• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya anti-inflamasi ekstrak boswella serrata roxb. ex Colebr.--Indian frankincense pada mencit putih betina.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daya anti-inflamasi ekstrak boswella serrata roxb. ex Colebr.--Indian frankincense pada mencit putih betina."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

x INTISARI

Seiring dengan perkembangan teknologi, pengobatan alami juga mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mulai menjadi “tren” saat ini, dimana pengobatan herbal juga melengkapi pengobatan kimiawi.

Boswellia serrata merupakan tumbuhan yang didalamnya terkandung senyawa aktif asam β-boswelat yang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anflamasi, besarnya daya anti-inflamasi dan potensi daya anti-anti-inflamasi Boswellia serrata dalam mengurangi radang pada mencit putih betina.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini digunakan hewan uji sebanyak delapan puluh lima ekor mencit galur Swiss, umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 8 kelompok. Kelompok I diberi karagenin 1% sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi aquadest sebagai kontrol negatif, kelompok III diberi natrium diklofenak sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi CMC-Na 1% sebagai kontrol negatif, dan kelompok V hingga VIII diberi ekstrak Boswellia serrata dengan peringkat dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB. Tiga jam setelah injeksi karagenin 1%, mencit dikorbankan, kedua kaki belakang dipotong pada sendi tarsocrural, dan ditimbang. Data bobot udema dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan analisis secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Boswellia serrata terbukti tidak memiliki efek anti-inflamasi namun mampu menurunkan udema pada dosis 24,25 mg/kgBB dan 72,8 mg/kg BB. Prosentase respon daya anti-inflamasi yang dihasilkan secara berurutan pada peringkat dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB yaitu 23,04 %; 11,12%; -14,89%; dan -26,29%. Prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan pada dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB yaitu 33,18%; 15,99%; -21,44% dan -37,86%.

(2)

xi ABSTRACT

With the developing of the technology, the treatment with herbal drug also has going to better and going to be trend in now, where the treatment with herbal drug has complementary with chemical drug.

Boswellia serrata is one of a plant that containing compound active β -boswellic acid for the treatment of inflammatory disease. The purpose of this research is to prove the truth of anti-inflammation effect, percentage of anti-inflammation ability and to know amount of potency of anti-inflammation ability of Boswellia serrata extract to decrease inflammation on white female mice.

The type of his research was purely experimental with complete random pattern design. Subject whose used in this research is eighty five mice was Switzerland white female mice whose age 2-3 month and have weight between 20-30 gram. The subject were divided into eight groups. Group I was treated by carrageenan 1 % as negative control, group II was treated by aquadest as positive control, group III was treated by diclofenac natrium as positive control, group IV was treated by CMC-Na % as negatif control , and group V, VI, VII, and VIII were treated Boswellia serrata extract which have dosage 24,25 g/kg bw; 72,8 g/kg bw; 214,8 g/kg bw, and 655,2 g/kg bw. Three hours after has injection with carrageenan 1%, were killed and its two back legs were cut at tarsocrural joint. The data about oedema weight that already obtained were analyzed with Kolmogorov-Smirnov to see its distribution, then analyzed with Kruskal Wallis test and continued with Mann Whitney test on 95% significance level.

The result of this research showed that Boswellia serrata extract that Boswellia serrata extract hasn’t anti-inflamation effect but can decrease oedema in dosage 24,25 mg/kgBB and 72,8 mg/kgBB. The percentage of anti-inflammation ability in dosage 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB was successively 23,04 %; 11,12%; -14,89%; dan -26,29%. Relative potency of anti-inflammation ability in dosage 24,25 mg/kgBB and 72,8 mg/kgBB was successively 33,18% dan 15,99%.

(3)

Roxb. exx Colebr.

--Di Me

UN

Indian fra

iajukan untu emperoleh G

Progr

T N

FAK

NIVERSIT

Y

ankincense

SKRIP

uk Memenu Gelar Sarjan ram Studi Il

Oleh TH. Avi Ha NIM : 0481

KULTAS F

TAS SAN

YOGYAK

2008

e PADA M

PSI

uhi Salah Sa na Farmasi lmu Farmas

: ardhiani

114091

FARMAS

NATA DH

KARTA

8

MENCIT PU

atu Syarat (S.Farm.) si

SI

HARMA

(4)

ii

Roxb. ex Colebr. -- Indian frankincense PADA MENCIT PUTIH BETINA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

TH. Avi Hardhiani

NIM : 048114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

iii   

(6)

iv   

(7)

v

Kadang……

Di dalam

perjalanan

hidup ini, kita mendapat kesulitan yang membuat

hidup kita terasa berat, dan tidak menentu...Namun, kupercaya

bahwa Yesus Yang Maha Kudus akan menemani

setiap langkah kita

dalam perjalanan hidup ini, untuk

meneguhkan hati

kita

serta

meluaskan wawasan

kita...

” Bapa bisa datang dengan cara apa saja ”

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Bapa dan Bunda yang ada di

Surga,

Bapak dan Ibuku,Kakakku,

Seseorang yang selalu ada dihatiku,

serta

(8)

vi   

(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala berkah, karunia, kekuatan dan kasihNya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul : ”Daya Anti-inflamasi Ekstrak Boswellia serrata Roxb. ex Colebr. -- Indian frankincense Pada mencit Putih Betina” yang merupakan realisasi dari kerjasama antara IOT. Sari Sehat -- PT. Capung Indah Abadi dan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma serta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh pengarahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak pengarahan, bimbingan, dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. atas pengetahuan, bantuan, masukan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini serta telah memberikan kesediaannya sebagai dosen penguji.

(11)

viii

5. IOT. Sari Sehat -- PT. Capung Indah Abadi, Ibu Lis Setyowati, atas kerja sama dan bantuannya dalam pengadaan bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini. 6. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., yang telah memberikan pengetahuan bagi

penulis dalam penyelesaian skrispsi ini.

7. Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc. yang telah membantu penulis dalam pengolahan data secara statistik.

8. Mas Heru yang telah membantu dalam pengadaan hewan uji, Mas Parjiman yang senantiasa memberikan waktu dalam menyediakan peralatan, Mas Khayat, Mas Otok, dan Mas Yuwono selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di laboratorium farmakologi.

9. Staff pengajar dan segenap dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

10.Untuk keluargaku : Bapak, Ibu, kakakku, Artha, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, kasih, pengorbanan yang sungguh besar bagi penulis.

11.Mas Beny yang selalu memberikan waktu dan memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Dhimas Angga W.K. yang senantiasa menemani dalam suka-duka, memberikan semangat kepada penulis untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. 13.Tante Santi, Mbak Ella, terima kasih atas nasehat yang selalu diberikan bagi

(12)

ix

14.Ratna Puspita, Keke Sakti Damayanti, Caecilia Ratna, teman-teman seperjuanganku dalam bergelut di laboratorium farmakologi, terima kasih atas kerjasamanya.

15.Teman-teman terdekatku : Lian, Filisia, Feri, Ratna, Erlin, Siska, Widya, Indah, Maduma, Meidina, atas kerjasamanya selama ini serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Mas Surya, Mas Galih, dan Mas Angga, terima kasih atas pengetahuan yang diberikan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.

17.Tetangga kamarku : Sinta, Mbak Ica, Mbak Ana, Vita, Mbak Melon, Mbak Desi serta Riska, Treza, Fila, Marlin, Enggar, Mbak Yeyen, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini yang selalu memberikan keceriaan di kost tercinta. 18.Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma khususnya angkatan

2004 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan pengetahuan bagi semua.

(13)

x INTISARI

Seiring dengan perkembangan teknologi, pengobatan alami juga mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mulai menjadi “tren” saat ini, dimana pengobatan herbal juga melengkapi pengobatan kimiawi.

