• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA SKRIPSI. TIJANA LESTARI SIREGAR 171201201. DEPARTEMEM MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021. Universitas Sumatera Utara.

(2) PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA. SKRIPSI. Oleh : TIJANA LESTARI SIREGAR 171201201. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. DEPATEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021. Universitas Sumatera Utara.

(3) i Universitas Sumatera Utara.

(4) ii Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRACT TIJANA LESTARI SIREGAR: Application of Geographic Information Systems in Mapping Landslide Prone Areas in Padang Lawas Utara Regency, supervised by BEJO SLAMET Padang Lawas Utara Regency is an area located in the Great Zone of Sumatra which has the potential to be prone to disasters such as earthquakes that can trigger landslides in this region. In connection with this, it is necessary to identify or map landslide-prone areas using a Geographic Information System (GIS) in the form of information on the spatial distribution of landslide hazard levels that can be used as mitigation and prevention to monitor landslide phenomena in the area. This study aims to analyze the spatial distribution of landslide hazard in Padang Lawas Utara Regency. This research was conducted from January 2021 to March 2021. The parameters used to analyze the distribution of landslide susceptibility in this study were rainfall, soil type, rock type, land cover and slope. The results show that the spatial distribution of landslide susceptibility in Padang Lawas Utara Regency is dominated by landslide susceptibility in the moderately vulnerable class with an area of 204.726,30 ha (52,02%), and the lowest landslide susceptibility in the very vulnerable class with an area of 1.436 ha or (0,36%). The largest spatial distribution of landslide occurrences is in Padang Bolak District with a vulnerability area of 57.445.26 ha (14,59%) and Dolok District with a vulnerability area of 44.389,08 ha (11,28%). The wide distribution of high-risk areas from the left and right of the road is the area from 0-2.500 m from the road. Meanwhile, landslide susceptibility based on the distance of the river in an area that is 0-500 m from the left and right of the river is the area that has the most potential for landslides. Keywords: Vulnerability, Landslide, Mitigation, Mapping. iii Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRAK TIJANA LESTARI SIREGAR: Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara, dibimbing oleh BEJO SLAMET Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan wilayah yang berada di Zona Besar Sumatera yang berpotensi rawan bencana seperti gempa bumi yang dapat memicu terjadinya tanah longsor di wilayah ini. Sehubungan dengan ini, perlu dilakukan suatu identifikasi atau pemetaan kawasan rawan tanah longsor menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa informasi sebaran spasial tingkat kerawanan longsor yang dapat digunakan sebagai mitigasi dan pencegahan untuk memantau fenomena longsor di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran spasial kerawanan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai dengan Maret 2021. Parameter yang digunakan untuk menganalisis sebaran kerawanan longsor pada penelitian ini adalah curah hujan, jenis tanah, jenis batuan, tutupan lahan dan kemiringan lereng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran spasial kerawanan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara didominasi oleh kerawanan longsor pada kelas cukup rawan dengan luas wilayah sebesar 204.726,30 ha (52,02%), dan kerawanan longsor paling kecil pada kelas sangat rawan dengan luas wilayah sebesar 1.436 ha atau (0,36%). Luas sebaran spasial kejadian longsor paling besar berada di Kecamatan Padang Bolak dengan luas kerawanan sebesar 57.445,26 ha (14,59%) dan Kecamatan Dolok dengan luas kerawanan sebesar 44.389,08 ha (11,28%). Sebaran luas daerah yang berkerawanan tinggi dari kiri kanan jalan adalah areal yang berjarak dari 0-2.500 m dari jalan. Sedangkan kerawanan longsor berdasarkan jarak sungai pada areal yang berjarak 0-500 m dari kiri kanan sungai merupakan areal yang paling berpotensi terjadinya longsor. Kata Kunci: Kerawanan, Longsor, Mitigasi, Pemetaan. iv Universitas Sumatera Utara.

(7) RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Sipupus Lombang pada tanggal 26 Nopember 1998. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara oleh pasangan Bapak Uluan Siregar dan Ibu Asra Melly Rambe. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 101430 Pamuntaran pada tahun 2005-2011, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Padang Bolak Julu pada tahun 2011-2014, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Padang Bolak Julu pada tahun 2014-2017. Pada tahun 2017, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Seleksi Mahasiswa Mandiri (SMM). Penulis memilih Departemen Manajemen Hutan. Semasa kuliah penulis pernah menjadi anggota organisasi BKM Baytul Asyjaar Fakultas Kehutanan USU pada tahun 2017-2019. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Wisata Mangrove Kampung Nipah dan KHDTK Pondok Buluh pada tahun 2019. Pada tahun 2020 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Pada awal tahun 2021 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara” di bawah bimbingan Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si.. v Universitas Sumatera Utara.

(8) KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pembahasan secara ilmiah terhadap perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografis yang diharapkan dapat berguna dalam pemanfaatannya di dunia kehutanan masa kini dan masa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran berharga dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para penguji sidang skripsi, yaitu Ibu Dr. Nelly Anna, S.Hut., M.Si., Bapak Arif Nuryawan, S.Hut., M.Si., Ph.D., dan Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si. Penulis tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya dan teman-teman yang telah memberikan bantuan atas penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.. Medan,. Oktober 2021. Tijana Lestari Siregar 171201201. vi Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i. PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................... ii. ABSTRACT ......................................................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v. KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL . ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR . ......................................................................................... x. PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA Kondisis Umum Lokasi Penelitian .................................................................... Bencana Tanah Longsor ...................................................................................... Tanah Longsor ................................................................................................... Faktor Penyebab Longsor ................................................................................... Sistem Informasi Geografis (SIG) ...................................................................... Komponen SIG .................................................................................................. Cara Kerja SIG .................................................................................................... 4 4 5 7 10 11 12. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ Alat dan Bahan ................................................................................................... Prosedur Penelitian ............................................................................................. Pengumpulan Data ............................................................................................. Pengolahan Data Spasial .................................................................................... Analisis Data Spasial .......................................................................................... Analisis Daerah Rawan Longsor ......................................................................... 14 14 16 16 16 17 20. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Penyebab Tanah Longsor .................................................................... 21 Curah Hujan ................................................................................................ 21 Jenis Tanah .................................................................................................. 22 Jenis Batuan ................................................................................................ 25 Tutupan Lahan ............................................................................................ 28 Kemiringan Lereng ..................................................................................... 30. vii Universitas Sumatera Utara.

(10) Hasil Analisis Spasial Daerah Rawan Longsor .................................................. Sebaran Daerah Rawan Longsor ........................................................................ Daerah Sangat Tidak Rawan Longsor ........................................................ Daerah Tidak Rawan Longsor .................................................................... Daerah Cukup Rawan Longsor ................................................................... Daerah Rawan Longsor ............................................................................... Daerah Sangat Rawan Longsor ................................................................... Hasil Validasi ..................................................................................................... Sebaran Kerawanan Longsor Berdasarkan Jarak Jalan ...................................... Sebaran Kerawanan Longsor Berdasarkan Jarak Sungai ................................... Mitigasi Kerawanan Longsor Bersarkan Jarak Jalan dan Jarak Sungai .............. 32 35 35 36 37 38 40 41 42 44 47. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................................ 53 Saran ................................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA. viii Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR TABEL No. Teks. Halaman. 1.. Pengkelasan Intensitas Curah Hujan ........................................................... 18. 2.. Pengkelasan Jenis Tanah ............................................................................. 18. 3.. Pengkelasan Jenis Batuan ........................................................................... 18. 4.. Pengkelasan Tutupan Lahan ....................................................................... 19. 5.. Pengkelasan Kemiringan Lereng ................................................................. 19. 6.. Luas kelas Curah Hujan Tahunan di Kabupaten Padang Lawas Utara ....... 21. 7.. Luas Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara .................. 24. 8.. Luas Jenis Batuan di Kabupaten Padang Lawas Utara ............................... 26. 9.. Luas Kawasan Tutupan Lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara ........... 29. 10. Luas Kemiringan Lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara .................... 31 11. Luas Wilayah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara ........... 33 12. Luas Kerawanan Longsor Perkecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara ................................................................................... 35 13. Hasil Validasi Analisis Spasial dengan Titik Survey .................................. 41 14. Luas Kerawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara Per Jarak Jalan ............................................................................................. 43 15. Luas Kerawanan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara Per Jarak Sungai .......................................................................................... 45 16. Mitigasi Rawan Longsor pada Areal dengan Jarak dari 0-100 Meter dari Jalan ..................................................................................................... 48 17. Mitigasi Rawan Longsor pada Areal dengan Jarak dari 0-100 Meter dari Sungai .................................................................................................. 50. ix Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR GAMBAR No. Teks. Halaman. 1.. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 15. 2.. Bagan Aliran Tahap Penelitian ................................................................... 16. 3.. Peta Curah Hujan Kabupaten Padang Lawas Utara .................................... 22. 4.. Peta Jenis Tanah Kabupaten Padang Lawas Utara ..................................... 25. 5.. Peta Jenis Tanah Kabupaten Padang Lawas Utara ..................................... 28. 6.. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Padang Lawas Utara ................................ 30. 7.. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Padang Lawas Utara ......................... 32. 8.. Peta Rawan Longsor Kabupaten Padang Lawas Utara ............................... 34. 9.. Lokasi Daerah Kelas Sangat Tidak Rawan Longsor di Lokasi Penelitian . 36. 10. Lokasi Daerah Kelas Tidak Rawan Longsor di Lokasi Penelitian ............. 37 11. Lokasi Longsor Kelas Cukup Rawan di Lokasi Penelitian ......................... 38 12. Lokasi Longsor Kelas Rawan di Lokasi Penelitian .................................... 39 13. Lokasi Longsor Kelas Sangat Rawan di Lokasi Penelitian ........................ 40 14. Peta Kerawanan Longsor Per Jarak Jalan ................................................... 44 15. Peta Kerawanan Longsor Per Jarak Sungai ................................................ 47. x Universitas Sumatera Utara.

