• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mouth preparation dengan pendekatan farmakologis pada anak penderita ventricular septal defect

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mouth preparation dengan pendekatan farmakologis pada anak penderita ventricular septal defect"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Mouth preparation

dengan pendekatan farmakologis pada anak penderita

ventricular septal defect

Niniek S. Salurapa*, Sri Ramadany**

*Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi

**Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Ilmu Kesehatan Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Indonesia

ABSTRACT

Congenital heart defect is a form of cardiovascular disease present since birth and occurs due to development disorder. A type of congenital heart defect is ventricular septal defect. Oral sedation has been used in dentistry, especially on child patients to overcome the anxiety of dental care. Chloral hydrate is a monohydrate derivate from chloral (trichloroacetaldehyde) which is hypnotic sedative medication and which is used for oral sedation. Chloral hydrate is used to mitigate anxiety before operation, usually after operation to overcome pain. Management of cardiovascular child patients in dentistry requires complete handling, in efforts to prevent the occurrence of bacterialis endocarditis. This paper discusses oral and dental condition and their management in cases of children with ventricular septal defect heart disorder. A six-year old boy was reported with ventricular septal defect going to undergo a heart operation. The patient was very non-cooperative in getting dental treatment. Oral sedation with chloral hydrate was performed for patient during dental patching and extracting. Mouth preparation was completed in two visits.

Keywords:oral sedation, chloral hydrate, ventricular septal defect

ABSTRAK

Penyakit jantung kongenital adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular yang terjadi karena kelainan perkembangan sejak lahir. Salah satu jenis kelainan jantung kongenital adalah ventricular septal defect. Sedasi oral telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi, terutama pada pasien anak untuk mengatasi rasa cemas dalam menghadapi perawatan gigi. Chloral hydrateialah derivat monohydrate darichloral (trichloroacetaldehyde)yang merupakan obat hipnotik sedatif dan banyak digunakan sebagai sedasi oral untuk mengurangi kecemasan sebelum operasi, dan setelah operasi untuk menanggulangi rasa sakit. Penatalaksanaan anak penderita penyakit kardiovaskuler di bidang kedokteran gigi memerlukan penanganan secara utuh, dalam upaya mencegah terjadinya endokarditis bakterialis. Makalah ini membahas keadaan gigi dan mulut serta penatalaksanaannya pada kasus anak dengan kelainan jantung ventricular septal defect. Dilaporkan seorang anak laki-laki usia 6 tahun, dengan ventricular septal defect yang akan dioperasi jantung. Karena pasien sangat tidak kooperatif, dilakukan penambalan dan pencabutan menggunakan sedasi oral dengan chloral hydrate.Mouth preparationberhasil diselesaikan dalam dua kali kunjungan. Kata kunci: sedasi oral,chloral hydrate,ventricular septal defect

Koresponden: Niniek S. Salurapa, Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar, Indonesia

PENDAHULUAN

Penanganan penyakit pada anak dewasa ini

memerlukan perawatan secara holistik dan

komprehensif yang mencakup semua aspek

pengobatan, yakni aspek preventif, promotif,

(2)

psikososialnya, sesuai dengan prinsip penanganan

pada pasien secara umum. Demikian halnya pada

pasien dengan keadaan kelainan jantung tentunya

juga akan memerlukan penanganan secara

paripurna, termasuk penanganan berbagai aspek

seperti kelainan pada gigi dan rongga mulutnya.

