ABSTRAK
Prapti Mahayuningsih. 2015. Penerapan Metode Latihan pada
Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap
Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri dan (2) mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Subyek penelitian ini adalah empat siswa dari kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang memperoleh nilai terendah pada tes penelaahan status. Pengumpulan data dilakukan dengan tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, tes hasil belajar, dan wawancara dengan guru maupun siswa. Tes penelaahan status berupa tes pilihan ganda, sedangkan tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar berupa tes uraian. Wawancara dilakukan setelah tes diagnostik dan tes hasil belajar. Hasil dari tes diagnostik dan wawancara dianalisis, ditranskrip, dan dideskripsikan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor penyebabnya. Hasil kuis digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada siswa setelah diterapkannya metode latihan pada bimbingan belajar yang telah dilakukan selama dua kali. Sedangkan hasil tes hasil belajar digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan. Pelaksanaan bimbingan belajar dengan menerapkan metode latihan dilakukan pada tahap remediasi sebanyak empat kali, yaitu dua kali setelah tes diagnostik dan dua kali setelah kuis.
menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu, mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun, dan mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal; sedangkan pada S4: penggunaan teorema Pythagoras dalam menyelesaikan soal, menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan nilai perbandingan trigonometri, dan menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu; 2) penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa. Nilai tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar yang diperoleh oleh S1 masing yaitu 30, 86, 88, dan 90. Sedangkan yang diperoleh S2 masing-masing yaitu 55, 89, 91, dan 94. S3 memperoleh nilai masing-masing-masing-masing 50, 57, 83, dan 92. Sedangkan S4 memperoleh nilai masing-masing yaitu 50, 57, 71, dan 88. Pada tes diagnostik yang dilakukan di awal tahap penelitian, keempat subyek penelitian memperoleh rata-rata nilai 72,25. Sedangkan pada tahap evaluasi, yaitu tes hasil belajar siswa, keempat subyek memperoleh rata-rata nilai 91. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi trigonometri.
ABSTRACT
Prapti Mahayuningsih. 2015. The Implementation of The Exercise
Method in the Topic of Trigonometry to Overcome
Student’s
Learning Difficulties: A Case Study of Grade X MIA 2 Students of
SMA N 3 Cilacap in the Academic Year 2014/2015. Undergraduate
Thesis. Mathematics Education Study Program, Department
of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher
Training and Education Science, Sanata Dharma University,
Yogyakarta.
This research aimed to (1) find out the location of the learning difficulties of students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry and (2) find out the impact of the application of tutoring methods that are accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry. The research method used was descriptive qualitative and quantitative.
The subjects of the study were four students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap that had the lowest grade on the status review test. Data collection was done using status review test, diagnostic test, quiz, remedial test, and interviews with teacher as well as students. Status review test was in the form of multiple choice tests, while diagnostic tests, quiz, and the remedial test were in the form of essay test. The interviews were conducted after the diagnostic test and the remedial test. The results of the diagnostic tests and the interview were transcribed, analyzed, and described to find out the layout of the difficulty of the students and the contributing factor. The results of the quiz were used to detect the changes that occur on the students after implementing the methods of exercise for two times. While the results of the remedial test were used to compare the results the remedial program that used the exercise method.
of trigonometric ratios, and determining the positive or negative sign on the value in a particular quadrant of trigonometric ratio; 2) application of the exercise methods that were accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on the topic of trigonometry shows that the learning achievement of the students increase. On the diagnostic tests that were conducted in the early stage of research, the four subjects of the research obtained average grade 72,25. Whereas at this stage of the evaluation, in the student learning achievement, the four subjects obtained an average grade of 91. From the acquisition of these data it can be concluded that the implementation of the exercise method was able to overcome the learning difficulties of the students on trigonometry.
PENERAPAN METODE LATIHAN PADA MATERI
TRIGONOMETRI DALAM UPAYA MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA: STUDI KASUS SISWA
KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 3 CILACAP TAHUN AJARAN
2014/2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progran Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Prapti Mahayuningsih
NIM. 111414080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
i
PENERAPAN METODE LATIHAN PADA MATERI
TRIGONOMETRI DALAM UPAYA MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA: STUDI KASUS SISWA
KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 3 CILACAP TAHUN AJARAN
2014/2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progran Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Prapti Mahayuningsih
NIM. 111414080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Ketika kita bersyukur, kita harus ingat
bahwa apresiasi tertinggi adalah
bukan sekadar kata-
kata, tapi hidup dengan rasa syukur itu.”
(John F. Kennedy)
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan karyaku kepada:
TuhanYesus Kristus atas segala rahmat, anugerah, dan bimbingan-Mu
Bunda Maria atas penyertaan-Mu selama ini
Orang tuaku, Bapak Imam Udiantoro, S.E. dan Ibu Endah Budi Putriningsih
Aa’ku Prasetyo Budi Utomo, S.T. dan istri Mbak Desi Windyastuti, S.Si.
Ponakanku Raissa Zhafira Utomo
Kakakku Retno Asih Wulandari, S.E.
Adikku Wahyu Murdianingsih
Serta semua sahabat dan teman-temanku
vii
ABSTRAK
Prapti Mahayuningsih. 2015. Penerapan Metode Latihan pada
Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap
Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri dan (2) mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Subyek penelitian ini adalah empat siswa dari kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang memperoleh nilai terendah pada tes penelaahan status. Pengumpulan data dilakukan dengan tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, tes hasil belajar, dan wawancara dengan guru maupun siswa. Tes penelaahan status berupa tes pilihan ganda, sedangkan tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar berupa tes uraian. Wawancara dilakukan setelah tes diagnostik dan tes hasil belajar. Hasil dari tes diagnostik dan wawancara dianalisis, ditranskrip, dan dideskripsikan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor penyebabnya. Hasil kuis digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada siswa setelah diterapkannya metode latihan pada bimbingan belajar yang telah dilakukan selama dua kali. Sedangkan hasil tes hasil belajar digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan. Pelaksanaan bimbingan belajar dengan menerapkan metode latihan dilakukan pada tahap remediasi sebanyak empat kali, yaitu dua kali setelah tes diagnostik dan dua kali setelah kuis.
