45 4.1.1 Kondisi Awal (Pra Siklus)
Berdasarkan observasi tahap awal atau sebelum dilakukannya tindakan, hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang mengalami
ketidaktuntasan. Siswa yang dengan nilai tuntas dan memenuhi KKM sebanyak
10 siswa dengan presentase 62,5%. Sedangkan siswa dengan nilai kurang dari
KKM sebanyak 6 siswa dengan presentase 37,5%.
Tabel 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus Kriteria
Frekuensi Presentase Angka Ketuntasan Belajar
≥ 70 Tuntas 10 62,5%
≤ 70 Tidak Tuntas 6 37,5%
Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang sebanyak 10 siswa dengan
presentase 62,5%. Sedangkan siswa dengan nilai kurang dari KKM sebanyak 6
siswa dengan presentase 37,5%.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus 1 4.1.2.1Rencana Tindakan
Perencanaan pada siklus 1 terdiri dari 3 kali pertemuan, yakni
pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menyusun RPP yang selanjutnya akan diberikan kepada guru
apabila RPP sudah jadi. Adapun persiapan yang dilakukan pada siklus 1
ini adalah sebagai berikut:
a. Merancang RPP, menyiapkan alat dan bahan dalam implementasi
metode demonstrasi. Selanjutnya, menyiapkan lembar observasi guru
dan siswa.
c. Menyiapkan indikator pencapaian hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA tentang energi dan penggunaannya.
d. Setelah RPP jadi, guru menerapkan RPP untuk siklus 1 yakni dengan
menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran.
4.1.2.2Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan tahap perencanaan yang dilalui sebelumnya, maka
tindakan pada siklus 1 adalah melaksanakan pembelajaran dengan metode
demonstrasi. Tindakan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan yang
berdurasi 35 menit pada setiap pertemuannya. Pelaksanaan tindakan pada
siklus 1 akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus 1 dilakukan hari Jum’at tanggal 24 Maret 2017 pada pukul 07.00 WIB s/d pukul 07.35 WIB yang dihadiri 1)
peneliti, yakni orang yang melakukan penelitian di SD Negeri Watu
Agung 02 Tuntang. 2) kolaborator, yakni orang yang berkolaborasi
dengan peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati
jalannya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi. Dalam
penelitian ini, peneliti akan bertindak sebagai guru yang bertugas
mengajar materi pelajaran IPA tentang energi dan penggunaannya
melalui metode demonstrasi.
Dalam pertemuan pertama pada siklus 1 ini, yang dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan
RPP pada materi pelajaran energi dan penggunaannya. Selain itu, guru
juga mendokumentasikan selama proses pembelajaran melalui metode
demonstrasi berlangsung dan mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan lembar observasi yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilakukan pada hari yang sama, yakni hari Jum’at tanggal 24 Maret 2017 pada pukul 07.35 WIB s/d pukul 08.00 WIB
yang dihadiri 1) peneliti, yakni orang yang melakukan penelitian di SD
berkolaborasi dengan peneliti bertindak sebagai observer yang
bertugas mengamati jalannya proses pembelajaran dengan metode
demonstrasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan bertindak sebagai guru
yang bertugas mengajar materi pelajaran IPA tentang energi dan
penggunaannya melalui metode demonstrasi.
Dalam pertemuan kedua pada siklus 1 ini, yang dilakukan adalah
melanjutkan materi pelajaran energi dan penggunaannya. Selain itu,
guru juga mendokumentasikan selama proses pembelajaran melalui
metode demonstrasi berlangsung dan mengamati jalannya proses
pembelajaran dengan lembar observasi yang sudah dibuat sebelumnya.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga merupakan pertemuan terakhir yang dilakukan pada
hari yang sama, yakni hari Jum’at tanggal 24 Maret 2017 pada pukul 07.35 WIB s/d pukul 08.00 WIB yang dihadiri 1) peneliti, yakni orang
yang melakukan penelitian di IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang.
2) kolaborator, yakni orang yang berkolaborasi dengan peneliti
bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati jalannya proses
pembelajaran dengan metode demonstrasi. Dalam penelitian ini,
peneliti akan bertindak sebagai guru yang bertugas mengajar materi
pelajaran IPA tentang energi dan penggunaannya melalui metode
demonstrasi.
Dalam pertemuan ketiga pada siklus 1 ini, yang dilakukan adalah
mengevaluasi. Selain itu, guru juga mendokumentasikan selama proses
pembelajaran melalui metode demonstrasi berlangsung dan mengamati
jalannya proses pembelajaran dengan lembar observasi yang sudah
dibuat sebelumnya.
