• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode latihan pada materi trigonometri dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa : studi kasus siswa kelas X MIA 2 SMA NEGERI 3 Cilacap tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode latihan pada materi trigonometri dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa : studi kasus siswa kelas X MIA 2 SMA NEGERI 3 Cilacap tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Prapti Mahayuningsih. 2015. Penerapan Metode Latihan pada

Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap

Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri dan (2) mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Subyek penelitian ini adalah empat siswa dari kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang memperoleh nilai terendah pada tes penelaahan status. Pengumpulan data dilakukan dengan tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, tes hasil belajar, dan wawancara dengan guru maupun siswa. Tes penelaahan status berupa tes pilihan ganda, sedangkan tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar berupa tes uraian. Wawancara dilakukan setelah tes diagnostik dan tes hasil belajar. Hasil dari tes diagnostik dan wawancara dianalisis, ditranskrip, dan dideskripsikan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor penyebabnya. Hasil kuis digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada siswa setelah diterapkannya metode latihan pada bimbingan belajar yang telah dilakukan selama dua kali. Sedangkan hasil tes hasil belajar digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan. Pelaksanaan bimbingan belajar dengan menerapkan metode latihan dilakukan pada tahap remediasi sebanyak empat kali, yaitu dua kali setelah tes diagnostik dan dua kali setelah kuis.

(2)

menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu, mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun, dan mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal; sedangkan pada S4: penggunaan teorema Pythagoras dalam menyelesaikan soal, menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan nilai perbandingan trigonometri, dan menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu; 2) penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa. Nilai tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar yang diperoleh oleh S1 masing yaitu 30, 86, 88, dan 90. Sedangkan yang diperoleh S2 masing-masing yaitu 55, 89, 91, dan 94. S3 memperoleh nilai masing-masing-masing-masing 50, 57, 83, dan 92. Sedangkan S4 memperoleh nilai masing-masing yaitu 50, 57, 71, dan 88. Pada tes diagnostik yang dilakukan di awal tahap penelitian, keempat subyek penelitian memperoleh rata-rata nilai 72,25. Sedangkan pada tahap evaluasi, yaitu tes hasil belajar siswa, keempat subyek memperoleh rata-rata nilai 91. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi trigonometri.

(3)

ABSTRACT

Prapti Mahayuningsih. 2015. The Implementation of The Exercise

Method in the Topic of Trigonometry to Overcome

Student’s

Learning Difficulties: A Case Study of Grade X MIA 2 Students of

SMA N 3 Cilacap in the Academic Year 2014/2015. Undergraduate

Thesis. Mathematics Education Study Program, Department

of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher

Training and Education Science, Sanata Dharma University,

Yogyakarta.

This research aimed to (1) find out the location of the learning difficulties of students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry and (2) find out the impact of the application of tutoring methods that are accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry. The research method used was descriptive qualitative and quantitative.

The subjects of the study were four students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap that had the lowest grade on the status review test. Data collection was done using status review test, diagnostic test, quiz, remedial test, and interviews with teacher as well as students. Status review test was in the form of multiple choice tests, while diagnostic tests, quiz, and the remedial test were in the form of essay test. The interviews were conducted after the diagnostic test and the remedial test. The results of the diagnostic tests and the interview were transcribed, analyzed, and described to find out the layout of the difficulty of the students and the contributing factor. The results of the quiz were used to detect the changes that occur on the students after implementing the methods of exercise for two times. While the results of the remedial test were used to compare the results the remedial program that used the exercise method.

(4)

of trigonometric ratios, and determining the positive or negative sign on the value in a particular quadrant of trigonometric ratio; 2) application of the exercise methods that were accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on the topic of trigonometry shows that the learning achievement of the students increase. On the diagnostic tests that were conducted in the early stage of research, the four subjects of the research obtained average grade 72,25. Whereas at this stage of the evaluation, in the student learning achievement, the four subjects obtained an average grade of 91. From the acquisition of these data it can be concluded that the implementation of the exercise method was able to overcome the learning difficulties of the students on trigonometry.

(5)

PENERAPAN METODE LATIHAN PADA MATERI

TRIGONOMETRI DALAM UPAYA MENGATASI

KESULITAN BELAJAR SISWA: STUDI KASUS SISWA

KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 3 CILACAP TAHUN AJARAN

2014/2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progran Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Prapti Mahayuningsih

NIM. 111414080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(6)

i

PENERAPAN METODE LATIHAN PADA MATERI

TRIGONOMETRI DALAM UPAYA MENGATASI

KESULITAN BELAJAR SISWA: STUDI KASUS SISWA

KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 3 CILACAP TAHUN AJARAN

2014/2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progran Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Prapti Mahayuningsih

NIM. 111414080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(7)
(8)
(9)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Ketika kita bersyukur, kita harus ingat

bahwa apresiasi tertinggi adalah

bukan sekadar kata-

kata, tapi hidup dengan rasa syukur itu.”

(John F. Kennedy)

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karyaku kepada:

TuhanYesus Kristus atas segala rahmat, anugerah, dan bimbingan-Mu

Bunda Maria atas penyertaan-Mu selama ini

Orang tuaku, Bapak Imam Udiantoro, S.E. dan Ibu Endah Budi Putriningsih

Aa’ku Prasetyo Budi Utomo, S.T. dan istri Mbak Desi Windyastuti, S.Si.

Ponakanku Raissa Zhafira Utomo

Kakakku Retno Asih Wulandari, S.E.

Adikku Wahyu Murdianingsih

Serta semua sahabat dan teman-temanku

(10)
(11)
(12)

vii

ABSTRAK

Prapti Mahayuningsih. 2015. Penerapan Metode Latihan pada

Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap

Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri dan (2) mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Subyek penelitian ini adalah empat siswa dari kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang memperoleh nilai terendah pada tes penelaahan status. Pengumpulan data dilakukan dengan tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, tes hasil belajar, dan wawancara dengan guru maupun siswa. Tes penelaahan status berupa tes pilihan ganda, sedangkan tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar berupa tes uraian. Wawancara dilakukan setelah tes diagnostik dan tes hasil belajar. Hasil dari tes diagnostik dan wawancara dianalisis, ditranskrip, dan dideskripsikan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor penyebabnya. Hasil kuis digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada siswa setelah diterapkannya metode latihan pada bimbingan belajar yang telah dilakukan selama dua kali. Sedangkan hasil tes hasil belajar digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan. Pelaksanaan bimbingan belajar dengan menerapkan metode latihan dilakukan pada tahap remediasi sebanyak empat kali, yaitu dua kali setelah tes diagnostik dan dua kali setelah kuis.

