PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN SIZE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
SELIA NOPIYANTI B 200100187
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN SIZE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
SELIA NOPIYANTI
(B200100187)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : snopiyanti@gmail.com
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance, yaitu proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kompensasi eksekutif dan juga variabel lain yaitu leverage dan size terhadap kinerja
keuangan yang diproksi dengan return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan
net profit margin (NPM). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 226 perusahaan yang diambil melalui pusposive sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) dari ketiga variabel mekanisme corporate governance hanya kompensasi eksekutif yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM, sedangkan kedua variabel lainnya yaitu proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM. (2) Leverage mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM. (3) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber daya
ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Pada perusahaan yang
relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan
perusahaan. Dengan adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan maka kedua pihak tersebut memiliki kepentingan berbeda yang sering
disebut dengan agency conflict (masalah keagenan) sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost). Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance). Rezaee (2007) dalam Dharmastuti (2013) menjelaskan peran dari
corporate governance adalah mengurangi biaya keagenan dan untuk menciptakan
nilai jangka panjang saham dengan fokus pada tanggung jawab monitoring dewan
direksi dan fungsi manajemen pada senior eksekutif.
Meskipun pentingnya penerapan good corporate governance sudah sangat
jelas, namun penerapan yang konkret di kalangan pelaku usaha di Indonesia masih
tergolong minim. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Asian Development
Bank (ADB) ternyata implementasi good corporate governance di Indonesia masih
sangat rendah, hal ini ditunjukkan dari masih sedikitnya perusahaan publik yang
memenuhi standar good corporate governance (Astuti dan Yuniarto, 2008). Menurut
Utami (2005) dalam Astuti dan Yuniarto (2008) terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan implementasi good corporate governance masih sangat rendah adalah
praktik etika bisnis yang rendah, lemahnya perlindungan terhadap investor,
rendahnya independensi komisaris, lemahnya penegakan hukum, dan rendahnya
transparansi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori dan Pe rumusan Hipotesis
1 . Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk be rtindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2006). Pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen
mampu mempengaruhi perilaku manajer dalam upaya meningktkan kinerja
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
2 . Pengaruh komite audit tehadap kinerja keuangan
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi
dewan komisaris. Jumlah komite audit yang semakin banyak dapat meningkatkan
nilai perusahaan dengan memonitor tindakan CEO dan dewan direksi se hingga
memaksa CEO dan dewan direksi untuk bekerja dalam mendukung pemegang
saham dan memaksimalkan kekayaan para pemangku kepentingan (Gill dan
Obradovich, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang akan
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2 : Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
3 . Pengaruh kompensasi eksekutif terhadap kinerja keuangan
Kompensasi eksekutif merupakan fasilitas yang diberikan bagi eksekutif
dan jajaran pengambil keputusan sebagai insentif atas segala upaya kerja yang
telah dilakukannya (Espa dan Diaz, 2008). Hassan dan Ahmed (2012) menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai kompensasi yang diberikan kepada dewan komisaris
dan direksi dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3 : Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
4 . Pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan
Leverage adalah utang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk
membia yai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas (Susilowati, et al.,
2011). Semakin tinggi nilai leverage maka semakin buruk kinerja perusahaan.
perusahaan pada pihak luar. Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan
tersebut maka semakin rendah kinerja keuangan perusahaan dan perusahaan bisa
mengalami kesulitan pembayaran utang sehingga dapat menyebabkan
kebangkrutan bagi perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
dia jukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4 : Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
5 . Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
Ukuran perusahaan menjadi tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan dan
menjadi salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam
berinvestaasi. Puspitasari dan Ernawati (2010) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan yang semakin besar (semakin besar total aset) akan mendukung
efektivitas mekanisme corporate governance dan akan membawa dampak positif
bagi rasio profitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar (go public) di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (go
public) di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 226 perusahaan. Pengambilan sampel perusahaan yang akan diteliti
dipilih menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria yang tertentu. Adapun kriteria sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008-2012.
b. Perusahaan memiliki data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan
tersedia pada publikasi tahun 2008-2012), baik data mengenai corporate
governance perusahaan maupun yang diperlukan untuk mendeteksi kinerja
c. Perusahaan mengalami laba positif selama tahun 2008-2012.
B . Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1 . Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan tiga pengukuran yaitu return on asset (ROA), return on
equity (ROE), dan net profit margin (NPM).
a. Return On Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio ROA didapat langsung dari
ICMD. Menurut Hanafi dan Halim (2009:81) ROA dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ROA =
Aset Total
Bersih Laba
b. Return On Equity (ROE)
ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan
modal saham tertentu. Rasio ROE didapat langsung dari ICMD. Menurut
Nuswandari (2009) ROE bisa diukur dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
c. Net Profit Margin (NPM)
NPM menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio NPM didapat langsung dari
ICMD. Menurut Hanafi dan Halim (2009:81) NPM bisa diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
NPM =
Penjualan Bersih Laba
2 . Variabel Independen
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2006). Dalam penelitian ini proporsi dewan komisaris
independen diukur sesuai dengan penelitian Hassan dan Ahmed (2012) yaitu:
KIND =
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsi dewan komisaris. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala rasio melalui presentase anggota komite audit independen
terhadap seluruh anggota komite audit. Berikut rumus Komite Audit (KA) :
KA =
Kompensasi eksekutif merupakan fasilitas yang diberikan bagi eksekutif
dan jajaran pengambil keputusan sebagai insentif atas segala upaya kerja yang
telah dilakukannya (Espa dan Diaz, 2008). Kompensasi eksekutif dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari total
kompensasi (Hassan dan Ahmed, 2012). Berikut rumus Kompensasi Eksekutif
(KEKS):
KEKS = Ln Total Kompensasi d. Leverage
Leverage adalah utang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk
membiayai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas. Dalam penelitian
ini leverage didapat langsung dari ICMD. Menurut Susilowati et al (2011)
leverage diukur dengan menggunakan skala rasio total utang terhadap total
aset. Berikut rumus Leverage (LEV):
LEV =
Aset Total
e. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan menjadi tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan
dan menjadi salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam
berinvestasi. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan
menggunakan logaritma natural (Ln) dari total aset (Hassan dan Ahmed, 2012).
Berikut rumus ukuran perusahaan (SIZE):
SIZE = Ln Total Asset
C. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
yaitu metode statistik untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen
terhadap satu variabel dependen. Model yang digunakan dalam regresi berganda
bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance (proporsi
dewan komisaris independen, komite audit, kompensasi eksekutif), leverage, dan size
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset (ROA), return on
equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Sehingga dalam penelitian ini terdapat
tiga model penelitian sebagai berikut:
ROA = a0 + ß1KIND + ß2KA + ß3KEKS + ß4LEV + ß5SIZE + e ...(1)
ROE = a0 + ß1KIND + ß2KA + ß3KEKS + ß4LEV + ß5SIZE + e ...(2)
NPM = a0 + ß1KIND + ß2KA + ß3KEKS + ß4LEV + ß5SIZE + e ...(3)
Keterangan :
ROA : Return On Asset
ROE : Return On Equity
NPM : Net Profit Margin
KIND : Proporsi Dewan Komisaris Independen
KA : Komite Audit
KEKS : Kompensasi Eksekutif
LEV : Leverage
SIZE : Ukuran Perusahaan
a0 : Konstanta
ß1- ß5 : Koefisien Regresi
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Hasil olah data, 2013
Nilai rata -rata, nilai maksimum, dan nilai minimum serta standar deviasi
proporsi dewan komisaris independen (KIND), komite audit (KA), kompensasi
eksekutif (KEKS), leverage (LEV) dan ukuran perusahaan (SIZE) masing-masing
variabel disajikan pada tabel di atas.
B . Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil analisis, maka model persamaan regresi berganda yang dapat
disusun sebagai berikut:
C. Uji Ketepatan Model
1 . Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut: untuk
variabel kinerja keuangan yang diukur dengan ROA didapatkan hasil bahwa nilai
Fhitung (26.097) lebih besar dari Ftabel (2.26) dengan p -value < 0.05. Untuk variabel
kinerja keuangan yang diukur dengan koefisien ROE didapatkan hasil nilai Fhitung
(12.922) lebih besar dari Ftabel (2.26) dengan p -value < 0.05. Untuk variabel
kinerja keuangan yang diukur dengan koefisien NPM didapatkan hasil nilai Fhitung
(21.455) lebih besar dari Ftabel (2.26) dengan p -value < 0.05. Jadi dapat
komite audit (KA), kompensasi eksekutif (KEKS), leverage (LEV), dan ukuran
perusahaan (SIZE) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan.
