• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD ) (Studi kasus di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD ) (Studi kasus di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo)."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD )

(Studi kasus di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

HERU WAHYUDI D 600 030 099

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD )

(Studi kasus di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo)

Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hari :

Tanggal :

Disusun Oleh: Nama : HERU WAHYUDI NIM : D.600 030 099

Jur/Fak : Teknik Industri/Teknik

Mengesahkan:

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD )

(Studi kasus di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo)

Telah dipertahankan di sidang pendadaran Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Menyetujui:

Nama: Tanda Tangan:

1. Drs. Sujalwo, M.Kom.

(Ketua) ...

2. Ir. Muhammad Musrofi

(Anggota) ...

3. Munajat Tri Nugroho, ST, MT

(Anggota) ...

4. Ratnanto Fitriadi ST. MT

(Anggota) ...

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri

(4)

MOTTO

“Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku”

( QS. Adz-Dzariat : 56 )

“ Dan barang siapa yang bertawakal kepada allah

niscaya allah akan mencukupkan keperluan

(5)

PERSEMBAHAN

Sebuah Persembahan untuk :

¾ Ayahanda dan ibunda tercinta

terimakasih atas semua doa dan pengorbanannya.

¾ Kakak-kakakku dan adikku

¾ Sahabat-sahabatku

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Sarjana di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, tentunya tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak H. Ir. Sri Widodo, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Munajat Tri Nugroho, ST. MT selaku ketua Jurusan Teknik Industri.

4. Bapak Drs. Sujalwo, M.Kom selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang

memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam penyelesaian Laporan Tugas

Akhir ini.

5. Bapak Ir. Muhammad Musrofi selaku dosen pembimbing II yang bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dalam

(7)

6. Bapak Munajat Tri Nugroho, ST,MT dan Ratnanto Fitriadi ST. MT selaku dosen

penguji.

7. Seluruh Dosen dan Staff karyawan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

8. Bapak HM. Roeri selaku pimpinan RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo yang

telah memberikan ijin penelitian ini.

9. Ibu Suminem, SST selaku pimpinan Rumah Bersalin ”SUKO ASIH” Sukoharjo yang

telah memberikan ijin penelitian ini.

10.Orang tua, keluarga dan saudara-saudaraku serta sahabat-sahabatku yang selalu

memberikan semangat dan dorongan besar bagiku serta memberikan hal yang terbaik

bagiku.

11.Temen-temen Teknik Industri semua, yang memberikan banyak informasi, semangat

dan doa untukku.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak

kekuranganya dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun guna perbaikan isi dan materi.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Februari 2008 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN MOTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

DAFTARISI... viii

DAFTARTABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR SINGKATAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAKSI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 4

1.6 Sistematika Penulisan Laporan... 5

(9)

2.1Pengertian Jasa ... 6

2.2Karakteristik Jasa... 7

2.3Kualitas Jasa ... 10

2.4Dimensi Kualitas Jasa... 13

2.5Kepuasan Pelanggan... 16

2.6Rumah Bersalin ... 18

2.7Pengertian Total Quality Manajement ( TQM ) ... 20

2.8Quality Function Deployment ( QFD )... 25

2.8.1Pengertian Quality Function Deployment ……… 25

2.8.2Langkah-langkah Metode QFD ………...……… 26

2.8.3Manfaat QFD……… 26

2.8.4Bagan atau Matrik QFD... 28

2.8.5Tahap-tahap Implementasi Quality Function Deployment………. 33

2.9Skala Likert ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Objek Penelitian………….……… ... 38

3.2Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3Identifikasi Populasi ... 40

3.4Teknik Pengambilan Sampel ... 40

3.5Penyebaran Kuesioner ... 41

3.6Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 42

3.6.1Uji Validitas ……….… 42

(10)

3.7Teknik Pengolahan Analisa Data ... 44

3.8Kerangka Pemecahan Masalah... 46

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1Pengumpulan Data... 47

4.1.1 Pengumpulan Data dari Pasien Partus... 47

4.1.2 Pengumpulan Data dari Manajemen ... 49

4.2Pengolahan data... 51

4.2.1 Uji Valididtas dan Reliabilitas... 51

4.2.2 Atribut Keinginan/Kebutuhan yang Valid dan Reliabel... 58

4.2.3 Skor rata-rata tingkat kepentingan, kinerja dan harapan ... 59

4.3Pengolahan dengan Metode QFD... 61

4.3.1 Derajat Kepentingan Atribut ... 61

4.3.2 Kinerja Atribut PKU Dengan Pesaing ( Suko Asih ) ... 63

4.3.3 Nilai Target... 64

4.3.4 Rasio Perbaikan ... 66

4.3.5 Sales Point ... 68

4.3.6 Bobot Atribut... 69

4.3.7 Normalisasi Bobot ... 71

4.3.8 Parameter Teknik... 72

4.3.9 Penentuan Target ... 75

4.3.10 Matrik Interaksi ... 76

(11)

4.3.12 Nilai matrik Interaksi dengan Parameter Teknik... 81

4.3.13 House of Quality... 83

4.4Analisa Data ... 85

4.4.1 Analisa Derajat Kepentingan ... 85

4.4.2 Analisa Kinerja Atribut ... 87

4.4.3 Analisa Parameter Teknik, Matrik Interaksi dan Penentuan Target... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 93

5.2. Saran ... 99

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sales Point... 30

Tabel 2.2 Simbol dan Nilai Matrik Interaksi... 31

Tabel 2.3 Simbol Interaksi Parameter Teknik ... 32

Tabel 2.4 Skala Klasifikasi Jawaban ... 36

Tabel 4.1 Atribut Keinginan atau Kebutuhan Pasien ... 48

Tabel 4.2 Nilai Sales Point... 50

Tabel 4.3 Uji Validitas ke-1 Kepentingan Pasien ... 53

Tabel 4.4 Uji Validitas ke-2 Kepentingan Pasien ... 54

Tabel 4.5 Uji Validitas ke-3 Kepentingan Pasien ... 55

Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Kepentingan Pasien... 57

Tabel 4.7 Atribut Pelayanan Jasa yang Valid dan Reliabel... 58

Tabel 4.8 Hasil skor rata-rata tingkat Kepentingan, Performance dan Harapan... 60

Tabel 4.9 Derajat Kepentingan Atribut Keinginan Pasien ... 62

Tabel 4.10 Kinerja Pelayanan Rumah Bersalin... 64

Tabel 4.11Nilai Target... 65

Tabel 4.12 Rasio Perbaikan ... 67

Tabel 4.13 Nilai Sales Point... 68

Tabel 4.14 Bobot Atribut Pelayanan Jasa... 70

Tabel 4.15 Normalisasi Bobot ... 72

Tabel 4.16 Parameter Teknik ... 73

Tabel 4.17 Penentuan Target dari Parameter Teknik ... 75

Tabel 4.18 Nilai Matrik Interaksi Atribut Pelayanan Dengan ParameterTeknik... 78

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kualitas Jasa ... 12

Gambar 2.2 Sistem Program TQM... 24

Gambar 2.3 House of Quality ... 28

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ... 46

Gambar 4.1 Simbol Interaksi Atribut Pelayanan Dengan Parameter Teknik... 77

Gambar 4.2 Interaksi Antar Parameter Teknik ... 80

Gambar 4.3 Gambar Rumah Kualitas ( House of Quality )... 84

(14)

DAFTAR SINGKATAN

RB/BP : Rumah Bersalin Dan Balai Pengobatan

TQM : Total Quality Manajement

SIPB : Surat Izin Pendirian Bangunan

QFD : Quality Function Deployment

HOQ : House of Quality

df : degree of freedom

SP : Sangat penting

P : Penting

CP : Cukup Penting

KP : Kurang Penting

TP : Tidak Penting

SB : Sangat Baik

B : Baik

CB : Cukup Baik

KB : Kurang Baik

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Kuesioner Awal Penelitian ………... 1