(13) PENDAHULUAN. Latar Belakang Secara geologis, wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki struktur tanah dan batuan yang kompleks dicirikan oleh bentuk bentang alam perbukitan. Tetapi sebagian wilayah potensial menimbulkan tanah longsor terhadap 40-50% dari luas daerah Kabupaten Padang Lawas Utara yang mencakup 5 wilayah kecamatan merupakan kawasan yang rentan gerakan tanah longsor. Selain itu juga, potensi bahaya longsor sangat ditunjang oleh lokasinya yang berada di Zona Sesar Besar Sumatera dan tingginya potensi gempa bumi serta curah hujan dapat menjadi pemicu terjadinya longsoran di wilayah ini. Kawasan rawan tanah longsor tersebar di belahan barat wilayah Kabupaten, meliputi Kecamatan Dolok, Halongonan, Padang Bolak, Padang Bolak Julu dan Batang Onang (BAPPEDA, 2019). Secara umum, bencana alam terjadi karena peristiwa geologi alam, seperti gempa bumi, gunung berapi, tanah longsor, pasang surut dan bencana non geologi alam seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan tornado. Kabupaten Padang Lawas Utara adalah salah satu daerah yang paling rentan dengan longsor, banjir dan peristiwa gempa di Propinsi Sumatera Utara. Potensi longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara dianggap sebagai potensi bahaya yang tinggi. Hal ini dikarenakan Kabupaten Padang Lawas Utara berada di wilayah dengan ketinggian elevasi yang cukup tinggi, dengan morfologi yang terjal, dan mempunyai relief yang sangat kasar, serta tersusun atas batuan dengan tingkat pelapukan yang cukup tinggi sehingga menghasilkan lapisan tanah yang tebal dan relatif lunak (RPIJM, 2016). Selama periode rentang empat tahun (dari tahun 2005 ke tahun 2009) di Kabupaten Padang Lawas Utara, terjadinya pengurangan luas hutan dan penambahan areal penggunaan lain. Dimana kawasan hutan atau vegetasi lebat berkurang 114.638 ha (dari 277.157,10 ha menjadi 162.519,10 ha). Sedangkan luas areal penggunaan lain meningkat tajam dari 114.647,90 ha menjadi 229.285,90 ha (BAPPEDA, 2019). Urbanisasi atau dengan kata lain adalah meningkatnya permintaan sumber daya alam sangat mempengaruhi. 1 Universitas Sumatera Utara.

(14) 2. peluang perubahan lahan. Keadaan ini dapat mempengaruhi dan mengganggu tata guna lahan dan keseimbangan ekosistem di suatu wilayah. Akibat selanjutnya timbul dampak negatif, seperti bencana alam berupa banjir, erosi tanah dan tanah longsor (Depina et al., 2020). Tanah longsor adalah pergerakan massa tanah atau batuan kearah bawah disebabkan dan dipicu oleh faktor alam seperti jenis batuan, bentuk alam, struktur batuan, dan dasar batuan, ketebalan tanah atau material yang lapuk,curah hujan dan tutupan vegetasi. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia berupa perbukitan atau pegunungan, membentuk daratan yang landai. Lahan dengan kemiringan atau kemiringan lebih dari 20 derajat (40%) biasanya berpotensi untuk bergerak atau longsor. Namun tidak selalu lahan yang miring atau lahan berlereng mengalami longsor (Mulyaningsih dan Seiadi, 2014). Berbagai metode telah digunakan untuk menilai kerentanan longsor, seperti pengetahuan ahli, metode statistik termasuk regresi linier multivariat, logistik, dan geografis; rasio frekuensi dan fungsi kepercayaan bukti. Metode statistik didasarkan pada asumsi bahwa hubungan antara variabel input dan longsor akan sama di masa lalu dan masa yang akan datang. Beberapa model dasar yang sesuai untuk daerah rawan longsor meliputi proses hierarki analitik, rasio frekuensi, indikator statistik, faktor kepastian, fungsi kepercayaan bukti, dan regresi logistik (Pham et al., 2020). Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pembuatan peta bahaya longsor mampu memberikan pemecahan serta keringanan dalam analisis spasial secara berulang, berkesinambungan, cepat dan akurat. Bahaya tanah longsor bisa diidentifikasi secara efisien lewat sistem informasi geografis dengan memakai tata cara tumpang susun ataupun overlay terhadap parameter-parameter pemicu tanah longsor. Lewat sistem informasi geografis diharapkan dapat memudahkan penyajian data spasial khususnya yang terpaut dengan penentuan tingkat kerawanan tanah longsor (Effendi dan Hariyanto, 2016). Wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara pada peta risiko longsor Propinsi Sumatera Utara dalam penelitian Ridha dan Restu (2011), bahwa sebagian wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara berada di zona yang berpotensi longsor dari kerawanan sedang sampai sangat tinggi. Sepengetahuan penulis, tesis tentang. Universitas Sumatera Utara.

(15) 3. kerawanan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai analisis tingkat kerawanan longsor melalui metode penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kabupaten Padang Lawas Utara. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sebaran spasial kerawanan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara, serta untuk menganalisis sebaran spasial kerawanan longsor berdasarkan jarak jalan dan jarak sungai di Kabupaten Padang Lawas Utara. Manfaat Penelitian 1.. Sebagai. informasi. acuan. perencanaan. pembangunan. wilayah. dan. pengambilan keputusan dalam pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Padang Lawas Utara. 2.. Sebagai salah satu cara meningkatkan kesadaran masayarakat dan mengurangi tindakan yang dapat menyebabkan longsor, khususnya masayarakat yang tinggal di wilayah dengan kerentanan tinggi dan sekitarnya di Kabupaten Padang Lawas Utara.. Universitas Sumatera Utara.

(16) TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Secara astronomis, Kabupaten Padang Lawas Utara terletak pada titik 1º. 13ˈ. 50˝ dan 20º. 2ˈ. 32˝ Lintang Utara, dan berada pada titik 99º. 20ˈ. 44˝ dan 100º. 19ˈ. 10˝ Bujur Timur. Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai luas wilayah  3.918,05 km2. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Padang Lawas Utara di Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 8 kecamatan yang kemudian dimekarkan menjadi 9 kecamatan pada tahun 2008. Pada tahun 2016 dimekarkan lagi menjadi 12 kecamatan, 386 desa dan 2 kelurahan. Secara administatif Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki batas-batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, sebelah timur berbatasan dengan Provisi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (PALUTA, 2018). Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada ketinggian 0-1915 m di atas permukaan laut, sehingga daerahnya beriklim cukup panas bisa mencapai 34º C, sebagian daerah beriklim sedang yang suhu minimalnya mencapai 21º C dengan rata-rata suhu 27º C. Dengan rata-rata curah hujan 169,47 mm/bulan dan berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman type iklim di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah iklim tropis tipe D1 (bulan basah 3-4 bulan kering < 2 bulan dengan cakupan daerah Kecamatan Batang Onang, Dolok, Dolok Sigompulon dan Hulu Sihapas) dan tipe E2 (bulan basah < dan bulan kering 2-3 bulan Kecamatan Padang Bolak, Padang Bolak Julu, Halongonan, Simangambat dan Portibi (PALUTA, 2018). Bencana Tanah Longsor Ciri-ciri fisik atau karakteristik fisik dari kondisi fisik suatu wilayah yang rentan terhadap bencana tertentu disebut dengan kerawanan. Istilah lain dari kerawanan adalah suatu tahapan sebelum terjadinya bencana. Bencana alam merupakan fenomena besar yang terjadi di alam atau lingkungan buatan manusia. Dimana, apabila meningkat jadi bencana akan berpotensi merugikan kehidupan. 4. Universitas Sumatera Utara.

(17) 5. manusia, harta, atau aktivitas lainnya. Bencana alam longsor adalah bencana alam yang dominan menyebabkan korban jiwa dan menimbulkan kerugian material, misalnya lahan pertanian, pemukiman, jalan, jembatan, saluran irigasi dan sarana prasarana fisik lainnya (Rahman, 2010). Daerah rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai keadaan atau karakteristik geologi, biologi, hidrologi, klimatologi, geografi, masyarakat, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada jangka waktu tertentu yang tidak dapat dicegah, diredam untuk mengurangi kemampuan dalam menanggapi akibat buruk bahaya atau bencana alam tertentu demi mencapai kesiapan menghadapi bencana tersebut (Tondobala, 2011). Bencana tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang berpotensi dalam proses geomorfologi dalam menuju keseimbangan baru permukaan bumi. Kawasan lindung atau kawasan budidaya yang meliputi zona-zona berpotensi longsor disebut dengan kawasan rawan bencana longsor. Bencana tanah longsor merupakan fenomena alam yang yang menyebabkan bergeraknya massa tanah secara gravitasi mengikuti kemiringan lereng. Longsor merupakan suatu gerakan massa tanah yang terjadi akibat suatu material berupa campuran rombakan batu dan tanah dengan aliran yang sangat cepat (Suriadi dan Arsjad, 2012). Bencana tanah longsor merupakan suatu peristiwa geologis yang terjadi karena adanya gerakan tanah berupa jatuhnya batu-batuan atau gumpalan besar tanah. Dimana longsor diartikan sebagai peristiwa yang terjadi disebabkan karena gerakan massa akibat gaya gravitasi dari rombakan bebatuan yang jenis gerakannya meluncur atau bergeser ataupun berputar dan berdasarkan tipe gerakannya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu lebih cepat dan kandunga air yang lebih sedikit (Ramadhan et al., 2019). Tanah Longsor Tanah longsor adalah proses geologi yang terjadi secara alami yang biasanya menyebabkan berbagai jenis kerusakan pada manusia, lanskap dan bangunan. Tanah longsor didefinisikan sebagai peristiwa geomorfik berumur pendek yang tiba-tiba yang mewakili ujung spektrum gerak massa yang bergerak cepat. Istilah lain yang digunakan untuk mendeskripsikan proses ini adalah longsor dan limbah mansa massal yang meliputi pelepasan. Universitas Sumatera Utara.

