• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI SOSIAL DAN AFEKTIF DALAM KOMPETENSI BERBICARA SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA N 2 SLEMAN YOGYAKARTA 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRATEGI SOSIAL DAN AFEKTIF DALAM KOMPETENSI BERBICARA SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA N 2 SLEMAN YOGYAKARTA 2014/2015."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

oleh

Halida Salmi Amalina NIM 08204241018

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

LIFE IS NEVER CERTAIN, WE COULD EVEN STUMBLE WHEN WALKING, IN FEAR OF BECOMING UNHAPPY IN THE FUTURE, WE SHOULDN’T

(6)

vi

(7)

vii

menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta,

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Ketua dan segenap Dosen Jurusan Pendidikan

Bahasa Prancis, serta segenap personel Kampus Ungu yang telah menjembatani

serta memberi kemudahan kepada saya dalam menuntut ilmu.

Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Nuning Catur

S.W., M.Hum, yang telah membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan Tugas

Akhir Skripsi ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen

Pembimbing Akademik saya, Bapak Dr. Dwijanto Djoko P., M.Pd untuk nasihat

dan kesabaran selama membimbing saya.

Untuk teman-teman dan keluargaku, terima kasih.

Saya selaku penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu memerlukan kritik dan saran yang membangun.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang serupa.

Yogyakarta, 20 Januari 2016

Penulis,

(8)

viii

HALAMAN PERNYATAAN.. ………. iv

MOTTO……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

ABSTRAK………... xiii

EXTRAIT……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Batasan Masalah……….. 4

D. Rumusan Masalah……… 4

E. Tujuan Penelitian………. 5

F. Manfaat Penelitian………... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Keterampilan Berbicara………... 6

1. Hakikat Pembelajaran Berbicara……..……….. 7

2. Faktor-faktor Proses Pembelajaran Bah………. 11

B. Strategi Belajar………. 19

1. Definisi Strategi Belajar……..………... 19

2. Manfaat Strategi Belajar………. 20

3. Jenis Strategi Belajar……….. 22

4. Penelitian yang Relevan………. 33

5. Kerangka Berfikir………... 33

6. Pertanyaan Penelitian………. 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……….. 36

B. Metode Pengumpulan Data……… 37

C. Instrumen Penelitian……… 38

D. Teknis Analisis Data………….………... 44

E. Keabsahan Data……… 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 49

(9)

ix

Berbicara Bahasa Prancis oleh Siswa Berprestasi Kelas XI IPA 1

………... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...… 57

B. Saran …..……….. 59

C. Implikasi……….………. 59

DAFTAR PUSTAKA……… 61

(10)

x

Tabel 2: Indikator Wawancara: Strategi Sosial………... 42

Tabel 3: Indikator Wawancara : Strategi Afektif……..……….. 42

Tabel 4: Kuesioner : Strategi Afektif……….………. 43

(11)

xi

Gambar 2. Analisis Stratgei Belajar Siswa Umum Berprestasi……….. 50 Gambar 3. Analisis Wawancara Siswa Berprestasi……… 50

(12)

xii

Lampiran 1: Résumé………..………. 65

(13)

xiii

Halida Salmi Amalina NIM. 08204241018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) strategi sosial dan afektif dalam pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Prancis siswa berprestasi di kelas XI IPA di SMA N 2 Sleman Yogyakarta;2) strategi sosial dan afektif dalam pembelajaran kemampuan berbicara secara umum.

Penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode triangulasi data untuk mendapatkan keabsahan hasil penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahap: 1) menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi tentang cara belajar bahasa Prancis siswa; 2) melakukan wawancara secara mendalam atau indept interviewterhadap subjek penelitian untuk mendapatkantopik informasi yang diteliti; 3) melakukan observasi pembelajaran kemampuan berbicara bahasa Prancis dalam kelas.

(14)

xiv Par:

Halida Salmi Amalina 08204241018

EXTRAIT

Cette recherche a pour but de décrire: 1) la stratégie sociale et affective dans l’apprentissage de la compétence d’expression orale en français des apprenants qui ont un niveau d’étude excellent de la classe XI IPA SMA N 2 Sleman Yogyakarta; 2) la stratégie sociale et affective dans l’apprentissage de la compétence d’expression orale en français en commun.

Cette recherche est une recherche descriptive qualitative. Cette recherche utilise une méthode de données triangulaires pour obtenir la validité de la recherche. Le recueil de données se fait à travers de trois étapes: 1) l’utilisation des enquêtes comme l’instrument principal pour ramasser les informations concernant la stratégie des apprenants à apprendre le français; 2) le processus intense d’interviewer le sujet de la recherchepour obtenir le matériel d’information examiné; 3) le processus d’observer l’apprentissage de l’expression orale en classe du français.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakekat dari belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik secara

afektif, kognitif dan sosial. Perubahan tingkah laku tersebut akan terjadi melalui

berbagai proses secara berkesinambungan. Pembelajaran bahasa Prancis di

sekolah menengah atas bertujuan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi

dalam berbahasa yang meliputi dari: mendengarkan, membaca, berbicara, dan

menulis.

Perubahan secara afektif tersebut dapat dilihat dari nilai dan moral pelajar.

Pandangan tersebut dapat di nilai dari baik atau buruknya, layak atau tidak

layaknya, indah atau tidak indahnya. Ini dapat diketahui melalui sikap dan

perilaku seseorang. Perubahan secara kognitif dapat diketahui dari cara berfikir

dalam proses pembelajaran. Nilai kognitif ini dapat diukur melalui hasil belajar

seperti prestasi belajar yang telah tercapai. Perubahan secara sosial dapat

diketahui dari interaksi dengan masyarakat dalam lingkungan yang luas dan

sesama siswa dalam lingkungan sekolah.

Seiring perkembangan zaman, pembelajaran bahasa tdak lagi hanya berfokus

pada kemampuan berfikir (kognitif). Akan tetapi kemampuan sosial dan afektif

siswa dibutuhkan dalam proses pembelajaran bahasa asing (Prancis) untuk

(16)

Berbicara tidak sekedar hanya mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata.

Berbicara merupakan aktifitas untuk mengkomunikasikan gagasan yang

disesuaikan dengan apa yang ingin disampaikan kepada pendengar atau lawan

tutur berbicara. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi

menunjukan bahwa siswa kelas XI IPA 1 di SMA N 2 Sleman Yogyakarta

kurang berani berbicara menggunakan bahasa Prancis. Hanya 2-5 orang siswa

yang aktif dan berani berbicara menggunakan bahasa Prancis pada saat pelajaran

berlangsung. Dalam proses pembelajaran bahasa asing, tentu saja siswa dituntut

mampu mengucapkan dan bertutur kata bahasa yang dipelajari oleh karena itu

sangat dibutuhkan strategi untuk mencapai tujuan agar terjadi hubungan timbal

balik antara strategi belajar siswa dan hasil dari strategi belajar dengan lancarnya

kompetensi berbicara pada siswa. Strategi secara umum adalah teknik untuk

mendapatkan kemenangan pencapaian tujuan. Menurut Henry Mintzberg (1998)

Istilah srategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau memimpin

pasukan. strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa

depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah;

pengertian strategi adalah seni dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber

daya untuk penggunaan yang paling efisien dan efektif.

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat

menyampaikan fikiran secara efektif, oleh karena itu pembicara harus

(17)

menggunakan bahasa Prancis yang telah dipelajari, siswa harus memiliki

keterampilan sosial dan keterampilan berpartisipasi secara afektif.

