• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbol dalam Film ”Cin(T)A”: Sebuah Tinjauan Semiotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makna Simbol dalam Film ”Cin(T)A”: Sebuah Tinjauan Semiotika"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOL DALAM FILM ”

cin(T)a

”:

SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh IMAS NOVIASARI

C0207031

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Berbicara tanpa tindakan hanyalah buang-buang waktu” (Penulis)

Cinta tak mengenal warna kulit, etnis serta agama melainkan kita harus pandai memilih keadaan mana yang paling tepat untuk kita. Bukankah Tuhan Maha Adil

yang telah menjadikan kita satu. (Penulis)

(6)

PERSEMBAHAN

1. Mama dan Papa terimakasih atas semua doa serta dukungan dan nasehat-nasehatnya. Ma, Pa mungkin aku belum bisa menjadi yang dapat dibanggakan, namun sekuat tenaga insyaallah akan menjadi seorang yang Mama inginkan. Ma, jangan putuskan doamu untukku. Semoga skripsiku ini menjadi salah satu dari sekian hal yang dapat membahagiakan Mama dan Papa.

2. Suryo Nugroho, sayang, terimakasih telah membuatku kembali lagi untuk bermimpi. Kesederhanaan mu membimbingku serta memberikanku rasa tenang dan nyaman. Sepanjang hidup seiring waktu aku bersyukur atas hadirmu, kau anugrah kedua dan terakhir dari Sang Maha Rohim, semoga Alloh berkahi kita kekasih penguat jiwaku. Kesabaran mu menemaniku semoga tak hanya sampai disini. Aku menjadi wanita yang berbahagia ketika kau datang untuk meminangku.

3. Sahabat-sahabatku, Ririn, Savitri, Pipit, Nana dan Wilda, terimakasih sudah memberi banyak sekali pengalaman dan kenangan. Jangan takut bermimpi dan mewujudkan hal-hal gila serta perubahan-perubahan buat orang-orang yang kita sayangi. Saranghae!!

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, Sang Khalik, di tangan-Nya segala kebaikan dan Dialah Maha Kuasa atas segala sesuatu di langit dan bumi. Limpahan nikmat, rahmat, inayah, hidayah dan karunia dari Allah SWT senantiasa menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Makna Simbol Dalam Film “cin(T)a”: Sebuah Tinjauan Semiotika Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph. D. Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

(8)

4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan untuk penulis. Penulis sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan dibimbing skripsi oleh Ibu Murtini.

5. Drs. Istadiyantha. MS, Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung.

7. Mama dan Papa yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat yang tak pernah lelah.

8. Suryo Nugroho Terima kasih atas inspirasi dan rasa sayang yang menjadi semangat penulis.

9. Saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku Ririn, Savitri, Pipit, Nana dan Wilda terimakasih atas bantuan, semangat dan pembelajaran diri bagi penulis, teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007 Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per

(9)

satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 9 Januari 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu ... 8

B. Kajian Pustaka ... 9

C. Kerangka Pikir... 23 BAB III METODE PENELITIAN

(11)

A. Objek Penelitian ... 26

b. Gambar mata sipit tokoh Cina ... 43

(12)

1. Gambar wajah seorang yang sedang tersenyum... 46

2. Gambar wajah seorang yang sedang bersedih ... 47

D. Pembahasan segi agama ... 49

b. Gambar pohon Natal dengan hiasan ketupat ... 71

c. Gambar lambang burung Garuda ... 73

d. Gambar semut ... 76

e. Gambar apel ... 78

f. Gambar wayang ... 79

g. Gambar tulisan di kaos Cina ... 81

h. Gambar tulisan di kaos Annisa ... 83

i. Gambar indeks prestasi Annisa ... 84

j. Gambar Annisa menerima telepon dari Ibunya... 86

k. Gambar Annisa sedang menghisap rokok ... 88

(13)

m. Gambar sikap toleransi Cina dan Annisa ... 92

n. Gambar penurunan lambang Garuda ... 94

o. Gambar bendera setengah tiang ... 96

p. Gambar membunuh semut ... 97

q. Gambar prosesi siraman ... 98

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 102

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA... 105

LAMPIRAN ... 107

(14)

ABSTRAK

Imas Noviasari. C0207031. 2011. Makna Simbol Dalam Film “cin(T)a”: Sebuah Tinjauan Semiotika Umberto Eco. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana wujud simbol dalam film cin(T)a? (2) Bagaimana makna simbol dalam film cin(T)a? (3) Bagaimana pesan dalam film cin(T)a?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud simbol dalam film cin(T)a. (2) Mendeskripsikan makna simbol dalam film cin(T)a (3) Mendeskripsikan pesan dalam film cin(T)a.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah film cin(T)a, sutradara Sammaria Simanjuntak. Adapun objek formalnya meliputi simbol-simbol dalam film cin(T)a. Sumber data penelitian ini adalah Film cin(T)a. Data dalam penelitian ini adalah gambar dan tulisan-tulisan yang menunjukkan adanya simbol-simbol yang terdapat dalam film cin(T)a sehubungan dengan teori semiotika umum (general semiotic theory) dari Umberto Eco berdasarkan the theory of lie (teori ”dusta) dan teori tanda yang dilihat dari batas-batas politis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Simbol-simbol dalam film cin(T)a berwujud gambar, tulisan seerta tindakan-tindakan dari sang tokoh. (2) Makna film cin(T)a adalah harapan dari masyarakat agar berdamai dengan perbedaan dalam bersosial tanpa adanya diskriminasi yang masih terjadi di negara Indonesia. (3) Pesan-pesan dalam film cin(T)a berupa pesan moral.

(15)

MAKNA SIMBOL FILM

2012. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana wujud simbol dalam film cin(T)a? (2) Bagaimana makna simbol dalam film cin(T)a? (3) Bagaimana pesan dalam film cin(T)a?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud simbol dalam film cin(T)a. (2) Mendeskripsikan makna simbol dalam film cin(T)a (3) Mendeskripsikan pesan dalam film cin(T)a.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah film cin(T)a, sutradara Sammaria Simanjuntak. Adapun objek formalnya meliputi simbol-simbol dalam film cin(T)a. Sumber data penelitian ini adalah Film cin(T)a. Data dalam penelitian ini adalah gambar dan tulisan-tulisan yang menunjukkan adanya simbol-simbol yang terdapat dalam film cin(T)a sehubungan dengan teori semiotika umum (general semiotic theory) dari Umberto Eco berdasarkan the theory of lie (teori ”dusta) dan teori tanda yang dilihat dari batas-batas politis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Simbol-simbol dalam film cin(T)a berwujud gambar, tulisan serta tindakan-tindakan dari sang tokoh. (2) Makna film cin(T)a adalah harapan dari masyarakat agar berdamai dengan perbedaan dalam bersosial tanpa adanya diskriminasi yang masih terjadi di negara Indonesia. (3) Pesan-pesan dalam film cin(T)a berupa pesan moral.

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0207031

2

Dosen Pembimbing

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk karyaseni yang banyak ditemui di masyarakat adalah

film.“Film merupakan wujud nyata dari seni kreatif yang sangat kompleks dalam

pengerjaanya oleh para pekerja seni. Arthur Asa Berger mendefinisikan film sebagai

bentuk seni kerjasama di mana sejumlah orang, dengan bidang keahlian yang

berbeda, melakukan suatu peran yang penting” (2005:128).