(18) 6. lereng yang membentuk material bumi akibat gaya gravitasi jatuh runtuh longsor atau aliran (Tangestani, 2009). Tanah longsor adalah suatu peristiwa menuruni lereng atau keluar lereng akibat terganggunya tanah ataupun batuan penyusun lereng yang disebakan karena salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percanpuran keduanya. Suatu kondisi geologi, hidrologi dan gemorfologi, serta seringnya terjadi hujan, aktivitas seismik, letusan gunung api, dan destabilisasi oleh aktivitas manusia dapat menyebabkan lereng alami atau antropik menjadi tidak stabil. Sehingga perlunya desakan untuk membuat strategi penlitian tentang resiko alam dan ketidakstabilan lereng yang diakibatkan oleh efek tanah longsor. Penilaian resiko tanah longsor sangat penting untuk mengurangi resiko bencana. Dengan demikian, pemetaan kerentanan yang akurat dapat menjadi informasi utama untuk berbagai pengguna dari sektor swasta dan publik, dari departemen pemerintah serta komunitas ilmiah di tingkat lokal dan internasional (Oktaviani dan Fadhil, 2019). Tanah longsor adalah bencana yang disebabkan oleh faktor gravitasi bumi yang menyebabkan massa tanah atau material campuran lempung, kerikil, pasir, dan kerakal serta bongkah lumpur yang yang bergerak sepanjang lereng atau keluar lereng. Faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng yang menjadi salah satu penentu tanda rawan erosi, namun secara garis besar dibedakan sebagai faktor alami dan manusia (Wafa dan Astuti, 2016). Tanah longsor merupakan suatu proses pengangkutan atau gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar yang dikatakan dengan salah satu bentuk erosi. Terjadinya longsor tidak hanya karena gejala fisik alami, namun beberapa hasil aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang terjadi karena ketika aktifitas manusia ini beresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam (Hafid et al., 2020). Menurut Setiadi (2013), menyatakan bahwa tanah longsor merupakan peristiwa geologi yang terjadi akibat pergerakan tanah. Peristiwa tanah longsor. Universitas Sumatera Utara.

(19) 7. atau disebut dengan pergerakan massa tanah, batuan atau kombinasi dari keduanya umumnya terjadi di lereng-lereng alam atau buatan dan sebetulnya merupakan fenomena alam yaitu alam akan mencari keseimbangan baru yang diakibatakan karena gangguan atau faktor yang memengaruhinya dan penyebab terjadinya pengurangan kuat geser serta meningkatakan tegangan geser tanah. Tanah longsor dikategorikan sebagai bencana geologis yang paling bisa diprediksikan. Parameter yang digunakan untuk memantau kemungkinan terjadinya longsor dalam jumlah besar, yaitu : a.. Keretakan di tanah wujud yang biasanya ditemukan banyak kasus. Bentuk bisa berbentuk konsentris atau parallel dan beberapa lebarnya berukuran centimeter dengan panjang beberapa meter, sehingga dapat dibedakan dari retakan biasanya. Formasi retakan dan ukuran yang semakin lebar adalah parameter ukur biasanya yang semakin dekat waktu terjadinya longsor.. b.. Penampakan runtuhnya bagian tanah dalam jumlah yang besar. Dimana peristiwa longsor di suatu tempat yang menjadi parameter daerah tanah longsor lebih luas lagi. Perubahan-perubahan yang terjadi seiring waktu akan mengindikasikan dua hal, yaitu kerusakan lingkungan (seperti : penggundulan hutan dan perubahan cuaca secara ekstrem) dan tanada-tanada yang penting ketika terjadi penurunan kualitas landskap dan ekosistem.. Faktor Penyebab Longsor Longsor dapat terjadi di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air di akibatkan oleh meluncurnya suatu volume tanah. Lapisan tanah tersebut mengandung Hat atau kadar Hat yang tinggi setelah jenuh air berlaku sebagai peluncur (Arifin et al., 2006). Klasifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor ada dua yaitu aspek alam dan aspek manusia. Indikator dari aspek alam dikelompokkan menjadi 7 yaitu kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Sedangkan indikator untuk aspek manusia adalah perubahan penggunaan lahan sehingga mempengaruhi bentang alam (Firdaus dan Sukojo, 2015). Tanah longsor umumnya terjadi karena gangguan kestabilan di tanah atau batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng bisa dikendalikan oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan/tanah penyusun. Universitas Sumatera Utara.

(20) 8. lereng, dan kondisi hidrologi atau hidrologi lereng. Umumnya tanah peristiwa longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong merupakan faktor yang mempengaruhi keadaan material sendiri,. sedangkan. faktor. pemicu. merupakan. faktor-faktor. yang. yang. menyebabakan peregerakan material tersebut. Potensi terjadinya longsor pada lereng tergantung dari kondisi batuan dan tanah penyusunnya, struktur geologi, curah hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor biasanya terjadi di musim penghujan dengan curah hujan tinggi. Tanah yang kasar lebih berisiko terjadinya tanah longsor dikarenakan tanah tersebut memiliki kohesi agregat tanah yang rendah (Faizana et al., 2015). Menurut Arifin et al., (2006) menyatakan bahwa terdapat parameter faktor-faktor penyebab tanah longsor, yaitu: 1.. Iklim Di wilayah beriklim basah, faktor iklim yang memengaruhi longsor adalah. hujan. Tingginya intensitas curah hujan dan distribusi hujan menjadikan tanah sebagai kekuatan dispersi hujan, jumlah, kecepatan aliran permukaan dan kerusakan akibat longsor. Menurut Indrasmoro, (2013), tanah longsor biasanya terjadi pada musim hujan, dan curah hujan rata-rata bulanan > 400 mm/bulan. Tanah. longsor. umumnya. dimulai. pada. bulan. Nopember. dikarenakan. meningkatnya tinggi intensitas curah hujan. Hujan deras yang terjadi di awal musim dapat menyebabkan longsor dikarenakan tanah yang kelebihan air akan terakumulasi di dasar lereng sehingga terjadi pergerakan lateral. 2.. Tofografi Unsur tofografi yang berpengaruh terhadap longsor adalah kemiringan dan. panjang lereng. Konfigurasi, keseragaman dan arah lereng merupakan unsur lain yang mempengaruhi tofografi terhadap longsor. Secara umum bentuk lahan memiliki nilai longsoran lebih tinggi dibandingakan dengan faktor lain. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwasanya pengelompokan unit yang paling nyata dalam mempengaruhi variasi kemunculan longsor adalah bentuk lahan. Dimana, longsor dengan tipe debris aualance biasanya muncul di lereng curam, sedangkan tipe rottational/slum biasanya terjadi di lereng landai-curam. Menurut Indramoro (2013), bahwa klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan bahaya. Universitas Sumatera Utara.

(21) 9. longsor terbagi menjadi lima kriteria, yaitu : lereng datar dengan kemiringan 08%, landai dengan kemiringan 8-15%, agak curam berbukit dengan kemiringan lereng 15-25%, lereng dengan kemiringan curam dari 25-40%, dan kemiringan sangat curam sampai terjal >40%. 3.. Penggunaan lahan/vegetasi Faktor vegetasi sangat berpengaruh terhadap longsor dikarenakan. pengaruh akar dan peristiwa biologi yang saling berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan berpengaruh dengan stabilitas struktur serta porositas tanah, sehingga air tanah berkurang diakibatkan oleh proses transpirasi. Pengaruh hujan dan tofografi dapat hilang dalam mempengaruhi terjadinya longsor disebabkan karena suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat. Oleh sebab itu, hutan dan padang rumput tidak dapat tertutup karena kebutuhan manusia akan pangan, sandang dan pemukiman. 4.. Tanah Kepekaan terhadap longsor akan berbeda-beda berdasarkan faktor tipe-tipe. tanahnya. Beberapa sifat-sifat tanah yang memengaruhi kepekaan longsor, yaitu (1) sifat tanah yang dipengaruhi oleh laju infiltrasi, (2) sifat tanah yang dipengaruhi oleh ketahanan struktur tanah dengan dispersi melalui pengikisan butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Dimana, sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap longsor adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapis ar tanah, dan tingkat kesuburan tanah. 5.. Penglolahan lahan Kerusakan atau produktif kelestarian suatu tanah ditentukan oleh faktor. manusia. Penggunaan lahan sangat menentukan dampak terhadap penyebab longsor dan lingkungan yang diakaibatkan karena perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia. Penyebab terjadinya tanah longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong berasal dari faktor yang mempengaruhi kondisi material itu sendiri. Sedangkan faktor pemicu berasal dari luar, yaitu faktor yang menyebabkan pergerakan material tersebut (Sholikhan et al., 2019). Beberapa faktor penyebab longsor adalah kondisi geologi, hidrologi, tofografi, iklim, dan perubahan cuaca dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang. Universitas Sumatera Utara.