Pengetahuan mengenai perawatan gigi pada

penderita anak kelainan jantung, dan pencegahan

terhadap komplikasi yang dapat terjadi seperti

infeksi endokarditis sangat diperlukan utamanya

bagi yang akan melakukan penanganan anak

dengan kelainan jantung tersebut.1,2

Kelainan jantung pada anak dibagi menjadi 2,

yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan

jantung didapat. Secara garis besar kelainan

jantung bawaan dibagi menjadi kelainan jantung

bawaan sianotik dan kelainan jantung bawaan

non-sianotik. Salah satu jenis kelainan jantung

bawaan non-sianotik adalah ventricular septal defect.2,3

Tindakan perawatan gigi dapat menimbulkan

bakteriemia yang pada akhirnya dapat

menimbulkan infeksi endokarditis. Infeksi

endokarditis merupakan penyakit yang disebabkan

oleh infeksi mikroba pada lapisan endotelium

jantung dan pembuluh darah besar. Penyakit ini

ditandai dengan terbentuknya vegetasi yang dapat

terjadi pada katup jantung (baik katup buatan

maupun alami), endokardium, dan benda asing

intravaskuler seperti benda penutup defek atau

membuat pirau intrakardiak untuk memperbaiki

kelainan jantung bawaan. Timbulnya bakteriemia

dapat berasal dari perawatan yang dilakukan di

ruang praktek dokter gigi atau sebagai akibat dari

aktivitas sehari-hari seperti mengunyah, menyikat

gigi, atauflossingpada mulut yang sehat.2,3 Penggunaan sedasi telah banyak digunakan di

bidang kedokteran gigi. Sedasi berguna untuk

mengatasi rasa cemas dan rasa takut pasien dalam

menghadapi perawatan gigi. Terdapat tiga jenis

sedasi berdasarkan cara pemberiannya, yaitu

sedasi inhalasi, sedasi enteral (oral dan rektal), dan sedasi parenteral (intramuscular, subcutaneous, submucosal, intranasal, intravenous).3

Pasien anak-anak biasanya kurang kooperatif

dalam menghadapi perawatan gigi. Perawatan

pasien anak-anak dengan keadaan umum normal,

dapat dimulai dengan pendekatan psikologis yang

seringkali membutuhkan waktu cukup lama.

Namun untuk pasien anak-anak dengan kelainan

seperti kelainan jantung yang harus segera

dioperasi dan keadaan mulut harus bebas dari

fokal infeksi, maka perawatan gigi anak tersebut

harus segera diselesaikan. Salah satu cara

pendekatan dalam menangani pasien dengan

kondisi ini adalah dengan tindakan sedasi.4

Sedasi yang biasa digunakan pada bidang

kedokteran gigi anak adalah sedasi oral.

Keuntungan sedasi oral, antara lain cara

pemberiannya yang mudah, ekonomis dan

toksisitasnya yang minimal. Sedangkan

kerugiannya, antara lain efek yang ditimbulkan

dapat bervariasi. Obat yang digunakan untuk

sedasi oral terbagi dua golongan besar, yaitu

golongan barbiturat (pentobarbital, secobarbital, methohexital), dan nonbarbiturate hypnotics (chloral hydrate,paraldehyde).5

Chloral hydrate pertama kali diperkenalkan oleh Liebig pada tahun 1832 dan merupakan obat

sedatif yang tertua di bidang kedokteran gigi anak.

Di bidang kedokteran gigi, chloral hydrate merupakan obat yang populer digunakan untuk

manajemen kecemasan. Chloral hydrate tersedia dalam bentuk tablet dan sirup pada pemberian

oral, dan supositoria pada pemberian rektal. Pada

kedokteran gigi anak, sediaan dalam bentuk sirup

sangatlah berguna, tapi karena rasanya yang pahit,

obat dapat dicampur dengan susu atau jus buah.

(3)

saluran cerna ke dalam sistem kardiovaskular dan

dimetabolisme di hati dan ginjal. Onset of action chloral hydrate cepat, rasa mengantuk terjadi dalam 30-45 menit setelah pemberian obat. Masa

kerja obat berlangsung selama 2-5 jam. Meskipun

demikian.5

Efek chloral hydrate pada dosis terapeutik terhadap tekanan darah dan fungsi napas hampir

tidak ada sehingga keadaannya hampir sama

dengan keadaan waktu tidur biasa. Untuk itu

dapat digunakan sebagai sedatif sebelum

perawatan gigi dan dapat digunakan agar pasien

dapat tidur nyenyak pada malam hari sebelum

menerima prosedur dental. Obat ini digunakan

pada pasien dewasa dan anak-anak, tetapi kurang

efektif jika diberikan dalam dosis kecil atau jika

digunakan pada pasien dewasa yang debil.