4.1.2.3Data Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan
dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan observasi/pengamatan
dilakukan oleh pengamat untuk mengamati proses pembelajaran melalui
dan penggunaannya. Pengamat atau observer menggunakan lembar
observasi untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi yang ditunjukkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Data Hasil Observasi Guru Terhadap Pembelajaran Siklus 1
No Aspek Pengamatan 5 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 3 3 3 6 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3 3 3 7 Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar 3 3 3 8 Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari 3 3 3 9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai
3 4 3
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode demonstrasi
3 3 3
11 Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai RPP 3 3 3
12 Menguasai kelas 3 3 3
13 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 2 3 3 14 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
telah dialokasikan
3 4 3
15 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media peraga IPA
4 3 3
16 Menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar dengan menggunakan media peraga IPA
3 3 3
17 Menggunakan alat peraga secara efektif dan efisien 3 3 3 18 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 3 3 3 19 Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber
belajar
3 3 3
20 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 4 3 3 21 Menumbuhkan keaktifan, inisiatif, konsentrasi, dan
kerjasama siswa dalam kelompok belajar.
3 3 3
22 Memantau siswa dalam belajar kelompok 3 3 3 23 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 3 3 3 24 Memberikan poin kepada siswa secara individu 3 3 3 25 Memberikan reward kepada siswa/kelompok yang
memiliki skor tertinggi
3 3 4
27 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 3 3 3 28 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 3 3 3 29 Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan
siswa
3 3 3
30 Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 3 2 4 31 Memberikan kuis atau evaluasi dan penguatan kepada
siswa
3 3 4
Total 94 95 96
Rata-Rata Skor 95,00
Keterangan:
1. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori kurang.
2. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori cukup.
3. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori baik.
4. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori sangat baik.
Kriteria Penilaian:
No Kategori Skor Nilai 1 Sangat Baik 124-109
2 Baik 108-93
3 Cukup 92-77
4 Kurang Baik ≤ 76
Jumlah skor yang diperoleh guru pada pertemuan pertama adalah 95, kinerja
guru masih belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kesiapan guru dalam
menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk mendemonstrasikan suatu
materi pelajaran karena pada dasarnya, metode demonstrasi memang memerlukan
keterampilan guru secara khusus dalam pelaksanaannya.
Pada pertemuan kedua, skor yang didapat guru lebih meningkat yakni 95,00.
Artinya, kinerja guru dalam proses belajar mengajar sudah menunjukkan
peningkatan. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga, skor yang didapat guru yaitu
96. Berdasarkan hasil analisis data lembar observasi terhadap pelaksanaan siklus 1
disimpulkan bahwa rata-rata skor yang didapat guru selama tiga pertemuan adalah
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1
No Aspek Pengamatan
Skor Setiap Pertemuan 1 2 3 1 Siswa menempati tempat duduknya masing-masing 4 4 4
2 Kesiapan siswa menerima pelajaran 4 4 4
3 Siswa mampu menjawab apersepsi 4 4 4
4 Siswa memperhatikan dengan seksama ketika dijelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3 4 4
5 Memperhatikan dengan serius penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
3 4 4
6 Memperhatikan dengan serius penjelasan guru tentang materi pembelajaran
4 4 4
7 Dengan tertib siswa membentuk kelompok kerja 3 4 4 8 Siswa memperhatikan dengan seksama langkah-langkah
demonstrasi
4 4 4
9 Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan demonstrasi 4 4 4 10 Siswa memperhatikan dan mengamati kejadian yang terjadi
dalam proses demonstrasi
4 4 4
11 Siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar 3 4 4
12 Siswa aktif mengajukan pertanyaan 4 3 4
13 Siswa terbebas dari rasa takut dan tertekan 4 3 4 14 Siswa mencatat hal-hal penting dari metode demonstrasi 4 4 4 15 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode
demonstrasi yang digunakan guru
3 4 4
16 Siswa merasa senang ketika belajar dalam kelompok 4 4 4 18 Siswa tertarik terhadap pembelajaran yang disajikan
dengan metode demonstrasi yang berbantuan dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun buku paket.
4 4 4
19 Siswa bersemangat untuk bekerja sama dan berdiskusi dengan rekan dalam 1 kelompok
3 4 4
20 Siswa yang mendemonstrasikan dengan alat yang disediakan dalam metode demonstrasi
2 3 4
21 Kelompok mempresentasikan hasil belajar dengan metode pembelajaran demonstrasi
3 4 4
22 Dengan dibimbing guru siswa mengadakan pelurusan dan pembetulan konsep
4 4 4
23 Kelompok dengan rata-rata nilai tertinggi mendapatkan reward
4 4 4
24 Dengan dibimbing guru siswa mencatat kesimpulan hasil pembelajaran
4 4 4
25 Siswa menerima penguatan dari guru 4 4 4
Total 87 93 96
1. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori kurang.
2. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori cukup.
3. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori baik.
4. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori sangat baik.
Kriteria Penilaian :
No Kategori Skor Nilai 1 Sangat Baik 100-91
2 Baik 90-81
3 Cukup 80-71
4 Kurang Baik ≤ 70
4.1.2.4Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1. Kinerja guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar dalam
menerapkan metode pembelajaran demonstrasi
2. Guru masih mendominasi dalam kegiatan belajar
3. Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena
perlu adanya adaptasi bagi siswa untuk belajar.
