i SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
oleh
Halida Salmi Amalina NIM 08204241018
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
LIFE IS NEVER CERTAIN, WE COULD EVEN STUMBLE WHEN WALKING, IN FEAR OF BECOMING UNHAPPY IN THE FUTURE, WE SHOULDN’T
vi
vii
menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Ketua dan segenap Dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Prancis, serta segenap personel Kampus Ungu yang telah menjembatani
serta memberi kemudahan kepada saya dalam menuntut ilmu.
Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Nuning Catur
S.W., M.Hum, yang telah membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir Skripsi ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Akademik saya, Bapak Dr. Dwijanto Djoko P., M.Pd untuk nasihat
dan kesabaran selama membimbing saya.
Untuk teman-teman dan keluargaku, terima kasih.
Saya selaku penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu memerlukan kritik dan saran yang membangun.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang serupa.
Yogyakarta, 20 Januari 2016
Penulis,
viii
HALAMAN PERNYATAAN.. ………. iv
MOTTO……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi
KATA PENGANTAR……… vii
DAFTAR ISI……… viii
DAFTAR TABEL………... x
DAFTAR GAMBAR……….. xi
DAFTAR LAMPIRAN………... xii
ABSTRAK………... xiii
EXTRAIT……… xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Identifikasi Masalah……… 4
C. Batasan Masalah……….. 4
D. Rumusan Masalah……… 4
E. Tujuan Penelitian………. 5
F. Manfaat Penelitian………... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan Berbicara………... 6
1. Hakikat Pembelajaran Berbicara……..……….. 7
2. Faktor-faktor Proses Pembelajaran Bah………. 11
B. Strategi Belajar………. 19
1. Definisi Strategi Belajar……..………... 19
2. Manfaat Strategi Belajar………. 20
3. Jenis Strategi Belajar……….. 22
4. Penelitian yang Relevan………. 33
5. Kerangka Berfikir………... 33
6. Pertanyaan Penelitian………. 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……….. 36
B. Metode Pengumpulan Data……… 37
C. Instrumen Penelitian……… 38
D. Teknis Analisis Data………….………... 44
E. Keabsahan Data……… 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 49
ix
Berbicara Bahasa Prancis oleh Siswa Berprestasi Kelas XI IPA 1
………... 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...… 57
B. Saran …..……….. 59
C. Implikasi……….………. 59
DAFTAR PUSTAKA……… 61
x
Tabel 2: Indikator Wawancara: Strategi Sosial………... 42
Tabel 3: Indikator Wawancara : Strategi Afektif……..……….. 42
Tabel 4: Kuesioner : Strategi Afektif……….………. 43
xi
Gambar 2. Analisis Stratgei Belajar Siswa Umum Berprestasi……….. 50 Gambar 3. Analisis Wawancara Siswa Berprestasi……… 50
xii
Lampiran 1: Résumé………..………. 65
xiii
Halida Salmi Amalina NIM. 08204241018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) strategi sosial dan afektif dalam pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Prancis siswa berprestasi di kelas XI IPA di SMA N 2 Sleman Yogyakarta;2) strategi sosial dan afektif dalam pembelajaran kemampuan berbicara secara umum.
Penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode triangulasi data untuk mendapatkan keabsahan hasil penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahap: 1) menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi tentang cara belajar bahasa Prancis siswa; 2) melakukan wawancara secara mendalam atau indept interviewterhadap subjek penelitian untuk mendapatkantopik informasi yang diteliti; 3) melakukan observasi pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Prancis dalam kelas.
xiv Par:
Halida Salmi Amalina 08204241018
EXTRAIT
Cette recherche a pour but de décrire: 1) la stratégie sociale et affective dans l’apprentissage de la compétence d’expression orale en français des apprenants qui ont un niveau d’étude excellent de la classe XI IPA SMA N 2 Sleman Yogyakarta; 2) la stratégie sociale et affective dans l’apprentissage de la compétence d’expression orale en français en commun.
Cette recherche est une recherche descriptive qualitative. Cette recherche utilise une méthode de données triangulaires pour obtenir la validité de la recherche. Le recueil de données se fait à travers de trois étapes: 1) l’utilisation des enquêtes comme l’instrument principal pour ramasser les informations concernant la stratégie des apprenants à apprendre le français; 2) le processus intense d’interviewer le sujet de la recherchepour obtenir le matériel d’information examiné; 3) le processus d’observer l’apprentissage de l’expression orale en classe du français.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakekat dari belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik secara
afektif, kognitif dan sosial. Perubahan tingkah laku tersebut akan terjadi melalui
berbagai proses secara berkesinambungan. Pembelajaran bahasa Prancis di
sekolah menengah atas bertujuan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi
dalam berbahasa yang meliputi dari: mendengarkan, membaca, berbicara, dan
menulis.
Perubahan secara afektif tersebut dapat dilihat dari nilai dan moral pelajar.
Pandangan tersebut dapat di nilai dari baik atau buruknya, layak atau tidak
layaknya, indah atau tidak indahnya. Ini dapat diketahui melalui sikap dan
perilaku seseorang. Perubahan secara kognitif dapat diketahui dari cara berfikir
dalam proses pembelajaran. Nilai kognitif ini dapat diukur melalui hasil belajar
seperti prestasi belajar yang telah tercapai. Perubahan secara sosial dapat
diketahui dari interaksi dengan masyarakat dalam lingkungan yang luas dan
sesama siswa dalam lingkungan sekolah.
Seiring perkembangan zaman, pembelajaran bahasa tdak lagi hanya berfokus
pada kemampuan berfikir (kognitif). Akan tetapi kemampuan sosial dan afektif
siswa dibutuhkan dalam proses pembelajaran bahasa asing (Prancis) untuk
Berbicara tidak sekedar hanya mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara merupakan aktifitas untuk mengkomunikasikan gagasan yang
disesuaikan dengan apa yang ingin disampaikan kepada pendengar atau lawan
tutur berbicara. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi
menunjukan bahwa siswa kelas XI IPA 1 di SMA N 2 Sleman Yogyakarta
kurang berani berbicara menggunakan bahasa Prancis. Hanya 2-5 orang siswa
yang aktif dan berani berbicara menggunakan bahasa Prancis pada saat pelajaran
berlangsung. Dalam proses pembelajaran bahasa asing, tentu saja siswa dituntut
mampu mengucapkan dan bertutur kata bahasa yang dipelajari oleh karena itu
sangat dibutuhkan strategi untuk mencapai tujuan agar terjadi hubungan timbal
balik antara strategi belajar siswa dan hasil dari strategi belajar dengan lancarnya
kompetensi berbicara pada siswa. Strategi secara umum adalah teknik untuk
mendapatkan kemenangan pencapaian tujuan. Menurut Henry Mintzberg (1998)
Istilah srategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau memimpin
pasukan. strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa
depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah;
pengertian strategi adalah seni dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber
daya untuk penggunaan yang paling efisien dan efektif.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan fikiran secara efektif, oleh karena itu pembicara harus
menggunakan bahasa Prancis yang telah dipelajari, siswa harus memiliki
keterampilan sosial dan keterampilan berpartisipasi secara afektif.