Adapun kekurangan dan efek samping pada

chloral hydrate adalah rasa pahit, gangguan di lambung, mual, muntah, flatulence, sakit kepala ringan, dan ataksia. Kontraindikasinya adalah bila

terdapat alergi chloral hydrate dan turunannya, disfungsi berat pada hati dan ginjal, penyakit

jantung yang parah, gastritis, serta wanita

menyusui.1,4,5

Dosis toksik oralchloral hydrateadalah 10 g. Dosisnya tergantung berat badan pasien. Dosis

umumnya berkisar 50-100 mg/kg. Berdasarkan

survei, pada pasien anak untuk sedasi, dosisnya

antara 40-60 mg/kg. Overdosis pada pasien anak

jarang terjadi, namun pernah pada dosis 86 dan

118 mg/kg terjadi hipotensi dan respiratory arrest.3,5-7

Interaksi dan hal yang perlu diperhatikan pada pengunaanchloral hydrate

Penggunaan chloral hydrate secara jangka panjang dapat menjadi kebiasaan, namun pada

penggunaan di bidang kedokteran gigi tidak

demikian karena penggunaannya sesuai kebutuhan

saja. Pemantauan fungsi napas, tekanan darah, dan

nadi pasien setelah pemberian chloral hydrate penting, karena dapat terjadi depresi fungsi napas

dan jantung. Pasien yang akan disedasi dengan

chloral hydrate perlu diperiksa tonsilnya, karena chloral hydratedapat menyebabkan relaksasi otot-otot lidah, sehinga pada posisi supinasi, lidah dapat menutupi jalan napas pada pasien dengan

pembesaran tonsil. Pada pasien yang disedasi

dengan chloral hydrate perlu dipantau terus karena, bila pasien muntah, muntahannya

dikhawatirkan teraspirasi ke paru-paru.4,5,7

Penggunaan chloral hydrate pada pasien kelainan kardiovaskular parah harus dilakukan

dengan hati-hati, karena pada dosis besar dapat

mengakibatkan depresi miokardium. Akan tetapi

pada dosis terapeutik tidak ada kontra indikasi

penggunaanchloral hydrateuntuk pasien kelainan kardiovaskular.5-7

Penggunaan chloral hydrate pada pasien yang menerima terapi antikoagulan harus

dilakukan dengan seksama. Dosis chloral hydrate harus dikurangi pada pasien yang menerima terapi

obat depresi system saraf pusat, seperti alkohol,

opioid dan barbiturat karena dapat menambah dalamnya depresi.3,5-7

Pada studi kasus ini akan dipaparkan

mengenai penatalaksanaan mouth preparation dengan pendekatan farmakologis pada anak

penderita kelainan jantung bawaan ventricular septal defect, mulai dari keadaan gigi dan mulut serta penanganannya.

LAPORAN KASUS

Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun,

dikonsul dari Bagian Jantung Anak Rumah Sakit

Hasan Sadikin untuk dilakukanmouth preparation sebelum dilakukan operasi jantung. Diagnosis

(4)

Pada pemeriksaan fisik dan anamnesis

didapatkan keadaan keadaan umum pasien baik.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan data sebagai

berikut: pernapasan 22x/menit, denyut nadi

82x/menit, ekspresi muka tenang, suhu afebris,

kelenjar limfe tidak teraba dan tidak sakit. Pada

pemeriksaan status lokalis ekstra oral tidak ada

kelainan. Sedangkan dari keadaan intra oral

(gambar 1A) didiagnosis klinis gigi-geligi intra

oral sebagai gangren radiks 52, 51, 61, dan 62;

iritasi pulpa 71, 72, 81, dan 82; pulpitis reversibel

53, 54, 63, 64, 73, 74, dan 84. Atas kondisi

diagnosis tersebut dibuat rencana perawatan

berupa ekstraksi 52, 51, 61, dan 62; dan

penambalan 53, 54, 63, 64, 73, 74, 71, 72, 81, 82,

dan 84.

Pada kunjungan pertama, perawatan

dilakukan dengan upaya pendekatan psikologis

atau behavior management. Meskipun demikian perawatan dengan pendekatan perilaku yang

dilakukan pasien sangat tidak kooperatif dan

menunjukkan rasa takut dan kecemasan yang

tinggi sehingga perawatan tidak dapat dilakukan.