2 . Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan untuk nilai adjusted R2 diperoleh angka adjusted R2 untuk
model pertama sebesar 0.358. Hal ini berarti bahwa 35.8% variasi kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA dijelaskan oleh variasi proporsi dewan
komisaris independen (KIND), komite audit (KA), kompensasi eksekutif (KEKS),
leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sementara sisanya sebesar 64.2%
diterangkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam observasi. Pada model
kedua adjusted R2 sebesar 0.209. Hal ini berarti bahwa 20.9% variasi kinerja
keuangan yang diukur dengan ROE dijelaskan oleh variasi proporsi dewan
komisaris independen (KIND), komite audit (KA), kompensasi eksekutif (KEKS),
leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sementara sisanya sebesar 79.1%
diterangkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam observasi. Pada model
ketiga adjusted R2 sebesar 0.313. Hal ini berarti bahwa 31.3% variasi kinerja
keuangan yang diukur dengan NPM dijelaskan oleh variasi proporsi dewan
komisaris independen (KIND), komite audit (KA), kompensasi eksekutif (KEKS),
leverage (LEV), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sementara sisanya sebesar 68.7%
diterangkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam observasi.
D. Uji Asumsi Klasik
Dari hasil pengujian asumsi klasik diperoleh kesimpulan bahwa semua asumsi
telah terpenuhi. Uji normalitas data menggunakan uji One Kolmogorov-Smirnov, dari
model pertama nilai signifikan sebesar 0.562 > 0.05, untuk model kedua nilai
signifikan 0.509 > 0.05, dan model ketiga nilai signifikan 0.480 > 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa seluruh data berdistribusi normal. Uji multikolinearitas dilihat
dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji pada tiga model
penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance
> 0.1 dan nilai VIF < 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terjadi
multikolinearitas. Uji heterodkedastisitas menggunakan uji Rank-Spearman. Hasil uji
menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model, hal ini terlihat dari
Berdasarkan hasil pengujian pada model pertama nilai probabilitas 0.689 > 0.05.
Pada model kedua nilai probabilita s 0.505 > 0.05. Pada model ketiga nilai
probabilitas 0.894 > 0.05, maka tidak ada autokorelasi pada tiga model tersebut.
E. Uji Hipotesis (Uji Statistik t)
Berdasarkan hasil pe ngujian uji t menunjukkan bahwa nilai thitung untuk variabel
proporsi dewan komiaris independen (KIND) pada model pertama sebesar -0.065 <
1.971, dan nilai signifikan sebesar 0.949 > 5%, sehingga H0 diterima. Nilai thitung
untuk model kedua sebesar 0.872 < 1.971, dan nilai signifikan sebesar 0.384 > 5%,
sehingga H0 diterima. Dan nilai thitung untuk model ketiga sebesar 1.572 < 1.971, dan
nilai signifikan sebesar 0.117 > 5%, sehingga H0 diterima.
Hasil thitung untuk variabel komite audit (KA) pada model pertama sebesar
-0.319 < 1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.750 > 5% sehingga H0 diterima. Hasil
thitung untuk variabel komite audit (KA) pada model kedua sebesar -1.052 < 1.971
dan nilai signifikan sebesar 0.294 > 5% sehingga H0 diterima. Dan hasil thitung untuk
variabel komite audit (KA) pada mode l ketiga sebesar 1.783 < 1.971 dan nilai
signifikan sebesar 0.076 > 5% sehingga H0 diterima.
Hasil thitung untuk variabel kompensasi eksekutif (KEKS) pada model pertama
sebesar 3.743 > 1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.000 < 5% sehingga H0 ditolak.
Hasil thitung untuk model kedua sebesar 3.389 > 1.971 dan nilai signifikan sebesar
0.001 < 5% sehingga H0 ditolak. Dan hasil thitung untuk model ketiga sebesar 2.560 >
1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.011 < 5% sehingga H0 ditolak.
Hasil thitung untuk variabel leverage (LEV) pada model pertama sebesar
-10.018 < 1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.000 < 5% sehingga H0 ditolak. Hasil
thitung untuk variabel leverage (LEV) pada model kedua sebesar -2.972 < 1.971 dan
nilai signifikan sebesar 0.003 < 5% sehingga H0 ditolak. Dan hasil thitung untuk model
ketiga sebesar -8.327 < 1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.000 < 5% sehingga H0
ditolak.