Keterampilan sosial dan afektif sudah seharusnya dimiliki siswa agar apa
yang telah dipelajari dapat digunakan. Peran guru sangatlah penting, guru tidak
lagi menitik beratkan pentingnya belajar bahasa. Akan tetapi guru dapat
mengajarkan bagaimana cara belajar cepat, efektif, menyenangkan, dan
menggunakan strategi belajar. Oleh karena itu menurut peneliti perlu
dilakukanya analisis sejauh mana siswa menggunakan kemampuan sosial dan
afektif berbicara bahasa Prancis, dalam proses pembelajaran.
Selama ini siswa-siswa selalu diarahkan kepada model pembelajaran
yang berorientasikan kognitif pada umumnya, perkembangan dunia pendidikan
siswa dituntut dalam bersikap dan dalam berketerampilan. Oleh karena itu
strategi belajar afektif dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tumbuh dari
dalam diri siswa.
Terdapat faktor-faktor yang berkontribusi dalam menggunakan strategi
belajar seperti guru, siswa, dan budaya. Faktor-faktor ini sangat penting untuk
menunjang penggunaan strategi belajar yang tepat dan efektif yang bertujuan
agar hasil belajar siswa menjadi meningkat. Berkaitan dengan masalah di atas,
kesadaran dan ketertarikan siswa terhadap strategi belajar harus ditingkatkan
B. Identifikasi Masalah
1. Kemampuan afektif siswa sangat kurang dalam proses pembelajaran secara
formal.
2. Sangat ironis ketika siswa belajar kemampuan berbicara akan tetapi
kurangnya interaksi antara guru dan siwa, sedangkan Keterampilan berbicara
merupakan salah satu kompetensi yang dipelajari siswa.
3. Dalam keterampilan sosial dan afektif siswa cenderung tidak mempraktekan
apa yang telah dipelajari diluar sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Fokus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui strategi belajar apa yang digunakan dalam keterampilan
berbicara bahasa prancis oleh siswa-siswa berprestasi kelas XI IPA 1.
2. Mengetahui strategi belajar apa yang digunakan dalam keterampilan
berbicara bahasa prancis oleh siswa-siswa umum kelas XI IPA 1.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah terdapat
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana strategi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa prancis
yang digunakan oleh siswa-siswa secara umum kelas XI IPA 1?
2. Bagaimana strategi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa prancis
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui strategi belajar yang digunakan dalam keterampilan berbicara
bahasa prancis secara khusus oleh siswa-siswa berprestasi kelas XI IPA 1.
2. Mengetahui strategi belajar yang digunakan dalam keterampilan berbicara
bahasa prancis oleh siswa-siswa umum kelas XI IPA 1.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitiaan dapat digunakan sebagai referensi tambahan
dalam penelitian strategi belajar
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi beberapa pihak, antara
lain: siswa, guru bahasa Prancis, mahasiswa pendidikan bahasa Prancis,
peneliti sendiri, dan peneliti lainnya.
a. Bagi guru bahasa Prancis dan mahasiswa dapat digunakan untuk
membuat teknik-teknik dan strategi-strategi dalam proses pembelajaran
bahasa Prancis
b. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran keterampilan berbicara
Standar kompetensi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menyatakan
bahwa pembelajaran bahasa diarahkan untuk membantu peserta didik mengenal diri,
budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi
dalam masyarakat. Selain itu, pembelajaran bahasa diarahkan agar peserta didik
menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis (Depdiknas, 2006: 1).
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan kemampuan
secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, siswa telah dapat mengungkapkan
pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan tersebut
menjadi semakin sempurna dalam arti strukturnya menjadi sempurna, pilihan katanya
semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi.
Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di
dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan, telah
disebutkan bahwa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat
pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar
dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta
dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama
Pada dasarnya, setiap guru bahasa dan sastra Indonesia mengharapkan bahwa
semua siswa mampu menggunakan keterampilan berbicara sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasinya secara lisan sehingga dalam kondisi
pembicaraan apa pun, mereka mampu mengaplikasikannya secara efisien dan efektif.
1. Hakikat Pembelajaran Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan yang dilakukan
secara lisan. Rofiuddin (1998: 13) mengatakan bahwa berbicara merupakan
keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
secara lisan.
Salah satu keterampilan pembicara adalah keterampilan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara
disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak
(Tarigan, 1983: 12)
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Faktor
psikologis memberikan andil yang cukup besar dalam kelancaran berbicara, seperti
jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh
lain yang ikut dalam aktivitas berbicara.
Berbicara sebagai salah satu unsur keterampilan berbahasa sering dianggap
sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran
berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan
dengan menyuruh siswa berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau
berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya,
pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat
giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus mempersiapkan bahan
seringkali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain
merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran
berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan
kegiatan berbicara yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis dan pokok
pembicaraan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara memperhatikan
komunikasi dua arah dan fungsional. Tugas pengajar adalah mengembangkan
pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup dan diminati oleh anak
sehingga benar-benar dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk memepersiapkan diri
terjun ke masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam pembelajaran berbicara harus
diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.
Terkait dengan hal tersebut, Rofi’uddin (1998: 18) mengemukakan beberapa
a. Berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih yang
melangsungkan komunikasi secara lisan, ada pembicara dan ada
penyimak
b. Ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan
penyimak, mulai dari orang berbincang-bincang sampai ke pertemuan
umum di lapangan
c. Pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe
pertemuan lisan itu
d. Pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.
Agar prinsip pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik, hendaknya
seorang guru juga memperhatikan kriteria pemilihan bahan ajar berbicara, sebagai
berikut:
a. Bahan yang dipilih harus memiliki nilai tambah, (1) memperkenalkan
gagasan baru, (2) mengandung informasi yang belum diketahui siswa, (3)
membantu siswa memahami cara berpikir orang lain, dan (4) mendorong
siswa untuk membaca tanpa disuruh
b. Meningkatkan kecerdasan siswa.
c. Memperluas kosakata yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah yang
memadai
d. Bahan bacaan memberikan kemungkinan kepada guru untuk mengajukan
pertanyaan, yakni (1) membuat gambar, (2) mengolah kembali informasi
e. Saduran sesuai dengan tingkat keterampilan peserta didik
f. Karangan guru terdiri atas, (1) sesuai dengan tujuan pendidikan, (2)
sesuai dengan jiwa Pancasila, (3) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (4)
sesuai dengan tema, dan (5) tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku.
Secara umum kegunaan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia
untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam pemahaman yang lebih khusus,
menurut Pringgawidagda (2002: 12) tujuan penguasaan bahasa adalah seseorang dapat
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Dalam proses pembelajaran bahasa,
pelajar tidak hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa asing akan tetapi pelajar juga
2. Faktor-faktor proses pembelajaran bahasa
Pembelajaran bahasa asing secara secara formal memiliki kurikulum,
guru profesional, media, dan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Akan tetapi
siswa yang melakukan pembelajaran secara formal, tidak serta merta menjamin
keberhasilan siswa sukses. Keterlibatan siswa dapat diartikan sabagai partisipan
yang berperan aktif dalam proses belajar (Dimyati dan Mudjiono 1994: 56-60)
maksudnya adalah siswa merupakan pihak yang memiliki kepentingan yang
sangat besar dalam proses pembelajaran bahasa. Adapun kualitas dan kuantitas
keterlibatan siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal
(Mudzakir, 1997: 155-168).
Faktor internal berdasarkan dari fisik dan jiwa siswa. Faktor fisik yang
mempengaruhi setiap proses pembelajaran bahasa sebagai contoh: sakit dan
cacat pada fisikdapat mempengaruhi kualitas proses belajar seorang siswa.