Boswellia serrata merupakan tumbuhan yang didalamnya terkandung senyawa aktif asam β-boswelat yang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anflamasi, besarnya daya anti-inflamasi dan potensi daya anti-anti-inflamasi Boswellia serrata dalam mengurangi radang pada mencit putih betina.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini digunakan hewan uji sebanyak delapan puluh lima ekor mencit galur Swiss, umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 8 kelompok. Kelompok I diberi karagenin 1% sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi aquadest sebagai kontrol negatif, kelompok III diberi natrium diklofenak sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi CMC-Na 1% sebagai kontrol negatif, dan kelompok V hingga VIII diberi ekstrak Boswellia serrata dengan peringkat dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB. Tiga jam setelah injeksi karagenin 1%, mencit dikorbankan, kedua kaki belakang dipotong pada sendi tarsocrural, dan ditimbang. Data bobot udema dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan analisis secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Boswellia serrata terbukti tidak memiliki efek anti-inflamasi namun mampu menurunkan udema pada dosis 24,25 mg/kgBB dan 72,8 mg/kg BB. Prosentase respon daya anti-inflamasi yang dihasilkan secara berurutan pada peringkat dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB yaitu 23,04 %; 11,12%; -14,89%; dan -26,29%. Prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan pada dosis 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB yaitu 33,18%; 15,99%; -21,44% dan -37,86%.

(14)

xi ABSTRACT

With the developing of the technology, the treatment with herbal drug also has going to better and going to be trend in now, where the treatment with herbal drug has complementary with chemical drug.

Boswellia serrata is one of a plant that containing compound active β -boswellic acid for the treatment of inflammatory disease. The purpose of this research is to prove the truth of anti-inflammation effect, percentage of anti-inflammation ability and to know amount of potency of anti-inflammation ability of Boswellia serrata extract to decrease inflammation on white female mice.

The type of his research was purely experimental with complete random pattern design. Subject whose used in this research is eighty five mice was Switzerland white female mice whose age 2-3 month and have weight between 20-30 gram. The subject were divided into eight groups. Group I was treated by carrageenan 1 % as negative control, group II was treated by aquadest as positive control, group III was treated by diclofenac natrium as positive control, group IV was treated by CMC-Na % as negatif control , and group V, VI, VII, and VIII were treated Boswellia serrata extract which have dosage 24,25 g/kg bw; 72,8 g/kg bw; 214,8 g/kg bw, and 655,2 g/kg bw. Three hours after has injection with carrageenan 1%, were killed and its two back legs were cut at tarsocrural joint. The data about oedema weight that already obtained were analyzed with Kolmogorov-Smirnov to see its distribution, then analyzed with Kruskal Wallis test and continued with Mann Whitney test on 95% significance level.

The result of this research showed that Boswellia serrata extract that Boswellia serrata extract hasn’t anti-inflamation effect but can decrease oedema in dosage 24,25 mg/kgBB and 72,8 mg/kgBB. The percentage of anti-inflammation ability in dosage 24,25 mg/kgBB; 72,8 mg/kgBB; 218,4 mg/kgBB; dan 655,2 mg/kgBB was successively 23,04 %; 11,12%; -14,89%; dan -26,29%. Relative potency of anti-inflammation ability in dosage 24,25 mg/kgBB and 72,8 mg/kgBB was successively 33,18% dan 15,99%.

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...…… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN ………. HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...………... PRAKATA ……….. INTISARI ………….………...

ABSTRACT ………...………...

DAFTAR ISI ...……… DAFTAR TABEL ..………. DAFTAR GAMBAR ….………...……….. DAFTAR LAMPIRAN ..………. BAB I. PENGANTAR .……….. A. Latar Belakang ……….………... 1. Permasalahan ……….……….. 2. Keaslian penelitian ……….………. 3. Manfaat penelitian .……….………. B. Tujuan Penelitian ……….………... BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …….………...

(16)

xiii

A. Boswellia serrata Roxb. ex Colebr. -- Indian frankincense... 1. Klasifikasi umum………..

2. Nama daerah………

3. Sinonim………

4. Morfologi tanaman……….... 5. Kandungan kimia………..

6. Kegunaan………..

7. Anjuran pemakaian………...

B. Ekstrak……….

C. Inflamasi ……...………..

1. Definisi ….………...

2. Klasifikasi ………... 3. Penyebab….………...

4. Gejala ………..………

5. Mekanisme………...

6. Mediator inflamasi.……….. D. Obat Anti Inflamasi ..………... E. Natrium Diklofenak ………..……….. F. Metode Uji Daya Anti-inflamasi………...

In-vivo :...

1. Uji eritema………

(17)

xiv

2. Uji paw edema ……….

3. Pleurisytest (uji radang selaput dada)………... 4. Tes kantong granuloma……… In-vitro :………

1. Uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear... 2. Agregasi leukosit polimorfonuklar yang diinduksi FMLP...

G. Landasan Teori……….

H. Hipotesis………...

BAB III. METODE PENELITIAN ……….………... A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……….. B. Variabel dan Definisi Operasional………... C. Bahan Penelitian………... D. Alat Penelitian ...………...………... E. Tata Cara Penelitian ..……….. 1. Perolehan ekstraktanaman Boswellia serrata ...…...………. 2. Penyiapan hewan uji………..…..……… 3. Perhitungan dan penetapan dosis….… ……….. 4. Pembuatan suspensi karagenin 1%………...……... 5. Pembuatan larutan natrium diklofenak... 6. Pembuatan CMC-Na 1%... 7. Penetapan dosis ekstrak Boswellia serrata...

(18)

xv

8. Uji pendahuluan... 9. Perlakuan hewan uji... 10.Perhitungan prosentase respon daya anti-inflamasi... 11.Perhitungan prosentase daya anti-inflamasi... F. Analisis Hasil... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………...………....

A. Hasil Uji Pendahuluan..………...….. 1. Uji penetapan selang waktu pemotongan kaki... 2. Uji penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak... B. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi Ekstrak Boswellia serrata………... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …….………

A. Kesimpulan ..………

B. Saran ...……….

DAFTAR PUSTAKA ...……….. LAMPIRAN ………...………. BIOGRAFI PENULIS ..………...

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki..……... II Rangkuman hasil uji Anova satu arah data bobot udema kaki mencit

akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki……….….………... III Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat

injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki……….……..……… IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%

subplantar dengan berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak……….. V. Rangkuman hasil uji Anova satu arah data rata-rata bobot udema kaki mencit akibat sebelum injeksi karagenin 1% subplantar dengan berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak………… VI. Rangkuman hasil uji Scheffe data data rata-rata bobot udema kaki mencit

akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB dengan berbagai variasi selang waktu……… VII. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%

Hal

46

47

47

49

50

(20)

xvii

subplantar baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan ekstrak... VIII. Rata-rata prosentase respon daya anti-inflamasi baik pada kelompok

kontrol maupun perlakuan ekstrak………... IX. Hasil uji Kruskall Wallis rata-rata prosentase respon daya

anti-inflamasi baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan ekstrak….. X. Rangkuman uji Mann-Whitney rata-rata prosentase respon daya

anti-inflamasi baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan ekstrak……….. XI. Prosentase daya anti-inflamasi kelompok perlakuan ekstrak

Boswellia serrata...

53

56

59

59

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9

Gambar 10

Gambar 11

Gambar 12

Empat asam triterpenoid pentasiklik Boswellia serrata…….. Mekanisme terjadinya peradangan...………... Skema mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan kerja obat anti-inflamasi...………... Klasifikasi obat Anti-Inflamasi Steroid (AINS)... Mekanisme kerja obat anti inflamasi……… Struktur natrium diklofenak...………... Skema kerja uji pendahuluan... Skema kerja perlakuan terhadap hewan uji... Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki... Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dengan berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak... Diagram rata-rata bobot udema akibat injeksi karagenin 1% baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan... Diagram rata-rata prosentase daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan ...

Hal 8 15

20 21 23 24 40 41

46

49

54

(22)

xix Gambar 13

Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16

Gambar 17

Tumbuhan Boswellia serrata... Getah resin tanaman Boswellia serrata... Ekstrak kering Boswellia serrata... Ekstrak Boswelliaserrata dalam bentuk suspensi CMC-Na 1%... Neraca Analitik Merk Mettler Toledo AB 204...

