• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggali wawasan tentang makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menggali wawasan tentang makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA dipilih karena Keluarga Katolik perlu menggali dan menekuni keterlibatannya dalam kegiatan gereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembang dan terwujud dalam hidup sehari-hari, sebab iman menjadi dasar bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam bertindak. Umat perlu terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yang dimiliki oleh umat Katolik semakin berkembang dalam dirinya.

Selain itu, umat juga perlu terlibat aktif dalam kegiatan kerohanian, antara lain mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan berdevosi kepada Bunda Maria. Keluarga Katolik yang belum aktif dalam devosi kepada Bunda Maria di paroki, di wilayah, bahkan di lingkungan, disebabkan oleh banyaknya kesibukan dalam keluarga mereka, sehingga kurang memperhatikan unsur-unsur penting yang bisa digunakan untuk mengembangkan iman Katolik melalui devosi. Maka, iman yang dimiliki oleh umat akan semakin bertumbuh dan berkembang melalui tindakan konkret dalam hidup sehari-hari.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini berkaitan dengan bagaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga itu semakin dipahami dan dimaknai oleh keluarga-keluarga Katolik. Untuk itu dalam memecahkan persoalan tersebut dibutuhkan teori-teori yang relevan yaitu dengan menggunakan metode studi pustaka. Teori-teori tersebut ditemukan dengan membaca, memahami buku-buku dan dokumen-dokumen yang sesuai dengan persoalan tersebut, sehingga mampu memberikan saran bagi keluarga-keluarga Katolik dalam mengembangkan imannya.

Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penghormatan terhadap Bunda Maria untuk menghayati iman kepercayaannya. Devosi tersebut bertujuan untuk mengembangkan iman Katolik bagi umat melalui perantara Bunda Maria. Oleh karena itu, keluarga-keluarga Katolik perlu memahami makna devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga demi perkembangan iman Katoliknya. Untuk kepentingan tersebut, penulis menjelaskan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria yang mudah dan sesuai untuk dilaksanakan dalam keluarga beserta cara-cara berdoanya. Bentuk devosi tersebut adalah doa rosario suci, karena doa rosario merupakan doa penggabungan antara doa lisan dengan doa batin, doa permohonan, syukur dan pujian kepada Tuhan melalui Bunda Maria.

(2)

ABSTRACT

Title of the thesis COLLECTED CONCEPT ABOUT THE MEANING OF DEVOTION TO THE MOTHER MARY FOR DEVELOPING THE CATHOLIC FAITH FAMILY was chosen because Catholic families needs collected and diligently the involvement their from an early age in the life so that the faith of people is increasingly developed and realized, because it is the basis for people to be closer to the Lord and to always be wise to familiarize them selves in the real action. Peoples need an actively involve religious activities organized by the Catholic Church. Because of the case, faith of the Catholic people are more develop in their self.

Moreover, people also need to actively involve in spiritual activities, among others, attending the celebration of the Eucharist on Sundays and praying devotion to the Mother Mary. Catholic family that has not been active in the devotion to the blessed Mother Mary in the parish, in the region, even in the environment, caused by the large number of activities in their families, so little regard for the essential elements that can be used to develop the Catholic faith through devotion. Then, the faith which is owned by the people will increasingly grow and develop through concrete actions in daily life.

The main problem of this thesis is how to devote to Mother Mary for developing Catholic family faith will be more understood and meant by Catholic families. To solve that problem, relevant theories are needed by using literature method. These theories are found by reading, understanding of books and documents that correspond to the issue. The aim is to provide advice for Catholic families in developing his faith.

Devotion to Mother Mary is a form of worship and veneration of the Mother Mary to live up our faith. The aim of devotion is to develop Catholic faith for Church people through Mother Mary. Therefore, Catholic families need to understand the meaning of devotion to the blessed Mother Mary in the family for the sake of their Catholic faith development. For these purposes, the author describes one form of devotion to Mother Mary in an easy and suitable way to be carried out within the family including the ways. That devotion form is holy rosary, because this pray is combination between oral prayer, supplication, thanks giving and praise to God through Mother Mary.

(3)

MENGGALI WAWASAN

TENTANG MAKNA LEVOSI KEPALA BUNLA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Proeram Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Aeama Katolik

Oleh:

Maria Wuriusadani NIM: 101124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

 Keluareaku (Bapak M.Katmo, Ibu Y.Sumiastuti, Mas dan Mbak tersayane) yane selalu setia mendampineiku dalam studi sampai selesai.

 Antonius Wahyu Budi Santosa beserta keluarea yane telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi.

(7)

v MOTTO

 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan baeimu (Luk.11: 9).

 Prinsip dan komitmen itu pentine untuk meraih cita-cita.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 April 2015

Penulis

Maria Wuriusadani

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJ UAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Wuriusadani

NIM : 101124014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya berjudul:

MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA

MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti

kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Tanggal 28 April 2015

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA LEVOSI KEPALA BUNLA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA dipilih karena Keluarea Katolik perlu meneeali dan menekuni keterlibatannya dalam keeiatan eereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembane dan terwujud dalam hidup sehari-hari, sebab iman menjadi dasar baei umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam bertindak. Umat perlu terlibat aktif dalam keeiatan-keeiatan yane diseleneearakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yane dimiliki oleh umat Katolik semakin berkembane dalam dirinya.

Selain itu, umat juea perlu terlibat aktif dalam keeiatan kerohanian, antara lain meneikuti perayaan Ekaristi pada hari Mineeu dan berdevosi kepada Bunda Maria. Keluarea Katolik yane belum aktif dalam devosi kepada Bunda Maria di paroki, di wilayah, bahkan di linekunean, disebabkan oleh banyaknya kesibukan dalam keluarea mereka, sehineea kurane memperhatikan unsur-unsur pentine yane bisa dieunakan untuk meneembanekan iman Katolik melalui devosi. Maka, iman yane dimiliki oleh umat akan semakin bertumbuh dan berkembane melalui tindakan konkret dalam hidup sehari-hari.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini berkaitan denean baeaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk meneembanekan iman Katolik keluarea itu semakin dipahami dan dimaknai oleh keluarea-keluarea Katolik. Untuk itu dalam memecahkan persoalan tersebut dibutuhkan teori-teori yane relevan yaitu denean meneeunakan metode studi pustaka. Teori-teori tersebut ditemukan denean membaca, memahami buku-buku dan dokumen-dokumen yane sesuai denean persoalan tersebut, sehineea mampu memberikan saran baei keluarea-keluarea Katolik dalam meneembanekan imannya.

Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penehormatan terhadap Bunda Maria untuk menehayati iman kepercayaannya. Devosi tersebut bertujuan untuk meneembanekan iman Katolik baei umat melalui perantara Bunda Maria. Oleh karena itu, keluarea-keluarea Katolik perlu memahami makna devosi kepada Bunda Maria dalam keluarea demi perkembanean iman Katoliknya. Untuk kepentinean tersebut, penulis menjelaskan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria yane mudah dan sesuai untuk dilaksanakan dalam keluarea beserta cara-cara berdoanya. Bentuk devosi tersebut adalah doa rosario suci, karena doa rosario merupakan doa peneeabunean antara doa lisan denean doa batin, doa permohonan, syukur dan pujian kepada Tuhan melalui Bunda Maria.

(11)

ix ABSTRACT

Title of the thesis COLLECTED CONCEPT ABOUT THE MEANING OF DEVOTION TO THE MOTHER MARY FOR DEVELOPING THE CATHOLIC FAITH FAMILY was chosen because Catholic families needs collected and dilieently the involvement their from an early aee in the life so that the faith of people is increasinely developed and realized, because it is the basis for people to be closer to the Lord and to always be wise to familiarize them selves in the real action. Peoples need an actively involve relieious activities oreanized by the Catholic Church. Because of the case, faith of the Catholic people are more develop in their self.

Moreover, people also need to actively involve in spiritual activities, amone others, attendine the celebration of the Eucharist on Sundays and prayine devotion to the Mother Mary. Catholic family that has not been active in the devotion to the blessed Mother Mary in the parish, in the reeion, even in the environment, caused by the laree number of activities in their families, so little reeard for the essential elements that can be used to develop the Catholic faith throueh devotion. Then, the faith which is owned by the people will increasinely erow and develop throueh

Devotion to Mother Mary is a form of worship and veneration of the Mother Mary to live up our faith. The aim of devotion is to develop Catholic faith for Church people throueh Mother Mary. Therefore, Catholic families need to understand the meanine of devotion to the blessed Mother Mary in the family for the sake of their Catholic faith development. For these purposes, the author describes one form of devotion to Mother Mary in an easy and suitable way to be carried out within the family includine the ways. That devotion form is holy rosary, because this pray is combination between oral prayer, supplication, thanks eivine and praise to God throueh Mother Mary.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang selalu setia menuntun dan

menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI

WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA.