4. Siswa merasa senang menghadapi metode belajar yang baru.
4.1.3 Pelaksanaan Siklus 2 4.1.3.1Rencana Tindakan
Perencanaan pada siklus 2 terdiri dari 3 kali pertemuan, yakni
pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Dalam siklus 2 direncanakan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus 1. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyusun RPP yang selanjutnya akan diberikan kepada
guru apabila RPP sudah jadi. Adapun persiapan yang dilakukan pada
siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus 2 dilakukan hari Sabtu tanggal 25 Maret
peneliti, yakni orang yang melakukan penelitian di SD Negeri Watu
Agung 02 Tuntang. 2) kolaborator, yakni orang yang berkolaborasi
dengan peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati
jalannya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi. Dalam
penelitian ini, peneliti akan bertindak sebagai guru yang bertugas
mengajar materi pelajaran IPA tentang energi dan penggunaannya
melalui metode demonstrasi.
Dalam pertemuan pertama pada siklus 2 ini, yang dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan
RPP pada materi pelajaran energi dan penggunaannya. Selain itu, guru
juga mendokumentasikan selama proses pembelajaran melalui metode
demonstrasi berlangsung dan mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan lembar observasi yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilakukan pada hari yang sama, yakni hari Sabtu
tanggal 25 Maret 2017 pada pukul 07. 35 WIB s/d pukul 08.00 WIB
yang dihadiri 1) peneliti, yakni orang yang melakukan penelitian di SD
Negeri Watu Agung 02 Tuntang. 2) kolaborator, yakni orang yang
berkolaborasi dengan peneliti bertindak sebagai observer yang
bertugas mengamati jalannya proses pembelajaran dengan metode
demonstrasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan bertindak sebagai guru
yang bertugas mengajar materi pelajaran IPA tentang energi dan
penggunaannya melalui metode demonstrasi.
Dalam pertemuan kedua pada siklus 2 ini, yang dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan
RPP pada materi pelajaran energi dan penggunannya. Selain itu, guru
juga mendokumentasikan selama proses pembelajaran melalui metode
demonstrasi berlangsung dan mengamati jalannya proses pembelajaran
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga merupakan pertemuan terakhir yang dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 25 Maret 2017 pada pukul 08.00 WIB s/d pukul
09.30 WIB yang dihadiri 1) peneliti, yakni orang yang melakukan
penelitian di SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang. 2) kolaborator,
yakni orang yang berkolaborasi dengan peneliti bertindak sebagai
observer yang bertugas mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan metode demonstrasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
bertindak sebagai guru yang bertugas mengajar materi pelajaran IPA
tentang energi dan penggunaannya melalui metode demonstrasi.
Dalam pertemuan ketiga pada siklus 2 ini, yang dilakukan adalah
mengevaluasi. Selain itu, guru juga mendokumentasikan selama proses
pembelajaran melalui metode demonstrasi berlangsung dan mengamati
jalannya proses pembelajaran dengan lembar observasi yang sudah
dibuat sebelumnya.
4.1.3.3Data Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan
dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan observasi/pengamatan
dilakukan oleh pengamat untuk mengamati proses pembelajaran melalui
penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA tentang energi
dan penggunaannya. Pengamat atau observer menggunakan lembar
observasi untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi yang ditunjukkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Data Hasil Observasi Guru Terhadap Pembelajaran Siklus 2
No Aspek Pengamatan
Skor Setiap Pertemuan 1 2 3 1 Guru memeriksa kesiapan, alat dan media pembelajaran 3 4 4
2 Memeriksa kesiapan siswa 3 4 4
3 Melakukan kegiatan apersepsi 4 4 4
6 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 4 4 4 7 Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar 4 4 4 8 Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari 4 4 4 9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai
4 4 4
10 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode demonstrasi
3 4 4
11 Melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai RPP 4 4 4
12 Menguasai kelas 3 4 4
13 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 4 4 4 14 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
telah dialokasikan
4 3 4
15 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media peraga IPA
3 4 4
16 Menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar dengan menggunakan media peraga IPA
4 4 4
17 Menggunakan alat peraga secara efektif dan efisien 3 4 4 18 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 4 4 4 19 Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber
belajar
3 4 4
20 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 3 4 4 21 Menumbuhkan keaktifan, inisiatif, konsentrasi, dan
kerjasama siswa dalam kelompok belajar.
3 4 4
22 Memantau siswa dalam belajar kelompok 4 4 4 23 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 4 4 4 24 Memberikan poin kepada siswa secara individu 4 4 4 25 Memberikan reward kepada siswa/kelompok yang
memiliki skor tertinggi
4 4 4
26 Menggunakan bahasa lisan jelas dan lancar 4 4 4 27 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 4 4 4 28 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 4 4 4 29 Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan
siswa
4 4 4
30 Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 4 4 4 31 Memberikan kuis atau evaluasi dan penguatan kepada
1. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori kurang.
2. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori cukup.
3. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh guru dalam kategori baik.