“Film merupakan medium audio-visual sehingga hal yang penting dalam

sebuah film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk satu

keutuhan cerita. Film juga merupakan gabungan dari berbagai ragam kesenian:

musik, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsur fotografi itulah yang

menyebabkan film menjadi kesenian yang kompleks” (PamusukEneste,

1991:18).Definisi lain diberikan oleh Marselli Sumarno yang mengartikan“film

sebagai karyaseni yang lahir dari suatu kreativitas orang-orang yang terlibat dalam

proses penciptaan film” (1996:28).

Pada perkembangan perfilman Indonesia beberapa tahun ini, temacinta

mengalami pendang kalan makna, dieksploitasi, dan terlalu disederhanakan.

Maknacinta sering kali terbiaskan dan terlupakan. Maknacintayaitu mengungkapkan

bahwa cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belaskasihan dan

1

(17)

2

pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab artinya

akibat yang baik yang positif berguna, saling menguntungkan menciptakan

keserasian, kesimbangan, kebahagiaan. Ada beberapa hubungan cinta yang ada dalam

kehidupan manusia antara lain cinta antara orang tua dan anak, cinta antara pria dan

wanita, cinta antar sesame manusia, cinta antar manusia dengan Tuhan dan cinta antar

manusia dengan lingkungan. “cin(T)a”mendefinisikan kembali keagungan kata cinta

dan kisah Agape, bentuk cinta paling murni antara Tuhan dan makhlukNya.

Film“cin(T)a”ini menceritakan kisah sehari-hari. Dalam film ini Sammaria

mengemas dialog-dialog yang banyak mengupas perbedaan, di tengah masyarakat

Indonesia yang masih menganggap masalah perbedaan sering dianggap tabu untuk

dibicarakan secara terbuka. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara yang

multikultur, tentunya wacana perbedaan harus dapat dikomunikasikan dengan jujur

dan cerdas untuk mengurangi permasalahan karena perbedaan itu sendiri.

Dalam penyampaian pesannya, film “cin(T)a”ini banyak menggunakan simbol

yang sarat dengan sebuah makna yang ditandai lewat penulisan judul film,

buah-buahan, hewan, musik, wayang, yang divisualisasikan lewat peristiwa-peristiwa yang

terjadi di sepanjang durasi film berupa aktifitas religi, tingkahlaku serta gaya bicara

tokoh dan arsitektur bangunan. Hal-hal tersebut menarik untuk diteliti dengan film

cin(T)a”sebagai obyek kajian. Banyaknya pelajaran-pelajaran moril yang sangat

berguna dalam kehidupan beragama, berbangsa, bernegara dan juga bercinta. Film

cin(T)a”bukan hanya menceritakan tentang cinta dan konfliknya saja, yaitu juga

menceritakan tentang konflik etnis, pluralitas, senioritas kampus dan keTuhanan.

(18)

3

Film “cin(T)a” sangat menarik untuk diteliti dikarenakan film ini merupakan film

unik dan rumit namun memaparkan kejujuran. Unik artinya film ini berani

mengunggkapkan hal yang masih dianggap tabu oleh masyarakat, akan tetapi dewasa

ini makin marak tindakan diskriminasi yang dilakukan olah masyarakat Indonesia.

Rumit karena munculnya simbol yang merupakan kesatuan utuh untuk

menggambarkan isi cerita.Serta belum ditemukannya data penelitian lain yang

mengkaji film “cin(T)a”inisebelumnya.

Film ini juga dikatakan jujur. Hal ini dapat dilihat dari Sammaria dalam

menyampaikan ide-idenya, dengan dibantu Saira Jihan dan Sunny Soon sebagai

pemainnya. Saira Jihan dan Sunny Soon adalah adalah pemain baru dalam kancah

perfilman di Indonesia. Dalam menjalani perannya, mereka bersikap sangat

professional dan sangat mendalami peran masing-masing agar pesandapat

disampaikan dengan jelas kepada masyarakat di Indonesia untuk selalu lebih

menghargai perbedaan, kedamaian dan solidaritas.

Dengan demikian, film ini dapat memberikan hiburan yang berarti

menyeluruh yang akan menjadi magnet baruuntuk generasi muda. Hal ini dapat

dicerna oleh penonton sebagai suatu simbol, sehingga hal tersebut menarik perhatian

peneliti untuk meneliti lebih dalam.

Teori yang akan digunakan dalam menganalisis Film ini adalah menggunakan

teori “dusta” Umberto Eco. The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco

menjelaskan bahwa semiotika pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh.

(19)

4

pula untuk mengatakan apa-apa. Tanda yang dilihat dari batas-batas politis Semiotika

hewan (zoosemiotics), Kinesika dan proksemika (kinesics and proxemics), Kode-kode

musikal (musical codes), Bahasa alami (natural languages) dan Komunikasi visual

(visual communications)merupakan suatu wilayah penelitian mulai dari proses

komunikasi yang nampaknya lebih alami dan spontan hingga sampai pada sistem

kultural yang sangat rumit. Hal tersebut dipandang sebagai bagian dari bidang kajian

semiotis.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini diberi judul Makna Simbol

Dalam Film “Cin(T)a” Karya Sammaria Simanjuntak: Sebuah Tinjauan Semiotika

Umberto Eco.

B. PembatasanMasalah

Adapunmasalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada masalah

semiotika yang mengkaji simbol dan makna dalam Film “cin(T)a”.

C. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian

ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana wujud simbol dalam film “cin(T)a”?

2. Bagaimana makna simbol dalam film “cin(T)a”?

3. Bagaimana peran simbol dalam film “cin(T)a”terhadap pesan yang

disampaikan pada masyarakat?

(20)

5

D. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan

penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan wujud simbol dalam film “cin(T)a”.

2. Mendeskripsikan makna simbol dalam film “cin(T)a”.

3. Mendeskripsikan pesan yang disampaikan pada masyarakat dalam

film “cin(T)a”.

semiotika dalam mengungkap film “cin(T)a”.Selain itu, dapat pula digunakan

sebagai pijakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu

pembaca untuk lebih memahami isi cerita film “cin(T)a”terutama sehubungan

dengan pesan yang disampaikan lewat tanda-tanda lewat ilmu yaitu semiotika.

Terutama untuk teori semiotika Umberto Eco berdasarkan the theory of lie

(teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat dari batas-batas politis. Serta

(21)

6

bukan hanya untuk hiburan saja melainkan untuk sebuah pelajaran yang dapat

diterima masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan

gambaran mengenai urutan tentang penelitian.Adapun sistematika dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan. Latar belakang masalah menguraikan alas an diadakannya

penelitian dan pemilihan film “cin(T)a”sebagai objek penelitian. Pembatasan

masalah menguraikan pembatasan terhadap masalah-masalah yang diteliti, yang

meliputi wujud tanda, simbol, makna dan pesan yang terdapat dalam film

cin(T)a”.Rumusan masalah menguraikan rumusan masalah yang akan diteliti.

Tujuan penelitian menguraikan hal yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat

penelitian menguraikan manfaat teoretis dan praktis yang dapat diambil dari

penelitian ini. Sistematika penulisan diperlukan untuk memudahkan dalam proses

analisis permasalahan sehingga bersifat lebih sistematis.

Bab kedua adalah kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian

terdahulu berisi daftar beberapa penelitian yang menggunakan teori semiotika. Kajian

pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas

dalam penelitian ini, yang terdiri dari unsur-unsur pembentuk film, terdiri dari unsure

naratif dan unsure sinematik, tanda-tanda, semiotika, teori semiotika Umberto Eco

(22)

7

batas politis. Kerangka pikir berisi penggambaran mengenai cara pikir yang

digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang diteliti.

Bab ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang objek

penelitian, sumber data dan data, metode penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan

data dan teknik pengolahan data.

