commit to user
i
PENGARUH
EARNINGS, LEVERAGE, OPERATING CYCLE,
CAPITAL INTENSITY
DAN
OPERATING CASH FLOW
TERHADAP ARUS KAS OPERASI MASA DEPAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RINA SETYANINGSIH
NIM. F. 0306108
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
Skripsi dengan judul:
PENGARUH
EARNINGS
,
LEVERAGE
,
OPERATING CYCLE
,
CAPITAL INTENSITY
DAN
OPERATING CASH FLOW
TERHADAP ARUS KAS OPERASI MASA DEPAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Surakarta, 25 Januari 2011
Disetujui dan diterima oleh
Dosen pembimbing
(Dra.Setianingtyas H. MM.Ak.)
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Prof. DR. Rahmawati, M.Si, Ak NIP. 19680401 199303 2 001
(………..…….)
Ketua
2. Dra. Setianingtyas H.MM.Ak NIP. 19600427 198601 2 001
(………..…….)
Pembimbing
3. Drs. Eko Arief S., M.Si, Ak, BKP
NIP 19611231 198803 1 006
(………..…….)
commit to user
iv
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan.
Dan sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan.”
(QS Al Insyirah (94):5-6)
“Jika Anda berada pada pagi hari, jangan menunggu sampai
datangnya petang hari, dan jika berada pada petang hari, jangan
commit to user
v
Persembahan
Karya sederhana ini penulis persembahkan teruntuk
:
ALLAH SWT untuk semua berkah dan kemudahan yang telah dilimpahkan
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai
Relevan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kinerja Keuangan Perusahaan Food
and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode Penelitian
2003-2007) ” ini dengan baik.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, baik berupa moral maupun material, secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, Mcom, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UNS yang telah memberikan ijin penelitian dan pemberian
ilmunya baik akademis maupun non akademis.
2. Bapak Jaka Winarna, SE, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ibu Dra. Setianingtiyas H.MM.Ak. selaku pembimbing skripsi yang di
sela-sela kesibukannya telah memberikan bimbingan dan pengarahan sejak
awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu staf dosen dan akademis Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi penulis bekal ilmu
pengetahuan dan pelayanan selama menuntut ilmu pada almamater
tercinta.
5. Papa, Mama, kakak dr.Antox dan adik Ricco yang telah memberikan
commit to user
vii
6. Calon suamiku Bima Setya Nugraha yang selalu memberikan doa,
semangat, dan waktunya untuk selalu menemani.
7. Sahabatku terbaik Kamilia alfi, Nani, Angga, Angga Mora yang selalu
menyemangati pada kejenuhan dan kesedihan.
8. Temen-temen semua jurusan Akuntansi 2006, terima kasih atas
kebersamaannya.
9. Kepada semua pihak yang belum tertulis yang telah membantu penulis
selama masa kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan.
Semoga skipsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan
umumnya kepada kita sekalian.
Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis selama
menjalani masa perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini semoga
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAKSI ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 11
B. Earnings, Leverage, Operating Cycle dan Capital Intensity ... 16
1. Definisi Earnings ... 16
2. Definisi Leverage ... 17
3. Definisi Operating Cycle ... 18
4. Definisi Capital Intensity ... 19
5. Definisi Operating Cash Flow………...19
C. Arus Kas Masa Depan ... 20
D. Review Penelitian Terdahulu ... 23
1. Telaah Penelitian Sebelumnya ... 23
commit to user
ix
3. Perumusan Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel Penelitian ... 31
C. Data dan Metode Pengumpulan Data... 32
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 32
E. Metode Analisis Data ... 35
1. Uji Normalitas ... 35
2. Uji Asumsi Klasik ... 35
3. Pengujian Hipotesis... 38
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ... 40
B. Statistik Deskriptif ... 42
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 43
D. Uji Hipotesis ... 48
E. Pembahasan ... 53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56
B. Keterbatasan Penelitian ... 57
C. Implikasi……….57
D. Saran... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL
IV.1 Hasil Pengambilan Sampel ... 40
IV.2 Statistik Deskriptif ... 42
IV.3 Uji Normalitas Sebelum Transformasi Logaritma Natural ... 44
IV.4 Uji Normalitas Setelah Transformasi Logaritma Natural ... 45
IV.5 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 45
IV.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 47
IV.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
IV.8 Hasil Analisis Regresi Ganda ... 49
IV.9 Hasil Uji Signifikansi t ... 51
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
commit to user
xii
DAFTAR SINGKATAN
EAR = Earnings
DER = Debt to Equity Ratio
OC = Operating Cycle
CI = Capital Intensity
CFO = Operating Cash Flow
commit to user
i
ABSTRACT
THE ABILITY OF EARNINGS, LEVERAGE, OPERATING
CYCLE, CAPITAL INTENSITY AND OPEARTING CASH
FLOW TO PREDICTING FUTURE CASH
FLOW ON BEI COMPANY LISTED
RINA SETYANINGSIH NIM. F. 0306108
This research aims to test the ability of earnings, leverage, operating cycle , capital intensity and operating cash flow to predicting future cash flow of manufacturing and merchandising in Indonesia Stock Exchange (BEI) during year of 2006-2008. This research uses secondary data got from annual report which published in internet at the official website of Indonesia Stock Exchange (BEI) (www.idx.co.id) and data from Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Population used in this research is company which in manufacturing and merchandising criteria annualy from 2006-2008. The sample taking in this research uses purposive sampling and based on certain criteria, colleted 80 companies a year.
Result of this research shows that variable of earnings, leverage (debt to equity ratio,) operating cycle, capital intensity and operating cash flow simultanly have an influence to predicting future cash flow. While the result of significance t shows that variable earnings, leverage, operating cycle, capital intensity and operating cash flow partially have significant an influence to predicting future cash flow.