Keterampilan sosial dan afektif sudah seharusnya dimiliki siswa agar apa

yang telah dipelajari dapat digunakan. Peran guru sangatlah penting, guru tidak

lagi menitik beratkan pentingnya belajar bahasa. Akan tetapi guru dapat

mengajarkan bagaimana cara belajar cepat, efektif, menyenangkan, dan

menggunakan strategi belajar. Oleh karena itu menurut peneliti perlu

dilakukanya analisis sejauh mana siswa menggunakan kemampuan sosial dan

afektif berbicara bahasa Prancis, dalam proses pembelajaran.

Selama ini siswa-siswa selalu diarahkan kepada model pembelajaran

yang berorientasikan kognitif pada umumnya, perkembangan dunia pendidikan

siswa dituntut dalam bersikap dan dalam berketerampilan. Oleh karena itu

strategi belajar afektif dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tumbuh dari

dalam diri siswa.

Terdapat faktor-faktor yang berkontribusi dalam menggunakan strategi

belajar seperti guru, siswa, dan budaya. Faktor-faktor ini sangat penting untuk

menunjang penggunaan strategi belajar yang tepat dan efektif yang bertujuan

agar hasil belajar siswa menjadi meningkat. Berkaitan dengan masalah di atas,

kesadaran dan ketertarikan siswa terhadap strategi belajar harus ditingkatkan

(18)

B. Identifikasi Masalah

1. Kemampuan afektif siswa sangat kurang dalam proses pembelajaran secara

formal.

2. Sangat ironis ketika siswa belajar kemampuan berbicara akan tetapi

kurangnya interaksi antara guru dan siwa, sedangkan Keterampilan berbicara

merupakan salah satu kompetensi yang dipelajari siswa.

3. Dalam keterampilan sosial dan afektif siswa cenderung tidak mempraktekan

apa yang telah dipelajari diluar sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Fokus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui strategi belajar apa yang digunakan dalam keterampilan

berbicara bahasa prancis oleh siswa-siswa berprestasi kelas XI IPA 1.

2. Mengetahui strategi belajar apa yang digunakan dalam keterampilan

berbicara bahasa prancis oleh siswa-siswa umum kelas XI IPA 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah terdapat

rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana strategi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa prancis

yang digunakan oleh siswa-siswa secara umum kelas XI IPA 1?

2. Bagaimana strategi belajar dalam keterampilan berbicara bahasa prancis

(19)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui strategi belajar yang digunakan dalam keterampilan berbicara

bahasa prancis secara khusus oleh siswa-siswa berprestasi kelas XI IPA 1.

2. Mengetahui strategi belajar yang digunakan dalam keterampilan berbicara

bahasa prancis oleh siswa-siswa umum kelas XI IPA 1.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, secara teoretis dan praktis.

Secara teoretis, hasil penelitiaan dapat digunakan sebagai referensi tambahan

dalam penelitian strategi belajar

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi beberapa pihak, antara

lain: siswa, guru bahasa Prancis, mahasiswa pendidikan bahasa Prancis,

peneliti sendiri, dan peneliti lainnya.

a. Bagi guru bahasa Prancis dan mahasiswa dapat digunakan untuk

membuat teknik-teknik dan strategi-strategi dalam proses pembelajaran

bahasa Prancis

b. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi

(20)

6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran keterampilan berbicara

Standar kompetensi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menyatakan

bahwa pembelajaran bahasa diarahkan untuk membantu peserta didik mengenal diri,

budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi

dalam masyarakat. Selain itu, pembelajaran bahasa diarahkan agar peserta didik

menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam

dirinya. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis (Depdiknas, 2006: 1).

Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan kemampuan

secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, siswa telah dapat mengungkapkan

pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan tersebut

menjadi semakin sempurna dalam arti strukturnya menjadi sempurna, pilihan katanya

semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi.

Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di

dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan, telah

disebutkan bahwa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat

pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar

dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta

dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama

(21)

Pada dasarnya, setiap guru bahasa dan sastra Indonesia mengharapkan bahwa

semua siswa mampu menggunakan keterampilan berbicara sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan berkomunikasinya secara lisan sehingga dalam kondisi

pembicaraan apa pun, mereka mampu mengaplikasikannya secara efisien dan efektif.

1. Hakikat Pembelajaran Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan yang dilakukan

secara lisan. Rofiuddin (1998: 13) mengatakan bahwa berbicara merupakan

keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan

secara lisan.

Salah satu keterampilan pembicara adalah keterampilan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara

disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun

serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak

(Tarigan, 1983: 12)

Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor

fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang

memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Faktor

psikologis memberikan andil yang cukup besar dalam kelancaran berbicara, seperti

(22)

jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh

lain yang ikut dalam aktivitas berbicara.

Berbicara sebagai salah satu unsur keterampilan berbahasa sering dianggap

sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran

berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan

dengan menyuruh siswa berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau

berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya,

pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat

giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus mempersiapkan bahan

seringkali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain

merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mendapatkan giliran.

Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran

berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan

kegiatan berbicara yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis dan pokok

pembicaraan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara memperhatikan

komunikasi dua arah dan fungsional. Tugas pengajar adalah mengembangkan

pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup dan diminati oleh anak

sehingga benar-benar dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk memepersiapkan diri

terjun ke masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam pembelajaran berbicara harus

diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.

Terkait dengan hal tersebut, Rofi’uddin (1998: 18) mengemukakan beberapa

(23)

a. Berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih yang

melangsungkan komunikasi secara lisan, ada pembicara dan ada

penyimak

b. Ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan

penyimak, mulai dari orang berbincang-bincang sampai ke pertemuan

umum di lapangan

c. Pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe

pertemuan lisan itu

d. Pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.

Agar prinsip pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik, hendaknya

seorang guru juga memperhatikan kriteria pemilihan bahan ajar berbicara, sebagai

berikut:

a. Bahan yang dipilih harus memiliki nilai tambah, (1) memperkenalkan

gagasan baru, (2) mengandung informasi yang belum diketahui siswa, (3)

membantu siswa memahami cara berpikir orang lain, dan (4) mendorong

siswa untuk membaca tanpa disuruh

b. Meningkatkan kecerdasan siswa.

c. Memperluas kosakata yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah yang

memadai

d. Bahan bacaan memberikan kemungkinan kepada guru untuk mengajukan

pertanyaan, yakni (1) membuat gambar, (2) mengolah kembali informasi

(24)

e. Saduran sesuai dengan tingkat keterampilan peserta didik

f. Karangan guru terdiri atas, (1) sesuai dengan tujuan pendidikan, (2)

sesuai dengan jiwa Pancasila, (3) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (4)

sesuai dengan tema, dan (5) tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang

berlaku.

Secara umum kegunaan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia

untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam pemahaman yang lebih khusus,

menurut Pringgawidagda (2002: 12) tujuan penguasaan bahasa adalah seseorang dapat

berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Dalam proses pembelajaran bahasa,

pelajar tidak hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa asing akan tetapi pelajar juga

(25)

2. Faktor-faktor proses pembelajaran bahasa

Pembelajaran bahasa asing secara secara formal memiliki kurikulum,

guru profesional, media, dan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Akan tetapi

siswa yang melakukan pembelajaran secara formal, tidak serta merta menjamin

keberhasilan siswa sukses. Keterlibatan siswa dapat diartikan sabagai partisipan

yang berperan aktif dalam proses belajar (Dimyati dan Mudjiono 1994: 56-60)

maksudnya adalah siswa merupakan pihak yang memiliki kepentingan yang

sangat besar dalam proses pembelajaran bahasa. Adapun kualitas dan kuantitas

keterlibatan siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal

(Mudzakir, 1997: 155-168).

Faktor internal berdasarkan dari fisik dan jiwa siswa. Faktor fisik yang

mempengaruhi setiap proses pembelajaran bahasa sebagai contoh: sakit dan

cacat pada fisikdapat mempengaruhi kualitas proses belajar seorang siswa.

