BABBIIIB IMANBKATOLIKB
7) Sebutan-sebutan Lain
Yesus disebut sebagai Penyelamat karena melalui diri-Nya Allah melaksanakan karya keselamatan bagi semua umat. Yesus disebut juga Nabi karena Ia sebagai pembawa kabar sukacita sekaligus sebagai penyalur pesan abadi Allah kepada manusia. Yesus pun mendapat sebutan Imam sebab diri-Nya menjadi persembahan yang sangat sempurna terhadap Allah untuk selama-lamanya (Michel, 2001: 56).
Sebutan Yesus yang lain yaitu Gembala yang Baik, karena Ia telah menuntun dan menyertai domba-domba-Nya dan Gembala tersebut sebagai lukisan indah dalam Kitab Suci yang telah difungsikan oleh jemaat untuk mendalami belas-kasih yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus. Bahkan Ia peka bagi mereka yang lemah dan tersingkirkan. Sebutan yang lainnya lagi ialah Jalan, Kebenaran, dan Hidup berarti Yesus sebagai jalan Allah dan pembawa kebenaran yang diwujudkan dalam hidup-Nya demi keselamatan umat-hidup-Nya (Michel, 2001: 57).
c. Trinitas
Menurut umat Katolik hanya ada satu Allah yang diakui dan dipercaya yaitu Bapa. Bapa yang mampu menciptakan segala sesuatu dan kehidupan umat diserahkan kepada-Nya. Trinitas yang sering diungkapkan oleh umat yang dimaksud adalah untuk menyampaikan bahwa Allah itu yang Maha Esa. Trinitas memang tidak tertulis dalam Kitab Suci, tetapi terdapat dalam sejarah agama Kristen. Bahkan dasar-dasar Trinitas dapat dilihat dalam Kitab Perjanjian Baru, yang utama dalam Injil Matius mengenai rumusan pembaptisan yaitu “Baptislah dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus” (Michel, 2001: 57-58).
Para penginjil yang menulis Kitab Suci terkadang menyebut Allah sebagai “Bapa” yaitu merupakan warisan dari tradisi bangsa Yahudi. Yesus yang mengajar para murid-Nya menggunakan istilah “Abba”, supaya para murid-Nya mampu menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan yang begitu dekat dan tak terpisahkan. Yesus dan Allah mempunyai hubungan yang khusus yaitu sebagai Bapa-Nya (Michel, 2001: 59).
Selain itu Yesus secara khusus disebut Putera Allah, karena Putera Allah menjadi sarana bagi Gereja awal dalam menerapkan iman kepercayaannya terhadap peran Yesus yang sungguh-sungguh spesial bagi kehidupan Gereja. Oleh sebab itu, umat mempunyai keyakinan bahwa Allah menjalin relasi dengan umat-Nya melalui Yesus. Yesus yang diutus sekaligus hamba-Nya, sehingga Ia diberi ilmu dan kekuasaan untuk mengadili dan memberi hidup. Bahkan Ia sebagai perantara khas diantara Allah dan manusia serta karya-karya-Nya sehubungan dengan peristiwa keselamatan (Michel, 2001: 60).
Kitab-kitab Perjanjian Baru banyak mengatakan bahwa Roh Kudus sebagai Roh Allah. Roh Kudus adalah Allah sendiri yang tinggal dan berkarya dalam hati manusia dan semua ciptaan-Nya. Roh Kudus menjadi tanda bahwa Allah hadir secara aktif di tengah-tengah umat-Nya, karena Yesus dikandung dan dibimbing oleh Roh Kudus serta dilahirkan oleh Perawan Maria. Roh Kudus pun diberi julukan Penolong, Roh Kebijaksanaan, Iman, Semangat, Kasih dan Kegembiraan (Michel, 2001: 60).
Ajaran Trinitas mempunyai kekhasan, Allah yang satu dan sama menyatakan diri-Nya sebagai Pencipta yang Maha Kuasa. Tuhan bagi kehidupan biasanya disebut dengan “Bapa”, Allah yang mewahyukan Sabda Ilahi-Nya dalam diri Yesus sehingga
disebut “Putera”, bahkan Allah yang hadir secara imanen, aktif dan memberikan kekuatan hidup bagi dunia disebut “Roh Kudus” (Michel, 2001: 62).