Result of this research constitutes writer in proposing suggestions such as lengthening research period, adding other independent variable which anticipated can be used to predicting future cash flow and enhance new industry in research sample so that result of this research can be applied to much more industrial sectors and can be compared to future cash flow predicting or influence to the each industry.
commit to user
ii
ABSTRAK
PENGARUH EARNINGS, LEVERAGE, OPERATING CYCLE,CAPITAL INTENSITY DAN OPERATING CASH FLOW TERHADAP ARUS KAS
OPERASI MASA DEPAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
RINA SETYANINGSIH NIM. F. 0306108
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan earnings,
leverage, operating cycle, capital intensity dan operating cash flow dalam memprediksi arus kas masa depan pada perusahaan manufacturing dan
merchandising. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006-2008. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta data dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam kriteria manufacturing dan merchandising. secara berturut-turut selama tahun 2006-2008. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, terkumpul 80 perusahaan per tahun. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam uji signifikansi F variabel
earnings, leverage (debt to equity ratio), operating cycle, capital intensity dan
operating cash flow secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap arus kas masa depan. Hasil uji signifikansi t menunjukkan bahwa variabel earnings,
leverage, operating cycle, capital intensity, dan operating cash flow secara parsial memiliki pengaruh terhadap arus kas masa depan.
Hasil penelitian mendasari saran untuk penelitian berikutnya memperpanjang periode penelitian, menambah variabel independen lain yang diduga berpengaruh terhadap arus kas masa depan dan menambahkan industri baru dalam sampel penelitian sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada lebih banyak sektor industri dan dapat diperbandingkan di antara industri yang terdaftar di BEI.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi
sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung
pengambilan keputusan. Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi
mengenai laba dan komponennya. Laba merupakan salah satu parameter
kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur.
Selain laba, investor dan kreditur juga menggunakan informasi arus kas
operasional sebagai ukuran kinerja perusahaan (Susanto dan Ekawati, 2006).
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1,
ada dua tujuan dari pelaporan keuangan yaitu pertama, memberikan informasi
yang bermanfaat bagi investor, investor potensial, dan kreditur untuk
membuat keputusan investasi oleh investor dan keputusan kredit oleh kreditur.
Kedua, memberikan informasi tentang prospek arus kas untuk membantu
investor dan kreditur dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan. Pada
awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi,
sedangkan laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987
melalui Statement Financial Accounting Standard (SFAS) No. 95. Di
Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994
commit to user
2
menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Bowen et al. dalam Meythi (2006), data arus kas mempunyai manfaat
dalam beberapa konteks keputusan, seperti: (1) memprediksi kesulitan
keuangan, (2) menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, (3)
memprediksi peringkat (rating) kredit, (4) menilai perusahaan, dan (5)
memberikan informasi tambahan pada pasar modal. Penmann dalam Ulupui
(2007) menyatakan bahwa manfaat laporan keuangan menjadi optimal bagi
investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio
keuangan. Rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan
perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa
mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu
dan masa mendatang. Secara umum kegunaan informasi dalam laporan
keuangan adalah sebagai dasar bagi user (pemakai) dalam prediksi ke depan.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar
Akuntansi Keuangan 1996 pada paragraf 9 disebutkan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu:
”Investor sekarang dan investor potensial, manajemen dan karyawan, pemberi pinjaman (kreditur), pemasok (supplier) dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah beserta lembaga-lembaganya dan masyarakat luas”.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
commit to user
3
”Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain”.
Penelitian mengenai arus kas masa depan telah banyak dilakukan,
namun terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung nilai relevansi laba
dalam memprediksi arus kas masa depan perusahaan. Barth et al., Kim dan
Kross dalam Dahler dan Febrianto (2006) menyatakan bahwa laba memiliki
kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi mendatang perusahaan, dan
memiliki kemampuan yang lebih dibanding arus kas jika laba dipecah ke
dalam beberapa komponen akrual. Bahkan Kim dan Kross (2002) menegaskan
kemampuan laba dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu.
Watson dan Wells dalam Dahler dan Febrianto (2006) menyatakan bahwa
untuk perusahaan yang berlaba, ukuran berbasis laba lebih baik dalam
menangkap kinerja perusahaan dibandingkan arus kas, sedangkan untuk
perusahaan yang mengalami kerugian baik laba maupun arus kas tidak dapat
menangkap kinerja perusahaan dengan baik. Dalam hal ini, Kim dan Kross
(2002) juga membedakan antara perusahaan yang melaporkan laba positif dan
laba negatif, dan hasilnya menyatakan bahwa hubungan antara laba dan arus
kas masa depan tetap menguat sedangkan hubungan antara arus kas tahun
berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun. Hasil
yang berkebalikan diperoleh Lee dalam Dahler dan Febrianto (2006)
menyatakan bahwa kebutuhan informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas,
commit to user
4
dan perubahan metoda akuntansi. Bowen et al. (1986) lebih menegaskan
dalam hasil penelitiannya bahwa arus kas sebagai prediktor arus kas adalah
lebih baik dibanding laba, khususnya untuk periode prediksi 1 atau 2 tahun.
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan
utang (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Utang yang digunakan untuk
membiayai aktiva berasal dari kreditur, bukan dari pemegang saham ataupun
investor. Dalam signalling theory, menyebutkan bahwa leverage yang tinggi
dapat dihubungkan dengan arus kas masa depan yang tinggi pula (Shenoy dan
Koch, 1995). Semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan maka
semakin besar pula tingkat arus kas artinya bahwa semakin besar kas yang
harus dikeluarkan untuk membayar utang beserta bunga pinjaman. Hasil
berkebalikan diperoleh Ross dalam Shenoy and Koch (1995) yang
menyatakan bahwa seorang manajer dengan kualitas yang tinggi akan
mengeluarkan lebih banyak utang dan mempunyai tingkat leverage yang
tinggi, dan disimpulkan bahwa tingkat leverage yang tinggi dapat
dihubungkan dengan tingginya arus kas dalam periode yang sama.