Oleh karena itu sebagai langkah berikutnya pasien

disarankan pulang untuk datang kembali, dan akan

direncanakan untuk dilakukan perawatan gigi

dengan sedasi oral menggunakan chloral hydrate setelah sebelumnya dilakukan konsultasi terlebih

dahulu mengenai persetujuan tindakan dengan

orang tua pasien termasuk pembuatan informed consent. Untuk kunjungan berikutnya, kepada ibu pasien diinstruksikan agar anaknya dipuasakan 4

jam sebelum dilakukan sedasi oral.

Pada kunjungan berikutnya, telah disusun

sebuah tata laksana kasus sebagai berikut

(tabel 1 dan tabel 2).

Tabel 1

. Tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama

Waktu Tindakan

09.05 pemberianchloral hydrate7 ml. (digunakanchloral hydrate10%, BB=20kg) 09.15 pasien mulai mengantuk

09.25 pasien tidur.

09.30 dilakukan perawatan berupa ekskavasi gigi 63, 64, 73, 74, dan 84 09.37 penambalan gigi 63, 64, 73, 74, dan 84 denganGlass Ionomer Fuji IX 09.45 ekskavasi gigi 71, 72, 81, dan 82

09.50 pasien terbangun, menangis, perawatan tidak dilanjutkan.

Rencana kunjungan

berikutnya ibu pasien diinstruksikan agar anaknya dipuasakan kembali 4

jam sebelum dilakukan sedasi oral.

Tabel 2. Tindakan yang dilakukan pada kunjungan kedua

Waktu Tindakan

08.40 pemberian chloral hydrate 8 ml (digunakan chloral hydrate 10%, BB=20 kg) sebelumnya diberikan premedikasi amoksisilin 500 mg, karena akan ekstraksi. 09.15 pasien mengantuk

09.30 pasien tertidur

09.45 pemberian anestesi lokal denganCitojectdi regio anterior rahang atas 09.50 ekstraksi 51, 52, 61, 62

09.53 Selesai

(5)

Pada kunjungan ketiga atau kontrol setelah

semua perawatan untuk gigi geliginya telah selesai

dilakukan dan semua fokal infeksi sudah tidak ada

(gambar 2A dan B), pasien dapat dikonsul

kembali ke Bagian Kardiologi Anak untuk

dilakukan perawatan berikutnya.

PEMBAHASAN

Perawatan gigi dan mulut pada anak dengan

kelainan jantung kongenital sangat penting

dilakukan untuk pencegahan terhadap

kemungkinan terdapatnya fokal infeksi. Hal utama

yang harus diperhatikan adalah pasien dengan

kelainan ini sangat rentan dengan endokarditis

bakterialis. Perawatan gigi yang menyebabkan

perdarahan pada jaringan lunak dapat

menimbulkan bakteremia sementara bakteri dalam

aliran darah dapat melekat pada defek jantung

yang menyebabkan terjadinya endokarditis dan

endarteritis bakteri. Pada pasien dengan kelainan

jantung dijumpai endokarditis bakteri setelah

tindakan skeling tanpa profilaksis dengan

antibiotika, yang timbul 11-16 hari kemudian.4,6

Ventricular septal defect adalah terbukanya septum yang memisahkan dua ventrikel dan

biasanya merupakan penyakit jantung bawaan.

Celah tersebut menyebabkan darah di ventrikel

kiri yang kaya akan oksigen bercampur dengan

darah di ventrikel kanan. Kerusakan pada dinding

ventrikel ini terdiri dari jenis sianotik dan

non-sianotik. Pada kebanyakan kasus tidak dapat

ditemukan etiologi dan faktor genetiknya. Gambar 2. A. Keadaan rongga mulut dan gigi pasien setelah perawatan. B. Keadaan pasien

setelah perawatan.