Penulis menyusun skripsi dengan judul tersebut berkat keterlibatan dan

pengamatan penulis terhadap keterlibatan umat dalam kegiatan menggereja.Skripsi

ini akan menekankan tentang proses mengembangkan iman Katolik dengan cara

devosi kepada Bunda Maria terutama oleh keluarga masing-masing dan

dikembangkan kembali ke dalam keluarga Katolik secara umum. Skripsi ini juga

digunakan sebagai syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program

Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., selaku Kepala Program

Studi IPPAK yang memberikan persetujuan bagi penulis dalampenyusunan

skripsi.

2. Rm. Dr.Bernardus Agus Rukiyanto, SJ., selaku Dosen Pembimbing Utama

yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis

untuk menyelesaikan skrispsi ini dengan sabar, tekun dan setia memberikan

kritik dan saran bagi penulis.

3. Rm. Dr.C.B. Putranta, SJ., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

(13)

xi

4. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberi nasehat dan bimbingan bagi penulis untuk segera merevisi skripsi ini.

5. Segenap civitas akademika Program Studi IPPAK, FKIP, USD Yogyakarta

yang selalu memotivasi penulis selama studi.

6. Saudara-saudari seperjuangan angkatan 2010 yang sanggup membantu dan

memberi perhatian bagi penulis dalam belajar dan menyusun skripsi.

7. Keluarga penulis dan keluarga Antonius Wahyu Budi Santosa, yang telah

mendukung penyusunan skripsi ini sampai selesai.

8. Semua pihak yang selama ini membantu memotivasi penulis dalam

penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,

karena adanya keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada

kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 April 2015

Penulis

(14)

xii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DALAM KELUARGA ... 10

(15)
(16)

xiv

7) Ziarah ke Gua-eua Maria ... 34

7. Pesta Liturei kepada Bunda Maria ... 36

C. Keluarea ... 36

1. Peneertian Keluarea ... 36

a. Keluarea adalah Pribadi-pribadi dalam Cinta Kasih ... 37

b. Keluarea adalah Persekutuan Pembela Kehidupan ... 37

c. Keluarea adalah Gereja Rumah Taneea ... 37

a. Membentuk Persekutuan Pribadi-pribadi ... 43

b. Meneabdi kepada Kehidupan ... 43

c. Ikutserta dalam Peneembanean Masyarakat ... 44

d. Berperanserta dalam Kehidupan dan Misi Gereja ... 45

(17)
(18)

xvi

BAB IV MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK ... 86

A. Makna Devosi kepada Bunda Maria baei Keluarea dalam Meneembanekan Iman Katolik ... 86

B. Doa Rosario sebaeai Salah Satu Bentuk Devosi kepada Bunda Maria dalam Keluarea untuk Meneembanekan Iman Katolik ... 88

1. Alasan Devosi kepada Bunda Maria melalui Doa Rosario ... 88

2. Cara Devosi kepada Bunda Maria baei Keluarea melalui Doa Rosario ... 89

2) Peristiwa-peristiwa yane dieunakan dalam Doa Rosario ... 93

a) Peristiwa Gembira (Senin, Sabtu) ... 93

(19)

xvii

LAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Sinekatan Kitab Suci dalam skripsi ini disesuaikan denean Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta Terjemahan Baru yane diseleneearakan oleh Lembaea Alkitab Indonesia, ditambah denean Kitab-kitab Deuterokanonika yane diseleneearakan oleh Lembaea Biblika Indonesia, Jakarta 2000

B. Singkatan Lokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II yane membahas tentane Kerasulan Awam, 2 Februari 1993

DV : Dei Verbum, Konstitusi Doematis Konsili Vatikan II yane membahas meneenai Wahyu Ilahi, 2 Februari 1993

FC : Familiaris Consortio, Seri Dokumen Gerejawi no.30 Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Imam-imam dan Umat Beriman seluruh Gereja Katolik tentane Peranan Keluarea Kristiani dalam Dunia Modern, 22 November 1981

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Doematis Konsili Vatikan II yane membahas tentane Gereja, 2 Februari 1993

C. Singkatan Lain

(20)

BABBIB PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBB

Keluarga Katolik perlu menggali dan menekuni keterlibatannya dalam kegiatan gereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembang dan terwujud dalam hidup sehariihari, sebab iman menjadi dasar bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam melakukan segala hal. Umat perlu terlibat aktif dalam kegiatanikegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yang dimiliki oleh umat Katolik semakin bertumbuh dan berkembang dalam dirinya. Peduli, peka dan kesadaran diri dalam kegiatan penghayatan dan pengungkapan iman perlu ditingkatkan, supaya imannya akan Yesus Kristus terwujud melalui perbuatannya (data terlampir no.6).

(21)

bersama, sehingga perlu meluangkan waktu untuk taat dengan ajaraniNya (data terlampir no.3).

Gereja dalam memperkembangkan dan mempertanggungjawabkan imannya antara lain melalui perbuatan konkret dan persekutuan doa bersama. Oleh sebab itu, seluruh keluarga yang beriman Katolik pun masih mengalami berbagai tantangan untuk melanjutkan karyaikarya Allah yang diturunkan bagi seluruh umat Katolik. Umat Katolik menjadi bagian penting Gereja, karena Gereja Katolik itu akan semakin tumbuh dan berkembang apabila ada keaktifan, keterlibatan dan suatu pertemuan antar pribadi, sehingga iman kekatolikkan mereka semakin tampak dari keluargaikeluarga yang memiliki kedewasaan iman (data terlampir no.10).

Umat Katolik telah mengetahui dan mengenal Tuhan secara mendalam, mereka mengetahui dan percaya kepadaiNya melalui kesadaran diri mereka masingimasing dan dengan perantara orang lain. Seseorang yang ingin mengenal Tuhan bisa dilaksanakan dengan cara meluangkan waktu untuk berkomunikasi dan bergaul denganiNya, supaya mereka semakin bersungguhisungguh dalam memperdalam imannya. Tuhan menghendaki adanya suatu keyakinan umat yang ingin mengenali Nya, maka salah satu sifat yang bisa membantu umat untuk mengenal Tuhan adalah sifat kepatuhan, karena dengan patuh dan taat dengan perintahiNya, umat akan semakin beriman dan semakin mengenal kepribadian Tuhan yang sesungguhnya.

(22)

mengajak keluarga Katolik supaya tetap berani berpegang teguh dan berusaha secara maksimal untuk kemuliaan Tuhan, karena segala sesuatu yang dilakukan keluarga Katolik melalui persekutuan sangat bermanfaat dalam memperkembangkan imannya terutama dalam menjalin komunikasi denganiNya.

Keluargaikeluarga Katolik sendiri telah memikirkan dan menerapkan tindakani tindakan yang dikehendaki oleh Tuhan dalam mengusahakan perkembangan imannya, bersedia mengorbankan kepentingan duniawi demi hidup bersama sebagai anggota Gereja yang mengenal Tuhan. Keluarga yang menjadi anggota Gereja mampu berpikir dan berperilaku Katolik dalam memperjuangkan imannya supaya semakin beriman kepada Tuhan. Iman Katolik pun membutuhkan perjuangan dari umat Katolik itu sendiri dengan pertolongan Allah, agar mereka semakin mampu menggali wawasan secara luas yang berkaitan dengan agama, teologi dan materi lain, karena hal tersebut bisa membantu semua umat yang menginginkan imannya bertumbuh dan berkembang di dalam tindakan konkret (data terlampir no.7).

Selain terlibat aktif dalam kegiatan rohani, umat perlu juga melaksanakan suatu devosi kepada Bunda Maria dalam mengembangkan iman keluarganya. Devosi tersebut membutuhkan kesungguhan dan pemahaman bagi keluarga Katolik dengan memahami makna dan arti pentingnya. Pengertian devosi sebagai suatu bentuk kegiatan Gereja dalam menghayati iman katoliknya kepada Tuhan. Penghayatan iman agar berkembang dengan baik tidak dengan berdevosi saja, tetapi bisa dengan membaca dan memahami ayat Kitab Suci dan mendengarkan firmaniNya juga secara rutin (data terlampir no.5).