Bab keempat adalah analisis film “cin(T)a”dengan pendekatan semiotika

Umberto Ecoberdasarkan the theory of lie (teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat

dari batas-batas politis.Analisis ini membahas tentang unsure naratif dan sinematik,

wujud tanda, simbol, makna berdasarkan tanda-tanda, dan pesan di balik makna

tanda dan symbol dalam Film “cin(T)a”sehubungan dengan teori Semiotika Umberto

Eco berdasarkanthe theory of lie (teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat dari

batas-batas politis.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran. Bab

iniberisi simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis terhadap film

cin(T)a”karya sutradara Sammaria Simanjuntak.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas

Gadjah Mada penelitian dengan objek kajian berupa semiotika Umberto Eco untuk film “cin(T)a” karya Sammaria Siamnjuntak ini belum pernah dilakukan. Sejauh ini teori semiotika Umberto Eco memang jarang ada yang menggunakannya sebagai bidang kajian. Hanya satu yang ditemukan di

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ditemukan beberapa Di Universitas Sebelas Maret penelitian dengan menggunakan teori semiotika Umberto Eco berikut ini.

Film Musikal Dokumenter ” Generasi Biru”: Sebuah Tinjauan Semiotika Umberto Eco. Skripsi tersebut ditulis oleh Lianita Mustikaning Raras, mahasiswi program Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret pada tahun 2010.

Penelitian film “cin(T)a” belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti film “cin(T)a” karya sutradara Sammaria Simanjutak. Sejauh ini, penelitian film

belum banyak ditemukan, dan penelitian dengan menggunakan teori semiotika Umberto Eco masih jarang yang menggunakannya. Adapun beberapa artikel yang berhasil ditemukan yang berkaitan

dengan film cin(T)a.

Artikel pertama www. godisadirector.com merupakan situs resmi dari film cin(T)a yang mengulas tentang film tersebut.

Artikel kedua yaitu didapat dari http://www.kitareview.com/Film/Indonesia/Cin%28t %29a.html mengulas tentang sinopsis dan ringkasan film cin(T)a.

Sebagian besar penelitian di atas menganalisis objek-objeknya dengan menggunakan teori semiotika Riffatere, Roland Barthes, dan Charles Sanders Peirce. Posisi peneliti dalam hal ini adalah mencoba meneliti dengan menggunakan pendekatan yang sama yaitu semiotika, namun

(24)

berbeda pakar semiotika, yaitu Umberto Eco. Kajian yang telah diteliti oleh penelitiyaitu berupa

simbol dalam film “ cin(T)a” sehubungan dengan the theory of lie (teori ”dusta”) danteori tanda yang dilihat dari batas-batas politis.

B. Kajian Pustaka

1. Film

a. Unsur-unsur pembentuk Film

Secara garis besar, film terdiri dari dua unsur pembentuk, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling melengkapi guna membentuk sebuah film. Unsur naratif

adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu (Himawan Pratista, 2008:33). Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film (Himawan Pratista, 2008:2). Setiap cerita

tentunya memiliki unsur-unsur seperti konflik, lokasi, masalah, tokoh dan waktu. Unsur-unsur tersebut membentuk unsur naratif secara utuh. Unsur naratif juga berfungsi sebagai pembentuk

jalinan peristiwa agar sesuai dengan maksud yang diharapkan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif (Himawan

Pratista, 2008:2).

Unsur naratif memiliki lima elemen pokok, yaitu.

1) Ruang

Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan berkreatifitas. Film cerita pada umumnya mengambil latar atau lokasi yang nyata. Dalam sebuah adegan pembuka

seringkali diberi keterangan teks di mana cerita film tersebut berlokasi untuk memperjelas penonton.

2) Waktu

Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yaitu urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi. Urutan waktu merupakan pola berjalannya waktu

(25)

cerita sebuah film. Durasi waktu merupakan rentang waktu yang dimiliki oleh sebuah film

untuk menampilkan cerita. Frekuensi waktu merupakan munculnya kembali suatu adegan yang sama dalam waktu yang berbeda.

3) Pelaku cerita

Pelaku cerita terdiri dari karakter utama dan pendukung. Karakter utama adalah motivator utama yang menjalankan alur naratif sejak awal hingga akhir cerita. Karakter utama

biasanya menduduki peran protagonis, sedangkan karakter pendukung lebih cenderung menjadi antagonis. Karakter pendukung juga sering bertindak sebagai pemicu konflik.

4) Konflik

Konflik atau permasalahan merupakan penghalang yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya. Konflik sering muncul dikarenakan pihak protagonis memiliki

tujuan yang berbeda dengan pihak antagonis. 5) Tujuan

Tujuan merupakan harapan atau cita-cita yang dimiliki oleh pelaku utama. Tujuan dapat bersifat fisik (materi) dan nonfisik (non-materi). Tujuan fisik merupakan tujuan yang bersifat nyata, sedangkan tujuan nonfisik merupakan tujuan yang sifatnya abstrak (tidak nyata)

(Himawan Pratista, 2008:35-44).

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi film. Unsur sinematik

terbagi menjadi empat elemen pokok, yakni mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Masing-masing elemen sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh (Himawan Pratista, 2008:1-2).

1) Mise-en-c-scene

Mise-en-scene adalah segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil

gambarnya dalam sebuah produksi film (Himawan Pratista, 2008:61). Mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yaitu: setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), para pemain dan pergerakannya (akting).

(26)

a) Setting(latar)

Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Setting yang digunakan

dalam sebuah film umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya. Setting

yang sempurna pada prinsipnya adalah setting yang otentik. Fungsi utama setting adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya. Selain berfungsi sebagai latar cerita, setting juga mampu

membangun mood sesuai dengan tuntunan cerita. Fungsi lain dari setting adalah sebagai penunjuk status sosial, penunjuk motif tertentu dan pendukung aktif adegan. (Himawan

Pratista, 2008:62-70).

Terdapat tiga jenis setting yaitu i) Set studio

Set studio cenderung digunakan untuk film-film aksi, drama, perang, western dan fantasi.

ii) Shot on location

Shot on location adalah produksi film dengan menggunakan lokasi aktual yang

sesungguhnya.

iii) Set virtual

Set virtual hampir sama dengan shot on locatian, yaitu menggunakan lokasi yang

sesungguhnya.

b) Kostum dan tata rias wajah (make-up)

Kostum dan tata rias wajah (make-up) merupakan unsur yang cukup penting dalam

sebuah film. Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh asesorisnya. Dalam sebuah film, busana tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh semata, namun juga

memiliki beberapa fungsi sesuai dengan konteks naratifnya. Fungsi kostum adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu, penunjuk status sosial, penunjuk kepribadian pelaku cerita, sebagai motif penggerak cerita, sebagai pembentuk image (citra), dan warna kostum juga

(27)

merupakan simbol tertentu. Tata rias wajah secara umum memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. (Himawan Pratista, 2008:71-74).

c) Pencahayaan (lighting)

Pencahayaan (lighting) merupakan unsur yang juga cukup penting dalam sebuah film. Tanpa cahaya, film tidak akan pernah ada. Tata cahaya dalam film secara umum dapat

dikelompokkan menjadi empat unsur, yakni, kualitas, arah, sumber, serta warna cahaya. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi tata cahaya dalam membentuk suasana serta mood

sebuah film (Himawan Pratista, 2008:75). Kualitas cahaya merujuk pada besar kecilnya intensitas pencahayaan. Arah cahaya merujuk pada posisi sumber cahaya terhadap objek yang dituju. Sumber cahaya merujuk pada karakter sumber cahaya, yakni pencahayaan

buatan dan pencahayaan natural seperti apa adanya di lokasi setting. Warna cahaya merujuk pada penggunaan warna dari sumber cahaya (Himawan Pratista, 2008:76-78).

d) Pemain serta pergerakannya (akting).