Menurut umat, Allah mewujudkan karya keselamatan dalam hidup manusia melalui dua cara yaitu dengan menjelmakan pesan-Nya secara maksimal dalam diri manusia, sehingga Allah mengungkapkan segala sesuatu lewat perbuatan dan perkataan-Nya. Yesus yang jaya dalam melampaui peristiwa kesengsaraan hidup-Nya, mampu dipastikan bahwa sesuatu yang diselesaikan oleh Allah hendak dikerjakan oleh-Nya bagi setiap pribadi. Keyakinan umat terhadap keselamatan yang dilaksanakan Allah telah dipenuhi melalui pribadi Yesus. Cara lain yang dilakukan Allah sehubungan dengan karya keselamatan diwujudkan melalui kehadiran-Nya dalam alam semesta yaitu alam ciptaan dan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Karya Allah sungguh-sungguh mengena hati umat, sehingga Allah yang hadir menyentuh hati setiap individu untuk menuntun dan menyelamatkan. Maka, karya keselamatan Allah ditujukan bagi semua umat yang sanggup menjawab Allah dengan mengajak berkomunikasi dan berkarya dalam hati setiap orang (Michel, 2001: 63-64).
d. Penebusan
Ajaran Katolik mengenai penebusan melukiskan adanya suatu persoalan yang mendasar. Persoalan tersebut berkaitan dengan apakah manusia perlu diselamatkan? Apabila perlu, bagaimana dan oleh siapa keselamatan itu? Semua orang yang mampu mengamati dan menemukan realitas hidup dalam suatu perpecahan akan mengakibatkan kesedihan. Oleh sebab itu setiap pribadi akan menanggapi hal tersebut sesuai dengan cara dan keyakinannya (Michel, 2001: 67).
Persoalan mengenai keselamatan tidak begitu dipermasalahkan oleh para humanis sekuler. Keselamatan bukan masalah yang sesuai bagi mereka, sebab mereka berpandangan bahwa hidup seseorang sesuai dengan nilai-nilai manusiawi. Maka, setiap kepercayaan mempunyai keyakinan yang sama bahwa seluruh umat membutuhkan keselamatan dan tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, karena keselamatan tersebut hanya berasal dari Allah (Michel, 2001: 68).
Cara umat Katolik dalam menjawab karya keselamatan Allah dengan mengingat tentang Yesus yang tidak ingin mati bahkan Allah sendiri tidak berharap Yesus mati disalibkan. Yesus berkeinginan bahwa semua orang mampu memahami pesan yang diajarkan, sehingga membuat mereka mampu mengalami pertobatan untuk dijadikan bukti bahwa umat menaati hukum-Nya. Cara lain yang dilakukan belum tentu bahwa Allah menjelma menjadi Sang Sabda dalam pribadi Yesus dan Yesus mati melalui peristiwa penyaliban demi keselamatan semua umat. Jadi, umat Katolik meyakini bahwa Allah mempunyai kebebasan untuk memilih dan menyelamatkan mereka melalui Yesus. Begitu juga dengan Yesus, Allah mengutus-Nya bukan hanya menjelmakan sabda-mengutus-Nya dalam Yesus, melainkan juga tindakan-tindakan-Nya berpengaruh terhadap peristiwa keselamatan. Yesus tampil sebagai pewarta supaya memotivasi umat untuk bertobat dan percaya kepada Allah (Michel, 2001: 69-70).
e. Sakramen
Sakramen merupakan suatu realitas dalam hidup yang kelihatan untuk menghadirkan karya keselamatan Allah. Sakramen berarti juga sebagai tanda yang nyata bahwa Allah berkarya meskipun tak kelihatan raga-Nya. Keyakinan umat
mengenai keberadaan Gereja menjadi tanda bahwa karya yang hendak, sedang dan dipenuhi oleh Allah bagi jemaat melalui diri Yesus. Karya tersebut adalah karya perdamaian (perdamaian antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan manusia) serta karya pengudusan (manusia dikuduskan yakni hidup dalam kasih dan taat kepada-Nya). Gereja menjadi saksi dalam karya perdamaian dan pengudusan yang diselesaikan Allah ketika memenuhi karya keselamatan bagi seluruh umat. Macam-macam sakramen ialah sakramen Baptis, sakramen Penguatan (Krisma), sakramen Ekaristi, sakramen Perkawinan, sakramen Imamat, sakramen Tobat dan sakramen Minyak Suci. (Michel, 2001: 78).
f. Devosi
Devosi merupakan bentuk kebaktian dan penghayatan terhadap sesuatu yang dipercaya oleh seseorang dan menjadikannya sebagai sesuatu yang digemari serta melekat dalam dirinya. Devosi tersebut melibatkan hati dan membantu seseorang untuk mengalami perubahan sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Devosi yang ditekankan adalah devosi kepada Bunda Maria. Devosi kepada Bunda Maria merupakan suatu bentuk penghormatan kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria sebagai perantara dalam devosi dan pesan melalui devosi akan tersampaikan kepada putera-Nya. Bunda Maria juga berperan sebagai sarana dalam devosi. Devosi tersebut bisa membantu umat dalam mengembangkan imannya, sehingga umat terbantu untuk merasakan karya keselamatan Allah yang telah dijanjikan. Devosi kepada Bunda Maria tersebut ada bermacam-macam antara lain doa rosario, doa yang mudah untuk dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.