(23)

Katolik diharapkan mampu menemukan tentang Tuhan secara totalitas, maka untuk menemukan jawaban tersebut, misalnya dengan menjalin keakraban bersama Tuhan baik dengan berdevosi kepada Bunda Maria, doa bersama maupun kegiatan lainnya yang sekiranya membantu, mendukung dan menunjang perkembangan imannnya. Akan tetapi, permasalahan yang dibahas dan menjadi fokus perhatian dalam skripsi ini mengenai devosi kepada Bunda Maria dalam mengembangkan iman Katolik keluarga (data terlampir no.9).

Banyak cara yang bisa digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan dan mengembangkan imannya pada Yesus Kristus (data terlampir no.1). Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan iman tersebut dengan melaksanakan devosi kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria sebagai Perawan Sejati yang paling suci dan pantas untuk diteladani oleh orangiorang yang beriman. Setiap pribadi perlu memperjuangkan perkembangan iman Katoliknya dengan sungguhi sungguh dan penemuannya sendiri meskipun membutuhkan bantuan orangiorang yang diutus oleh Tuhan. Devosi juga menjadi kekuatan dalam diri seseorang untuk berpasrah dan berserah diri kepada Tuhan agar iman yang dimiliki keluargaikeluarga Katolik semakin berkembang melalui proses perkenalan dan perjumpaan dengan Allah melalui perantara Bunda Maria, perkenalan tersebut akan membawa perubahan sikap bagi hidup seluruh umat beriman kristiani (Darminta, 1995a: 47).

(24)

membutuhkan daya tarik pemandu dalam menggunakan metodeimetode, seperti dengan berdevosi kepada Bunda Maria, sehingga membuat umat semakin semangat untuk melibatkan diri dalam pendalaman iman tersebut. Dalam devosi pun keluarga Katolik mengharapkan metode yang variatif, supaya menarik minat umat Katolik untuk berdevosi kepada Bunda Maria, karena banyak cara yang bisa diterapkan oleh pemandu dalam mengembangkan iman kekatolikan keluarga (data terlampir no.4 dan no.7).

Dalam lingkup keluarga perlu mengadakan doa bersama dalam mengembangkan iman Katolik dengan sepenuh hati terutama dengan melakukan devosi kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria memiliki iman yang kuat dan selalu pasrah diri kepada Tuhan dalam menghadapi segala tantangan dan godaan dalam hidupnya. Bunda Maria sangat pantas untuk menjadi teladan bagi keluarga Katolik, karena Bunda Maria menjadi bagian dalam keluarga kudus Nazaret dan menjadi pilihan Allah. Kis.1:14 mengungkapkan bahwa “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersamaisama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudaraisaudara Yesus”. Jadi, ayat tersebut mengajak keluargaikeluarga yang beriman Katolik untuk selalu setia dan tekun dalam doa secara bersamaisama dengan tulus dan sepenuh hati (data terlampir no.2 dan no.8).

(25)

mengakui segala keunggulan Bunda Maria, bahkan memotivasi seluruh umat supaya semakin mencintai dan meneladan keutamaanikeutamaan dari pribadi Bunda Maria (LG 67).

Bentuk devosi atau penghormatan kepada Bunda Maria merupakan suatu jalan untuk semakin menghormati kehadiran Tuhan sekaligus bentuk penghormatan kepadaiNya, karena Bunda Maria memiliki ikatan khusus dengan Yesus puteraiNya. Maka, Bunda Maria dan puteraiNya mempunyai ikatan yang sangat kuat, sehingga umat yang melihat penampakan Bunda Maria berarti ia melihat kehadiran Tuhan. Meskipun Bunda Maria hanya manusia biasa yang diberi rahmat dan diangkat oleh Allah untuk menjadi Bunda Allah dan Bunda bagi keluarga Katolik. Menghormati Bunda Maria bukan berarti mengabaikan Tuhan, melainkan mencari cara lain untuk menemukan Tuhan (data terlampir no.5).

Maka, dalam injil Yoh.14:6 Yesus berkata kepadanya: MAkulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Jadi, keluargaikeluarga Katolik yang berdevosi kepada Bunda Maria, menjadikannya sebagai perantara untuk menghormati Tuhan, karena hanya Tuhan yang menjadi jalan untuk menemukan kebahagiaan hidup kekal, sehingga setiap keluarga membutuhkan perjuangan dan pengorbanan secara tulus ikhlas untuk menghadapi konsekuensi yang akan terjadi.

(26)

dalam injil Mat.7:7 dikatakan bahwa “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dengan demikian, sudah jelas bahwa setiap keluarga yang berusaha dan berjuang dengan penuh ketekunan, Tuhan akan menuntun keluarga tersebut dalam memperjuangkan imannya kepada Tuhan.

Orangtua yang telah berpengalaman dan bertanggungjawab kepada perkembangan iman anak perlu dibiasakan sejak usia dini dalam melakukan doa bersama, supaya anakianak ketika tumbuh menjadi dewasa semakin mudah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui devosi kepada Bunda Maria. Dengan berdevosi bisa terbantu dalam mengembangkan imannya kepada Tuhan. Orangtua bisa menjadi dasar untuk mengarahkan anakianaknya dalam mengembangkan iman akan Yesus Kristus (data terlampir no.4).

(27)

B. Rumusan Permasalahan

1. Apa makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga?

2. Apa bentukibentuk devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik?

3. Bagaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan informasi bagi para pembaca tentang makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

2. Mengetahui bentukibentuk Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik.

3. Menemukan cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pembaca

Pembaca memperoleh informasi dan inspirasi mengenai makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

2. Bagi Penulis

(28)

3. Bagi Keluarga

Keluarga semakin menyadari dan memahami pentingnya makna Devosi kepada Bunda Maria bagi keluarga dalam mengembangkan iman Katolik.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dengan mencari, membaca, memahami, menggali dan menguraikan teoriiteori yang relevan berdasarkan pada bukuibuku sebagai sumber utama dalam membahas dan menyusunnya.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : membahas dan menguraikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : menguraikan tentang devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga. Bab III : mengulas dan membahas tentang iman Katolik dan cara mengembangkan

iman Katolik.

Bab IV : membahas tentang makna devosi kepada Bunda Maria bagi keluarga dalam mengembangkan iman Katolik dan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria.

(29)

BABBIIB

DEVOSIBKEPADABBUNDABMARIABDALAMBKELUARGAB B

Dalam bab II ini, penulis akan menguraikan tentang devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga. Bab ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama berisi tentang devosi, bagian kedua berisi tentang Bunda Maria dan bagian ketiga berisi tentang keluarga.

A. DevosiBB

1. PengertianBDevosiB

Devosi berasal dari bahasa Latin devotio dengan kata kerja devovere. Devosi merupakan penghayatan iman. Devosi berarti suatu sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam hidup. Apabila dalam devosi tersebut mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut sebagai devosi religius (keagamaan). Hal itu diungkapkan oleh Groenen (1988: 150-151) bahwa penghayatan iman itu namanya devosi. Devosi (Latinnya: devotio, kata kerjanya devovere), berarti: suatu sikap hati serta perwujudannya, yang dengannya orang secara pribadi mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang, yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan ditujui. Maka, devosi tersebut melibatkan sikap umat yang dipandang melalui segi emosional dan afektif serta tidak mengutamakan pola pikir dan akal budi dari umat.

(30)

secara umum penghayatan seseorang menjadi peranan penting dalam melaksanakan devosi. Maka, devosi menjadi bentuk dari ungkapan iman Kristiani (Jacobs, 2002: 247).

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam melaksanakan kebiasaan umat, karena devosi membutuhkan penerapan dan perwujudan secara konkret dalam hidup sehari-hari. Unsur penting dalam berdevosi adalah melibatkan hati atau kehidupan afektif seseorang (Darminta, 1995a: 36).

2. Ketentuan Devosi

Ketentuan dalam cara berdevosi ada dua macam yaitu ketentuan secara objektif dan ketentuan secara subjektif. Ketentuan-ketentuan tersebut ialah sebagai berikut: a. Ketentuan Objektif

1) Devosi sunguh-sungguh merupakan motivasi dari Roh Kudus dan perlu adanya pedoman dalam pemilihan Roh, maka devosi perlu adanya persetujuan dari Gereja.

