• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AKTIVITAS MENULIS REFLECTIVE JOURNAL DISERTAI CORRECTIVE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH AKTIVITAS MENULIS REFLECTIVE JOURNAL DISERTAI CORRECTIVE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKTIVITAS MENULIS REFLECTIVE JOURNAL

DISERTAI CORRECTIVE FEEDBACK TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA

C

E

R

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

ANDRIUS ZAXA

NIM. F1051141044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH AKTIVITAS MENULIS REFLECTIVE JOURNAL

DISERTAI CORRECTIVE FEEDBACK TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA

ARTIKEL PENELITIAN

ANDRIUS ZAXA

NIM. F1051141044

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Tomo Djudin, M.Pd

Diah Mahmuda, S.Pd, M.Sc

NIP. 196306031990021003

NUP. 9900980567

Mengetahui,

Dekan FKIP

Ketua Jurusan P.MIPA

(3)

1

PENGARUH AKTIVITAS MENULIS

REFLECTIVE JOURNAL

DISERTAI

CORRECTIVE FEEDBACK

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Andrius Zaxa, Tomo Djudin, Diah Mahmuda Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak

Email:andriuszaxa@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the effect of reflective journal writing activity along with corrective feedback on student academic performance in dynamic fluid subject on eleventh grade Pontianak State Senior High School 8. The research method used was an experimental method with quasi-experimental nonequivalent control group design. Intact group random sampling technique was used to select samples from XI MIPA in Pontianak State Senior High School 8, and XI MIPA 4 was chosen as the experimental class while XI MIPA 3 as the control class. Academic performance data were taken using 25 multiple choice questions. Direct instruction learning models are used in both classes, with students in the experimental class given reflective journals (including exercises) as assignment which are accompanied by corrective feedback, while students in the control class are only given the exercises as assignment. Student scores in experimental class at pretest and posttest had average of 27.07 and 64.27, while in control class are 27.73 and 52.13. Asymp. Sig. (2-tailed) U-test (α = 5%) shows that there is a significant difference (0,001) in the posttest scores of students in experimental and control classes, with Cohen’s effect size d value of 1.02 (high category).

Keywords: Reflective Journal, Corrective Feedback, Academic Performance, Dinamic Fluids

PENDAHULUAN

Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya); melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, mengarang cerita (KBBI, 2017). Menulis juga dapat diartikan sebagai proses menggunakan simbol (huruf dari alphabet, penekanan, dan spasi) untuk menyampaikan ide dan pemikiran dalam bentuk yang terbaca (English Club, 2018). Selain itu, Menurut Merriam-Webster (2018), menulis adalah kegiatan atau proses dari penulis, seperti: kegiatan atau seni membentuk tulisan yang terlihat, dan praktek menyusun kata-kata atau musik. Jadi, menulis adalah cara untuk berkomunikasi melalui tulisan.

Kemampuan menulis penting untuk pekerjaan yang berhubungan dengan tulisan,

mengekspresikan diri, menyampaikan pemikiran, mendapatkan umpan balik, dan memperbaiki pemikiran (Marquette University, 2011). Kemampuan menulis (dan membaca) juga penting untuk mencapai literasi sains, yaitu hal yang menjadi target utama dalam sains di lingkungan sekolah (Glynn & Muth, 1994: 1057-1058; UNESCO, 2010: 19). Lebih jauh, kemampuan menulis (dan membaca) penting untuk membuat pelajaran sains bermakna (Glynn & Muth, 1994: 1058) dan bukan hanya mengetahui informasi tentang sains seperti yang sering dilakukan selama ini (European Commision, dalam UNESCO, 2010 :29). Jadi, kemampuan menulis adalah hal yang penting dalam banyak hal di era ini.

(4)

2 Tahun 2016, seperti kemampuan berpikir kritis (Quitadamo & Kurtz, 2007: 152). Selain itu, Menurut Slavin (2011: 265), menulis meningkatkan efisiensi otak. Menulis juga mempengaruhi perkembangan otak terutama pada bagian yang mengatur proses kognitif yang penting (Santrock, 2011: 38). Lebih jauh, menulis berpengaruh secara positif terhadap minat baca (Rahmawati, 2015: 64), dimana membaca secara ekstensif juga meningkatkan kemampuan menulis (K12 Reader, 2016). Dapat dikatakan, menulis memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan kognitif siswa.