(22) 10. mengakibatkan terjadinya longsoran. Faktor penyebab longsor lahan dibagi menjadi dua yaitu faktor pasif dan faktor aktif. Faktor pasif mengontrol terjadinya longsor lahan dan faktor aktif pemicu terjadinya longsor lahan. Faktor pasif meliputi faktor topografi, keadaan geologis atau litologi, keadaan hidrologis, tanah, keterpadatan longsor sebelumnya dan keadaan vegetasi. Faktor aktif yang mempengaruhi longsor lahan diantaranya aktivitas manusia dalam penggunaan lahan dan faktor iklim. Terjadinya longsor dibagi dalam 3 keadaan, yaitu : (1) Adanya lereng cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur dengan cepat ke bawah, (2) Adanya lapisan kedap air dan lunak di bawah permukaan tanah yang akan menjadi bidang luncur; dan (3) Adanya kecukupan kandungan air dalam tanah sehingga massa tanah yang tepat di atas lapisan kedap menjadi jenuh (Fitrianingrum, 2018). Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dirancang untuk mengolah data yang tereferensi secara spasial atau kordinat geografis. SIG mempunyai kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi tertentu dalam menampilkan dan manganalis data. Saat ini SIG tidak hanya berkembang dalam jumlah aplikasi, tetapi juga berkembang dari jenis keragaman aplikasinya. SIG merupakan subsistem yang terorganisir seperti perangkat keras komputer, prangkat lunak, data geografis serta personal yang diciptakan. secara. efisien. untuk. memperoleh,. menyimpan,. mengupdate,. memanipulasi, menganalis, dan memanipulasi semua bentuk data berupa informasi yang bereferensi geografis (Dyah dan Arsandy, 2016). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer berupa komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja secara efektif untuk memasukkan,. menyimpan,. memperbaiki,. memperbahrui,. mengelola,. memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam informasi yang bereferensi geografis (Ramadhan et al., 2017). Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan bidang interdisipliner yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir meliputi geografi, ilmu komputer, penginderaan jauh ilmu manajemen dan disiplin ilmu lainnya.. Universitas Sumatera Utara.

(23) 11. SIG banyak digunakan dalam pengembangan bumi digital, kota pintar dan. pengelolaan. lingkungan.. Sistem. informasi. geografis. didefinisikan. sebagai data geospasial berdasarkan dukungan perangkat lunak dan perangkat keras. komputer. untuk. mengumpulkan,. mengelola,. mengoperasikan,. mensimulasikan, menganalisis dan menampilkan data terkait ruang dan menggunakan metode analisis metode geografis untuk memberikan perubahan spasial dan dinamis (Tan et al., 2020). Komponen SIG Sistem informasi adalah penggabungan yang teratur antara personel, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumberdaya data yang yang bertugas mengumpulkan, memodifikasi, dan menyebarkan informasi. Suatu sistem mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai komponen, sistem batas, lingkungan, antarmuka, masukan, keluaran, proses dan tujuan atau objektif (Umagapi dan Ambarita, 2018). Menurut Saputra (2012) dan Wibowo et al., (2015) menyatakan bahwa sistem informasi diidentifikasikan memiliki lima komponen pembangun, yaitu: 1.. Basis data Bagian penting dari GIS adalah data. Pada dasarnya SIG menggunakan. dua jenis model data geografis, yaitu model data vektor dan model data raster. Sistem basis data (data base) pada dasarnya merupakan sistem bertarget komputer bertujuan untuk memelilhara data dan menyediakan informasi ketika diperlukan. Basis data adalah komponen utama SIG yang didapatkan dari fakta dunia nyata hingga survei. Dimana, informasi atau data yang dipergunakan adalah data spasial dan data non spasial (atribut). Data spasial merupakan informasi yang berisikan data posisi eksplisit geografi yang ditetapkan dalam bentuk koordinat. Data non spasial (atribut) merupakan informasi yang bersifat deskriptif yang tersusun atas informasi terkait lokasi tujuan dan memberikan identifikasi lokasinya. 2.. Perangkat keras Perangkat keras tersusun atas seperangkat PC dengan spesifikasi yang. cocok untuk melaksanakan program SIG, dan perangkat pendukung yang lainnya seperti pemindai, ploter, dan printer. SIG membutuhkan perangkat keras atau peralatan komputer dengan spesifikasi yang lebih tinggi dari sitem informasi lain. Universitas Sumatera Utara.

(24) 12. untuk menjalankan perangkat lunak GIS, seperti memori (RAM), hardisk, presesor seta kartu VGA. Hal ini dikarenakan data (data vektor dan data raster) yang digunakan dalam SIG membutuhkan banyak ruang penyimpanan, dan banyak memori serta prosesor yang cepat dibutuhkan dalam proses analisis. 3.. Perangkat lunak Perangkat lunak SIG dapat menyediakan fungsi dan alat untuk melakukan. penyimpanan data (informasi), analisis dan menampilkan data geografis. SIG adalah sistem perangkat lunak yang dibangun secara modular, dimana basis data base memainkan peran kunci. Setiap subsistem diimplementasikan menggunakan perangkat lunak tersusun atas beberapa modul, sehingga tidak berbeda jika alat SIG yang tersusun atas ratusan modul program dapat dijalankan secara independen. 4.. Pelaksana Komponen pelaksana berikatan sesuai sumberdaya manusia dan organisasi. yang akan dijalankan serta dikelola GIS berdasarkan kontinu. Teknologi SIG tidak akan berguna jika tidak ada manusia yang mengelola sistem dan membangun rencana yang bisa diterapkan sesuai kondisi aktual di lapangan. Pengguna SIG memiliki tingkatan tertentu, mulai dari ahli teknis yang merancang dan memelihara sistem hingga pengguna yang memakai SIG untuk membantu pekerjaan sehari-hari. 5.. Prosedur Penggunaan dan pengelolaan GIS saling terikat seperti pembaharuan data,. penukaran data dengan SIG lain, dan pengaksesan tingkat informasi yang tersedia. SIG yang bagus memiliki koordinasi antara perencanaan desain yang baik dan aturan dunia nyata, dan metode, model, dan implementasi setiap masalah akan berbeda. Pengelolaan proyek SIG akan berhasil jika kinerja bagus dengan orangorang yang mempunyai keahlian (sesuai job description) yang tepat untuk semua tingkatan. Cara Kerja SIG SIG mempunyai kempauan melakukan pengolahan data dan melakukan operasi tertentu. Teknologi SIG bekerja untuk mengintegrasikan operasi umum data base, seperti query dan analisa statistik, dan mempunyai kemampuan. Universitas Sumatera Utara.

(25) 13. visualisasi dan analisa pemetaan yang unik. Cara kerja inilah yang membedakan SIG dengan sistem infirmasi yang lain dan membuatnya berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi serta memprediksi apa yang akan terjadi (Kosasi, 2014). SIG mempunyai keunggulan dan fleksibilitas lebih dari lembar peta kertas. Peta adalah representasi grafis dari dunia nyata, dan objek yang ditampilkan di peta tersebut disebut dengan elemen peta atau map feautures (misalnya, sungai, taman, kebun, jalan, dan lain sebagainya). SIG digunakan untuk menghubungkan beberapa kumpulan elemen atau objek peta (disebut dengan spasial yang diimplementasikan dalam setaun-setaun) yang atributnya disimpan dalam tabel basis data (atribut). Oleh karena itu, sungai, bangunan, jalan, laut, batas administrasi, perkebunan dan hutan dapat menjadi contoh lapisan (spasial). Sekumpulan spasial-spasial ini seta tabel atribut yang terkait akan membentuk database SIG (Susianto dan Guntoro, 2017). Sistem informasi geografis (SIG) mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis keruangan. Adapun beberapa macam analisis keruangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : 1.. Klasifikasi (Reclassify) Menurut Ningsih (2010) menyatakan bahwa klasifikasi ini berfungsi untuk. mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan ulang data spasial sebagai data spasial baru sesuai dengan kriteria tertentu. Sebagai contoh, dengan menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi (tofografi), diperoleh data spasial kemiringan atau data spasial kemiringan permukaan bumi yang dinyatakan dalam persentase nilai kelerengan. 2.. Analisi tumpang susun (Overlay) Overlay atau analisis tumpang susun adalah metode yang digunakan untuk. menggabungkan informasi dari beberapa peta untuk menghasilkan informasi yang baru (Marizal et al., 2012). Dalam teknik analisis tumpang tindih (overlay) dilakukan operasi penggabungan piksel raster dari sumber atau masukan peta yang berbeda (lebih dari satu) untuk menemukan informasi yang lebih banyak di lokasi yang sama (Marfai, 2006). Operasi overlay merupakan penggabungan dua atau lebih peta, dan hasilnya berupa delienasi batas baru (Bagye et al., 2019).. Universitas Sumatera Utara.