2) Devosi mampu memupuk perubahan hidup manusia untuk tinggal di dalam-Nya, sehingga semakin menghayati perasaan Yesus bukan hanya melalui batin melainkan juga melalui tindakan dan pengabdian.

b. Ketentuan Subjektif

1) Menyentuh hati seseorang, sehingga memotivasi dirinya untuk dekat dengan Tuhan dan mengalami perubahan dalam batinnya.

(31)

3) Sikap tanpa pamrih dalam mempertahankan dan mengembangkan bentuk pengabdian kepada Tuhan serta hidup demi kepentingan sesama.

4) Penyerahan diri dan keprihatinan tidak hanya sebagai kebutuhan sesaat ketika berdevosi dan mengabdi Tuhan.

Jadi, dengan adanya ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan devosi, devosi merupakan kegiatan rohani yang sangat penting bagi umat dan sudah terbukti bahwa devosi merupakan bagian yang sulit dipisahkan dengan hidup beriman (Darminta, 1995a: 39-41).

3. Tujuan dan Manfaat Devosi

Devosi atau kebaktian yang sejati mampu memotivasi seseorang untuk semakin mencintai sesama, membangun Gereja melalui persaudaraan dan persekutuan, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mengabdi kepada semua orang, untuk mengungkapkan rasa hormat dan bakti secara benar dalam memperoleh kekuatan Tuhan dalam menjalani peziarahan hidup supaya umat selalu mengandalkan bisikan Tuhan sampai akhir hidupnya. Maka St. Agustinus berkata bahwa rasa bakti itu sebagai kekuatan dalam menyucikan diri dan membantu tingkat keselamatan orang lain (Darminta, 1995a: 32-33).

e. Sarana Devosi

(32)

hanya menarik perhatian melainkan juga memancing pola pikir seseorang. Agama monoteisme, menolak dan melawan benda-benda tersebut baik patung dan gambar Allah maupun patung dan gambar umat atau makhluk lainnya sebagai sarana dalam kegiatan kerohanian atau peribadatan. (Groenen, 1988: 182-184).

5. Makna dan Dasar Kehidupan Devosi bagi Umat

Umat yang menjalin kesatuan dengan Tuhan ada berbagai macam bentuk, maka juga ada berbagai macam bentuk kasih. Hubungan kasih kepada-Nya disebut sebagai hidup devosi atau hidup bakti kepada Tuhan. Oleh karena itu, umat dianjurkan untuk selalu mengabdi kepada Tuhan (Darminta, 1995a: 18).

Sapaan dan cinta kasih Tuhan dapat mempengaruhi pemikiran dan hati umat dalam menanggapi sekaligus menjawab sapaan tersebut, berarti umat sanggup untuk menyerahkan diri seutuhnya terhadap sapaan Tuhan. Perkenalan dengan Tuhan akan semakin memperdalam hubungan kasih antara Tuhan dengan umat-Nya, sehingga dengan hubungan tersebut, Tuhan sendiri memberi jaminan pernyataan, perlindungan, dan pemberian kekayaan dalam menjalani hidup-Nya, sedangkan dari pihak umat berupa penyerahan diri, kepatuhan, dan kerelaan hati untuk dilibatkan dalam belas kasih Tuhan kepada sesama (Darminta, 1995a: 29).

Umat yang secara penuh hidup bersatu dan berbakti dengan Allah berarti umat mengandalkan hidupnya kepada Tuhan sesuai dengan hukum-Nya dan menyerahkan dirinya secara totalitas, karena umat akan membuktikan diri bahwa ia selalu setia dengan-Nya. Darminta (1995a: 30) mengatakan bahwa

(33)

kepada kasih Allah, karena Allah sendiri telah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada manusia.

Oleh sebab itu, umat diajak untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melaksanakan segala sesuatu selama hidup-Nya, supaya kesetiaan umat yang ditujukan kepada Tuhan terbukti melalui tindakan sehari-harinya.

Devosi berkaitan erat dengan hidup kebatinan seseorang yang ingin mengembangkan iman melalui sikap. Maka kehidupan devosi sebagai suatu sarana dan perantara dalam memahami dan menghayati cara mengabdi kepada Tuhan. Cara berdevosi merupakan wujud ungkapan dari hati umat beriman untuk berbakti kepada-Nya (Darminta, 1995a: 35).

Kehidupan devosi masih dibutuhkan dalam rangka mengembangkan dan menghayati iman, sehingga kehidupan devosi disebut sebagai devosi populis/populer. Hal dasar pentingnya memupuk kehidupan devosi disebabkan devosi bisa membantu mengembangkan iman supaya menyentuh hati banyak orang yang mendalami imannya (Darminta, 1995a: 42-43).

B. Bunda Maria

1. Siapa Bunda Maria? a. Hamba yang Rendah

(34)

istimewa atas segala sesuatu yang berasal dari Allah, meskipun ia hina masih memperoleh perhatiaan khusus dari Allah, sehingga kegembiraan Bunda Maria adalah kegembiraan orang yang merasa disapa dan diperhatikan oleh orang lain terlebih dari Tuhan sendiri, sekalipun ia kecil. Ia ditebus dari kerendahannya itu dan dibebaskan dari dosa (Darminta, 1994: 14-15).

b. Bunda Pendoa

Maria menjadikan hatinya sebagai tempat untuk berjumpa dan berkomunikasi dengan Sabda Allah, Maria membiarkan dan menyerahkan dirinya pada kuasa Allah melalui tindakan dan hidup doanya dalam memperkuat imannya, berarti Maria berdoa dengan hati, sehingga ia semakin akrab dengan Allah. Dengan demikian, Bunda Maria mengajarkan bahwa berdoa dengan hati berarti bersikap dan berbakti kepada Tuhan dengan benar (Darminta, 1994: 26-27).

c. Bunda Pemberani

(35)

Berkat kerendahan hatinya, Maria memperoleh kekuatan dalam menghadapi musuhnya dan dalam memuji kuasa Allah (Maloney, 1990: 125).BB

B

d. BundaBPemersatuB

Maria yang kontemplatif, akrab, mengenal Sabda Allah, pendoa sejati sudah pasti ia seorang pembawa damai dan menyatukan antara yang satu dengan yang lain. Maria menemukan kedamaian dan kekuatan yang berasal dari Allah sendiri. Maria sebagai perawan yang demikian menjadi kekuatan untuk menjadi pemersatu dan penyembuh bagi murid-murid yang terceraikan dan mempunyai iman yang lemah, sehingga kegembiraan dan kepasrahan Maria dapat membangun pribadi pada diri Maria dengan penuh harapan dan bertumpu pada pengakuan bahwa dirinya percaya akan kekuatan Allah (Darminta, 1994: 31).

B

e. BundaBAllahB

Iman Maria menjadi pola hidup umat yang mengimani Yesus Kristus, pola hidup iman Maria menjadi dasar pokok hidup iman umat, supaya umat selalu memuliakan Tuhan dalam menjalani panggilan hidupnya. Maka Maria disebut sebagai Bunda Allah, karena Maria bertindak sebagai pemersatu, pembawa damai, dan pembawa hidup baru bagi semua orang, sehingga hal tersebut menjadi dasar kokoh devosi umat kepada Bunda Maria (Darminta, 1994: 44).

(36)

yaitu Bunda Allah. Namun, kenyataan-Nya gelar yang dipakai adalah “Theo-tokos” dan “Dei-genitrix” artinya yang melahirkan Allah, sebab istilah itu yang memang tepat dan tidak menjerumuskan umat beriman ketika menafsirkan gelar-gelar Maria. Oleh sebab itu, gelar tersebut tidak menjelaskan bahwa Allah mempunyai ibu, tetapi Umat yang disebut Allah jelas mempunyai ibu seperti layaknya umat yang tampak di dunia. Melalui gelar itu Maria sebagai ibu umat, sehingga Maria disebut “Anthropo-tokos” artinya yang melahirkan Kristus, sudah selayaknya bahwa Maria sebagai Bunda Allah telah diresmikan dalam konsili Efesus tahun 431 (Groenen, 1988: 41).

Gelar tersebut menjadi tanda pemahaman ortodoks. Bunda Maria tidak melahirkan manusia yang menjadi Allah, akan tetapi ketika ia mengandung, putera-Nya merupakan Anak Allah yang berasal dari Roh Kudus. Hal itu untuk menegaskan tentang kemanusiaan dan keallahan Sang Juru Selamat (Youcat 82). Oleh karena itu, Bunda Maria tetap menerima anugerah tersebut dan membuka hatinya bagi Allah, sehingga ia diangkat menjadi Bunda Allah berkat bantuan Roh Kudus sekaligus sebagai Bunda Kristus, Bunda orang Kristiani dan seluruh umat manusia (Youcat 117).