Terdapat jenis-jenis karakter atau pelaku cerita, yaitu. i) Karakter manusia

Karakter manusia merupakan karakter yang paling umum ada dalam sebuah film. Karakter manusia biasanya selalu hadir dalam setiap peristiwa.

ii) Karakter non-manusia

Karakter non-manusia digunakan amat terbatas dan seringkali tampak dalam film-film drama keluarga, fiksi ilmiah, fantasi, dan horor.

iii) Karakter non-fisik

Karakter non-fisik muncul ketika karakter suatu cerita tidak memiliki wujud fisik

yang nyata.

iv) Karakter animasi

(28)

apapun, baik manusia, binatang, mekanik, maupun benda mati. Karakter animasi dapat

berupa animasi dua dimensi maupun tiga dimensi. Selain jenis-jenis karakter, terdapat pula jenis-jenis pemain, yaitu

i) Pemain figuran

Karakter figuran adalah semua karakter di luar para pelaku cerita utama. ii) Aktor amatir

Aktor amatir biasanya digunakan bukan karena kemampuan akting mereka, namun karena otentitas mereka dengan karakter yang diperankan.

iii) Aktor profesional

Aktor profesional merupakan seorang aktor yang sangat terlatih dan mampu bermain dalam segala jenis peran yang diberikan pada mereka dengan berbagai macam

gaya. iv) Bintang

Bintang merupakan pemain yang dipilih karena nama besar yang dimilikinya. v) Superstar

Superstraadalah seorang bintang yang sangat populer. Film-film yang dibintangi

superstarselalu sukses secara komersil.

berperan. Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stok filmnya. Unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan film, framing, serta durasi gambar.

(29)

a) Kamera dan film

Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar dan sebagainya.

b) Framing

Framing adalah hubungan kamera dengan obyek yang diambil, seperti batasan

wilayah atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya.

c) Durasi gambar

Durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera

(Himawan Pratista, 2008:89). 3) Editing

Proses pengambilan gambar telah selesai dan setelahnya produksi film memasuki tahap

editing. Dalam tahap ini shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah dan dirangkai hingga

menjadi satu rangkaian kesatuan yang utuh. Aspek editing bersama pergerakan kamera

merupakan satu-satunya unsur sinematik yang murni dimiliki oleh seni film. Definisi editing pada tahap produksi adalah proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Definisi editing setelah filmnya jadi (pasca produksi) adalah teknik-teknik yang

digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. Berdasarkan aspek temporal, editing dibagi menjadi dua jenis, yakni editing kontinu dan editing diskontinu. Editing kontinu adalah

perpindahan shot langsung tanpa terjadi lompatan waktu. Sebaliknya editing diskontinu adalah perpindahan shot dengan terjadi lompatan waktu(Himawan Pratista, 2008:123-124).

4) Suara.

Fungsi suara secara umum adalah menjaga kesinambungan gambar, memberikan informasi melalui dialog dan narasi. Secara umum, suara dapat dikelompokkan menjadi tiga

jenis, yakni dialog, musik, dan efek suara. a) Dialog

(30)

maupun di luar cerita (narasi). Terdapat beberapa jenis variasi dan teknik dialog, yakni

monolog, overlapping dialog, dubbing, dan transisi bahasa.

i) Monolog

lainnya dengan volume suara yang sama. Umumnya teknik ini digunakan untuk adegan pertengkaran mulut atau adegan-adegan di ruang publik (ramai) (Himawan Pratista, 2008:152).

iii) Dubbing

Dubbing merupakan proses pengisian suara dialog yang dilakukan setelah

produsi film. Dubbing umumnya digunakan untuk menggantikan teks terjemahan atau subtitle (Himawan Pratista, 2008:153).

Efek suara adalah semua suara yang dihasilkan oleh semua objek yang ada di dalam

maupun di luar cerita film. Efek suara dalam film juga sering diistilahkan dengan noise. Semua suara tambahan selain suara dialog, lagu, serta musik adalah efek suara (Himawan

Pratista, 2008:156). Adapun fungsi dari efek suara adalah sebagai pengisi suara latar. Keadaan di dalam film tersebut akan semakin hidup dengan adanya efek suara. Efek suara yang baik akan membuat penonton seakan-akan mendengar suara pada lokasi yang

(31)

sebenarnya.

b. Klasifikasi Film

Metode yang paling mudah digunakan dalam mengklasifikasi film adalah berdasarkan

genre, seperti aksi, drama, horor, musikal, western dan sebagainya. Berdasarkan genre induk primer, film dibagi atas film aksi, drama, epik sejarah, fantasi, fiksi ilmiah, horor, komedi, kriminal, musikal, petualangan, perang, dan western. Adapun berdasarkan genre induk sekunder,

film dibagi atas film bencana, biografi, detektif, film noir, melodrama, olahraga, perjalanan, roman, superhero, supernatural, spionase, dan thriller (Himawan Pratista, 2008:13).

2. Pendekatan Semiotika

Teori Semiotika Umberto Eco

Umberto Eco merupakan salah satu tokoh semiotika yang juga merupakan seorang filosof dan

novelis berkebangsaan Italia. Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest berpendapat bahwa semiotika Umberto Eco merupakan bidang kajian semiotika secara umum (generalsemiotic theory) yang

mampu menjelaskan semua permasalahan fungsi tanda (sign-function) berdasarkan sistem hubungan antarunsur, yang terdiri atas satu kode atau lebih (1996:26). Umberto Eco berpendapat mengenai teori semiotika sebagai berikut.

Semiotika berurusan dengan segala sesuatu yang bisa dipandang sebagai tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dipakai pengganti sesuatu yang lain secara signifikan. Sesuatu yang lain tidak perlu benar-benar eksis atau berada di suatu tempat agar tanda dapat menggantikannya. Oleh karena itu, semiotika secara prinsipiil adalah disiplin yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong. Jika sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengekspresikan kebohongan, maka dia juga tidak bisa dipakai untuk mengatakan apa-apa (Eco, 2009:7).

The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco menjelaskan bahwa semiotika pada prinsipnya

adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh. Jika sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengecoh, maka ia tidak

dapat digunakan pula untuk mengatakan apapun. The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco bukan merupakan teori yang memiliki pengertian negatif. Kata-kata mengecoh, mendustai, dan mengelabui yang dikemukakan Umberto Eco hendaknya tidak diartikan secara denotatif. The

(32)

theory of lie (teori ”dusta”) hadir dalam lingkup sastra yang memiliki cara tersendiri untuk

mengungkapkan sesuatu. Hal inilah yang sebenarnya terkandung dalam pemikiran Umberto Eco dalam the theory of lie (teori ”dusta”) miliknya.

Selain mengemukakan the theory of lie (teori ”dusta”), Umberto Eco juga memuat pemikirannya tentang batas-batas penelitian semiotika. Semiotika secara umum (generalsemiotic theory) Umberto Eco membagi batas-batas penelitian sesuai dengan objek dan kesepakatan

sementara. Batas-batas penelitian yang dimaksudkan Umberto Eco adalah batas politis, batas-batas alami, dan batas-batas-batas-batas epistemologis.

