BABBIIIB IMANBKATOLIKB
2. Beriman Katolik
Beriman Katolik bukan hanya berarti suatu hal bahwa umat yang beragama Katolik berkumpul bersama karena memiliki iman kekatolikan yang sama, melainkan juga berarti suatu hal bahwa beriman seperti yang diimani oleh Gereja sekaligus percaya menurut ajaran yang disampaikan oleh Kristus. Pilarczyk (2002c: viii) mengatakan bahwa
Beriman Katolik tidak menuntut suatu studi profesional seumur hidup sebelum seseorang dapat memulainya. Pada dasarnya, beriman Katolik adalah suatu bentuk pengetahuan, pemahaman, dan tanggapan/jawaban (respons) terhadap suatu kisah (sejarah), bukan suatu cerita rekaan (fiksi), tetapi kisah sejarah yang benar mengenai cinta Tuhan bagi kita sebagai umat ciptaan-Nya. Kisah itu memberikan dasar di mana semua aspek berpikir Katolik dan berperilaku Katolik bersandar.
Jadi, beriman Katolik merupakan satu rangkaian dengan berpikir dan berperilaku Katolik dan semua terangkum didalamnya. Beriman Katolik sebagai wujud konkret dari berpikir Katolik dan berperilaku Katolik, karena beriman Katolik merupakan pengetahuan, pemahaman sekaligus tanggapan/jawaban bahwa seseorang yang menganut agama Katolik, sungguh-sungguh mempunyai iman yang teguh dan percaya akan kehadiran serta sapaan Tuhan. Bahkan turut serta dan ambil bagian dalam karya cinta-Nya dengan sesama dan dengan Tuhan.
Iman mencakup penerimaan kebenaran-kebenaran, namun memiliki iman berarti memberi diri kepada seseorang dan menjadi bagian dari kisah hidup orang itu terutama tentang kisah yang benar. Beriman Katolik berarti juga berbagi iman, karena hal tersebut menjadi bagian dalam karya cinta Tuhan di seluruh dunia. Jikalau umat menolak keterlibatan dalam karya cinta-Nya berarti umat kehilangan pusatnya dan hidupnya tidak bermakna. Dengan demikian, umat Katolik perlu menyadari bahwa karya cinta Tuhan perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati supaya Tuhan selalu tersenyum bagi umat-Nya, sebab iman tanpa perbuatan itu tidak bermanfaat dalam kehidupan (Pilarczyk, 2002c: 2).
Iman kepercayaan setiap orang selalu mengalami sekaligus mendapat tantangan dari berbagai pihak dan berbagai faktor. Tantangan-tantangan dan faktor-faktor tersebut antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberhasilan dan kekayaan, pangkat dan kekuasaan, kepentingan diri sendiri, memanjakan diri melalui kesenangan dan kenikmatan duniawi. Maka dari itu, untuk menjadi orang yang beriman Katolik ketika Tuhan berperan dalam karya keselamatan-Nya melalui iman, umat Katolik menanggapi bahwa iman tersebut kurang relevan dengan situasi perkembangan zaman (Pilarczyk, 2002c: 5).
Untuk itu, beriman Katolik perlu dilakukan oleh seluruh umat Katolik melalui dua unsur penting untuk menjadi orang yang beriman Katolik sejati. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
a. Berpikir Katolik
Berpikir Katolik berarti bahwa orang yang beragama Katolik tidak hanya sekedar mengetahui tentang Kristus dan ajaran Gereja-Nya, melainkan juga mereka mampu mendalami pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menunjang perkembangan imannya, supaya semakin hidup dan semakin kokoh melekat dalam pribadi setiap orang yang beriman Katolik. Pilarczyk (2002a: x) mengungkapkan:
Berpikir Katolik adalah suatu pola pikir (mindset), suatu sikap hati, suatu ikatan pengetahuan yang dalam, anggapan-anggapan, prioritas-prioritas, dan petunjuk-petunjuk yang diperoleh dari iman, dan yang pada gilirannya menguatkan dan menghidupkan iman itu sendiri. Berpikir Katolik seperti suatu file tersembunyi dalam program komputer kita yang mungkin tidak akan tampak dalam layar monitor, tetapi ia menentukan dan menguasai seluruh operasi program tersebut. Bila hal ini tidak ada, segalanya tidak akan berjalan.