73 73 74

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Tumbuhan Boswellia serrata... Getah resin tumbuhan Boswellia serrata... Foto ekstrak kering Boswellia serrata ... Foto Boswellia serrata dalam bentuk suspensi CMC-Na 1%.. Foto alat neraca analitik Merk Mettler Toledo AB 204... Surat pernyataan sah tentang bahan uji yang diperoleh dari IOT. Sari Sehat qq. PT. Capung Indah Abadi...

Certificate of Analysis ekstrak Boswellia serrata 65%... Perhitungan konsentrasi ekstrak Boswellia serrata... Langkah kerja uji penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%... Hasil uji penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%... Hasil uji distribusi data pada penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% dengan uji Kolmogorov- Smirnov... Hasil uji Anova satu arah pada penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%...

Hal 73 73 74 74 75

76 78 79

80

81

82

(24)

xxi Lampiran 13

Lampiran 14

Lampiran 15

Lampiran 16

Lampiran 17 Lampiran 18

Lampiran 19

Lampiran 20

Langkah kerja uji penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB sebelum injeksi karagenin 1%... Hasil uji penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB sebelum injeksi karagenin 1%... Hasil uji distribusi data penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB sebelum injeksi karagenin 1% dengan uji Kolmogorov- Smirnov... Hasil uji Anova satu arah data penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB sebelum injeksi karagenin 1%... Langkah kerja perlakuan terhadap hewan uji... Data selisih bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta kontrol …... Hasil uji distribusi data bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta kontrol dengan uji Kolmogorov- Smirnov... Hasil uji Anova satu arah data bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata dalam 4

84

85

86

86 89

90

(25)

xxii Lampiran 21

Lampiran 22

Lampiran 23

Lampiran 24

Lampiran 25

Lampiran 26

Lampiran 27

peringkat dosis beserta kontrol... Hasil uji Kruskal Wallis data bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta kontrol... Hasil uji Mann-Whitney data bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta kontrol... Rangkuman hasil uji Mann-Whitney data selisih bobot udema kaki mencit setelah pemberian ekstrak Boswellia serrata

dalam 4 peringkat dosis beserta 4 kontrol... Data prosentase (%) respon daya anti-inflamasi ekstrak

Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 4 kontrol (sebelum terkoreksi)... Hasil analisis data prosentase (%) respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 3 kontrol (terkoreksi tanpa karagenin 1%)... Hasil uji distribusi data prosentase (%) respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 3 kontrol dengan uji Kolmogorov- Smirnov... Hasil uji Anova satu arah data prosentase respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis

91

92

93

98

99

100

(26)

xxiii Lampiran 28

Lampiran 29

Lampiran 30

Lampiran 31

Lampiran 32

beserta 3 kontrol dengan uji Kolmogorov- Smirnov... Hasil uji Kruskal Wallis data prosentase respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 3 kontrol... Hasil uji Mann-Whitney data prosentase respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 3 kontrol... Rangkuman hasil uji Mann-Whitney data prosentase respon daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis beserta 3 kontrol... Perhitungan prosentase daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata... Rincian konversi dosis mencit 20 gram ke manusia 70 kg...

103

104

105

109

(27)

1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Inflamasi merupakan salah satu masalah yang banyak dialami oleh

masyarakat. Peradangan merupakan suatu reaksi vaskuler yang menimbulkan

adanya pengiriman cairan, zat terlarut, dan sel darah menuju jaringan intertisial

pada daerah cedera (Price dan Wilson, 1984).Reaksi inflamasi diperlukan karena

inflamasi ini merupakan respon biologik dari reaksi-reaksi kimia berurutan,

berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, dan memperbaiki jaringan yang rusak

akibat trauma (Wilmana, 1995).

Walaupun teknologi berkembang sangat pesat, pengobatan alami juga

mengalami kemajuan yang sangat pesat yang sekarang ini mulai menjadi “tren” ,

dimana pengobatan herbal juga melengkapi pengobatan kimiawi. Oleh karena itu

banyak masyarakat yang semakin tertarik untuk memanfaatkan obat-obat dari

bahan alam yang sering dianggap sebagai pengobatan tradisional untuk mengobati

inflamasi, sebab selain harganya yang lebih murah juga karenatersedianya bahan

alam terutama tumbuh-tumbuhan di alam sekitar kita sehingga dapat menekan

biaya pengobatan. Walaupun begitu, penggunaan obat tradisional juga harus

memperhatikan klaim khasiatnya dan tidak cukup apabila hanya dengan

keterangan empiris saja.

Boswellia serrata merupakan salah satu tumbuhan digunakan pada

(28)

Cappasso, Ascione, Aviello, Longo, dkk, 2006). Bagian tanaman Boswellia

serrata yang digunakan adalah bagian batang dimana dari bagian tanaman

tersebut dapat dihasilkan getah resin/ oleoresin yang merupakan bahan ekstrak

Boswellia serrata. Getah oleoresin yang merupakan campuran antara resin dan

minyak yang bersifat mudah menguap tersebut terdiri dari minyak esensial, getah

resin, dan terpenoid. Secara tradisional, minyak esensial yang dihasilkan dapat

digunakan pada aromaterapi untuk relaksasi, membantu dalam pernafasan, dan

sistem imun ketika batuk, flu, bronchitis, dan laryngitis. Penggunaan lain

termasuk untuk anti-inflamasi, antiseptik, dan astringent (Briggs, Cheiman, Clark,

dan Linda, 2004).

Berdasarkan uraian tentang khasiat ekstrak Boswellia serrata sebagai

anti-inflamasi, maka pada penelitian ini akan digunakan ekstrak Boswellia serrata

yang diperoleh dari IOT Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi yang merupakan

salah satu industri obat tradisional dan bahan tersebut diimpor dari Phytotech

Extract Pvt. Ltd. India. Pada penelitian ini akan dilakukan uji daya anti-inflamasi

dengan menggunakan metode Langford, Holmes dan Emele (1972) yang telah

dimodifikasi sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap inflamasi yang

terjadi dan juga untuk mengetahui besarnya daya anti-inflamasi yang dimiliki.

Dengan adanya penelitian tentang daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia

serrata ini diharapkan dapat membuktikan kebenaran dari khasiat ekstrak

Boswellia serrata serta digunakan sebagai bukti praklinik serta acuan untuk

(29)

1. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang muncul antara lain sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak Boswellia serrata memiliki efek anti-inflamasi ?

b. Seberapa besar prosentase respon daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh

ekstrak Boswellia serrata ?

c. Seberapa besar prosentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak

Boswellia serrata?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang Boswellia serrata yang sudah pernah dilakukan

antara lain sebagai berikut :

a. Efek Boswellia serrata pada motilitas usus hewan pengerat dalam

menghambat diare tanpa konstipasi (Borrelli dkk, 2006).

Hasil : diketahui bahwa Boswellia serrata dapat menormalkan adanya

perubahan motilitas usus yang disebabkan adanya rangsangan inflamasi dan

memiliki aktivitas antidiare. Secara in-vitro ditunjukkan bahwa ekstrak

Boswellia serrata secara langsung menghambat motilitas usus dengan

mekanisme yang meliputi L-type Ca2+ channels.

b. Kemanjuran dan toleransi ekstrak Boswellia serrata pada pengobatan

osteoarthritis pada lutut kaki : A randomized double blind placebo controlled

trial (Brenda, 2003).

Hasil : diketahui bahwa pengobatan pasien yang menderita osteoarthritis

dengan 333 mg ekstrak Boswellia serrata 3 kali sehari selama 8 minggu dapat

(30)

c. Open, randomized, controlled clinical trial : Ekstrak Boswellia serrata

diibandingkan valdecoxib pada osteoarthritis pada lutut kaki (Sontakke,

Thawani, Pimpalkhute, Kabra, Babhulkar, dan Hingorani, 2007).

Hasil : diketahui bahwa ekstrak Boswellia serrata memiliki onset dan durasi

yang lebih lama setelah perlakuan dihentikan jika dibandingkan dengan

valdecoxib. Keamanan, kemanjuran, dan durasi yang ditunjukkan dari ekstrak

Boswellia serrata lebih baik jika dibandingkan valdecoxib.