Operating cycle atau convertion period adalah ukuran yang
menggabungkan periode penagihan piutang dengan hari untuk menjual
persediaan untuk memperoleh jarak waktu konversi persediaan menjadi kas
(Wild et al. 2007). Penelitian Dechow, Kothari dan Watts dalam DeFond dan
Hung (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki siklus
operasional yang panjang mempunyai arus kas operasional yang kurang baik,
commit to user
5
Capital intensity adalah jumlah modal perusahaan yang diinvestasikan pada
aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan menggunakan rasio
aktiva tetap dibagi dengan penjualan (Zmijewski dan Hagerman dalam
DeFond dan Hung, 2001). DeFond dan Hung (2001) melakukan penelitian
terkait peramalan arus kas masa depan dengan menggunakan variabel
prediktor antara lain berupa capital intensity, operating cycle dan leverage.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah ramalan yang dilakukan
oleh perusahaan skala besar mempunyai kecenderungan menggunakan metode
akuntansi yang lebih beragam bila dibandingkan dengan perusahaan skala
kecil, selain itu penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan besar
mempunyai capital intensity yang lebih besar, operating cycle yang lebih
cepat dan tingkat leverage yang lebih tinggi untuk melakukan peramalan arus
kas yang lebih baik.
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan
yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan,
dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu
dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas. Di Indonesia,
perusahaan diwajibkan menyusun arus kas pada tahun 1994 sesuai dengan
persyaratan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 2
paragraf 1), dan menyajikannya sebagai bagian integral dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan (SAK, 1994).
Kewajiban untuk melaporkan arus kas ini tentunya didasarkan pada manfaat
commit to user
6
PSAK No. 2 paragraf 3 adalah meningkatkan daya banding pelaporan kinerja
operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan
perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama
(SAK, 1994).
Informasi dalam laporan arus kas akan membantu para investor,
kreditor, dan pihak-pihak lainnya dalam menilai bermacam-macam aspek dari
posisi keuangan perusahaan :
1. Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan.
2. Kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi
kewajibannya.
3. Sebab-sebab perbedaan antara pendapatan bersih dan kas bersih yang
disediakan (dipakai) oleh kegiatan operasi.
4. Transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas selama periode tertentu.
Yusef Widya Karsono (2001), menyatakan bahwa para pengguna
laporan keuangan diharapkan dapat memanfaatkan laporan arus kas untuk
memenuhi tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memperkirakan aliran kas dimasa mendatang
Dalam banyak kasus, transaksi penerimaan kas dan pembayaran dapat
dipakai sebagai dasar untuk memprediksi aliran kas dimasa mendatang.
2. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen
Apabila manajemen membuat keputusan investasi yang benar, hal ini
akan berdampak terhadap kesuksesan bisnis dimasa mendatang.
commit to user
7
Laporan arus kas yang melaporkan investasi perusahaan dalam gedung
pabrik atau mesin akan memberikan informasi penggunaan dana yang
akan berguna bagi investor dan kreditur untuk mengevaluasi keputusan
manajemen tersebut.
3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen
kepada investor, dan membayar bunga kepada kreditur.
Pemegang saham tertarik untuk menerima dividen atas investasi yang
ditanamkan, dan kreditur berkepentingan atas dibayarnya bunga dan
pokok pinjaman tepat pada waktunya. Laporan arus kas membantu
investor dan kreditur untuk memprediksi apakah perusahaan dapat
melakukan pembayaran tersebut.
4. Untuk menunjukkan hubungan antara laba bersih yang dilaporkan
dengan perusahaan kas pada bisnis perusahaan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian
Dahler dan Febrianto (2006) dengan perbedaan seperti berikut ini.
a. Variabel penelitian.
Dahler dan Febrianto (2006) menggunakan dua variabel independen yaitu
arus kas operasi dan laba bersih, sementara dalam penelitian ini
menggunakan empat variabel independen yaitu earnings, leverage,
operating cycle, capital intensity dan operating cash flow ditambahkan
dalam penelitian dengan alasan merupakan ukuran yang dapat digunakan
commit to user
8 b. Sampel Penelitian
Dahler dan Febrianto (2006) menggunakan sampel perusahaan non
finansial sementara dalam penelitian ini menggunakan perusahaan
manufacturing dan merchandising. Alasan yang digunakan bahwa
penelitian ini menggunakan variabel operating cycle yang dalam
penentuanya memakai inventory turnover yang hanya terjadi pada
perusahaan manufacturing dan merchandising.
Atas dasar uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait prediksi arus kas masa depan dengan judul ”Pengaruh
Earnings, Leverage, Operating Cycle, Capital Intensity dan Operating Cash
Flow Terhadap Arus Kas Operasi Masa Depan Perusahaan Yang
Terdaftar di BEI”
B. Perumusan Masalah
Earnings dapat mempengaruhi arus kas masa depan perusahaan
sebagaimana dinyatakan dalam Dahler dan Febrianto (2006), leverage
(Shenoy dan Koch, 1995), operating cycle ((Wild et al. 2007), dan capital
intensity (DeFond dan Hung, 2001) diindikasikan berpengaruh terhadap arus
kas masa depan perusahaan, oleh karena itu masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan seperti berikut ini.
1. Apakah earnings berpengaruh terhadap arus kas operasi masa depan
commit to user
9
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap arus kas operasi masa depan
perusahaan manufacturing dan merchandising yang terdaftar di BEI?
3. Apakah operating cycle berpengaruh terhadap arus kas operasi masa depan
perusahaan manufacturing dan merchandising yang terdaftar di BEI?
4. Apakah capital intensity berpengaruh terhadap arus kas operasi masa
depan perusahaan manufacturing dan merchandising yang terdaftar di
BEI?
5. Apakah operating cash flow berpengaruh terhadap arus kas operasi masa
depan perusahaan manufacturing dan merchandising yang terdaftar di
BEI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti
berikut ini.
1. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh earnings terhadap arus kas
operasi masa depan perusahaan manufacturing dan merchandising yang
terdaftar di BEI.
2. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh leverage terhadap arus kas
operasi masa depan perusahaan manufacturing dan merchandising yang
terdaftar di BEI?
3. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating cycle terhadap arus
kas operasi masa depan perusahaan manufacturing dan merchandising
commit to user
10
4. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh capital intensity terhadap arus
kas operasi masa depan perusahaan manufacturing dan merchandising
yang terdaftar di BEI?
5. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating cash flow terhadap
arus kas operasi masa depan perusahaan manufacturing dan
merchandising yang terdaftar di BEI?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak sebagai berikut ini.
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasinya,
terutama terkait dengan keputusan tentang prediksi arus kas masa depan.
2. Bagi Regulator
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
melakukan telaah dan penyusunan standar akuntansi sehingga penyusunan
standar dapat mencapai tujuan.
3. Bagi Peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dan bahan
referensi untuk melakukan penelitian berikutnya terutama penelitian yang
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi
dan peristiwa yang sama. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Earnings
dihasilkan oleh proses akuntansi dan disajikan dalam laporan laba rugi.
Generally Accepted Accounting Principle (GAAP) menyatakan bahwa
pengakuan pendapatan terjadi pada saat transfer of title, tanpa memperdulikan
apakah perusahaan sudah atau belum menerima pembayaran tunai (accrual
basis). Biaya yang berkaitan langsung dengan pendapatan akan diakui pada
periode yang sama dengan pengakuan pendapatan. Biaya lain yang tidak
commit to user
12
Dari pengertian di atas, bisa terjadi earnings akan sangat berbeda dengan arus
kas operasi (Pradono dan Christiawan, 2004).
Penelitian Damodaran dalam Pradono dan Christiawan (2004)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi accounting earnings,
tetapi tidak mempengaruhi arus kas, yaitu: (1) operating versus capital
expenditure, menurut akuntansi, pengeluaran yang diperkirakan mempunyai
masa manfaat dalam beberapa periode akuntansi, tidak akan dikurangkan
langsung ke pendapatan pada periode terjadinya, tetapi akan ditangguhkan dan
akan dikurangkan atau dibebankan ke pendapatan beberapa periode yang akan
datang, yang diperkirakan menerima manfaat dari pengeluaran tersebut.
Sebaliknya, arus kas hanya memperhatikan saat terjadinya transaksi tunai
(cash basis) (2) biaya-biaya non kas, beberapa jenis biaya yang bersifat non
kas, seperti penyusutan dan amortisasi akan dikurangkan dari pendapatan
untuk memperoleh earnings (3) accrual versus cash revenue and expenses,
adanya perbedaan waktu antara pengakuan transaksi secara accrual dengan
penerimaan atau pembayaran tunai akan menyebabkan perbedaan antara
pendapatan dan biaya.
Manfaat laporan arus kas telah dibuktikan oleh beberapa peneliti salah
satunya Dahler dan Febrianto (2006). Penelitian-penelitian kandungan
informasi laba telah menunjukkan hasil yang relatif konsisten, namun
penelitian kandungan informasi arus kas masih menunjukkan hasil yang
belum konklusif (Ali, 1994). Beberapa peneliti melakukan pengujian untuk
commit to user
13
Febrianto (2006) menyatakan bahwa kebutuhan informasi investor dapat
dipenuhi oleh arus kas, bukan laba akuntansi karena laba sangat rentan
terhadap praktek manipulasi dan perubahan metoda akuntansi. Menurut
Syafriadi (2000) dengan mengetahui sifat laba sebagai data seri waktu, maka
perubahan laba tersebut bersifat acak dan ada korelasi yang serial, ini
menunjukkan bahwa laba memiliki potensi sebagai prediktor. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilson (1987) dan Ali (1994), yang
meneliti mengenai isi informasi inkremental laba dengan hasil penelitian
bahwa komponen laba akrual (atau total akrual yang didefinisikan sebagai kas
operasi dikurangi laba) dan komponen dana (kas operasi) memilki informasi
inkremental, apabila dana didefinisikan sebagai kas operasi. Bowen et al.
(1986) lebih menegaskan dalam hasil penelitiannya bahwa arus kas sebagai
prediktor arus kas adalah lebih baik dibanding laba, khususnya untuk periode
prediksi 1 atau 2 tahun. Finger (1994) juga menguji mengenai relevansi laba
untuk kemampuannya memprediksi laba dan arus kas masa depan, dan
menyimpulkan bahwa laba adalah signifikan sebagai prediktor laba di masa
depan sampai dengan periode 8 tahun di muka dan laba baik digunakan secara
parsial maupun bersama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang
signifikan juga bagi arus kas. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah
prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan laba atas arus kas. Namun,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang
juga meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus
commit to user
14
dengan memasukkan faktor deflator (consumer price index) maupun tanpa
faktor deflator tersebut, prediktor laba memberikan pengaruh yang lebih besar
dalam memprediksi laba dan arus kas untuk periode satu tahun ke depan
dibandingkan prediktor arus kas.
Shenoy dan Koch (1995) dalam signalling theory menunjukkan bahwa
tingginya leverage dapat dihubungkan dengan arus kas masa depan yang
tinggi pula. Dari sudut pandang pemegang saham, sulit untuk mengevaluasi
keputusan investasi yang dilakukan oleh manajer. Kemudian investor dapat
mengamati hasil keputusan investasi melalui arus kas masa depan. Dengan
kata lain, keputusan finansial dapat diamati secara seketika. Investor dapat
memeriksa tingkat leverage saat ini dan menyimpulkan ekspektasi manajerial
tentang arus kas masa depan yang dihasilkan dari kesempatan investasi saat
ini. Penelitian Shenoy dan Koch (1995) mempelajari bagaimana perubahan
besar dalam leverage mempengaruhi nilai pasar perusahaan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat leverage yang tinggi dapat dihubungkan dengan
arus kas masa depan yang tinggi pula.