(26) METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai dengan Maret 2021, di 12 kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu Kecamatan Batang Onang, Padang Bolak Julu, Portibi, Padang Bolak, Simangambat, Halongonan, Dolok, Dolok Sigompulon, Hulu Sihapas, Ujung Batu, Padang Bolak Tenggara dan Halongonan Timur. Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras (hardware) terdiri atas PC Komputer/Labtop, dan Printer. Perangkat lunak (software) terdiri atas ArcGis 10.3 dan MS-Office, MS- Excel selain itu juga digunakan GPS (Global Positioning System), kamera dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta curah hujan Kabupaten Padang Lawas Utara, peta jenis tanah Kabupaten Padang Lawas Utara, peta geologi Kabupaten Padang Lawas Utara, peta penutupan lahan Kabupaten Padang Lawas Utara, peta kemiringan lereng Kabupaten Padang Lawas Utara, peta administrasi Kabupaten Padang Lawas Utara.. 14. Universitas Sumatera Utara.

(27) 15. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(28) 16. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara” ini disajikan pada Gambar 2.. Gambar 2. Bagan Alir Tahap Penelitian. Pengumpulan Data Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dasar berupa peta-peta pendukung, studi pustaka dan penelaahan data sekunder terutama berkaitan dengan sejarah kejadian tanah longsor. Pengumpulan data tidak hanya mendapatkan data sekunder tetatapi data primer berupa titik survey lokasi rawan longsor yang didapatkan dari hasil Ground check. Pengolahan Data Spasial Data spasial dalam SIG disajikan dalam dua format, yaitu format vektor dan format raster. Data spasial sendiri merupakan data yang bersifat keruangan. Data yang dikumpulkan sebelumnya dalam format vektor, yaitu data GPS lokasi kejadian longsor. Proses pemasukan data GPS dilakukan melalui seperangkat komputer dengan software ArcGIS 10.3. Data spasial dalam format raster terdiri. 21. Universitas Sumatera Utara.

(29) 17. atas peta curah hujan, peta geologi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta penutupan lahan. Koreksi geometris atau georeferensi adalah proses memproyeksikan peta ke dalam suatu sistem proyeksi peta tertentu. Penyeragaman data-data ke dalam sistem koordinat dan proyeksi yang sama perlu dilakukan, guna mempermudah proses pengintegrasian data-data. Proyeksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah UTM (Universal Transverse Mercator) datum WGS 84 dan zone 47N, menggunakan software ArcGIS versi 10.3. Setelah selesai proses koreksi terhadap peta, maka dilanjutkan dengan pemotongan peta untuk menentukan daerah penelitian, dengan acuan peta batas administrasi desa Kabupaten Padang Lawas Utara. Analisis Data Spasial Pada penelitian ini dilakukan analisis dengan menggunakan aplikasi SIG untuk mendapatkan daerah yang rawan longsor. Metode yang digunakan dalam menganalisis daerah rawan longsor pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis tumpang susun (Overlay). Dimana, setelah semua data spasial diinput ke dalam komputer dalam bentuk peta digital, maka dilakukan penginputan data atribut dan pembobotan pada setiap parameter. Parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan adalah tutupan lahan (landcover), jenis tanah, topografi, curah hujan dan geologi (batuan induk). Sedangkan skor untuk pembobotan masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5. Menurut Mala et al., (2017), curah hujan akan meningkatkan laju infiltrasi dan saturasi tanah dan menaikkan muka air tanah. Jika hal tersebut terjadi di lereng yang mempunyai material penyusun (tanah dan atau batuan) yang lemah, akan mengakibatkan penurunan kuat geser tanah/ batuan. dan. meningkatkan. berat. massa. tanah.. Air. hujan. juga. bisa. menyebabkan limpasan permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya erosi di kaki lereng dan meningkatkan derajat kemiringan dan menimbulkan peristiwa tanah longsor. Adapun penglasifikaian untuk pembobotan curah hujan dapat dilihat pada Tabel 1.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(30) 18. Tabel 1. Pengkelasan Intensitas Curah Hujan No 1 2 3 4 5. Intensitas hujan (mm/tahun) <1000 1000-1500 1500-2000 2000-2500 >2500. Kelas Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi. Skor 1 3 5 7 9. Sumber : Effendi dan Hariyanto (2016). Menurut pernyataan Arifin et al., (2006), mengatakan bahwasanya kepekaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor. Untuk penentuan nilai skor pada pengkelasan jenis tanah dapa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengkelasan Jenis Tanah No 1 2 3 4 5. Jenis Tanah Aluvial, Gleisol, Planosol, Hidromorf kelabu, Laterik air tanah Latosol Brown forest soil, Non calcik brown, Mideteranian, Kambisol Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol, Podsolik Regosol, Litosol, Renzina. Skor 1 3 5 7 9. Sumber : Firdaus dan Sukojo (2015). Untuk membuat peta kelas geologi yang menjadi pemicu terjadinya tanah longsor disebabkan oleh struktur batuan dan komposisi mineral yang mempengaruhi kepekaan erosi dan longsor dicirikan berdasrkan jenis batuan. Penyusun jenis batuan di suatu daerah memiliki tingkat bahaya yang berbeda satu sama lain. Pengkelasan jenis batuan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengkelasan Jenis Batuan No 1 2 3. Jenis Batuan Bahan Aluvial Bahan Sedimen Bahan Volkanik. Skor 1 5 9. Sumber : Reza et al., (2020). Penggunaan lahan sangat menentukan dampak terhadap penyebab longsor dan lingkungan yang diakaibatkan karena perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia. Menurut Indrasmoro (2013), Pemanfaatan lahan seperti persawahan ataupun tegalan dan semak belukar, yang utama di daerah-daerah yang memiliki lereng yang curam biasanya sering terjadi tanah longsor. Penutupan permukaan tanah dan vegetasi yang minim menyebabkan pengurangan perakaran yang berfungsi sebagai pengikat tanah dan mempermudah tanah menjadi retak pada musim kemarau. Sebaliknya, di musim penghujan air akan dapat dengan mudah masuk ke dalam lapisan tanah melalui retakan tersebut sehingga menyebabkan. 21. Universitas Sumatera Utara.

(31) 19. lapisan tanah menjadi jenuh air. Hal ini akan semakin cepat atau lambat akan menyebabkan terjadinya tanah longsor atau pergerakan tanah. Penutupan lahan dibagi ke dalam 5 kelas yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengkelasan Tutupan Lahan No 1 2 3 4 5. Penggunaan Lahan Hutan/vegetasi lebat dan badan-badan air Pertanian lahan kering/ pertanian lahan campuran/semak belukar Perkebunan dan sawah irigasi Permukiman/perkampungan Lahan-lahan kosong. Skor 1 3 5 7 9. Sumber : Buchori dan Susilo (2012). Menurut Indrasmoro (2013), kemiringan lereng memiliki pengaruh penting terhadap terjadinya longsor. Semakin miring kelerengan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan terjadinya longsor di daerah tersebut. Pemberian nilai untuk skor dan pengkelasan kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengkelasan Kemiringan Lereng No 1 2 3 4 5. Kelas (%) 0-8 8-15 15-25 25-45 >45. Bentuk Lereng Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam. Skor 1 3 5 7 9. Sumber : Buchori dan Susilo (2012). Cara untuk mengetahui sebaran daerah rawan tanah longsor dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS 10.3. Dengan melakukan analisis tumpang susun (map overlay) peta-peta tematik yang merupakan parameter fisik penentu daerah rawan longsor, yaitu peta kelas lereng, peta geologi, peta jenis tanah, peta curah hujan dan peta penutupan lahan. Penentuan tingkat daerah rawan longsor diperoleh dari pengolahan dan penjumlahan bobot nilai dari masing-masing parameter. Sehingga akan menghasilkan bobot nilai baru yang merupakan nilai potensi rawan longsor setelah parameter tersebut dianalisis tumpang susun (overlay). Nilai skor kumulatif untuk menentukan tingkat daerah rawan longsor diperoleh melalui model pendugaan sedangkan pemberian bobot untuk menentukan tingkat daerah rawan longsor disesuaikan dengan faktor dominan atau faktor terbesar penyebab terjadinya tanah longsor. Menurut Arifin, et al (2006) dan Indrasmoro (2013), mengatakan bahwa curah hujan merupakan faktor. 21. Universitas Sumatera Utara.

