
88 Pada lantai pertama sebagian besar berisi fungsi-fungsi yang bersifat semi publik seperti lobby, tempat pembelian tiket, pusat informasi, serta ruang yang bersifat penunjang seperti café, warkshop, art shop, dan ruang servis.
Gambar 5.2.4.2 Organisasi Ruang Lantai sumber: Analisis, 2013
Pada lantai dua fungsi-fungsi yang diwadahi adalah galeri temporer dan ruang kerja. galeri temporer diletakkan di lantai dua agar mempermudah persiapan dan agar memiliki besaran ruang yang cukup. Ruang kerja juga diletakkan di lantai dua untuk meningkatkan privasi serta mempermudah akses ke area galeri (untuk ruang administrasi).
Gambar 5.2.4.3 Organisasi Ruang Lantai 3 sumber: Analisis, 2013
Pada lantai tiga, fungsi-fungsi yang diwadahi adalah fungsi utama yaitu galeri tetap, dan fungsi penunjang seperti auditorium, perpustakaan, dan ruang workshop. Galeri tetap diletakkan di lantai 3 karena tidak begitu membutuhkan persiapan yang sering, dan galeri
89 tetap juga membutuhkan tingkat kebisingan yang rendah. Ruang-ruang penunjang diletakkan di lantai 3 juga karena membutuhkan tingkat kebisingan yang rendah.
5.2.5. Material
Material yang nantinya digunakan pada bangunan adalah sebagai berikut:
Kayu
Kayu merupakan material alami yang mudah dibentuk, dan sering digunakan pada konstruksi-konstruksi bangunan Jawa. Kayu dapat dimanfaatkan sebagai elemen struktur, juga dapat digunakan pada ornamen atau furnitur bangunan.
Gambar 5.2.5.1 Contoh Penggunaan Material Kayu Pada Eksterior Bangunan
sumber: http://www.e-architect.co.uk/images/jpgs/norway/norwegian_wood_building_pw130507_3.jpg
Gambar 5.2.5.2 Contoh Penggunaan Material Kayu Pada Interior Bangunan
sumber: http://www.architecture-buildings.com/public-library-in-villanueva-colombia-by-meza-piol-ramrez- torres/view-villanueva-library-the-wood-light/
Batu bata
Batu bata merupakan material yang berasal dari alam dan ramah lingkungan sekaligus dapat memberikan kesan alami pada bangunan. Selain itu, pengunaan batu bata yang diekspos dapat memberikan kesan tekstur yang kuat pada dinding bangunan.
90
Gambar 5.2.5.3 Penggunaan Material Batu Bata pada bangunan
sumber: http://www.greatbuildings.com/gbc/images/cid_1131185026_Saynatsalo_2.jpg
Beton
Beton digunakan sebagai struktur utama bangunan. Hal ini dikarenakan sifat beton yang menahan gaya tekan. Beton nantinya akan dipadukan dengan tulangan baja, sehingga dapat memiliki ketahanan terhadap gaya tekan dan gaya tarik.
Gambar 5.2.5.4 Struktur Beton
sumber: http://thumbs.dreamstime.com/x/concrete-structure-478158.jpg
Batu Alam
Batu alam merupakan material yang berasal dari alam yang kemudian diolah (dipotong) sesuai dengan kebutuhan. Batu alam dapat menjadi oranamentasi pada dinding bangunan, dan memberikan kesan alami pada bangunan tersebut.
91
Gambar 5.2.5.5 Penggunaan Material Batu Alam
sumber: http://indomarchingband.com/wp-content/uploads/2013/11/batu-alam-karuniaalam-8xtcsfi0.jpg
Kaca
Kaca merupakan bahan yang bersifat transparan. Material ini biasanya digunakan untuk ruangan-ruangan yang membutuhkan pencahayaan alami, serta manjadi penghubung suasana dalam ruangan dengan suasana luar bangunan.
Plastik
Plastik merupakan material yang ringan, mudah dibentuk dan mempunyai bermacam- macam warna. Plastik dapat digunakan sebagai bahan ornamentasi maupun bagian dari furnitur bangunan.
5.2.6. Konsep Utilitas 5.2.6.1. Penghawaan
Pada bangunan ini nantinya terdapat dua jenis sistem penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami diterapkan dengan membuat bukaan-bukaan pada bangunan, yang selanjutnya dapat menjadi ventilasi silang. Penghawaan alami diterapkan pada area semi publik, yaitu lantai 1.