Dechow, Khothari and Watts dalam DeFond dan Hung (2001)
mengemukakan bahwa laba yang didasarkan pada accrual-basis mampu
mengatasi masalah yang muncul seputar pengukuran kinerja pada perusahaan
dengan operating cycle yang panjang. Penelitian tersebut memberitahukan
bahwa semakin panjang siklus kerja suatu perusahaan menyebabkan masalah
kesesuaian arus kas operasional dan berpotensi menurunkan kemampuan
commit to user
15
(1994) suatu perusahaan dengan operating cycle yang pendek biasanya
mempunyai hubungan yang kuat antara arus kas operasional dengan stock
return. Artinya bahwa pengukuran kinerja perusahaan dengan arus kas sebagai
tolok ukurnya, hasilnya relatif lebih akurat pada perusahaan dengan operating
cycle yang pendek. Dengan demikian peramalan arus kas akan lebih berguna
pada perusahaan dengan operating cycle yang pendek. Penelitian DeFond dan
Hung (2001) konsisten dengan pernyataan Dechow (1994), yaitu perusahaan
yang memiliki operating cycle yang lebih cepat dapat digunakan untuk
peramalan arus kas yang lebih baik.
Informasi mengenai arus kas berguna untuk menilai capital intensity
setidaknya untuk dua alasan berikut ini. Pertama pasar cenderung
membutuhkan informasi mengenai likuiditas pada perusahaan yang
mempunyai capital intensity yang tinggi karena kemungkinan terjadinya
kesulitan keuangan akan meningkat seiring dengan menurunnya likuiditas
perusahaan. Kedua, perusahaan dengan capital intensity yang tinggi juga
membutuhkan cash inflows yang kuat untuk mempertahankan dan mengganti
aset yang sudah dimiliki, untuk menilai secara lebih dalam ketercukupan cash
inflows (Stickney and Brown dalam DeFond dan Hung, 2001). Penelitian
DeFond dan Hung (2001) membuktikan bahwa perusahaan besar mempunyai
capital intensity yang lebih besar dan bermanfaat untuk melakukan peramalan
commit to user
16
B. Earnings, Leverage, Operating Cycle, Capital Intensity dan Operating
Cash Flow
1. Definisi Earning
Laba atau net income merupakan kelebihan pendapatan atas
seluruh beban yang terjadi selama periode tertentu (Sitorus, 2005).
Sementara itu, dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan dari Standar Akuntasi Keuangan (1996) menyebut laba sebagai
penghasilan bersih itu penghasilan dikurangi beban. Laporan laba rugi
memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih,
selain itu juga ada laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan
yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola
perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan laba bersih setelah pajak
sebelum pos-pos luar biasa tahun berjalan. Hal ini didasarkan karena laba
bersih setelah pajak menggambarkan jumlah bagian dari laba yang
menjadi hak perusahaan setelah dipotong dengan biaya dan pajak (Dahler
dan Febrianto, 2006).
Laba sebenarnya mengandung makna bersih atau netto yaitu
sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode laba yang
diakumulasikan selama beberapa periode (jangka panjang). Oleh karena
itu, earnings untuk suatu periode disebut juga dengan laba (Daniria, 2008).
SFAC No. 5 paragraf 36 (Statement of Financial Accounting Concepts,
1988) mendefinisikan laba sebagai berikut:
commit to user
17
cycles substantially completed (or completed) during the period exceed (or are less than) asset outflows associated, directly or inderectly, with the same cycle.”
Konsep tersebut mengandung pengertian bahwa laba merupakan
suatu ukuran kinerja dalam periode tertentu dengan mengukur besarnya
arus masuk aset yang melebihi arus keluar aset. SFAC No. 5 paragraf 36
tersebut juga mengungkapkan komponen dari laba terdiri dari revenue
(pendapatan), expenses (biaya), gains (keuntungan) dan losses (kerugian).
Jusup (1997:24) mengartikan bahwa laba (atau rugi) adalah selisih lebih
(atau kurang) antara pendapatan dengan biaya. Pendapatan adalah aliran
penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil
penjualan barang atau pemberian jasa. Biaya adalah harga pokok barang
yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan
pendapatan. Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya, maka
dikatakan bahwa perusahaan memperoleh laba dan bila pendapatan lebih
kecil daripada biaya, mka perusahaan menderita rugi.
2. Definisi Leverage
Sudarmadji dan Sularto (2007) menyatakan leverage merupakan
pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang. Debt to equity
ratio digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah asset yang disediakan
oleh kreditur dibandingkan dengan jumlah asset yang disediakan oleh
pemilik perusahaan (Sitorus, 2005). Rasio leverage yang biasa dinyatakan
dengan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) menunjukkan
commit to user
18
keseluruhan hutang yang dimiliki. Rasio ini muncul apabila perusahaan
menggunakan utang sebagai salah satu komponen struktur modal
perusahaan. Struktur permodalan perusahaan biasanya terdiri dari modal
internal dan eksternal. Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa
pinjaman dari kreditur. Dengan adanya komponen modal yang berasal dari
utang, pemilik akan memperoleh manfaat berupa keuntungan yang
diperoleh dari pertambahan modal, tetapi di sisi lain pemilik harus
membayar bunga hutang. Dalam signalling theory, menyebutkan bahwa
tingkat leverage yang tinggi dapat dihubungkan dengan arus kas masa
depan yang tinggi pula (Shenoy dan Koch, 1995).
3. Definisi Operating Cycle
Operating cycle atau convertion period adalah ukuran yang
menggabungkan periode penagihan piutang dengan hari untuk menjual
persediaan untuk memperoleh jarak waktu konversi persediaan menjadi
kas (Wild et al, 2007). Periode penagihan piutang (receivable collection
period) mengukur jumlah hari yang dibutuhkan, rata-rata untuk menagih
piutang dan wesel tagih. Angka ini dihitung dengan membagi 360 hari
(perkiraan jumlah hari selama setahun) dengan rasio perputaran piutang.
Rasio jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio)
menunjukkan jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual
persediaan rata-rata selama tahun tersebut. Rasio ini menggambarkan
jumlah hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan akhir dengan
commit to user
19
4. Definisi Capital intensity
Capital intensity adalah jumlah modal perusahaan yang
diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan (Zmijewski dan
Hagerman dalam DeFond dan Hung, 2001). Semakin tinggi rasio capital
intensity maka arus kas masa depan perusahaan akan lebih baik karena
tingginya rasio capital intensity menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai ketersediaan kas yang cukup dari hasil penjualan yang dapat
digunakan sebagai pendanaan operasional dan penempatan dana pada
aktiva tetap. Dalam penelitian DeFond dan Hung (2001) ditemukan
ramalan yang dilakukan oleh perusahaan skala besar mempunyai
kecenderungan menggunakan metode akuntansi yang lebih beragam bila
dibandingkan dengan perusahaan skala kecil, selain itu penelitian DeFond
dan Hung (2001) membuktikan bahwa perusahaan besar mempunyai
capital intensity yang lebih besar, untuk melakukan peramalan arus kas
yang lebih baik.