Kriteria Penilaian :
Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2
No Aspek Pengamatan
Skor Setiap Pertemuan 1 2 3 1 Siswa menempati tempat duduknya masing-masing 3 4 4
2 Kesiapan siswa menerima pelajaran 3 4 4
3 Siswa mampu menjawab apersepsi 4 4 4
4 Siswa memperhatikan dengan seksama ketika dijelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4 4 4
5 Memperhatikan dengan serius penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
4 4 4
6 Memperhatikan dengan serius penjelasan guru tentang materi pembelajaran
4 4 4
7 Dengan tertib siswa membentuk kelompok kerja 4 4 4 8 Siswa memperhatikan dengan seksama langkah-langkah
demonstrasi
4 4 4
9 Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan demonstrasi 4 4 4 10 Siswa memperhatikan dan mengamati kejadian yang
terjadi dalam proses demonstrasi
4 4 4
11 Siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar 4 4 4
12 Siswa aktif mengajukan pertanyaan 4 4 4
13 Siswa terbebas dari rasa takut dan tertekan 4 4 4 14 Siswa mencatat hal-hal penting dari metode demonstrasi 4 4 4 15 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode
demonstrasi yang digunakan guru
4 4 4
16 Siswa merasa senang ketika belajar dalam kelompok 4 4 4 18 Siswa tertarik terhadap pembelajaran yang disajikan
dengan metode demonstrasi yang berbantuan dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun buku paket.
4 4 4
19 Siswa bersemangat untuk bekerja sama dan berdiskusi dengan rekan dalam 1 kelompok
4 4 4
20 Siswa yang mendemonstrasikan dengan alat yang disediakan dalam metode demonstrasi
4 4 4
21 Kelompok mempresentasikan hasil belajar dengan metode pembelajaran demonstrasi
4 4 4
22 Dengan dibimbing guru siswa mengadakan pelurusan dan pembetulan konsep
23 Kelompok dengan rata-rata nilai tertinggi mendapatkan reward
4 4 4
24 Dengan dibimbing guru siswa mencatat kesimpulan hasil pembelajaran
4 4 4
25 Siswa menerima penguatan dari guru 4 4 4
Total 98 93 100
Rata-Rata Skor 99
1. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori kurang.
2. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori cukup.
3. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori baik.
4. jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori sangat baik.
Kriteria Penilaian :
No Kategori Skor Nilai 1 Sangat Baik 100-91
2 Baik 90-81
3 Cukup 80-71
4 Kurang Baik ≤ 70
4.1.3.4Refleksi
Refleksi merupakan aktivitas mengkaji dan menganalisis secara mendalam
dan menyeluruh tindakan yang dilakukan dan didasarkan data yang terkumpul
pada kegiatan observasi atau pengamatan. Berdasarkan data, baik kualitatif
maupun kuantitatif, peneliti sebagai guru melakukan evaluasi untuk menemukan
keberhasilan dari dampak tindakan yang telah dilakukan terhadap perbaikan atau
peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Pada kegiatan refleksi diikuti oleh peneliti dan guru kolaborator. Melalui
refleksi evaluasi akan ditemukan kelemahan dan kelebihan yang masih ada pada
tindakan yang telah dilakukan untuk kemudian dijadikan dasar penyempurnaan
rencana tindakan siklus berikutnya. Pada refleksi siklus I menurut pengamat
ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan, antara lain:
a. Siswa
kelebihan
- siswa senang dengan metode demonstrasi
- proses belajar lebih mudah
b. guru
kelebihan
- pembelajaran lebih efektif
- pembelajaran lebih terorganisir
kelemahan
- dibutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkan pembelajaran agar
lebih efektif
4.2Hasil Belajar
Penelitian telah dilaksanakan pada kelas IIV SD Negeri Watu Agung 02
Tuntang dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi pada mata
pelajaran IPA tentang energi dan penggunaannya. Dari penelitian tersebut didapat
data berupa hasil belajar siswa yang akan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2.
Siklus Rata-Rata
Kognitif Afektif Psikomotorik
Siklus 1 74,7 47% (kurang baik) 31,25%
Siklus 2 87,5 97% (sangat baik) 87,50%
4.2.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa
Hasil belajar kognitif siswa pada siklus 2 lebih baik dari pada siklus 1. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 yang menggambarkan bahwa nilai rata-rata
hasil belajar siswa pada siklus 1 adalah 74,7 dan siklus 2 adalah 87,5.
Tabel 4.7
Hasil Belajar Kognitif Siswa
No. Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah
Siswa Presentase
Jumlah
Siswa Presentase
Jumlah
Siswa Presentase
1. Tuntas 10 62,50% 13 81,25% 15 93,75%
2. Belum
Tuntas 6 37,50% 3 15,75% 1 6,25%
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang pada siklus 1 ketuntasan belajar
siswa sebanyak 13 siswa dengan presentase sebesar 62,50%. Kemudian 3 siswa
dengan nilai yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dengan presentase sebesar
37,50%.
Hasil analisis deskriptif ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat 3 siswa
yang masih perlu mendapat perhatian lebih dalam peningkatan hasil belajar.