viii
menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu, mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun, dan mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal; sedangkan pada S4: penggunaan teorema Pythagoras dalam menyelesaikan soal, menyederhanakan bentuk identitas trigonometri, menentukan nilai perbandingan trigonometri, dan menentukan tanda positif atau negatif pada nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu; 2) penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa. Nilai tes penelaahan status, tes diagnostik, kuis, dan tes hasil belajar yang diperoleh oleh S1 masing yaitu 30, 86, 88, dan 90. Sedangkan yang diperoleh S2 masing-masing yaitu 55, 89, 91, dan 94. S3 memperoleh nilai masing-masing-masing-masing 50, 57, 83, dan 92. Sedangkan S4 memperoleh nilai masing-masing yaitu 50, 57, 71, dan 88. Pada tes diagnostik yang dilakukan di awal tahap penelitian, keempat subyek penelitian memperoleh rata-rata nilai 72,25. Sedangkan pada tahap evaluasi, yaitu tes hasil belajar siswa, keempat subyek memperoleh rata-rata nilai 91. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi trigonometri.
ix
ABSTRACT
Prapti Mahayuningsih. 2015. The Implementation of The Exercise
Method in the Topic of Trigonometry to Overcome
Student’s
Learning Difficulties: A Case Study of Grade X MIA 2 Students of
SMA N 3 Cilacap in the Academic Year 2014/2015. Undergraduate
Thesis. Mathematics Education Study Program, Department
of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher
Training and Education Science, Sanata Dharma University,
Yogyakarta.
This research aimed to (1) find out the location of the learning difficulties of students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry and (2) find out the impact of the application of tutoring methods that are accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on trigonometry. The research method used was descriptive qualitative and quantitative.
The subjects of the study were four students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap that had the lowest grade on the status review test. Data collection was done using status review test, diagnostic test, quiz, remedial test, and interviews with teacher as well as students. Status review test was in the form of multiple choice tests, while diagnostic tests, quiz, and the remedial test were in the form of essay test. The interviews were conducted after the diagnostic test and the remedial test. The results of the diagnostic tests and the interview were transcribed, analyzed, and described to find out the layout of the difficulty of the students and the contributing factor. The results of the quiz were used to detect the changes that occur on the students after implementing the methods of exercise for two times. While the results of the remedial test were used to compare the results the remedial program that used the exercise method.
x
of trigonometric ratios, and determining the positive or negative sign on the value in a particular quadrant of trigonometric ratio; 2) application of the exercise methods that were accompanied by exercises in helping to resolve the difficulties of the students of grade X MIA 2 SMA N 3 Cilacap on the topic of trigonometry shows that the learning achievement of the students increase. On the diagnostic tests that were conducted in the early stage of research, the four subjects of the research obtained average grade 72,25. Whereas at this stage of the evaluation, in the student learning achievement, the four subjects obtained an average grade of 91. From the acquisition of these data it can be concluded that the implementation of the exercise method was able to overcome the learning difficulties of the students on trigonometry.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya penyusunan skrpsi yang berjudul “Penerapan Metode Latihan pada
Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa: Studi Kasus
Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran 2014/2015” ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proses penuntasan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Prof. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mendorong peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Supangat, S.Pd., M.M. selaku Kepala SMA Negeri 3 Cilacap yang telah
memberi kesempatan peneliti untuk melakukan observasi dan penelitian.
4. Bapak Joko Budi Santosa, S.Pd. selaku guru pembimbing matematika kelas X
MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap yang telah memberikan kesempatan melakukan
penelitian, membimbing, serta membantu peneliti selama penelitian
xii
5. Siswa-siswi kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap, khususnya
keempat subyek penelitian, yang telah bekerjasama selama penelitian
berlangsung.
6. Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah mendidik dan membagi pengetahuan serta pengalaman
yang sangat bermanfaat.
7. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan dan kerjasamanya
selama penulis menempuh kuliah hingga selesainya skripsi ini.
8. Bapak dan Ibuku tercinta, Imam Udiantoro, S.E., dan Endah Budi Putriningsih,
atas segala dorongan, semangat, doa, cinta, dan kasih sayang yang diberikan
selama ini.
9. Kakak-kakakku, Prasetyo Budi Utomo, S.T. dan Retno Asih Wulandari, S.E.
atas segala pengalaman, semangat, dan nasihat yang diberikan.
10.Adikku, Wahyu Murdianingsih, atas segala dorongan dan semangat yang
diberikan.