Faktor kejiwaan jugadapatmempengaruhi setiap kondisi mental pelajar sebagai
contoh: kecerdasan, motivasi, bakat, ketertarikan dan kesehatan mental.
Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
dari luar diri pelajar sebagai contohnya: kondisi keluarga, kondisi sekolah, dan
a. Faktor Eksternal
Fakor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
bahasa yang ada diluar diri siswa. Faktor-faktor tersebut adalah, kondisi
keluarga, kondisi sekolah dan lingkungan.
1) Faktor Guru
Guru merupakan pendidik profesional dan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dari faktor-faktor yang lain. Guru harus
memiliki kreativitas dan kemampuan yang baik pada saat
mentransformasikan ilmu-ilmu kebahasaan pada siswa-siswa. Oleh karena
itu guru ikut serta dalam penentuan strategi belajar yang akan digunakan
oleh siswa, membimbing siswa mandiri dan aktif.
2) Kondisi keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat (Khadr and
El-zeini, 2003: 140). Keluarga adalah bagian terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak (Corbett, 2004:3). Kondisi keluarga memiliki
kaitan yang erat dengan proses pembelajaran bahasa. Status ekonomi dan
status sosial keluarga yang terpandang memberikan dambak terhadap proses
pembelajaran sebagai contohnya, membantu pelajar dalam mendapatkan
kualitas pendidikan dan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan
hasil belajar (Deka, 1993: 22). Kondisi keluarga yang memiliki kekuatan
finansial dan terpandang dalam masyarakat dapat memberikan bantuan
dapat mempengaruhi pelajar dalam tingkah laku, penilaian, ketertarikan, dan
motivasi pelajar.
3) Kondisi sekolah dan lingkungan
Sekolah merupakan tempat yang menjanjikan bagi masa depan
(Al-Enezi, 2002). Sekolah mencerminkan bagaimana gambaran dari lingkungan
yang sukses dan merupakan contoh terhadap masyarakat tentang penilaian
sebuah pendidikan. Hal tersebut menunjukan lingkungan sekolah memiliki
peran penting dalam pemilihan metode-metode dan kurikulum sebagai
masukan yang positif dari luar sekolah.
Sekolah merupakan faktor yang menpengaruhi pelajar dalam proses
pembelajaran, seperti pengaruh keadaan bagunan, fasilitas sekolah,
kecukupan bagunan dan manajamen sekolah, kualitas guru dan jumblah
siswa dalam satu kelas. Terdapat hubungan yang berarti antara bangunan
sekolah dan pencapaian hasil belajar (Al-Enezi, 2002). Fasilitas sekolah
yang mendukung akan membantu dalam aktivitas pendidikan. Disamping
kondisi, ketersedian fsilitas, manajemen sekolah dan bangunan sekolah
diawasi oleh pihak sekolah langsung dan dibawah kontrol negara.
Peningkatan fasilitas sekolah akan memungkinkan untuk meningkatkan
kualitas akademi (Bucley 2003). Maksudnya jika kualitas sekolah baik,
4) Faktor Kurikulum
Kurikulum dalam pengertianya secara umum adalah suatu perangkat dan
program pendidikan yang diberikan oleh penyelengara pendidikan yang
berisikan rancangan pembelajaran yang ditujukan bagi peserta didik yang
dirancang dengan kesesuaian dan kebutuhan.
Menurut Gagne Robert (1967) kurikulum adalah suatu rangkaian unit
materi belajar yang disusun sedemikian rupa,sehingga anak didik dapat
mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki atau dikuasai
sebelumnya.
Kurikulum memberikan manfaat bagi guru, bagi sekolah dan bagi
masyarakat. Manfaat bagi guru, kurikulum merupakan pedoman dalam
proses pembelajaran bahsa. Manfaat bagi sekolah adalah alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Manfaat bagi masyarakat
adalah masyarakat bisa menggunakan kurikulum dalam mendidik
putra-putrinya.
Dapat diimpulakan bahwa kurikulum merupakan sebuah instrumen yang
disajikan disekolah yang telah disusun dari berbagai rangkaian unit,
berisikan pengalaman pembelajaran bagi siswa atau peserta didik.
Pembentukan kurikulum tentu saja bagian untuk menyukseskan proses
pembelajaran bahasa. Jika sekolah, guru dan masyarakat bisa saling
bersinergi dalam pembentukan kurikulum maka harapan suksesnya
b. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
contohnya adalah kecerdasan, ketertarikan dan motivasi, strategi belajar dan
kesehatan.
1) Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar memahami dan berfikir.
Kecerdasan merupakanpengaruh yang besar dalam kemampuan belajar.
Menurut Gardner (1993: 6) terdapat delapan kategori kecerdasan adalah:
kemampuan linguistik, kemampuan logika-matematik, visual, jasmani,
musik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan secara alamiah.
McKenzie (2005) menambahkan satu kecerdasan yaitu kecerdasan
exsistensi.
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam kemampuan secara cepat
dalam berbicara dan menulis, kemampuan ini sangat penting dalam belajar
bahasa-bahasa asing. Orang-orang yang cerdas dalam verbal-linguistik
memiliki ciri baik dalam membaca, menulis, meceritakan sejarah dan
memliki ingatan yang tajam bahkan hari dan tanggal mampu diingat dengan
jelas.
Kecerdasan logika yang tidak hanya kecerdasan dalam matematika,
memiliki pertimbangan yang masuk akal yang baik. Kecerdasan logika juga
Kecerdasan visual adalah kecerdasan yang penalaranya melalui grafik,
tabel, peta, seni, ilustrasi, pazzel, kostum dan banyak material-material
lainya. Orang-orang yang memilki kecerdasan seperti ini mengambil
keputusan bardasarkan apa yang dilihat oleh orang tersebut.
Kecerdasan kinestik adalah kecerdasan simulasi yang aktif antara fisik
dan lingkungan. Kecerdasan kinestik adalah kecerdasan yang melalui
motorik yang aktif, kecerdasan ini biasa ditemukan dalam sains, pusat
pembelajaran manipulatif, permainan-permainan yang dramatis yang
diimprovisasi.
Kecerdasan musik adalah kecerdasan pola, dalam musik-musik,
puisi-puisi, instrumental, lagu dari bunyi-bunyi yang berasal dari lingkungan dan
ritim. Orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi dalam bermusik secara
normal memiliki kemampuan baik dalam bernyanyi, bermain musik
instrumental dan komposer-komposer musik.
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan untuk merasakan, menilai
dan tingkah laku. Kecerdasan ini sangat membantu dalam pembuatan
kurikulum pembelajaran.Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini
cenderung intuitif dan bertipikal tertutup. Orang yang memiliki kecerdasan
intrapersonal akan cenderung sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya.
Kecerdasan interpersonal dalah kecerdasan yang dirangsang oleh
interaksi dengan yang lainnya. Pelajar yang memiliki kecerdasan
secara tradisional. Kecerdasan ini memiliki tipe yang bekerja baik dengan
orang lain dan bisa berdiskusi maupun berdebat dengan orang lain.
Kecerdasan alamiah adalah kecerdasan dalam mengkategorisasikan dan
hirarki-hirarki. Maksudnya adalah kecerdasan ini dapat merangsang dan
dapat menghubungkan kelompok-kelompok dan memahami peta semantik.