B. Kuesioner Penelitian Untuk RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo ……... 3

C. Kuesioner Penelitian Untuk Rumah Bersalin “Suko ASih” ………... 6

D. Rekapitulasi Jumlah Pasien Partus RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo…. 8

E. Rekapitulasi Jumlah Pasien Partus Rumah Bersalin “Suko ASih” ……... 9

F. Rekapitulasi Hasil Kuesioner di RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo……. 10

G. Rekapitulasi Hasil Kuesioner di Rumah Bersalin “Suko ASih” ……... 19

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Derajat Kepentingan dari Pasien Partus di RB/BP PKU

Muhammadiyah Sukoharjo……... 24

I. Contoh hitungan manual uji validitas dan rreliabilitas……... 30

J. Surat Keterangan Penelitian dari RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo….... 34

(16)

ABSTRAKSI

Perubahan yang cepat dalam dunia bisnis membuat persaingan antar perusahaan meningkat cepat. RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo yang bergerak dalam bidang jasa kesehatan, harus dapat menghasilkan produk jasa yang memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Salah satu kunci yang dibutuhkan adalah dengan merancang produk jasa yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen.

Untuk menyelesaikan masalah ini, digunakan metodologi Quality Functio Deployment (QFD). Metoda ini dipilih karena voice of customer dipakai sebagai dasar dari perancangan jasa yang ditawarkan. Dengan metodologi ini, mula-mula dicari voice of customer yang kemudian diterjemahkan ke technical response yang berpengaruh dan bisa menjawab voice of customer dan dianalisis hubungan tiap voice of customer dengan technical response.

Dari penerapan metode QFD, didapat prioritas yang dianggap penting oleh pasien Partus adalah (1)Ketelitian petugas dalam bekerja, (2)Tindakan cepat saat pasien membutuhkan, (3) Tersedianya bidan dan perawat tetap, (4) Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan, (5) Prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat, (6) Prosedur yang tidak berbelit, (7)Pengetahuan dan kemampuan dokter, (8) Perhatian tanpa memandang status, (9) Kemampuan untuk cepat tanggap (10)Letak strategis, (11)Tersedia dokter spesialis, (12)Informasi yang jelas dan mudah dimengerti, (13)Adanya layanan informasi, (14) Ada apotek, (15)Kenyamanan dan ketenangan lingkungan, (16) Ada layanan konsultasi kesehatan, (17)Toilet yang cukup dan bersih, (18)Tempat parkir yang memadai dan aman, (19)Respon baik menerima kritik dan saran, (20)Jemuran memadai, (21)Ruang yang teratur, (22) Mushola yang memadai, (23)Variasi harga kamar, (24)Variasi jenis kamar, (25)Kerapian dankebersihan petugas. Pengembangan yang perlu diperhatikan berdasarkan tingkat prioritasnya adalah (1)Pelatihan, training dan seminar kesehatan bagi pegawai. (2)Pelayanan Clening service. (3) Pembinaan moral dengan pendekatan agama bagi pegawai. (4)Flow chart prosedur pelayanan yang dipajang. (5)Petunjuk dan papan informasi yang dipajang. (6)Kerja sama dengan rumah sakit lain. (7)Fasilitas peralatan pendukung. (8)Penjadwalan petugas. (9)Layanan 24 jam. (10) Penyediaan tenaga keamanan/Satpam (11)Jadwal tugas yang dipajang. (12)Fasilitas laboratorium.. (13)Pemberlakuan seragam dan kokard pegawai. (14)Mengganti dan menambah peralatan yang rusak. (15)Layanan konsultasi on call 24 jam. (16)Fasilitas sterilisator. (17)Fasilitas Ambulance. (18)Fasilitas kamar operasi. (19) Perbedaan harga kamar VIP,Teladan dan bangsal. (20)Pengadaan kamar VIP,Teladan dan bangsal. (21)Konsultan full time ditempat. (22) Perawatan alat yang teratur. (23)Penambahan tempat jemuran. (24)Fasilitas instalasi Farmasi. (25)Pengadaan papan reklame. (26)Penambahan lahan parkir. (27)Penambahan fasilitas MCK. (28)Fasilitas Ibadah. (29)Kedekatan dengan fasilitas umum. (30)Adanya Apoteker. (31)Kerja sama dengan Apotek lain. (32)Adanya kotak saran. (33)Lay Out yang dipajang. (34)Fasilitas Loundry. (35)Adanya Taman. (36)Pembatasan waktu kunjungan.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan atau maksud tertentu,

misalnya mencapai tingkat penjualan tertentu, meraih laba, meningkatkan

pangsa pasar, mempertahankan eksistensi, mencapai tingkat pertumbuhan

tertentu, memberikan pelayanan yang optimal dan seterusnya. Untuk mencapai

tujuan tersebut, perusahaan berupaya menghasilkan dan menawarkan suatu

produk maupun jasa kepada pasar yang membutuhkannya.

Gelombang globalisasi ekonomi telah menciptakan tantangan bisnis

yang semakin besar, yaitu kompetisi (competition) yang semakin ketat dan

pelanggan (customer) yang semakin selektif dan berpengetahuan. Tantangan

seperti ini menghadapkan para pelaku bisnis baik pihak pemerintah maupun

swasta pada dua pilihan, yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan

melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa

dibebani perubahan dan perbaikan. Oleh karena itu diperlukan alternatif

strategi bersaing yang tepat agar perusahaan mampu bersaing dengan

kompetitor lainnya.

Strategi bersaing yang dapat ditempuh oleh pelaku bisnis diantaranya

adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) dan

mengembangkan pelayanan yang ditawarkan. Setiap konsumen/pelanggan

selalu mengharapkan agar mendapatkan service yang optimal serta

(18)

bila tidak direspons dengan cepat dan baik oleh pihak pengelola/ penyedia

jasa, akan mengakibatkan turunnya minat dari konsumen/pelanggan untuk

datang dan menggunakan jasa yang ditawarkan.

Rumah Bersalin Dan Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah

Sukoharjo ( RB / BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo ) merupakan salah satu

bentuk Amal Usaha Muhammadiyah dalam bidang kesehatan, dengan ciri

khas islami yaitu dengan fisik bangunan gedung budaya Islam, merupakan

milik organisai keislaman, dokter dan pegawai lainnya semua beragama Islam,

dokter / pegawai banyak yang sudah haji, pegawai perempuan semua memakai

jilbab, dan dasar visi dan misinya merujuk pada AL Qur’an dan Al Hadist.

Dalam mewujudkan tujuan untuk mencapai sehat untuk semua, RB/BP

PKU Muhammadiyah Sukoharjo mempunyai sarana dan prasarana penunjang

kelangsungan usahannya yang sudah bisa dikatakan lengkap dan bagus.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki adalah kamar VIP 4 buah, kamar

teladan 4 buah, kamar bangsal 4 buah, kamar bersalin 2 buah, ruang poliklinik

umum dan gigi, ruang dokter, ruang bidan dan perawat, ruang instalasi

Farmasi, laboratorium, peralatan Partus Set untuk persalinan normal, vacum

set, oxygen, obat-obatan cukup, mobil ambulance, telah tersedia dokter

spesialis konsultan yang full time, dan ada konsultan dokter spesialis on call

24 jam.