(37)

diangkat menjadi Bunda Allah tetapi tidak melahirkan Allah, ia melahirkan Yesus yang disebut Allah sekaligus manusia (Pidyarto, 2012: 151-152).

Bunda Maria memang sungguh-sungguh Bunda Allah dan Penebus dunia, karena telah melahirkan putera-Nya. Dalam LG 53 mengungkapkan bahwa

Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi puteri Bapa yang terkasih dan kenisah dari Roh Kudus.

Oleh karenanya, sebagai umat beriman akan Yesus Kristus sebaiknya juga perlu menghormati dan berbakti kepada Bunda Maria yang menjadi Bunda Allah, karena Bunda Maria juga menjadi bunda bagi semua umat yang beriman. Menghormati Bunda Maria bisa berbagai macam cara, misalnya dengan devosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario yang berulang kali mengucapkan doa Salam Maria.

f. Bunda Gembala yang Baik

(38)

tampil lebih unggul daripada Malaikat dan para suci serta semua pemimpin agama. Bunda Maria pun turut serta dalam pemerintahan putera-Nya, karena ia sebagai sumber kehidupan bagi umat. Namun yang utama sebagai sumber kehidupan adalah Tuhan Yesus. Selain itu, Bunda Maria tetap menjadi harapan bagi umat beriman dalam menjalin relasi dengan-Nya, karena ia menjadi salah satu jalan dan perantara bagi umat untuk menempuh dan mencapai pertobatan supaya sampai ke pintu surga (Alphen, 1966: 162-163).

g. Bunda Penebus

Maria dan Yesus mempunyai hubungan yang sangat erat dalam karya penebusan. Hubungan erat tersebut sungguh-sungguh terlihat dalam ikatan persatuan dan kerja sama dengan Bunda Maria, sehingga ia ikut serta mengalami peristiwa-peristiwa penting yang dilakukan oleh Yesus dalam peristiwa-peristiwa keselamatan manusia. Oleh sebab itu, Maria dibebaskan dari segala noda dosa sejak awal hidup-Nya. Hal tersebut bisa terjadi karena rahmat penebusan Yesus sudah berkarya dalam diri Bunda Maria sebelum Ia lahir dan menebus seluruh umat (Pidyarto, 2012: 165-166).

h. Ibu Yesus

(39)

Yesus dikatakan senasib dengan perempuan tersebut. Hal tersebut merupakan pemikiran dari Paulus dan sebagai bentuk karya penyelamatan dari Allah, sehingga karya penyelamatan tersebut juga bergantung pada diri ibu Maria (Groenen, 1988: 35-36).

Dalam posisi yang demikian Maria menerima kabar sukacita dari Allah dengan bulat hati dan tulus ikhlas, meskipun menjadikan putera-Nya sebagai halangan bagi hidup Maria. Maka, Maria ikut serta dalam kesengsaraan hidup Yesus, sehingga Maria sering dilukiskan sebagai “Mater Dolorosa” yang berarti “Ibu Berdukacita”. Dalam injil pun dikatakan bahwa Yesus dicobai dan diuji kesetiaan-Nya dalam menghadapi pilihan hidup, begitu juga dengan Maria. Ia ikut merasakan kesengsaraan-Nya. Hal itu menjadi bukti bahwa Maria ibu-Nya mempunyai iman yang tangguh (Groenen, 1988: 38-40).

i. Ibu Perawan

Umat Katolik sesungguhnya mengalami kesulitan dalam menjelaskan keperawanan Maria, karena hal tersebut merupakan suatu persoalan mengenai iman kepercayaan yang sudah sangat lama diimani oleh Gereja Katolik. Abad III sebagian besar penulis Kristen sangat bijaksana dan mengakui gelar Maria tetap Perawan, bahkan ajaran resmi keperawanan Maria sudah ada sejak tahun 391 (Pidyarto, 2012: 155).

(40)

Baiklah diingat bahwa tradisi mengenai diperkandungnya Yesus oleh perawan Maria pertama-tama mengenai Yesus Kristus, bukan Maria. “Conceptio virginalis” (dikandungnya Yesus oleh perawan) pertama-tama termasuk Kristologi, bukan Mariologi. Tetapi secara tak langsung ajaran itu juga mengatakan sesuatu tentang Maria. Sebagai perawan ia menjadi ibu, sehingga ia ibu-perawan. Ia perawan dalam keibuannya dan tidak terlepas darinya. Sebagai perawan Maria mengandung Yesus.

Jadi, keperawanan Maria bisa dipahami oleh semua umat beriman saat melahirkan Yesus, berarti sikap Maria memang sungguh-sungguh tulus dari hati. Maka, Maria diberi gelar “Maria tetap perawan”, sehingga terbukti bahwa Maria tetap perawan (LG 52), meskipun ia melahirkan Yesus.

2. Visi Iman Bunda Maria

Visi iman Maria ialah menaikkan dan menurunkan artinya Allah akan hadir di tengah-tengah umat untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hidup umat dengan tindakan. Hal tersebut diungkapkan oleh Darminta (1995b: 21) dan tertulis juga dalam ajaran Yesus yaitu menurut Luk.1:51-53 yang berbunyi:

“Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan menceraiberaikan orang yang congkak hati-Nya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang-orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa”.

Maka, orang-orang yang menonjolkan kedudukan akan diturunkan dan orang-orang yang berada dibawahnya akan ditinggikan oleh Allah sendiri, seperti pengalaman Bunda Maria yang ditinggikan oleh Allah yang mengunjunginya dalam kehinadinaannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesederhanaan dan penuh rendah hati.

(41)

(Luk.22:27). Hidup umat diibaratkan sebagai perjamuan dengan tanda saling melayani (Luk.22:26) dan dengan lenyapnya segala bentuk perbedaan sosial, karena supaya umat semakin menyadari bahwa diri mereka sama-sama kecil di hadapan-Nya, sehingga hanya Allah sendiri yang mampu mengangkat hidup manusia, bukan kedudukan sosial. Apabila mengutamakan kedudukan sosial, maka akan mengakibatkan lahirnya penderitaan, penindasan, dan kekerasan dalam menghadapi segala sesuatu, bukan menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat (Darminta, 1995b: 24).

Kunjungan Tuhan yang dirindukan akan membawa perubahan dalam tata kehidupan ekonomi bagi Maria dan semua orang beriman (Lukas 1:53). Semua umat sering mendengarkan firman tentang kedamaian dan keadilan, terutama keadilan dalam pembagian kebutuhan hidup bersama tanpa pandang bulu. Bagi orang yang kekurangan tidak mungkin kehilangan harta kekayaan kemanusiaan sejati, namun bagi orang yang kaya akan mengalami kemiskinan dalam bidang kemanusiaan. Maka dari itu, orang miskin akan ditinggikan dan orang kaya akan diturunkan oleh Allah yang berkarya dalam sejarah keselamatan (Darminta, 1995b: 26-27).

3. Kekudusan dan Keistimewaan Bunda Maria

(42)

sehingga ia merasakan kegembiraan dan kedamaian dalam menghayati hidup yang penuh dengan penyerahan, kepercayaan, dan kasih. Sikap pasrah Bunda Maria dibangun dengan dasar bahwa Allah akan selalu berkarya dalam kehidupannya (Maloney, 1990: 114-115).

Keistimewaan Bunda Maria sebagai manusia biasa, perempuan yang suci, perawan, tanpa noda dosa berkat rahmat Allah. Kebiasaan umat beriman kristiani ialah mengunjungi tempat-tempat berziarah, memasang patung dan gambar Bunda Maria di gereja-gereja. Tujuan pemasangan patung dan gambar tersebut bukan untuk menyembahnya melainkan untuk membuktikan keakraban dan penghormatan kepada Bunda Maria yang suci. Kebiasaan umat adalah memohon kepadanya untuk berkomunikasi sekaligus berdoa kepada Tuhan dalam suatu kebersamaan (Michel, 2001: 66-67).

e. Jiwa dan Semangat Bunda Maria

Jiwa dan semangat Bunda Maria menjadi dasar bagi umat untuk meneladan sikap dan tindakan Bunda Maria. Jiwa dan semangatnya tersebut dapat dilihat dalam hidup berimannya melalui hidup doa seseorang. Jiwa dan semangatnya juga dapat direnungkan dan didalami melalui Injil Luk.1:46-56 yaitu sebagai berikut:

(43)

keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Dengan demikian, perikop Kitab Suci yang ditulis oleh Lukas akan menyampaikan bahwa jiwa dan semangat Bunda Maria sunggh-sungguh tampak dalam perikop tersebut, sehingga umat beriman yang ingin meneladan dan mengenalnya secara mendalam perlu terlebih dahulu memahami dan merenungkan doa-doa Bunda Maria yang menjadi perantara bagi umat untuk lebih akrab dengan putera-Nya demi kehidupan kekal.