Kecerdasan existensial adalah kecerdasan untuk memahami proses
dalam hal yang lebih besar, dalam konteks eksistensi. Kecerdasan ini
terangkum dalam estetika, filosofi, kepercayaan, menekankan penilaiaan
terhadap keindahan, kebenaran dan kebaikan. Pelajar yang memiliki
kecerdasan exsitensi, memiliki kemampuan merangkum dari banyak
sumber.
Penjalasan dari tipe-tipe kecerdasan di atas memiliki ukuran dan standar
yang berbeda-beda pada setiap orang. Memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi dapat memprediksi pencapaian dalam hasil belajar bahasa. Akan
tetapi dalam kenyataannya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi tidak
menjamin kesuksesan dalam kehidupan bermasyarakat (Epstein, 1998: 17).
2) Ketertarikan dan motivasi
Memiliki ketertarikan yang tinggi dalam pembelajaran bahasaakan
menghasilkan kemudahan dalam proses pembelajaran (Hidi dan Bascolo,
3) Kesehatan
Kesehatan masyarakat dalam suatu negara tak akan dapat berpartisipasi
tampa fisik dan mental yang sehat (Unger, 2004: 4). Kesehatan merupakan
salah satu diantara faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
bahasa (Mudzakir, 1997). Ini berkaitan dengan kondisi fisik dan mental
pelajar. Dalam keadaan fisik yang sehat dapat memberikan pengaruh
terhadap proses pembelajaran bahasa.
Sebagai contohnya, pelajar merasakan sakit kepala, pilek dan lain-lain
dapat berdampak negatif terhadap pembelajaran dan hal tersebut membuat
siswa tidak bersemangat.
Kejiwaan misalnya perasaan kecewa karena konflik yang ada juga
memberikan dampak yang negatif pada proses pembelajaran bahasa.
Kondisi mental yang tidak baik akan mempengaruhi kecakapan siswa dalam
belajar seperti rasa bersalah, tak percaya diri dan frustasi.
Faktor kesehatan memiliki andil yang penting sebagai salah satu faktor
dari dalam diri pelajar. Kesehatan tentu akan mempengaruhi kesiapan fisik
dan mental pelajar dalam proses pembelajaran bahasa.
B. Strategi Belajar
1. Definisi Strategi Belajar
Strategi belajar adalah kegiatan mental dan tingkah laku yang berhubungan
dengan tahap-tahap tertentu dan keseluruhan proses dalam sebuah kegiatan (Ellis,
dilakukan bertahap dari keseluruhan proses pembelajaran bahasa sasaran. Dalam
penjelasan spesifik dan mendalam, strategi belajar yaitu langkah-langkah yang
diambil siswa untuk meningkatkan pembelajaran mereka sendiri (Oxford, 1990: 1).
Hal tersebut mengambarkan bahwa siswa menggunakan beberapa cara untuk
membuat proses belajar meraka lebih mudah, lebih cepat dan lebih efektif untuk
dipindahkan ke situasi baru dan bahasa baru (Oxford, 1990: 8).
Sementara itu, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, (Wina Senjaya, 2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Strategi belajar juga merupakan tindakan-tindakan terlihat yang dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar, dalam berpartisipasi dan dalam interaksi kelas formal
(Sugeng, 2010: 60). Tindakan-tindakan transparan itu bermakna bahwa
gerakan-gerakan fisik, ekspresi dapat terlihat secara visual seperti: mengangkat tangan,
menganggukan kepala, menggelengkan kepala, membalikan badan, berdiri dan
sebagainya. Kelas formal yang dimaksutkan, pembelajaran yang berlangsung selama
dalam kelas. Interaksi yang dimaksutkan adalah hubungan timbal balik antara siswa
Strategi belajar juga didefinisikan sebagai, tindakan tertentu, langkah, atau
teknik yang memberikan fasilitas seperti mencari mitra percakapan atau memberi
motivasi dalam belajar bahasa yang bertujuan sebesar-besarnya untuk meningkatkan
belajar mereka sendiri (Scarcella dan Oxford, 1992: 63). Ketika siswa sadar dan
memilih startegi belajar yang sesuai dengan gaya belajar mereka maka, proses
belajar akan lebih mudah dilaksanakan. Dalam pengertian lainya, strategi belajar
merupakan tindakan dan pemikiran yang digunakan siswa selama proses belajar
yang diperuntukan mempengaruhi hasil pembelajaran (Weistein dan Mayer, 1986
dalam Ellis, 2003: 531). Strategi belajar dapat berkontribusi pada perkembangan
sistem bahasa yang dibangun siswa dan siswa berkontribusi pada pembelajaran
secara langsung (Rubin, 1987 dalam Ellis, 2003: 531).
Dari semua definisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa starategi belajar
adalah siasat, langkah, dan cara yang diambil oleh siswa secara sadar maupun tak
sadar. Diimplementasikan dalam tindakan yang terstruktur, dan
tindakan-tindakan tersebut akan berdampak pada kemampuan belajar, hasil belajar dan
kemampuan kebahasaan siswa.
2. Manfaat strategi belajar
Penerapan strategi belajar dalam proses pembelajaran bahasa secara formal,
siswa tidak bisa lepas dari peran guru. Guru yang akan mengarahkan siswa dalam
pengunaan strategi belajar yang tepat. Guru akan mengarahkan siswa hingga siswa
siswa dapat mengetahui kemampuanya sendiri, siswa akan menetapkan sendiri
strategi belajar apa yang akan digunakan.
Strategi belajar sangat dianjurkan digunakan siswa dalam proses pembelajaran
bahasa Prancis. Strategi belajar sangat penting karena strategi belajar merupakan
cara agar siswa aktif dan mandiri untuk memabangun tujuan komunikatif (Oxford,
1990: 1). Siswa harus peduli dengan cara belajar, agar siswa mengetahui kelebihan
dan kekurangannya (Ekwensi, Moranski dan Towsend-Sweet, 2006). Guru memiliki
peran penting untuk memahami variasi dari strategi belajar yang bertujuan
mendapatkan perhatian siswa yang lebih besar tanpa memberi rasa jenuh dan bosan
pada proses pembelajaran bahasa Prancis.
Strategi belajar memiliki tujuan utama untuk membantu siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Prancis agar hasil belajar lebih baik. Strategi balajar juga dapat
membentuk siswa menjadi mandiri untuk membentuk karakter (Allwright (1990)
dan little (1991 dalam Oxford, 1993). Ketika siswa sudah memahami cara proses
belajar yang tepat, siswa dapat mengatur dan lebih bertanggung jawab pada cara
belajar. Pengetahuan akan keterampilan dalam pembelajaran diri sendiri adalah ciri
pelajar yang sukses.
Strategi belajar yang diterapakan secara sadar dan disengaja untuk memfasilitasi
pelajar, merupakan bagian dari belajar (Weinstein danMayer, 1986 di O'Malley dan
Chamot, 1990:43). Tujuan dari strategi belajar untuk mendapatkan motivasi, cara
pelajar memperoleh ilmu, mengatur dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
pengumpulan kosa kata, membatu siswa dalam meyelesaikan tugas yang sulit
seperti memahami dan memproduksi bahasa baru (O'Malley dan Chamot, 1990: 43).