11.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2011 dan teman-teman satu
kelompok bimbingan, serta sahabatku Yoanna Krisnawati. Terima kasih atas
kerjasama, bantuan, dan semangatnya selama ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Pembatasan Masalah ... 6
E. Pembatasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
xiv
B. Pengertian Prestasi Belajar ... 11
C. Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika ... 12
D. Langkah-langkah/Tahap-tahap dalam Proses Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar... 17
E. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar ... 18
F. Prosedur Remediasi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar ... 23
G. Metode Latihan ... 26
H. Trigonometri ... 31
I. Kerangka Berpikir ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40
B. Subyek Penelitian ... 40
C. Obyek Penelitian ... 41
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Metode Pengumpulan Data ... 41
F. Bentuk Data ... 43
G. Instrumen Penelitian ... 43
H. Validitas Soal... 49
I. Prosedur Pengumpulan Data ... 50
J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 52
xv
B. Deskripsi Sekolah yang Digunakan untuk Lokasi Penelitian... 55
C. Gambaran Pembimbingan Belajar yang Dilaksanakan ... 56
D. Pelaksanaan Penelitian di Sekolah ... 58
E. Hasil Penelitian ... 67
F. Analisis Data dan Pembahasan ... 71
G. Rangkuman Hasil Analisis dan Pembahasan ... 125
H. Keterbatasan Penelitian ... 126
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Amplitudo, dan Periode pada
Grafik Fungsi Trigonometri... 37
Tabel 2. Aturan Persamaan Trigonometri Sederhana ... 37
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Penelaahan Status Berdasarkan Sub Pokok Bahasan ... 44
Tabel 4. Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 46
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 48
Tabel 6. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian ... 60
Tabel 7. Hasil Tes Penelaahan Status Subyek Penelitian ... 67
Tabel 8. Hasil Tes Diagnostik Subyek Penelitian ... 68
Tabel 9. Hasil Kuis Subyek Penelitian ... 68
Tabel 10. Hasil Tes Hasil Belajar Subyek Penelitian ... 69
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Segitiga siku-siku ... 32
Gambar 2. Segitiga siku-siku ... 33
Gambar 3. Nilai Perbandingan Trigonometri di Setiap Kuadran ... 35
Gambar 4. Hasil pengerjaan S1 nomor 1 pada Tes Penelaahan Status ... 72
Gambar 5. Hasil pengerjaan S1 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 72
Gambar 6. Hasil pengerjaan S1 nomor 3 pada Tes Penelaahan Status ... 73
Gambar 7. Hasil pengerjaan S1 nomor 6 pada Tes Penelaahan Status ... 73
Gambar 8. Hasil pengerjaan S1 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 73
Gambar 9. Hasil pengerjaan S1 nomor 16 pada Tes Penelaahan Status ... 73
Gambar 10. Hasil pengerjaan S1 nomor 5 pada Tes Penelaahan Status ... 74
Gambar 11. Hasil pengerjaan S1 nomor 7 pada Tes Penelaahan Status ... 74
Gambar 12. Hasil pengerjaan S1 nomor 11 pada Tes Penelaahan Status ... 74
Gambar 13. Hasil pengerjaan S1 nomor 10 pada Tes Penelaahan Status ... 75
Gambar 14. Hasil pengerjaan S1 nomor 12 pada Tes Penelaahan Status ... 75
Gambar 15. Hasil pengerjaan S1 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 75
Gambar 16. Hasil pengerjaan S1 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 75
Gambar 17. Hasil pengerjaan S1 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 76
Gambar 18. Hasil pengerjaan S1 nomor 20 pada Tes Penelaahan Status ... 76
Gambar 19. Hasil pengerjaan S1 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 77
Gambar 20. Hasil pengerjaan S1 nomor 17 pada Tes Penelaahan Status ... 77
Gambar 21. Hasil pengerjaan S1 nomor 3 pada Tes Diagnostik ... 78
xviii
Gambar 23. Hasil pengerjaan S1 nomor 5a pada Kuis ... 79
Gambar 24. Hasil pengerjaan S1 nomor 2 pada Kuis ... 80
Gambar 25. Hasil pengerjaan S1 nomor 5c pada Kuis ... 80
Gambar 26. Hasil pengerjaan S1 nomor 6c pada Kuis ... 80
Gambar 27. Hasil pengerjaan S1 nomor 9 pada Tes Hasil Belajar ... 81
Gambar 28. Hasil pengerjaan S1 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 82
Gambar 29. Hasil pengerjaan S1 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 82
Gambar 30. Hasil pengerjaan S2 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 85
Gambar 31. Hasil pengerjaan S2 nomor 10 pada Tes Penelaahan Status ... 85
Gambar 32. Hasil pengerjaan S2 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 86
Gambar 33. Hasil pengerjaan S2 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 86
Gambar 34. Hasil pengerjaan S2 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 86
Gambar 35. Hasil pengerjaan S2 nomor 20 pada Tes Penelaahan Status ... 87
Gambar 36. Hasil pengerjaan S2 nomor 5 pada Tes Penelaahan Status ... 87
Gambar 37. Hasil pengerjaan S2 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 88
Gambar 38. Hasil pengerjaan S2 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 88
Gambar 39. Hasil pengerjaan S2 nomor 5a pada Tes Diagnostik... 89
Gambar 40. Hasil pengerjaan S2 nomor 5a pada Kuis ... 90
Gambar 41. Hasil pengerjaan S2 nomor 6a pada Kuis ... 90
Gambar 42. Hasil pengerjaan S2 nomor 1 pada Kuis ... 91
Gambar 43. Hasil pengerjaan S2 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 92
Gambar 44. Hasil pengerjaan S2 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 92
xix
Gambar 46. Hasil pengerjaan S3 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 95
Gambar 47. Hasil pengerjaan S3 nomor 15 pada Tes Penelaahan Status ... 95
Gambar 48. Hasil pengerjaan S3 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 96
Gambar 49. Hasil pengerjaan S3 nomor 9 pada Tes Penelaahan Status ... 96
Gambar 50. Hasil pengerjaan S3 nomor 19 pada Tes Penelaahan Status ... 97
Gambar 51. Hasil pengerjaan S3 nomor 8 pada Tes Penelaahan Status ... 97
Gambar 52. Hasil pengerjaan S3 nomor 7 pada Tes Penelaahan Status ... 98
Gambar 53. Hasil pengerjaan S3 nomor 5a pada Tes Diagnostik... 99
Gambar 54. Hasil pengerjaan S3 nomor 5b pada Tes Diagnostik ... 99
Gambar 55. Hasil pengerjaan S3 nomor 5 pada Tes Kuis ... 100
Gambar 56. Hasil pengerjaan S3 nomor 3 pada Tes Kuis ... 101
Gambar 57. Hasil pengerjaan S3 nomor 4 pada Tes Kuis ... 101
Gambar 58. Hasil pengerjaan S3 nomor 10A pada Tes Hasil Belajar ... 102
Gambar 59. Hasil pengerjaan S3 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 103
Gambar 60. Hasil pengerjaan S4 nomor 1 pada Tes Penelaahan Status ... 105
Gambar 61. Hasil pengerjaan S4 nomor 2 pada Tes Penelaahan Status ... 105
Gambar 62. Hasil pengerjaan S4 nomor 4 pada Tes Penelaahan Status ... 106
Gambar 63. Hasil pengerjaan S4 nomor 12 pada Tes Penelaahan Status ... 106
Gambar 64. Hasil pengerjaan S4 nomor 13 pada Tes Penelaahan Status ... 106
Gambar 65. Hasil pengerjaan S4 nomor 18 pada Tes Penelaahan Status ... 106
Gambar 66. Hasil pengerjaan S4 nomor 6 pada Tes Penelaahan Status ... 107
Gambar 67. Hasil pengerjaan S4 nomor 11 pada Tes Penelaahan Status ... 107
xx
Gambar 69. Hasil pengerjaan S4 nomor 3 pada Tes Diagnostik ... 108
Gambar 70. Hasil pengerjaan S4 nomor 4 pada Tes Diagnostik ... 108
Gambar 71. Hasil pengerjaan S4 nomor 5 pada Tes Diagnostik ... 109
Gambar 72. Hasil pengerjaan S4 nomor 1 pada Kuis ... 110
Gambar 73. Hasil pengerjaan S4 nomor 5 pada Kuis ... 110
Gambar 74. Hasil pengerjaan S4 nomor 3A pada Tes Hasil Belajar ... 112
Gambar 75. Hasil pengerjaan S4 nomor 1B pada Tes Hasil Belajar ... 112
Gambar 76. Hasil pengerjaan S4 nomor 2B pada Tes Hasil Belajar ... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang kerap terjadi pada lembaga pendidikan
(sekolah) yaitu kesulitan belajar yang dialami oleh siswa-siswanya. Kesulitan
belajar pada tiap siswa tidaklah sama karena masing-masing siswa memiliki
cara belajar yang berbeda-beda. Kesulitan belajar yang dialami siswa
mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa. Keberhasilan hasil belajar
siswa dapat dilihat antara lain dari pemahaman dan nilai siswa pada materi
mata pelajaran yang dipelajari.