Hasil thitung untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada model pertama
sebesar 2.079 > 1.971 dan nilai signifikan sebesar 0.039 < 5% sehingga H0 ditolak.
Hasil thitung untuk model kedua sebesar 3.809 > 1.971 dan nilai signifikan sebesar
0.000 < 5% sehingga H0 ditolak. Dan hasil thitung untuk variabel model ketiga sebesar
F. Pembahasan
1 . Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan.
Hasil pengujian hipotesis pada model pertama menunjukkan bahwa proporsi
dewan komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diproksi dengan ROA. Pada model kedua proporsi dewan
komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang
diproksi dengan ROE. Pada model ketiga proporsi dewan komisaris independen
tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan
NPM. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Pengangkatan dewan komisaris independen dilakukan
hanya untuk pemenuhan regulasi saja, sehingga fungsi pengawasan yang
seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif.
Keberadaan komisaris independen tidak dapat meningkatkan efektifitas
monitoring yang dijalankan komisaris.
2 . Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Pengujian hipotesis pada model pertama mendapatkan hasil bahwa variabel
komite audit (KA) tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang
diproksi dengan ROA. Pada model kedua mendapatkan hasil bahwa komite audit
(KA) tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan
ROE. Pada model ketiga mendapatkan hasil bahwa variabel komite audit (KA)
tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan
NPM. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tinggi renda hnya
jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Jumlah komite
audit tidak menjamin keefektifan kinerja komite audit dalam melakukan
pengawasan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Diduga pembentukan komite
audit dalam perusahaan hanya didasari sebatas untuk pemenuhan regulasi, dimana
regulasi mensyaratkan perusahaan harus mempunyai komite audit. Sehingga
mengakibatkan kurang efektifnya keberadaan komite audit dalam memonitor
kinerja perusahaan (Susilowati et al, 2011). Hasil ini mendukung penelitian yang
(2011) yang menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
3 . Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian hipotesis pada model pertama menunjukkan bahwa
kompensasi eksekutif (KEKS) berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang
diproksi dengan ROA. Model kedua dalam penelitian mendapatkan hasil bahwa
variabel kompensasi eksekutif (KEKS) mempunyai pengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diproksi dengan ROE. Model ketiga mendapatkan hasil bahwa
variabel kompensasi eksekutif (KEKS) mempunyai pengaruh terhadap kinerja
keuangan yang diproksi dengan NPM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan
bahwa tinggi rendahnya jumlah kompensasi eksekutif berpengaruh secara
signfikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan parameter koefisien regresi
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah kompensasi yang diberikan kepada
dewan komisaris dan direksi maka akan berda mpak pada meningkatnya kinerja
keuangan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hassan dan Ahmed (2012) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
kompensasi, semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan.
4 . Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Keuangan.
Hasil pengujian hipotesis pada model pertama menunjukkan bahwa variabel
leverage (LEV) berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan
ROA. Pada model kedua menunjukkan hasil bahwa variabel leverage (LEV)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan ROE. Pada model
ketiga menunjukkan hasil bahwa variabel leverage (LEV) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan yang diproksi dengan NPM. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dijelaskan bahwa tinggi rendahnya leverage perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan parameter koefisien regresi
dapat dijelaskan bahwa jika leverage semakin tinggi maka kinerja perusahaan
justru semakin rendah. Sebagaimana semakin besar leverage maka semakin besar
ketergantungan perusahaan pada pihak luar karena semakin besar utang yang
dimiliki perusahaan tersebut maka semakin rendah kinerja keuangan perusahaan
dan perusahaan bisa mengalami kesulitan pembayaran utang. Hasil tersebut sesuai
leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan dan
penelitian Gill dan Obradovich (2012) juga menyatakan bahwa leverage
mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
5 . Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Kinerja Keuangan
Pengujian hipotesis pada model pertama mendapatkan hasil bahwa variabel
ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang
diproksi dengan ROA. Model kedua mendapatkan hasil bahwa variabel ukuran
perusahaan (SIZE) mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi
dengan ROE. Model ketiga me ndapatkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan
(SIZE) mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan
NPM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya
perusahaan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan.