Faktor kejiwaan jugadapatmempengaruhi setiap kondisi mental pelajar sebagai

contoh: kecerdasan, motivasi, bakat, ketertarikan dan kesehatan mental.

Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

dari luar diri pelajar sebagai contohnya: kondisi keluarga, kondisi sekolah, dan

(26)

a. Faktor Eksternal

Fakor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

bahasa yang ada diluar diri siswa. Faktor-faktor tersebut adalah, kondisi

keluarga, kondisi sekolah dan lingkungan.

1) Faktor Guru

Guru merupakan pendidik profesional dan salah satu faktor yang

memegang peranan penting dari faktor-faktor yang lain. Guru harus

memiliki kreativitas dan kemampuan yang baik pada saat

mentransformasikan ilmu-ilmu kebahasaan pada siswa-siswa. Oleh karena

itu guru ikut serta dalam penentuan strategi belajar yang akan digunakan

oleh siswa, membimbing siswa mandiri dan aktif.

2) Kondisi keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat (Khadr and

El-zeini, 2003: 140). Keluarga adalah bagian terkecil dalam masyarakat yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak (Corbett, 2004:3). Kondisi keluarga memiliki

kaitan yang erat dengan proses pembelajaran bahasa. Status ekonomi dan

status sosial keluarga yang terpandang memberikan dambak terhadap proses

pembelajaran sebagai contohnya, membantu pelajar dalam mendapatkan

kualitas pendidikan dan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan

hasil belajar (Deka, 1993: 22). Kondisi keluarga yang memiliki kekuatan

finansial dan terpandang dalam masyarakat dapat memberikan bantuan

(27)

dapat mempengaruhi pelajar dalam tingkah laku, penilaian, ketertarikan, dan

motivasi pelajar.

3) Kondisi sekolah dan lingkungan

Sekolah merupakan tempat yang menjanjikan bagi masa depan

(Al-Enezi, 2002). Sekolah mencerminkan bagaimana gambaran dari lingkungan

yang sukses dan merupakan contoh terhadap masyarakat tentang penilaian

sebuah pendidikan. Hal tersebut menunjukan lingkungan sekolah memiliki

peran penting dalam pemilihan metode-metode dan kurikulum sebagai

masukan yang positif dari luar sekolah.

Sekolah merupakan faktor yang menpengaruhi pelajar dalam proses

pembelajaran, seperti pengaruh keadaan bagunan, fasilitas sekolah,

kecukupan bagunan dan manajamen sekolah, kualitas guru dan jumblah

siswa dalam satu kelas. Terdapat hubungan yang berarti antara bangunan

sekolah dan pencapaian hasil belajar (Al-Enezi, 2002). Fasilitas sekolah

yang mendukung akan membantu dalam aktivitas pendidikan. Disamping

kondisi, ketersedian fsilitas, manajemen sekolah dan bangunan sekolah

diawasi oleh pihak sekolah langsung dan dibawah kontrol negara.

Peningkatan fasilitas sekolah akan memungkinkan untuk meningkatkan

kualitas akademi (Bucley 2003). Maksudnya jika kualitas sekolah baik,

(28)

4) Faktor Kurikulum

Kurikulum dalam pengertianya secara umum adalah suatu perangkat dan

program pendidikan yang diberikan oleh penyelengara pendidikan yang

berisikan rancangan pembelajaran yang ditujukan bagi peserta didik yang

dirancang dengan kesesuaian dan kebutuhan.

Menurut Gagne Robert (1967) kurikulum adalah suatu rangkaian unit

materi belajar yang disusun sedemikian rupa,sehingga anak didik dapat

mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki atau dikuasai

sebelumnya.

Kurikulum memberikan manfaat bagi guru, bagi sekolah dan bagi

masyarakat. Manfaat bagi guru, kurikulum merupakan pedoman dalam

proses pembelajaran bahsa. Manfaat bagi sekolah adalah alat untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Manfaat bagi masyarakat

adalah masyarakat bisa menggunakan kurikulum dalam mendidik

putra-putrinya.

Dapat diimpulakan bahwa kurikulum merupakan sebuah instrumen yang

disajikan disekolah yang telah disusun dari berbagai rangkaian unit,

berisikan pengalaman pembelajaran bagi siswa atau peserta didik.

Pembentukan kurikulum tentu saja bagian untuk menyukseskan proses

pembelajaran bahasa. Jika sekolah, guru dan masyarakat bisa saling

bersinergi dalam pembentukan kurikulum maka harapan suksesnya

(29)

b. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa,

contohnya adalah kecerdasan, ketertarikan dan motivasi, strategi belajar dan

kesehatan.

1) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar memahami dan berfikir.

Kecerdasan merupakanpengaruh yang besar dalam kemampuan belajar.

Menurut Gardner (1993: 6) terdapat delapan kategori kecerdasan adalah:

kemampuan linguistik, kemampuan logika-matematik, visual, jasmani,

musik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan secara alamiah.

McKenzie (2005) menambahkan satu kecerdasan yaitu kecerdasan

exsistensi.

Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam kemampuan secara cepat

dalam berbicara dan menulis, kemampuan ini sangat penting dalam belajar

bahasa-bahasa asing. Orang-orang yang cerdas dalam verbal-linguistik

memiliki ciri baik dalam membaca, menulis, meceritakan sejarah dan

memliki ingatan yang tajam bahkan hari dan tanggal mampu diingat dengan

jelas.

Kecerdasan logika yang tidak hanya kecerdasan dalam matematika,

memiliki pertimbangan yang masuk akal yang baik. Kecerdasan logika juga

(30)

Kecerdasan visual adalah kecerdasan yang penalaranya melalui grafik,

tabel, peta, seni, ilustrasi, pazzel, kostum dan banyak material-material

lainya. Orang-orang yang memilki kecerdasan seperti ini mengambil

keputusan bardasarkan apa yang dilihat oleh orang tersebut.

Kecerdasan kinestik adalah kecerdasan simulasi yang aktif antara fisik

dan lingkungan. Kecerdasan kinestik adalah kecerdasan yang melalui

motorik yang aktif, kecerdasan ini biasa ditemukan dalam sains, pusat

pembelajaran manipulatif, permainan-permainan yang dramatis yang

diimprovisasi.

Kecerdasan musik adalah kecerdasan pola, dalam musik-musik,

puisi-puisi, instrumental, lagu dari bunyi-bunyi yang berasal dari lingkungan dan

ritim. Orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi dalam bermusik secara

normal memiliki kemampuan baik dalam bernyanyi, bermain musik

instrumental dan komposer-komposer musik.

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan untuk merasakan, menilai

dan tingkah laku. Kecerdasan ini sangat membantu dalam pembuatan

kurikulum pembelajaran.Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini

cenderung intuitif dan bertipikal tertutup. Orang yang memiliki kecerdasan

intrapersonal akan cenderung sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya.

Kecerdasan interpersonal dalah kecerdasan yang dirangsang oleh

interaksi dengan yang lainnya. Pelajar yang memiliki kecerdasan

(31)

secara tradisional. Kecerdasan ini memiliki tipe yang bekerja baik dengan

orang lain dan bisa berdiskusi maupun berdebat dengan orang lain.

Kecerdasan alamiah adalah kecerdasan dalam mengkategorisasikan dan

hirarki-hirarki. Maksudnya adalah kecerdasan ini dapat merangsang dan

dapat menghubungkan kelompok-kelompok dan memahami peta semantik.

Kecerdasan existensial adalah kecerdasan untuk memahami proses

dalam hal yang lebih besar, dalam konteks eksistensi. Kecerdasan ini

terangkum dalam estetika, filosofi, kepercayaan, menekankan penilaiaan

terhadap keindahan, kebenaran dan kebaikan. Pelajar yang memiliki

kecerdasan exsitensi, memiliki kemampuan merangkum dari banyak

sumber.