Dalam persaingan merebut pangsa pasar antara Ruamah Bersalin yang

ada di Sukoharjo, RB / BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo belum bisa

(19)

dari tahun ke tahun yang semakin menurun. Sebagai penyedia jasa untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sarana dan prasarana yang

lengkap bukan segalanya dalam memenangkan persaingan untuk merebut

pangsa pasar, namun juga harus bisa memberikan kinerja yang baik terhadap

pasien. Dalam hal ini perlu dilakukan pengukuran antara kinerja dan harapan

pelanggan serta pengidentifikasian terhadap kebutuhan konsumen yang selama

ini tidak pernah dilakukan oleh RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo.

Berdasarkan data kedatangan pasien dan uraian tersebut di atas, maka

menjadi menarik topik ini untuk dianalisis dan perlu dilakukan penelitian

dengan judul: Analisis Peningkatan Dan Pengembangan Mutu Dengan

Metode Quality Function Deployment ( QFD ) ”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan data kedatangan pasien dan latar belakangan di atas dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana mutu pelayanan yang telah diberikan Rumah Bersalin/ Balai

Pengobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo kepada pasien selama ini?

2. Apa yang menjadi keinginan konsumen/pasien untuk dapat mencapai

tingkat kepuasan yang diinginkan dalam rangka peningkatan kinerja ?

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian efektif dan mencegah meluasnya permasalahan yang

ada, penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut :

1. Objek yang akan diteliti terbatas pada pengguna jasa pelayanan kesehatan

(20)

2. Data yang dipakai adalah data primer dan sekunder yang diambil melalui

kuesioner dan wawancara oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan dan

dari manajemen Rumah Bersalin / Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah

Sukoharjo.

3. Penelitian ini difokuskan pada pasien yang melakukan persalinan.

4. Pesaing yang digunakan adalah industri jasa sejenis ( Rumah Bersalin).

5. Penelitian ini meggunakan pendekatan metode Quality Function

Deployment ( QFD).

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen.

2. Mengetahui prioritas pengembangan dalam upaya peningkatan kinerja di

Rumah Bersalin / Balai Pegobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo.

3. Mengetahui mutu pelayanan dari Rumah Bersalin / Balai Pegobatan PKU

Muhammadiyah Sukoharjo berdasarkan identifikasi terhadap pasien yang

bersangkutan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Rumah Bersalin / Balai

Pengobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo dalam rangka peningkatan

(21)

2. Sebagai evaluasi penerapan kebijakan terhadap pengembangan mutu

pelayanan jasa yang akan diberikan.

1.6Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan pembahasan yang jelas dan terperinci serta

agar dapat melakukan analisa yang baik, maka digunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas materi-materi yang menjadi landasan teori yang

mendukung dan berkaitan dengan tema penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi pembahasan mengenai langkah-langkah yang akan

dilaksanakan dalam penelitian ini, yang merupakan tahapan

sistematis untuk membantu pemecahan masalah.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisikan data-data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan

langsung di lapangan dan hasil dari pengisian kuesioner, yang

diperlukan untuk pemecahan masalah serta melakukan perhitungan

dan analisa terhadap hasil perhitungan tersebut.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Jasa

Perkembangan pemasaran berawal dari tukar-menukar barang secara

sederhana tanpa menggunakan alat tukar berupa uang ataupun logam mulia.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka semakin dibutuhkannya

suatu alat tukar yang berlaku umum dan untuk itulah diciptakan uang.

Disamping itu, manusia juga memerlukan jasa yang mengurus hal-hal tertentu,

sehingga jasa menjadi bagian utama dalam pemasaran.

Jasa/pelayanan merupakan suau kinerja penampilan, tidak berwujud

dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta pelanggan

lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Dalam strategi pemasaran, definisi jasa harus diamati dengan baik, karena

pengertiannya sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan

cepat lambatnya pertumbuhan jasa akan sangat bergantung pada penilaian

pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan oleh pihak

produsen ( J. Supranto, 1997: 227 ).

Jasa adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau

kepuasan yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan

(23)

2.2Karakteristik jasa

Menurut Philip Kotler ( 2004: 368 ) karakteristik jasa dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Ketidak berwujudan Jasa

Berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengarkan, atau

dicium. Contohnya penumpang pesawat terbang tidak mempuyai apa-apa

selain tiket dan janji bahwa mereka dan barang bawaannya akan tiba

dengan selamat pada tempat yang dituju dan diharapkan tiba saat yang

telah dijanjikan. Mereka menarik kesimpulan mengenai jasa berdasarkan

tempat, orang, harga, peralatan dan komonitas yang bisa dilihatnya. Untuk

itu, tugas penyedia jasa adalah sedapat mungkin membuat jasa menjadi

lebih berwujud.

2. Ketidak Terpisahan Jasa

Berarti jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, baik penyedianya

manusia maupun mesin. Jika pegawai memberikan jasa maka pegawai

tersebut merupakan bagian dari jasa. Karena konsumen yang hadir pada

saat jasa diproduksi, maka interaksi antara penyedia dan konsumen

merupakan fitur yang paling khusus dalam pemasaran jasa.

3. Keberubah-ubahan Jasa

Berarti bahwa kualitas jasa tergantung pada siapa yang memberikan

(24)

4. Ketidak Tahan Lamaan Jasa

Berarti jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan pada waktu

yang akan datang .

Menurut Zulian Yamit ( 2002: 21 ) karakteristik jasa dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Tidak dapat diraba ( intangibility ).

Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat disentuh atau diraba.

2. Tidak dapat disimpan ( inability to inventory ).

Salah satu cirri khusus dari jasa adalah tidak dapat disimpan.

3. Produksi dan konsumsi secara bersama.

Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi.

4. Memasukinya lebih mudah.

Mendirikan usaha dibidang jasa mambutuhkan investasi yang lebih sedikit,

mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia, tidak membutuhkan

teknologi tinggi.

5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar.

Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti: teknologi, peraturan

pemerintah, dan kenaikan harga energi. Contoh sektor jasa keuangan.

Menurut Philip Kotler dalam J. Supranto (1997: 228 ) membagi

macam-macam jasa sebagai berikut :

1. Barang berwujud murni

Di sini hanya terdiri dari barang berwujud seperti sabun, pasta gigi. Tidak

(25)

2. Barang berwujud yang disertai jasa

Disini terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih

jasa untuk mempertinggi daya tarik pelanggan. Contohnya: produsen

mobil tidak hanya menjual mobil saja, melainkan juga kualitas dan

pelayanan kepada pelanggannya (reparasi, pelayanan pasca jual).

3. Campuran

Di sini terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contohnya:

restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya.

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Di sini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan/atau barang

pelengkap. Contohnya: penumpang pesawat terbang membeli jasa

transportasi. Mereka sampai di tempat tujuan tanpa sesuatu hal berwujud

yang memperlihatkan pengeluaran mereka. Namun, perjalanan tersebut

meliputi barang-barang berwujud, seperti makanan dan minuman,

potongan tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut membutuhkan

barang padat modal ( pesawat udara ) agar terealisasi, tapi komponen

utamanya adalah jasa.

5. Jasa murni

Di sini hanya terdiri dari jasa. Contohnya adalah: jasa menjaga bayi,

psikoterapi.

Akibat dari adanya macam-macam jasa ini, maka sulit untuk

menyamaratakan jasa, kecuali dengan membedakan lebih lanjut, yaitu:

(26)

Contohnya: Pencuci mobil otomatis, mesin berjalan, jasa akuntansi.

2. Kehadiran klien

Contohnya: Pada pembedahan otak, pasien harus hadir, potong rambut.

3. Kebutuhan bisnis

Contohnya: Dokter akan menetapkan harga yang berbeda untuk pasien

perorangan dan kelompok karyawan perusahaan.

4. Penyedia jasa berbeda dalam sasarannya ( laba atau nirlaba ) dan

kepemilikan ( swasta atau publik ).