Sedangkan untuk penghawaan buatan, digunakan sistem AC Central , digunakan pada ruang -ruang indoor yang tertutup (galeri tetap, galeri sementara, kantor, dan lain-lain) mempertimbangkan kondisi ruang ruang yang digunakan dalam waktu hampir bersamaan dengan volume yang cenderung besar. Sistem pendistribusian dengan ducting dan berakhir
92 pada diffuser. AC multisplit, digunakan pada bangunan pengelola yang mana untuk jam operasionalnya berbeda.
Gambar 5.2.6.1 Skema Kerja AC Central sumber: Materi Perkuliahan Utilitas UGM
5.2.6.2. Pencahayaan
Pada siang hari, terdapat dua jenis sistem pencahayaan, yaitu sistem pencahayaan alami dan buatan. Sistem pencahayaan alami diaplikasikan dengan menggunakan material transparan, agar cahaya alami dapat masuk dan didapatkan cahaya yang cukup pada siang hari.
Pencahayaan buatan digunakan pada sebagian besar ruangan dalam bangunan, seperti galeri, kantor, perpustakaan, dan lain-lain, terutama pada ruang pamer dimana cahaya tersebut digunakan untuk menyorot objek pamer.
Gambar 5.2.6.2 Pencahayaan Buatan Pada Galeri
sumber: http://www.lumicrest.com/images/PhotoGallery/Gallery121_LumicrestLED.jpg
93 5.2.6.3. Jaringan Air Bersih
Sistem distribusi air bersih bangunan nantinya menggunakan sistem distribusi up-feed system, dimana menurut materi perkuliahan utilitas arsitektur UGM, dalam sistem ini pipa distribusi langsung dari tangki bawah (ground tank dengan pompa langsung disambungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih pada bangunan. Dalam hal ini menggunakan sepenuhnya kemampuan pompa.
Gambar 5.2.6.3 Skema Distribusi Up-Feed System sumber: Materi Perkuliahan Utilitas UGM
5.2.6.4. Jaringan Air Kotor
Sistem distribusi air kotor bangunan nantinya menggunakan sistem distribusi single stack system, dimana menurut materi perkuliahan utilitas arsitektur UGM, pada sistem ini, air tinja dan air kotor/ air sabun dipisahkan pembuangannya dengan dua jenis pipa pada aliran mendatar, sedangkan pipa vertikal menjadi satu. Pada ujung pipa bagian atas selalu terbuka dan sering disebut sebagai vent stack. Keuntungan sistem ini adalah memudahkan pengontrolan pipa mendatar bila terjadi kebuntuan dalam saluran. Hal lain yang menguntungkan adalah pipa tegak yang berupa vent stack cukup satu buah saja.
94
Gambar 5.2.6.4 Skema Sistem Jaringan Single Stack sumber: Materi Perkuliahan Utilitas UGM
5.2.6.5. Elektrikal
Bengunan menggunakan suplai listrik yang bersifat tetap dari PLN (tegangan menengah) dan juga dari genset bila diperlukan. Dari jaringan listrik PLN, listrik masuk ke ruang teknis elektrikal. Setelah diubah tegangannya menjadi tegangan rendah oleh transformator, kemudian energi listrik disalurkan ke panel-panel kontrol yang ada di setiap zona aktifitas sesuai dengan kebutuhan masing masing zona.
Gambar 5.2.6.5 Skema Sistem Distribusi Listrik sumber: Materi Perkuliahan Utilitas UGM
5.2.6.6. Fire Protection
Sebagai bangunan dengan fire load yang sangat tinggi (banyak benda-benda seni) maka fire protection menjadi sangat penting. Untuk sistem penyelamatan menggunakan foam sprinkler dengan tujuan tidak terlalu merusak bahan koleksi.
95
Gambar 5.2.6.6 Skema Urutan Fire Protection sumber: Analisis, 2014
5.2.6.7. Keamanan
Keamanan menggunakan sistim CCTV (Closed Circuit Television) yang dipasang pada tiap – tiap ruang dan menggunakan sistim komunikasi internal yang dibawa oleh setiap petugas keamanan.
Gambar 5.2.6.7 Beberapa Jenis CCTV sumber: Materi Perkuliahan Utilitas UGM
5.2.6.8. Komunikasi
Pada bangunan ini, sistem telekomunikasi yang dipakai daiam bangunan adalah PABX (Private Automatic Branch Exchange), yaitu sistem panel / terminal telepon yang dapat langsung berhubungan dengan luar melalui penggunaan sistem terminal utama menuju titik titik yang diperlukan.