Penjalasan dari tipe-tipe kecerdasan di atas memiliki ukuran dan standar

yang berbeda-beda pada setiap orang. Memiliki tingkat kecerdasan yang

tinggi dapat memprediksi pencapaian dalam hasil belajar bahasa. Akan

tetapi dalam kenyataannya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi tidak

menjamin kesuksesan dalam kehidupan bermasyarakat (Epstein, 1998: 17).

2) Ketertarikan dan motivasi

Memiliki ketertarikan yang tinggi dalam pembelajaran bahasaakan

menghasilkan kemudahan dalam proses pembelajaran (Hidi dan Bascolo,

(32)

3) Kesehatan

Kesehatan masyarakat dalam suatu negara tak akan dapat berpartisipasi

tampa fisik dan mental yang sehat (Unger, 2004: 4). Kesehatan merupakan

salah satu diantara faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

bahasa (Mudzakir, 1997). Ini berkaitan dengan kondisi fisik dan mental

pelajar. Dalam keadaan fisik yang sehat dapat memberikan pengaruh

terhadap proses pembelajaran bahasa.

Sebagai contohnya, pelajar merasakan sakit kepala, pilek dan lain-lain

dapat berdampak negatif terhadap pembelajaran dan hal tersebut membuat

siswa tidak bersemangat.

Kejiwaan misalnya perasaan kecewa karena konflik yang ada juga

memberikan dampak yang negatif pada proses pembelajaran bahasa.

Kondisi mental yang tidak baik akan mempengaruhi kecakapan siswa dalam

belajar seperti rasa bersalah, tak percaya diri dan frustasi.

Faktor kesehatan memiliki andil yang penting sebagai salah satu faktor

dari dalam diri pelajar. Kesehatan tentu akan mempengaruhi kesiapan fisik

dan mental pelajar dalam proses pembelajaran bahasa.

B. Strategi Belajar

1. Definisi Strategi Belajar

Strategi belajar adalah kegiatan mental dan tingkah laku yang berhubungan

dengan tahap-tahap tertentu dan keseluruhan proses dalam sebuah kegiatan (Ellis,

(33)

dilakukan bertahap dari keseluruhan proses pembelajaran bahasa sasaran. Dalam

penjelasan spesifik dan mendalam, strategi belajar yaitu langkah-langkah yang

diambil siswa untuk meningkatkan pembelajaran mereka sendiri (Oxford, 1990: 1).

Hal tersebut mengambarkan bahwa siswa menggunakan beberapa cara untuk

membuat proses belajar meraka lebih mudah, lebih cepat dan lebih efektif untuk

dipindahkan ke situasi baru dan bahasa baru (Oxford, 1990: 8).

Sementara itu, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan

siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, (Wina Senjaya, 2008)

menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.

Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang

keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Strategi belajar juga merupakan tindakan-tindakan terlihat yang dilakukan secara

sadar maupun tidak sadar, dalam berpartisipasi dan dalam interaksi kelas formal

(Sugeng, 2010: 60). Tindakan-tindakan transparan itu bermakna bahwa

gerakan-gerakan fisik, ekspresi dapat terlihat secara visual seperti: mengangkat tangan,

menganggukan kepala, menggelengkan kepala, membalikan badan, berdiri dan

sebagainya. Kelas formal yang dimaksutkan, pembelajaran yang berlangsung selama

dalam kelas. Interaksi yang dimaksutkan adalah hubungan timbal balik antara siswa

(34)

Strategi belajar juga didefinisikan sebagai, tindakan tertentu, langkah, atau

teknik yang memberikan fasilitas seperti mencari mitra percakapan atau memberi

motivasi dalam belajar bahasa yang bertujuan sebesar-besarnya untuk meningkatkan

belajar mereka sendiri (Scarcella dan Oxford, 1992: 63). Ketika siswa sadar dan

memilih startegi belajar yang sesuai dengan gaya belajar mereka maka, proses

belajar akan lebih mudah dilaksanakan. Dalam pengertian lainya, strategi belajar

merupakan tindakan dan pemikiran yang digunakan siswa selama proses belajar

yang diperuntukan mempengaruhi hasil pembelajaran (Weistein dan Mayer, 1986

dalam Ellis, 2003: 531). Strategi belajar dapat berkontribusi pada perkembangan

sistem bahasa yang dibangun siswa dan siswa berkontribusi pada pembelajaran

secara langsung (Rubin, 1987 dalam Ellis, 2003: 531).

Dari semua definisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa starategi belajar

adalah siasat, langkah, dan cara yang diambil oleh siswa secara sadar maupun tak

sadar. Diimplementasikan dalam tindakan yang terstruktur, dan

tindakan-tindakan tersebut akan berdampak pada kemampuan belajar, hasil belajar dan

kemampuan kebahasaan siswa.

2. Manfaat strategi belajar

Penerapan strategi belajar dalam proses pembelajaran bahasa secara formal,

siswa tidak bisa lepas dari peran guru. Guru yang akan mengarahkan siswa dalam

pengunaan strategi belajar yang tepat. Guru akan mengarahkan siswa hingga siswa

(35)

siswa dapat mengetahui kemampuanya sendiri, siswa akan menetapkan sendiri

strategi belajar apa yang akan digunakan.

Strategi belajar sangat dianjurkan digunakan siswa dalam proses pembelajaran

bahasa Prancis. Strategi belajar sangat penting karena strategi belajar merupakan

cara agar siswa aktif dan mandiri untuk memabangun tujuan komunikatif (Oxford,

1990: 1). Siswa harus peduli dengan cara belajar, agar siswa mengetahui kelebihan

dan kekurangannya (Ekwensi, Moranski dan Towsend-Sweet, 2006). Guru memiliki

peran penting untuk memahami variasi dari strategi belajar yang bertujuan

mendapatkan perhatian siswa yang lebih besar tanpa memberi rasa jenuh dan bosan

pada proses pembelajaran bahasa Prancis.

Strategi belajar memiliki tujuan utama untuk membantu siswa dalam proses

pembelajaran bahasa Prancis agar hasil belajar lebih baik. Strategi balajar juga dapat

membentuk siswa menjadi mandiri untuk membentuk karakter (Allwright (1990)

dan little (1991 dalam Oxford, 1993). Ketika siswa sudah memahami cara proses

belajar yang tepat, siswa dapat mengatur dan lebih bertanggung jawab pada cara

belajar. Pengetahuan akan keterampilan dalam pembelajaran diri sendiri adalah ciri

pelajar yang sukses.

Strategi belajar yang diterapakan secara sadar dan disengaja untuk memfasilitasi

pelajar, merupakan bagian dari belajar (Weinstein danMayer, 1986 di O'Malley dan

Chamot, 1990:43). Tujuan dari strategi belajar untuk mendapatkan motivasi, cara

pelajar memperoleh ilmu, mengatur dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

(36)

pengumpulan kosa kata, membatu siswa dalam meyelesaikan tugas yang sulit

seperti memahami dan memproduksi bahasa baru (O'Malley dan Chamot, 1990: 43).

Siswa membutuhkan strategi belajar dalam pembelajaran karena mereka harus

mengingat informasi baru yang didapat sehingga mereka dapat memahami informasi

tersebut dan menggunakanya ketika dibutuhkan. Informasi yang tidak diingat dan

dianggap tidak bernilai untuk siswa baik yang berkaitan dengan kebutuhan dalam

dan luar sekolah (Mangrum and Strichart,1988). Strategi belajar bahasa membuat

siswa berhasil dalam pembelajaranya karena strategi belajar menuntun siswa lebih

efisien dan efektif.