Batas-batas alami adalah tapal batas yang tidak dapat dilampaui oleh pendekatan semiotika; karena wilayah di balik tapal batas itu adalah wilayah nonsemiotis, karena di situ tidak ada fenomena yang bisa dianggap sebagai fungsi tanda(Eco, 2009:5-6). Batas-batas epistemologis

adalah batas yang tidak bergantung pada definisi objek semiotis, melainkan pada definisi kemurnian teoretis dari disiplin semiotika itu sendiri (Eco, 2009:40-41).Batas politis Umberto Eco juga dikenal

sebagai batas budaya. Istilah budaya digunakan Umberto Eco untuk menghindari salah tafsir bagi kata politis itu sendiri. Dalam penelitian ini digunakan batas-batas politisnya saja. Hal ini dikarenakan objek yang digunakan hanya memungkinkan diteliti melalui batas-batas politisnya.

Batas-batas politis merupakan wilayah penelitian mulai dari proses komunikasi yang tampak lebih alami dan spontan hingga sampai pada sistem kultural yang sangat rumit. Batas-batas politis

terdiri dari:

Semiotika hewan (zoosemiotics): bidang kajian ini mewakili batas terendah semiotika karena menelaah perilaku komunikatif kawanan-kawanan bukan manusia.

Tanda-tanda berupa bebauan (olfactory signs): jika terdapat bebauan dengan nilai konotatif yang dapat ditangkap oleh kepekaan emotif, maka pasti juga ada bebauan yang memiliki

nilai referensial yang persis.

Komunikasi rabaan (tactile communication): ini dikaji oleh psikologi. Dilibatkan dan disadari dalam komunikasi antar pihak-pihak yang tak dapat melihat dan dalam perilaku

(33)

dalam interaksi jarak. Bahkan jenis kajian ini cenderung melibatkan perilaku-perilaku yang

jelas-jelas terkodifikasi secara sosial, semacam ciuman, pelukan, bantingan, tepukan di pundak, dan seterusnya.

Kode-kode cecapan (codes af taste): yang terdapat dalam kegiatan masak-memasak, yang dikaji antropologi kultural.

Paralinguistik (paralinguistics): bidang kajian ini mengkaji apa yang juga disebut dengan sisi-sisi suprasegmmental dan varian-varian bebas yang memungkinkan terjadinya komunikasi linguistik dan makin lama makin terinstitusionalisasi dan tersistematisasi.

Semiotika medis (medical semiotics): sebagai sebuah studi tentang hubungan antara tanda atau gejala-gejala tertentu dengan penyakit yang diindikasikannya. Semiotika medis juga disebut sebagai sebuah studi tentang cara di mana pasien memverbalkan gejala yang

dirasakannya.

Kinesika dan proksemika (kinesics and proxemics): gestur bergantung pada kode-kode kultural sudah memperoleh pengertian antropologi budaya.

Kode-kode musikal (musical codes): seluruh ilmu musikal berupaya mendeskripsikan medan komunikasi musikal sebagai sistem yang terstruktur secara ketat.

Bahasa-bahasa formal (formalized languages): di antara studi-studi yang sesuai dengan penelitian-penelitian semiotis adalah studi atas struktur matematis. Juga termasuk ke dalam

wilayah ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menemukan suatu bahasa kosmis dan antarplanet.

Bahasa tulis, alfabet yang tak dikenal, kode rahasia: studi atas alfabet yang tidak dikenal dan

kode-kode rahasia adalah kampiun paling penting dalam arkeologi dan kriptografi, maka

penelitian yang dicurahkan untuk tulisan sebagai sebuah fenomena yang berbeda dari hukum-hukum bahasa yang ditranskripsikan oleh tulisan masih relatif baru.

Bahasa alami (natural languages): setiap acuan pustaka dalam bidang ini harus mengacu ke bibliografi umum mengenai linguistik, logika, filsafat bahasa, antropologi budaya dan

(34)

psikologi. Di sisi lain, kesempurnaannya hanya didapati secara utuh dalam kajian bahasa

secara struktural.

Komunikasi visual (visual communications): studi-studi tentang masalah ini mencakup wilayah yang merentang dari sistem yang memiliki taraf formalitas tinggi. Mulai dari sistem grafis, sistem warna, sampai pada studi tanda-tanda ikonik. Pada tataran tertinggi komunikasi visual meliputi kajian ikonigrafis yang cukup luas, yaitu fenomena visual dalam

komunikasi masa.

Sistem objek-objek (system of objects): objek sebagai sarana komunikatif masuk ke dalam ranah semiotika, yang merentang dari arsitektur sampai objek-objek pada umumnya.

Struktur alur (plot structure): studi alur yang teramat penting berkembang pesat dalam kajian mitologi primitif. Namun studi ini masih berhubungan pula dengan komunikasi

massa, dari lelucon hingga cerita detektif.

Teori teks (text theory): perkembangan dalam analisis alur serta analisis bahasa puitik telah mengarahkan semiotika ke pemahaman arti teks sebagai unit makro, yang diatur oleh aturan-aturan generatif yang khusus.

Kode-kode kultural (cultural codes): sistem sopan santun, hierarki-hierarki, dan sistem pemodelan sekunder, yaitu mencakup mitos, legenda, teori teologi primitif yang ditampilkan dalam wujud sebuah tatanan dunia yang dibayangkan sebuah masyarakat.

Teks-teks estetis (aesthetic texts): bidang kajian semiotis juga meluas sampai ke wilayah yang secara tradisional juga bagian estetika. Estetika juga berkaitan dengan aspek-aspek nonsemiotis dari seni seperti psikologi daya cipta artistik, relasi antara bentuk artistik dan

bentuk natural, definisi fisik-psikologis dari kenikmatan estetis, analisis hubungan seni dengan masyarakat, dan sebagainya.

Komunikasi massa (mass communications): wilayah ini berkaitan dengan beragam disiplin, dari psikologi sampai sosiologi dan pedagogi. Studi komunikasi massa mengusung sebuah objek tunggal sejauh dia mengklaim bahwa industrialisasi komunikasi tidak hanya

(35)

mengubah kondisi-kondisi dan syarat-syarat bagi penerimaan dan pengiriman pesan.

Retorika (rhetoric): retorika menawarkan sarana-sarana yang dapat dimanfaatkan oleh disiplin yang mencakupnya. Daftar kepustakaan tentang aspek-aspek semiotis dari retorika

terlihat mirip dengan kepustakaan retorika. (Eco, 2009:10-18, Panuti Sudjiman, Zoest van,1996:34-42)

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian terhadap film “cin(T)a”karya Sammaria Simanjuntak ini digunakan pendekatan semiotika. Teori yang digunakan dalam pendekatan semiotika ini adalah teori

semiotika umum (generalsemiotic theory) dari Umberto Eco. Penelitian merasa dengan penerapan teori tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji, yaitu tanda dan simbol serta makna yang terdapat dalam film “cin(T)a”. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis

film “cin(T)a” adalah sebagai berikut.

Pertama penulis menentukan objek penelitian, yaitu film “Cin(T)a”karya Sammaria

Simanjuntak. Lalu dilakukan pemahaman sungguh-sungguh terhadap film tersebut sehingga

menemukan maksud yang terdapat di dalamnya. Dalam proses pemahaman tersebut, ditemukan bahwa dalam film ini terkandung banyak tanda-tanda yang perlu diungkap makna dan pesannya.

Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah adanya tanda-tanda, makna, dan pesan yang terdapat di dalam film “Cin(T)a”karya Sammaria Simanjuntak.

Selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan digunakan untuk

menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan teori semiotika umum (generalsemiotic theory) dari Umberto Eco dan teori unsur-unsur pembentuk

film.Tanda-tanda yang terdapat dalam film “Cin(T)a dipisahkan terlebih dahulu berdasarkan unsur-unsur pembentuk film. Pemisahan atau pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh unsur naratif dan unsur sinematik. Analisis selanjutnya adalah dengan memanfaatkan the theory of lie

(36)

(teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat dari batas-batas politis. Penggunaan teori tersebut

dimaksudkan untuk memperoleh makna tanda-tanda dan pesan dalam film Cin(T)a secara lebih optimal lagi. Hal ini terjadi karena semiotika merupakan teori yang mengkaji tanda secara

langsung.

Terakhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan pesan dari film cin(T)a dengan didasarkan pada analisis terhadap tanda-tanda yang terkandung di dalam film tersebut.

Film cin(T)a

Simpulan Pesan Makna tanda

Teori semiotika Umberto Eco meliputi the theory of lie (teori ”dusta”) danteori tanda yang dilihat dari batas-batas politis

Unsur-unsur pembentuk film meliputi unsur naratif dan unsur sinematik Tanda-tanda yang berupa gambar, foto dan dialog

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal (Sangidu, 2004: 62). Objek material dari penelitian ini adalah film Cin(T)a, sutradara Sammaria

Sumber data penelitian ini adalah Film Cin(T)a. Film berdurasi 79 menit ini disutradarai

oleh Sammaria Simanjuntak. Serta penulisan skenario dibantu oleh Sally Anom Sari. Film ci(T)a

diproduseri Adi Panuntun, M. Budi dan Sammaria Simanjuntak. Cin(T)a diproduksi oleh

Moonbeam dan Sembilan Matahari Film.

2. Data

Adapun data dalam penelitian ini adalah pemaknaan dari gambar, foto dan dialog yang

menunjukkan adanya tanda-tanda yang terdapat dalam film cin(T)a.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2001: 3).

D. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah semiotika, berdasarkan teori semiotika Umberto Eco.

Teori semiotik Umberto Eco merupakan teori semiotika umum (general semiotic theory), yaitu

(38)

mencakup the theory of lie (teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat dari batas-batas politis. E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi pustaka), yaitu “serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah penelitian” (Mestika Zed, 2004: 3). Apabila data sudah dikumpulkan, data-data tersebut diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa gambar potongan adegan dalam film yang menunjukkan adanya tanda dan simbol yang terdapat dalam film cin(T)a sehubungan dengan teori semiotika umum (general semiotic theory) dari

Umberto Eco berdasarkan the theory of lie (teori ”dusta”) dan teori tanda yang dilihat dari

batas-batas politis.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut.

Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan tahap mengumpulkan data-data yang televan, akurat yang

digunakan dalam mengemukakan makna yang terdapat pada film cin(T)a.

Tahap Analisis

Tahap ini merupakan tahap analisis untuk menemukan makna yang terdapat pada film cin(T)a.

Tahap Melaporkan

Tahap ini merupakan tahap melapor hasil penelitian terhadap makna yang terdapat pada film cin(T)a.

Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (1992: 16-20), analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi data

(39)

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dari catatan-catatan yang dikumpulkan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditemukan kesimpulan akhir.

2. Penyajian data

Tahap ini dilakukan setelah data dikumpulkan dan telah pula dilakukan reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penarikan kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah diolah dan dianalisis pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik penarikan kesimpulan induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat permasalahan dari data yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

(40)

BAB IV

ANALISIS

Dalam bab ini akan dibahas tanda-tanda yang terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

A. Judul Film

Pembahasan paling dasar yaitu dari judul film yang dapat dilihat dari teknik penulisan judul tersebut mengandung multiarti sehingga

Adapun yang akan dibahas dari segi pembahasan segi fisik yaitu dilihat dari segala sesuatu yang bersifat tindakan dalam keseharian atau di kehidupan nyata yang tersirat dalam film ini memiliki arti dan makna (dapat yang diinterpretasikan).

D. Pembahasan segi agama

(41)

tentang segala sesuatu yang dibedakan berupa benda, tindakan, ucapan serta perangkat-perangkat lain dalam film ini yang mengisyaratkan sebuah arti dan makna (yang dapat diinterpretasikan).

Adapun penjelasannya sebagai berikut. A. Judul film cin(T)a

Film berjudul Cin(T)a dapat ditafsirkan menjadi tiga, yaitu pertama /cinta/ menurut KBBI kata tersebut berarti “selalu teringat dan terpikir di hati”. Kedua, dapat juga dibaca /Cina/ yang memiliki arti nama suatu etnis dan yang ketiga, bisa juga sebagai nama tokoh pria dalam film ini. Teknik penulisan huruf (T) juga dapat memiliki suatu makna yang tersembunyi. Penulisan /cinta/ dengan tanda kurung (--) pada huruf (T) seperti dalam penulisan judul film ini dapat diartikan nama /Cina/ /Tuhan/ dan /Anissa/. Nama tokoh dalam film ini juga mempunyai filosofi yakni /Cina/ dapat diartikan sebagai Etnis. Sedang Annisa memiliki arti dalam bahasa Arab yaitu perempuan lemah lembut yang diharapkan sama seperti dalam penggambaran karakter yang diperankan tokoh perempuan dalam film ini.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipaparkan penjelasan sebagai berikut.

Penulisan judul tersebut merupakan tema utama yang menjadi permasalahan dalam film dari awal hingga akhir. Banyaknya makna dalam penulisan judul ini bisa menjadi pengecoh atau menimbulkan rasa penasaran penonton sehingga ingin menontonnya. Cinta dapat diartikan hubungan percintaan dua manusia yang sedang jatuh cinta atau dapat juga dimaknai dengan hubungan percintaan antar manusia yang dikaitkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(42)

dengan ketuhahan mereka.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa judul film Cin(T)a

termasuk dalam batas politis bahasa alami (natural languages): karena penulisan judul cin(T)a memiliki arti atau filsafat yaitu cinta yang berarti perasaan kasih sayang sepasang manusia atau cin(T)a sebagai singkatan nama tokoh dalam film tersebut yaitu Cina nama tokoh laki-laki serta Annisa sebagai tokoh perempuan. Bisa juga sebagai salah satu nama etnis di Indonesia yaitu Cina.

Judul cin(T)a termasuk dalam politis komunikasi visual (visual communications): dalam judul tersebut dapat dibaca /Cina/ dan /Cinta/ bagian awal film ini kata /Cin(T)a/ memiliki benang merah yang akan menjadi kesatuan dalam cerita yang dipaparkan. Huruf (T) memiliki arti dalam isi cerita yang akan dibahas. Huruf (T) dapat mengisyaratkan arti dan makna keseluruhan konflik yang terjadi dalam film ini. Dalam gambaran huruf (T) menguatkan peran atau tokoh utama dengan konflik yang terjadi disepanjang cerita.