Jadi, seseorang yang beragama Katolik tidak hanya dimengerti sebagai pengetahuan, tetapi juga dipahami sebagai sesuatu yang tersimpan dalam pikirannya dan mempengaruhi pola pikir, sikap hati, ikatan pengetahuan yang mendalam, angapan-anggapan, prioritas-prioritas, dan petunjuk-petunjuk dari iman itu sendiri supaya imannya semakin hidup dan berkembang dalam diri umat.
Orang yang berpikir Katolik juga perlu memperhatikan dan menyadari kehadiran dan sapaan Tuhan yang selalu meraja sekaligus tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Orang Katolik perlu menyadari hal itu, karena supaya umat semakin mengenal dan menjadikan-Nya yang utama dan pertama sebagai bekal hidup orang Katolik di masa yang akan datang. Maka, Piarczyk (2002a: 13) mengatakan bahwa
Tuhan adalah tuan rumah yang baik. Tuhan tidak hanya menyiapkan perayaan akan cinta, lalu keluar ruangan dan baru kembali pada akhir pesta untuk mematikan lampu-lampu dan membersihkan ruangan. Tidak, Tuhan adalah bagian dari perayaan itu sendiri. Ia hadir dan aktif dalam setiap tahapannya. Berpikir Katolik dalam hal ini meliputi kesadaran akan kehadiran tuan rumah dan mampu mengenal Dia, bukan hanya untuk menenteramkan hati kita bahwa Dia masih ada diantara kita, tetapi juga untuk belajar dari Dia tentang apa yang sedang berjalan dan bagaimana kita harus menanggapi-Nya.
Oleh sebab itu, orang berpikir Katolik perlu adanya kesadaran dalam diri mereka masing-masing secara sungguh-sungguh dan peka akan kehadiran dan sapaan aktif dari Tuhan yang selalu menjadi pusat hidup seseorang dalam berserah diri pada-Nya, sehingga orang tersebut mampu belajar dari Dia yang selalu berbuat kebaikan dan selalu cinta dengan para murid-Nya. Hal yang menjadi dasar bagi orang yang berpikir Katolik adalah menghormati Tuhan dan sesama.
b. Berperilaku Katolik
Berperilaku Katolik merupakan suatu keterlibatan dan keaktifan orang Katolik dalam kegiatan rohani yang menunjang dalam mengembangkan iman kekatolikan umatnya. Pilarzcyk (2002b: xi) mengatakan tentang:
Berperilaku Katolik sungguh merupakan ekspresi dan dukungan bagi iman kita, suatu latihan teratur untuk menjadi apa yang merupakan tujuan panggilan Tuhan bagi kita. Namun, berperilaku Katolik juga merupakan suatu tanda komitmen keagamaan kita bagi orang lain: yang jelas, kita tidak menghayati iman kita supaya mengesankan bagi orang lain. Tetapi perilaku Katolik kita mengatakan sesuatu kepada orang lain tentang kita, Gereja, dan Tuhan. Perilaku Katolik kita memberi petunjuk sejauh mana kita menjadi bagian dalam Gereja (dan Tuhan), dan membiarkan orang lain melihat apa sesungguhnya yang dimaksud dengan menjadi bagian.
Jadi, berperilaku Katolik sebagai wujud nyata atau tindakan konkret yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari secara teratur untuk menemukan apa yang sebenarnya dinginkan oleh Tuhan atas panggilan-Nya terhadap umat. Berperilaku Katolik sebagai tanda bahwa umat mempunyai prinsip tertentu dalam berperilaku di hadapan Tuhan dan sesama berdasarkan iman Katoliknya. Seluruh umat dituntut untuk mewartakan sabda-Nya bagi orang lain baik tentang umat, Gereja, maupun Tuhan sendiri dalam tindakan sehari-hari.
Menurut Pilarczyk berperilaku Katolik dilakukan dengan cara mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari-hari raya, menerima sakramen-sakramen, bertobat dan mengendalikan diri, pernikahan di Gereja, menjadi anggota aktif di paroki, berpasrah diri, menjalin komunikasi dan kedekatan dengan Bunda Maria dan orang kudus, serta mau menerima suatu perbedaan.