Peningkatan hasil belajar kognitif berada pada siklus 2, dapat dilihat pada tabel di
atas ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 sebanyak 15 siswa dengan presentase
sebesar 62,50%. Kemudian 1 siswa yang dengan nilai yang belum tuntas dengan
prosentase sebesar 6,25%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang mengalami peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2 sebanyak 3 siswa dengan presentase kenaikan sebesar
17%.
4.2.2 Hasil Belajar Afektif Siswa
Hasil belajar afektif siswa didapat dari hasil pengamatan selama proses
pembelajaran melalui metode demonstrasi berlangsung. Adapun hasil belajar
afektif siswa didapat dari banyaknya siswa yang berdiskusi dan siswa yang
mempresentasikan kepada rekan kelompoknya.
Tabel 4.8
Data Hasil Belajar Afektif Siswa
Siklus
Rata Hasil Belajar Afektif Rata-Rata Hasil Belajar Afektif Jumlah Siswa
yang berdiskusi Presentasi
Siklus 1 8 (50%) 7 (44%) 47% (kurang baik)
Siklus 2 16 (100%) 15 (94%) 97% (sangat baik)
Dari tabel di atas, memberikan makna bahwa hasil belajar afektif siswa pada
pelaksanaan diskusi dan presentasi menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus
presentasi sebesar 44%. Selanjutnya, pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil
belajar afektif siswa untuk aspek diskusi menjadi100% dan presentasi sebesar
94%. Artinya, melalui metode demonstrasi, siswa akan merasakan suasana baru
dalam kelas dan menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
4.2.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Hasil belajar psikomotorik siswa dapat dijaring melalui pengamatan selama
kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi berlangsung. Aspek yang
diamati yakni keterampilan siswa pada saat menggunakan alat yang digunakan
pada saat mendemonstrasikan. Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar
psikomotorik siswa pada siklus 1 belum terlihat adanya peningkatan. Peningkatan
hasil belajar psikomotorik siswa terjadi pada siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Siklus Jumlah (Orang) Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik
Siklus 1 5 31,25% (kurang baik)
Siklus 2 14 87,50% (baik)
Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus 1, keterampilan siswa
menggunakan peralatan masih dalam kategori kurang baik. Namun, pada siklus 2
Hasil belajar psikomotorik siswa meningkat dan dikategorikan baik.
4.2.4 Hasil Angket Tanggapan Siswa
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari angket tanggapan siswa,
pendapat siswa mengenai pembelajaran melalui metode demonstrasi bersifat
positif. Adapun rekapitulasi angket tanggapan siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10
Data Hasil Angket Tanggapan Siswa Aspek Presentase Kategori
I 74% Baik
II 72% Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa minat belajar siswa aspek I
(perasaan senang) mendapat skor 74% dan berada pada lkategori baik. Kemudian
pada aspek II (konsentrasi/ perhatian dalam belajar) mendapat skor 72% dan
masuk dalam kategori baik. Aspek III (ketertarikan) mendapat skor 74% dan
berada dalam kategori baik. Berdasarkan darta dari pengisian angket tersebut
dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik.
4.3Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi awal pada siswa kelas IV SD Negeri Watu
Agung 02 Tuntang dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) masih rendah. Hal ini terbukti siswa dengan nilai tuntas
dan memenuhi KKM sebanyak 10 siswa dengan presentase 62,5%. Sedangkan
siswa dengan nilai kurang dari KKM sebanyak 6 siswa dengan presentase 37,5%.
Berdasarkan hasil pengisian angket minat belajar, hasil observasi selama
kegiatan proses belajar melalui metode demonstrasi berlangsung, dan hasil tes
pada mata pelajaran IPA, sebagaimana telah diuraikan di atas telah membuktikan
bahwa implementasi metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan yang dialami pada setiap tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini.
Berangkat dari prasiklus, ketuntasan hasil belajar siswa masih terbilang
kurang memuaskan. Sebanyak 10 siswa dinyatakan tuntas hasil belajarnya dengan
presesntase sebesar 62,5%. Sedangkan siswa dengan nilai kurang dari KKM
sebanyak 6 siswa dengan presentase sebesar 37,5%. Hal ini disebabkan oleh cara
guru dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan
siswa pasif dan bosan karena pembelajaran yang monoton sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Setelah adanya tindakan pada siklus 1,
jumlah siswa dengan nilai tuntas sebanyak 13 siswa dengan presentase sebanyak
81,25%, sedangkan siswa dengan nilai belum tuntas sebanyak 3 siswa dengan
presentase sebesar 15,75%. Senada dengan siklus 1, pada siklus 2 hasil belajar
15 siswa dengan presentase ketuntasan 93,75% dan hanya satu siswa yang belum
dapat memenuhi KKM.
Selain itu, hasil hasil belajar afektif siswa pada pelaksanaan diskusi dan presentasi menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1, presentase hasil
belajar afektif siswa untuk aspek diskusi sebanyak 50% dan presentasi sebesar
44% dengan rata-rata 47% dan dikategorikan kurang baik. Selanjutnya, pada
siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa untuk aspek diskusi
menjadi100% dan presentasi sebesar 94% dengan rata-rata 97% yang berarti
dalam kategori sangat baik. Artinya, melalui metode demonstrasi, siswa akan
merasakan suasana baru dalam kelas dan menjadikan siswa lebih aktif dan
antusias dalam mengikuti pembelajaran.