Menurut Marpaung, belajar matematika berarti mempelajari struktur.
Mempelajari struktur berarti ada kaitannya dengan nama-nama unsur dan
hubungan antar unsur. Materi-materi ajar yang dipelajari dari buku-buku ajar
ternyata sangat abstrak bagi siswa-siswa di Indonesia sehingga mereka sulit
memahaminya. Akhirnya mereka hanya menghafalkan konsep-konsep,
sifat-sifat, aturan-aturan tanpa memahaminya dan mereka tidak melihat maknanya
(Marpaung, 2001). Kenyataan ini mengakibatkan pemahaman siswa cenderung
dangkal pada materi pelajaran matematika yang mereka pelajari.
Kesulitan belajar pada siswa harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut
besar. Salah satu kesulitan belajar siswa pada tiap sekolah yaitu kesulitan
belajar pada mata pelajaran matematika. Kesulitan belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika harus segera diatasi karena materi pada matematika
saling berhubungan atau memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Salah satu
kesulitan siswa dalam pelajaran matematika yaitu siswa kurang dapat
memahami materi. Di samping itu, tidak sedikit dari mereka yang jarang
mengerjakan soal matematika. Hal ini mengakibatkan siswa kebingungan
dalam langkah-langkah pengerjaan soal pada materi tertentu. Untuk
mengatasinya, guru harus mengetahui secara tepat letak kesulitan siswa untuk
kemudian guru membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya
(Slameto, 2010:2). Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak
sekadar mengamati namun juga terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Mengembangkan metode pengajaran merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa. Metode dalam proses belajar mengajar
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Perumusan tujuan dengan
sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum seorang guru menentukan dan
memilih metode mengajar yang tepat. Selain itu pendidik juga dituntut untuk
menguasai metode secara teoritis tetapi pendidik dituntut juga mampu memilih
metode yang tepat untuk bisa mengoperasionalkan secara baik (Zuhairini
Abdul Ghofir, 1983:79).
Pandangan para ahli menunjukkan bahwa keterlibatan siswa secara
langsung dalam proses belajar berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus
dilakukan oleh siswa secara aktif. Metode latihan adalah suatu cara mengajar
dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki
ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswa Zain, 2010:95).
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak jarang kita temukan siswa
yang tidak memahami materi yang dibahas di kelas. Karena hal itu, siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan beberapa soal. Padahal, perhatian
guru di kelas harus terpecah kepada banyak anak. Permasalahan tersebut juga
terjadi di SMA Negeri 3 Cilacap. Salah satu materi yang menimbulkan
kesulitan belajar siswa adalah materi trigonometri. Berdasarkan pengamatan
pembelajaran matematika di kelas X MIA 2, guru sudah menjalankan tugasnya
dengan sangat baik. Sering kali guru berkeliling untuk memastikan
pemahaman masing-masing siswa. Guru juga berusaha menciptakan suasana
belajar yang interaktif. Setiap ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal, guru membantu siswa tersebut secara langsung atau
mampu memecahkan soal itu, guru akan kembali menjelaskannya di depan
kelas.
Ketika guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum mereka pahami pada materi yang sedang dibahas, hanya sedikit
siswa saja yang berani untuk bertanya. Padahal tidak sedikit siswa yang
sebenarnya belum sepenuhnya memahami materi tersebut. Alasan mereka
tidak berani bertanya pun bermacam-macam, seperti malu atau bingung dalam
mengungkapkannya. Selain itu, permasalahan lain yang timbul dari diri siswa
yaitu kurangnya frekuensi mereka dalam mengulang kembali pelajaran yang
mereka dapatkan di sekolah. Di rumah, mereka jarang meluangkan waktu
untuk belajar dan berlatih soal.
Melihat keadaan tersebut, peneliti merasa perlu adanya pembimbingan
secara personal bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penanganan
kesulitan belajar siswa melalui tahap-tahap diagnosis dan remediasi diharapkan
mampu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga
mampu mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Peneliti berpendapat bahwa
bimbingan belajar yang disertai metode latihan dalam tahap remediasi
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu siswa
mengatasi kesulitan belajarnya. Metode latihan merupakan metode yang
memperkuat dan memperluas atau memperdalam materi yang diberikan.
Dalam metode latihan ini, siswa dilatih untuk mengerjakan latihan soal secara
mandiri dan siswa terjun langsung dalam pergulatan pemikiran. Karena itu,
Latihan pada Materi Trigonometri dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa: Studi Kasus Siswa Kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap Tahun Ajaran
2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
menyusun pertanyaan sebagai berikut:
1. Di manakah letak kesulitan belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3
Cilacap pada materi trigonometri?
2. Bagaimana dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan
metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas X MIA
2 SMA Negeri 3 Cilacap pada materi trigonometri?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui letak kesulitan siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 3
Cilacap pada materi trigonometri.