(13)

viii

menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu, mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun, dan mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal; sedangkan pada S4: penggunaan teorema Pythagoras dalam menyelesaikan soal, menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan nilai perbandingan trigonometri, dan menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu; 2) penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa. Nilai tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar yang diperoleh oleh S1 masing yaitu 30, 86, 88, dan 90. Sedangkan yang diperoleh S2 masing-masing yaitu 55, 89, 91, dan 94. S3 memperoleh nilai masing-masing-masing-masing 50, 57, 83, dan 92. Sedangkan S4 memperoleh nilai masing-masing yaitu 50, 57, 71, dan 88. Pada tes diagnostik yang dilakukan di awal tahap penelitian, keempat subyek penelitian memperoleh rata-rata nilai 72,25. Sedangkan pada tahap evaluasi, yaitu tes hasil belajar siswa, keempat subyek memperoleh rata-rata nilai 91. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi trigonometri.

(14)

ix

ABSTRACT

Prapti Mahayuningsih. 2015. The Implementation of The Exercise

Method in the Topic of Trigonometry to Overcome

Student’s

Learning Difficulties: A Case Study of Grade X MIA 2 Students of

SMA N 3 Cilacap in the Academic Year 2014/2015. Undergraduate

Thesis. Mathematics Education Study Program, Department

of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher

Training and Education Science, Sanata Dharma University,

Yogyakarta.

This research aimed to (1) find out the location of the learning difficulties of students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry and (2) find out the impact of the application of tutoring methods that are accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry. The research method used was descriptive qualitative and quantitative.

The subjects of the study were four students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap that had the lowest grade on the status review test. Data collection was done using status review test, diagnostic test, quiz, remedial test, and interviews with teacher as well as students. Status review test was in the form of multiple choice tests, while diagnostic tests, quiz, and the remedial test were in the form of essay test. The interviews were conducted after the diagnostic test and the remedial test. The results of the diagnostic tests and the interview were transcribed, analyzed, and described to find out the layout of the difficulty of the students and the contributing factor. The results of the quiz were used to detect the changes that occur on the students after implementing the methods of exercise for two times. While the results of the remedial test were used to compare the results the remedial program that used the exercise method.

(15)

x

of trigonometric ratios, and determining the positive or negative sign on the value in a particular quadrant of trigonometric ratio; 2) application of the exercise methods that were accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on the topic of trigonometry shows that the learning achievement of the students increase. On the diagnostic tests that were conducted in the early stage of research, the four subjects of the research obtained average grade 72,25. Whereas at this stage of the evaluation, in the student learning achievement, the four subjects obtained an average grade of 91. From the acquisition of these data it can be concluded that the implementation of the exercise method was able to overcome the learning difficulties of the students on trigonometry.

(16)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan limpahan

rahmat-Nya penyusunan skrpsi yang berjudul “Penerapan Metode Latihan pada

Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa: Studi Kasus

Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran 2014/2015” ini dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa proses penuntasan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mendorong peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Supangat, S.Pd., M.M. selaku Kepala SMA Negeri 3 Cilacap yang telah

memberi kesempatan peneliti untuk melakukan observasi dan penelitian.

4. Bapak Joko Budi Santosa, S.Pd. selaku guru pembimbing matematika kelas X

MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang telah memberikan kesempatan melakukan

penelitian, membimbing, serta membantu peneliti selama penelitian

(17)

xii

5. Siswa-siswi kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap, khususnya

keempat subyek penelitian, yang telah bekerjasama selama penelitian

berlangsung.

6. Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah mendidik dan membagi pengetahuan serta pengalaman

yang sangat bermanfaat.

7. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan dan kerjasamanya

selama penulis menempuh kuliah hingga selesainya skripsi ini.

8. Bapak dan Ibuku tercinta, Imam Udiantoro, S.E., dan Endah Budi Putriningsih,

atas segala dorongan, semangat, doa, cinta, dan kasih sayang yang diberikan

selama ini.

9. Kakak-kakakku, Prasetyo Budi Utomo, S.T. dan Retno Asih Wulandari, S.E.

atas segala pengalaman, semangat, dan nasihat yang diberikan.

10.Adikku, Wahyu Murdianingsih, atas segala dorongan dan semangat yang

diberikan.

11.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2011 dan teman-teman satu

kelompok bimbingan, serta sahabatku Yoanna Krisnawati. Terima kasih atas

kerjasama, bantuan, dan semangatnya selama ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

(18)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Pembatasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

(19)

xiv

B. Pengertian Prestasi Belajar ... 11

C. Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika ... 12

D. Langkah-langkah/Tahap-tahap dalam Proses Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar... 17

E. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar ... 18

F. Prosedur Remediasi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar ... 23

G. Metode Latihan ... 26

H. Trigonometri ... 31

I. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Obyek Penelitian ... 41

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Bentuk Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 43

H. Validitas Soal... 49

I. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 52

(20)

xv

B. Deskripsi Sekolah yang Digunakan untuk Lokasi Penelitian... 55

C. Gambaran Pembimbingan Belajar yang Dilaksanakan ... 56

D. Pelaksanaan Penelitian di Sekolah ... 58

E. Hasil Penelitian ... 67

F. Analisis Data dan Pembahasan ... 71

G. Rangkuman Hasil Analisis dan Pembahasan ... 125

H. Keterbatasan Penelitian ... 126

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(21)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Amplitudo, dan Periode pada

Grafik Fungsi Trigonometri... 37

Tabel 2. Aturan Persamaan Trigonometri Sederhana ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Penelaahan Status Berdasarkan Sub Pokok Bahasan ... 44

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 46

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 48

Tabel 6. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian ... 60

Tabel 7. Hasil Tes Penelaahan Status Subyek Penelitian ... 67

Tabel 8. Hasil Tes Diagnostik Subyek Penelitian ... 68

Tabel 9. Hasil Kuis Subyek Penelitian ... 68

Tabel 10. Hasil Tes Hasil Belajar Subyek Penelitian ... 69

(22)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segitiga siku-siku ... 32