(32) 20. dominan penyebab terjadinya bencana longsor sehingga nilainya lebih tinggi dari parameter lainnya. Curah hujan memiliki bobot sebesar 30 dari total pembobotan, sedangkan tanah dan geologi memiliki bobot yang sama yaitu 20 dan 15 merupakan bobot yang diberikan untuk faktor penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Model pendugaan yang digunakan adalah model pendugaan menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2004) dalam penelitian Firdaus dan Sukojo (2015), dapat dilihat sebagai berikut: Skor Total = (30 x faktor curah hujan) + (20 x faktor geologi) + (20 x faktor jenis tanah) + (15 x faktor penggunaan lahan) + (15 x faktor kemiringan lereng) Berdasarkan hasil skor kumulatif maka daerah rawan (potensial) tanah longsor dikelompokkan ke dalam lima kelas, yaitu sangat tidak rawan, tidak rawan, cukup rawan, rawan dan sangat rawan, dengan skor kelas kerawanan: 1. Sangat tidak rawan (< 260) 2. Tidak rawan (≥ 260 - 420) 3. Cukup rawan (≥ 420 - 580) 4. Rawan (≥ 580 - 740) 5. Sangat rawan (≥ 740) Analisis Daerah Rawan Longsor Pada penelitian ini analisis daerah rawan longsor dilakukan dengan cara melakukan (Ground Check) pengecekan kejadian longsor yang ada di lapangan. Hasil titik survey yang didapatkan dari lapangan di overlay dengan peta rawan longsor dan dilakukan perhitungan, analisis ini dilakukan sebagai uji validasi keakuratan hasil analisis spasial dengan kejadian dilapangan menggunakan overall accuracy.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(33) 21. HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter Penyebab Tanah Longsor Curah Hujan Curah hujan adalah parameter yang mempunyai bobot terbesar dari parameter lainnya sebagai penentu terjadinya tanah longsor di dalam penelitian ini. Tingginya curah hujan yang masuk ke dalam tanah akibat proses infiltrasi dapat meningkatkan kejenuhan air dan menyebabkan tanah. tanah sehingga tanah tidak dapat menahan. longsor. Menurut Sitepu et., al (2017), bahwa. kekuatan, daya pengangkutan dan kerusakan pada tanah ditentukan oleh tingginya curah. hujan.. Kondisi. tanah. yang. jenuh. akibat. infiltrasi. terjadi disebabkan karena erosi tanah oleh air. Tanah yang memiliki kadar air yang besar dapat menyebabkan pergerakan tanah dan berpotensi menyebabkan tanah longsor.. Tanah longsor dapat terjadi berhubungan dengan tingginya. intensitas curah hujan. Kawasan curah hujan dengan luasan dan nilai persentasenya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Kelas Curah Hujan Tahunan di Kabupaten Padang Lawas Utara Kelas Curah Hujan (mm/tahun) <1000 1000-1500 1500-2000 2000-2500 >2500 Jumlah. Luas (Ha) 71.664,05 39.374,45 95.862,39 132.689,71 54.018,13 393.608,73. Luas (%) 18,21 10,00 24,35 33,71 13,72 100. Berdasarkan Tabel 6 dijelaskan bahwa kawasan curah hujan tahunan di Kabupaten Padang Lawas Utara dibagai kedalam 5 kelas yaitu, tinggi curah hujan <1000 mm/tahun dengan luasan wilayah sebesar 71.664,05 ha (18,21%), tinggi curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun mempunyai luas wilayah sebesar 39.374,45 ha (10,00%), untuk intensitas curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun memiliki luasan sebesar 95.862,39 ha (24,35%), kisaran curah hujan 2000-2500 mm/tahun dengan luas wilayah 132.689,71 ha (33.71%), dan kelas curah hujan yang terakhir berkisar >2500 mm/tahunnya dengan luas 54.018,13 ha (13,72%). Sebaran luas curah hujan di Kabupaten Padang Lawas Utara dapat disimpulkan bahwa luas wilayah paling besar berada pada kelas curah hujan anatara 2000-2500. 21. Universitas Sumatera Utara.

(34) 22. mm/tahunnya. Sebaran spasial peta curah hujan disajikan pada Gambar 3.. Gambar 3. Peta Curah Hujan Kabupaten Padang Lawas Utara Jenis Tanah Jenis tanah pada Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri atas 6 jenis tanah penentu tanah longsor dan dari beberapa jenis tanah tersebut dibagi menjadi. 21. Universitas Sumatera Utara.

(35) 23. beberapa jenis tanah lainnya, yaitu jenis tanah aluvial gleik, gleisol, kambisol, litosol, mediteran haplik dan podsolik. Jenis tanah aluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan muda (resent), yang memiliki susunan horizon berlapis dengan kadar C-organik yang tidak teratur atau tidak memiliki horizon penciri (kecuali termpa oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon Akrik, horizon H histik atau sulfurik, dengan fraksi pasir dan debu kurang dari 60 % dikedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral (Rejekiningrum et al., 2015). Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwa jenis tanah ini memiliki kepekaan yang rendah terhadap erosi dikarenakan fraksi debunya yang rendah. Jenis tanah Gleisol adalah tanah yang mempunyai sifat hidromorfik di dalam tanah dari kedalaman 0-50 cm dari permukaan kebawah, tidak berupa bahan kasar dari albik, tidak memiliki horizon diagnostik (argilik, spodik dan oksik) atau kecuali jika tertimbun dalam 50 cm atau lebih bahan baru selain horizon A, horizon H histik, horizon B kambik, kalsik atau gipsik dengan susunan horizon A-Bg-C (Rejekiningrum et al., 2015). Kepekaan tanah Gleisol terhadap erosi tergolong rendah karena mempunyai fraksi berupa pasir dan bahan mudah lapuk kurang dari 10% sehingga air lebih mudah lolos dari permukaan tanah kebawah (Fiantis, 2016). Jenis tanah Kambisol merupakan tanah yang memiliki horizon B kambik atau mempunyai sifat hidromorfik didalam penampang 50 cm dari permukaan. Tanah kambisol merupakan salah satu jenis tanah mineral yang mempunyai ciri: pH masam, KTK rendah, ketersediaan bahan organic rendah. Kambisol memiliki solum tanah dalam sampe sangat dalam, pori mikro banyak, tekstur lempung liat berdebu, struktur remah dan konsistensi lekat. Jenis tanah kambisol ini rentan terhadap erosi jika berada di kemiringan lereng yang curam (Putinella, 2014). Jenis tanah Mediteran adalah tanah lain yang memiliki horizon E albik diatas suatu horizon dengan permealibitas sedang (horizon B argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, klei berat, fragipan) didalam penampang 125 cm dari permukaan, memperlihatkan ciri hidromorfik sekurangkurangnya sebagian lapisan dari horizon E. Jenis tanah ini mempunyai tingkat kepekaan terhadap erosi dalam kategori sedang. Tanah Podsolik adalah tanah lain. 21. Universitas Sumatera Utara.

(36) 24. yang mempunyai horizon B argilik dan tidak mempunyai horizon albik yang berbatasan langsung dengan horizon argilik atau fragipan dengan kejenuhan basa <50%. Jenis tanah ini mempunyai kepekaan erosi yang peka terhadap erosi karena memiliki tekstur tanah berlempung dan juga berpasir (Fiantis, 2016). Jenis tanah Litosol merupakan tanah yang berkembang dari bahan endapan muda, tidak mempunyai horizon penciri (kecuali tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A okrik, horizon A umbrik (tidak berada di atas batuan kukuh dan dalam lebih dari 25 cm), horizon H histik atau sulfuric, berkadar pasir dan debu kurang dari 60% pada kedalaman antara 25-100 cm atau mempunyai susunan berlapis, tidak memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik didalam penampang 50 cm dari permukaan (Fiantis, 2016). Jenis tanah Litosol memiliki unsur organik yang sedikit dan erodibilitas tanah yang tinggi, jadi jika tidak ditanami oleh tumbuhan yang sesuai dengan jenis tanah dan kemiringan lereng, akan mengalami tingkat erosi yang sangat tinggi. Luasan wilayah sebaran jenis tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Luas Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara Jenis Tanah Tubuh air Aluvial Gleisol Kambisol Mediteran Podsolik Litosol Jumlah. Luas (ha) 1.397,92 1.332,07 5.374,29 319.474,73 4.497,35 55.977,29 5.555,09 393.608,73. Luas (%) 0,36 0,34 1,37 81,17 1,14 14,22 1,41 100. Sebaran jenis tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara didominasi oleh jenis tanah Kambisol dengan luas wilayah sebesar 319.474,73 ha dengan persentase 81,17% dari luas wilayahnya, sedangkan luas wilayah jenis tanah yang paling kecil adalah jenis tanah Aluvial dengan luas sebesar 1.332,07 ha dengan nilai 0,34% dari luas wilyahnya. Peta sebaran spasial jenis tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Gambar 4.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(37) 25. Gambar 4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Padang Lawas Utara Jenis Batuan Jenis batuan merupakan parameter geologi pembentuk terjadinya tanah longsor. Jenis batuan di Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri atas 5 kelas, yaitu jenis batuan Malihan dan Beku, batuan Padu, batuan Volkanik, Batugamping dan. 21. Universitas Sumatera Utara.

(38) 26. berupa batu dari Endapan Lepas. Luas kawasan jenis batu di Kabupaten Padang Lawas Utara disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Luas Jenis Batuan di Kabupaten Padang Lawas Utara Jenis Batu Batuan Malihan dan Beku Batuan Padu Batuan Volkanik Batugamping Endapan Lepas Jumlah. Luas (Ha) 50.273,86 216.675,62 37.439,48 5.272,06 83.947,70 393.608,73. Luas (%) 12,77 55,05 9,51 1,34 21,33 100. Berdasarkan Tabel 8. dijelaskan bahwa jenis batu pembentuk tanah longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara didominasi oleh jenis batuan Padu dengan luas wilayah sebesar 216.675,62 ha dengan nilai 55,05% dari luas wilayahnya. Jenis batuan dengan luas wilayah paling kecil adalah jenis batuan Gamping dengan luas sebesar 5.272,06 ha atau 1,34% dari luas wilayahnya. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara secara spasial memiliki luasan jenis tanah sedimen yang sangat besar, hal ini sesuai pada rincian penjelasan Tabel 8. Menurut Rachmad dan Nurman (2018), mengatakan bahwa sifat-sifat teknis batuan berbeda-beda tergantung pada asal-usulnya. Secara umum sifat-sifat teknis batuan dipengaruhi oleh : struktur dan tekstur, kandungan mineral, kekar/bentuk. gabungan. lapisan. bidang. dasar,. kondisi. cuaca,. dan. sedimentasi/rekatan. Semakin lunak susunan struktur batuan yang terkandung di dalamnya maka semakin mudah mengalami longsor pada suatu lereng dan sebaliknya. Batuan Beku adalah batuan yang berasal dari pembekuan magma, yakni massa yang bersifat kental dan pijar serta banyak mengandung mineral Silikat serta gas. Namun batuan beku pada umumnya bersifat padu, pejal dank eras, sehingga tergolong massa yang impermeable (Prastistho et al, 2018). Batuan Beku Beku memiliki tekstusr kasar dan sangat kuat, kemudian andesit yang pendinginannya agak cepat, sehingga batuan ini tidak rentan terhadap terjadinya tanah longsor. Batuan Malihan berasal dari segala jenis batuan yang sudah ada, kemudian termetamorfosa akibat pembebanan dan temperatur yang sangat tinggi. Sama halnya dengan batuan beku, batuan metamorf termasuk media pembawa air yang. 21. Universitas Sumatera Utara.