Siswa membutuhkan strategi belajar dalam pembelajaran karena mereka harus
mengingat informasi baru yang didapat sehingga mereka dapat memahami informasi
tersebut dan menggunakanya ketika dibutuhkan. Informasi yang tidak diingat dan
dianggap tidak bernilai untuk siswa baik yang berkaitan dengan kebutuhan dalam
dan luar sekolah (Mangrum and Strichart,1988). Strategi belajar bahasa membuat
siswa berhasil dalam pembelajaranya karena strategi belajar menuntun siswa lebih
efisien dan efektif.
Dari penjelasan yang ada pada bagian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
strategi belajar ditujukan sebesar-besarnya untuk mempermudah pembelajaran,
menunjang dalam pembelajaran, memediasikan pembelajaran, menyadarkan siswa
pentingnya strategi belajar, membentuk siswa dalam proses pembelajaran bahasa
sasaran. Menyadarkan siswa bahwa belajar bahasa tidak hanya selalu fokus pada
materi belajar akan tetapi cara belajar yang lebih efektif dan mandiri.
3. Jenis Strategi Belajar
O’Malley dan Chamot (1990: 44) membagi strategi belajar menjadi tiga
kategori, yaitu: Metakognitif, Kognitif, dan Sosio-Afektif. Sedangkan Oxford
(1990: 4) membagi strategi belajar menjadi dua group, yaitu: Strategi langsung dan
Kompensasi. Strategi tak langsung terdiri dari strategi Metakognitif, Afektif dan
Sosial.
a. Strategi langsung
Strategi langsung merupakan strategi belajar bahasa yang secara terlibat
dalam bahasa sasaran (Oxford, 1990: 37). Semua strategi langsung,
membutuhkan proses mental dalam mempelajari bahasa, terdapat tiga grup
strategi langsung (Memori, Kognitif, dan Kompensasi) setiap strategi
memiliki perbedaan dalam penggunaannya dan perbedaan dalam tujuannya.
Strategi Memori membantu siswa dalam menyimpan bahasa baru dan
informasi baru. Strategi Kognitif membantu siswa dalam menyediakan
pemahaman dalam bahasa baru dengan arti yang berbeda. Strategi
Kompesasi membantu siswa dalam mencari padananlain dari bahasa baru.
b. Strategi tidak langsung
Strategi tak langsung merupakan, strategi yang mendukung dan
mengatur pembelajaran bahasa tanpa terlibat dalam bahasa sasaran (Oxford,
1990: 135). Dalam strategi ini tebagi menjadi tiga strategi yaitu:
Metakognitif, Afektif, dan Sosial.
1) strategi metakognitif
Menurut Brown (2007: 142), metakognitif , suatu istilah yang digunakan
dalam proses pemrosesan informasi untuk menunjukan fungsi “eksekutif”,
adalah strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran tentang
pemahaman seseorang, dan evaluasi pembelajaran setelah aktivitas selesasi.
Dalam arti kata lain bisa kita garis bawahi dari pernyataan Brown adalah
adanya susatu proses feed back terhadap suatu aktivitas yang akan, sedang,
dan telah dilangsungkan. Bisa kita anggap bahwa strategi metakognitif
memerlukan perencanaan matang untuk menuju evaluasi yang memuaskan.
2) Strategi afektif
Strategi Afektif merupakan strategi yang digunakan siswa untuk
mengontrol emosi dan sikap tehadap pembelajaran bahasa. Berikut beberapa
contoh dari strategi Afektif: siswa memberanikan diri untuk berbicara bahasa
prancis walaupun takut membuat kesalahan, siswa dapat memberi
penghargaan pada diri sendiri ketika siswa melakukan hal yang benar dalam
pembelajaran bahasa Prancis, siswa mendengarkan musik pada saat belajar
bahasa prancis agar susana lebih nyaman.
Guru bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap emosi siswa, guru
bisa lebih menghormati siswa dalam kelas dalam berbagai cara seperti:
merubah struktur sosial dalam kelas, memberikan siswa tangunggjawab
lebih, komunikasi yang naturalistik, dan mengajarkan siswa menggunkan
strategi afektif (Oxford, 1990: 140).
Menurut (Oxford,1990:141) terdapat tiga cara dalam memanfaatkan
strategi afektif ini dalam belajar bahasa kedua, yaitu dengan mengurangi
kecemasan dengan cara mendengarkan musik, tertawa, dan meditasi setelah
pernyataan –pernyataan positif, menghargai diri sendiri dalam belajar bahasa
kedua; mengatur suhu emosi sendiri dengan berdiskusi dengan rekan ketika
mempunyai masalah, berusaha untuk mendengarkan suara tubuh ketika
sudah terlalu capek dalam belajar bahasa kedua.
Rasa keberhasilan yang mendasari harga diri tercermin dalam sikap
disposisi mental, keyakinan dan pendapat. Yang mempengaruhi motivasi
belajar (Oxford, 1990: 141-142). Sikap adalah cerminan prediksi motivasi
dari kehidupan bahkan dalam proses pembelajaran bahasa.
Sikap cemas dalam belajar bahasa merupakan gambaran dari pentingnya
pembelajaran, tetapi rasa cemas yang terlalu berlebihan dapat berdampak
buruk yang menghambat pembelajaran (Oxford, 1990: 142). Strategi afektif
dapat membatu mengurangi kecemasan yang terlalu berlebihan dengan
mengontrol emosi dengan cara tertawa, rilex, mendengarkan musik, dan
menarik nafas dalam-dalam. memperhatikan tanda dari tubuh seperti
mersakan capek.
Terdapat tiga kunci dari penggunaan strategi afektif yaitu, mengurangi
kecemasan, mendorong diri, mengontrol emosi.
(a) Mengurangi kecemasan
Terdapat tiga perangkat dalam strategi menguarangi kecemasan yaitu,
(1) Relaksasi, menarik nafas yang dalam atau meditasi
Menggunakan teknik relaksasi, menarik nafas dalam-dalam atau meditasi
merupakan cara untuk menurunkan ketegangan yang ada pada otot utama
dalam tubuh. Teknik menarik nafas dalam-dalam atau teknik meditasi
atau menggunakan suara musik (Oxford, 1990: 143).
(2) Menggunakan musik
Menggunakan musik bisa dilakukan dengan cara mendengarkan musik,
sebagai contohnya bisa mendengarkan musik klasik (Oxford, 1990: 143).
(3) Tertawa
Tertawa ditujukan agar menjadi rilex atau santai, ini bisa dilakukan
dengan menonton film komedi, membaca buku komedi, atau
mendengarkan lelucon atau humor (Oxford, 1990: 143).
(b) Mendorong diri
Dalam strategi ini terdapat tiga perangkat yang dapat digunakan. Menjadikan
siswa lebih menjadi pelajar yang mandiri, mendorong diri sendiri, akan
membantu siswa mengambil resiko dengan bijak, dan memberikan
penghargaan pada diri sendiri (Oxford, 1990: 143).
(1) Membuat pernyataan yang positif
Membuat pernyataan positif adalah strategi yang bisa dilakukan dengan
mengucapkan atau menulis pernyataan tentang diri sendiri yang
positif.Ini bertujuan untuk pelajar lebih merasakan kepercayaan diri
(2) Mengambil resiko yang bijak
Mengambil resiko bijak adalah, mendorong diri dalam situasi
pembelajaran bahasa, meskipun ada kemungkinan terjadinya kesalahan,
kelihatan bodoh,dan dimarahi (Oxford, 1990:144).Maksudnyasiswa
memberanikan diri berbicara dengan bahasa sasaran, walaupun ada
resiko.