5. Gelar-gelar Bunda Maria a. Cermin Kebenaran

Bunda Maria disebut sebagai Cermin Kebenaran, karena pribadi Maria mencerminkan tentang kebenaran akan tindakan Tuhan bagi semua orang yang beriman. Groenen (1988: 179) mengatakan bahwa

Dengan julukan Cermin Kebenaran (speculum justitiae) dimaksudkan bahwa diri Maria bagaikan cermin, mencerminkan, memantulkan, memperlihatkan bagi orang beriman “kebenarana Allah”, artinya “tindakan Allah” (berupa Yesus Kristus, I Kor.1:30), yang “membenarkan”, menyelamatkan, menguduskan manusia.

Jadi, semua umat yang benar dan kudus merupakan berkat pertolongan Tuhan. Hal tersebut tampak dalam kepribadian Bunda Maria, sehingga sudah sepantasnya bahwa Bunda Maria dijuluki Cermin Kebenaran.

b. Tahta Kebijaksanaan

(44)

Maria juga dijuluki “Tahta Kebijaksanaan” (sades sapientiae). Orang teringat akan Sirakh 24:4. Kebijaksanaan ilahi berkata tentang dirinya sendiri bahwa bertahta di atas tiang awan (yang menyertai umat Israel di gurun menurut Alkitab). Umat Kristen sudah lama menyamakan Kristus dengan Kebijaksanaan ilahi. Dengan menjadi Kebijaksanaan ilahi tidak lagi bertahta di atas tiang awan, tetapi dalam rahim ibu-Nya.

Oleh sebab itu, Kebijaksaan ilahi juga terlihat dalam diri Bunda Maria. Bahkan Yesus Kristus tidak hanya bertahta di atas tiang awan, melainkan juga bertahta di dalam rahim Bunda Maria sebagai ibu-Nya.

c. Bejana Rohani dan Bejana Kebaktian Utama

Maria disebut juga sebagai Bejana Rohani yang berarti suatu bejana yang berisi penuh dengan Roh Kudus. Hal itu dikatakan oleh Greoenen (1988: 180) sebagai berikut: juga julukan “Bejana Rohani” (Vas Spirituale) menyinggung inkarnasi. Maria kan mengandung dari Roh Kudus (Mat.1:18) dan dituruni Roh Kudus (Lukas 1:35). Jadi “bejana rohani” tidak berarti berlawanan dengan “bejana jasmani”, tetapi berarti Bejana yang penuh dengan Roh Kudus. Maka dari itu, bejana rohani tidak mungkin terpisah dari bejana jasmani, justru keduanya saling berhubungan, artinya bejana tersebut berisi penuh dengan Roh Kudus yang berasal dari Allah.

Bunda Maria pun merupakan Bejana Kebaktian Utama yang berarti tempat yang paling utama untuk berpasrah diri hanyalah kepada Tuhan, Maria sebagai perantara bagi umat untuk berkomunikasi dengan-Nya. Groenen (1988: 180) menyatakan bahwa

(45)

Jadi, berdevosi atau melaksanakan kebaktian kepada Bunda Maria sama halnya dengan berpasrah diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena sasaran utama dalam devosi itu adalah Tuhan sendiri dengan perantara Bunda Maria.

d. Benteng Daud dan Benteng Gading

Bunda Maria dijuluki sebagai Benteng (menara, turris) Daud dan Benteng Gading (turris eburneus), sehingga membuat umat berpikir tentang Kid.4:4 dan 7:4. Kidung Agung menyebutkan Benteng Daud yang melambangkan pengantin laki-laki yaitu Kristus sendiri, sedangkan Benteng Gading berarti pengantin perempuan yaitu Gereja. Maka Bunda Maria juga dijuluki seperti itu, artinya persatuan antara jiwa orang beriman dengan Maria. Dalam Litani Santa Maria menyebut Maria sebagai “Menara Gading” dan “Menara Daud”, hampir sama dengan yang disebutkan dalam Kidung Agung, yang dimaksud dengan hal tersebut adalah untuk melambangkan cinta kasih Bunda Maria yang hangat bersama Kristus yang melahirkan umat dalam karya keselamatan Allah (Groenen, 1988: 180).

e. Rumah Kencana

Bunda Maria disebut juga Rumah Kencana, karena umat teringat tentang Bait Allah di bagian belakang dalam I Raj.6:20-22 dilapisi penuh dengan emas, sehingga Groenen (1988: 180) menyebutkan hal tersebut sebagai berikut:

Julukan “Rumah Kencana” mengingatkan orang kepada Bait Allah (bagian belakang) yang menurut I Raj.6:20-22 dilapisi dengan emas. Maria yang mengandung Yesus, Allah dan manusia, mirip dengan bagian terdalam Bait Allah itu, tempat Allah dianggap hadir di tengah-tengah umat-Nya.

(46)

f. PintuBSurgaB

Bunda Maria pun memperoleh julukan Pintu Surga yang artinya jalan Allah untuk keluar dari surga karena akan mendatangi umat-Nya sekaligus jalan bagi umat beriman untuk masuk ke dalam surga. Untuk itu, Groenen (1988: 181) mengutarakan gagasannya sebagai berikut: Maria pun disebut “Pintu Surga”. Artinya: Tempat Allah ”keluar dari surga” untuk mendekati manusia dan serentak “Pintu Surga” itu tempat manusia dapat “masuk surga” berkat Anak Maria. Maka dari itu, sebaiknya umat waspada akan kehadiran Tuhan dan selalu siap sedia karena Tuhan akan hadir dalam waktu yang tidak dapat diduga oleh umat, sehingga umat perlu menjalin keakraban dengan Tuhan selama menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.

g. BintangBTimur/KejoraBB

Bunda Maria yang hadir di tengah-tengah umat diberi sebutan Bintang Timur/Kejora, karena bintang tersebut muncul sebelum matahari terbit, sehingga Groenen (1988: 181) menyampaikan bahwa

Dengan tampilnya Maria di muka bumi dalam sejarah tata penyelamatan untuk menjadi ibu Yesus, Juru selamat, fajar penyelamatan menyingsing (Luk.1:79). Maka Litani menjuluki Maria sebagai “Bintang Timur/Kejora”(atau: Stella Matutina). Sebab bintang itu memang tampil di ufuk sebelum matahari terbit (Venus). Venus oleh orang Roma dahulu dipuja sebagai dewi kecantikan dan cinta.

Oleh sebab itu, memang pantas bahwa Maria mendapat sebutan Bintang Timur/Kejora, karena Maria berperan dalam karya keselamatan Allah bagi semua orang yang berdosa.

h. BungaBMawarByangBAjaibB

(47)

tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Kata “tunas” dalam ayat itu mempunyai maksud keturunan baru dari Isai, ayah Daud, sedangkan kata “taruk” berarti Maria melahirkan Yesus sebagai buah rahimnya. Pohon mawar yang mati, secara ajaib bertumbuh dan bersemi kembali lalu berbunga, mirip dengan tongkat Harun (Bil.17:8). Menurut tradisi ibu dari Maria yaitu Anna, memang mandul dan secara ajaib juga telah mengandung Maria, sehingga Maria berperan sebagai perawan yang melahirkan Yesus, memang nyata bahwa pokok mawar itu adalah ajaib (Groenen, 1988: 181).

i. Perlindungan Orang Berdosa dan Ratu Damai

Akhirnya Bunda Maria dijuluki sebagai Perlindungan Orang Berdosa dan Ratu Damai, perlindungan orang berdosa artinya perlindungan yang diberikan bagi orang-orang berdosa dan doanya tergabung dalam doa Maria dan terbebas dari murka Allah. Sedangkan Ratu damai adalah berasal dari Sang Raja Damai, karena Maria adalah ibu Raja Damai yaitu Yesus Kristus. Groenen (1988: 182) berkata bahwa

Maria masih dijuluki sebagai “Perlindungan orang berdosa” (refugium peccatorum). Orang berdosa yang dalam doanya berbagung dengan kasih Maria, tentu saja tidak terkena “murka” Allah, Hakim. Kalau Kristus diberi gelar “Raja Damai” (Yes.9:5), wajarlah juga ibu suri, Maria, yang melahirkan-Nya, dijuluki sebagai “Ratu Damai” artinya damai-sejahtera, keselamatan, yang berpancar dari Anak ibu suri itu.