Dari penjelasan yang ada pada bagian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat

strategi belajar ditujukan sebesar-besarnya untuk mempermudah pembelajaran,

menunjang dalam pembelajaran, memediasikan pembelajaran, menyadarkan siswa

pentingnya strategi belajar, membentuk siswa dalam proses pembelajaran bahasa

sasaran. Menyadarkan siswa bahwa belajar bahasa tidak hanya selalu fokus pada

materi belajar akan tetapi cara belajar yang lebih efektif dan mandiri.

3. Jenis Strategi Belajar

O’Malley dan Chamot (1990: 44) membagi strategi belajar menjadi tiga

kategori, yaitu: Metakognitif, Kognitif, dan Sosio-Afektif. Sedangkan Oxford

(1990: 4) membagi strategi belajar menjadi dua group, yaitu: Strategi langsung dan

(37)

Kompensasi. Strategi tak langsung terdiri dari strategi Metakognitif, Afektif dan

Sosial.

a. Strategi langsung

Strategi langsung merupakan strategi belajar bahasa yang secara terlibat

dalam bahasa sasaran (Oxford, 1990: 37). Semua strategi langsung,

membutuhkan proses mental dalam mempelajari bahasa, terdapat tiga grup

strategi langsung (Memori, Kognitif, dan Kompensasi) setiap strategi

memiliki perbedaan dalam penggunaannya dan perbedaan dalam tujuannya.

Strategi Memori membantu siswa dalam menyimpan bahasa baru dan

informasi baru. Strategi Kognitif membantu siswa dalam menyediakan

pemahaman dalam bahasa baru dengan arti yang berbeda. Strategi

Kompesasi membantu siswa dalam mencari padananlain dari bahasa baru.

b. Strategi tidak langsung

Strategi tak langsung merupakan, strategi yang mendukung dan

mengatur pembelajaran bahasa tanpa terlibat dalam bahasa sasaran (Oxford,

1990: 135). Dalam strategi ini tebagi menjadi tiga strategi yaitu:

Metakognitif, Afektif, dan Sosial.

1) strategi metakognitif

Menurut Brown (2007: 142), metakognitif , suatu istilah yang digunakan

dalam proses pemrosesan informasi untuk menunjukan fungsi “eksekutif”,

adalah strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran tentang

(38)

pemahaman seseorang, dan evaluasi pembelajaran setelah aktivitas selesasi.

Dalam arti kata lain bisa kita garis bawahi dari pernyataan Brown adalah

adanya susatu proses feed back terhadap suatu aktivitas yang akan, sedang,

dan telah dilangsungkan. Bisa kita anggap bahwa strategi metakognitif

memerlukan perencanaan matang untuk menuju evaluasi yang memuaskan.

2) Strategi afektif

Strategi Afektif merupakan strategi yang digunakan siswa untuk

mengontrol emosi dan sikap tehadap pembelajaran bahasa. Berikut beberapa

contoh dari strategi Afektif: siswa memberanikan diri untuk berbicara bahasa

prancis walaupun takut membuat kesalahan, siswa dapat memberi

penghargaan pada diri sendiri ketika siswa melakukan hal yang benar dalam

pembelajaran bahasa Prancis, siswa mendengarkan musik pada saat belajar

bahasa prancis agar susana lebih nyaman.

Guru bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap emosi siswa, guru

bisa lebih menghormati siswa dalam kelas dalam berbagai cara seperti:

merubah struktur sosial dalam kelas, memberikan siswa tangunggjawab

lebih, komunikasi yang naturalistik, dan mengajarkan siswa menggunkan

strategi afektif (Oxford, 1990: 140).

Menurut (Oxford,1990:141) terdapat tiga cara dalam memanfaatkan

strategi afektif ini dalam belajar bahasa kedua, yaitu dengan mengurangi

kecemasan dengan cara mendengarkan musik, tertawa, dan meditasi setelah

(39)

pernyataan –pernyataan positif, menghargai diri sendiri dalam belajar bahasa

kedua; mengatur suhu emosi sendiri dengan berdiskusi dengan rekan ketika

mempunyai masalah, berusaha untuk mendengarkan suara tubuh ketika

sudah terlalu capek dalam belajar bahasa kedua.

Rasa keberhasilan yang mendasari harga diri tercermin dalam sikap

disposisi mental, keyakinan dan pendapat. Yang mempengaruhi motivasi

belajar (Oxford, 1990: 141-142). Sikap adalah cerminan prediksi motivasi

dari kehidupan bahkan dalam proses pembelajaran bahasa.

Sikap cemas dalam belajar bahasa merupakan gambaran dari pentingnya

pembelajaran, tetapi rasa cemas yang terlalu berlebihan dapat berdampak

buruk yang menghambat pembelajaran (Oxford, 1990: 142). Strategi afektif

dapat membatu mengurangi kecemasan yang terlalu berlebihan dengan

mengontrol emosi dengan cara tertawa, rilex, mendengarkan musik, dan

menarik nafas dalam-dalam. memperhatikan tanda dari tubuh seperti

mersakan capek.

Terdapat tiga kunci dari penggunaan strategi afektif yaitu, mengurangi

kecemasan, mendorong diri, mengontrol emosi.

(a) Mengurangi kecemasan

Terdapat tiga perangkat dalam strategi menguarangi kecemasan yaitu,

(40)

(1) Relaksasi, menarik nafas yang dalam atau meditasi

Menggunakan teknik relaksasi, menarik nafas dalam-dalam atau meditasi

merupakan cara untuk menurunkan ketegangan yang ada pada otot utama

dalam tubuh. Teknik menarik nafas dalam-dalam atau teknik meditasi

atau menggunakan suara musik (Oxford, 1990: 143).

(2) Menggunakan musik

Menggunakan musik bisa dilakukan dengan cara mendengarkan musik,

sebagai contohnya bisa mendengarkan musik klasik (Oxford, 1990: 143).

(3) Tertawa

Tertawa ditujukan agar menjadi rilex atau santai, ini bisa dilakukan

dengan menonton film komedi, membaca buku komedi, atau

mendengarkan lelucon atau humor (Oxford, 1990: 143).

(b) Mendorong diri

Dalam strategi ini terdapat tiga perangkat yang dapat digunakan. Menjadikan

siswa lebih menjadi pelajar yang mandiri, mendorong diri sendiri, akan

membantu siswa mengambil resiko dengan bijak, dan memberikan

penghargaan pada diri sendiri (Oxford, 1990: 143).

(1) Membuat pernyataan yang positif

Membuat pernyataan positif adalah strategi yang bisa dilakukan dengan

mengucapkan atau menulis pernyataan tentang diri sendiri yang

positif.Ini bertujuan untuk pelajar lebih merasakan kepercayaan diri

(41)

(2) Mengambil resiko yang bijak

Mengambil resiko bijak adalah, mendorong diri dalam situasi

pembelajaran bahasa, meskipun ada kemungkinan terjadinya kesalahan,

kelihatan bodoh,dan dimarahi (Oxford, 1990:144).Maksudnyasiswa

memberanikan diri berbicara dengan bahasa sasaran, walaupun ada

resiko.

(3) Memberi penghargaan pada diri sendiri

Memberi hadiah pada diri sendiri khususnya pada saat penampilan yang

baik dalam belajar nahasa baru (Oxford, 1990: 144).

(a) Mengontrol emosi

Terdapat empat langkah dalam mengatur emosi yaitu merasakan,

memotivasi, tingkah laku dalam menyelasaikan tugas-tugas bahasa.

(1) Mendengarkan tubuh

Mendengarkan tubuh maksudnya adalah mendengarkan signal yang

diberikan tubuh apakah merasakan stress, marah, khawatir, takut atau

yang positif bahagia, tertarik, damai, dan menyenangkan (Oxford, 1990:

144).