5. Definisi Operating Cash Flow
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan
yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan,
dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi
tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas. Di
Indonesia, perusahaan diwajibkan menyusun arus kas pada tahun 1994
commit to user
20
(PSAK No. 2 paragraf 1), dan menyajikannya sebagai bagian integral dari
laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan (SAK,
1994). Kewajiban untuk melaporkan arus kas ini tentunya didasarkan pada
manfaat yang diharapkan dari laporan keuangan tersebut. Salah satunya
menurut PSAK No. 2 paragraf 3 adalah meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama (SAK, 1994).
C. Arus Kas Masa Depan
Definisi arus kas menurut PSAK No. 2 (Ikatan Akuntansi Indonesia,
2004) adalah :
“Arus masuk dan keluar kas atau setara kas”.
Laporan arus kas dibuat dengan tujuan memberikan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan
selama satu periode tertentu. Laporan arus kas dibagi menjadi tiga aktivitas,
yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Klasifikasi
menurut aktivitas tersebut memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh tiap aktivitas terhadap
posisi keuangan perusahaan.
Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluran kas
commit to user
21 1. Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan (revenue-producing activities) dan aktivitas lain
yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (IAI,
2004:2.2).
Di dalam IAI (2004:2.3), menyebutkan bahwa:
“Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemempuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.”
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas (IAI, 2004:2.2).
“Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. “ (IAI, 2004:2.4).
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan (IAI, 2004:2.2).
commit to user
22
Arus kas masa depan adalah analisis sumber penggunaan kas suatu
entitas yang dapat diperkirakan di masa yang akan datang (Pariwiyati dan
Baridwan, 1998). Karena tidak seorangpun yang dapat mengetahui secara
pasti berapakah hasil operasi dan keuangan dari suatu perusahaan di masa
depan dan banyaknya unsur ketidakpastian di masa depan, banyak
penekanan dan evaluasi pada prestasi masa lalu dan masa kini sebagai
indikator untuk masa depan, maka salah satu pendekatan yang menarik
adalah memprediksi apakah suatu perusahaan akan mengalami kegagalan
atau kesuksesan. Prediksi atas laporan keuangan perusahaan merupakan
informasi yang memberikan indikasi atas prospek hasil usaha dan keadaan
keuangan di masa mendatang. Selain itu prediksi akan lebih mudah dibaca
oleh investor, dibandingkan dengan laporan keuangan yang biasanya
hanya bisa dibaca oleh akuntan. Prediksi atau ramalan adalah salah satu
aspek sebelum perencanaan dan berguna untuk mengurangi
ketidakpastian, jadi prediksi sangatlah penting bagi lingkungan dunia
usaha, dimana sangat banyak unsur ketidakpastian, serta banyaknya unsur
yang terlibat seperti stockholder, pemerintah dan stockeholder (Sitorus,
2005). Dalam Standar Profesionalisme Akuntan Publik Seksi 2000
paragraf 6 disebutkan definisi proyeksi keuangan adalah
commit to user
23
D. Review Penelitian Terdahulu
Shenoy dan Koch (1995) meneliti tentang hubungan antara leverage
dengan arus kas masa depan. Hasil penelitian Shenoy dan Koch (1995)
menunjukkan bahwa tingkat leverage yang tinggi berpengaruh terhadap arus
kas masa depan yang tinggi pula. Seng (1997) melakukan penelitian terkait
dengan kemampuan earnings dan arus kas sebagai prediktor arus kas masa
depan di New Zealand. Hasil penelitian Seng (1997) menunjukkan bahwa
arus kas mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada earnings untuk
memprediksi arus kas masa depan. Hal ini berkebalikan dengan pernyataan
FASB yang menyatakan bahwa earnings mempunyai kemampuan yang lebih
baik daripada arus kas untuk memprediksi arus kas masa depan.
DeFond dan Hung (2001) melakukan penelitian terkait peramalan
arus kas masa depan dengan menggunakan variabel prediktor antara lain
berupa capital intensity, operating cycle dan leverage. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian tersebut adalah ramalan yang dilakukan oleh
perusahaan skala besar mempunyai kecenderungan menggunakan metode
akuntansi yang lebih beragam bila dibandingkan dengan perusahaan skala
kecil, selain itu penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan besar
mempunyai capital intensity yang lebih besar, operating cycle yang lebih
cepat dan tingkat leverage yang lebih tinggi untuk melakukan peramalan
arus kas yang lebih baik. Zhao et al (2006) meneliti tentang kemampuan
earnings dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan di
commit to user
24
bahwa arus kas dari aktivitas operasi mempunyai kemampuan yang lebih
baik daripada current earnings dalam memprediksi arus kas masa depan di
Australia.
Dahler dan Febrianto (2006) meneliti tentang kemampuan earnings
dan arus kas dalam memprediksi arus kas masa depan. Dahler dan
Febrianto (2006) meneliti apakah laba atau arus kas yang memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan
dengan membedakan pada saat perusahaan melaporkan laba positif dan
laba negatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa arus kas operasi tahun
berjalan memilki kemampuan yang lebih baik dibanding laba dalam
memprediksi arus kas operasi masa depan baik untuk kelompok
perusahaan berlaba positif maupun berlaba negatif.
1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini adalah seperti berikut ini.
[image:38.595.132.515.241.741.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar II.1. Bagan Rerangka Konsep Penelitian
Arus Kas Masa Depan
Operating Cycle Leverage Earnings
Capital Intensity
commit to user
25
Penelitian ini memiliki lima variabel, yaitu empat variabel
independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang
digunakan adalah earnings, leverage, operating cycle dan capital intensity.