Judul cin(T)a termasuk dalam politis komunikasi massa (mass communications): Cin(T)a yang berarti penggalan serta gabungan dari nama tokoh utama yaitu Cina dan Annisa. Sedang pada huruf (T) berarti TUHAN. Makna cinta yaitu mengungkapkan bahwa cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab artinya akibat yang baik yang positif berguna, saling menguntungkan menciptakan keserasian, kesimbangan, kebahagiaan. Ada beberapa hubungan cinta yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(43)

ada dalam kehidupan manusia antara lain cinta antara orang tua dan anak, cinta antara pria dan wanita, cinta antarsesama manusia, cinta antara manusia dengan Tuhan dan cinta antarmanusia dengan lingkungan. Maka judul film cin(T)a dapat diinterpretasikan hubungan percintaan antara Cina dan Anissa dengan perbedaan etnis serta agama dan Tuhan mereka

B. Foto

Dalam bagian ini dapat dibedakan dengan 2 sisi yaitu dari segi cerita fakta dan cerita fiksi. Dari segi fakta dapat dideskripsikan dalam penggalan foto atau potongan-potongan foto beberapa pasang kekasih dan suami istri dengan perbedaan agama serta etnis. Potongan- potongan dalam foto berikut akan mewakili luapan cerita suka duka mereka dalam menjalin hubungan masing-masing.

a. Foto 1

Pada foto 1 ini merupakan sepasang kekasih yang berbeda keyakinan. Glo-glo (perempuan) yaitu seorang yang beragama Kristen sedangkan Adi (laki-laki) seorang muslim. Mereka telah bersahabat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(44)

selama 8 tahun dan kini menjalin hubungan pacaran selama 1 tahun. Glo glo mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Adi walaupun terdapat perbedaan keyakinan. Dan kemudian Adi berkata mengapa di dunia ini diciptakan dengan perbedaan padahal mereka ingin bersama dan bersatu layaknya manusia biasa. Pada gambar ini digambarkan bahwa mereka tampak bahagia dengan hubungan yang mereka jalani meskipun terdapat perbedaan keyakinan.

b. Foto 2

Pada foto 2 merupakan sepasang suami istri berbeda agama telah menikah selama 2 tahun dan telah dikaruniai seorang anak. Tita (perempuan) adalah seorang Muslim yang menikah dengan Opa (laki-laki) seorang Kristen. Keduanya mengunggkapkan kebahagiaan yang mereka jalani selama 2 tahun berkeluarga. Ungkapan kebahagiaan dari keluarga ini menggambarkan bahwa perbedaan keyakinan dapat diatasi dengan rasa sayang di antara mereka yang kini telah dikaruniai seorang anak dari hasil pernikahan mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(45)

c. Foto 3

Pada foto 3 ini adalah gambaran keluarga bahagia yang menikah dengan agama yang berbeda selama 23 tahun. Marintan (perempuan) seorang umat Kristen dan Andar (laki-laki) seorang muslim. Foto tersebut mengisyaratkan bahwa mereka adalah keluarga yang bahagia walaupun dengan keyakinan yang berbeda. Mereka dikaruniai 3 orang putra. Mereka sekeluarga mengucapkan terimakasih atas cinta yang diberikan oleh Tuhan untuk kebahagiaan mereka selama ini. Kebahagiaan itu dibuktikan dengan berpelukan serta berciuman sesama anggota keluarga mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(46)

d. Foto 4

Pada foto 4 ini merupakan sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan pacaran selama 8 tahun. Sascha (perempuan) seorang Kristen dan Moerat (laki-laki) seorang Muslim. Selama itu mereka mencoba memahami konsep Tuhan dan arti keikhlasan namun tetap saja mereka belum menemukannya. Akhirnya mereka menikah dan usia pernikahannya kini 3 bulan. Namun mereka bahagia dengan pernikahan mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(47)

e. Foto 5

Foto 5 merupakan cerita seorang kekasih yang saling menyayangi namun mereka harus berpisah lantaran berbeda keyakinan. Cina seorang laki-laki Kristian dan Annisa seorang perempuan Muslim Annisa berkata bahwa dia yakin Tuhan akan memberikan jodoh yang terbaik untuk Cina namun mereka masih saling menyayangi. Kemudian Cina menambahkan bahwa “If You love someone you got let them go”. Pada kisah ini justru mereka pasrah dengan keadaan yang memisahkan mereka. Mereka lebih memilih menjalani kehidupannya dengan keyakinan yang menjadi prinsip hidup mereka masing-masing. Mereka yakin bahwa mereka akan bahagia dengan jalan yang telah dipilih tanpa harus bersatu dan bersama layaknya sepasang kekasih pada umumnya yang memiliki pasangan yang seiman.

Berdasarkan gambar-gambar tersebut, dapat dipaparkan keterangan gambar sebagai berikut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(48)

Secara garis besar keadaan yang diceritakan dalam foto 1 sampai dengan 5 ialah pasangan manusia yang menjalin hubungan dengan latar belakang perbedaan agama di antara mereka.

Foto 1 sampai 4 mencerminkan bahwa mereka adalah pasangan yang berbahagia dan mampu menghargai dan menerima perbedaan yang ada di antara mereka. Di sisi lain dari kebahagiaan mereka, tetap merasa tidak seperti layaknya pasangan lain yang hidup dengan agama yang sama.

Keadaan dari foto 5 justru bertolak belakang dengan foto 1 sampai 4. Mereka memilih mengakhiri kisah mereka sebagai seorang kekasih. Mereka memilih menjadi sahabat walau dalam hati mereka masih saling menyayangi layaknya sepasang kekasih. Annisa dan Cina berpisah karena keduanya sama-sama berpegang kuat pada prinsip hidup dan keyakinan masing-masing dan mereka menganggap bahwa perpisahan adalah jalan terbaik bagi mereka.

Setiap gambar selalu disertai dengan tanda kurung (--) yang mengapit kedua pasangan yang berada di tengah memiliki masalah yang sama dengan judul film ini. Pada umumnya yang menjadi titik berat dalam permasalahan tersebuat ialah perbedaan keyakinan yang terjadi dalam keadaan sosial antar manusia yang menjalin hubungan percintaan bukan dilihat dari segi agama pada khususnya.

C. Pembahasan segi fisik

Adapun persoalan yang ke tiga yaitu dapat dibagi dalam segi fisik. Segi fisik dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat dilihat nyata dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(49)

kehidupan sehari-hari maupun dalam film yakni meliputi: a. Nama Tokoh dalam film cin(T)a

Nama kedua tokoh dalam film ini yaitu Annisa dan Cina dalam kali ini bukan hanya sekedar nama melainkan ada makna tersendiri dalam nama tersebut. Jadi, kedua nama tokoh tersebut menjadi tanda dan memiliki arti lebih lanjut.

Dari sisi naratif dan sinematika dapat dijelaskan bahwa nama tokoh laki-laki utama dalam film cin(T)a seperti berikut ini. Seorang laki-laki muda bernama Cina yang berumur 18 tahun beretnis Batak Cina. Cina merupakan mahasiswa jurusan arsitek tingkat awal di ITB. Cina berasal dari keluarga yang beretnis Cina yang tinggal di Tapanuli. Cina memiliki cita-cita menjadi gubernur di Tapanuli kelak dengan bermodalkan iman, namun ia yakin bisa mewujudkan impiannya. Cina yang diperankan oleh Sunny Soon memiliki kepercayaan tentang Tuhan yaitu: Tuhan sebagai arsitek. Cina berfikir bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu baik pada akhirnya. Cina mewakili ciri yang sangat khas sebagai etnis Cina dengan mata sipitnya, kulit kuning serta logat Batak yang mencerminkan bahwa Cina adalah bertnis Batak Cina.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(50)

1. Nama Cina

Gambar tokoh Cina

Berdasarkan gambar-gambar tersebut, dapat dipaparkan keterangan sebagai berikut.

Arti nama Cina ialah menggambarkan ciri khas orang Cina yaitu mata sipit dan kuning. Gaya bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi yaitu dengan menggunakan intonasi logat khas Batak. Batak ialah salah satu etnis Indonesia yang mayoritas beragama Kristen. Jadi, dengan kata lain Cina mewakili agama Kristen.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa nama tokoh Cina termasuk dalam batas politis bahasa alami (natural languages): karena memiliki arti atau filsafat dari nama tersebut. Yaitu Cina sebagai nama negara, Cina sebagai suku/etnis dan Cina sebagai nama dari tokoh laki-laki.