Kemampuan siswa di Indonesia dalam menulis dan membaca masih rendah (Kompas, 2011; Wakhidah, 2012; Nurhayati, 2016). Ini ditunjukkan dari hasil PISA (2015), dimana Indonesia secara rata-rata berada di peringkat 62 dari 70 negara dalam hal sains, membaca, dan matematika dengan skor berturut-turut 403, 397, dan 386. Kemampuan tersebut jauh dibawah rata-rata dibandingkan dengan negara-negara lain yang disurvei. Karena kemampuan membaca rendah, kemampuan menulis juga mungkin rendah seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan pra-riset (wawancara dengan guru mata pelajaran fisika, 30-31 Januari 2018; dan hasil survei: pengisian angket tentang minat dan kemampuan membaca dan menulis, materi fluida dinamis, serta refleksi diri 10 orang siswa XI IPA, 6 Februari 2018) di SMA Negeri 8 Pontianak, terdapat masalah yang berkaitan dengan menulis, membaca, dan hasil belajar, serta refleksi diri siswa di kelas XI IPA. Dalam hal membaca (terutama buku pelajaran fisika), siswa kurang berminat, karena dianggap membosankan dan susah dipahami, salah satunya pada materi fluida dinamis, yang pada saat survei dilakukan, sebagian besar telah dilupakan karena tidak dipelajari ulang, tidak adanya refleksi, dan merasa tidak penting. Sedangkan dalam hal menulis, siswa senang meskipun mereka kesulitan (terutama tentang fisika). Hasil belajar siswa juga banyak yang tidak mencapai KKM dengan rata-rata 68. Selain itu, aktivitas refleksi diri

hanya dilakukan oleh beberapa siswa atas inisiatif sendiri.

Masalah-masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, terutama masalah hasil belajar, diatasi dengan menulis

reflective journal. Jurnal adalah salah satu dari empat bentuk tulisan pribadi yang tetap dapat dibaca orang lain (Tarigan, 2008: 36-39). Jurnal tidak harus tertulis, bisa saja rekaman audio atau video (Moon, 2003: 3), namun dalam penelitian ini, dibahas jurnal yang tertulis saja. Refleksi (dalam hal ini Refleksi diri) adalah menilai diri sendiri mengenai kekuatan, kelemahan, keterampilan, masalah, pencapaian, kebahagiaan, dan solusi (The Open University, 2018). Dapat dikatakan, reflective journal adalah tulisan pribadi (informal) yang bersifat menilai diri sendiri.

Ada beberapa manfaat refleksi. Pertama, refleksi meningkatkan hasil belajar (Yusuff, 2015: 274; Ndiewo dkk, 2016: 130). Selain itu, Dewey (dalam Ward & Duda, 2014) mengatakan bahwa refleksi dari pengalaman membuat seseorang belajar, yang berarti seseorang tidak belajar hanya dari pengalaman. Karena refleksi berarti menilai kekuatan, kelemahan, keterampilan, masalah, pencapaian, kebahagiaan, dan solusi, maka dengan melakukan refleksi berarti meningkatkan kecerdasan intrapersonal.

Menulis reflective journal berpengaruh

terhadap kemampuan metakognitif serta keterampilan siswa seperti yang diharapkan dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Alasannya sebagai berikut: (1) Siswa dalam menulis

reflective journal tidak berarti menulis

(5)

3 atau tidak dilakukan sebagai siswa dalam hal cara belajar (Henter & Indreica, 2014). (3) Selain itu, Al-Rawahi & Al-Balushi (2015: 368), mengatakan bahwa menulis jurnal membuat siswa berpikir dalam beberapa proses kognitif, seperti prediksi,

brainstorming, refleksi, dan menanya. (4) Jurnal juga membantu siswa meningkatkan keterampilan praktikum mereka dalam dua cara yang spesifik, yaitu: mendokumentasikan pengalaman, dan praktek analisis dengan memikirkan pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman laboratorium mereka (Towndrow dkk, 2008: 282).

Menulis reflective journal berpengaruh terhadap strategi belajar siswa, yang pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar. Al-Rawahi & Al-Balushi (2015: 369, 377) mengatakan bahwa siswa yang mengatur strategi belajar sendiri (self-regulated learners) memantau pemahamannya sendiri untuk menemukan dan mengatasi kesulitan belajarnya serta kemampuan mengatur strategi belajar sendiri berbeda secara signifikan antara kelompok siswa yang menulis reflective journal dan yang tidak. Di

sisi lain, Selçuk dkk (2009: 56) mengatakan bahwa strategi belajar juga bisa diajarkan secara eksplisit untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam fisika, selain itu sikap dan motivasi siswa terhadap fisika juga menjadi lebih positif dari sebelumnya.

Dalam penelitian ini, siswa yang telah menulis reflective journal akan diberikan

umpan balik (feedback). Feedback adalah

informasi yang diberikan seseorang (guru) berkaitan dengan kinerja atau pemahaman murid (Hattie & Timperley, 2007: 100). Ada dua jenis feedback, yaitu lisan dan tertulis. Feedback lisan bisa dilakukan langsung

dalam pembelajaran, sedangkan feedback

tertulis cenderung dilakukan setelah pembelajaran (Public School NSW, 2015).

Feedback sangat perlu dilakukan agar siswa tahu letak kesalahannya dan kemudian berusaha memperbaikinya (Alcantara & Roleda, 2016).

Kluger & DeNisi (dalam Hattie & Timperley, 2007: 85) memeta-analisis efek

dari berbagai aspek feedback terhadap kinerja

siswa, dan didapat bahwa semua jenis

feedback meningkatkan kinerja siswa, kecuali

feedback yang bersifat menjatuhkan. Lysakowski & Walberg (dalam Hattie & Timperley, 2007: 83) memeta-analisis efek

corrective feedback terhadap pencapaian siswa, didapat effect size 1,13 (lebih tinggi dibandingkan feedback jenis lain). Maka,

feedback yang bersifat menjatuhkan akan dihindari dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, feedback yang digunakan adalah corrective feedback.