(3) Memberi penghargaan pada diri sendiri
Memberi hadiah pada diri sendiri khususnya pada saat penampilan yang
baik dalam belajar nahasa baru (Oxford, 1990: 144).
(a) Mengontrol emosi
Terdapat empat langkah dalam mengatur emosi yaitu merasakan,
memotivasi, tingkah laku dalam menyelasaikan tugas-tugas bahasa.
(1) Mendengarkan tubuh
Mendengarkan tubuh maksudnya adalah mendengarkan signal yang
diberikan tubuh apakah merasakan stress, marah, khawatir, takut atau
yang positif bahagia, tertarik, damai, dan menyenangkan (Oxford, 1990:
144).
(2) Menggunakan daftar periksa
Menggunakan daftar periksa merupakan, mengecek keaadan perasaan,
tingkah laku, dan motivasi mengenai pelajaran bahasa secara umum dan
dapat membuat daftar periksa tentang perkembangan dirinya sendiri
dalam pembelajaran bahasa sasaran.
(3) Menulis diari dalam bahasa sasaran
Menulis diari, catatan atau journal menuliskan peristiwa atau tentang
perasaan agar tetap mendapatkan perkembangan dalam pembelajaran
bahasa baru (Oxford, 1990: 144).Maksudnya adalah siswa dapat
mencurahkan perasaannya dengan menulis catatan kecil atau diari
dengan menggunakan bahasa sasaran.
(4) Menceritakan perasaan pada seseorang
Menceritakan perasaan pada orang lain dalam pembelajaran bahasa
(Oxford, 1990: 144). Ini bisa dilakukan dengan cara berbicara dengan
guru, teman dan keluarga tentang keluhan yang dirasakan pada saat
pembelajaran.
3) Strategi sosial
Strategi sosial adalah, strategi yang digunakan siswa dalam belajar
bahasa dengan berinteraksi dengan masyarakat yang ada dalam lingkungan
sekolah maupun yang ada diluar lingkungan sekolah. Strategi sosial dapat di
artikan dengan memfasilitasi diri dalam bahasa sasaran dengan cara
berinteraksi dengan orang lain (Chiya, 2003). Strategi sosial sangat penting,
untuk menyadarkan siswa bahwa perlunya belajar dengan orang lain seperti
Terdapat tiga perangkat strategi belajar yaitu: bertanya, bekerjasama
dengan orang lain, dan bersimpati dengan yang lain (Oxford, 1990: 144).
Berinteraks imerupakan dasar dari bersosialisasi dalam sosial. Siswa dapat
bertanya dapat yang belum dipahami, itu juga dapat memajukan dan
mendapatkan masukan dari orang lain.
Salah satu interaksi sosial yang mendasar adalah bertanya pada orang,
dimana tindakan tersebut siswa mendapatkan manfaat yang besar. Bertanya
dapat membantu siswa mendekati makna dari kata ataupun teks yang
sebenarnya, yang baik dalam pemahaman siswa. Bertanya kepada orang lain,
berarti memberikan informasi pada orang lain. Apakah informasi tersebut
bisa di pahami, jika di pahami maka orang lain dapat memberikan umpan
balik kepada penanya (Oxford, 1990: 145).
Selain mengajukan pertanyaan, siswa dapat bekerja sama dengan orang
yang memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Bekerjasama dapat
memberikan isyarat adanya persaingan dan kehadiran semangat kelompok,
model pembelajaran yang kooperatif menunjukan efek yang positif dan
berarti seperti, meningkatnya harga diri, meningkatkan kepercayaan diri,
lebih berprestasi, lebih menghormati guru, dan sekolah.
Kooperatif yang lebih tinggi dapat memberikan dampak yang positif
seperti meningkatkan motivasi belajar, penggunaan bahasa yang lebih
bervariasi, umpan balik dari bertanya akan berkelanjutan (Oxford, 1990:
Dalam staretgi sosial siswa di tuntut untuk lebih berempati pada orang
lain untuk lebih berkomunikasi dan memahami pandangan orang lain.
Strategi sosial mambuat siswa berempati dengan pengembangan budaya dan
menjadi sadar dengan perasaan dan fikiran oreang lain (Oxford, 1990: 146).
Berikut beberapa contoh dari strategi sosial adalah: siswa bisa
memperaktekan bahasa Prancis dengan siswa lainya, siswa dapat meminta
kepada ahli bahasa prancis untuk mengkoreksi berbagai macam kompetensi
berbicara, menulis, mendengarkan dan membaca.
Terdapat tiga kunci dari strategi sosial yaitu, bertanya, bekerjasama
dengan orang lain dan berempati pada orang lain.
(a) Bertanya
Dalam perangkat strategi ini terdapat dua cara yang dapat dilakukan oleh
siswa, pertama adalah bertanya pada seseorang, bertanya kepada penutur asli
atau bertanya pada orang yang pandai dan cakap dalam bahasa baru. Dan
yang kedua meminta klarifikasi atau verifikasi untuk di koreksi (Oxford,
1990: 146).
(1) Bertanya untukklarifikasi dan verifikasi
Bertanya untuk mendapatkan klarifikasi dan verivikasi ini bisa dilakukan
dengan bertanya pada penutur asli.untuk mengulang, menjelaskan atau
memberikan contoh. Ini juga bisa dilakukan bertanya secara spesifik
(2) Bertanya untuk koreksi
Bertanya utuk dikoreksi adalah bertanya pada seseorang dalam
percakapan, strategi ini bisa melalui pembicaraan atau menulis (Oxford,
1990:147). Maksudnya siswa dapat bertanya kepada orang yang lebih
pandai, hal ini bisa dilakukan dengan melalui percakapan ataupun
penulisan.
(a) Bekerjasama dengan orang lain
Dalam strategi ini terdapat dua perangkat yaitu, bekerjasama dengan satu
orang atau lebih dalam mendapatkan kemampuan atau keahlian dalam
belajar bahasa. Strategi ini tidak hanya mengandalkan kerjasama dalam
pembelajran bahasa akan tetapi, juga dalam sosial (Oxford, 1990: 147).
(1) Bekerja sama dengan teman sejawat
Bekerjasama denga teman sejawat dalam mendapatkan keahlian atau
kemampuan bahasa, strategi ini dapat dilakukan dengan cara membuat
kelompok kecil. Strategi ini dapat memicu persaingan dan lebih
menantang (Oxford, 1990: 147).
(2) Bekarjasama dengan pengguna ahli bahasa
Bekerjasama dengan ahli bahasa atau penutur asli dalam bahasa baru, hal
ini biasanya dilakukan luar kelas. Strategi ini khususnya memperhatikan
peraturan dalam melakukan perbincangan yang dilakukan pada setiap
(a) Berempati dengan orang lain
Empati dapat meningkatkan kemudahan dalam pembelajaran bahasa,
terdapat dua strategi (Oxford, 1990: 147).Dapat meningkatkan pemahaman
kebudayaan dan dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
(1)Meningkatkan pemahaman tentang kebudayaan
Strategi ini dapat dilakukan dengan mencoba bersimpati pada orang lain
meskipun pembelajaran tentang budaya. Ini bisa dilakukan dengan
memahami orang lain yang berkaitan dengan budaya (Oxford, 1990:
147). Maksudnya adalah dengan mecoba bersimpati dan meningkatkan
empati pada budaya orang lain. Dalam hal ini siswa dapat memahami
budaya dari bahasa sasaran.