(39) 27. buruk. Derajat porositasnya tergantung kepada tingkat pelapukannya, pola, sifat dan frekuensi rekahan dan umumnya menurun sesuai dengan kedalaman (Prastistho et al, 2018). Hal ini menunjukkan batuan ini memiliki tingkat kepekaan yang rendah terhadap potensi longsor. Batuan Volkanik merupakan batuan yang terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat. Aktifitas volkanik pernah terjadi pada zaman kapur akhir (65-95 juta tahun yang lalu). Tektonik akhir Miosen (5,3-11 juta tahun yang lalu) menyebabkan batuan volkanik terangkat, terlipatkan dan tererosi sehingga tersingkap nampak seperti sekarang (Rahman et al., 2017). Batuan volkanik yang berasal dari gunungapi aktif lebih mudah dikenali sumbernya, karena disamping pola sebarannya mengikuti geometri bentuk tubuh gunung apinya, juga tingkat deformasinya yang relative masih rendah (Sunardi, 2014). Batuan Volkanik memiliki butiran yang halus oleh karena itu batuan ini sangat rentan terhadap potensi longsor. Secara memiliki. umum. potensi. air. penyusun tanah. batuan. yang. tinggi. sedimen dengan. berupa. Batugamping. karakteristik. potensi. menyimpan atau menahan air tanah kecil atau rendah dan potensi untuk mengalirkan air tanah (kelulusan) tinggi (Febriarta et al., 2021). Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada perairan yang hangat. Batugamping juga dapat terbentuk melalui penguapan (Gunawan et al., 2018). Batuan sedimen memiliki sebagian butiran kasar dan sebagian berbutir halus, sehingga batuan ini memiliki kepekaan longsor dalam kategori sedang. Endapan lepas merupakan batuan yang dicirikan oleh perulangan satuan pasir yang cukup dominan dengan ukuran butiran mulai halus hingga kasar diselingi dengan lapisan lanau dan lempung dan sisipan kerakal-kerikil. Batuan ini disusun oleh material lepas berukuran lempung sampai bongkah berasal dari hasil pelapukan dan erosi batuan-batuan yang lebih tua (Gunawan et al., 2018). Berdasarkan pernyataan tersebut, batuan ini mempunyai tingkat kepekaan longsor yang sedang dikarenakan pengaruh tekstur dan bentuk lapisan bidang dasarnya. Peta sebaran spasial wilayah jenis tanah di Kabupaten Padang Lawas Utara sajikan pada Gambar 5.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(40) 28. Gambar 5. Peta Jenis Batuan Kabupaten Padang Lawas Utara Tutupan Lahan Tutpan lahan menjadi salah satu parameter pembentuk terjadinya tanah longsor. Tutupan lahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor karena tutupan lahan yang didominasi dengan lahan-lahan kosong atau tanah. 21. Universitas Sumatera Utara.

(41) 29. terbuka menjadi salah satu pemicu longsor. Tanah yang terbuka mempunyai tingkat kekuatan yang sangat kecil jika terjadinya pergerakan tanah, dan lahan yang kosong tidak dapat menahan pergerakan tanah akibat tidak adanya vegetasi yang dapat menahan tanah ketika terjadi pergerakan tanah. Luas sebaran sapasial tutupan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Kawasan Tutupan Lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara Tutupan Lahan Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Belukar Perkebunan Sawah Pemukiman Tanah Terbuka Jumlah. Luas (ha) 15.839,97 24.092,35 8.870,47 122.910,43 69.075,41 29.370,53 106.396,58 7.909,53 949,93 8.193,53 393.608,73. Luas (%) 4,02 6,12 2,25 31,23 17,55 7,46 23,03 2,01 0,24 2,08 100. Tutupan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara dibagi dalam 10 tipe tutupan lahan, yaitu Hutan lahan kering primer dengan luas wilayah sebesar 15.839,97 ha (4,02%), Hutan lahan kering sekunder dengan luas sebesar 24.092,35 ha (6,12%), Hutan tanaman dengan luas sebesar 8.870,47 ha (2,25%), Pertanian lahan kering mempunyai luas sebesar 122.910,43 ha (31,23%), Pertanial lahan kering campur dengan luas wilayah sebesar 69.075,41 ha (17,55%), Belukar dengan luas wilayah sebesar 29.370,53 ha (7,46%), Perkebunan memiliki luas wilayah sebesar 106.396,58 ha (23,03%), Sawah mempunyai luas sebesar 7.909,53 ha (2,01%), Pemukiman dengan luas wilayah sebesar 949,93 ha (0,24%), dan Tanah terbuka mempunyai luas wilayah sebesar 8.193,53 (2,08%). Berdasarkan tipe tutupan lahan pada Tabel 9, dapat di simpulkan bahwa tutupan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara didominasi oleh Pertanian lahan kering dan Perkebunan, sedangkan luas tutupan lahan yang paling kecil adalah tutupan lahan berupa pemukiman dan lahan kosong. Tipe tutupan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara masih termasuk kedalam kategori yang rendah dengan penggunaan lahan karena tutupan lahannya masih banyak didominasi oleh kawasan yang bervegetasi. Kawasan sebaran spasial tutupan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Gambar 6.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(42) 30. Gambar 6. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Padang Lawas Utara Kemiringan Lereng Parameter kemiringan lereng merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya tanah longsor. Pengaruh kemiringan lereng terhadap terjadinya tanah longsor sangat besar, dikarenakan tingginya elevasi kemiringan lereng atau. 21. Universitas Sumatera Utara.

(43) 31. curamnya suatu lahan dapat berpotensi terjadinya tanah longsor karena tanah tidak dapat menahan tekanan ketika hujan datang atau pengaruh dari jenis tanahnya yang lemah. Luas wilayah kemiringan lereng disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Kemiringan Lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara Kelas Lereng 0-8 % 8-15 % 15-25 % 25-45 % >45% Jumlah. Luas (ha) 137.978,07 88.378,67 64.876,84 65.740,90 36.634,25 393.608,73. Luas (%) 35,05 22,45 16,48 16,70 9,31 100. Berdasarkan Tabel 10 diperoleh hasil bahawa luas wilayah kemiringan lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara dibagi dalam 5 kelas lereng, yaitu dari interval 0-8% dengan luas 137.978,07 ha (35,05%), kisaran 8-15% memiliki luas sebesar 88.378,67 ha (22,45%), kiasaran 15-25% dengan luas wilayah sebesar 64.876,84 ha (16,48%), kelas lereng antara 25-45% memiliki luas sebesar 65.740 ha (16,70%) dan kisara >45% mempunyai luas wilayah sebesar 36.634,73 ha (9.31%). Kemiringan lereng yang mempunyai elevasi tinggi kemungkinan besar mempunyai potensi terjadinya tanah longsor, karena lahan dengan lereng yang sangat curam tidak dapat menahan tekanan tanah ketika di musim penghujan datang. Kemiringan lereng yang memiliki keterangan yang datar akan lebih rendah memungkinkan terhadap pemicu terjadinya tanah longsor, hal ini disebakan oleh tanah yang datar tidak memiliki tekanan yang besar ketika kemungkinan terjadinya curah hujan yang tinggi. Kemiringan lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara memupnyai kemiringan lereng yang didominasi kelas lereng 0-8 % dengan keterangan datar. Kemiringan lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara juga sangat didominasi oleh kelerengan 15-25% dan 25-45% dengan kelerengan agak curam dan curam, dimana kelerengan ini berbentuk dengan perbukitan bervegetasi alang-alang atau yang sering disebut dengan savana. Kabupaten Padang Lawas Utara juga sangat umum dengan lahan perkebunan sawit, Kabupaten Padang Lawas Utara yang dulunya dipenuhi oleh sebaran perbukitan sekarang telah berubah menjadi lahan datar berupa perkebunan sawit dan kebun karet. Peta kawasan kemiringan lereng di Kabupaten Padang Lawas Utara di sajikan pada Gambar 7.. 21. Universitas Sumatera Utara.

(44) 32. Gambar 7. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Padang Lawas Utara Hasil Analisis Spasial Daerah Rawan Longsor Hasil analisis kerawanan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara dibagi kedalam 5 kerawanan, yaitu kelas sanagt tidak rawan, tidak rawan, cukup. 21. Universitas Sumatera Utara.