Gambar 2. Segitiga siku-siku ... 33

Gambar 3. Nilai Perbandingan Trigonometri di Setiap Kuadran ... 35

Gambar 4. Hasil pengerjaan S1 nomor 1 pada Tes Penelaahan Status ... 72

Gambar 5. Hasil pengerjaan S1 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 72

Gambar 6. Hasil pengerjaan S1 nomor 3 pada Tes Penelaahan Status ... 73

Gambar 7. Hasil pengerjaan S1 nomor 6 pada Tes Penelaahan Status ... 73

Gambar 8. Hasil pengerjaan S1 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 73

Gambar 9. Hasil pengerjaan S1 nomor 16 pada Tes Penelaahan Status ... 73

Gambar 10. Hasil pengerjaan S1 nomor 5 pada Tes Penelaahan Status ... 74

Gambar 11. Hasil pengerjaan S1 nomor 7 pada Tes Penelaahan Status ... 74

Gambar 12. Hasil pengerjaan S1 nomor 11 pada Tes Penelaahan Status ... 74

Gambar 13. Hasil pengerjaan S1 nomor 10 pada Tes Penelaahan Status ... 75

Gambar 14. Hasil pengerjaan S1 nomor 12 pada Tes Penelaahan Status ... 75

Gambar 15. Hasil pengerjaan S1 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 75

Gambar 16. Hasil pengerjaan S1 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 75

Gambar 17. Hasil pengerjaan S1 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 76

Gambar 18. Hasil pengerjaan S1 nomor 20 pada Tes Penelaahan Status ... 76

Gambar 19. Hasil pengerjaan S1 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 77

Gambar 20. Hasil pengerjaan S1 nomor 17 pada Tes Penelaahan Status ... 77

Gambar 21. Hasil pengerjaan S1 nomor 3 pada Tes Diagnostik ... 78

(23)

xviii

Gambar 23. Hasil pengerjaan S1 nomor 5a pada Kuis ... 79

Gambar 24. Hasil pengerjaan S1 nomor 2 pada Kuis ... 80

Gambar 25. Hasil pengerjaan S1 nomor 5c pada Kuis ... 80

Gambar 26. Hasil pengerjaan S1 nomor 6c pada Kuis ... 80

Gambar 27. Hasil pengerjaan S1 nomor 9 pada Tes Hasil Belajar ... 81

Gambar 28. Hasil pengerjaan S1 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 82

Gambar 29. Hasil pengerjaan S1 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 82

Gambar 30. Hasil pengerjaan S2 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 85

Gambar 31. Hasil pengerjaan S2 nomor 10 pada Tes Penelaahan Status ... 85

Gambar 32. Hasil pengerjaan S2 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 86

Gambar 33. Hasil pengerjaan S2 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 86

Gambar 34. Hasil pengerjaan S2 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 86

Gambar 35. Hasil pengerjaan S2 nomor 20 pada Tes Penelaahan Status ... 87

Gambar 36. Hasil pengerjaan S2 nomor 5 pada Tes Penelaahan Status ... 87

Gambar 37. Hasil pengerjaan S2 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 88

Gambar 38. Hasil pengerjaan S2 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 88

Gambar 39. Hasil pengerjaan S2 nomor 5a pada Tes Diagnostik... 89

Gambar 40. Hasil pengerjaan S2 nomor 5a pada Kuis ... 90

Gambar 41. Hasil pengerjaan S2 nomor 6a pada Kuis ... 90

Gambar 42. Hasil pengerjaan S2 nomor 1 pada Kuis ... 91

Gambar 43. Hasil pengerjaan S2 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 92

Gambar 44. Hasil pengerjaan S2 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 92

(24)

xix

Gambar 46. Hasil pengerjaan S3 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 95

Gambar 47. Hasil pengerjaan S3 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 95

Gambar 48. Hasil pengerjaan S3 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 96

Gambar 49. Hasil pengerjaan S3 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 96

Gambar 50. Hasil pengerjaan S3 nomor 19 pada Tes Penelaahan Status ... 97

Gambar 51. Hasil pengerjaan S3 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 97

Gambar 52. Hasil pengerjaan S3 nomor 7 pada Tes Penelaahan Status ... 98

Gambar 53. Hasil pengerjaan S3 nomor 5a pada Tes Diagnostik... 99

Gambar 54. Hasil pengerjaan S3 nomor 5b pada Tes Diagnostik ... 99

Gambar 55. Hasil pengerjaan S3 nomor 5 pada Tes Kuis ... 100

Gambar 56. Hasil pengerjaan S3 nomor 3 pada Tes Kuis ... 101

Gambar 57. Hasil pengerjaan S3 nomor 4 pada Tes Kuis ... 101

Gambar 58. Hasil pengerjaan S3 nomor 10A pada Tes Hasil Belajar ... 102

Gambar 59. Hasil pengerjaan S3 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 103

Gambar 60. Hasil pengerjaan S4 nomor 1 pada Tes Penelaahan Status ... 105

Gambar 61. Hasil pengerjaan S4 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 105

Gambar 62. Hasil pengerjaan S4 nomor 4 pada Tes Penelaahan Status ... 106

Gambar 63. Hasil pengerjaan S4 nomor 12 pada Tes Penelaahan Status ... 106

Gambar 64. Hasil pengerjaan S4 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 106

Gambar 65. Hasil pengerjaan S4 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 106

Gambar 66. Hasil pengerjaan S4 nomor 6 pada Tes Penelaahan Status ... 107

Gambar 67. Hasil pengerjaan S4 nomor 11 pada Tes Penelaahan Status ... 107

(25)

xx

Gambar 69. Hasil pengerjaan S4 nomor 3 pada Tes Diagnostik ... 108

Gambar 70. Hasil pengerjaan S4 nomor 4 pada Tes Diagnostik ... 108

Gambar 71. Hasil pengerjaan S4 nomor 5 pada Tes Diagnostik ... 109

Gambar 72. Hasil pengerjaan S4 nomor 1 pada Kuis ... 110

Gambar 73. Hasil pengerjaan S4 nomor 5 pada Kuis ... 110

Gambar 74. Hasil pengerjaan S4 nomor 3A pada Tes Hasil Belajar ... 112

Gambar 75. Hasil pengerjaan S4 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 112

Gambar 76. Hasil pengerjaan S4 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 112

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang kerap terjadi pada lembaga pendidikan

(sekolah) yaitu kesulitan belajar yang dialami oleh siswa-siswanya. Kesulitan

belajar pada tiap siswa tidaklah sama karena masing-masing siswa memiliki

cara belajar yang berbeda-beda. Kesulitan belajar yang dialami siswa

mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa. Keberhasilan hasil belajar

siswa dapat dilihat antara lain dari pemahaman dan nilai siswa pada materi

mata pelajaran yang dipelajari.