(2)Menjadikan lebih peduli dengan yang lain.
Peduli pada orang lain dapat dilakukan memperhatikan tingkah laku dan
ekspresi dengan memikirkan dan merasakan yang ada pada orang lain.
Bertanya tentang apa yang difikirkan dan apa yang dirasakan orang lain
4. Penelitian yang relevan
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukan hubungan antara strategi belajar
dan hasil belajar seperti, penelitian yang dilakukan oleh Martiwi (2005) yang
menunjukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara Strategi Memori,
Afektif, Kognitif, Metakognitif dan Sosial dalam hasil belajar bahasa Inggris.
Dalam penelitian yang dilakukan Herru Yoga (2014) yang berkaitan dengan
pengunaan strategi belajar bahasa Prancis oleh siswa XI IPA I di SMA N 2 Sleman
menunjukkan bahwa siswa cendrung menggunakan strategi Kognitif dan Memori
dan kompensasi.
5. Kerangka berfikir
Proses pembelajaran bahasa Prancis di SMA 2 Sleman Yogyakarta memiliki tiga
tujuan yaitu: membangun kemampuan berkomunikatif siswa, meningkatkan
kesadaran bahwa pentingnya belajar bahasa Prancis dalam komunikasi global dan
siswa dapat memahami bahasa budaya Prancis.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan terhadap strategi belajar afektif dan
sosial dalam kompetensi berbicara bahasa Prancis. Bagaimana kemampuan siswa
berprestasi dibandingkan siswa secara umum dalam menggunakan strategi social
dan afektif untuk berbicara bahasa Prancis. Oleh karena itu pada bab II peneliti akan
memulai pembahasannya pada pengertian proses pembelajaran bahasa yang akan
dikerucutkan pada defenisi strategi belajar, manfaat, karakter-karakter, jenis-jenis,
Deskriptif
Gambar I: Alur kerangka berfikir penelitian 6. Pertanyaan penelitian
Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliliti membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang akan diteliti. Yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan strategi belajar dalam kemampuan berbicara
bahasaPrancis yang digunakan secara umum oleh siswa kelas XI IPA 1?
2. Bagaimana strategi belajar digunakaan secara khusus oleh siswa-siswa
berprestasi kelas XI IPA 1 dalam berbicara bahasa Prancis? Proses pembelajaran bahasa
Prancis Kelas XI IPA 1 di SMA N 2 Sleman Yogyakarta
Siswa yang menggunakan pendekatan strategi belajar.
a. Afektif b. Sosial.
Strategi belajar bahasa yang umum digunakan
oleh siswa.
Strategi belajar bahasa yang digunakan oleh siswa
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dikategorikan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini,
penelit imendeskripsikan situasi atau fenomena melalui pendekatan induktif. Pendekatan
induktif yang dimaksud adalah suatu peristiwa atau fenomena khusus yang di
interpretasikan dalam kesimpulan secara umum.
Penelitian ini berfokus pada gambaran secara menyeluruh tentang strategi afektif
dan sosial dalam komptensi berbicara. Dalam metode penelitian deskriptif kualitatif ini
dikenal dengan adanya istilah informan, yaitu pelaku-pelaku yang memberikan informasi
untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak membatasi jumlah
informan maksudnya, jumlah informannya ditentukan sesuai kebutuhan penelitian ini.
Metodologi penelitian kualiatif yang beragam dapat dipandang sebagai suatu
brikolase dan peneliti sebagai bricoleur (Denzin dan Lincoln, 2009). Brikolase yaitu
serangkaian praktek yang disatupadukan dan disusun secara rapi sehingga menghasilkan
sebuah solusi bagi persoalan dalam situasi nyata.
Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti mengkaji secara mendalam
tentang strategi belajar bahasa apakah yang digunakan oleh siswa kelas XI IPA di SMA
Sleman Yogyakarta. Fokus penelitian terhadap siswa kelas XI IPA I SMA N 2 Sleman
Yogyakarta.
2. Jenis dan Sumber Data
Data kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui klasifikasi dan
digunakan sebagai data primer. Untuk mendapatkan data khusus dari informan, informan
harus memiliki persyaratan yaitu:
(a) Siswa kelas XI IPA 1 SMA N 2 Sleman Yogyakarta
(b) Tidak cacat wicara
(c) Bersedia menjadi informan
(d) Berkata jujur (melalui keterangan orang yang berwenang)
(e) Siswa yang tidak bermasalah
B. Metode Pengumpulan Data
Patton (Alsa, 2010) menyebutkan tiga macam metode dalam pngumpulan data
kualitatif, yaitu:
a. Indepth interview, berisi kutipan langsung mengenai pengalaman dan
pengetahuan subjek.
b. Observasi langsung, terdiri dari uraian rinci aktivitas dari penelitian atau
program dari eksplorasi data.
c. Kuesioner, yaitu meliputi isian angket berupa pertanyaan-pertanyaan
C. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam mengumpulkan data-data yang
diperlukan peneliti, hal ini sejalan dengan pendapat menurut Suharsimi Arikunto
(2010:265), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen yaitu
observasi, wawancara, dan angket. Observasi alat untuk mengamati tindakan-tindakan
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Wawancara merupakan alat kedua
yang digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat latar belakang dan motivasi.
Angket digunakan sebagai alat mengumpulkan data yang bersifat hal-hal yang diketahui
siswa atau laporan pribadi siswa .
1. Lembar observasi
Obervasi dilakukan untuk mendukung proses wawancara atau angket sebagai alat
untuk tambahan informasi penelitian. Observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu
wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi
juga obyek-obyek alam yang lain. Sugiyono (2012:145) mengemukakan bahwa,
Adapun indikator-indikator yang akan diobservasi adalah tindakan-tindakan
siswa dan sikap siswa dalam proses pembelajaran bahasa Prancis. Indikator tindakan
tersebut dibuat berdasarkan teori dan perangkat-perangkat strategi afektif dan sosial.
[image:52.612.85.493.263.701.2]Indikator-indikator observasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel I: Observasi kelas XI IPA I bahasa Prancis
NO Indikator tindakan Afektif dan Sosial (√)
1 A. Pembukaan
Siswa duduk di bangku masing-masing Siswa melihat guru
Tidak ada yang terlambat
Siswa membersihkan papan tulis Siswa menjawab salam guru Siswa mengumpulkan tugas/PR Menuliskan tugas di papan tulis 2 B. Apersepsi
Menjawab materi pertemuan sebelumnya Mengikuti instruksi guru
Melihat kembali materi di buku methode
Terjadinya interaksi dengan guru seperti bertanya
menggunakan bahasa Prancis
Terjadinya interaksi sesama siswa menggunakan bahasa
Prancis
Adanya siswa mengacungkan tangan untuk bertanya
Terdapat siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru 3 C. Kegiatan inti
Terdapat candaan yang membuat siswa semangat belajar Siswa terlihat semangat
Memperhatikan materi baru
Mengeluarkan buku dan alat belajar Membuka buku Le mag
Menggunakan kamus Memperhatikan guru
Terlihat antusias dalam belajar
Siswa fokus pada penjelasan guru dan menunda berbicara Bertanya pada guru
Menjawab pertanyaan guru
Siswa berbicara dalam bahasa Prancis
Menggunakan bahasa Prancis dan bahasa Indonesia saat bertanya
Siswa mencatat materi pelajaran Mencatat kosa kata dari guru Bertanya pada guru
Siswa terlihat percaya diri pada saat menjawab pertanyaan Siswa terlihat percaya diri pada saat bertanya
Kooperatif dengan teman Berdiskusi tentang pelajaran Membuat kelompok
Bertanggung jawab dengan kelompok Menuliskan hasil diskusi
Mempresentasikan hasil diskusi Mengkritik kelompok lain
Mengerjakan tugas pribadi Bekerja sendiri
Membuka kamus, kamus online Melihat buku catatan
Siswa bertanya pada guru untuk mendapatkan klarifikasi tugas Siswa bertanya pada guru untuk mendapatkan koreksi
Siswa berani mempresentasikan hasil tugasnya
5 E. Penutup
Siswa memperhatikan guru pada saat merangkum pelajaraan Siswa menulis kembali hal penting
Siswa tidak terburu-buru menutup pelajaran Siswa tidak terburu-buru menyimpan buku Siswa bertanya tentang tugas atau PR
Meminta penjelasan guru lebih rinci tentang PR Siswa menjawab salam guru untuk menutup pelajaran Keluar ruangan setelah guru pergi.