Nama tokoh Cina termasuk dalam politis komunikasi visual (visual communications): Cina memiliki mata sipit yang merupakan ciri khas etnis Cina dan ternyata tokoh Cina berasal dari etnis Cina.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(51)

Nama tokoh termasuk dalam politis kode-kode kultural (cultural codes): logat bicara Cina yang lantang dan tegas diinterpretasikan bahwa etnis Cina dan Batak mempunyai perwatakan yang keras, berpendirian tegas serta pantang menyerah.

Nama tokoh Cina termasuk dalam politis komunikasi massa (mass communications): Ciri-ciri yang dimiliki Cina mulai dari nama, bentuk fisik serta logat bahasa telah jelas memiliki arti yang disampaikan yaitu bahwa tokoh Cina adalah simbol dari seorang laki-laki yang beretnis Cina dan Batak. Etnis Cina Batak memiliki sifat berpendirian, berprinsip tegas dan ulet serta dan etnis Batak mayoritas beragama Kristen sama seperti sifat Cina yang dimiliki Cina. Annisa bersahabat dengan jari yang selalu digambari wajah yang mewakili perasaanya. Semenjak kedatangan Cina telah mengubah kesepian Annisa. Annisa tak lagi merasa kesepian ketika ada Cina yang selalu menemani dan membantunya seperti halnya Cina, Annisa juga mempunyai keyakinan dalam mendeskripsikan arti Tuhan sebagai director yang mengendalikan ciptaan Nya sesuai kehendak Nya dan keinginan Nya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(52)

Gambar Annisa

Pemaparan the theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco dalam Film cin(T)a

Annisa yang beretnis Jawa memiliki watak lembut yang santun namun dia bukan seorang yang pintar. Nama Annisa berasal dari salah satu surat di dalam Alquran yang berarti perempuan. Annisa berasal dari keluarga yang beretnis Jawa. Istilah Jawa bukan diartikan secara luas pulau Jawa melainkan lebih spesifik atau lebih khusus yaitu wilayah Surakarta atau Yogyakarta. Adapun bila dilihat dari namanya, Annisa mewakili agama Islam dalam film ini.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa nama tokoh Annisa termasuk dalam batas politis bahasa alami (natural languages): karena memiliki arti atau filsafat dari nama tersebut. Yaitu Annisa sebagai tokoh perempuan. Annisa yang dalam surat di Alquran memaparkan perihal perempuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(53)

Nama tokoh Annisa termasuk dalam politis komunikasi visual (visual communications): Annisa memiliki sikap yang lemah lembut selalu berbicara lirih, pendiam diinterpretasikan bahwa Annisa ialah beretnis Jawa Priyayi.

Nama tokoh termasuk dalam politis kode-kode kultural (cultural codes): ciri khas Jawa Priyayi ialah dari cara atau gaya bicaranya yang lemah lembut, cenderung pendiam. Wanita yang beretnis Jawa Priyayi biasanya ketika berucap sangat lirih dan cenderung sabar dan penurut. Kebudayaan Jawa yang hidup di Surakarta dan Yogyakarta merupakan peradaban orang Jawa yang berakal di keraton. Sesungguhnya peradaban atau civilization itu adalah bagian atau unsur dari kebudayaan yang mengutamakan kehalusan dan keindahan ( Rustopo, 2007: 27 )

Nama tokoh Annisa termasuk dalam politis komunikasi massa (mass communications): Ciri-ciri yang dimiliki Annisa mulai dari nama, bentuk fisik serta logat telah jelas memiliki arti yang disampaikan yaitu bahwa tokoh Annisa adalah simbol dari seorang yang beretnis Jawa Priyayi, penurut, lemah lembut, sabar, tabah serta pendiam. Sifat yang dimiliki Annisa dapat diinterpretasikan sebagai etnis Jawa Priyayi yang berasal dari peradaban keraton yang mengutamakan aspek keindahan, kesopanan dan kehalusan ( Rustopo, 2007: 27 )

b. Gambar mata sipit tokoh Cina

Dari sisi naratif dan sinematika dapat dijelaskan bahwa tokoh Cina memiliki mata sipit seperti layaknya mata yang dimiliki oleh orang yang beretnis Cina. Mata tokoh Cina memiliki penguat makna yaitu mata yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(54)

dimiliki oleh banyak orang Cina berbentuk sipit yang membedakan orang Indonesia kebanyakan.

Gambar mata sipit Cina

Gambar seorang laki-laki yang memiliki mata sipit yaitu Cina. Cina memiliki mata yang sipit. adapun mata yang sipit mewakili etnis Cina.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa mata sipit Cina termasuk dalam batas politis kinesika dan proksemika (kinesics and proxemics): Mata sipit diinterpretasikan sebagian besar etnis Cina bermata sipit dan Cina disimbolkan bahwa ia berasal dari etnis Cina dengan mata sipitnya.

Bahasa alami (natural languages): Mata sipit diinterpretasikan etnis Cina yang memiliki sifat yang tegas, berpegang teguh dengan prinsip memiliki keimanan yang kuat dan pantang menyerah. Gaya bicara yang dimiliki oleh Cina dapat diinterpretasikan bahwa ia keturunan etnis Cina dan Batak. Etnis Batak juga memiliki perwatakan yang hampir sama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(55)

dengan etis Cina.

Komunikasi visual (visual communications) Mata sipit yaitu mata yang kelopak matanya sedikit lebih ciut atau menutup seperti mata yang seorang yang beretnis Cina dibanding dengan mata bundar yang dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia.

Komunikasi massa (mass communications) Perbedaan yang sangat menonjol dari masyarakat etnis Cina dengan etnis Jawa terdapat pada bentuk fisik misalnya mata dan warna kulit. Masyarakat akan berinterpretasi bahwa mata sipit serta warna kulit kuning adalah kaum etnis Cina. Seperti yang dijelaskan ciri-ciri fisik yang dimiliki Cina, dapat diinterpretasikan bahwa Cina sebagai simbol seorang laki-laki beretnis Cina.

c. Gambar wajah di jari telunjuk Annisa

Gambar wajah yang sangat intens keluar dalam film ini tepatnya setiap kali tokoh utama bertemu. Gambar wajah di jari telunjuk tokoh utama dalam film cin(T)a ini memiliki makna tersendiri sebagai lambang keadaan psikis tokoh utama.

1. Gambar wajah seorang yang sedang tersenyum

Gambar wajah seorang yang sedang tersenyum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar

gambar potongan adegan dalam film yang menunjukkan adanya tanda dan simbol yang terdapat
Gambar Annisa
Gambar seorang laki-laki yang memiliki mata sipit yaitu Cina.
Gambar wajah di jari telunjuk Annisa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan

Perubahan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin & Gillin dalam Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah

1) Sikap permulaan: a) terlebih dahulu ujung tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat, b) peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan

Wakil Bupati Lombok Tengah atas nama H. Moh Suhaili dan Lalu Fathul Bahri dengan tidak melakukan verifikasi terhadap syarat pencalonan pasangan calon tersebut terkait dengan

Tujuan pembelajaran muhadatsah menurut tim penyusun silabus adalah sebagai berikut: Mahasiswa mampu berbahasa Arab secara pasif dan aktif, memiliki kemampuan

Sebagai salah satu usaha dibidang pemberian jasa informasi, perpustakaan perlu memberikan pelayanan kepada pengunjung secara cepat dan tepat. Cepat artinya layanan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah membangun suatu tes diagnostik dalam bentuk tes pilihan ganda tiga tingkat yang dapat digunakan untuk mendeteksi kekuatan dan

Bagi Gereja,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 1, no.. Dia juga melakukan berbagai hal untuk memajukan warga dalam bidang ekonomi serta memberdayakan