2.3Kualitas Jasa

Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa memerupakan

sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari

penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan

dalam rangka meraih keuggulan yang berkesinambungan, baik sebagai

pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh ( J. Supranto,

1997: 228 ).

Faktor utama yang menentukan performansi suatu perusahaan adalah

mutu barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang bermutu adalah

produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. J.M.

Juruan mengatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya. Menurut W. Edward Deming, mutu harus bertujuan memenuhi

kebutuhan pelanggan sekarang dan masa mendatang ( Wahyu, 1999: 3 ).

Adapun model dibawah ini mengidentifikasikan lima kesenjangan

(27)

1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen :

Menajemen tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan pelanggan, dan

beberapa yang menjadi penyebab munculnya kesenjangan ini adalah:

a. Tidak ada interaksi langsung dengan konsumen.

b. Tidak ada atau kurang upaya untuk menanyakan harapan konsumen.

c. Kurang siap memberi perhatian kepada konsumen.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

Manajemen tidak memiliki desain dan standar pelayanan yang tepat,

karena persepsi harapan konsumen yang tidak di identifikasi secara akurat.

3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Manajemen tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar

pelayanan, dan penyebab timbulnya kesenjangan ini adalah :

a. Karyawan tidak memahami peran yang harus mereka jalani.

b. Karyawan merasa berada dalam konflik antara konsumen dan pihak

manajemen.

c. Salah memilih karyawan.

d. Kompensasi dan pengakuan yang kurang baik.

e. Kurangnya pemberdayaan serta team work.

4. Kesenjangan antara peyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

Manajemen tidak memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan, dan

penyebab munculnya kesenjangan ini adalah:

a. Janji yang terlalu tinggi.

(28)

c. Perbedaan kebijakan dan prosedur diantara service outlets.

5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan.

Terdapat perbedaan persepsi konsumen dengan harapan konsumen

terhadap pelayanan ( Zulian, Yamit, 2002: 27 ).

Gambar 2.1 kualitas jasa

Sumber: Parasuraman, Valarie A. Zeithaml dan leonard L. Berry. A Conceptual Model of Service Quality and its implication for Future Resear Journal of Marketing, Fall 1985, hal 44 (Zulian,Yamit, 2002: 26 ).

Komunikasi dari mulut ke

mulut

Kebutuhan pribadi

Pengalaman Masa lalu

Jasa yang diharapkan

Kesenjangan 5

Jasa yang dialami Konsumen

Pemasar

Penyampaian jasa ( sebelum dan sesudah kontak )

Komunikasi Eksternal ke pelanggan Kesenjangan 4

Kesenjangan 3

Kesenjangan 2

Kesenjangan 1 Translasi persepsi Menjadi spesifikasi

Kualitas jasa

Persepsi manajemen Tentang harapan

(29)

Model lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan kesenjangan

satu hingga kesenjangan empat adalah suatu model yang terdiri dari empat

langkah. Langkah-langkah tersebut dianggap lebih komprehensif dalam

menghilangkan kesenjangan, langkah-langkah tesebut adalah (Beri, dalam

Budi W. Soetipto, dalam Zulian, Yamit, 2002: 30 ) : Langkah 1 : Menumbuhkan kepemimpinan yang efektif.

Langkah 2 : Membangun sistem informasi pelayanan.

Langkah 3 : Merumuskan strategi pelayanan.

Langkah 4 : Menerapkan strategi pelayanan.

2.4Dimensi Kualitas Jasa

Pengukuran mutu untuk produk fisik tidak sama dengan industri jasa.

Walaupun demikian, ada beberapa dimensi yang digunakan dalam mengukur

mutu suatu industri jasa, yaitu ( Wahyu, 1999: 8 ):

1. Realibility, merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

sesuai dengan janji yang ditawarkan. Mencakup dua hal pokok, yaitu

konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya

(dependability).

2. Responsiveness, yaitu kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan

dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

3. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa , bisa berupa fasilitas fisik, peralatan

yang dipergunakan, representasi fisik dan jasa.

4. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Aspek ini

(30)

5. Credibility, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan

kepada perusahaan, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas

mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi,

contact personel dan interaksi dengan pelanggan.

6. Communication, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk

menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan

dari pelanggan.

7. Understanding Knowing The Customer, yaitu usaha untuk mengetahui dan

memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

8. Competence, yaitu ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para

karyawan untuk melakukan pelayanan.

9. Acces, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan

perusahaan.

10.Courtesy, meliputi keramahan, perhatian, sikap sopan santun, respek, yang

dimiliki karyawan.

Meningkatkan mutu jasa yang ditawarkan tidak semudah usaha

meningkatkan mutu produk, karena karakteristiknya yang unik. Peningkatan

mutu jasa juga akan berdampak pada organisasi secara menyeluruh. Ada

beberapa langkah yang harus ditempuh untuk dapat meningkatkan mutu

pelayanan atau jasa yang ditawarkan, antara lain:

¾ Mengidentifikasi penentu utama mutu pelayanan

Langkah pertama yang dilakukan dalam mengidentifikasi faktor utama

(31)

pelanggan yang kemudian disusul dengan memperkirakan penilaian

terhadap perusahaan dan pesaingnya berdasar faktor penentu tersebut.

¾ Mengelola harapan pelanggan

Hasil riset dan penilaian terhadap kebutuhan dan harapan pelanggan

terhadap jasa yang akan dibeli tersebut kemudian diolah. Kemudian

perusahaan memberi janji pada pelanggan untuk dapat memenuhi harapan

pelanggan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah janji pada pelanggan

tersebut jangan terlalu muluk sehingga jika tidak terpenuhi pelanggan akan

kecewa. Akan lebih baik bila perusahaan atau organisasi mampu

memberikan lebih dari yang telah dijanjikan.

¾ Mengelola mutu jasa

Mutu suatu jasa memang tidak bisa terlepas dari perilaku atau sikap

orang-orang yang memberikan atau menyediakan jasa bagi pelanggan, misal

keramahan, kesopanan, ketenangan, dan sebaginya. Hal ini disebabkan

mutu jasa tidak terlepaskan dari karakteristik mutu jasa yang ditentukan

dari hubungan antara pelanggan, penyedia jasa, atau antar penyedia jasa.

¾ Mengembangkan budaya mutu

Budaya mutu meliputi filosofi, keyakinan, sikap, nilai, norma, dan

sebagainya yang akan meingkatkan mutu. Oleh karena itu agar budaya

mutu tercipta, perlu dukungan dan komitmen menyeluruh dari seluruh

anggota organisasi.

Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Zulian, Yamait

(32)

dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh

para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi

karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah:

1. Tangibles (bukti langsung) meliputi penampilan fisik, perlengkapan,

pegawai dan sarana komunikasi.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan para staf untuk

membentuk para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (jaminan) yang mencakup pengetahuan, kemampuan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari

bahaya, resiko atau keragu-raguan.

5. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan

pelanggan.

2.5Kepuasan Pelanggan

Menurut Zulian Yamit (2001:78) kepuasan pelanggan adalah hasil

yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan

yang diinginkan.

Secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan

menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan

nasabah. Pandangan tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah

(33)

karena mereka pengguna produk. Sedang orang yang berinteraksi dengan

perusahaan sebelum proses produksi berlangsug adalah dianggap sebagai

pemasok .

Menurut Zulian Yamit ( 2002: 77 ) bahwa terdapat tiga jenis

pelanggan yaitu :

1. Pelanggan internal ( internal customer ) adalah setiap orang yang ikut

menangani proses pembuatan maupun penyediaan produk didalam

perusahaan atau organisasi.