(45) 33. rawan, rawan dan sangat rawan. Hasil analisis spasial dengan luasan wilayah setiap kelas kerawanan tanah longsor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Luasan Wilayah Rawan Longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara Kelas Rawan Sangat Tidak Rawan Tidak Rawan Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan Jumlah. Luas (ha) 21.031,91 77.615,06 204.726,30 88.789,18 1.436,29 393.608,73. Luas (%) 5,34 19,72 52,02 22,56 0,36 100. Luas wilayah longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara berdasarkan Tabel 11, dijelaskan bahwa luas wilayah rawan longsor dibagi kedalam 5 kelas wilayah rawan longsor, yaitu kelas sangat tidak rawan dengan luas wilayah sebesar 21.031,91 ha denga nilai 5,34% dari luas wilayahnya, kelas wilayah tidak rawan memiliki luas sebesar 77.615,06 ha atau 19,72 dari luas wilayahnya, kelas cukup rawan mempunyai luas sebesar 204.726,30 ha atau 52,02% dari luas wilayahnya, kelas rawan diperoleh luasan sebesar 88.789,18 ha dengan nilai 22,56% dari luas wilayahnya dan kelas sangat rawan didapatkan luasan sebesar 1.436,29 dengan persentase 0,36% dari luas wilayahnya. Berdasarkan penjelasan dari Tabel 11 mengenai luasan wialayah longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki nilai luas wilayah dengan kerawanan yang masuk kedalam kelas kerawanan yang cukup rawan dan rawan. Nilai luas kerawanan longsor paling rendah dari hasil analisis adalah kerawanan longsor masuk kedalam kelas sangat rawan. Secara umum, tanah longsor yang terjadi di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh hujan lebat atau hujan yang berlangsung lama. Peristiwa tanah longsor sering terjadi di wilayah-wilayah yang berlereng curam. Terjadinya tanah longsor di sebabkan oleh berpindahnya material pembentuk lereng seperti bahan rombakan, berupa batuan dimana tanah yang bergerak dari lereng bagian atas jatuh ke bawah. Tanah longsor secara prinsip banyak terjadi ketika gaya pendorong pada lereng lebih kuat daripada gaya penahan. Biasanya yang mempengaruhi gaya pendorong adalah intensitas hujan yang tinggi, keterjalan lereng, massa serta adanya lapisan tanah yang kedap air, ketebalan lapisan tanah, dan berat jenis tanah. Kebanyakan gaya penahan tanah dipengaruhi oleh ketahanan gerak tanah, kekuatan akar tananaman, kerapatan dan kekuatan batuan. 21. Universitas Sumatera Utara.

(46) 34. (Priyono, 2015). Sebaran spasial wilayah longsor tanah longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara disajikan pada Gambar 8.. Gambar 8. Peta Rawan Longsor Kabupaten Padang Lawas Utara Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa kelas rawan dengan warna hijau tua adalah keterangan sangat tidak rawan, warna hujau muda yaitu tidak. 21. Universitas Sumatera Utara.

(47) 35. rawan, warna kuning kerengan cukup rawan, warna kuning tua keterangan rawan dan wilayah yang berwarna merah adalah wilayah yang sangat rawan longsor. Berdasarkan hasil analisis kerawanan longsor yang telah dilakukan dengan menggunakan penganalisisan (metode overlay), diperoleh luasan longsor berdasarkan peta administrasi per kecamatannya. Luasan wilayah rawan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara per kecamatan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Luas Kerawanan Longsor Perkecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara Luas Kelas Kerawanan Longsor Kecamatan. Batang Onang Dolok Dolok Sigompulon Halongonan Halongonan Timur Hulu Siapas Padang Bolak Padang Bolak Julu Padang Bolak Tenggara Portibi Simangambat Ujung Batu Jumlah (ha). Sangat Tidak Rawan (Ha). Tidak Rawan (Ha). Cukup Rawan (Ha). Rawan (Ha). 0,75 24,88 69,47 7.715,32 13.221,48 21.031,91. 3.643,70 5.492,22 6.956,79 1.224,48 128,04 2,97 1.860,60 1,50 9,34 4.157,41 23.103,55 31.034,45 77.615,06. 16.619,58 34.687,53 16.428,63 27.847,83 28.194,30 2.598,44 21.045,76 9.126,83 9.820,56 9.308,00 20.281,47 8.777,36 204.736,30. 8.496,36 9.682,37 4.553,69 10.804,43 1.293,62 1296,09 35.833,65 16.024,67 544,43 255,82 1,14 2,92 88.789,18. Sangat Rawan (Ha) 695,23 19,19 75,74 565,85 74,00 6,28 1.436,29. Luas Total (Ha). 29.454,87 49.881,30 27.939,11 39.952,49 29.616,71 3.897,50 59.330,75 25.227,00 10.380,60 13.790,71 51.101,48 53.036,20 393.608,73. Persentase Luas Luas Kategori Kecamatan Kelas (%) Rawan (%) 7,48 6,56 12,67 11,28 7,10 5,33 10,15 9,84 7,52 7,49 0,99 0,99 15,07 14,59 6,41 6,41 2,64 2,63 3,50 2,43 12,98 2,43 13,47 2,23 100 100. Luasan sebaran wilayah rawan longsor di Kabupaten Padang Lawas Utara berdasarkan Tabel 12, rincihan dari hasil tersebut diperoleh nilai persentase luas wilayah paling besar mengalami tanah longsor berada di Kecamatan Padang Bolak dengan persentase sebesar 14,59% dari luas wilayahnya dan di Kecamatan Dolok dengan luasan persentase sebesar 11,28% dari luas wilayahnya. Sebaran Daerah Rawan Tanah Longsor Daerah Sangat Tidak Rawan Longsor Wilayah sangat tidak rawan longsor adalah daerah yang sama sekali tidak pernah terjadi tanah longsor dan kemungkinan besar susah untuk mengalami tanah lonsor. Hal tersebut dapat dipicu karena parameter pemicu tanah longsor yang sangat rendah. Wilayah dengan kategori sangat tidak rawan longsor ini adalah wilayah yang membpunyai elevasi tanah yang datar atau tingkat kemiringn lereng dengan nilai 0-8 %. Luas wilayah kelas kerawanan longsor sangat tidak rawan di Kabupaten Padang Lawas Utara meiliki luas sebesar 21.031,91 ha dengan wilayah di Kecamatan Ujung Batu merupakan daerah yang mempunyai luas paling besar. 21. Universitas Sumatera Utara.

(48) 36. pada kelas kerawanan longsor sangat tidak rawan yaitu sebesar 13.221,48 ha. Berdasarkan data lapangan yang didapatkan, keadaan wilayah di Kecamatan Simangambat memiliki lahan yang didominasi oleh perkebunan sawit dan keadaan kemiringan lereng yang datar, oleh sebab itu diwilayah ini tidak ada kejadian tanah longsor karena pengaruh parameter tersebut. Keseluruhan wilayah di Kecamatan Simanagambat ini dipenuhi oleh perkebunan sawit dan sebagian kecil oleh perkebunan karet. Pengambilan titik survey keadaan lapangan daerah sangat tidak rawan longsor dapat dilihat pada Gambar 9.. Gambar 9. Lokasi Daerah Kelas Sangat Tidak Rawan Longsor di Lokasi Penelitian Daerah Tidak Rawan Longsor Wilayah tidak rawan longsor merupakan wilayah yang sangat minim terhadap kemungkinan terjadinya tanah longsor. Wilayah tidak rawan longsor ini adalah wilayah yang belum pernah mengalami tanah longsor tetapi ada kemungkinan dapat mengalami peristiwa tanah longsor, ketika salah satu parameter pemicu tanah longsornya besar. Pengambilan daerah kelas tidak rawan longsor juga dilakukan di Kecamatan Simangambat. Berdasarkan keadaan lapangan di Kecamatan Simanagambat, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada kelas sangat tidak rawan longsor di lokasi pengambilan titik survey lokasi ini juga di dominasi oleh perkebunan sawit dengan kelerengan yang datar. Wilayah pengambilan data lapangan yang diperoleh berada di dekat sungai, tetapi belum ada kejadian tanah longsor di lokasi tersebut hal tersebut karena vegetasi didekat sungai yang masih rapat, tetapi dilokasi ini masuk dalam kategori rawan banjir berdasarkan tanda khusus yang dibuat oleh pemerintah setempat. Berdasarkan. 21. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ika Widyati [2] dengan judul “Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Kulonprogo berdasarkan

3. Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya. Buffering : fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa daerah dengan tingkat kerawanan tinggi terletak di bagian barat daerah penelitian. Sebaran zonasi daerah rawan tanah longsor

Variabel input metode Fuzzy logic merupakan parameter dari tanah longsor yaitu tutupan lahan, curah hujan, kemiringan, dan ketinggian.. Hasil keanggotaan Fuzzy dari ke empat

Berdasarkan hasil overlay dengan perkalian antar parameter yaitu peta kemiringan lereng, curah hujan, tutupan lahan, dan jenis tanah, maka diperoleh klasifikasi

Metode penelitian berupa pembuatan Peta Curah Hujan, pembuatan Peta Tutupan Lahan, dan pembuatan Peta Kelas Lereng.Hasil penelitian menunjukkan penyebaran daerah Rawan Longsor

Berdasarkan data dalam Tabel 24, terlihat bahwa Kecamatan Sumedang Selatan (401,17 Ha) memiliki luas wilayah sangat berisiko terhadap tanah longsor yang lebih luas

Kajian Bahaya, Risiko, dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah di Daerah Sendangrejo Dan Sekitarnya, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.. Institut Teknologi Adhi Tama