(48)

6. Devosi kepada Bunda Maria

a. Pengertian Devosi kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria adalah devosi yang berbeda dengan bentuk penyembahan yang layak diberikan kepada Tuhan sebagai Tritunggal Maha Kudus. Devosi terungkap dalam pesta-pesta liturgi yang ditujukan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Allah, karena sebagai bentuk penghormatan Bunda Maria antara lain melalui doa rosario suci yang terdapat dalam injil (KWI, 2009: 72-73).

Devosi disebut kebaktian kepada Bunda Maria berawal dari diangkatnya ke surga di bawah putera-Nya, di atas semua malaikat dan umat. Bunda Maria sebagai Bunda Allah yang tersuci dan selalu hadir dalam misteri Kristus, memang pantas Bunda Maria dihormati oleh kebanyakan orang beriman dan Gereja, sehingga penghormatan kepada Bunda Maria merupakan suatu bentuk kebaktian yang sangat istimewa. Maka, umat beriman ketika mengalami suatu permasalahan hidup, mereka berdoa kepada Tuhan supaya memperoleh perlindungan. Semua umat beriman yang melaksanakan kebaktian kepada Bunda Maria semakin meningkat dan mengagumkan, karena dalam kebaktian dan cinta kasih umat mengungkapkan namanya dan meneladan pribadi Bunda Maria (LG 66).

Devosi kepada Bunda Maria membantu umat untuk menjalin relasi dengan Tuhan melalui perantara Bunda Maria sebagai bentuk penghayatan iman kepercayaan umat kepada Tuhan, bahkan devosi dapat mengembangkan iman umat. Oleh sebab itu Groenen (1988: 151) menyatakan bahwa

(49)

Maka, menjalin relasi dengan Tuhan melalui devosi kepada Bunda Maria perlu dilaksanakan demi perkembangan dan penghayatan iman umat karena menjalin relasi dengan Tuhan merupakan hal pokok bagi umat dalam peristiwa keselamatan. Devosi kepada Bunda Maria juga membantu umat supaya semakin menghayati iman kepercayaan kepada Tuhan dengan menjalin keakraban bersama Bunda Maria sebagai ibu-Nya, karena Maria sebagai sasaran dalam penghayatan iman (devosi) itu sendiri demi tercipta-Nya kasih dan pengharapan.

Bunda Maria sebagai simbol dan dipandang sebagai ibu kehidupan, artinya umat utuh sempurna tanpa dosa dan noda, sekaligus sebagai wanita unggul bahkan ia diangkat ke surga. Maka, Groenen (1988: 152-153) mengatakan bahwa

Dalam devosi (khusus-Nya dalam devosi rakyat, tetapi juga dalam devosi Gerejawi resmi) Maria berperan sebagai suatu simbol, semacam “arkhi-typos”. Ia tampil dan dilihat sebagai “Ibu Kehidupan” (Ibu asali); “Umat utuh Sempurna” (tanpa dosa dan noda); “Wanita unggul” yang serentak perawan dan ibu; ia tetap ada (diangkat ke surga), simbol pengharapan umat, bahwa hidup sementara tidaklah sia-sia dan akhirnya akan bebas dari kefanaan.

Oleh sebab itu, Bunda Maria menjadi simbol utama dalam devosi dan berperan penting yaitu menjadi perantara bagi umat dalam mengembangkan imannya kepada Tuhan melalui doa-doa yang telah diajarkan bagi seluruh umat.

b. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria

(50)

dalam penghayatan iman oleh semua umat beriman baik secara pribadi maupun kelompok dan devosi tersebut dilaksanakan oleh umat yang berasal dari daerah tertentu. Devosi rakyat sangat digemari dan menarik perhatian banyak umat daripada devosi Gerejawi resmi. Ciri khas dari devosi rakyat yaitu banyak menggunakan simbol dari kebudayaan tertentu dan pemikiran rakyat setempat (Groenen, 1988: 155).

1) Salam Maria

Doa Salam Maria muncul menjelang tahun 1500. Doa Salam Maria merupakan doa devosi gerejawi resmi yang terbagi menjadi dua bagian penting berdasarkan penggabungan dua ayat dalam injil Lukas. Bagian pertama merupakan ucapan salam yang berasal dari Malaikat Tuhan ditujukan kepada Bunda Maria (Lukas 1:28) sekaligus pujian Elisabet ketika dikunjungi oleh Bunda Maria. Pujian tersebut diberikan secara khusus kepadanya, karena Bunda Maria sungguh-sungguh pilihan Allah. Bagian kedua dalam doa Salam Maria ini merupakan doa permohonan kepada Bunda Maria supaya Bunda Maria juga mendoakan para pendoa sejati tersebut (Groenen, 1988: 169 (KWI, 1996: 233)).

2) Doa Rosario

(51)

Salam Maria dan dibagi dalam 5 sepuluhan. Doa rosario dan cara berdoanya pun merupakan suatu sarana yang menunjang sikap religius bagi para pendoa yang sejati. Doa ini mulai digemari oleh umat dan berkembang pada tahun 1500 (Groenen, 1988: 174-177).

3) Doa Litani Santa Maria

Litani Santa Maria merupakan salah satu litani yang secara resmi diterima dalam Gereja Katolik Roma. Litani Santa Maria adalah litani yang umum dipakai sedangkan dalam liturgi resmi sering menggunakan Litani Para Kudus. Doa yang berbentuk litani yaitu doa yang terdiri dari serangkaian permohonan dan seruan, dibawakan oleh seorang pemimpin, lalu umat menanggapi dengan rumusan atau seruan yang sama. Litani Santa Maria sekarang telah ada dan diresmikan, litani tersebut mulai beredar dan berkembang tahun 1550 (Groenen, 1988: 178).

4) Doa Malaikat Tuhan

(52)

5) Legio Maria

Legio Maria merupakan sekumpulan umat Katolik yang memperoleh

pengesahan Gereja dalam naungan Bunda Maria yang Tak Bercela, pengantar segala

rahmat dan gemerlap seperti surga. Perkumpulan umat itu yang disebut Legio, karena

untuk mengabdi Gereja dalam melawan segala tantangan yang mempengaruhi

kehidupan umat. Peralatan yang digunakan dalam Legio tersebut antara lain meja

(altar) sederhana, kain putih, patung Bunda Maria, dua lilin dan dua rangkaian

bunga. Legio Maria pada mulanya dilaksanakan dengan berlutut, kepala ditundukkan

kemudian Legioner mengucapkan doa kepada Roh Kudus melalui manik-manik

dalam rangkaian rosario. Legioner pertama kali muncul tahun 1921 (Rahman Tamin,

1960: 7-9).

Legio Maria bagi umat terutama untuk menguduskan para anggotanya melalui

doa dan kerja sama untuk terlibat aktif dalam kegiatan gereja, dalam tugas Bunda

Maria dan dalam mengembangkan Kerajaan Allah. Para Legioner berjiwa seperti

Bunda Maria sendiri dan yang terpenting bersikap rendah hati, taat/patuh, berdoa

dengan lembut secara berkelanjutan, sabar, bijaksana, mempunyai cinta kasih, penuh

pengorbanan, siap sedia menyelesaikan tanggung jawabnya dengan sukacita dan

beriman tangguh (Rahman Tamin, 1960: 10-11).

6) Novena Tiga Salam Maria

Novena sebagai bentuk devosi yang paling popular. Novena berasal dari kata

bahasa Latin Novem yang berarti sembilan. Jadi, novena berarti doa yang dilakukan selama sembilan kali. Devosi dilaksanakan sembilan kali berdasarkan pada Yesus

(53)

diberikan oleh Bapa-Nya (Kisah Para Rasul 1:4-14). Devosi dilaksanakan secara

rutin oleh semua umat setelah peringatan Hari Kenaikan Tuhan Yesus sampai

Pantekosta. Novena pun merupakan perkembangan novena bagi para martir dengan

menyatukan doa-doa kepada orang kudus melalui Bunda Maria demi pengampunan

(http://www.katedraljakarta.or.id).