2. pelanggan perantara ( intermediate customer ) adalah mereka yang

bertindak atau berperan sebagai perantara untuk mendistribusikan produk

kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini

bukan sebagai pamaki akhir.

3. Pelanggan eksternal ( external customer ) adalah pembeli atau pemakai

akhir, yang sering disebut sebagai pelanggan yang nyata.

Menurut Philip Kotler (1994) dalam Zulian Yamit (2002:80)

mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur

kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain:

1. Sistem pengaduan

Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan

saran, keluhan, dan bentuk ketidak puasan lainnya dengan cara

menyediakan kotak saran. Setiap saran dan keluhan yang masuk harus

(34)

umumnya dilandasi oleh pengalaman mereka dan hal ini sebagai bentuk

kecintaan mereka terhadap produk maupun terhadap perusahaan.

2. Survey pelanggan

Survey pelanggan merupakan cara yang umum digunakan dalam

mengukur kepuasan pelanggan misalnya, melalui surat pos, telepon, atau

wawancara secara langsung.

3. Panel pelanggan

Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan

mengundang pelanggan yang telah berhenti atau telah pindah menjadi

pelanggan perusahaan lain. Dari pelanggan setia akan diperoleh informasi

tingkat kepuasan yang mereka rasakan dan dari pelanggan yang telah

berhenti membeli, perusahaan akan memperoleh informasi mengapa hal

itu dapat terjadi. Apabila pelanggan yang berheti membeli ( customer loss

rate ) ini meningkat, hal ini menunjukan kegagalan perusahaan dalam

memuaskan pelanggan.

2.6Rumah Bersalin

Rumah bersalin merupakan lembaga pelayanan kesehatan reproduksi

kepada perempuan remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas,

masa interval, klimaterium, dan manipouse, bayi baru lahir, anak usia balita,

dan anak usia pra sekolah. Syarat dari pendirian suatu rumah bersalin adalah

ada tenaga medis seorang bidan. Selain dari syarat tersebut, rumah bersalin

harus mempunyai SIPB. Adapun syarat yang harus ada dalam rumah bersalin

(35)

1. Fasilitas yang harus ada

a. Tersedianya air mengalir

b. Ada wastafel atau air mengalir untuk cuci tangan

c. Ada refrigerator / lemari pendingin

d. Ada tempat tunggu dengan kursi

e. Ada tempat konsultasi

f. Ada tempat pemeriksaan

g. Ada tempat perawatan dengan tempat tidur dan kursi

h. Ada ranjang bayi

2. Peralatan yang harus ada dalam rumah bersalin yaitu meja periksa, lampu

pemeriksa, tensi meter, stetoscope, fetoscope, dopler, thermometer,

timbangan dewasa, timbangan bayi baru lahir, metlin( pita ukur ),

sterilisator, section, tabung ogsigen, tiang infus.

3. Instrumen yang harus ada.

a. Perangkat pemeriksaan panggul / dalam seperti speculum, sarung

tangan pemeriksaan dan kochel tang.

b. Perangkat pemasangan dan pencabutan IUD seperti IUD CoT DOA,

sarung tangan DTT atau steril, doek steril atau DTT, kain kasa, kapas,

cairan antiseptik, mangkuk untuk larutan anti septik, bivale spekulum,

tenakulum, forsep atau korentang, tempat korentang, gunting dan

sonde uteri.

c. Partus set terdiri dari klem pean ( 2 ), ½ kocher, doek steril atau DTT,

(36)

benang, pinset chinergis,pinset anatomis, nelaton atau metal, klem

pengikat tali pusar, pemegang jarum kulit atau otot, benang sutra atau

kromik, penghisap lendir Dee lee.

d. Tabung, slang dan jarum infus sekali pakai.

4. Sarana pencegahan infeksi yang harus ada dalam rumah besalin yaitu:

a. Wadah anti tembus untuk pembuangan alat suntik dan jarum.

b. Tempat untuk sampah terkontaminasi basah dan kering dalam tempat

terpisah.

c. Ember plastik tertutup untuk mendekontaminasi peralatan.

d. Ember plastik untuk membersihkan dan mencuci peralatan.

e. DTT set untuk merebus dan mengukus.

f. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat.

5. Bahan-bahan pencegah infeksi yang harus ada dalam rumah bersalin yaitu;

cairan anti septik, chlorin, cairan desin fektan, celemek, sarung tangan

karet atau latek, masker, sepatu/sandal karet tertutup, sabun detergen,

handuk lap tangan pribadi.

2.7Pengertian Total Quality Manajement ( TQM )

Menurut Sadgrof, 1995 Total Quality Management adalah ”sistem

manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer

satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar ( right first time ),

melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement ) dan motivasi

karyawan “. Definisi lain menyatakan bahwa, TQM adalah “ sistem

(37)

keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan

melibatkan seluruh ( total ) anggota organisasi”. Dan menurut Santoso, 1992

mendefiniskan bahwa TQM adalah “ sistem manajemen yang mengangkat

kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan

dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”. Fandy Tjiptono, 1996

mendefinisikan bahwa TQM adalah ”suatu pendekatan dalam menjalankan

usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui

perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungannya” ( ZulianYamit, 2002: 181 ).

Kit Sadgrove, (1995) dalam Zulian Yamit (2002: 178)

mengidentifikasi terdapat empat tantangan yang dihadapi pelaku bisnis saat

ini, yaitu :

1. Pelanggan

Pelanggan sekarang lebih canggih dan memiliki pengetahuan yang

semakin tinggi serta menentukan persyaratan yang lebih banyak atas

produk dan pelayanan yang akan diterima.

2. Persaingan

Persaingan saat ini dan akan datang semakin hebat dan bersifat global.

3. Teknologi

Teknologi sekarang cepat mengalami perubahan, banyak perusahaan

dalam industri tradisional telah menemukan cara baru yang dapat

membawa mereka tampil beda berkat kemajuan teknologi.

(38)

Peraturan atau perundang-undangan yang semakin membatasi operasi

bisnis.

Kit Sadgrove (1995) dalam Zulizn Yamit ( 2002: 182) menyatakan

terdapat lima prinsip program TQM agar dapat berhasil dalam penerapannya.

Kelima prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Fokus pada pelanggan

Fokus pada pelanggan berarti menempatkan pelanggan pada pusat

kegiatan dan bukan lagi sebagai perusahaan yang berorientasi pada

produksi.

2. Mengerjakan secara benar

Mengerjakan secara benar berarti mengerjakan sekali benar atau

menghindari pengerjaan ulang. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan secara

terus-menerus dan menjadikan kualitas adalah sikap bahwa semua orang

harus bertanggung jawab terhadap kualitas.

3. Komunikasikan dan latihlah

Komunikasi berarti memberi tahu karyawan tentang apa yang sedang

terjadi. Untuk itu perlu perbaikan saluran komunikasi dan memberikan

kemudahan karyawan untuk menyampaikan sesuatu. Latihan dan

pendidikan terhadap karyawan perlu dilakukan agar diperoleh karyawan

yang terampil dan tanpa berbuat salah.

4. Ukur hasil yang dicapai dan catatlah

Pencatatan hasil yang dicapai berarti memberikan kesempatan kepada

(39)

berdasar opini. Pengukuran dilakukan untuk menjaga standar dan proses

agar berada dalam batas toleransi yang telah disepakati.

5. Kerjakan secara bersama

Kerjakan secara bersama berarti manajemen puncak harus berperan serta

dan harus diberdayakan.

Banyak manfaat yang didapat dari penerapan TQM khusunya bagi

pelanggan, perusahaan, maupun staf dan karyawan. Adapun dari manfaat

tersebut adalah :

a. Bagi pelanggan

- Sedikit masalah dengan produk dan pelayanan.

- Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik.

- Kepuasan pelanggan lebih terjamin

b. Bagi perusahaan

- Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan.

- Karyawan lebih termotifasi

- Produktivitas meningkat

- Biaya turun

- Produk cacat berkurang

- Permasalahan cepat terselesaikan.

c. Bagi staf karyawan

- Pemberdayaan

- Lebih terlatih dan berkemampuan

(40)

Adapun gambar sistem kerja dari program TQM dapat dilihat seperti

[image:40.595.116.508.218.612.2]

dibawah ini :

Gambar 2.2 Sistem Program TQM

Sumber: Kit Sagrove, ( 1995 ). Making TQM. Biddles Ltd,Guildford anf king’s

Lynn, p. 23 ( Zulian Yamit, 2002: 187 ).

Program TQM

Perbaikan Berkesinambungan

Kepuasan

Pelanggan

Terpenuhi

Mengurangi

pemborosan

dan kesalahan

Mengurangi Biaya

Manaikan Penjualan

(41)

Agar implementasi program TQM berjalan dengan yang diharapkan,

diperlukan persyaratan sebagai berikut ( Yamit ,2002: 190 ):

1. Komitmen yang tinggi ( dukungan penuh ) dari manajemen puncak.

2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM.

3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas.

4. Memilih koordinator ( fasilitator ) program TQM.

5. Melakukan Benchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM.

6. Merumuskan nilai ( Value ), Visi ( vision ) dan misi ( mision ).

7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan.

8. Merencanakan investasi program TQM.

9. Mengambil pelajaran dari kegagalan program TQM.

2.8Quality Function Deployment ( QFD )

2.8.1Pengertian Quality Function Deployment

Quality Function Deployment ( QFD ), ialah suatu metode untuk

mengembangkan suatu desain kualitas dengan tujuan memenuhi dan

memuaskan konsumen ( Ibrahim, 1997: 143 ).

Quality Function Deployment ( QFD ) adalah metode

perencanaan dan pengembangan secara terstruktur yang memungkinkan

tim pengembangan mendefinisikan secara jelas kebutuhan dan harapan

pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara

sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut ( Wahyu,

(42)

2.8.2Langkah-langkah Metode QFD

Sebagai alat bantu untuk mengadakan perbaikan mutu dalam

dunia kesehatan khususnya untuk persalinan, QFD akan dapat

diterapkan apabila pengadopsian manajemen mutu dari industri

manufaktur ke industri jasa kesehatan ( Rumah Bersalin ) mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menterjemahkan istilah manajemen ke dalam manajemen kesehatan

( Persalinan ), beserta perumusan tugas-tugas seluruh personilnya,

baik bidan, perawat maupun staf adminitrasi.

b. Menterjemahkan istilah mutu bagi para pelanggan sektor atau

lembaga kesehatan, sehingga dapat digunakan untuk membantu dan

memberikan petunjuk penyelesaian peningkatan mutu kesehatan.

c. Memberikan perhatian pada proses pemberian jasa kesehatan

( Persalinan ) lebih mendalam.

2.8.3Manfaat QFD

Ada tiga manfaat utama yang diperoleh perusahaan bila

menggunakan metode QFD yaitu( Wahyu, 1999 : 89 ) :

a. Mengurangi biaya

Hal ini dapat terjadi karena perbaikan yang dilakukan benar-benar

sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada

pengulangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang

(43)

b. Meningkatkan pendapatan

Dengan pengurangan biaya, hasil yang kita terima akan lebih

meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan

lebih dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

c. Pengurangan waktu produksi

QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD

akan membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat

keputusan awal dalam proses pengembangan.

Manfaat lain yang diperoleh dari penerapan QFD ini juga

meliputi( Wahyu, 1999 : 89 ):

a. Fokus pada pelanggan ( Customer focused )

Yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari pelanggan mengenai

kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini penting, karena

performansi suatu organisasi tidak bisa lepas dari pelanggan.

b. Effisien waktu ( Time Efficient )

Dengan menerapkan QFD maka program pengembangan akan

memfokuskan pada harapan dan kebutuhan pelanggan.

c. Orientasi kerjasama ( Cooperations Oriented )

QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kelompok.

Semua keputusan didasarkan pada konsensus dan keterlibatan semua

orang dalam diskusi dan pengambilan keputusan.

(44)

QFD menggunakan data dan dokumentasi yang berisi proses

mendapatkan seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan. Data dan

dokumentasi ini digunakan sebagai informasi mengenai kebutuhan

dan harapan pelanggan yang selalu diperbaiki dari waktu ke waktu.

2.8.4Bagan atau Matrik QFD

Proses didalam QFD dilaksanakan dengan menyusun satu atau

lebih matrik yang disebut House of Quality. Matrik ini menjelaskan apa

yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan dan bagaimana

memenuhinya. Matriks ini terdiri dari beberapa bagian atau sub-matrik

yang tergabung dalam beberapa cara, yang masing-masing berisi

informasi yang saling berhubungan. Adapun matrik yang disebut House

[image:44.595.118.513.465.718.2]

of Quality dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar. 2.3 House of Quality E. Technical Corelation

( korelasi teknik, hubungan dan keterangan antar respon teknik )

C. Technical Response

( parameter teknik, pengembangan bahasa pelanggan )

F. Technical Matrix

( prioritas tanggapan teknik )

B. Planning Matrix

( matrik perencanaan ) - Persaingan - Nilai target - Rasio perbaikan - Nilai penjualan - Bobot perencanaan

D. Relationship

(Hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan keinginankonsumen )

A. Customer Need and Benefit

(45)

Menurut Cohen (1999) dalam Yosie ( 2006: 12) keterangan tiap

bagiannya adalah sebagai berikut :

a. Bagian A

Berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang biasanya

ditentukan dengan riset pasar secara kualitatif. Cara untuk

mengetahui kebutuhan dan harapan pelanggan antar lain:

1.Mengadakan wawancara secara langsung dengan pelanggan untuk

mengetahui keinginan mereka.

2.Menyebarkan angket atau kuesioner kepada pelanggan, mengenai

kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap produk atau layanan

yang diberikan organisasi atau perusahaan kepada pelanggan.

3.Menerima saran dan keluhan dari pelanggan.

4. Mengadakan pengujian terhadap pelanggan potensial, yaitu

dengan memberikan merek baru kemudian meminta tanggapan

mereka terhadap produk tersebut.

b. Bagian B

Berisi berbagai macam informasi. Pertama, data pasar dari atribut

pada bagian A yang bersifat kualitatif perlu diketahui derajat

kepentingannya bagi konsumen pada setiap atribut produk yang

signifikan. Kedua, perusahaan perlu mengadakan evaluasi terhadap

kinerja produk yang dihasilkan instansi dengan kinerja produk yang

dihasilkan pesaingnya. Ketiga, instansi perlu menetapkan tujuan

(46)

nilai target sesuai dengan kemampuan dari sumber daya (manusia,

produksi, keuangan, penelitian dan pengembangan, dan lain-lain)

yang dimiliki instansi. Keempat, dengan mengetahui besarnya nilai

target dan kinerja dari atribut produk ataupun pelayanan dari suatu

perusahaan atau instansi, maka dapat diukur besarnya rasio

perbaikan (improvement).