Sementara itu, variabel dependen yang digunakan adalah arus kas masa
depan.
2. Perumusan Hipotesis
a. Kemampuan Earnings dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan
Penelitian yang dilakukan oleh Dahler dan Febrianto (2006)
tentang kemampuan prediktif earnings dan arus kas dalam
memprediksi arus kas masa depan menemukan hasil bahwa arus kas
operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding
laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Laba akrual
didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni, pengakuan pendapatan
dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan meminta
perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah melaksanakan
semua, atau satu bagian substansial dari jasa-jasa yang harus diberikan,
dan penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip
penandingan meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang
terkait dengan pendapatan dalam periode yang sama di mana
pendapatan diakui. Karena proses akrual dianggap mengurangi
masalah waktu dan masalah penandingan yang melekat di arus kas,
commit to user
26
perusahaan (Dechow dalam Dahler dan Febrianto, 2006). Saat ini,
penelitian dalam kegunaan laba untuk keputusan investasi didasarkan
pada hipotesis bahwa laba merupakan proksi arus kas masa depan
perusahaan (Beaver, Ball dan Brown, Easton dalam Dahler dan
Febrianto, 2006). Atas dasar uraian penelitian tersebut maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : earnings berpengaruh terhadap arus kas masa depan
perusahaan.
b. Kemampuan leverage dalam memprediksi arus kas masa depan
Ross dalam Shenoy dan Koch (1995) menyatakan bahwa
manajer menggunakan leverage sebagai sinyal untuk menilai pasar
mengenai kualitas suatu perusahaan, di mana kualitas digambarkan
sebagai tingkatan arus kas. Ross dalam Shenoy dan Koch (1995)
berpendapat sejumlah hutang dan modal yang dimiliki suatu
perusahaan menyediakan informasi kepada investor mengenai kualitas
suatu perusahaan. Ross dalam Shenoy dan Koch (1995) menyatakan
bahwa seorang manajer dengan kualitas yang tinggi akan
mengeluarkan lebih banyak hutang dan mempunyai tingkat leverage
yang tinggi, dan disimpulkan bahwa tingkat leverage yang tinggi dapat
dihubungkan dengan tingginya arus kas dalam periode yang sama.
Hasil berkebalikan diperoleh Blazenko, Poitevin dan Raviv dan Sarig
dalam Shenoy dan Koch (1995), sesuai dengan signalling theory, yang
menyebutkan bahwa tingkat leverage yang tinggi dapat dihubungkan
commit to user
27
yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar pula tingkat arus
kas artinya bahwa semakin besar kas yang harus dikeluarkan untuk
membayar hutang beserta bunga pinjaman. Rasio leverage dapat
diproksikan dengan debt to equity ratio, debt ratio dan time interest
earned ratio. Atas dasar penelitian tersebut, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2 : leverage berpengaruh terhadap arus kas masa depan
perusahaan.
c. Kemampuan operating cycle dalam memprediksi arus kas masa
depan
Penelitian Dechow, Kothari dan Watts dalam DeFond dan Hung
(2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki siklus
operasional yang panjang mempunyai arus kas operasional yang
kurang baik, sehingga akan mengurangi kemampuan untuk mengukur
capaian perusahaan. Dechow dalam DeFond dan Hung (2001)
mengemukakan bahwa perusahaan dengan siklus operasional yang
lebih pendek menunjukkan suatu hubungan yang kuat dengan arus kas
operasional dan pengembalian saham, sehingga dapat disimpulkan
bahwa peramalan arus kas masa depan akan lebih akurat jika
perusahaan memiliki siklus operasional yang lebih cepat. Penelitian
DeFond dan Hung (2001) konsisten dengan pernyataan Dechow
(1994), yaitu perusahaan yang memiliki operating cycle yang lebih
commit to user
28
dasar uraian tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H3 : operating cycle berpengaruh terhadap arus kas masa depan
perusahaan.
d. Kemampuan capital intensity dalam memprediksi arus kas masa
depan
Intensitas modal dapat diartikan jumlah modal perusahaan yang
diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang dapat diukur dengan
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan (Zmijewski
dan Hagerman dalam DeFond dan Hung, 2001). Hasil yang diperoleh
dalam penelitian DeFond dan Hung (2001) adalah ramalan yang
dilakukan oleh perusahaan skala besar mempunyai kecenderungan
menggunakan metode akuntansi yang lebih beragam bila dibandingkan
dengan perusahaan skala kecil, selain itu penelitian ini membuktikan
bahwa perusahaan besar mempunyai capital intensity yang lebih besar,
untuk melakukan peramalan arus kas yang lebih baik. Oleh karena itu
kesimpulan dalam penelitian DeFond dan Hung (2001) bahwa capital
intensity berpengaruh terhadap ramalan arus kas masa depan. Atas
dasar uraian tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H4 : capital intensity berpengaruh terhadap arus kas masa depan
commit to user
29
e. Kemampuan operating cash flow dalam memprediksi arus kas
masa depan
Operating Cash Flow (CFO) merupakan jumlah arus kas yang
digunakan atau yang mampu disediakan dari kegiatan operasional pokok
perusahaan. CFO ini mencerminkan keuntungan atau kembalian bagi para
penyedia modal, termasuk utang atau equity. CFO dapat digunakan untuk
membayar hutang, membeli kembali saham, membayar dividen, atau
menahannya untuk kesempatan pertumbuhan di masa depan. CFO
memudahkan perusahaan untuk mengukur pertumbuhan bisnis dan
pembayaran kepada shareholders. CFO oleh Jensen (1986) difokuskan
pada arus kas masa depan. Jensen menyatakan bahwa manajer dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka dengan arus kas masa depan. Arus
kas yang baik memberikan jaminan bahwa entitas tidak mengalami
kesulitan terkait dengan ketersediaan kas dalam pendanaan kegiatan
operasional perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Dahler dan
Febrianto (2006) tentang kemampuan prediktif earnings dan arus kas
dalam memprediksi arus kas masa depan menemukan hasil bahwa arus kas
operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding
laba dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Berdasarkan hasil
analisis dan penelitian di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut ini.