Novena yang ditekankan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah Novena Tiga

Salam Maria. Novena tersebut merupakan novena yang di dalamnya berdoa bersama

St. Mechtildis, St. Antonius dari Padua, St. Leonardus dari Porto Mauritio, St. Brigita

dan St. Alfonsus Ligouri sebagai rasul kerahiman serta guru bagi umat beriman.

7) Ziarah ke Gua-gua Maria

Devosi rakyat yang sering dilakukan oleh umat kristiani adalah ziarah,

terutama bagi agama rakyat sering melakukan ziarah ke tempat yang dianggap

keramat. Ziarah yang demikian bisa dilakukan oleh umat beriman baik secara

individual maupun berkelompok. Tempat yang biasa digunakan ziarah selalu ada

sesuatu yang menjadi objek atau pusat perhatian bagi para peziarah sekaligus

menjadi sasaran dalam devosi, misalnya patung dan gambar Bunda Maria. Tempat

berziarah mengandung tiga unsur penting yaitu air (sumber, perigi, sungai ajaib),

batu (mezbah, gua, tiang batu), dan pohon (keramat, aneh bentuknya, sangat tua).

Ziarah digemari oleh umat sejak tahun 200 (Groenen, 1988: 187-189).

Devosi rakyat yang sering dilakukan dan digemari oleh umat beriman antara

lain ziarah ke gua-gua Maria. Daftar tempat ziarah yang dikenal oleh umat di

(54)

Lokasi Nama Gua Peresmian Keuskupan Bogor Gua Maria Bukit Kanada 13 Agustus 1988 Keuskupan Bandung Gua Maria Karmel Mei 1989

Gua Maria Sawer Rahmat 21 Juli 1990 Keuskupan Agung Jakarta Gua Maria Fatima 13 Mei 1950 Keuskupan Agung Semarang Gua Maria Kerep Ambarawa 15 Agustus 1954

Gua Maria Sendang

Sriningsih 29 Mei 1953

Gua Maria Sendang Ratu

Kenya 30 September 1997

Gua Maria Mojosongo 25 Desember 1983 Gua Maria Marganingsih 27 Oktober 2002 Gua Mawar Maria 25 Juni 1982 Daerah Istimewa Yogyakarta Gua Maria Lourdes

Sendangsono 8 Desember 1929

Gua Maria Sendang

Jatiningsih 1 Mei 1986

Gua Maria Tritis 1974

Gua Maria Sendang Rosario 11 Februari 1962 Candi Gereja Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran 11 Februari 1930

Gua Maria Bunda

Berdukacita Gunung Sempu 20 Mei 1990 Keuskupan Purwakerto Gua Maria Kaliori 10 Oktober 1989

Keuskupan Malang Gua Maria Sendang

Purwaningsih 10 Mei 1990

Gua Maria Jatiningrum 15 Agustus 1956 Keuskupan Surabaya Gua Maria Lourdes Puh

Sarang 2 Mei 1999

Gua Maria Fatima Sendang

Waluya Jatiningsih 27 Mei 1988 Keuskupan Pangkal Pinang

Sumatera Utara Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu 8 Desember 1999 Gua Maria Bunda Pelindung

Teluk Dalam 22 April 2001

Bunda Maria di atas Perahu 30 September 1994 Gua Hati Tersuci Santa

Perawan Maria 17 Maret 2002 Gua Maria Lourdes Ratu Damai 1 November 2006 Keuskupan Palembang Gua Maria Ratu Rosari 7 Oktober 2002 Keuskupan Tanjung Karang

(55)

Keuskupan Atambua Gua Maria Bunda Pengantara

Rahmat Agustus 2001

Keuskupan Amboina Maluku Gua Maria dan Golgota di

Masbait 2000

Keuskupan Sintang Gua Maria Tahta Kebijaksanaan

Putussibau Awal Juni 2002 (https://id-id.facebook.com)

7. Pesta Liturgi kepada Bunda Maria

Pesta-pesta liturgi kepada Bunda Maria antara lain pesta St. Perawan Maria (8 September), Maria Berduka Cita (15 September), Maria Ratu Rosario (7 Oktober),

Maria dipersembahkan di Kenisah (21 November) dan Maria Terkandung Tanpa Noda (8 Desember) (KWI, 1996: 233).

C. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

(56)

Menurut Pedoman Pastoral Keluarga yang membahas mengenai keluarga sebagai cermin kasih Kristus kepada Gereja, pengertian keluarga dibagi menjadi: a. Keluarga adalah Pribadi-pribadi dalam Cinta Kasih

Keluarga merupakan komunitas yang pertama dan mengawali lahirnya umat serta merupakan perkumpulan dari setiap pribadi yang perjalanan hidupnya berlandaskan hukum cinta kasih. Oleh sebab itu kasih yang sejati dalam suatu keluarga merupakan kasih yang menghasilkan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarganya, karena cinta kasih suami-istri Katolik merupakan ungkapan kasih Kristus terhadap Gereja, sehingga mereka mampu hidup saling mengasihi seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya (KWI, 2011: 10-12).

b. Keluarga adalah Persekutuan Pembela Kehidupan

Tuhan telah mempersatukan laki-laki dengan perempuan untuk menjadi satu daging dan turut serta dalam cinta kasih dan kekuasaan-Nya, terutama mereka ambil bagian dalam kisah penciptaan dengan melahirkan suatu kehidupan yang baru. Maka dari itu, dalam pernikahan yang menghasilkan keluarga yang sejahtera hendaknya bersifat unitif (kesatuan suami-istri) dan prokreatif (terbuka terhadap keturunan bagi pasangan suami-istri), sehingga suami-istri diberi tanggung jawab untuk menjaga dan membela kehidupan tersebut (KWI, 2011: 12-14).

c. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga

(57)

sebagai persekutuan (koinonia) yang mendasar, terlibat dalam doa dan ibadat (leiturgia), untuk mewujudkan pelayanan (diakonia) dalam berkarya, dan memberi kesaksian hidup (martyria) dalam persaudaraan sehingga hal tersebut menjadi sarana dalam mewartakan kabar gembira/informasi yang baru (kerygma) (KWI, 2011: 15-18).

d. Keluarga adalah Masyarakat Kecil

Gereja menerima dan terbuka terhadap keluarga yang merupakan lingkup atau atom terkecil dalam masyarakat. Keluarga Katolik diharapkan mampu memberi sumbangan hal-hal penting dalam hidup dan nilai-nilai keumatan yang dimiliki dan diakuinya, antara lain bersikap terbuka, toleran, dan pluralitas yang bukan hanya terjadi dalam masyarakat secara umum melainkan juga terjadi dalam keluarga-keluarga. Umat lebih mampu membangun kerukunan dan dialog dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat dengan adanya semangat gotong royong demi terwujudnya prinsip solidaritas bersama dalam suatu masyarakat (KWI, 2011: 18-19).

(58)

Gereja Katolik. Ikatan pernikahan tersebut merupakan bentuk cinta kasih yang paling sempurna, karena dengan adanya cinta kasih mampu menciptakan suatu bentuk komunitas yang terdiri dari suami-istri, sehingga pasangan tersebut pada umumnya melahirkan kehidupan baru sebagai buah cinta kasih mereka. Maka, komunitas yang demikian disebut sebagai keluarga (Eminyan, 2001: 20-23).

Keluarga merupakan komunitas hidup dan cinta kasih yang sesuai dengan rencana Allah. Hal itu Eminyan (2001: 85) mengatakan bahwa

Karena seturut Rencana Allah keluarga telah ditetapkan sebagai ‘persekutuan hidup dan kasih yang mesra’, maka keluarga mengemban misi untuk makin menepati jati dirinya; yakni suatu persekutuan hidup dan kasih, melalui usaha, yang – seperti segala sesuatu yang diciptakan dan ditebus akan mencapai pemenuhan-Nya dalam Kerajaan Allah.

Dengan demikian, keluarga yang telah dibentuk dan direncanakan oleh Allah telah ditetapkan sebagai bentuk persatuan cinta kasih yang total dan hidup secara mesra demi terciptanya suatu keluarga yang sejati untuk selama-lamanya.

2. Makna Keluarga

Referensi

Dokumen terkait