Improvement rasio diperoleh dari hasil pembagian goal (tujuan)

dengan kondisi dimana produk perusahaan sekarang

berada( Imam Djati Widodo, 2003: 60 ).

oduk Kinerja

et T Nilai Perbaikan

Rasio

Pr arg

=

Sebelum menghitung bobot dari setiap atribut, perlu dipahami

terlebih dahulu apa yang disebut sales point. Sales point adalah

persepsi atau pendapat tentang suatu produk atau jasa dari pihak

manajemen. Dan nilai atau bobot yang sering dipakai pada ketetapan

[image:46.595.233.464.551.648.2]

sales point dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sales Point

Nilai Keterangan

1

1,2

1,5

Tidak terdapat penjualan

Titik penjualan tengah atau sedang

Titik penjualan tinggi

Sikap atau tanggapan baik terhadap kebutuhan konsumen bisa

(47)

Kelima, perusahan perlu menetapkan bobot (weight) dari setiap

atribut produk. Bobot ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

int

Po Sales x Perbaikan Rasio

x n Kepentinga Derajat

Bobot=

Normalisasi bobot dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% 100

X Bobot Total

Bobot Bobot

i

Normalisas =

c. Bagian C

Merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana

cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon

kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat

kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan kedalam suara

pengembang (voice of the developer).

d. Bagian D

Bagian ini menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam

QFD. Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang

dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah dan tidak ada hubungannya.

[image:47.595.211.468.635.754.2]

Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Simbol dan Nilai Matrik Interaksi

Hubungan Simbol Nilai

Tidak ada hubungan 0

Lemah U 1

Moderat c 3

(48)

Untuk memperoleh informasi yang bersifat kuantitatif, maka nilai

yang merupakan representasi hubungan diatas perlu dikalikan

dengan normalisasi bobot.

e. Bagian E

QFD merupakan kunci untuk menuju concuren engineering, karena

disini ada fasilitas untuk mengkomunikasikan satu sama lain dari

bagian parameter teknik. Bagian ini akan memetakan hubungan dan

saling ketergantungan diantara parameter teknik. Interaksi diantara

[image:48.595.163.509.366.510.2]

parameter teknik dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Simbol Interaksi Parameter Teknik

Simbol Pengaruh Hubungan

V Korelasi positif kuat (sangat saling mendukung).

VV Korelasi positif (saling mendukung).

X Korelasi negatif (tidak saling mendukung).

XX Korelasi negatif kuat (sangat tidak mendukung).

<blank> Tidak ada hubungan.

f. Bagian F

Bagian ini berisi berbagai macam informasi. Pertama, menghitung

besarnya pengaruh atau keterkaitan dari technical response serta

kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua, perbandingan antara

produk yang dihasilkan instansi maupun perusahaan dan pelayanan

atau produk yang dihasilkan pesaing. Ketiga, dari adanya

perbandigan diatas maka instansi atau perusahaan dapat menetapkan

(49)

atau perusahaan. Penetapan target ini akan disesuaikan dengan

sumber daya yang dimiliki instansi atau perusahaan.

2.8.5Tahap-tahap Implementasi Quality Function Deployment

Tahap-tahap dan pengimplementasian Quality Function Deployment

(QFD) secara umum ada tiga fase yaitu :

1. Fase pengumpulan suara konsumen (Voice Of Customer)

Prosedur umum dalam pengumpulan suara konsumen adalah:

a. Menentukan atribut-atribut yang dipentingkan konsumen (berupa

data kualitatif) dan data ini biasanya diperoleh dari wawancara

observasi dan penyebaran kuesioner terhadap konsumen.

b. Mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut.

2. Fase penyusunan rumah kualitas (House Of Quality)

Langkah-langkah dalam pembuatan rumah kualitas meliputi:

A. Pembuatan Matrik Kebutuhan Konsumen, tahap ini meliputi:

a. Menentukan konsumen

b. Mengumpulkan data keinginan dan kebutuhan konsumen

B. Pembuatan Matrik Perencanaan, tahap ini meliputi:

a. Mengukur kebutuhan konsumen

b. Menentukan kebutuhan performasi konsumen

Beberapa kolom dalam matrik perencanaan:

a. Importance to Customer

Tempat untuk menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan

(50)

b. Relative Importance

Merefleksikan suatu kebutuhan beberapa kali lebih penting

dibandingkan dengan kebutuhan lainnya bagi konsumen.

c. Ordinal Importance

Tingkat kepentingan ini meminta responden untuk

mengurutkan data, sehingga keputusan akan lebih konsisten.

d. Customer Satisfaction Performance

Merupakan persepsi konsumen terhadap seberapa baik

produk yang ada saat ini dalam memuaskan konsumen.

e. Competitive Satisfaction Performance

Merupakan persepsi konsumen terhadap seberapa baik

produk pesaing dapat memuaskan konsumen.

f. Goal and Improvement Ratio

Dibuat untuk memutuskan level dari customer performance

yang ingin dicapai dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

g. Sales Point

Berisi informasi tentang kemampuan dalam menjual produk

atau jasa, didasarkan pada seberapa baik tiap kebutuhan

konsumen dapat dipenuhi.

h. Row Weight

Memodelkan kepentingan keseluruhan bagi tim dari tiap

(51)

C. Pembuatan Respon Teknis

Tahap ini merupakan tahap pemunculan karakteristik kualitas

pengganti (Subtitute Quality Characteristic). Pada tahap ini

dilakukan transformasi dari kebutuhan yang bersifat non

teknis menjadi data yang bersifat teknis guna memenuhi

kebutuhan-kebutuhan konsumen.

D. Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan

Konsumen

Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon

teknis dengan kebutuhan konsumen. Hubungan antara

keduanya bisa berupa hubungan yang sangat kuat, sedang,

lemah.

E. Korelasi Teknis

Tahap ini menggambarkan hubungan dan ketergantungan

antar respon teknis. Sehingga dapat dilihat apakah suatu

respon teknis yang satu mempengaruhi respon teknis yang

lain.

F. Benchmarking dan Penetapan Target

Tahap ini dilakukan analisa perbandingan bagi pesaing

dengan perusahaan. Sehingga dapat diketahui tingkat

persaingan yang terjadi.

3. Fase Analisa dan Interpretasi

(52)

2.9Skala Likert

Mutu jasa atau produk dapat juga diindeks dengan kekuatan jawaban

menuju ke setiap butir kepuasan. Format tipe likert dirancang untuk

memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap

butir yang menguraikan jasa/produk ( J. Suprato, 1997: 85 ).

Adapun di dalam skala likert tingkat kepentingan responden terhadap

suatu pertanyaan dalam angket diklafikasikan sebagai berikut :

• Sangat penting, dengan simbol ( SP ).

• Penting, dengan simbol ( P )

• Cukup penting, dengan simbol ( CP )

• Kurang penting, dengan simbol ( KP )

• Tidak penting, dengan simbol ( TP )

Penilaian skor yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan harapan

sebagai berikut :

1. Menggantikan sementara untuk penggantian untuk huruf pilian pada

setiap item. Harga sementara yang diberikan untuk setiap kategori jawaban

[image:52.595.149.477.588.741.2]

dapat dilihat dalam tabel 2.4 sebagai berikut :

Tabel 2.4 Skala Klasifikasi Jawaban

Klasifikasi jawaban Skor

Tidak baik 1

Kurang baik 2

Cukup baik 3

Baik 4

(53)

2. Menyusun tabel yang berisi harga-harga sementara tersebut berdasarkan

responden dan butiran pertanyaan.

3. Menghitung frekuensi pilihan jawaban pada tiap-tiap butir, lalu dijumlah

pada setiap item atau butir.

4. Menganalisa data pada tahap kedua untuk mengetahui kesahihan dan

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Obyek penelitian

Sebagai obyek dalam pelaksanaan penelitian ini adalah di Rumah

Bersalin dan Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo yang terletak

di Jl. Mayor Sunaryo No.37 Sukoharjo, dan sebagai obyek pesaing adalah

Rumah Bersalin ” SUKO ASIH ”, yang terletak di Jl. Veteran No.32

Sukoharjo.