Penelitian tentang Boswellia serrata ini berbeda dengan penelitian

yang sejauh ini telah dilakukan karena pada penelitian ini digunakan metode

radang telapak kaki oleh Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang khasiat

tanaman obat terutama ekstrak Boswellia serrata yang memiliki khasiat

sebagai anti-inflamasi sehingga dapat bermanfaat bagi ilmu kefarmasian.

b. Manfaat praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna untuk masyarakat tentang khasiat dari ekstrak Boswellia serrata

(31)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi yang pasti

bahwa ekstrak Boswellia serrata memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus antara lain untuk

mengetahui efek anti-inflamasi dari ekstrak Boswellia serrata, besarnya

prosentase respon daya inflamasi, dan besarnya prosentase daya

(32)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Boswellia serrata

1. Klasifikasi umum

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales Famili : Burseraceae

Genus : Boswellia Roxb. ex Colebr. -- boswellia

Species : Boswellia serrata Roxb. ex Colebr. -- Indian frankincense(Anonim, 2007a).

2. Nama daerah

Luban (Bengali); salai, Indian frankincense tree, Indian olibanum tree (Inggris); salai, saler, salga, salhe, sali (Hindi); kunduru, sallaki (Sanskrit) gugulu, kundrikam, kungli, morada, parangisambrani (Tamil) (Anonim, 2007b).

3. Sinonim

(33)

4. Morfologi tanaman

Boswellia serrata Roxb (Fam. Burseracease), merupakan tanaman berukuran sedang sampai besar yang merupakan tanaman asli dari India Afrika Utara dan Timur Tengah (Borrelli dkk, 2006). Boswellia serrata memiliki daun mengkilat dan mahkota daun yang tersebar. Kulit kayu tebal, berwarna hijau keabu-abuan, abu-abu kemerahan dan mengandung klorofil pada bagian luarnya yang tebal. Daunnya serta bunga yang berwarna putih tersebar banyak pada pangkal cabang (Anonim, 2007b).

4. Kandungan kimia

Pada batang tanaman Boswellia serrata yang kulit kayunya telah dihilangkan untuk proses penyadapan akan dihasilkan getah oleoresin yang terdiri dari minyak, terpenoid dan getah resin. Hampir 16% dari resin tersebut terdiri dari minyak esensial, dimana sebagian besar adalah α-thujene dan p-cymene. Resin bukan merupakan produk kompleks kimia alami, keras, transparan, ketika dipanaskan membentuk kompleks antara asam resin, resin alkohol, resinotanol, ester, dan resen (Robbers, Speedle, and Tyler, 1996). Asam β-boswelat merupakan salah satu dari empat asam triterpen pentasiklik yang berada dalam minyak esensial. Asam Boswellic ini akan menghambat jalur 5-lipoksigenase yang akan mengubah asam arakhidonat menjadi leukotrien (Anonim, 2007c). Getah resin pada Boswellia serrata terdiri dari :

a. Monoterpen (α-thujene)

b. Diterpen (makrosiklik diterpenoid seperti icensole, incensole oksida

(34)

c. Triterpen (seperti α- β –amyrin)

d. Asam triterpenoid pentasiklik (asam boswelat)

e. Asam triterpenoid tetrasiklik (tirucall-8, 24-diena, asam-21-oat) (Anonim, 2007d).

Empat asam triterpen pentasiklik yang terkandung dalam ekstrak etanol getah resin dari batang tanaman Boswellia serrata terdiri dari konstituen utama beserta derivatnya adalah sebagai berikut :

1. asam β- boswelat (I)

2. asam 3-O-asetil – β- boswelat (II) 3. asam 11-keto-β-boswelat (III)

4. asam 3-O-asetil-11-keto-β- boswelat (IV).

Gambar 1. Empat asam triterpenoid pentasiklik Boswellia serrata(Sharma, Mann,Gajbhiye, Kharya, 2007)

HO

COOH AcO

CO O H

( I ) ( II )

HO

COOH O

AcO

COOH O

(35)

5. Kegunaan

Getah resin yang merupakan bagian dari tanaman Boswellia serrata

dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional di India dan Cina untuk mengatasi berbagai penyakit seperti inflamasi, nyeri tulang dan luka (Huang, Ma, Badmaev, Shao, dan Chin Chee-Kok, 2000).

Secara tradisional, Boswellia juga digunakan untuk sakit perut dan kembung. Minyak yang dihasilkan dapat digunakan pada aromaterapi untuk relaksasi dan untuk mengurangi pernafasan yang lambat. Minyak esensialnya dipercaya untuk membantu dalam pernafasan dan sistem imun ketika batuk, flu, bronchitis, dan laryngitis. Penggunaan lain termasuk untuk anti-inflamasi, antiseptik, dan astringent (Briggs dkk, 2004).

6. Anjuran pemakaian

Range dosis untuk ekstrak Boswellia serrata ini 200-400mg 3 kali sehari, sedangkan dosis yang umumnya digunakan sekitar 400 mg 3 kali sehari (Anonim, 2007e). Untuk anti-inflamasi atau bronkokontriksi, digunakan ekstrak

Boswellia serrata dosis 400 mg tiga kali sehari (Anonim, 2007c). Ekstrak

Boswellia serrata juga tersedia dalam bentuk minyak esensial dan sediaan tablet 250 mg (Briggs dkk, 2004).

B. Ekstrak

(36)

sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000). Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasanya digunakan antara lain air, eter, atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979).

Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan perkolasi. Hasil akhir ekstrak cair dengan penyari etanol harus dibiarkan di tempat sejuk selama 1 bulan, kemudian disaring, sambil mencegah penguapan (Anonim, 1979 ).

C. Inflamasi

1. Definisi

(37)

2. Klasifikasi

Ditinjau dari waktu terjadinya, radang terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama, radang akut yang disebabkan oleh rangsangan yang berlangsung sesaat atau mendadak (akut); yang kedua, radang kronis yang disebabkan oleh jejas atau injury yang berlangsung beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari radang akut. Radang kronis ini sering disebut juga radang proliferatif karena selalu diikuti terjadinya proliferasi fibroblast (Sander, 2003).

3. Penyebab

Terhadap pengaruh-pengaruh yang merusak (noksi) dari berbagai jenis, jaringan ikat pembuluh bereaksi dengan cara yang sama pada tempat kerusakan yang menyebabkan terjadinya suatu radang. Noksi dapat berupa noksi kimia, noksi fisika, infeksi dengan mikroorganisme atau parasit (Mutschler, 1986). Noksi fisika dapat berupa panas atau dingin sedangkan noksi kimia dapat berupa konsentrasi asam atau basa (Crowley, 2001).

4. Gejala

Gejala reaksi meradang yang dapat diamati antara lain : pemerahan (rubor), pembengkakan (tumor), panas meningkat (kalor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functiolaesa) (Mutschler, 1986).

(38)

tersebut melebar sehingga darah yang masuk ke dalam mikrosirkulasi lokal menjadi lebih banyak. Kapiler yang sebelumnya kosong dengan cepat terisi oleh darah, yang sering disebut hyperemia atau kongesti. Karena pembuluh terisi banyak darah maka dapat mengakibatkan timbulnya kenaikan tekanan intravaskuler (Price dan Wilson, 1984).

b. Tumor adalah benjolan akibat penimbunan cairan abnormal pada jaringan interstitial atau rongga tubuh, yang dinamakan dengan oedema (Sander, 2003). Pembengkakan lokal (tumor) merupakan gejala tanda yang paling menyolok dari peradangan akut, dimana pembengkakan itu disebabkan karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Cairan dan sel yang saling bercampur dan tertimbun di daerah peradangan sering disebut dengan eksudat. Untuk keadaan dini reaksi peradangan eksudat tersebut berupa cair. Kemudian leukosit meninggalkan aliran darah dan selanjutnya tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1984). c. Kalor merupakan rasa panas pada daerah radang akibat terjadi vasodilatasi

(Sander, 2003). Panas hanya merupakan suatu reaksi peradangan pada permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370C, yaitu suhu di dalam tubuh. Saat terjadi peradangan, kulit menjadi lebih panas karena banyak darah yang disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena daripada yang disalurkan ke daerah yang normal (Price dan Wilson, 1984).