Menurut Marpaung, belajar matematika berarti mempelajari struktur.

Mempelajari struktur berarti ada kaitannya dengan nama-nama unsur dan

hubungan antar unsur. Materi-materi ajar yang dipelajari dari buku-buku ajar

ternyata sangat abstrak bagi siswa-siswa di Indonesia sehingga mereka sulit

memahaminya. Akhirnya mereka hanya menghafalkan konsep-konsep,

sifat-sifat, aturan-aturan tanpa memahaminya dan mereka tidak melihat maknanya

(Marpaung, 2001). Kenyataan ini mengakibatkan pemahaman siswa cenderung

dangkal pada materi pelajaran matematika yang mereka pelajari.

Kesulitan belajar pada siswa harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut

(27)

besar. Salah satu kesulitan belajar siswa pada tiap sekolah yaitu kesulitan

belajar pada mata pelajaran matematika. Kesulitan belajar siswa dalam mata

pelajaran matematika harus segera diatasi karena materi pada matematika

saling berhubungan atau memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Salah satu

kesulitan siswa dalam pelajaran matematika yaitu siswa kurang dapat

memahami materi. Di samping itu, tidak sedikit dari mereka yang jarang

mengerjakan soal matematika. Hal ini mengakibatkan siswa kebingungan

dalam langkah-langkah pengerjaan soal pada materi tertentu. Untuk

mengatasinya, guru harus mengetahui secara tepat letak kesulitan siswa untuk

kemudian guru membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang

dihadapinya.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya

(Slameto, 2010:2). Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak

sekadar mengamati namun juga terlibat langsung dalam perbuatan dan

bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Mengembangkan metode pengajaran merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kualitas belajar siswa. Metode dalam proses belajar mengajar

merupakan alat untuk mencapai tujuan. Perumusan tujuan dengan

sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum seorang guru menentukan dan

memilih metode mengajar yang tepat. Selain itu pendidik juga dituntut untuk

(28)

menguasai metode secara teoritis tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih

metode yang tepat untuk bisa mengoperasionalkan secara baik (Zuhairini

Abdul Ghofir, 1983:79).

Pandangan para ahli menunjukkan bahwa keterlibatan siswa secara

langsung dalam proses belajar berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus

dilakukan oleh siswa secara aktif. Metode latihan adalah suatu cara mengajar

dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki

ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari

(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswa Zain, 2010:95).

Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak jarang kita temukan siswa

yang tidak memahami materi yang dibahas di kelas. Karena hal itu, siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan beberapa soal. Padahal, perhatian

guru di kelas harus terpecah kepada banyak anak. Permasalahan tersebut juga

terjadi di SMA Negeri 3 Cilacap. Salah satu materi yang menimbulkan

kesulitan belajar siswa adalah materi trigonometri. Berdasarkan pengamatan

pembelajaran matematika di kelas X MIA 2, guru sudah menjalankan tugasnya

dengan sangat baik. Sering kali guru berkeliling untuk memastikan

pemahaman masing-masing siswa. Guru juga berusaha menciptakan suasana

belajar yang interaktif. Setiap ada siswa yang mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal, guru membantu siswa tersebut secara langsung atau

(29)

mampu memecahkan soal itu, guru akan kembali menjelaskannya di depan

kelas.

Ketika guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal

yang belum mereka pahami pada materi yang sedang dibahas, hanya sedikit

siswa saja yang berani untuk bertanya. Padahal tidak sedikit siswa yang

sebenarnya belum sepenuhnya memahami materi tersebut. Alasan mereka

tidak berani bertanya pun bermacam-macam, seperti malu atau bingung dalam

mengungkapkannya. Selain itu, permasalahan lain yang timbul dari diri siswa

yaitu kurangnya frekuensi mereka dalam mengulang kembali pelajaran yang

mereka dapatkan di sekolah. Di rumah, mereka jarang meluangkan waktu

untuk belajar dan berlatih soal.

Melihat keadaan tersebut, peneliti merasa perlu adanya pembimbingan

secara personal bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penanganan

kesulitan belajar siswa melalui tahap-tahap diagnosis dan remediasi diharapkan

mampu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga

mampu mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Peneliti berpendapat bahwa

bimbingan belajar yang disertai metode latihan dalam tahap remediasi

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu siswa

mengatasi kesulitan belajarnya. Metode latihan merupakan metode yang

memperkuat dan memperluas atau memperdalam materi yang diberikan.

Dalam metode latihan ini, siswa dilatih untuk mengerjakan latihan soal secara

mandiri dan siswa terjun langsung dalam pergulatan pemikiran. Karena itu,

(30)

Latihan pada Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran

2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

menyusun pertanyaan sebagai berikut:

1. Di manakah letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3

Cilacap pada materi trigonometri?

2. Bagaimana dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan

metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA

2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui letak kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3

Cilacap pada materi trigonometri.

2. Untuk mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai

dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas

(31)

D. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan siswa adalah empat siswa

kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap tahun ajaran 2014/2015, yaitu

subyek 1 (S1), subyek 2 (S2), subyek 3 (S3), dan subyek 4 (S4).

2. Materi pelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi trigonometri.

3. Banyak faktor yang mungkin dapat membantu mengatasi kesulitan belajar

siswa. Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah pengaruh

penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam

membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.

4. Hasil belajar siswa adalah meningkatnya pemahaman dan prestasi belajar

siswa setelah diterapkannya bimbingan belajar yang disertai metode

latihan.

E. Pembatasan Istilah

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungannya (Slameto, 2010). Dalam belajar melalui pengalaman

(praktek) langsung, siswa tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus

menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab

(32)

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari

proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan

bahasa ujaran atau tulisan (Mulyono Abdurrahman, 2009).

3. Metode Latihan

Metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa

melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan

atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari (Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain, 2010).

4. Hasil Belajar/Prestasi Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar

dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan (Soedijarto, 1997:49).