2. Daftar pertanyaan wawancara
Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan interview sebagai berikut:
“a meeting of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Esterberg, dalam Sugiyono (2012:233) mengemukakan beberapa
semiterstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk menemukan
pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-idenya),
dan wawancara tidak terstuktur (merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya).
. Adapun indikator-indikator dari pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk
[image:55.612.84.493.348.464.2]wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II : Indikator wawancara: Strategi Sosial
No Indikator pertanyaan No pertanyaan Jumlah
1 Bertanya
2 Bekerjasama dengan orang lain
3 Bersimpati terhadap orang lain
Tabel III indikator wawancara: Strategi Afektif
No Indikator pertanyaan No pertanyaan Jumlah
1 Mengurangi kecemasan
2 Mendorong diri sendiri
3 Mengontrol emosi diri sendiri
[image:55.612.84.493.516.632.2]oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban dari responden atau keterangan yang berisikan
informasi-informasi yang berguna untuk penelitian. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika
jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas Menurut (Sugiyono
2012:137).
Adapun jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket langsung
maksudnya adalah siswa diberi sejumlah pertanyaan tertulis dan siswa menjawab. Hal ini
bertujuan agar data yang didapat benar-benar menunjukan kejujuran dari siswa. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada siswa, pertanyaan tersebut berdasarkan
[image:56.612.85.490.511.708.2]teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel IV kuesioner: strategi afektif
No Indikator No pertanyaan Jumlah
1 Menggunakan pendekatan relaksasi
2 Menggunakan musik
3 Membuat pernyataan positif terhadap diri
sendiri
6 Memperhatikan kondisi fisik
7 Menulis diari
[image:57.612.86.491.71.235.2]8 Berbagi tentang perasaan terhadap orang lain
Tabel 5: Kuesioner strategi Sosial
No Indikator No pertanyaan Jumlah
1 Bertanya
2 Bertanya untuk koreksi
3 Bekerjasama dengan orang lain
4 Bekerjasama dengan pemilik bahasa sasaran
5 Meningkatkan pengtahuan terhadap budaya
bahasa sasaran
6 Lebih peduli terhadap orang lain
D. Teknis Analisis Data
Menurut Denzin dan Lincoln (2009) analisis data terdiri dari tiga topik yang
saling berkaitan yaitu reduksi data, kesimpulan, dan penyajian. Dari langkah yang
diakukan untuk analisis data tersebut, haruslah terlebih dahulu melakukan pengumpulan
data, perencanaan, dan semua rancangan telah dilakukan sampai pada akhir pengumpulan
instrumen penelitian akan saling menguatkan seperti, hasil wawancara akan disesuaikan
dengan data wawancara dan observasi. Kemudian, reduksi data adalah penyederhanaan
data pada kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data. Adapun reduksi data dilakukan
ketika peneliti menentukan kerangka kerja, konseptual pertanyaan penelitian, dan
instrumen yang akan digunakan kemudian, catatan lapangan, wawancara dan data lain
telah terkumpul. peneliti akan masuk pada tahap selanjutnya untuk merangkum dan
memilah-milah hal yang diperlukan untuk penelitian.
Setelah melakukan pengumpulan data dan informasi,langkah selanjutnya adalah
menganalisis data penelitian. Dari setiap informasi tersebut telah dibaca, dipelajari, dan
ditelaah kemudian dilakukan reduksi data dengan melakukan abstraksi.
Abstraksi adalah rangkuman dan inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang
perlu dijaga sehingga tetap ada pada konteksnya.Setelah itu, peneliti melakukan
penyusunan terhadap abstrak dalam bentuk satuan-satuan.Setelah satuan-satuan tersebut
telah terkumpul kemudian dilakukan sebuah kategorisasi yang disesuaikan dengan kode
pada setiap data.Tahap terakhir darianalisisdata ini adalah melakukan pemeriksaan
keabsahan informasi penelitian.
E. Keabsahan Data
Menurut (Sugiyono, 2014) di dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian
kualitatif menggunakan validityas interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada
penerapannya ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan sebuah penelitian. Data yang valid
dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas (validitas interbal) terhadap data hasil
penelitian sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.
1. Kredibilitas
Dalam penelitian ini harus ada kepercayaan terhadap hasil penelitian oleh
karena itu, dilakukan beberapa cara yaitu:
a. Memperpanjang keikutsertaan peneliti
Dalam penelitian inipeneliti merupakan instrumen utama.Semakin besar
keterlibatan peneliti dalam penelitian inisemakin meningkatkan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan.
b. Melakukan observasi secara terus menerus
Ketekunan peneliti dalam observasi menjadikan peneliti semakin dalam
dan memahami fenomena yang diteliti seperti apa adanya (Moleong, 2007).
Maksudnya peneliti haruslah bersungguh-sungguh dalam melakukan pnelitian ini.
c. Melakukan triangulasi
Sugiyono (2012:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo,
2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik
triangulasi yang dapat digunakan menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b)
triangulasi peneliti; c) triangulasi metodologis; d) triangulasi teoretis. Pada
dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi
yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan yang
mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda. Dalam teknik pengumpulan
data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
d. Membicarakan penelitian dengan orang lain
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki
terbatas karena fenomena yang dihadapi cukuplah kompleks.Peneliti membuka
diri dengan teman sejawat untuk berdiskusi dan dengan orang yang dianggap
memiliki kapasitas dalam jenis penelitian ini.
Menurut Moleong (2007) tidak ada formula yang pasti, akan tetapi
e. Melakukan pengecekan anggota.
Menurut Moleong (2007) pengecekan anggota dilakukan dengan cara
meminta subjek untuk memberikan reaksi dan pandangan terhadap data yang telah
A.Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi belajar
bahasa Prancis yang digunakan siswa kelas XI IPA I dari 32 siswa dengan 12
siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan yang dilakukan penelitian pada tanggal
18-20 agustus di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mendeskripsikan strategi sosial dan afektif digunakan dalam kompetensi
berbicara pada pembelajaran bahasa Prancis secara umum siswa kelas XI IPA I
dan (2) Mendeskripsikan strategi sosial dan afektif dalam kompetensi berbicara
secara khusus te