(39)

(Sander, 2003). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung syaraf. Selain itu, juga dapat disebabkan adanya pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya (Price dan Wilson, 1984) dan juga dapat timbul akibat adanya aktivasi syaraf nyeri yang disebabkan oleh sistem kinin (Karch, 2003).

e. Functiolesia yaitu berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami keradangan, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di daerah keradangan untuk reaksi biokimia sehingga fungsi organ menurun (Sander, 2003).

5. Mekanisme

Respon inflamasi merupakan reaksi lokal dari tubuh karena adanya luka. Kerusakan pada sel menyebabkan aktivasi zat kimia pada plasma yang disebut faktor VII atau Hageman factor. Hageman factor bertanggungjawab untuk mengaktifkan 3 sistem dalam tubuh, salah satunya adalah sistem kinin.

(40)

Bradikinin juga dapat menyebabkan lepasnya asam arakidonat dari membran sel. Asam arakidonat diketahui dapat menyebabkan terlepasnya substansi lain yang disebut autocoid yangterdiri dari prostaglandin (memperbesar reaksi inflamasi), leukotrien (menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas kapiler), dan tromboksan (menyebabkan vasokontriksi lokal dan agregasi platelet) (Karch, 2003).

Ketika Hageman factor memulai aktivitasnya, pada jalur lain menghasilkan respon pada daerah lokal. Kerusakan terhadap membran sel menyebabkan pelepasan histamin secara lokal. Histamin menyebabkan vasodilatasi, yang membawa darah dan komponen darah yang sangat banyak menuju daerah luka, mengubah permeabilitas kapiler, sehingga neutrofil dan darah sangat mudah untuk meninggalkan sirkulasi darah dan menuju daerah luka, dan merangsang adanya nyeri. Karena banyaknya cairan menuju jaringan menyebabkan perubahan pada permebilitas pembuluh kapiler sehingga terjadi tumor (bengkak). Kalor (panas) terjadi karena meningkatnya aliran darah ke daerah luka. Begitu juga juga gejala rubor (kemerahan) berhubungan erat dengan adanya peningkatan aliran darah yang disebabkan adanya vasodilatasi. Dolor (nyeri) muncul karena adanya aktivasi saraf nyeri oleh histamin dan sistem kinin (Karch, 2003).

(41)

daerah luka, neutrofil dapat merusak sel-sel tersebut. Rusaknya sel akan menyebabkan terlepasnya enzim liposom dari sel. Enzim itu akan melisiskan atau merusak membran sel dan protein seluler (Karch, 2003). Mekanisme peradangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Plasma tertarik Histamin lepas pada daerah luka

Hageman factor aktif

Prekallikrein Kalikrein aktif

Kininogen Bradikinin

Asam Arakidonat Permeabilitas Vasodilatasi lepas Kapiler ↑

Leukotrien (LTs) Prostaglandin(PGs) Eksudasi protein

( LTB4, LTC4, (PGI2) plasma Aliran

LTD4,LTE4 ) Darah↑

Kemotaksis leukosit, Edema

neutrofil aktif

Fagositosis

Penghilangan sisa luka pada daerah luka untuk proses penyembuhan

Gambar 2. Mekanisme terjadinya peradangan (Karch, 2003)

Bengkak

Merah

Panas Nyeri

(42)

Manifestasi dari suatu peradangan akut menurut Sander (2003) ada tiga macam antara lain yaitu perubahan hemodinamik, perubahan permeabilitas, dan

white cell event.

a. Perubahan dinamik dapat disebabkan karena adanya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah akibat meningkatnya aliran darah pada daerah yang mengalami kerusakan sehingga cairan keluar menuju daerah yang bertekanan rendah yaitu intertisial.

b. Perubahan permeabilitas pembuluh darah yang meningkat dapat menyebabkan terjadi kebocoran pembuluh darah dan akhirnya plasma protein dengan berat molekul yang besar dapat menerobos dinding pembuluh darah ke jaringan interstisial.

(43)

6. Mediator inflamasi

Mekanisme terjadinya radang sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan oleh asam arakidonat. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang ada menjadi asam arakidonat (Tjay dan Raharja, 2002). Asam arakidonat sendiri diproduksi oleh eikosanoid yang merupakan derivat kelompok asam lemak endogen yang sangat penting. muncul karena adanya beberapa rangsang seperti kerusakan fisik dan reaksi imun. Rangsangan tersebut akan mengaktifkan enzim fosfolipase pada sel membran atau sitoplasma dan asam arakidonat terlepas dari membran fosfolipid. Fosfolipida selain diubah menjadi arakhidonat oleh enzim fosfolipase juga diubah menjadi lyso-glyseril-fosforilkolin yang kemudian diubah lagi menjadi Platelet Activating Factor (PAF). Platelet Activating Factor dapat menimbulkan peradangan dan tidak hanya pada menyebabkan vasodilatasi lokal saja namun juga dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh (Rang, Dale, Ritter, and Moore, 2003).

Arakidonat dimetabolisme dengan beberapa mekanisme di antaranya dua mekanisme yang paling penting, yaitu :

a. Metabolisme untuk membentuk produk dengan ikatan lurus dengan lipoksigenase, yang kemudian menghasilkan leukotrien.

(44)

siklooksigenase 2 (COX-2), terutama ditemukan pada sel inflamasi (Katzung, Enthony, dan Susan, 2002).

Asam arakhidonat dikatalis oleh enzim siklooksigenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin (PG) yang dibentuk oleh semua jaringan, prostasiklin (PGI2) yang dibentuk di dinding pembuluh dan

berdaya vasodilasi, dan tromboksan (TXA2, TXB2) yang khusus dibentuk dalam

trombosit dan berdaya vasokonstriksi serta menstimulasi agregasi pelat darah (trombotis) (Tjay dan Rahardja, 2002).

Dibawah ini merupakan beberapa mediator yang penting dalam proses inflamasi, yaitu sebagai berikut :

a. Leukotrien (LTB4), LTC4, LTD4, dan LTE4), merupakan senyawa

sulfidopeptida yang dibentuk sebagai hasil metabolisme asam arkidonat dan merupakan mediator radang dan nyeri. Melalui rute lipoksigenase terbentuk LTA4 yang tidak stabil lalu diubah menjadi LTB4 atau LTC4, dan kemudian

diubah lagi menjadi LTE4. Leukotrien C4 (LTC4), LTD4, dan LTE4 terutama

dibentuk di granulosit eosinofil dan memiliki efek vasokontriksi di bronkus dan permeabilitas pembuluh dengan menimbulkan udema. Leukotrien B4

khusus disintesa di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaksis yaitu menstimulasi migrasi leukosit. Tertarik oleh leukotrien, leukosit dalam jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan mengaktifkan banyak gejala radang (Tjay dan Rahardja, 2002).

(45)

dibentuk dalam trombosit dan memiliki daya vasokontriksi (di jantung) dan menstimulasi agregase platelet darah (trombosis) (Tjay dan Rahardja, 2002). Tromboksan biasanya dibentuk pada platelet, sedangkan prostasiklin pada sel endoteliel (Katzung dkk, 2002).

c. Prostaglandin, merupakan mediator yang merupakan hasil dari metabolisme asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase yang mempunyai berbagai efek di pembuluh darah, ujung syaraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi (Katzung, 2001). Prostaglandin yang paling penting adalah PgE2 dan

PgF2 memiliki daya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding

pembuluh dan cairan sinovial sehingga terjadi radang dan rasa nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).