Corrective feedback berarti umpan balik yang bersifat membetulkan. Corrective feedback

lebih baik diberikan oleh guru daripada oleh teman, namun dengan cara yang implisit (tetapi harus jelas) agar siswa tidak malu (Ryan, 2012: 56). Siswa yang mendapatkan

corrective feedback dari guru mendapatkan skor yang lebih tinggi, dan corrective feedback adalah aspek esensial dalam pembelajaran (Ahmad dkk, 2013: 39).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dikemukakan, menulis reflective journal disertai corrective feedback dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Cengiz & Karataş (2015: 139) menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor pretest dan posttest guru sains

pra-jabatan setelah menulis reflective journal

yang disertai umpan balik. Siswa dari ranah studi yang berbeda menunjukkan perbaikan dalam pembelajaran mereka, yaitu menjadi lebih baik dalam refleksi diri. Walaupun tidak ada peningkatan nilai tes yang berarti, yang mungkin disebabkan kurangnya pengalaman siswa dalam refleksi diri, beberapa bahkan tidak berpengalaman dikarenakan mereka adalah siswa tingkat pertama dalam pendidikan yang lebih tinggi (Lew & Schmidt, 2011: 531, 538, 540).

Dengan semua paparan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah dikemukakan serta hasil wawancara dan survei, maka penelitian tentang menulis

reflective journal disertai corrective feedback

(6)

4 di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan; (2) Menganalisis perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan; dan (3) Menghitung efektivitas pembelajaran langsung yang disertai menulis reflective journal disertai corrective feedback

dibandingkan dengan hanya pembelajaran langsung dalam mempengaruhi hasil belajar siswa dianggap layak dilakukan.

METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Bentuk desain penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan bentuk

Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2016: 116). Desain penelitian ini ditunjukkan tabel berikut:

Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

E O1 X1 O2

K O3 X2 O4

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas XI MIPA 1, 2, 3, dan 4. Karakteristik setiap kelas yaitu: belum mempelajari materi fluida dinamis.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Intact Group Random Sampling. Satu kelas dipilih secara utuh

(anggota kelasnya) untuk menjadi kelas eksperimen, dan satu kelas lain menjadi kelas kontrol. Setelah diundi, kelas XI IPA 4 terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes. Instrumen tes yang digunakan tes tertulis soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban berupa lembar soal pretest

dan posttest. Tes terdiri dari 25 soal,

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Tahap Persiapan

Langkah-langkah pada tahap persiapan adalah sebagai berikut: (1) Melakukan pra-riset ke SMA Negeri 8 Pontianak; (2) Mengidentifikasi masalah berdasarkan hasil pra-riset; (3) Melakukan studi literatur; (4) Membuat desain penelitian; (5) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

reflective journal, kisi-kisi soal tes, soal

pretest, soal post-test, kunci jawaban soal

pretest, dan kunci jawaban soal post-test;(6) Seminar desain penelitian; (7) Validasi instrumen penelitian oleh ahli; (8) Merevisi instrumen penelitian setelah melakukan validasi; (9) Melakukan uji coba soal untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal

pretest dan posttest setelah direvisi

berdasarkan masukan ahli (10) Menghitung validitas dan reliabilitas soal pretest dan posttest; dan (11) Memperbaiki atau

mengganti soal pretest dan posttest yang

tidak valid.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: (1) Memberikan rangkuman materi fluida dinamis sebelum hari dilaksanakannnya

pretest (sebagai persiapan siswa); (2)

Memberikan soal pretest sebelum

pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa; (3) Hasil pretest

akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran; (4) Memberikan kegiatan pembelajaran yang disertai aktivitas menulis reflective journal disertai corrective feedback pada kelas eksperimen dan kegiatan pembelajaran tanpa disertai aktivitas menulis

reflective journal disertai corrective feedback

pada kelas kontrol; dan (5) Memberikan soal

post-test sesudah pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran yang disertai aktivitas menulis

(7)

5 terhadap hasil belajar siswa pada kelas eksperimen serta perbedaannya dengan kelas kontrol.

Tahap akhir

Langkah-langkah pada tahap akhir adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis data dan membahas hasil penelitian; (2) Membuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan; (3) Menyusun laporan penelitian; dan (4) Memaparkan laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol

Nilai rata-rata pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kontrol ditunjukkan oleh tabel 1.

Tabel 1 Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Nilai Rata-rata awal Rata-rata Akhir

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Rata-rata 27,07 27,73 64,27 52,13 Std. Deviasi 9,61 8,06 15,15 7,39

Tertinggi 44,00 44,00 84,00 76,00 Terendah 8,00 12,00 36,00 36,00 Keterangan: Skor ideal: 100.

Terlihat bahwa nilai rata-rata posttest di kelas eksperimen secara keseluruhan meningkat 37,20 (sebelumnya 27,07). Di kelas kontrol, ternyata nilai rata-rata posttest

meningkat sebesar 24,40 (sebelumnya 27,73).

Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol

Untuk menjawab Masalah No. 2, yaitu efektivitas pembelajaran langsung yang

disertai menulis reflective journal disertai

corrective feedback dibandingkan dengan pembelajaran langsung saja dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, skor

pretest kedua kelas akan diuji dulu untuk membuktikan asumsi bahwa skor pretest

siswa tidak berbeda signifikan. Untuk hasilnya, perhatikan tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji-T Sampel Independen atau Uji-U Untuk Skor Pretest

Kelas Uji Normalitas Uji

Homogenitas

Uji yang

digunakan Hasil

Eksperimen 0,165 (Normal) 0,260 (Homogen)

Uji-t sampel independen

0,772 (Tidak berbeda Signifikan)

Kontrol 0,402 (Normal)

Pertama-tama data skor pretest akan

diuji normalitasnya (dengan Shapiro-Wilk karena sampel < 50), hasilnya, kedua data berdistribusi normal dengan nilai Shapiro-Wilk Sig. 0,165 untuk kelas eksperimen dan 0,402 untuk kelas kontrol. Dari hasil ini, dilanjutkan dengan uji homogenitas, hasilnya

homogen (Sig. 0,260). Terakhir, lanjut ke uji t. Hasilnya, skor tidak berbeda signifikan dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,772. Ini menunjukkan bahwa siswa kedua kelas tidak memiliki perbedaan kemampuan awal.

(8)

6

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji-T Sampel Independen atau Uji-U Untuk Gain Score

Kelas Uji Normalitas Uji

Homogenitas

Uji yang

digunakan Hasil

Eksperimen 0,007 (Tidak normal)

- Uji-U 0,001 (Berbeda Signifikan); H0 ditolak

Kontrol 0,058 (Normal)

Setelah diuji, ternyata hanya data di kelas kontrol yang normal. Kemudian langsung lanjut ke uji-U, ternyata berbeda signifikan (0,001). Namun, yang terlihat di uji 2 ekor ini adalah perbedaan saja.

Efektivitas Reflective Journal yang disertai

Corrective Feedback dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Selanjutnya, menjawab masalah No.3: mengetahui efektivitas pembelajaran

langsung yang disertai reflective journal dan

corrective feedback dibandingkan pembelajaran langsung saja dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, apakah menjadi lebih baik atau justru lebih buruk, maka perlu menggunakan effect size Cohen.

Nilai d effect size Cohen yang dihitung menggunakan microsoft excel 2010, dengan nilai n1 = n2 = 30; n1 + n2 - 2 = 58

ditunjukkan tabel 4.

Tabel 4. Nilai Effect Size Cohen

Skor Eksperimen Rata-rata Kontrol Eksperimen Skor deviasi Kontrol Nilai d Posttest 64,27 52,13 6653,8667 1583,4667 1,02 Ternyata pembelajaran yang disertai

reflective journal dan corrective feedback

memiliki efektivitas tinggi (1,02) dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak disertai reflective journal dan corrective feedback.

Pembahasan

Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol

Penelitian ini menemukan bahwa: Skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah perlakuan di kelas kontrol adalah 27,73 dan 52,13. Di kelas eksperimen, skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah perlakuan adalah 27,07 dan 64,27.

Skor siswa sebelum perlakuan, jika diperhatikan dan dibandingkan dengan skor ideal, hasil belajar siswa tergolong rendah. Terkait hasil belajar siswa yang rendah, Abbas & Hidayat (2018: 48) mengungkapkan beberapa kesulitan belajar (hambatan untuk mencapai hasil belajar) berupa 7 faktor internal dan 4 faktor. Dalam penelitian ini, beberapa faktor tersebut

termasuk variabel ekstrane, yaitu: tingkat kecerdasan siswa, minat dan motivasi belajar siswa, serta latar belakang siswa. Namun, karena belum diberikan perlakuan (dan dengan demikian kesulitan yang ada belum teratasi), skor yang rendah (dan yang penting tidak berbeda signifikan) menandakan bahwa siswa di kedua kelas tidak berbeda jauh satu sama lain dan dengan demikian bagus untuk digunakan sebagai sampel.

Skor siswa setelah perlakuan di kelas eksperimen ternyata meningkat sebesar 37,20 (sebelumnya 27,07). Di kelas kontrol, peningkatannya sebesar 24,40 (sebelumnya 27,73). Dari perbedaan peningkatan di kelas eksperimen dan kontrol tersebut, terlihat bahwa ada pengaruh dari reflective journal

dan corrective feedback yang diberikan di

kelas eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa di kelas kontrol yang dikarenakan pembelajaran langsung saja (tidak disertai reflective journal

dan corrective feedback). Perbedaan

(9)

7

feedback di kelas eksperimen, namun

mungkin juga gaya belajar dan motivasi belajar siswa yang menjadi berbeda setelah menulis reflective journal yang diberikan

corrective feedback (kelas eksperimen) dibandingkan jika siswa tidak mendapatkan kedua hal tersebut (kelas kontrol). Penyebabnya akan dibahas lebih jelas di jawaban atas masalah no.2 dan no.3.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol

Dari hasil uji statistik, ternyata skor

pretest kedua kelas tidak berbeda signifikan, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan siswa, atau mungkin minat siswa terhadap pembelajaran. Hal ini didukung penelitian Dapa (2014: 70-71), ia mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara minat (yang salah satu indikatornya: keseriusan, dalam penelitiannya) dan hasil belajar siswa, dan (Restasari dkk, 2017: 15) juga mengatakan hal yang serupa (ada korelasi sedang antara minat dan hasil belajar fisika). Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa siswa di kedua kelas memiliki minat, motivasi, atau keseriusan belajar yang cenderung sama.

Hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kontrol setelah perlakuan ternyata berbeda signifikan (0,001). Hasil penelitian (Siga, 2017: 61-73) mendukung temuan tersebut, ia mendapatkan bahwa ada korelasi positif (cukup kuat) antara kebiasaan belajar (contoh: mempelajari kembali materi, mengerjakan latihan soal) dengan hasil belajar fisika.

Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa siswa di kelas eksperimen memiliki kebiasaan belajar yang baik berdasarkan hal yang mereka tulis di reflective journal,

ditambah corrective feedback yang diberikan

oleh peneliti di reflective journal (berupa saran, atau perbaikan) serta di latihan soal (perbaikan secara eksplisit/terang-terangan) akan lebih meningkatkan kebiasaan belajar yang sudah baik dan membantu mengatasi kesulitan belajar siswa seperti yang dikemukakan Abbas & Hidayat (2018: 48)

dalam penelitian mereka tentang faktor-faktor yang menyulitkan pembelajaran siswa.

Menurut Alcantara & Roleda (2016),

feedback sangat perlu dilakukan agar siswa tahu letak kesalahannya dan kemudian berusaha memperbaikinya (terkait hal ini, siswa diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau mencari solusi atas kesulitannya setelah menulis reflective journal dan mengerjakan latihan soal dan diberikan corrective feedback atas kesalahan atau solusi atas kesulitannya).

Uji statistik ini telah menjawab masalah no.2, dan dari nilai rata-rata terlihat jelas arah pengaruh (yaitu positif) dari reflective journal dan corrective feedback. Namun, untuk mengetahui efektivitas kedua hal ini, dapat dilihat di jawaban atas masalah no.3.

Efektivitas Reflective Journal yang disertai

Corrective Feedback dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Nilai effect size Cohen menunjukkan

bahwa pembelajaran yang disertai reflective journal dan corrective feedback memiliki

efektifitas tinggi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak disertai hal tersebut. Ketika pembelajaran telah dilaksanakan, ternyata rata-rata hasil belajar cukup baik di kelas eksperimen dan kurang baik di kelas kontrol menurut Siga (2017: 64).

Reflective journal memiliki efektivitas

tinggi (dan berpengaruh signifikan) dalam mempengaruhi hasil belajar siswa sejalan menurut penelitian Cengiz & Karataş (2015: 139) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor pretest dan posttest

guru sains pra-jabatan setelah menulis

reflective journal yang disertai umpan balik.

(10)

8 baik dalam refleksi diri (Lew & Schmidt, 2011: 531, 538, 540).

Dalam penelitian ini, siswa merupakan siswa tahun kedua (kelas XI), sehingga siswa mungkin telah memiliki pengalaman refleksi diri, walaupun mungkin tanpa arahan dari guru. Hasil penelitian lain yang perlu diperhatikan juga adalah Selfe dkk (dalam Lew & Schmidt, 2011: 531) menemukan bahwa reflective journal tidak begitu membantu siswa mencapai nilai (hasil belajar) tinggi, namun membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir abstrak yang membantu dalam konseptualisasi definisi teknikal juga strategi yang lebih baik dalam memecahkan masalah melalui menulis dibandingkan hanya menghafalkan hitungan.

Keterampilan mereka juga meningkat dalam hal menulis refleksi (dalam penelitian ini, terlihat dari jawaban siswa di reflective journal 3 lebih jelas dibandingkan reflective journal sebelumnya, walaupun mungkin itu

juga karena pengaruh corrective feedback),

misalnya: mereka mengembangkan definisi konsep secara pribadi yang lebih mudah dipahami dibandingkan definisi teknikal dari buku teks.

Corrective feedback dalam penelitian ini

tampaknya memiliki pengaruh yang baik,

terutama bila dilihat dari hasil belajar siswa (d = 1,02). Ahmad dkk (2013: 39) mengatakan bahwa siswa yang mendapatkan

corrective feedback dari guru berkinerja lebih baik saat ujian, dan feedback adalah aspek esensial dalam pembelajaran. Mereka juga merekomendasikan agar corrective feedback

diberikan kepada siswa karena meningkatkan rasa percaya diri, harga diri, kemampuan menulis dan komunikasi (berbicara), mengatasi kelemahan dalam membaca, serta meningkatkan pembelajaran siswa.

Karena pengaruh corrective feedback

(dan reflective journal) inilah, sebagian kesulitan belajar seperti yang dikemukakan Abbas & Hidayat (2018: 48) dapat teratasi. Walaupun begitu, karena penelitian ini melihat pengaruh reflective journal disertai

corrective feedback secara bersamaan, maka tidak bisa ditentukan seberapa besar pengaruh corrective feedback itu sendiri.