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Calon Guru

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi

para calon guru dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

2. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu guru dalam memilih metode

(33)

3. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memberi pengalaman baru tentang metode

yang mudah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari

dan memahami materi matematika serta melatih siswa untuk aktif dalam

belajar mandiri mengerjakan soal-soal latihan.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak penerapan bimbingan

belajar dengan metode latihan sehingga kelak saat menjadi guru, peneliti

(34)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Keberhasilan siswa mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengikuti

kegiatan pendidikan tidak lain dipengaruhi oleh kemauan dari dalam diri siswa

sendiri untuk mau belajar dan berusaha, selain juga dipengaruhi lingkungan

dan orang-orang disekitarnya. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat

mengenai belajar. Diantaranya adalah W. S. Winkel (1995:53) dalam bukunya

yang berjudul ”Psikologi Pengajaran”, mengatakan bahwa belajar adalah suatu

aktivitas mental/fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat secara

relatif konstan dan berbekas.

Kemudian, Supartinah Pakasi (1981:41) dalam buku “Anak dan

Perkembangannya”, mengatakan pendapatnya antara lain: 1) belajar

merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) belajar berarti

mengalami; 3) belajar berarti berbuat; 4) belajar berarti suatu aktivitas yang

bertujuan; 5) belajar memerlukan motivasi; 6) belajar memerlukan kesiapan

pada pihak anak; 7) belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan

8) belajar bersifat integritas.

Menurut Gagne (1977) yang dikutip oleh Suyono dan Hariyanto dalam

(35)

belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan

kecenderungan manusia seperti sikap, minat atau nilai, dan perubahan

kemampuannya yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai

jenis kinerja.

Menurut Skinner (Dimyanti dan Mudjiono, 1999) belajar adalah suatu

perilaku pada saat orang belajar maka menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia

tidak belajar maka responnya menurun.

Ronald Gross (1991, dalam Suyono dan Hariyanto (2011)) telah

mengidentifikasi 6 mitos tentang belajar, antara lain:

a. Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan

sekolah.

c. Pembelajar harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru.

d. Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru.

e. Belajar harus sistematis, logis, dan terencana.

f. Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.

Mitos semacam itu timbul karena dilandasi fakta, banyak praktik

pembelajaran di sekolah yang menunjukkan pelaksanaan hal-hal tersebut. Oleh

sebab itu, harus diciptakan suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara

aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

(36)

lingkungannya (Slameto, 2010:2). Dalam belajar melalui pengalaman

(praktek) langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus menghayati,

terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

B. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

hingga seberapa jauh kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian untuk

menyelesaikan soal-soal dengan baik. Sejauh apa anak memperoleh hasil dari

suatu pekerjaan yang dilakukan itu yang disebut dengan prestasi. Ada yang

berpandangan bahwa prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari

dua kata, yakni ”prestasi” dan ”belajar”. Antara kata ”prestasi” dan ”belajar”

mempunyai arti yang berbeda. ”prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi

tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.

Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang

dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus

dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah

yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah

pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja (Syaiful Bahri

Djamarah, 1994:20).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:1101), prestasi belajar

diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

(37)

atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil yang

dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf

kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu,

sesuai kurikulum yang telah ditentukan.

Kemampuan belajar siswa memegang peranan besar terhadap tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa, semakin tinggi kemampuan belajar maka

semakin besar kemungkinan untuk berhasil di jenjang itu dengan taraf

keberhasilan/prestasi yang semakin tinggi pula (Winkel, 2007:162).

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

ukuran kemampuan siswa yang dilihat dari penguasaan atau pemahaman siswa

pada materi yang diberikan. Sedangkan nilai yang diperoleh dijadikan tolok

ukur penguasaan atau pemahaman siswa pada materi yang diberikan.

C. Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena

merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti

halnya bahasa, mambaca, dan menulis; kesulitan belajar matematika harus

diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah

karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai

(Muyono Abdurrahman, 2009:251).

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis)

(38)

memandang adanya keterkaitan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar

matematika yang berat oleh Kirk (1962:10) disebut akalkulia (acalculia).

Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakterisktik anak berkesulitan

belajar matematika, salah satunya yaitu kesulitan dalam bahasa dan membaca.

Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johnson &

Myklebust, 1967:244). Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa berpengaruh

terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang

berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh

karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami

kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita

tertulis.

Informasi tentang kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat

diketahui melalui asesmen informasi dan formal. Dalam kasus tertentu

mungkin diperlukan pemakaian kedua jenis asesmen, tetapi dalam kasus lain

mungkin cukup dengan asesmen informal (Mulyono Abdurrahman, 2009:265).

a. Asesmen Informal

Para ahli di bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar

umumnya mempercayai bahwa asesmen informal merupakan cara terbaik

untuk memperoleh informasi tentang kemampuan anak dalam bidang studi

matematika. Berbagai observasi terhadap perilaku anak sehari-hari dalam

bidang studi matematika, kinerja anak dalam menyelesaikan pekerjaan

(39)

pelajaran dapat menyajikan informasi sebagai dasar pemberian pelayanan

pengajaran remedial.

Berikut ini dikemukakan tiga jenis asesmem informal (Mulyono

Abdurrahman, 2009:266):

1) Inventori

Suatu tes informal dalam bentuk inventori dapat dibuat oleh guru

untuk mengukur keterampilan anak dalam bidang studi matematika

secara cepat. Begitu ditemukan adanya kesulitan, suatu tes diagnostik

yang lebih ekstensif dapat diberikan kepada anak.

2) Asesmen yang Didasarkan atas Kurikulum

Prosedur infornal asesmen yang didasarkan atas kurikulum

merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk mengukur kemajuan

belajar matematika. Asesmen yang didasarkan atas kurikulum terkait

langsung dengan yang diajarkan oleh guru di kelas.

Zigmond et al. (Lerner, 1988:444) merekomendasikan adanya 12

langkah strategi asesmen yang didasarkan atas kurikulum bidang studi

matematika yang dapat membimbing para guru dari keputusan

melakukan asesmen rancangan pembelajaran. Langkah-langkah

tersebut adalah:

a) Memutuskan apa yang diukur.

b) Memilih atau mengembangkan suatu hirarki keterampilan.

c) Memutuskan di mana memulai.