1. Siklus 1
Pada siklus 1 melalui penerapan pembelajaran dengan metode demonstrasi
pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang
terjadi peningkatan yaitu sebesar 62,50% siswa tuntas dengan jumlah 10
siswa dan 6 siswa tidak tuntas atau dengan prosentase sebesar 37,50%.
2. Siklus 2
Ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 sebanyak 15 siswa dengan
presentase sebesar 62,50%. Kemudian 1 siswa yang dengan nilai yang
belum tuntas dengan presentase sebesar 6,25%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Watu Agung
02 Tuntang mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebanyak 3
siswa dengan presentase kenaikan sebesar 12,50%.
3. Hasil Belajar Afektif Siswa
Hasil belajar afektif siswa pada saat pelaksanaan diskusi dan presentasi
menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1, presentase hasil belajar
afektif siswa untuk aspek diskusi sebanyak 50% dan presentasi sebesar
44%. Selanjutnya, pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar afektif
siswa untuk aspek diskusi menjadi100% dan presentasi sebesar 94%.
dalam kelas dan menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran.
4. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus 1, keterampilan siswa
menggunakan peralatan masih dalam kategori kurang baik. Namun, pada
siklus 2 Hasil belajar psikomotorik siswa meningkat dan dikategorikan
baik.
Berdasarkan dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui metode demonstrasi pada materi “Energi dan Penggunaannya“ di kelas IV SD Negeri Watu Agung 02 Tuntang mengalami peningkatan hasil belajar siswa. Melalui penerapan metode demonstrasi siswa
terlibat dan menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, menguasai materi,
memiliki ketelitian dan kecermatan, serta mempunyai daya tangkap yang baik.
Dengan metode demonstrasi siswa lebih mudah dalam menguasai materi karena
siswa harus lebih teliti dan cermat dalam mengamati setiap langkah-langkah yang
ada selama kegiatan demonstrasi berlangsung.
Hipotesis tindakan secara umum adalah jawaban sementara dari masalah
yang diteliti. Secara teknik jika dilakukan tindakan ini maka akan dapat
memecahkan masalah. Sehingga jawaban dari masalah yang diteliti dapat
diketahui. Adapun hipotesis tindakan setelah dilakukan tindakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bahwa langkah-langkah yang ada dalam metode pembelajaran
demonstrasi mampu membuat siswa kelas IV SD Negeri Watu Agung 02
Tuntang lebih aktif, lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti
pelajaran sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap apa yang dipelajari sehingga hasil belajar yang didapat siswa
lebih meningkat.
4.3.1 Pembahasan Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai penelitian yang berhubungan dengan
bahan/materi yang akan dibahas berasal dari jurnal penelitian yang berjumlah 17
jurnal penelitian.
1. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pangonan 01 Tlogowungu Pati Tahun
Ajaran 2012/2013
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam
penelitian Sri Kusni (2012) yakni siswa kelas IV SD Negeri Pangonan 01
Tlogowungu Pati Tahun Ajaran 2012/2013. Kekurangan penelitian Sri Kusni
adalah pengukuran hasil belajar hanya pada ranah kognitif, karena pada dasarnya
hasil belajar menurut teori yang dikemukakan oleh Bloom dalam (Majid, 2014:
44) dibagi menjadi 3 yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun, penelitian
Sri Kusni juga memiliki kelebihan yaitu memberikan kontribusi dalam hal
meningkatkan hasil belajar IPA dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pembuktikan bahwa implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran
mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar yang dibuktikan dengan nilai
rata-rata yang diperoleh siswa dari tahap prasiklus 27,5. Siswa yang dapat
memenuhi KKM hanya sebanyak 8 siswa dari jumlah 18 siswa dengan presentase
13,12%. Dalam prasiklus ini, guru belum menerapkan metode demonstrasi,
implementasi metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran baru dilakukan
pada siklus 1 siklus 2.
Pada siklus 1, atmosfer atau suasana pembelajaran di ruang kelas sudah
membaik, komunikasi antara guru dan siswa terjalin dengan bagus. Perhatian
siswa telah terfokus pada penjelasan guru, sehingga siswa dapat memahami materi
dengan bagus. Pemahaman siswa mengenai materi pelajaran menunjukkan adanya
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yakni dari
nilai tes hasil akhir siswa pada pelaksanaan siklus 1. Nilai rata-rata yang diperoleh
siswa kelas IV SD Negeri Pangonan 01 Tlogowungu Pati Tahun Ajaran
2012/2013 pada siklus 1 yakni 59,05. Selain itu, jumlah siswa dengan nilai tuntas
di siklus 1 menjadi 9 siswa dengan presentase ketuntasan hasil belajar sebesar
Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada siklus 2, nilai rata-rata yang
diperoleh 75,72. Jumlah siswa dengan nilai memenuhi KKM meningkat sebanyak
16 siswa dengan presentase 78,62% dari 18 siswa. Jika melihat nilai rata-rata hasil
tes siswa dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penerapan metode
demonstrasi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada prasiklus
sebesar 27,5 dilanjutkan dengan nilai rata-rata pada siklus 1 sebesar 59,05 dan
pada siklus 2 meningkat menjadi 75,72.