3.2Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan laporan ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

5. Wawancara ( Interview )

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara

langsung, dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penelitian guna mendapatkan data dan keterangan

yang berlandaskan kepada tujuan penelitian.

6. Observasi.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan

secara langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang

(55)

7. Penyebaran Angket ( kuesioner )

Cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan pada

pasien sebagai responden yang akan diteliti untuk diisi. Daftar pertanyaan

yang diajukan bertujuan untuk mendapatkan informasi atau keterangan

tentang penilaian kinerja aktual terhadap pelayanan Rumah Bersalin dan

Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo, dan apa yang menjadi

harapan pasien atas jasa tersebut, termasuk didalamnya tingkat

kepentingan tiap dimensi pelayanan menurut pasien.

8. Studi Pustaka

Yaitu metode pengumpulan data dari buku-buku literatur yang

berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas.

9. Dokumentasi

Merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan

mendapatkan sejumlah informasi yang berasal dari data masa lalu

perusahaan yang meliputi sejarah umum perusahaan, data karyawan, dan

data-data lain yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam pengklasifikasian data terdapat beberapa jenis yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari konsumen atau pelanggan untuk

mengetahui data keinginan konsumen dan data penilaian terhadap kinerja

(56)

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari luar Rumah Bersalin dan Balai

Pengobatan PKU Muhammadiyah Sukoharjo yang ada hubungannya

dengan materi penelitian yang meliputi studi pustaka dan disiplin keilmuan

yang mendukung serta mempunyai hubungan dengan kasus yang akan

diteliti, sehingga kesimpulan yang diperoleh memiliki bobot ilmiah.

3.3Identifikasi Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup

yang ingin diteliti ( Sugiarto, 2001: 2 ). Identifikasi populasi merupakan

langkah awal dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui siapa yang

menjadi responden. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pasien

partus pengguna jasa Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan PKU

Muhammadiyah Sukoharjo dan pasien partus Rumah Bersalin Suko Asih

Sukoharjo.

3.4Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasinya ( Sugiarto, 2001: 2 ).

Mengenai ketentuan sampel penelitian ini dapat dikemukakan Sebagai

berikut:

Bila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

(57)

dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih tergantung

setidak-tidaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian

yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih

baik (Arikunto, 2002 : 12).

Adapun jumlah rata-rata pasien Rumah Bersalin dan Balai pengobatan

PKU Muhammadiyah Sukoharjo perbulannya adalah 20 pasien yang

melahirkan, dan rata-rata untuk pasien Rumah Bersalin Suko Asih adalah 80

pasien partus perbulan. Dan karena rata-rata jumlah pasien partus pada

RB/BP PKU Muhammadiyah Sukoharjo perbulannya kurang dari 30 pasien,

maka jumlah sampel yang digunakan jumlah pasien selama 2 bulan dengan

jumlah minimal 30 pasien partus.

3.5Penyebaran Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan yang merupakan

variabel/atribut keinginan pasien sebagai konsumen. Penyebaran kuesioner ini

dilakukan kepada pasien Rumah Bersalin dan Balai Pegobatan PKU

Muhammadiyah Sukoharjo dan pasien rumah bersalin “Suko Asih”.

Adapun kuesioner yang disebarkan kepada pasien partus RB/BP PKU

(58)

1. Kuesioner pendahuluan merupakan tipe kuesioner semi terbuka, sehingga

pasien ikut diberi kesempatan untuk menentukan jenis atribut / faktor jasa

yang diinginkan dan yang dianggap penting pasien dalam memilih rumah

bersalin.

2. Kuesioner penelitian yang berisi tentang derajat kepentingan, kinerja

pelayanan dan harapan pasien.

Adapun kuesioner yang disebarkan kepada pasien partus Rumah

Bersalin ”SUKO ASIH” hanyalah tentang kinerja pelayanannya.

3.6Uji Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Digunakan perangkat lunak Software SPSS 12 for

windows dalam menguji validitas pada penelitian ini.

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan r table untuk degree of freedom ( df ) = n-2, dalam hal ini n adalah

jumlah sampel. Bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation

dengan hasil perhitungan r table, jika r hitung lebih besar dari r table dan

nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan

(59)

Rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang

digunakan dalam menghitung validitas adalah :

}] ) ( }{

) ( [{

) )( (

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY N rxy

Σ − Σ Σ

− Σ

Σ Σ − Σ =

Dimana :

rxy = korelasi momen tangkar

N = jumlah subyek(responden)

∑X = jumlah X (skor butir)

∑X2 = jumlah skor butir kuadrat

∑Y = jumlah Y (skor faktor)

∑Y2 = jumlah skor faktor kuadrat

∑XY = jumlah perkalian X dan Y

Kemudian menguji taraf signifikan korelasi yaitu menguji

signifikan r yaitu sebagai berikut:

r hasil ≥ r tabel, maka pertanyaan valid

r hasil ≤ r tabel, maka pertanyaan tidak valid

Adapun contoh dalam perhitungan dengan menggunakan rumus

korelasi product moment dengan angka kasar bisa dilihat pada lampiran

(60)

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan

fasilitas untuk mngukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha.

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60 ( Ghozali, Imam, 2001: 42 ).

3.7Teknik Pengolahan Dan Analisa Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menerjemahkan keinginan konsumen dan pelanggan kepada

spesifikasi teknik produk jasa dengan mengunakan metode Quality Function

Deployment.

Analisa data yang diguakan antara lain yaitu dengan :

1. Fase pertama ( Mengumpulkan suara pelanggan ).

a. Penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.

b. Menguji keandalan dan kesahihan butir dengan alat bantu Software

SPSS 12 for windows.

2. Fase Kedua ( menyusun rumah kualitas ).

a. Menentukan derajat kepentingan tiap atribut:

n DKi x

n

i

=

(61)

Dimana: DKi = Derajat Kepentingan responden ke-i

n = jumlah responden

b. Kinerja atribut pelayanan

n Ki x

n

i

=

= 1

Dimana:: Ki = Kepuasan responden ke-i

n = jumlah responden

c. Menentukan nilai target dari setiap atribut pelayanan.

d. Menentukan rasio perbaikan.

sa

Gambar

Gambar 2.1  kualitas jasa
Gambar 2.2 Sistem Program TQM
Gambar. 2.3  House of Quality
Tabel 2.1 Sales Point
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti dan tim QFD Puskesmas perawatan Karanganyar sepakat untuk menggunakan urutan prioritas desain mutu pelayanan berdasarkan perhitungan relative factor. Urutan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode QFD (Quality

rasio jumlah komputer dengan siswa adalah 1:2, jumlah lapangan olahraga menjadi 5 buah, rasio alat peraga IPA dengan siswa adalah 1:5, rasio jumlah guru bimbingan konseling per

Data yang lain yaitu dengan penyebaran kuesioner yang diberikan kepada pengguna Perpustakaan Universitas A yang terdiri dari mahasiswa ke-11 program studi untuk

Data yang lain yaitu dengan penyebaran kuesioner yang diberikan kepada pengguna Perpustakaan Universitas A yang terdiri dari mahasiswa ke-11 program studi untuk

QFD (Quality Function Deployment) merupakan suatu metode untuk meningkatkan kualitas desain dan bertujuan untuk memuaskan konsumen dengan menerjemahkan apa saja yang

Dari hasil HoQ yang telah dibuat didapatkan atribut-atribut prioritas yang harus dilakukan/ditingkatkan oleh pihak perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga

Variabel Kebutuhan Pasien Indikator No Atribut Pernyataan GAP Reliability 1 Prosedur pelayanan cepat dan tepat -0,42 4 Petugas kesehatan memberitahu tahu cara perawatan