(40)

e) Melaksanakan tes.

f) Mengadministrasikan tes.

g) Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja.

h) Menganalisis temuan dan meringkas hasil.

i) Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang

akan diperiksa.

j) Memeriksa.

k) Melengkapi catatan dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran

khusus.

l) Melaksanakan pembelajaran.

m) Memutakhirkan informasi asesmen.

Faktor penting dalam metode ini adalah pemeriksanan. Pada mulanya

guru memberikan tes informal yang bersifat umum untuk mengetahui

kemampuan anak secara keseluruhan. Selanjutnya, guru merancang

suatu instrumen pemeriksaan informal yang lebih khusus dari bidang

kesulitan yang ditemukan. Sebagai contoh, pada mulanya guru

melakukan survai atau tes informal umum tentang penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian yang menggunakan bilangan

bulat, pecahan, dan desimal. Jika siswa menunjukkan adanya

kesulitan dengan soal-soal pembagian, guru melakukan pemeriksaan

yang diarahkan pada bidang khusus pembagian tersebut. Dengan

(41)

3) Menganalisis Kekeliruan Siswa

Guru yang mengajar anak berkesulitan belajar matematika

hendaknya mampu menditeksi berbagai kekeliruan siswa. Dengan

demikian, pembelajaran dapat diarahkan pada perbaikan

kekeliruan-kekeliruan tersebut. Guru harus memerikasa pekerjaan siswa dan

meminta sisswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan

pemecahan seperti itu. Guru juga perlu melakukan observasi terhadap

cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan perbaikan terhadap

kekeliruan tersebut.

b. Asesmen Formal

Instrumen formal mencakup tes yang bersifat umum untuk digunakan

dalam kelompok dan yang digunakan secara individual (Mulyono

Abdurrahman, 2009:272).

1) Tes Kelompok Baku

Instrumen formal yang berupa tes baku yang digunakan dalam

kelompok perlu lebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

2) Tes Klinis Individual

Tes klinis individual dirancang untuk diberikan kepada seorang siswa

(42)

D. Langkah-Langkah/Tahap-Tahap dalam Proses Diagnosis dan Remediasi

Kesulitan Belajar

Sebelum mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, hendaknya

mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesulitan siswa. Dengan mengikuti langkah-langkah diagnosis dan remediasi

secara teratur/sistematis, mendiagnosa dan memecahkan masalah secara teliti

dapat berhasil. Menurut Partowisastro dan Hadisuparto (1984:35-37) dalam

bukunya yang berjudul “Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar”,

langkah-langkah diagnosa dan pemecahan masalah ini terdiri atas tiga tahap

pokok, yaitu:

1. Tahap I, yaitu penelaahan status (Status Assessment)

Tahap ini merupakan tahap identifikasi siswa yang mengalami kesulitan

belajar. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara apa yang diharapkan

dengan apa yang dicapai siswa secara nyata. Apabila semakin banyak

bidang-bidang di mana siswa yang bersangkutan mengalami kekurangan

dan makin besar kekurangan itu, maka makin beratlah kesulitan belajar

yang dialami siswa tersebut.

2. Tahap II, yaitu perkiraan sebab (Cause Estimation)

Tahap ini merupakan tahap perkiraan sebab atau alasan yang mendasari

(43)

3. Tahap III, yaitu pemecahan kesulitan dan penilaiannya (Treatment and

Treatment Evaluation)

Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari

kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Atau apabila sebab itu tidak dapat

disembuhkan, hal ini dapat menjadi tahap untuk memberikan bantuan

kepada siswa tersebut dalam belajar yang sesuai dengan sebabnya.

E. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut Entang (1984), langkah-langkah pokok prosedur dan tehnik diagnosis

kesulitan belajar yaitu:

1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

a. Menandai siswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami

kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang

sifatnya lebih khusus dalam pelajaran tertentu. Caranya adalah dengan

membandingkan kriteria tingkat ketuntasan penguasaan yang telah

ditetapkan sebelumnya untuk suatu mata pelajaran.

b. Tehnik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain dengan

jalan:

1) Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik

kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau

dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang

dituntut (PAP).

(44)

3) Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar.

4) Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas

bimbingan.

5) Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial

psikologi yang terdapat pada para siswa.

2. Melokalisasikan letak kesulitan atau permasalahan

a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu

Langkah ini dilakukan dengan jalan membandingkan angka nilai

prestasi individu yang bersangkutan dari semua mata pelajaran yang

diikutinya, atau nilai rata-rata prestasi (mean) dari setiap mata

pelajaran. Maka dengan mudah kita akan menemukan pada mata

pelajaran manakah individu mengalami kesulitan.

b. Menditikdi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup

bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi.

Seperti yang dikatakan oleh Burton, pada langkah ini pendekatan

yang paling tepat seyogyanya menggunakan tes diagnostik. Tes

diagnostik pada hakekatnya adalah tes prestasi belajar.

c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar

Hasil analisa empiris terhadap catatan keterlambatan

penyelesaian tugas/soal, ketidakhadiran (absensi), kurang aktif dan

partisipasi, kurang penyesuaian sosial (sosiometris), sudah cukup jelas

(45)

3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami

kesulitan

Pada garis besarnya, sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri,

antara lain disebabkan oleh:

1) Kelemahan mental, faktor kesehatan, intelegensi, atau

kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui tes

tertentu.

2) Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, karena sakit,

dan sebagainya.

3) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan

pelajaran-pelajaran tertentu.

4) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang

dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan

timbulya hambatan atau kesulitan, antara lain meliputi:

1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa

untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar

secara aktif).

2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

(46)

4) Beban studi yang terlampau berat.

5) Metode belajar yang kurang memadai.

6) Sering pindah sekolah.

7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.

8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas

belajar.

Untuk mengenal semua faktor-faktor tersebut, dapat dipergunakan

berbagai cara dan alat, antara lain:

1) Tes kecerdasan.

2) Tes bakat khusus.

3) Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara

sederhana bisa dibuat oleh guru.

4) Inventori.

5) Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.

6) Mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di

luar kelas.

7) Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua

atau teman-temannya bila dipandang perlu.

4. Perkiraan kemungkinan

Setelah menelaah letak kesulitan, jenis dan sifat kesulitan dengan latar

belakangnya, dan faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita dapat

(47)

a. Apakah siswa tersebut masih bisa ditolong untuk mengatasi

kesulitannya atau tidak.

b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan

tersebut.

c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan.

d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan.

e. Bagaimana cara menolongnya agar dapat dilaksanakan secara efektif.

f. Siapa saja yang harus diikutsertakan dalam menolong siswa tersebut.