Gambar 1. A.Keadaan gigi geligi sebelum perawatan.B.Saat perawatan

A

B

(6)

Etiologinya kemungkinan kombinasi antara

genetik dan faktor lingkungan, termasuk infeksi

pada kehamilan. Anak dengan kasus ventricular septal defect dianjurkan untuk segera dioperasi. Persyaratan penjadwalan operasi boleh dilakukan

apabila keadaan umum yang lain telah memenuhi

syarat, termasuk keadaan mulut harus terbebas

dari fokal infeksi.4,6

Predisposisi karies gigi pada pasien penyakit

jantung tinggi. Salah satu penyebabnya adalah

karena penggunaan obat-obatan dengan kadar

sukrosa tinggi. Penggunaan suplemen besi pada

cacat bawaan pada jantung jenis sianotik dapat

menyebabkan pewarnaan gigi. Pada pasien

jantung sering juga terjadi polisitemia trombosis

dan perdarahan gusi. Penggunaan terapi

antikoagulan jangka panjang dapat menyebabkan

perdarahan gusi. Melihat keadaan di atas, maka

dokter anak atau spesialis jantung sebaiknya

merujuk anak ke Bagian Kedokteran Gigi Anak

sejak periode erupsi gigi pertama (6-12 bulan).4,6,7

Perawatan gigi dan mulut pada pasien

ventricular septal defect sama seperti pada pasien anak lain, yaitu dilakukan perawatan secara

komprehensif, dan rencana perawatan harus

mencakup bidang promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Anak yang menderita ventricular septal defect merupakan anak dengan resiko infeksi endokarditis, oleh karena itu perawatan

pulpa pada gigi sulung merupakan kontra indikasi.

Evaluasi prabedah jantung dilakukan 1-2 bulan

sebelum dilakukan bedah jantung. Apabila anak

kooperatif, waktu untuk penyuluhan dan

pengobatan gigi, telinga hidung dan tenggorokan,

dan urogenital kemungkinan cukup memadai

untuk pencegahan bakteriemia.4,6,8

Pada kasus di atas, pasien sangat tidak

kooperatif, hampir semua gigi sulung yang ada

sudah mengalami karies, sehingga untuk mengejar

waktu penjadwalan operasi jantung, rencana

perawatan dibuat sesuai waktu yang tersedia. Pada

kunjungan pertama kepada pasien dan

orangtuanya diberikan penyuluhan kesehatan gigi,

terutama cara pemeliharaan kesehatan gigi di

rumah dan pengertian endokarditis bakterialis,

serta jenis perawatan gigi yang harus

dilaksanakan. Pertama-tama pemeriksaan intra

oral dilakukan di kursi tamu. Setelah pasien tidak

takut dan mau diajak kerjasama, barulah

pemeriksaan dilakukan di kursi dental. Ekskavasi

dilakukan tanpa menggunakan bor, tetapi pada

saat ekskavasi karies yang hampir mencapai

pulpa, pasien kesakitan dan tidak mau membuka

mulut kembali. Kepada orangtua pasien

diterangkan tentang rencana perawatan dengan

menggunakan chloral hydrate pada kunjungan berikutnya.6,7

Efek samping chloral hydrate adalah mual dan muntah, sehingga pasien diinstruksikan puasa

untuk mencegah muntahannya teraspirasi masuk

ke paru-paru. Instruksi pasien yang akan diberi

chloral hydrate adalah puasa 4 (empat) jam sebelum minum obat, tidak boleh ada batuk pilek

dan sudah ada persetujuan dari dokter jantungnya,

serta dilakukan di tempat yang tersedia fasilitas

yang memadai di bawah pengawasan tenaga

profesional.

Pada kunjungan berikutnya, setelah pasien

siap, chloral hydrate dengan dosis 75 mg/kg BB dicampur dengan jus buah diberikan kepada

pasien oleh keluarganya dibawah pengawasan,

lalu pasien ditidurkan. Setelah itu pasien dengan

dipangku orangtua didudukkan di kursi dental

pada posisi seperti di gambar 1B). Saturasi dan

denyut nadi selama perawatan adalah dalam batas

normal (saturasi 95-100 ml/menit dan denyut nadi

80-90/menit). Penggunaan suction sangat dibutuhkan, karena pasien dirawat dalam keadaan

tidur, reflek menelan tidak ada, dan lidah

(7)

Pasien dirawat setelah tertidur lelap.