2. Untuk mengetahui dampak penerapan bimbingan belajar yang disertai
dengan metode latihan dalam membantu mengatasi kesulitan siswa kelas
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan siswa adalah empat siswa
kelas X MIA 2 SMA Negeri 3 Cilacap tahun ajaran 2014/2015, yaitu
subyek 1 (S1), subyek 2 (S2), subyek 3 (S3), dan subyek 4 (S4).
2. Materi pelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi trigonometri.
3. Banyak faktor yang mungkin dapat membantu mengatasi kesulitan belajar
siswa. Namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah pengaruh
penerapan bimbingan belajar yang disertai dengan metode latihan dalam
membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.
4. Hasil belajar siswa adalah meningkatnya pemahaman dan prestasi belajar
siswa setelah diterapkannya bimbingan belajar yang disertai metode
latihan.
E. Pembatasan Istilah
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungannya (Slameto, 2010). Dalam belajar melalui pengalaman
(praktek) langsung, siswa tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
2. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ujaran atau tulisan (Mulyono Abdurrahman, 2009).
3. Metode Latihan
Metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan
atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, 2010).
4. Hasil Belajar/Prestasi Belajar
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan (Soedijarto, 1997:49).
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Calon Guru
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi
para calon guru dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.
2. Bagi Guru
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu guru dalam memilih metode
3. Bagi Siswa
Penelitian ini bermanfaat untuk memberi pengalaman baru tentang metode
yang mudah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari
dan memahami materi matematika serta melatih siswa untuk aktif dalam
belajar mandiri mengerjakan soal-soal latihan.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak penerapan bimbingan
belajar dengan metode latihan sehingga kelak saat menjadi guru, peneliti
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Keberhasilan siswa mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengikuti
kegiatan pendidikan tidak lain dipengaruhi oleh kemauan dari dalam diri siswa
sendiri untuk mau belajar dan berusaha, selain juga dipengaruhi lingkungan
dan orang-orang disekitarnya. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai belajar. Diantaranya adalah W. S. Winkel (1995:53) dalam bukunya
yang berjudul ”Psikologi Pengajaran”, mengatakan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental/fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat secara
relatif konstan dan berbekas.
Kemudian, Supartinah Pakasi (1981:41) dalam buku “Anak dan
Perkembangannya”, mengatakan pendapatnya antara lain: 1) belajar
merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) belajar berarti
mengalami; 3) belajar berarti berbuat; 4) belajar berarti suatu aktivitas yang
bertujuan; 5) belajar memerlukan motivasi; 6) belajar memerlukan kesiapan
pada pihak anak; 7) belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan
8) belajar bersifat integritas.
Menurut Gagne (1977) yang dikutip oleh Suyono dan Hariyanto dalam
belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia seperti sikap, minat atau nilai, dan perubahan
kemampuannya yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis kinerja.
Menurut Skinner (Dimyanti dan Mudjiono, 1999) belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar maka menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia
tidak belajar maka responnya menurun.
Ronald Gross (1991, dalam Suyono dan Hariyanto (2011)) telah
mengidentifikasi 6 mitos tentang belajar, antara lain:
a. Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
b. Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan
sekolah.
c. Pembelajar harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru.
d. Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru.
e. Belajar harus sistematis, logis, dan terencana.
f. Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.
Mitos semacam itu timbul karena dilandasi fakta, banyak praktik
pembelajaran di sekolah yang menunjukkan pelaksanaan hal-hal tersebut. Oleh
sebab itu, harus diciptakan suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
lingkungannya (Slameto, 2010:2). Dalam belajar melalui pengalaman
(praktek) langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
B. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
hingga seberapa jauh kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi ujian untuk
menyelesaikan soal-soal dengan baik. Sejauh apa anak memperoleh hasil dari
suatu pekerjaan yang dilakukan itu yang disebut dengan prestasi. Ada yang
berpandangan bahwa prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata, yakni ”prestasi” dan ”belajar”. Antara kata ”prestasi” dan ”belajar”
mempunyai arti yang berbeda. ”prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang
dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus
dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah
yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah
pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja (Syaiful Bahri
Djamarah, 1994:20).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:1101), prestasi belajar
diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf
kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu,
sesuai kurikulum yang telah ditentukan.
Kemampuan belajar siswa memegang peranan besar terhadap tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa, semakin tinggi kemampuan belajar maka
semakin besar kemungkinan untuk berhasil di jenjang itu dengan taraf
keberhasilan/prestasi yang semakin tinggi pula (Winkel, 2007:162).
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
ukuran kemampuan siswa yang dilihat dari penguasaan atau pemahaman siswa
pada materi yang diberikan. Sedangkan nilai yang diperoleh dijadikan tolok
ukur penguasaan atau pemahaman siswa pada materi yang diberikan.
C. Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya bahasa, mambaca, dan menulis; kesulitan belajar matematika harus
diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah
karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai
(Muyono Abdurrahman, 2009:251).
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis)
memandang adanya keterkaitan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar
matematika yang berat oleh Kirk (1962:10) disebut akalkulia (acalculia).
Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakterisktik anak berkesulitan
belajar matematika, salah satunya yaitu kesulitan dalam bahasa dan membaca.
Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johnson &
Myklebust, 1967:244). Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa berpengaruh
terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang
berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh
karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami
kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita
tertulis.
Informasi tentang kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat
diketahui melalui asesmen informasi dan formal. Dalam kasus tertentu
mungkin diperlukan pemakaian kedua jenis asesmen, tetapi dalam kasus lain
mungkin cukup dengan asesmen informal (Mulyono Abdurrahman, 2009:265).
a. Asesmen Informal
Para ahli di bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar
umumnya mempercayai bahwa asesmen informal merupakan cara terbaik
untuk memperoleh informasi tentang kemampuan anak dalam bidang studi
matematika. Berbagai observasi terhadap perilaku anak sehari-hari dalam
bidang studi matematika, kinerja anak dalam menyelesaikan pekerjaan
pelajaran dapat menyajikan informasi sebagai dasar pemberian pelayanan
pengajaran remedial.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis asesmem informal (Mulyono
Abdurrahman, 2009:266):
1) Inventori
Suatu tes informal dalam bentuk inventori dapat dibuat oleh guru
untuk mengukur keterampilan anak dalam bidang studi matematika
secara cepat. Begitu ditemukan adanya kesulitan, suatu tes diagnostik
yang lebih ekstensif dapat diberikan kepada anak.