5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya

Pada langkah ini disusun beberapa alternatif rencana yang dapat

dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.

Rencana ini berisi:

a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang

dialami siswa tersebut.

b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.

Rencana tersebut sebaiknya didiskusikan atau dikomunikasikan

dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan dan diperkirakan

akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan.

6. Tindak lanjut

Kegiatan ini berupa kegiatan remedial yang diperkirakan paling tepat

dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan ini

(48)

a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial

untuk mata pelajaran tertentu.

b. Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu dalam memberikan

bantuan kepada siswa.

c. Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa.

Pendapat Koestoer Partowisastro dan Hadisuparto (1984) dan Entang

(1984) tentang langkah-langkah diagnosis dan remediasi di atas sesuai

juga dengan pendapat Mulyono Abdurrahman (2009) yang menyebutkan

bahwa pada diagnosis dan remediasi harus ada langkah-langkah

menentukan letak kesulitan siswa dan memperkirakan penyebab terjadinya

kesulitan belajar siswa.

F. Prosedur Remediasi Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar

1. Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis

kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi dengan kegiatan

diagnosis. Dalam melaksanakannya, seorang guru dituntut untuk:

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih

definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang

dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor

(49)

atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus

diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya.

b. Alternatif tindakan

Kegiatan ini dapat berupa:

1) Disuruh mengulang bahan yang telah diberikan dengan

memberikan petunjuk.

2) Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan

kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan

mempunyai tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional

maupun efek pengiring.

c. Evaluasi pengajaran remedial

Pada akhir kegiatan pengajaran remedial hendakya dilakukan evaluasi

kembali (re-evaluasi) sampai sejauh mana pengajaran remedial

tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling utama

adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan,

misalnya 75% taraf penguasaan (level of mastery). Bila ternyata masih

belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali diagnosis (

re-diagnosis), prognosis, dan pengajaran remedial berikutnya. Dan

(50)

2. Pendekatan Pengajaran Remedial

Ada tiga pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengajaran remedial,

yaitu:

a. Pendekatan Pencegahan (preventive)

Dari hasil pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah

akan dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan

mengalami hambatan dalam proses belajar mengajarnya. Oleh karena

itu, guru hendaknya menciptakan kondisi/situasi belajar yang nyaman

sedemikian rupa untuk meminimalisir hambatan-hambatan tersebut.

b. Pendekatan Penyembuhan (curative)

Pendekatan penyembuhan diberikan kepada siswa yang sudah nyata

mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Gejala yang terlihat yaitu prestasinya yang sangat rendah

dibandingkan dengan teman-temannya dan jauh dari kriteria tingkat

keberhasilan yang telah ditetapkan.

c. Pendekatan Perkembangan (developmental)

Pendekatan ini menuntut upaya guru untuk sangat memperhatikan

kegiatan siswa secara terus-menerus. Setiap ada hambatan yang

muncul, segera mungkin guru membicarakannya dengan siswa untuk

mencari alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan secara

terus-menerus sehingga guru dapat mengetahui perkembangan siswanya

(51)

G. Metode Latihan

Menurut Tiurlina, dalam modulnya yang berjudul “Metode Pembelajaran

Matematika Bermain Sambil Belajar dan Penemuannya dalam Matematika”,

menyatakan pembelajaran matematika tradisional (lama) untuk melatih otak

bersifat latihan. Hal ini didasari doktrin disiplin formal, dimana yang lebih

diutamakan adalah proses latihan dari pada bahan yang diajarkan. Karena itu

bahan atau materi yang diajarkan bukanlah merupakan suatu persoalan, baik

isi maupun pendekatannya.

Pada abad ke 20, latihan otak itu diganti oleh teori pengaitan dari E.

Thorndike. Menurut teori ini, dalam proses pembelajaran harus terdapat dua

hal yang saling terkait satu sama lain yaitu stimulus dan respon. Sehingga pada

akhirnya diperoleh penguasaan atau pemahaman terhadap materi yang

dipelajari.

Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar. Salah satunya yaitu

Law of Exercise (Dalil/Hukum Latihan Atau Pembiasaan). Dalil/hukum ini

menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus

menerus dilatih atau diulang. Sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan

semakin melemah jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan

(http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/30/konsep-stimulus-respon-el-thorndike-652676.html).

1. Pengertian Metode Latihan

Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan

(52)

yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan,

ketepatan, kesempatan, dan ketrampilan (Syaiful Bahri Djamarah dan

Aswan Zain, 1996:108). Pengertian metode latihan menurut beberapa

pendapat memiliki arti sebagai berikut:

1. Roestiyah N. K. (1985:125) mengatakan bahwa metode latihan adalah

suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa

melakukan kegiatan latihan, sehingga siswa memiliki ketangkasan dan

keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

2. Zuhairini (1983:106) mengatakan bahwa metode latihan adalah suatu

metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa

terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.

3. Shalahuddin (1987:100) mengatakan bahwa metode latihan adalah

suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang

dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu

keterampilan supaya menjadi permanen.

4. Nana Sudjana (1989) mengatakan bahwa metode latihan pada

umumnya digunakan untuk memperoleh suatu keterangan atau

keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

5. Winarno Surakhmad (1994:76) mengatakan bahwa metode latihan

dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan latihan

terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya

secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap

(53)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan

adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara

kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis

tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi pelaksanaannya, siswa

terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian

dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta mempraktikkannya

sehingga menjadi mahir dan terampil.

2. Bentuk-bentuk Metode Latihan

Bentuk-bentuk metode latihan dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk

teknik

(http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-drill-pengertian-prinsip-tujuan.html yang diakses pada 29 November 2014), yaitu sebagai

berikut:

1. Teknik Inquiry (kerja kelompok)

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik

untuk bekerja sama dan memecahkan masalah dengan cara

mengerjakan tugas yang diberikan.

2. Teknik Discovery (penemuan)

Teknik ini dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses

kegiatan mental melalui tukar pendapat dan diskusi.

3. Teknik Micro Teaching

Teknik ini digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai

(54)

dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan, dan

sikap sebagai guru.

4. Teknik Modul Belajar

Teknik ini digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket

belajar berdasarkan performan (kompetensi).