(46)

Stimuli

Fosfolipase A2 aktif Fosfolipid

di membran sel

Asam arakidonat Liso-gliseril- fosforilkolin Lipoksigenase (LOX) Siklooksigenase (COX)

PAF Hidroperoksida Endoperoksida (vasodilator,meningkatkan

permeabilitas vascular, bronkononstriktor,

kemotaksin) 12-LOX 5-LOX 15-LOX

12 HPETE 5 HPETE 15 HPETE

12 HETE

5 HETE LTA4 15 HETE Tromboksan Prostaglandin Prostasiklin

(TXA) ( PGE,PGF) ( PGI)

LTB4 Lipoksin

(kemotaksin) Adan B

Gambar 3. Skema mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan kerja obat anti-inflamasi (Rang dkk, 2003; Katzung dkk, 2002)

Keterangan:

OAINS = Obat Anti-Inflamasi Non Steroid

PAF = Platelet Activating Factor

LT = leukotrien

= diubah

= kerja obat anti-inflamasi (menghambat) LTC4 LTD4 LTE4 (bronkokonstrik tor; meningkatkan permeabilitas vaskular 5-Lipoksig enase inhibitor, co: zileutin Reseptor antagonis leukotrien , co: zafirlukas, montelukas TXA2 (trombotik; vasokonstriktor) PGI2 (vasodilator; hiperalgesik; menghentikan agregasi platelet)

PGD2α

(bronkokon striktor; kontraksi miometrial) PGD2 (menghamb at agregasi platelet; vasodilator) PGE2 (vasodilator ; hiperalgesi k) Antagonis PG OAINS

Antagonis TXA2

Antagonis PAF

(47)

D. Obat – Obat Anti- inflamasi

Penggunaan obat anti-inflamasi digunakan untuk mengurangi terjadinya radang. Pengobatan pada pasien yang mengalami inflamasi biasanya ditujukan untuk meringankan rasa nyeri yang merupakan gejala awal dan merupakan keluhan utama pada pasien, dan membatasi proses perusakan jaringan (Katzung, 2001).

Golongan kortikosteroid mempunyai efek samping yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002) sehingga obat-obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS) memegang peran utama dalam pengobatan radang (Katzung, 2001). Klasifikasi AINS berdasarkan kimiawinya dapat dilihat pada gambar 4.

ASAM KARBOKSILAT ASAM ENOLAT

Asam Derivat Asam Derivat Asam Derivat Asam Derivat Derivat Asetat Salisilat Propionat Fenamat Pirazolon Oksikam

Aspirin As. Tiaprofenat As. mefenamat Azapropazon Piroksikam Benorilat Fenbufen Meklofenamat Fenilbutazon Tenoksikam

Diflunisal Fenoprofen Oksifenbutazon Salsalat Flurbiprofen

Ibuprofen Ketoprofen Naproksen

Derivat Asam Fenilasetat Derivat Asam asetat Inden/indol:

Diklofenak Indometasin Fenklofenak Sulindac Tolmetin

(48)
(49)

Enzim lipooksigenase Enzim siklooksigenase

Gambar 5. Mekanisme kerja obat anti inflamasi (Wilmana, 1995; Katzung dkk, 2002).

Keterangan :

: menghambat

E. Natrium Diklofenak

Diklofenak merupakan turunan sederhana dari asam fenilasetat yang mirip baik dengan flurbiprofen dan meklofenamat. Diklofenak berpotensi sebagai penghambat siklooksigenase. Obat ini dianjurkan untuk inflamasi kronis seperti arthritis reumatik, osteoarthritis, dan untuk pengobatan pada nyeri akut musculoskeletal (Katzung, 1995).

Trauma/luka pada sel

Gangguan pada membrane sel

Asam Arakidonat

Hidroperoksid

Fosfolipid

Enzim fosfolipase A2 Kortikosteroid

Enderoperoksid PGG2/PGH AINS

Leukotrien

m PGE2,

PGF2, PGD2

Tromboks an A2

Prostasiklin

Reseptor

zileuton

(50)

Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas pertama sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruhnya singkat yaitu 1-3 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obet tersebut (Wilmana, 1995).

Efek samping terjadi pada pada pasien kira-kira 20% dan meliputi bahaya pada lambung, pendarahan lambung, dan ulserasi lambung (Katzung, 1995), sehingga pemakaian obat ini harus hati-hati pada penderita tukak lambung (Wilmana, 1995). Selain itu, efek samping lain antara lain mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala (Wilmana, 1995). Struktur Natrium diklofenak dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Struktur natrium diklofenak (Hanson, 2000).

F. Metode Uji Daya Anti-inflamasi

Ada beberapa uji in-vivo yang dilakukan untuk menguji daya anti-inflamasi, antara lain sebagai berikut :

1) Uji erythema

Hewan uji yang digunakan yaitu marmot galur Pirrbright baik jantan atau betina yang memiliki berat kira-kira 350 gram. Kemudian diberikan

NH

Cl Cl NaOCCH2

(51)

perlakuan barium sulfida dalam bentuk suspensi. Pada hari berikutnya, senyawa uji yang dilarutkan dalam pembawa yang sesuai dan setengah dosis dari senyawa tersebut diberikan dengan gavage pada 10 ml/kg 30 menit sebelum penyinaran UV. Kotrol diberikan perlakuan pembawa saja. Empat hewan digunakan untuk setiap kelompok perlakuan dan kontrol. Mermot tersebut diletakkan pada manset kulit dengan lubang ukuran 1,5x2,5 cm dan dilakukan penyinaran UV. Setelah 2 jam, setengah dosis senyawa uji yang masih tersisa diberikan kembali pada hewan uji dan diamati 2 dan 4 jam setelahnya (Vogel, 2002)

Uji erythema dengan UV ini dilakukan pada kulit marmot albino dengan bobot rata-rata marmot albino sebesar 350 gram. Penilaian erythema dapat dilakukan sebagai berikut : jika tidak ada inflamasi= 0, erythema ringan= 1, erythema berat= 2, dan erythema sangat berat/kuat= 4. Hewan uji dengan nilai 0 atau 1 dianggap terlindungi, sedangkan nilai setelah 2 dan 4 harus diberi indikasi durasi efeknya (Vogel, 2002). Keuntungan metode ini adalah sederhana namun membutuhkan latihan bagi pengguna dalam pemakaian fotometer refleksi yang bertujuan untuk menghilangkan penilaian subjektif yang tidak perlu (Vogel, 2002).

2) Uji paw edema

(52)

uji hasil injeksi diukur sebelum dan setelah perlakuan iritan dan ukuran udema kaki tersebut dibandingkan dengan kontrol. Pada metode ini digunakan hewan uji tikus Sprague-Dawley dengan berat 100-150 gram. Unutk memastikan hidrasi, tikus diberikan 5 ml air ke dalam saluran pencernaan (kontrol) atau bahan uji yang dilarutkan pada volume yang sama. Setelah 30 menit, tikus diberikan secara injeksi subkutan 0,05 ml karagenin 1% pada bagian kaki kiri. Volume udema diukur menggunakan secara plethymographycally setelah injeksi, 3 dan 6 jam dan 24 jam (Vogel, 2002).

3) Pleurisy test (uji radang selaput dada)

Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada manusia. Pada penelitian radang selaput dada dapat diinduksi dengan beberapa iritan seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, degranulator sel mast, dextran, enzyme, antigen, mikroba, dan iritan nonspesifik seperti turpentine dan karagenin. Radang pada tikus yang diinduksi oleh karagenin akan dipertimbangkan sebagi model inflamasi akut yang baik, dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan beberapa parameter biokimia yang berkaitan pada respon inflamasi dapat diukur secara mudah dari eksudatnya (Vogel, 2002). Model radang selaput dada dapat diterima sebagai metode yang dapat dipercaya untuk mengetahui inflamasi akut dan subakut yang diikuti determinasi beberapa parameter secara bersama-sama (Vogel, 2002).

(53)

dan 48 jam sesudahnya, kelompok yang terdiri dari 10 tikus diberi perlakuan dengan senyawa standar atau senyawa uji melalui oral atau subkutan. Kelompok kontrol hanya diberikan pelarut senyawa uji (Vogel, 2002).

4) Tes kantung granuloma

Merupakan suatu metode yang menggunakan minyak kroton sebagai iritan. Metode ini sering digunakan untuk memperkirakan potensi dari anti inflamasi kortikosteroid baik setelah pemberian local maupun sistemik. Dengan penyuntikkan dan induksi pada kantung granuloma setelah beberapa interval waktu sampai 4 minggu durasi efek dapat diketahui (Vogel, 2002).