Untuk memperkuat argumen bahwa

reflective journal yang disertai corrective feedback akan berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa, akan diberikan contoh siswa yang mengikuti corrective feedback yang

diberikan peneliti, diambil siswa X-13. Lebih jelasnya di gambar 1.

Gambar 1. Tujuan Pembelajaran pada Reflective Journal yang Telah Diberikan Corrective Feedback

Terlihat di gambar 1 bahwa pada jurnal 1, siswa menulis tidak sesuai tujuan pembelajaran, dimana tujuan yang ditulis tidak spesifik. Setelah diberikan corrective

(11)

9 benar feedback yang diberikan, dan

mengetahui tujuan belajar adalah salah satu indikator persiapan diri siswa untuk belajar,

yang akan berkorelasi baik terhadap hasil belajar (Siga, 2017: 59-73). Selanjutnya, gambar 2 menunjukkan kesimpulan siswa.

Gambar 2. Kesimpulan pada Reflective Journal yang Telah Diberikan Corrective Feedback

Terlihat di jurnal 1, kesimpulan siswa tidak lengkap (disini peneliti memberikan

feedback berupa cara membuat kesimpulan).

Selanjutnya, di jurnal 2 dan 3, kesimpulan

siswa menjadi lebih jelas, berarti siswa mengikuti feedback. Untuk contoh soal yang

dikerjakan siswa, ditunjukkan gambar 3.

Gambar 3. Contoh Jawaban Siswa yang Diberikan Corrective Feedback

Jawaban siswa pada jurnal 1 tampak mengikuti teks (lembaran materi fluida dinamis yang diberikan), dan tampak juga ada sedikit kesalahan yang kemudian diberikan corrective feedback individual dan

juga klasikal karena banyak siswa yang mengikuti teks, bukan kata-kata sendiri seperti perintah soal. Di jurnal 3 (jurnal 2 tidak memiliki soal yang menanyakan jawaban menggunakan kata-kata siswa sendiri), tampak siswa menggunakan

kata-kata sendiri untuk menjelaskan gaya angkat pesawat.

Siswa X-13 ini memiliki hasil belajar yang meningkat sebesar 60 (menjadi 80), dan dapat terlihat bahwa corrective feedback

yang diberikan ke reflective journal yang

telah diisi oleh siswa tersebut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar (dan dapat dikatakan bahwa ada faktor lain yang turut berpengaruh, misalnya motivasi belajar).

(12)

10

corrective feedback sebelumnya, seperti

jawaban siswa X-07 yang ditunjukkan

gambar 4.

Gambar 4. Contoh Siswa yang Tidak Mengikuti Corrective Feedback yang Diberikan

Terlihat bahwa corrective feedback yang

diberikan peneliti berupa kesimpulan, dan peringatan agar lebih teliti tidak diikuti dari jurnal 1-3, ada beberapa penyebabnya, misal: motivasi rendah (tidak dilihat lagi setelah dikembalikan guru), dan/atau waktu terbatas, ini berarti siswa tidak memiliki gaya belajar dan disiplin belajar yang baik, dan itu

berpengaruh tidak baik juga terhadap hasil belajar siswa tersebut (Siga, 2017: 59-73), terlihat dari nilai siswa ini (X-07) yang sedikit dibawah rata-rata (yaitu 64), namun masih tampak peningkatan dari sebelumnya 40, yang mungkin disebabkan oleh menulis

reflective journal. Lebih jelasnya di gambar

5.

Gambar 5. Kesulitan, Solusi, serta Efektivitas Solusi Siswa

Terlihat di gambar 5 bahwa siswa tersebut (X-07) mampu mencari solusi yang efektif untuk mengatasi kesulitan belajarnya, yang tampak lebih efektif di jurnal 2 dan 3 dibandingkan jurnal 1 (tidak diberikan

(13)

11 salah satu konsep dari metakognitif menurut King dkk, t.t.:22), sesuai hasil penelitian Al-Rawahi & Al-Balushi (2015: 369, 377). Siswa ini juga telah berpikir dan merencanakan pembelajaran yang paling efektif untuk memahami materi yang sedang dipelajarinya. Meskipun begitu, menurut Siga (2017: 59-73), siswa ini tidak begitu baik dari segi disiplin belajar terkait dengan tidak memperhatikan corrective feedback yang diberikan.

Dari pembahasan tadi, dapat dikatakan bahwa menulis reflective journal disertai

corrective feedback efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dengan beberapa alasan yang telah dikemukakan di paragraf sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Secara umum, simpulan dari penelitian ini adalah: menulis reflective journal disertai

corrective feedback berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar siswa pada materi fluida dinamis kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak. Secara khusus, simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah perlakuan di kelas kontrol adalah 27,73 dan 52,13. Di kelas eksperimen, skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah perlakuan adalah 27,07 dan 64,27; (2) Hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kontrol setelah perlakuan berbeda signifikan (Asymp. Sig. (2-tailed): 0,001, α = 5%).; (3) Pembelajaran langsung yang disertai menulis reflective journal dan corrective feedback memiliki

efektifitas tinggi (d = 1,02) dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran langsung yang tidak disertai menulis reflective journal dan corrective feedback.

Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, beberapa hal dapat disarankan kepada pihak-pihak terkait sebagai masukan dan bahan pertimbangan, saran kepada guru: (a) Guru dapat memberikan reflective journal kepada siswa sebagai tugas di rumah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, dan ditambah dengan contoh dan latihan soal yang lebih banyak, serta feedback klasikal yang tetap diberikan walaupun hanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan, sehingga diharapkan siswa dapat memiliki hasil belajar yang benar-benar memuaskan (rata-rata melampaui KKM); (b) Guru dapat memberikan corrective feedback ke reflective journal yang telah diisi dengan lengkap dan dikumpulkan siswa.

Sedangkan saran untuk Peneliti Selanjutnya: (a) Sebaiknya reflective journal

beserta soal latihan yang dikembangkan atau dibuat sebagai instrumen penelitian bisa diisi dengan mudah (dapat berupa pilihan jawaban beserta keterangan) oleh siswa di kelas saat pelajaran berlangsung, sehingga mungkin untuk diawasi dan tidak menambah tugas siswa di rumah serta mudah dan cepat untuk diberikan corrective feedback; (b) Akan lebih

baik lagi jika efek dari reflective journal dan

corrective feedback bisa diketahui secara

terpisah; (c) Akan lebih baik lagi jika dilakukan wawancara terhadap sebagian siswa mengenai tanggapan, perasaan, dan tindak lanjut yang mereka lakukan terhadap

corrective feedback yang telah diberikan di reflective journal beserta latihan soal yang

telah mereka kerjakan.

DAFTAR RUJUKAN

Abbas; Hidayat, Muhammad Yusuf. (2018). Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Fisika pada Peserta Didik Kelas IPA Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Fisika. 6 (1): 45-49.

Ahmad, Iqbal; Saeed, Muhammad; Salam, Muhammad. (2013). Effects of Corrective Feedback on Academic Achievements of Students: Case of Government Secondary Schools in Pakistan. International Journal of Science and Research. 2 (1): 36-40. Alcantara, Karen R; Roleda, Lydia S. (2016).

The Use of Fast Feedback Methods in Teaching Physics for Grade 7 Science. (Online),

(14)

(www.dlsu.edu.ph/conferences/dlsu-12 research.../LLI-I-08.pdf, Diakses tanggal 6 Februari 2018).

Al-Rawahi, Nawar M; Al-Balushi, Sulaiman M. (2015). The Effect of Reflective

Science Journal Writing on Students’

Self-Regulated Learning Strategies.

International Journal of

Environmental & Science Education.

10 (3): 367-379.

Cengiz, Canan; Karataş, Faik Özgür. (2015). Examining The Effects of Reflective Journals on Pre-service Science Teachers' General Chemistry Laboratory Achievement. Australian Journal of Teacher Education. 40 (10): 125-146. Cunayah, Cucun; Irawan, Etsa Indra. (2013).

1700 Bank Soal Bimbingan

Pemantapan Fisika. Bandung: Yrama Widya.

Dapa, Yasinta Monika Biju. (2014). Korelasi

antara Sikap Siswa Terhadap

Pembelajaran Fisika dengan Hasil Belajar Fisika di Kelas X-A SMA Negeri 4 Yogyakarta. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

English Club. (2018). What is Writing?.

(Online), (https://www.english club.com/writing/what.htm, Diakses tanggal 22 Februari 2018).

Glynn, Shawn M; Muth, K. Denise. (1994). Reading and Writing to Learn Science: Achieving Scientific Literacy. Journal of Research in Science Teaching. 31 (9): 1057-1073.

Hattie, John; Timperley, Helen. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational Research. 77 (1): 81-112.

Henter, Ramona; Indreica, Elena Simona. (2014). Reflective Journal Writing as

a Metacognitve Tool. (Online),

(www.afahc.ro/ro/afases/2014/socio /henter_indreica.pdf, Diakses tanggal 26 Januari 2018). writing/, Diakses tanggal 26 Januari 2018).

Kanginan, Marthen. (2013). Fisika untuk

SMA/MA Kelas XI Kelompok

Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga.

KBBI. (2017). Tulis. (Online), (https://kbbi.web.id/tulis, Diakses tanggal 26 Januari 2018).

King, F.J; Goodson, Ludwika; Rohani, Faranak. (t.t). Higher Order Thinking Skills. Tallahassee: Florida State University.

Kompas. (2011, 23 November). Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca. Kompas.

Lew, Magdeleine D. N; Schmidt, Henk G. (2011). Self-reflection and academic performance: is there a relationship?.

Advances in Health Sciences

Education. 16 (4): 529-545.

Marquette University. (2011). What Makes Writing So Important?. (Online),

(http://www.marquette.edu/wac/WhatM akesWritingSoImportant.shtml, Diakses tanggal 22 Februari 2018).

Merriam-Webster. (2018). Definition of

Writing. (Online),

(https://www.merriam-webster.com/dictionary/writing, Diakses tanggal 22 Februari 2018).