5. Teknik Belajar Mandiri

Teknik ini dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar

sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

3. Tujuan Penggunaan Metode Latihan

Metode latihan biasanya digunakan agar siswa:

a. Memiliki kemampuan menghafalakan kata-kata, menulis,

mempergunakan alat (Roestiyah N. K., 1985).

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,

menjumlahkan (Roestiyah N. K., 1985).

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan

yang lain (Pasaribu dan Simandjuntak, 1986).

d. Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu

yang dipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan

yang telah dipelajari dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu

(55)

4. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dalam

menggunakan metode latihan ini, yaitu (Winarno Surakhmad, 1994):

a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka

dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa

mengetahui apa yang harus dikerjakan.

c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.

e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan.

5. Kelebihan Metode Latihan

Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Mengkokohkan daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan,

kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

b. Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan

pengajaran yang baik, maka siswa menjadi lebih teliti.

c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta

langsung dari guru.

d. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalammelakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya

(56)

e. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa

yang disiplin dan yang tidak.

f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi

dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik

(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996).

g. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang (http://

pakguruonline.pendidikan.id).

6. Kelemahan Metode Latihan

Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga

tidak dapat dipungkiri bahwa metode latihan juga mempunyai kelemahan,

yaitu (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996):

a. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana

serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

b. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah guru

dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

H. Trigonometri

Trigonometri dalam Bahasa Yunani berarti pengukuran segitiga.

Trigonometri merupakan bagian dari matematika yang mempelajari hubungan

(57)

dan teorema Pythagoras biasa digunakan untuk mengembangkan konsep

trigonometri khususnya pada segitiga siku-siku.

1. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku

Trigonometri merupakan nilai perbandingan sisi-sisi pada sebuah segitiga

sembarang maupun segitiga siku-siku yang dikaitkan dengan suatu sudut.

Pada suatu segitiga siku-siku (Gambar 1) dengan titik sudut siku-siku

, panjang sisi (dalam satuan panjang) di depan titik sudut adalah ,

panjang sisi di depan titik sudut adalah , dan panjang sisi di depan titik

sudut adalah . Terhadap sudut , sisi disebut sisi yang berhadapan

dengan sudut . Begitu pula pada sudut , sisi disebut sisi yang

berhadapan dengan sudut ; sedangkan sisi disebut hipotenusa atau sisi

miring. Dari tiga besaran panjang sisi segitiga siku-siku tersebut

(yaitu , , dan ) dapat ditentukan enam buah perbandingan, yaitu

, , , , , . Didefinisikan perbandingan trigonometri suatu sudut pada

[image:57.595.99.513.205.686.2]

segitiga siku-siku (Gambar 1) sebagai berikut:

(58)

1. sin = 7. sin =

2. cos = 8. cos =

3. tan = 9. tan =

4. cosec = 10. cosec =

5. secan = 11. secan =

6. cotangen = 12. cotangen =

Berikut disajikan Gambar 2 untuk mempermudah pemahaman definisi

[image:58.595.96.505.98.642.2]

perbandingan trigonometri suatu sudut pada segitiga siku-siku.

Gambar 2. Segitiga Siku-siku

sinus sudut = � � � ℎ / � �

� � � � �/ℎ�

cosinus sudut = � � � � � / � � � �

� � � � �/ℎ�

tangen sudut = � � � ℎ / � �

� � � � � / � � � �

cosecan sudut = � � � � �/ℎ�

� � � ℎ / � �

secan sudut = � � � � �/ℎ�

(59)

cotangen sudut = � � � � � / � � � �

� � � ℎ / � �

2. Perbandingan Trigonometri di Berbagai Kuadran

Perhatikan gambar di bawah ini.

Misalkan koordinat titik , , panjang = dan ∠ = . Pada segitiga tersebut diperoleh perbandingan trigonometri sebagai

berikut: sin = , cos = , tan = .

Nilai perbandingan trigonometri di setiap kuadran (kuadran I, II, III, dan

IV) pada bidang koordinat kartesius dirumuskan sebagai berikut:

a. Kuadran I c. Kuadran III

sin = sin = −

cos = cos = −

tan = tan =

b. Kuadran II d. Kuadran IV

sin = sin = −

cos = − cos =

tan = − tan = −

(60)
[image:60.595.101.509.96.724.2]

Gambar 3. Nilai Perbandingan Trigonometri di Setiap Kuadran

2. Perbandingan Trigonometri Sudut Berelasi

a. ∆ dicerminkan terhadap garis = menghasilkan sudut ′ ′ di kuadran I. sin − = cos cos − = sin tan − = cotan

b. ∆ dicerminkan terhadap sumbu menghasilkan sudut

′ ′ di kuadran II.

sin − α = sin α cos − α = −cos α tan − α = −tan α

′ ′ =

(61)

c. ∆ dicerminkan terhadap menghasilkan sudut ′ ′ di kuadran III.

sin + = −sin cos + = −cos tan + = tan

d. ∆ dicerminkan terhadap sumbu menghasilkan sudut

′ ′ di kuadran I

Gambar

Gambar 72. Hasil pengerjaan S4 nomor 1 pada Kuis .....................................
Gambar 1. Segitiga Siku-siku ���
Gambar 2. Segitiga Siku-siku
Gambar 3. Nilai Perbandingan Trigonometri di Setiap Kuadran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan jejaring sosial dengan hasil belajar biologi siswa perempuan kelas X MIA dan XI MIA SMA Negeri ฀ Sunggal

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) letak kesulitan belajar matematika yang dialami oleh subjek, (2) penyebab kesulitan belajar matematika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ragam kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik SMA N 1 Imogiri kelas X semester 2 tahun ajaran 2014/2015 materi Animalia sub

4.1.3 Korélasi antara Makéna Basa Sapopoé jeung Kamampuh Biantara Siswa Kelas X MIA 2 SMA Pasundan 1 Bandung

Besar Ada Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Trigonometri Kelas X MIA MAN Rejotangan Tulungagung berdasarkan uji

menggunakan Lectora Inspire pada materi Trigonometri untuk meningkatkan. motivasi belajar siswa kelas X MIA MAN Wlingi yang valid, praktis,

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X MIA 4 SMA Al Islam 1 Surakarta melalui penerapan

Kunthi Ratna Kawuri. PENERAPAN COMPUTATIONAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 9 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PADA MATERI USAHA