(2) Menggunakan daftar periksa

Menggunakan daftar periksa merupakan, mengecek keaadan perasaan,

tingkah laku, dan motivasi mengenai pelajaran bahasa secara umum dan

(42)

dapat membuat daftar periksa tentang perkembangan dirinya sendiri

dalam pembelajaran bahasa sasaran.

(3) Menulis diari dalam bahasa sasaran

Menulis diari, catatan atau journal menuliskan peristiwa atau tentang

perasaan agar tetap mendapatkan perkembangan dalam pembelajaran

bahasa baru (Oxford, 1990: 144).Maksudnya adalah siswa dapat

mencurahkan perasaannya dengan menulis catatan kecil atau diari

dengan menggunakan bahasa sasaran.

(4) Menceritakan perasaan pada seseorang

Menceritakan perasaan pada orang lain dalam pembelajaran bahasa

(Oxford, 1990: 144). Ini bisa dilakukan dengan cara berbicara dengan

guru, teman dan keluarga tentang keluhan yang dirasakan pada saat

pembelajaran.

3) Strategi sosial

Strategi sosial adalah, strategi yang digunakan siswa dalam belajar

bahasa dengan berinteraksi dengan masyarakat yang ada dalam lingkungan

sekolah maupun yang ada diluar lingkungan sekolah. Strategi sosial dapat di

artikan dengan memfasilitasi diri dalam bahasa sasaran dengan cara

berinteraksi dengan orang lain (Chiya, 2003). Strategi sosial sangat penting,

untuk menyadarkan siswa bahwa perlunya belajar dengan orang lain seperti

(43)

Terdapat tiga perangkat strategi belajar yaitu: bertanya, bekerjasama

dengan orang lain, dan bersimpati dengan yang lain (Oxford, 1990: 144).

Berinteraks imerupakan dasar dari bersosialisasi dalam sosial. Siswa dapat

bertanya dapat yang belum dipahami, itu juga dapat memajukan dan

mendapatkan masukan dari orang lain.

Salah satu interaksi sosial yang mendasar adalah bertanya pada orang,

dimana tindakan tersebut siswa mendapatkan manfaat yang besar. Bertanya

dapat membantu siswa mendekati makna dari kata ataupun teks yang

sebenarnya, yang baik dalam pemahaman siswa. Bertanya kepada orang lain,

berarti memberikan informasi pada orang lain. Apakah informasi tersebut

bisa di pahami, jika di pahami maka orang lain dapat memberikan umpan

balik kepada penanya (Oxford, 1990: 145).

Selain mengajukan pertanyaan, siswa dapat bekerja sama dengan orang

yang memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Bekerjasama dapat

memberikan isyarat adanya persaingan dan kehadiran semangat kelompok,

model pembelajaran yang kooperatif menunjukan efek yang positif dan

berarti seperti, meningkatnya harga diri, meningkatkan kepercayaan diri,

lebih berprestasi, lebih menghormati guru, dan sekolah.

Kooperatif yang lebih tinggi dapat memberikan dampak yang positif

seperti meningkatkan motivasi belajar, penggunaan bahasa yang lebih

bervariasi, umpan balik dari bertanya akan berkelanjutan (Oxford, 1990:

(44)

Dalam staretgi sosial siswa di tuntut untuk lebih berempati pada orang

lain untuk lebih berkomunikasi dan memahami pandangan orang lain.

Strategi sosial mambuat siswa berempati dengan pengembangan budaya dan

menjadi sadar dengan perasaan dan fikiran oreang lain (Oxford, 1990: 146).

Berikut beberapa contoh dari strategi sosial adalah: siswa bisa

memperaktekan bahasa Prancis dengan siswa lainya, siswa dapat meminta

kepada ahli bahasa prancis untuk mengkoreksi berbagai macam kompetensi

berbicara, menulis, mendengarkan dan membaca.

Terdapat tiga kunci dari strategi sosial yaitu, bertanya, bekerjasama

dengan orang lain dan berempati pada orang lain.

(a) Bertanya

Dalam perangkat strategi ini terdapat dua cara yang dapat dilakukan oleh

siswa, pertama adalah bertanya pada seseorang, bertanya kepada penutur asli

atau bertanya pada orang yang pandai dan cakap dalam bahasa baru. Dan

yang kedua meminta klarifikasi atau verifikasi untuk di koreksi (Oxford,

1990: 146).

(1) Bertanya untukklarifikasi dan verifikasi

Bertanya untuk mendapatkan klarifikasi dan verivikasi ini bisa dilakukan

dengan bertanya pada penutur asli.untuk mengulang, menjelaskan atau

memberikan contoh. Ini juga bisa dilakukan bertanya secara spesifik

(45)

(2) Bertanya untuk koreksi

Bertanya utuk dikoreksi adalah bertanya pada seseorang dalam

percakapan, strategi ini bisa melalui pembicaraan atau menulis (Oxford,

1990:147). Maksudnya siswa dapat bertanya kepada orang yang lebih

pandai, hal ini bisa dilakukan dengan melalui percakapan ataupun

penulisan.

(a) Bekerjasama dengan orang lain

Dalam strategi ini terdapat dua perangkat yaitu, bekerjasama dengan satu

orang atau lebih dalam mendapatkan kemampuan atau keahlian dalam

belajar bahasa. Strategi ini tidak hanya mengandalkan kerjasama dalam

pembelajran bahasa akan tetapi, juga dalam sosial (Oxford, 1990: 147).

(1) Bekerja sama dengan teman sejawat

Bekerjasama denga teman sejawat dalam mendapatkan keahlian atau

kemampuan bahasa, strategi ini dapat dilakukan dengan cara membuat

kelompok kecil. Strategi ini dapat memicu persaingan dan lebih

menantang (Oxford, 1990: 147).

(2) Bekarjasama dengan pengguna ahli bahasa

Bekerjasama dengan ahli bahasa atau penutur asli dalam bahasa baru, hal

ini biasanya dilakukan luar kelas. Strategi ini khususnya memperhatikan

peraturan dalam melakukan perbincangan yang dilakukan pada setiap

(46)

(a) Berempati dengan orang lain

Empati dapat meningkatkan kemudahan dalam pembelajaran bahasa,

terdapat dua strategi (Oxford, 1990: 147).Dapat meningkatkan pemahaman

kebudayaan dan dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama.

(1)Meningkatkan pemahaman tentang kebudayaan

Strategi ini dapat dilakukan dengan mencoba bersimpati pada orang lain

meskipun pembelajaran tentang budaya. Ini bisa dilakukan dengan

memahami orang lain yang berkaitan dengan budaya (Oxford, 1990:

147). Maksudnya adalah dengan mecoba bersimpati dan meningkatkan

empati pada budaya orang lain. Dalam hal ini siswa dapat memahami

budaya dari bahasa sasaran.

(2)Menjadikan lebih peduli dengan yang lain.

Peduli pada orang lain dapat dilakukan memperhatikan tingkah laku dan

ekspresi dengan memikirkan dan merasakan yang ada pada orang lain.

Bertanya tentang apa yang difikirkan dan apa yang dirasakan orang lain

(47)

4. Penelitian yang relevan

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukan hubungan antara strategi belajar

dan hasil belajar seperti, penelitian yang dilakukan oleh Martiwi (2005) yang

menunjukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara Strategi Memori,

Afektif, Kognitif, Metakognitif dan Sosial dalam hasil belajar bahasa Inggris.

Dalam penelitian yang dilakukan Herru Yoga (2014) yang berkaitan dengan

pengunaan strategi belajar bahasa Prancis oleh siswa XI IPA I di SMA N 2 Sleman

menunjukkan bahwa siswa cendrung menggunakan strategi Kognitif dan Memori

dan kompensasi.