2) Asesmen yang Didasarkan atas Kurikulum
Prosedur infornal asesmen yang didasarkan atas kurikulum
merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk mengukur kemajuan
belajar matematika. Asesmen yang didasarkan atas kurikulum terkait
langsung dengan yang diajarkan oleh guru di kelas.
Zigmond et al. (Lerner, 1988:444) merekomendasikan adanya 12
langkah strategi asesmen yang didasarkan atas kurikulum bidang studi
matematika yang dapat membimbing para guru dari keputusan
melakukan asesmen rancangan pembelajaran. Langkah-langkah
tersebut adalah:
a) Memutuskan apa yang diukur.
b) Memilih atau mengembangkan suatu hirarki keterampilan.
c) Memutuskan di mana memulai.
e) Melaksanakan tes.
f) Mengadministrasikan tes.
g) Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja.
h) Menganalisis temuan dan meringkas hasil.
i) Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang
akan diperiksa.
j) Memeriksa.
k) Melengkapi catatan dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran
khusus.
l) Melaksanakan pembelajaran.
m) Memutakhirkan informasi asesmen.
Faktor penting dalam metode ini adalah pemeriksanan. Pada mulanya
guru memberikan tes informal yang bersifat umum untuk mengetahui
kemampuan anak secara keseluruhan. Selanjutnya, guru merancang
suatu instrumen pemeriksaan informal yang lebih khusus dari bidang
kesulitan yang ditemukan. Sebagai contoh, pada mulanya guru
melakukan survai atau tes informal umum tentang penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian yang menggunakan bilangan
bulat, pecahan, dan desimal. Jika siswa menunjukkan adanya
kesulitan dengan soal-soal pembagian, guru melakukan pemeriksaan
yang diarahkan pada bidang khusus pembagian tersebut. Dengan
3) Menganalisis Kekeliruan Siswa
Guru yang mengajar anak berkesulitan belajar matematika
hendaknya mampu menditeksi berbagai kekeliruan siswa. Dengan
demikian, pembelajaran dapat diarahkan pada perbaikan
kekeliruan-kekeliruan tersebut. Guru harus memerikasa pekerjaan siswa dan
meminta sisswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan
pemecahan seperti itu. Guru juga perlu melakukan observasi terhadap
cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan perbaikan terhadap
kekeliruan tersebut.
b. Asesmen Formal
Instrumen formal mencakup tes yang bersifat umum untuk digunakan
dalam kelompok dan yang digunakan secara individual (Mulyono
Abdurrahman, 2009:272).
1) Tes Kelompok Baku
Instrumen formal yang berupa tes baku yang digunakan dalam
kelompok perlu lebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
2) Tes Klinis Individual
Tes klinis individual dirancang untuk diberikan kepada seorang siswa
D. Langkah-Langkah/Tahap-Tahap dalam Proses Diagnosis dan Remediasi
Kesulitan Belajar
Sebelum mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, hendaknya
mengetahui letak kesulitan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan siswa. Dengan mengikuti langkah-langkah diagnosis dan remediasi
secara teratur/sistematis, mendiagnosa dan memecahkan masalah secara teliti
dapat berhasil. Menurut Partowisastro dan Hadisuparto (1984:35-37) dalam
bukunya yang berjudul “Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar”,
langkah-langkah diagnosa dan pemecahan masalah ini terdiri atas tiga tahap
pokok, yaitu:
1. Tahap I, yaitu penelaahan status (Status Assessment)
Tahap ini merupakan tahap identifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang dicapai siswa secara nyata. Apabila semakin banyak
bidang-bidang di mana siswa yang bersangkutan mengalami kekurangan
dan makin besar kekurangan itu, maka makin beratlah kesulitan belajar
yang dialami siswa tersebut.
2. Tahap II, yaitu perkiraan sebab (Cause Estimation)
Tahap ini merupakan tahap perkiraan sebab atau alasan yang mendasari
3. Tahap III, yaitu pemecahan kesulitan dan penilaiannya (Treatment and
Treatment Evaluation)
Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Atau apabila sebab itu tidak dapat
disembuhkan, hal ini dapat menjadi tahap untuk memberikan bantuan
kepada siswa tersebut dalam belajar yang sesuai dengan sebabnya.
E. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar
Menurut Entang (1984), langkah-langkah pokok prosedur dan tehnik diagnosis
kesulitan belajar yaitu:
1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
a. Menandai siswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami
kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang
sifatnya lebih khusus dalam pelajaran tertentu. Caranya adalah dengan
membandingkan kriteria tingkat ketuntasan penguasaan yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk suatu mata pelajaran.
b. Tehnik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain dengan
jalan:
1) Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik
kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau
dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang
dituntut (PAP).
3) Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar.
4) Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas
bimbingan.
5) Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial
psikologi yang terdapat pada para siswa.
2. Melokalisasikan letak kesulitan atau permasalahan
a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu
Langkah ini dilakukan dengan jalan membandingkan angka nilai
prestasi individu yang bersangkutan dari semua mata pelajaran yang
diikutinya, atau nilai rata-rata prestasi (mean) dari setiap mata
pelajaran. Maka dengan mudah kita akan menemukan pada mata
pelajaran manakah individu mengalami kesulitan.
b. Menditikdi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup
bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi.
Seperti yang dikatakan oleh Burton, pada langkah ini pendekatan
yang paling tepat seyogyanya menggunakan tes diagnostik. Tes
diagnostik pada hakekatnya adalah tes prestasi belajar.
c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar
Hasil analisa empiris terhadap catatan keterlambatan
penyelesaian tugas/soal, ketidakhadiran (absensi), kurang aktif dan
partisipasi, kurang penyesuaian sosial (sosiometris), sudah cukup jelas
3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami
kesulitan
Pada garis besarnya, sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri,
antara lain disebabkan oleh:
1) Kelemahan mental, faktor kesehatan, intelegensi, atau
kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui tes
tertentu.