H5 = Cash Flow (CFO) berpengaruh terhadap arus kas masa depan
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis karena penelitian ini
menggunakan hipotesis yang hipotesisnya sudah dapat ditentukan di awal
penelitian (Hartono, 2004:40). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan earnings, leverage, operating cycle, capital intensity dan operating
cash flow dalam memprediksi arus kas masa depan. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian kausal yaitu penelitian yang menyatakan hubungan satu
variabel menyebabkan perubahan variabel yang lainnya, yang mempengaruhi
adalah variabel independen dan yang dipengaruhi adalah variabel dependen.
(Hartono, 2004: 44), dimana earnings, leverage, operating cycle, capital
intensity dan operating cash flow sebagai variabel independen dan arus kas
masa depan sebagai variabel dependen.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi karena sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data yang digunakan dalam penelitian berupa laporan
keuangan sebagai satu kesatuan. Berdasarkan waktu penelitiannya, penelitian ini
merupakan penelitian pooled data karena pengumpulan data dalam penelitian
commit to user
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau peristiwa yang
menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2000). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2006 sampai dengan
2008. Pemilihan perusahaan di BEI dikarenakan pertimbangan kemudahan
akses data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Nama
perusahaan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan JSX
Statistics.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2000).
Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel
yang diambil adalah perusahaan manufacturing dan merchandising yang
terdaftar di BEI. Alasan yang digunakan dalam pengambilan sampel
penilitian adalah bahwa variabel operating cycle menggunakan data
persediaan yang hanya dimiliki oleh perusahaan manufacturing dan
merchandising, sehingga perusahaan lain seperti jasa dikeluarkan dari
sampel penelitian.
Alasan lain peneliti menggunakan perusahaan manufacturing dan
merchandising yaitu untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dahler dan Febrianto (2006) pada perusahaan non finansial
commit to user
lebih akurat. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Perusahaan termasuk kategori manufacturing dan merchandising
berdasarkan klasifikasi ICMD yang terdaftar di BEI periode
2006-2008.
2) Perusahaan manufacturing dan merchandising menerbitkan laporan
keuangan dengan mencantumkan informasi dan data yang
dibutuhkan dalam penelitian selama periode 2006-2008.
3) Perusahaan tidak delisting selama periode 2006-2008 dan tahun buku
berakhir pada tanggal 31 Desember.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data
yang dibuat atau dikumpulkan oleh pihak luar (Sekaran, 2000:211). Alasan
menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk
diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Data sekunder tersebut berupa
laporan keuangan dari perusahaan manufacturing dan merchandising yang go
public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) serta Indonesian Capital
Market Directory.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara sistematis,
yaitu seperti berikut ini.
a. Variabel Independen (variabel bebas)
1. Earnings merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya. Dahler dan
pos-commit to user
pos luar biasa karena menggambarkan jumlah bagian dari laba yang
menjadi hak perusahaan setelah dipotong dengan biaya dan pajak.
Penelitian ini menggunakan earnings berupa laba sebelum pajak.
Ukuran earnings ini digunakan dengan alasan bahwa pada tahun 2008
terjadi perubahan peraturan perpajakan terkait dengan tarif pajak,
sehingga penggunaan laba sebelum pajak diharapkan dapat
menghilangkan pengaruh perubahan tersebut.
2. Leverage
Menurut White et al, dalam Ulupui (2007) analisis solvency dan long
term debt (leverage) digunakan untuk menelaah struktur modal
perusahaan, termasuk sumber dana jangka panjang dan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewjiban investasi dan hutang jangka
panjang. Rasio-rasio leverage dapat ditunjukkan dengan Debt to Equity
Ratio digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah asset yang
disediakan oleh kreditur dibandingkan dengan jumlah asset yang
disediakan oleh pemilik perusahaan, debt to equity ratio diberi simbol
DER. Formula yang digunakan adalah:
DER = Total Liabilities Stockholder Equity
3. Operating Cycle (Siklus Operasi)
Operating cycle adalah ukuran yang menggabungkan periode
penagihan piutang dengan hari untuk menjual persediaan untuk
commit to user
2007). Operating cycle diberi simbol OC. Formula yang digunakan
adalah:
OC= (Accounts receivablet + Accounts receivablet-1)/2 + (Inventoryt + Inventoryt-1)/2
Sales/360 Cost of goods sold/360
4. Capital Intensity
Capital intensity adalah jumlah modal perusahaan yang diinvestasikan
pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan (Zmijewski
dan Hagerman, dalam DeFond dan Hung, 2001). Capital intensity
diberi simbol CI. Formula yang digunakan adalah:
CI = Total Aktiva Tetap Kotor (sebelum dikurangi akumulasi depresiasi)
Total penjualan
5. Operating Cash Flow
Operating Cash Flow merupakan arus kas bersih dari akrivitas
operasional yang tersaji dalam laporan arus kas. Penelitian ini
menggunakan jumlah kas bersih dalam aktivitas operasional yang
tersaji dalam laporan arus kas sebagaimana digunakan Dahler dan
Febrianto (2006).
b. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas dari aktivitas
operasi perusahaan periode setelah tahun amatan. Arus kas dari aktivitas
operasi ini merupakan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang
menyangkut operasi perusahaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas
commit to user
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen,
dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan
dari luar.
E. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi dengan
membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas, peneliti akan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai ρ value > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, jika ρ value < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali,
2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel-variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model,
peneliti akan melihat Tolerence dan Variance Infaltion Factors (VIF)
commit to user
(SPSS). Analisis terhadap nilai VIF (Variance Inflation Factor) adalah
bila tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai Tolerance
lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model
regresi.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan run test. Menurut
Ghozali (2007) Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik
dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi
maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Kriteria
pengujian dalam run test adalah apabila signifikansi lebih besar 5%,
maka dapat dinyatakan tidak terjadi autokorelasi, dan sebaliknya apabila
signifikansi lebih kecil 5%, maka terjadi autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
commit to user