5. Kerangka berfikir

Proses pembelajaran bahasa Prancis di SMA 2 Sleman Yogyakarta memiliki tiga

tujuan yaitu: membangun kemampuan berkomunikatif siswa, meningkatkan

kesadaran bahwa pentingnya belajar bahasa Prancis dalam komunikasi global dan

siswa dapat memahami bahasa budaya Prancis.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan terhadap strategi belajar afektif dan

sosial dalam kompetensi berbicara bahasa Prancis. Bagaimana kemampuan siswa

berprestasi dibandingkan siswa secara umum dalam menggunakan strategi social

dan afektif untuk berbicara bahasa Prancis. Oleh karena itu pada bab II peneliti akan

memulai pembahasannya pada pengertian proses pembelajaran bahasa yang akan

dikerucutkan pada defenisi strategi belajar, manfaat, karakter-karakter, jenis-jenis,

(48)
[image:48.595.98.436.146.377.2]

Deskriptif

Gambar I: Alur kerangka berfikir penelitian 6. Pertanyaan penelitian

Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliliti membuat

pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang akan diteliti. Yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan strategi belajar dalam kemampuan berbicara

bahasaPrancis yang digunakan secara umum oleh siswa kelas XI IPA 1?

2. Bagaimana strategi belajar digunakaan secara khusus oleh siswa-siswa

berprestasi kelas XI IPA 1 dalam berbicara bahasa Prancis? Proses pembelajaran bahasa

Prancis Kelas XI IPA 1 di SMA N 2 Sleman Yogyakarta

Siswa yang menggunakan pendekatan strategi belajar.

a. Afektif b. Sosial.

Strategi belajar bahasa yang umum digunakan

oleh siswa.

Strategi belajar bahasa yang digunakan oleh siswa

(49)

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dikategorikan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini,

penelit imendeskripsikan situasi atau fenomena melalui pendekatan induktif. Pendekatan

induktif yang dimaksud adalah suatu peristiwa atau fenomena khusus yang di

interpretasikan dalam kesimpulan secara umum.

Penelitian ini berfokus pada gambaran secara menyeluruh tentang strategi afektif

dan sosial dalam komptensi berbicara. Dalam metode penelitian deskriptif kualitatif ini

dikenal dengan adanya istilah informan, yaitu pelaku-pelaku yang memberikan informasi

untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak membatasi jumlah

informan maksudnya, jumlah informannya ditentukan sesuai kebutuhan penelitian ini.

Metodologi penelitian kualiatif yang beragam dapat dipandang sebagai suatu

brikolase dan peneliti sebagai bricoleur (Denzin dan Lincoln, 2009). Brikolase yaitu

serangkaian praktek yang disatupadukan dan disusun secara rapi sehingga menghasilkan

sebuah solusi bagi persoalan dalam situasi nyata.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti mengkaji secara mendalam

tentang strategi belajar bahasa apakah yang digunakan oleh siswa kelas XI IPA di SMA

(50)

Sleman Yogyakarta. Fokus penelitian terhadap siswa kelas XI IPA I SMA N 2 Sleman

Yogyakarta.

2. Jenis dan Sumber Data

Data kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui klasifikasi dan

digunakan sebagai data primer. Untuk mendapatkan data khusus dari informan, informan

harus memiliki persyaratan yaitu:

(a) Siswa kelas XI IPA 1 SMA N 2 Sleman Yogyakarta

(b) Tidak cacat wicara

(c) Bersedia menjadi informan

(d) Berkata jujur (melalui keterangan orang yang berwenang)

(e) Siswa yang tidak bermasalah

B. Metode Pengumpulan Data

Patton (Alsa, 2010) menyebutkan tiga macam metode dalam pngumpulan data

kualitatif, yaitu:

a. Indepth interview, berisi kutipan langsung mengenai pengalaman dan

pengetahuan subjek.

b. Observasi langsung, terdiri dari uraian rinci aktivitas dari penelitian atau

program dari eksplorasi data.

c. Kuesioner, yaitu meliputi isian angket berupa pertanyaan-pertanyaan

(51)

C. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam mengumpulkan data-data yang

diperlukan peneliti, hal ini sejalan dengan pendapat menurut Suharsimi Arikunto

(2010:265), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen yaitu

observasi, wawancara, dan angket. Observasi alat untuk mengamati tindakan-tindakan

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Wawancara merupakan alat kedua

yang digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat latar belakang dan motivasi.

Angket digunakan sebagai alat mengumpulkan data yang bersifat hal-hal yang diketahui

siswa atau laporan pribadi siswa .

1. Lembar observasi

Obervasi dilakukan untuk mendukung proses wawancara atau angket sebagai alat

untuk tambahan informasi penelitian. Observasi merupakan teknik pengumpulan data

yang mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu

wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi

juga obyek-obyek alam yang lain. Sugiyono (2012:145) mengemukakan bahwa,

(52)

Adapun indikator-indikator yang akan diobservasi adalah tindakan-tindakan

siswa dan sikap siswa dalam proses pembelajaran bahasa Prancis. Indikator tindakan

tersebut dibuat berdasarkan teori dan perangkat-perangkat strategi afektif dan sosial.

[image:52.612.85.493.263.701.2]

Indikator-indikator observasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel I: Observasi kelas XI IPA I bahasa Prancis

NO Indikator tindakan Afektif dan Sosial (√)

1 A. Pembukaan

 Siswa duduk di bangku masing-masing  Siswa melihat guru

 Tidak ada yang terlambat

 Siswa membersihkan papan tulis  Siswa menjawab salam guru  Siswa mengumpulkan tugas/PR  Menuliskan tugas di papan tulis 2 B. Apersepsi

 Menjawab materi pertemuan sebelumnya  Mengikuti instruksi guru

 Melihat kembali materi di buku methode

 Terjadinya interaksi dengan guru seperti bertanya

menggunakan bahasa Prancis

 Terjadinya interaksi sesama siswa menggunakan bahasa

Prancis

 Adanya siswa mengacungkan tangan untuk bertanya

 Terdapat siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru 3 C. Kegiatan inti

(53)

 Terdapat candaan yang membuat siswa semangat belajar  Siswa terlihat semangat

 Memperhatikan materi baru

 Mengeluarkan buku dan alat belajar  Membuka buku Le mag

 Menggunakan kamus  Memperhatikan guru

 Terlihat antusias dalam belajar

 Siswa fokus pada penjelasan guru dan menunda berbicara  Bertanya pada guru

 Menjawab pertanyaan guru

 Siswa berbicara dalam bahasa Prancis

 Menggunakan bahasa Prancis dan bahasa Indonesia saat bertanya

 Siswa mencatat materi pelajaran  Mencatat kosa kata dari guru  Bertanya pada guru

 Siswa terlihat percaya diri pada saat menjawab pertanyaan  Siswa terlihat percaya diri pada saat bertanya

 Kooperatif dengan teman  Berdiskusi tentang pelajaran  Membuat kelompok

 Bertanggung jawab dengan kelompok  Menuliskan hasil diskusi

 Mempresentasikan hasil diskusi  Mengkritik kelompok lain

(54)

 Mengerjakan tugas pribadi  Bekerja sendiri

 Membuka kamus, kamus online  Melihat buku catatan

 Siswa bertanya pada guru untuk mendapatkan klarifikasi tugas  Siswa bertanya pada guru untuk mendapatkan koreksi

 Siswa berani mempresentasikan hasil tugasnya

5 E. Penutup

 Siswa memperhatikan guru pada saat merangkum pelajaraan  Siswa menulis kembali hal penting

 Siswa tidak terburu-buru menutup pelajaran  Siswa tidak terburu-buru menyimpan buku  Siswa bertanya tentang tugas atau PR

 Meminta penjelasan guru lebih rinci tentang PR  Siswa menjawab salam guru untuk menutup pelajaran  Keluar ruangan setelah guru pergi.