2) Kelemahan fisik, panca indera, syaraf, kecacatan, karena sakit,
dan sebagainya.
3) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan
pelajaran-pelajaran tertentu.
4) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang
dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan
timbulya hambatan atau kesulitan, antara lain meliputi:
1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa
untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar
secara aktif).
2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
4) Beban studi yang terlampau berat.
5) Metode belajar yang kurang memadai.
6) Sering pindah sekolah.
7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas
belajar.
Untuk mengenal semua faktor-faktor tersebut, dapat dipergunakan
berbagai cara dan alat, antara lain:
1) Tes kecerdasan.
2) Tes bakat khusus.
3) Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara
sederhana bisa dibuat oleh guru.
4) Inventori.
5) Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.
6) Mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di
luar kelas.
7) Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua
atau teman-temannya bila dipandang perlu.
4. Perkiraan kemungkinan
Setelah menelaah letak kesulitan, jenis dan sifat kesulitan dengan latar
belakangnya, dan faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita dapat
a. Apakah siswa tersebut masih bisa ditolong untuk mengatasi
kesulitannya atau tidak.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan
tersebut.
c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan.
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e. Bagaimana cara menolongnya agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Siapa saja yang harus diikutsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini disusun beberapa alternatif rencana yang dapat
dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.
Rencana ini berisi:
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang
dialami siswa tersebut.
b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
Rencana tersebut sebaiknya didiskusikan atau dikomunikasikan
dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan dan diperkirakan
akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan.
6. Tindak lanjut
Kegiatan ini berupa kegiatan remedial yang diperkirakan paling tepat
dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan ini
a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial
untuk mata pelajaran tertentu.
b. Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu dalam memberikan
bantuan kepada siswa.
c. Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa.
Pendapat Koestoer Partowisastro dan Hadisuparto (1984) dan Entang
(1984) tentang langkah-langkah diagnosis dan remediasi di atas sesuai
juga dengan pendapat Mulyono Abdurrahman (2009) yang menyebutkan
bahwa pada diagnosis dan remediasi harus ada langkah-langkah
menentukan letak kesulitan siswa dan memperkirakan penyebab terjadinya
kesulitan belajar siswa.
F. Prosedur Remediasi Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
1. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis
kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi dengan kegiatan
diagnosis. Dalam melaksanakannya, seorang guru dituntut untuk:
a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih
definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang
dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor
atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus
diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya.
b. Alternatif tindakan
Kegiatan ini dapat berupa:
1) Disuruh mengulang bahan yang telah diberikan dengan
memberikan petunjuk.
2) Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan
kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan
mempunyai tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional
maupun efek pengiring.
c. Evaluasi pengajaran remedial
Pada akhir kegiatan pengajaran remedial hendakya dilakukan evaluasi
kembali (re-evaluasi) sampai sejauh mana pengajaran remedial
tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling utama
adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan,
misalnya 75% taraf penguasaan (level of mastery). Bila ternyata masih
belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali diagnosis (
re-diagnosis), prognosis, dan pengajaran remedial berikutnya. Dan
2. Pendekatan Pengajaran Remedial
Ada tiga pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengajaran remedial,
yaitu:
a. Pendekatan Pencegahan (preventive)
Dari hasil pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah
akan dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan
mengalami hambatan dalam proses belajar mengajarnya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menciptakan kondisi/situasi belajar yang nyaman
sedemikian rupa untuk meminimalisir hambatan-hambatan tersebut.
b. Pendekatan Penyembuhan (curative)
Pendekatan penyembuhan diberikan kepada siswa yang sudah nyata
mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Gejala yang terlihat yaitu prestasinya yang sangat rendah
dibandingkan dengan teman-temannya dan jauh dari kriteria tingkat
keberhasilan yang telah ditetapkan.
c. Pendekatan Perkembangan (developmental)
Pendekatan ini menuntut upaya guru untuk sangat memperhatikan
kegiatan siswa secara terus-menerus. Setiap ada hambatan yang
muncul, segera mungkin guru membicarakannya dengan siswa untuk
mencari alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan secara
terus-menerus sehingga guru dapat mengetahui perkembangan siswanya
G. Metode Latihan
Menurut Tiurlina, dalam modulnya yang berjudul “Metode Pembelajaran
Matematika Bermain Sambil Belajar dan Penemuannya dalam Matematika”,
menyatakan pembelajaran matematika tradisional (lama) untuk melatih otak
bersifat latihan. Hal ini didasari doktrin disiplin formal, dimana yang lebih
diutamakan adalah proses latihan dari pada bahan yang diajarkan. Karena itu
bahan atau materi yang diajarkan bukanlah merupakan suatu persoalan, baik
isi maupun pendekatannya.
Pada abad ke 20, latihan otak itu diganti oleh teori pengaitan dari E.
Thorndike. Menurut teori ini, dalam proses pembelajaran harus terdapat dua
hal yang saling terkait satu sama lain yaitu stimulus dan respon. Sehingga pada
akhirnya diperoleh penguasaan atau pemahaman terhadap materi yang
dipelajari.
Thorndike mengemukakan tiga dalil tentang belajar. Salah satunya yaitu
Law of Exercise (Dalil/Hukum Latihan Atau Pembiasaan). Dalil/hukum ini
menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus
menerus dilatih atau diulang. Sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan
semakin melemah jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan
(http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/30/konsep-stimulus-respon-el-thorndike-652676.html).
1. Pengertian Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan
yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan ketrampilan (Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, 1996:108). Pengertian metode latihan menurut beberapa
pendapat memiliki arti sebagai berikut:
1. Roestiyah N. K. (1985:125) mengatakan bahwa metode latihan adalah
suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa
melakukan kegiatan latihan, sehingga siswa memiliki ketangkasan dan
keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
2. Zuhairini (1983:106) mengatakan bahwa metode latihan adalah suatu
metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa
terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
3. Shalahuddin (1987:100) mengatakan bahwa metode latihan adalah
suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang
dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu
keterampilan supaya menjadi permanen.