2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran ilmu Pengetahuan
Alam Melalui Metode Demontrasi
Selanjutnya, akan dibahas penelitian yang berhubungan tentang peningkatan
hasil belajar melalui metode demonstrasi yang berjudul Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Mata Pelajaran ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode
Demontrasi. Penelitian tersebut dilakukan oleh Erhan Rizky dkk (2012) di
Sekolah Dasar Negeri Nyalindung Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Yang
menjadi subyek penelitian yakni siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri
Nyalindung Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, yang terdiri dari 40 siswa.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri atas dua kali
pertemuan.
Hasil penelitian Erhan Rizky dkk menunjukkan penggunaan metode
demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dimulai dari nilai pretest menunjukan nilai siswa yang tuntas hanya 6 siswa dan
hanya mencapai presentase 15%. Sedangkan, 34 siswa di bawah KKM 60 yaitu
sebesar 85%. Dengan perkataan lain, hasil belajar siswa masih sangat rendah
karena siswa yang tuntas nilainya tidak lebih dari separuh dari total keseluruhan
siswa.
Pada siklus I, penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan
pertama dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa belum
mencapai ketuntasan, dari 40 siswa, sebanyak 18 siswa dengan presentase sebesar
38,63% mencapai KKM dan sebanyak 22 siswa dengan presentase 61,37% belum
mencapai KKM. Hasil pertemuan pertama siklus 1 tersebut sebenarnya telah
keberhasilan. Selanjutnya, pada pertemuan kedua siklus 1 nilai rata-rata hasil
belajar siswa telah mencapai ketuntasan akan tetapi masih banyak siswa yang
belum mencapai nilai 63, yaitu 72,73% yang mencapai KKM dan 12 siswa atau
27,27% yang belum mencapai KKM. Hasil tersebut belum mencapai indikator
keberhasilan maka dari itu perlu dilaksanakan siklus II. Setelah meninjau
kekurangan yang ada pada siklus I, maka dengan dasar tersebut telah dilakukan
perbaikan pada siklus II. Pada kenyataannya hasil belajar pada siklus II
meningkat, siswa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai presentase sebesar
88,65% atau 39 siswa, dan yang belum tuntas ada 5 siswa dengan presentase
sebesar 11,35%. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II
mencapai 87,3. Artinya, hasil belajar pada siklus 2 telah mencapai indikator
keberhasilan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan demonstrasi
pada siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Nyalindung Kecamatan Cileungsi
Kabupaten Bogor telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar.
Masih sama dengan penelitian Sri Kusni (2012) kekurangan penelitian
Erhan Rizky dkk juga hanya membibdik hasil belajar kognitif siswa tanpa
memperhatikan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Sedangkan kelebihan
penelitian ini yakni memberikan kontribusi dalam hal meningkatkan hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
3. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Benda Kelas 3 Semester
Ganjil di SDN 01 Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran
2012/2013
Fathorrasi dan Hasan Muchtar Fauzi (2012). Subyek penelitian ini adalah
siswa Kelas III SDN 1 Dawuan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo tahun
pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 21 siswa. Alasan dilakukannya penelitian ini
adalah kurang bervariasinya kegiatan pembelajaran seringkali membuat siswa
merasa jenuh dan mengantuk, sehingga siswa enggan untuk memperhatikan apa
yang disampaikan guru.
Setelah dilakukannya perbaikan kegiatan pengajaran melalui metode
Hasil analisis dari jurnal ini yakni, sebelum adanya tindakan atau prasiklus hasil
belajar siswa kelas III SDN 1 Dawuan tergolong rendah. Dari nilai yang
diperoleh, siswa yang tuntas belajar hanya sebanyak 8 siswa dengan ketuntasan
klasikalnya sebanyak 38%, sedangkan jumlah yang belum tuntas sebanyak 13
siswa dengan presentase 62%. Pada pelaksanaan siklus 1, hasil belajar siswa kelas
III SDN 1 Dawuan mulai menunjukkan adanya peningkatan. Setelah metode
demonstrasi diimplementasikan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 siswa
dengan ketuntasan klasikalnya sebayak 81%, namun masih ada siswa yang belum
tuntas sebanyak 4 siswa dengan presentase 19%. Pada siklus 2, ketuntasan hasil
belajar siswa kelas III SDN 1 Dawuan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo
tahun pelajaran 2012/2013 cukup memuaskan walaupun masih ada 2 siswa yang
belum tuntas belajar dengan presentase 9,5%. Adapun siswa yang tuntas belajar
sebanyak 19 siswa dengan ketuntasan klasikal 90,5%.