Monash University. (2018). Reflective Writing in Education. (Online),

(https://www.monash.edu/rlo/assignmen

t-samples/education/education-reflective-writing, Diakses tanggal 26 Januari 2018).

Moon, Jennifer. (2003). Learning Journal, Logs, Reflective Diaries. Dublin:

University College Dublin.

Ndiewo, Paul Oduor; Raburu, Pamela; Aloka, Peter J.O. (2016). Influence of Learner Reflection on Academic Performance of Kenyan Secondary School Students. International Journal

of Psychology and Behavioral

Sciences. 6 (3): 128-132.

Nurhayati. (2016, 21 November). Minat

Baca dan Menulis Masyarakat

Indonesia Masih Rendah. Bangka Pos. Permendikbud. (2016). Standar Kompetensi

(15)

13

Menengah. (Online),

(bsnp-indonesia.org/wp.../04/Permendikbud_ Tahun2016_Nomor020_Lampiran.pdf, Diakses tanggal 22 Februari 2018). PISA. (2015). Programme for

International Student Assessment

(PISA) Results From PISA 2015

Indonesia. (Online),

(https://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-Indonesia.pdf, Diakses tanggal 4 Januari 2018).

Public School NSW. (2015). Types of

Feedback. (Online),

(www.ssgt.nsw.edu.au/documents/1type s_feedback.pdf, Diakses tanggal 4 Januari 2018).

Quitadamo, Ian J.; Kurtz, Martha J. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance in General Education Biology. CBE Life Sciences Education. 6 (2):

140-154.

Rahmawati, Nanik. (2015). A Correlative Study of Students’ Reading Interest Toward Their Writing Ability of The Third Semester of International Class Program Students of IAIN Salatiga in The Academic Year Of 2015/2016.

Salatiga: IAIN Salatiga.

Restasari; Arini, Wahyu; Ariani, Tri. (2017). Hubungan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI MA

Mazro’illah Lubuklinggau Tahun Ajaran

2015/2016. MIPA Repositori STKIP PGRI Lubuklinggau. 1-17.

Ryan, Louise. (2012). Students' Attitudes towards Corrective Feedback in the Second Language Classroom. Dublin: Trinity College.

Effects of Learning Strategy Instruction on Achievement, Attitude, and Achievement Motivation in a Physics

Course. Research in science education

(Australasian Science Education

Research Association). 41 (1): 39-62. Siga, Yasintus Andreas. (2017). Korelasi

antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kefamenanu Tahun Ajaran 2016/2017. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Slavin, Robert E. (2011). Psikologi

Pendidikan: Teori dan Praktik;

(Samosir, Marianto); Jakarta: Indeks. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis

Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

The Open University. (2018). Self Reflection. (Online), (http://www.open

.ac.uk/choose/unison/develop/my-skills/self-reflection, Diakses tanggal 26 Januari 2018).

UNESCO. (2010). Current Challenges in Basic Science Education. Paris:

UNESCO.

University of Birmingham. (2014). A Short

Guide to Reflective Writing.

Birmingham: University of Birmingham.

Wahono, Edi. (2013). Big Bank Soal-Bahas

Fisika SMA/MA. Jakarta:

Wahyumedia.

Wakhidah, Nur. (2012). Keterampilan

Membaca dan Menulis dalam

Meningkatkan Berpikir Kritis dan

Literasi Sains. (Online),

(https://osf.io/56kem/?action=download, Diakses tanggal 5 Februari 2018). Yusuff, Kazeem B. (2015). Does

self-reflection and peer-assessment improve

Saudi pharmacy students’ academic

performance and metacognitive skills?.

Saudi Pharmaceutical Journal. 23 (3):

Gambar

Gambar 1. Tujuan Pembelajaran pada Reflective Journal yang Telah Diberikan Corrective Feedback
gambar 2 menunjukkan kesimpulan siswa.
Gambar 5. Kesulitan, Solusi, serta Efektivitas Solusi Siswa

Referensi

Dokumen terkait

10 derajat nilai temperatur air keluar satu kaca penutup sebesar 41,3 °C dan nilai temperatur air keluar dua r 42,3 °C, untuk 20 derajat nilai temperatur air keluar

Okupasi Terapi berfungsi meningkatkan kemampuan dan mencegah kecacatan dalam aktivitas perawatan diri, produktifitas, dan pemanfaatan waktu luang untuk mencapai

Dalam Implementasi rancangan penelitian termasuk juga membuat eksperimen atau pengamatan, dan juga memilih variabel pengukuran, teknik dan prosedur, pengumpulan data,

Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory..

Implementasi kurikulum di indonesia dari setiap perubahan tidak kita ketahui ketepatan dan keefektifannya dalam merubah karakter pedidikan bangsa yang sesuai dengan

telah dihasilkan dari proses yang ada di dalam kapal tidak terbuang percuma danf. masih dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat

Kemudian ekstrak etanol buah naga daging putih dengan dosis 2% yaitu 50 mg/kg bb dan dosis 100 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah dari hari ke 7 sampai hari ke 21 serta

Pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3 tahun 1997. Pengawasan dan pengendalian