Apabila dilihat dari parameter koefisien regresi maka dapat diinterpretasikan
apabila ukuran perusahaan semakin tinggi, maka akan berdampak pada tingginya
kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar (semakin besar total
aset) akan mendukung efektivitas mekanisme corporate governance (Puspitasari
dan Ermawati, 2010). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Puspitasari dan
Ermawati (2010) yang menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan (SIZE)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dan konsisten dengan hasil penelitian
Hassan dan Ahmed (2012) serta Gill dan Obradovich (2012) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan terhadap 226 unit sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Dari ketiga variabel mekanisme corporate governance hanya kompensasi
eksekutif yang mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM. Artinya semakin
tinggi jumlah kompensasi eksekutif maka akan berdampak pada
lainnya, yaitu proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang
diproksi dengan ROA, ROE, dan NPM.
2. Leverage mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA, ROE dan NPM. Artinya jika leverage
semakin tinggi maka kinerja keuangan perusahaan justru semakin rendah.
3. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA, ROE dan NPM. Artinya apabila
ukuran perusahaan semakin besar maka akan berdampak pada tingginya
kinerja keuangan perusahaan.
B . Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan baik dalam pengambilan sampel
maupun dalam pengukuran variabel. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasi untuk jenis perusahaan yang lain.
2. Variabel yang digunakan hanya terbatas pada beberapa variabel mekanisme
corporate governance yang mengakibatkan penelitian tidak mampu
mengukur secara komprehensif pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap kinerja keuangan.
3. Pemilihan periode pengamatan yang relatif pendek sehingga hasil yang
diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya.
C. Saran
Dengan adanya berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperbanyak jumlah sampel,
sehingga tidak hanya perusahaan manufaktur saja tetapi seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel lain karena
dimungkinkan ada variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini
3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan untuk menambah periode
pengamatan sehingga hasil penelitian akan lebih baik dan hasilnya konsisten
dengan ha sil penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyan, Okky dan Supatmi. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia, Vol. 7. No. 2. pp. 187-204.
Astuti, Christina dan Fajar E. Yuniarto. 2008. Mekanisme Corporate Governance
Dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 3. No. 2. pp. 83-100.
Bukhori, Iqbal dan Raharja. 2012. P engaruh God Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keungan Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting. pp. 1-12.
Dharmastuti, Christiana F. 2013. Analisis Pengaruh Mekanisme Internal dan External Corporate Governance Terhadap Profitabilitas dan Kebijakan
Dividen Perusahaan. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol. 9. No. 1. pp.
21-30.
Diaz, Marsela dan Vitriyan Espa. 2008. Bentuk dan Komponen Penentu Kompensasi Eksekutif. TEMA, Vol. 9. No. 1. pp. 67-77.
Ghozali,H. Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gill, Amarjit dan Obradovich, John. 2012. The Impact of Corporate Governance and Financial Leverage on the Value of American Firms. International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Issue 91.
Hanafi, Mamduh. M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hassan, Shehu. U. dan Abubakar Ahmed. 2012. Corporate Governance, Earnings Management and Financial Performance: A Case of Nigerian
Manufacturing Firms. American International Journal of Contemporary
Research, Vol. 2. No. 7. pp. 214-226.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Institute For Economic And Financial Research. 2011. Indonesian Capital Market Directory 2011 Jakarta: ECFIN.
Institute For Economic And Financial Research. 2010. Indonesian Capital Market Directory 2010 Jakarta: ECFIN.
Institute For Economic And Financial Research. 2009. Indonesian Capital Market Directory 2009 Jakarta: ECFIN.
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, Pedoman Umum GCG Indonesia.
Meythi dan Lusiyana Devita. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Empirik Pada Perusahaan Go Public Yang Termasuk Kelompok Sepuluh Menurut Corporate Governance Perception Index (CGP I) Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Vol. 3. No. 1. pp. 71-89.
Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16. No. 2. pp. 70-84.
Puspitasari, Filia dan Endang Ernawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha. Jurnal Manajemen
Teori dn Terapan, Vol. 3. No. 2. pp. 189-215.
Riandi, Dani dan Hasan Sakti S. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, Dan Earning Per Share Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Corporate Governance Perception Index. Jurnal Ekonom, Vol. 14. No. 3. pp. 127-133.
Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M -Mbu/2002
tentang: Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG) Pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Susilowati, Heni., Triyono dan Syamsudin. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Dan Kinerja Perusahaan. DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, Vol. 12. No. 1. pp. 127-141.
Widyati, Maria. F. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Indeenden, Komite Audit, Kepemilikan Manajeria l Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1. No. 1. pp. 234-249.