Perawatan dimulai dengan skaling, ekskavasi

karies dan penambalan. Setelah semua

penambalan selesai, terakhir kali dilakukan

ekstraksi, dengan tambahan instruksi premedikasi

antibiotika yang telah diresepkan 1 jam sebelum

makan obat.

SIMPULAN

Sedasi berguna untuk mengatasi rasa cemas

dan takut pasien dalam menghadapi perawatan

gigi. Sedasi yang biasa digunakan pada bidang

kedokteran gigi anak adalah sedasi oral, karena

cara pemberiannya mudah, ekonomis, dan

toksisitasnya minimal.

Pada bidang kedokteran gigi anak, sediaan

obat dalam bentuk sirup sangatlah berguna, tapi

karena rasanya yang pahit, obat dapat dicampur

dengan susu atau jus buah.Onset of action chloral hydratecepat, rasa mengantuk terjadi dalam 30-45 menit setelah pemberian obat. Masa kerja obat

selama 2-5 jam. Pasien diinstruksikan puasa 4 jam

sebelum minum obat untuk mencegah muntahan

teraspirasi masuk ke paru-paru. Tidak boleh ada

batuk pilek dan sudah ada persetujuan dari dokter

jantungnya, serta dilakukan di tempat yang

tersedia fasilitas yang memadai di bawah

pengawasan tenaga profesional.

Pasien dirawat setelah tertidur lelap dan

dilakukan di bawah pemantauan dengan oksimetri.

Pada pasien jantung dan anak yang tidak

kooperatif dapat menjadi pilihan untuk

mempersingkat waktu perawatan sebelum operasi

jantung dan menghindari trauma fisik maupun

psikologis bagi anak yang tidak kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cameron A, Richard PW. Handbook of pediatric dentistry. 2nd ed. St. Louis: Mosby Company; 2003. p. 389.

2. Dionne PB. Management of pain and anxiety in the dental office. Philadelphia: WB. Saunders; 2002. p. 136-9.

3. Goran K, Poulsen S. Pediatric dentistry: a clinical approach. Munksgaard Co; 2002. p. 164-5.

4. Malamed SF. Sedation: a guide to patient management. 4th ed. St. Louis: Mosby Company; 2003. p. 102-3.

5. Pinkham R. Pediatric dentistry infancy through adolescence. 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co.; 1999. p. 100-1.

6. Trieger N. Pain control. 2nd ed. St. Louis St. Louis: Mosby Company; 1994. p. 71-2. 7. Welbury R. Paediatric dentistry. 2nd ed.

Gambar

Tabel 1. Tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama
Gambar 1. A. Keadaan gigi geligi sebelum perawatan. B. Saat perawatan

Referensi

Dokumen terkait

Tahap I merupakan tahap awal yaitu survei meliputi kondisi lapangan, kondisi siswa dan identifikasi permasalahan yang ada dilapangan, kemudian dalam tahap ini

Kerangka Referensi Anatomi Posisi Anatomi Posisi anatomi digunakan sebagai rujukan agar hubungan dengan seluruh bagian tubuh dapat dijelaskan. – Tubuh berdiri tegak – Mata

Bahwa begitu pula sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 270-10931 tanggal 9 Oktober 2009 tentang Penetapan Hari Pemungutan

and rejected the others. I, then, Alfred, King of the West.. PROCESS OF UNIFICATION: WEST SAXON RESPONSE 45. Saxons, showed all these unto my wise men, and they said that it seemed

Data yang diperoleh dalam novel “Mengejar Impian Ayah” karya Abdi Siregar terdapat 23 nilai- nilai etika, 22 nilai-nilai pendidikan religius, 40 nilai-nilai pendidikan moral

Untuk mewujudkan desentralisasi yang berlandaskan pemerintahan yang baik di masa mendatang, maka harus ada kerjasama yang bersifat sinergis antara pemerintah pusat dengan daerah

Predikat LAKIP Jum lah jenis pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang dilaksanakan t epat w akt u. Subbag Keuangan, Perencanaan dan

[r]