Pada metode ini digunakan tikus jantan atau betina Sprague-Dawley dengan berat antara 150-200 gram. Hewan uji 10 ekor digunakan unutk kelompok perlakuan dan kontrol. Pada bagian punggunag dicukur dan disinfeksi, kemudian dengan jarum pneumoderma diinjeksikan 20 ml udara dibawah pengaruh anestesi. Kemudian diinjeksikan 0,5 ml larutan minyak kroton. Empat puluh delapan jam kemudian, kantung udara terbentuk Saat pembentukan kantung udara, hewan uji setiap hari diberikan perlakuan senyawa uji atau standar secara oral atau subkutan. Setelah 4 atau 5 hari, hewan uji diberi obat bius, kantung udara dibuka, dan eksudat diletakkan dalam gelas silinder lalu diukur (Vogel, 2002)

Selain beberapa uji in-vivo di atas, uji daya anti-inflamasi juga dapat dilakukan dengan beberapa uji in-vitro antara lain sebagai berikut :

1. Uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear

(54)

bagian yang terinflamasi. Metode Boyden (1962) digunakan untuk mengukur efek kemotaksis pada leukosit polimorfonuklear.

Kecepatan migrasi dihitung sebagai persentase dari jumlah PMNs pada kompartemen rendah atau jumlah penggunaan PMNs pada kompartemen tinggi. Kecepatan migrasi tergantung pada konsentrasi chemoattractant seperti zymosan activated serum. Selain itu, dosisnya tergantung penurunan kecepatan migrasi yang dicapai oleh inhibitor kemotaksis (Vogel, 2002).

2. Agregasi leukosit polimorfonuklear yang diinduksi FMLP

Agregasi PMNs dapat diinduksi dengan FMLP ( formil-L-methionil-L-leucyl-L-fenilalanin). Agregasi dapat dihambat dengan turunan xantin. Suspensi sel PMNs disiapkan dari eksudat peritonial yang diambil 17 jam setelah injeksi intraperitonial 10 ml 6% sodium caseinate terhadap tikus Sprague Dawley. Senyawa uji dan standart (pentoxiphylline) dilarutkan dalam GBSS ( Geys-balanced-salt-solution). FMLP dilarutkan dalam DMSO. Dilusi selanjutnya dibuat sampai mencapai konsentrasi 10-7 mol FMLP dalam GBSS. Sebelum ditambahkan FMLP, suspensi sel diinkubasi awal selama 10 menit dengan obat. Agregasi PMNs masuk ke dalam a Born aggregometer (Vogel, 2002).

G. Landasan Teori

(55)

Boswellia serrata merupakan tanaman dimana pada bagian batang tanaman ini dapat dihasilkan getah resin/ oleoresin yang merupakan bahan ekstrak

Boswellia serrata. Dalam tanaman Boswellia serrata terdapat empat asam triterpen pentasiklik dengan asam β- boswelat yang menjadi konstituen utama

Boswellia ini. Asam boswelat akan menghambat jalur 5-lipoksigenase yang mengubah asam arakhidonat menjadi leukotrien.

Berdasarkan penelitian Sontakke dkk, 2007 diketahui bahwa keamanan, kemanjuran, dan durasi dari ekstrak Boswellia serrata lebih baik jika dibandingkan valdecoxib, dan namun onset pada ekstrak Boswellia serrata lebih lama jika dibandingkan dengan valdecoxib yang merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid. Selain itu, ekstrak Boswellia serrata juga dapat meningkatkan kemanjuran pada pengobatan pasien yang menderita osteoarthritis dengan mengkonsumsi 333 mg ekstrak Boswellia serrata 3 kali sehari selama 8 minggu (Milot, 2003).

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penelitian secara in-vivo terhadap ekstrak Boswellia serrata dengan menggunakan metode Langford dkk (1972) untuk mengetahui apakah ekstrak Boswellia serrata benar-benar dapat digunakan sebagai anti-inflamasi.

H. Hipotesis

(56)

30

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang daya anti-inflamasi ekstrak Boswellia serrata pada

mencit betina putih merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

menggunakan rancangan acak lengkap pola searah. Maksud dari eksperimental

adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan perlakuan terhadap objek

penelitian serta adanya kontrol. Lengkap berarti setiap hewan uji dalam satu

kelompok perlakuan menerima jenis perlakuan yang sama. Pola satu arah

menunjukkan hanya ada satu variabel bebas yaitu dosis sediaan ekstrak Boswellia

serrata.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

Dosis ekstrak Boswellia serrata tiap kg berat badan mencit betina.

b. Variabel tergantung

Bobot udema kaki mencit yang mengalami radang buatan dengan karagenin

1% yang akan menentukan besarnya prosentase daya anti–inflamasi dari

ekstrak Boswellia serrata.

c. Variabel pengacau terkendali

1) Umur mencit : 2 – 3 bulan

(57)

3) Berat badan mencit : 20 – 30 gram

4) Galur mencit : Swiss

5) Keadaan mencit : sehat secara fisik

d. Variabel pengacau tak terkendali

1) Keadaan patologis hewan uji, seperti kemungkinan hewan uji sakit.

2. Definisi operasional

a. Ekstrak Boswellia serrata

Ekstrak Boswellia serrata adalah ekstrak yang mengandung asam

boswelat tidak kurang dari 65% yaitu sebesar 66,3%, yang diperoleh dengan

mengekstraksi getah minyak resin dari tanaman Boswellia serrata dengan

pelarut alkohol.

b. Dosis sediaan ekstrak Boswellia serrata

Dosis diperoleh dengan menimbang sekian miligram serbuk Boswellia

serrata per kilogram berat badan dilarutkan dengan CMC-Na 1% kemudian

diberikan secara peroral tiap kilogram berat badan mencit.

c. Uji daya anti-inflamasi

Uji ini dilakukan dengan menggunakan mencit galur Swiss sebagai

hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur bobot kakinya

dengan cara memotong kedua kaki belakang mencit pada bagian torsocrural,

kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif

(58)

d. Efek anti-inflamasi

Efek yang ditunjukkan dengan adanya penurunan udema pada bobot

rata-rata udema kaki mencit yang dihasilkan dari sekian miligram serbuk

Boswellia serrata per kilogram berat badan yang dilarutkan dengan CMC-Na

1% dan hasilnya signifikan terhadap kontrol negatif.

e. Prosentase respon daya anti-inflamasi

Prosentase daya anti-inflamasi dihitung dari selisih rata-rata perubahan

bobot kaki kontrol negatif karagenin 1% dengan perubahan bobot kaki yang

diinjeksi dengan ekstrak Boswellia serrata dan dibagi dengan rata-rata

perubahan bobot kaki kontrol negatif karagenin 1% kemudian dikalikan

seratus persen.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut :

1. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss, dengan usia 2 – 3

bulan, dengan berat badan 20–30 g yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi & Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bahan uji yang digunakan adalah sediaan ekstrak Boswellia serrata dari IOT.

Sari Sehat - PT. Capung Indah Abadi yang diimpor dari Phytotech Extract Pvt.

Ltd. India dan mengandung 66,3 % asam boswelat..

3. Karagenin sebagai zat peradang (inflamatogen) yang diproduksi oleh PT.

(59)

4. Tablet generik natrium diklofenak 25 mg sebagai kontrol positif yang

diproduksi oleh PT. Phapros dan diperoleh dari Apotek Master, Sleman.

5. NaCl fisiologis 0,9 % (Otsuka)sebagai pensuspensi karagenin yang diperoleh

dari Apotek Kimia Farma, Sleman.

6. Carboxymethylcellulose-natrium (Bratacco) sebagai pensuspensi ekstrak

Boswellia serrata yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi &

Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Alkohol yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi & Toksikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Aquadest yang diperoleh dari Alfa Kimia sebagai pelarut natrium dikofenak.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat – alat gelas seperti beker glass, labu takar, gelas ukur, pipet tetes,

pengaduk bermerk Pyrex Iwaki Glass, Japan.

2. Spuit injeksi oral (0,1 – 1,0 ml) yang ujungnya diberi bulatan kecil dengan

lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji.

3. Spuit injeksi subplantar (0,1 – 1,0 ml).

4. Gunting bedah.

5. Alat pemanas aquadest dan stirer.

(60)

E. Tata Cara Penelitian

1. Perolehan ekstrak tanaman Boswellia serrata

Ekstrak Boswellia serrata yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dan disediakan oleh IOT. Sari Sehat- PT. Capung Indah Abadi yang

diimpor dari Phytotech Extract Pvt. Ltd. India (terlampir certificate of analysis

Boswellia serrata pada lampiran 6).

2. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan adalah delapan puluh lima ekor mencit

betina galur Swiss, umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi

secara acak menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kelompok untuk orientasi sebanyak 45 ekor, dan

b. Kelompok perlakuan sebanyak 40 ekor. Kelompok perlakuan terdiri dari 8

kelompok yang masing – masing terdiri dari 5 ekor, untuk perlakuan kontrol

negatif karagenin 1%, kontrol pelarut ekstrak Boswellia serrata, kontrol

negatif aquadest, kontrol positif natrium diklofenak, dan kelompok perlakuan

sediaan ekstrak Boswellia serrata dalam 4 peringkat dosis.

Sebelum diberi perlakuan, hewan uji dipuasakan delapan belas sampai

dua puluh empat jam dan pemberian minum untuk hewan uji tidak dihentikan.

3. Perhitungan dan penetapan dosis

a. Karagenin 1%

Menurut Williamson (1996), konsentrasi karagenin yang digunakan

(61)

1% adalah volume pemberian untuk mencit dengan berat 20 g sehingga dosis

bisa dicari dengan rumus:

V ml =

ml mg C kg BB x BB kg mg D / /

0,05 ml =

ml mg kg x BB kg mg D / 10 02 , 0 /

D = 25 mg/kg BB dan V = {2,5 x BB kg} ml.

b. Natrium diklofenak

Dosis yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan dosis efektif

yang diperoleh dari penelitian Noni, Djunarko, dan Donatus (2003) dan

penelitian Rosiana (2007) yaitu sebesar 4,48 mg/kgBB.

c. CMC- Na 1%

Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan

volume pemberian maksimal pada mencit adalah 1ml, diketahui berat mencit

maksimal dalam penelitian ini adalah 30 gram sehingga bisa dihitung dengan

rumus:

V ml =

ml mg C kg BB x BB kg mg D / /

1 ml =

ml mg kg x BB kg mg D / 10 03 , 0 /

D = 333,3 mg/kg BB dan V = {33,3 x BB kg} ml.

4. Pembuatan suspensi karagenin 1%

Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis

(62)

1% sebagai zat inflamatogen pada kaki mencit. Apabila akan digunakan kembali

sebaiknya diletakkan dalam almari es.

5. Pembuatan larutan natrium diklofenak

Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian ini adalah natrium

diklofenak 25 mg berbentuk tablet salut sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu

uji keseragaman bobot. Dosis efektif natrium diklofenak yang digunakan sebesar

4,48 mg/kg BB berdasarkan penelitian Noni dkk (2003) dan Rosiana (2007),

sehingga konsentrasi natrium diklofenak yang diharapkan adalah sebagai berikut :

C =

Vml

kg BB x BB kg mg

D /

=

ml mg

kg x

BB kg mg

/ 5 , 0

03 , 0 /

48 , 4

= 0,269 mg/ml

= 2,7 mg/10 ml = 0,0027 g/ml.

Syarat uji keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu :

Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang

satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada

kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot

rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet,

dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih

besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang

(63)

Bobot rata-rata Penyimpangan Bobot rata-rata dalam %

A B 25 mg atau kurang

26 mg sampai dengan 150 mg 151 mg sampai dengan 300 mg

lebih dari 300 mg

15 % 10% 7,5 %

5%

30% 20% 15% 10%

( Anonim,1979).

Tablet sebanyak 20 buah ditimbang satu per satu dan dihitung jumlah

bobot secara keseluruhan serta rata-ratanya. Untuk mengetahui jumlah serbuk

yang akan ditimbang, maka perlu dilakukan penggerusan tablet. Jumlah serbuk

yang ditimbang dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Natrium diklofenak yang ditimbang (g) = × B A

berat total tablet yang digerus

Keterangan :

A : Jumlah natrium diklofenak yang diinginkan

B : Jumlah natrium diklofenak pada kemasan x jumlah tablet yang digerus

Pada penelitian ini, jumlah tablet yang akan digerus sebanyak 4 tablet

masing-masing 25 mg sehingga akan diperoleh serbuk sebanyak 100 mg = 0,1 g.

Oleh karena itu ambil 4 tablet, timbang satu per satu dan dihitung bobot

keseluruhan. Untuk mendapatkan zat aktif natrium diklofenak dengan konsentrasi

0,0027 g/ml, maka dapat dihitung sebagai berikut :

Misal, jumlah 4 tablet = 0,7443 g.

Berat natrium diklofenak yang ditimbang (g) = × g

g 1 , 0 0027 , 0

0,7443 g

= 0,02 g.

Serbuk natrium diklofenak yang diperoleh dari perhitungan,ditimbang

seksama, lalu larutkan dalam 10 ml aquadest. Aquadest yang berada dalam

kondisi hangat juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan natrium

(64)

6. Pembuatan larutan CMC-Na 1%

Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest

hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen.

7. Penetapan dosis ekstrak Boswellia serrata

Ekstrak Boswellia serrata memiliki range dosis sebesar 200-400 mg,

dan dosis yang biasanya digunakan sebesar 400 mg 3 kali sehari. Selain itu,

menurut Briggs dkk (2004), ekstrak Boswellia serrata juga tersedia dalam bentuk

tablet 250 mg. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan dosis 400 mg tiga

kali sehari sehingga dosis penggunaan sehari ekstrak Boswelia serrata untuk

manusia 50 kg ialah 1200 mg. Cara pemberian ekstrak Boswellia serrata ini

dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam penelitian digunakan 4 peringkat dosis,

yaitu : 1/9 kali, 1/3 kali, 1 kali dan 3 kali dosis penggunaan pada manusia.

Berikut ini ialah rincian konversi dosis manusia 70 kg ke mencit 20

gram dengan faktor konversi 0,0026 :

1) 1 / 9 kali

1

/ 9 x 1200 mg = 133,33 mg

133,33 mg/50 kg = 186,66 mg/70 kg

Konversi ke mencit 20 gram = 186,66 mg/70 kg BB x 0,0026

= 0,485 mg/20 gram BB

= 24,25 mg/kg BB

2) 1 / 3 kali

1

/ 3 x 1200 mg = 400 mg

Gambar

Gambar 13 Tumbuhan Boswellia serrata....................................................
Gambar 1. Empat asam triterpenoid pentasiklik Boswellia serrata (Sharma, Mann,Gajbhiye, Kharya, 2007)
Gambar 2. Mekanisme terjadinya peradangan (Karch, 2003)
Gambar 3. Skema mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan  kerja obat anti-inflamasi (Rang dkk, 2003; Katzung dkk, 2002) Keterangan:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penyakit glaukoma, rule yang dibentuk terdiri dari 5 anteseden berupa gejala - gejala penyakit mata dengan tingkatan ringan atau berat antara lain mata merah,

Kerusakan dan terganggunya ekosistem mangrove disepanjang pesisir Sumatera Barat akan menyebabkan terjadinya penurunan hasil tangkapan ikan dan biota lainnya dan

Pekerjaan bukan merupakan halangan bagi ibu untuk memberikan ASI saja atau tidak memberikan MP-ASI terlalu dini untuk bayinya yang masih berumur 0 sampai 6

Sejak dulu kala telah dikenal alat bantu dalam perhitungan (kalkulator) mulai dari yang sangat sederhana dengan menggunakan butir-butir biji-bijian, menggunakan jari

Pengelolaan air tanah di Jawa Barat mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang telah diimplementasikan dalam Peraturan Daerah Nomor 5

7 Dalam pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Fanny Barki selaku istri terpidana Sudjiono Timan berdasarkan lampiran putusan Mahkamah Agung No 97

17 Tahun 2000, bahwa: “kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepailitan demi kepentingan umum.” kedua, Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa: “kejaksaan dapat mengajukan

Modul File memungkinkan pengajar untuk memasukkan materi ajar dalam bentuk file dokumen seperti word, power point, atau pdf.. File tersebut diunduh oleh siswa dan dibaca