4. Nana Sudjana (1989) mengatakan bahwa metode latihan pada
umumnya digunakan untuk memperoleh suatu keterangan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
5. Winarno Surakhmad (1994:76) mengatakan bahwa metode latihan
dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan latihan
terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya
secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan
adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara
kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis
tentang pengetahuan yang dipelajari. Dari segi pelaksanaannya, siswa
terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori. Kemudian
dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta mempraktikkannya
sehingga menjadi mahir dan terampil.
2. Bentuk-bentuk Metode Latihan
Bentuk-bentuk metode latihan dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk
teknik
(http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-drill-pengertian-prinsip-tujuan.html yang diakses pada 29 November 2014), yaitu sebagai
berikut:
1. Teknik Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik
untuk bekerja sama dan memecahkan masalah dengan cara
mengerjakan tugas yang diberikan.
2. Teknik Discovery (penemuan)
Teknik ini dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat dan diskusi.
3. Teknik Micro Teaching
Teknik ini digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai
dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan, dan
sikap sebagai guru.
4. Teknik Modul Belajar
Teknik ini digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket
belajar berdasarkan performan (kompetensi).
5. Teknik Belajar Mandiri
Teknik ini dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar
sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3. Tujuan Penggunaan Metode Latihan
Metode latihan biasanya digunakan agar siswa:
a. Memiliki kemampuan menghafalakan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat (Roestiyah N. K., 1985).
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan (Roestiyah N. K., 1985).
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan
yang lain (Pasaribu dan Simandjuntak, 1986).
d. Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu
yang dipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan
yang telah dipelajari dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu
4. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dalam
menggunakan metode latihan ini, yaitu (Winarno Surakhmad, 1994):
a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka
dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa
mengetahui apa yang harus dikerjakan.
c. Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e. Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan.
5. Kelebihan Metode Latihan
Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Mengkokohkan daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan,
kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b. Siswa dapat menggunakan daya fikirnya dengan baik, dengan
pengajaran yang baik, maka siswa menjadi lebih teliti.
c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta
langsung dari guru.
d. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalammelakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya
e. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa
yang disiplin dan yang tidak.
f. Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi
dalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996).
g. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang (http://
pakguruonline.pendidikan.id).
6. Kelemahan Metode Latihan
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga
tidak dapat dipungkiri bahwa metode latihan juga mempunyai kelemahan,
yaitu (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996):
a. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana
serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
b. Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah guru
dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
H. Trigonometri
Trigonometri dalam Bahasa Yunani berarti pengukuran segitiga.
Trigonometri merupakan bagian dari matematika yang mempelajari hubungan
dan teorema Pythagoras biasa digunakan untuk mengembangkan konsep
trigonometri khususnya pada segitiga siku-siku.
1. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku
Trigonometri merupakan nilai perbandingan sisi-sisi pada sebuah segitiga
sembarang maupun segitiga siku-siku yang dikaitkan dengan suatu sudut.
Pada suatu segitiga siku-siku (Gambar 1) dengan titik sudut siku-siku
, panjang sisi (dalam satuan panjang) di depan titik sudut adalah ,
panjang sisi di depan titik sudut adalah , dan panjang sisi di depan titik
sudut adalah . Terhadap sudut , sisi disebut sisi yang berhadapan
dengan sudut . Begitu pula pada sudut , sisi disebut sisi yang
berhadapan dengan sudut ; sedangkan sisi disebut hipotenusa atau sisi
miring. Dari tiga besaran panjang sisi segitiga siku-siku tersebut
(yaitu , , dan ) dapat ditentukan enam buah perbandingan, yaitu
, , , , , . Didefinisikan perbandingan trigonometri suatu sudut pada
[image:57.595.99.513.205.686.2]segitiga siku-siku (Gambar 1) sebagai berikut:
1. sin = 7. sin =
2. cos = 8. cos =
3. tan = 9. tan =
4. cosec = 10. cosec =
5. secan = 11. secan =
6. cotangen = 12. cotangen =
Berikut disajikan Gambar 2 untuk mempermudah pemahaman definisi
[image:58.595.96.505.98.642.2]perbandingan trigonometri suatu sudut pada segitiga siku-siku.
Gambar 2. Segitiga Siku-siku
sinus sudut = � � � ℎ / � �
� � � � �/ℎ�
cosinus sudut = � � � � � / � � � �
� � � � �/ℎ�
tangen sudut = � � � ℎ / � �
� � � � � / � � � �
cosecan sudut = � � � � �/ℎ�
� � � ℎ / � �
secan sudut = � � � � �/ℎ�
cotangen sudut = � � � � � / � � � �
� � � ℎ / � �
2. Perbandingan Trigonometri di Berbagai Kuadran
Perhatikan gambar di bawah ini.
Misalkan koordinat titik , , panjang = dan ∠ = . Pada segitiga tersebut diperoleh perbandingan trigonometri sebagai
berikut: sin = , cos = , tan = .
Nilai perbandingan trigonometri di setiap kuadran (kuadran I, II, III, dan
IV) pada bidang koordinat kartesius dirumuskan sebagai berikut:
a. Kuadran I c. Kuadran III
sin = sin = −
cos = cos = −
tan = tan =
b. Kuadran II d. Kuadran IV
sin = sin = −
cos = − cos =
tan = − tan = −
Gambar 3. Nilai Perbandingan Trigonometri di Setiap Kuadran
2. Perbandingan Trigonometri Sudut Berelasi
a. ∆ dicerminkan terhadap garis = menghasilkan sudut ′ ′ di kuadran I. sin − = cos cos − = sin tan − = cotan
b. ∆ dicerminkan terhadap sumbu menghasilkan sudut
′ ′ di kuadran II.
sin − α = sin α cos − α = −cos α tan − α = −tan α
′ ′ =
−
−
c. ∆ dicerminkan terhadap menghasilkan sudut ′ ′ di kuadran III.
sin + = −sin cos + = −cos tan + = tan
d. ∆ dicerminkan terhadap sumbu menghasilkan sudut
′ ′ di kuadran I