2. Daftar pertanyaan wawancara

Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan interview sebagai berikut:

a meeting of two persons to exchange information and idea through question and

responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Esterberg, dalam Sugiyono (2012:233) mengemukakan beberapa

(55)

semiterstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk menemukan

pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-idenya),

dan wawancara tidak terstuktur (merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya).

. Adapun indikator-indikator dari pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk

[image:55.612.84.493.348.464.2]

wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II : Indikator wawancara: Strategi Sosial

No Indikator pertanyaan No pertanyaan Jumlah

1 Bertanya

2 Bekerjasama dengan orang lain

3 Bersimpati terhadap orang lain

Tabel III indikator wawancara: Strategi Afektif

No Indikator pertanyaan No pertanyaan Jumlah

1 Mengurangi kecemasan

2 Mendorong diri sendiri

3 Mengontrol emosi diri sendiri

[image:55.612.84.493.516.632.2]
(56)

oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban dari responden atau keterangan yang berisikan

informasi-informasi yang berguna untuk penelitian. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika

jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas Menurut (Sugiyono

2012:137).

Adapun jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket langsung

maksudnya adalah siswa diberi sejumlah pertanyaan tertulis dan siswa menjawab. Hal ini

bertujuan agar data yang didapat benar-benar menunjukan kejujuran dari siswa. Adapun

pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada siswa, pertanyaan tersebut berdasarkan

[image:56.612.85.490.511.708.2]

teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel IV kuesioner: strategi afektif

No Indikator No pertanyaan Jumlah

1 Menggunakan pendekatan relaksasi

2 Menggunakan musik

3 Membuat pernyataan positif terhadap diri

sendiri

(57)

6 Memperhatikan kondisi fisik

7 Menulis diari

[image:57.612.86.491.71.235.2]

8 Berbagi tentang perasaan terhadap orang lain

Tabel 5: Kuesioner strategi Sosial

No Indikator No pertanyaan Jumlah

1 Bertanya

2 Bertanya untuk koreksi

3 Bekerjasama dengan orang lain

4 Bekerjasama dengan pemilik bahasa sasaran

5 Meningkatkan pengtahuan terhadap budaya

bahasa sasaran

6 Lebih peduli terhadap orang lain

D. Teknis Analisis Data

Menurut Denzin dan Lincoln (2009) analisis data terdiri dari tiga topik yang

saling berkaitan yaitu reduksi data, kesimpulan, dan penyajian. Dari langkah yang

diakukan untuk analisis data tersebut, haruslah terlebih dahulu melakukan pengumpulan

data, perencanaan, dan semua rancangan telah dilakukan sampai pada akhir pengumpulan

(58)

instrumen penelitian akan saling menguatkan seperti, hasil wawancara akan disesuaikan

dengan data wawancara dan observasi. Kemudian, reduksi data adalah penyederhanaan

data pada kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data. Adapun reduksi data dilakukan

ketika peneliti menentukan kerangka kerja, konseptual pertanyaan penelitian, dan

instrumen yang akan digunakan kemudian, catatan lapangan, wawancara dan data lain

telah terkumpul. peneliti akan masuk pada tahap selanjutnya untuk merangkum dan

memilah-milah hal yang diperlukan untuk penelitian.

Setelah melakukan pengumpulan data dan informasi,langkah selanjutnya adalah

menganalisis data penelitian. Dari setiap informasi tersebut telah dibaca, dipelajari, dan

ditelaah kemudian dilakukan reduksi data dengan melakukan abstraksi.

Abstraksi adalah rangkuman dan inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang

perlu dijaga sehingga tetap ada pada konteksnya.Setelah itu, peneliti melakukan

penyusunan terhadap abstrak dalam bentuk satuan-satuan.Setelah satuan-satuan tersebut

telah terkumpul kemudian dilakukan sebuah kategorisasi yang disesuaikan dengan kode

pada setiap data.Tahap terakhir darianalisisdata ini adalah melakukan pemeriksaan

keabsahan informasi penelitian.

E. Keabsahan Data

Menurut (Sugiyono, 2014) di dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian

kualitatif menggunakan validityas interbal (credibility) pada aspek nilai kebenaran, pada

penerapannya ditinjau dari validitas eksternal (transferability), dan realibilitas

(59)

memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan sebuah penelitian. Data yang valid

dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas (validitas interbal) terhadap data hasil

penelitian sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.

1. Kredibilitas

Dalam penelitian ini harus ada kepercayaan terhadap hasil penelitian oleh

karena itu, dilakukan beberapa cara yaitu:

a. Memperpanjang keikutsertaan peneliti

Dalam penelitian inipeneliti merupakan instrumen utama.Semakin besar

keterlibatan peneliti dalam penelitian inisemakin meningkatkan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan.

b. Melakukan observasi secara terus menerus

Ketekunan peneliti dalam observasi menjadikan peneliti semakin dalam

dan memahami fenomena yang diteliti seperti apa adanya (Moleong, 2007).

Maksudnya peneliti haruslah bersungguh-sungguh dalam melakukan pnelitian ini.

c. Melakukan triangulasi

Sugiyono (2012:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

(60)

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo,

2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik

triangulasi yang dapat digunakan menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b)

triangulasi peneliti; c) triangulasi metodologis; d) triangulasi teoretis. Pada

dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi

yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan yang

mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda. Dalam teknik pengumpulan

data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

d. Membicarakan penelitian dengan orang lain

Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki

terbatas karena fenomena yang dihadapi cukuplah kompleks.Peneliti membuka

diri dengan teman sejawat untuk berdiskusi dan dengan orang yang dianggap

memiliki kapasitas dalam jenis penelitian ini.

Menurut Moleong (2007) tidak ada formula yang pasti, akan tetapi

(61)

e. Melakukan pengecekan anggota.

Menurut Moleong (2007) pengecekan anggota dilakukan dengan cara

meminta subjek untuk memberikan reaksi dan pandangan terhadap data yang telah

(62)

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi belajar

bahasa Prancis yang digunakan siswa kelas XI IPA I dari 32 siswa dengan 12

siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan yang dilakukan penelitian pada tanggal

18-20 agustus di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1)

Mendeskripsikan strategi sosial dan afektif digunakan dalam kompetensi

berbicara pada pembelajaran bahasa Prancis secara umum siswa kelas XI IPA I

dan (2) Mendeskripsikan strategi sosial dan afektif dalam kompetensi berbicara

secara khusus te

Gambar

Gambar I: Alur kerangka berfikir penelitian
Tabel I: Observasi kelas XI IPA I bahasa Prancis
Tabel III indikator wawancara: Strategi Afektif
Tabel IV kuesioner: strategi afektif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif kuantitatif dengan menggunakan riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA

KEEFEKTIFAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENGUNGKAPKAN KRITIK PADA PEMBELAJARAN BERBICARA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri

Selanjutnya peneliti bertemu dengan guru bahasa Prancis SMA Angkasa yaitu Ibu Lusi Rosviani yang saat itu berada di ruang guru untuk menanyakan apakah

Perbedaan yang Signifikan Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Minggir Sleman antara kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pemanfaatan internet secara umum oleh siswa SMA Negeri kelas XI jurusan IPA di Kota Yogyakarta (2) pemanfaatan

Pembelajaran fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 14 Pekanbaru dengan menerapkan strategi pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) dapat meningkatkan hasil belajar

Strategi pembelajaran Guided Note Taking dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 11 Palembang, dimana siswa

Pada kegiatan pembelajaran siklus I menggunakan Reciprocal Teaching diperoleh rata-rata skor keterampilan berbicara Bahasa Prancis pada post-test I meningkat sebesar