Selain itu, penelitian ini juga melakukan wawancara untuk menggali
tanggapan guru dan siswa mengenai kegiatan pembelajaran IPA melalui metode
demonstrasi. Dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas III
pembelajaran IPA melalui metode pembelajaran demonstrasi diperoleh tanggapan
sangat baik. Menurut guru, dengan observasi pelaksanaan proses belajar mengajar
sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa serta sangat mendukung guna
mencapai ketuntasan belajar yang telah ditargetkan oleh pihak sekolah.
Selanjutnya, hasil wawancara yang telah dilakukan dengan siswa kelas III SDN 1
Dawuan adalah siswa merasa senang pada pelajaran IPA melalui metode
pembelajaran demonstrasi, siswa juga beranggapan selain menarik juga metode
pembelajaran demonstrasi juga memudahkan memahami pelajaran dan juga mata
pelajaran IPA tidak akan menjenuhkan.
Dengan data hasil wawancara dengan guru dan siswa tersebut, penelitian
yang dilakukan Fathorrasi dan Hasan Muchtar Fauzi (2012) telah membuktikan
dan menguatkan pernyataan Sanjaya (2010: 88) bahwa keunggulan penggunaan
metode pembelajaran demonstrasi akan lebih menarik bagi siswa, sebab siswa
4. Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong
Penelitian dengan judul di atas dilakukan oleh Agreistin E. Peole (2012).
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong
yang berjumlah 17 siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Latar
belakang dilakukannya penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya hasil
belajar siswa kelas V SDN Taopa Semester Genap Tahun Pelajaran (2013/2014)
yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 54,44. Artinya, nilai tersebut belum
mencapai KKM yang ditetapkan 65%. Penyebab rendahnya hasil belajar yang
didapat siswa adalah karena guru selalu menerangkan materi pelajaran melalui
metode ceramah. Selain itu, kegiatan pembelajaran hanya terpaku penjelasan dari
buku paket serta tidak menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa hanya bisa membayangkan apa yang disampaikan oleh guru tanpa
mengalaminya secara langsung, sehingga berdampak pada siswa yang kurang
mampu memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru.
Implementasi metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN Taopa terbukti
meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus 1, jumlah siswa
yang tuntas belajar masih terbilang sedikit, yakni hanya 5 dengan presentase 29%.
Sedangkan, presentase siswa yang belum tuntas belajarnya yakni sebesar 71%
dengan jumlah siswa 12. Kekurangan dalam penelitian ini yaitu kinerja guru
belum maksimal dalam menyampaikan materi pelajaran melalui metode
demonstrasi pada siklus I, sehingga siswa terkesan main-main pada saat dilibatkan
untuk mendemonstrasikan dan siswa masih terlihat ragu pada saat
memprensetasikan hasil demonstrasi. Menurut Huda (2013: 233), agar
implementasi metode pembelajaran demonstrasi berjalan dengan sesuai yang
diharapkan, guru diharuskan memiliki keterampilan khusus.
Oleh karena itu, seharusnya guru dapat menjadikan hal tersebut sebagai
tantangan yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya kinerja guru dalam
hal penyampaian materi pelajaran serta tidak menjadikan sesuatu hal yang baru
belajar siswa dengan metode yang tepat. Selanjutnya, pada siklus 2 diperoleh data
yang sangat baik yakni sebanyak 17 semua siswa tuntas.
5. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Metode
Demonstrasi Pada Siswa Kelas I SDN Ngampal 1
Penelitian dengan judul di atas dilakukan oleh Tri Handayani (2016) dengan
jenis penelitian yakni penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari siklus 1
dan siklus 2. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN Ngampal 1
yang berjumlah 9 siswa. Alasan Tri Handayani melakukan penelitian ini
dikarenakan rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA tentang gerak benda. Berdasarkan data hasil observasi dari tahap prasiklus
teridentifikasi bahwa siswa yang mampu memahami materi Gerak benda pada
mata pelajaran IPA hanya 2 siswa (22%) dari 9 siswa yang memperoleh nilai baik.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode
pembelajaran demonstrasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA siswa kelas 1 SDN
Ngampal 1 tentang gerak benda dapat ditingkatkan hasil belajarnya. Dimulai dari
prasiklus, dimana hanya ada 2 dari 9 siswa yang mendapat nilai baik. Artinya,
hanya 22% yang mendapat nilai lebih dari KKM dan 78% (7 siswa) mendapat
nilai kurang dari KKM. Pada siklus 1, hasil belajar siswa mengalami kenaikan
yang dibuktikan dengan kenaikan sebesar 55% dan pada siklus 2 menjadi 88%
dari hasil belajar siswa yang mendapat nilai >65.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil belajar afektif dan
psikomotorik siswa tidak diukur, akan lebih baik jika hasil belajar kognitif, afektif
dan psikomotorik siswa juga diukur. Selain itu, Tri Handayani tidak
mengumpulkan data yang berhubungan dengan tanggapan dari siswa maupun
guru mengenai pembelajaran IPA yang dapat diukur dengan menggunakan
angket. Kesamaan penelitian Tri Handayani dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam skripsi ini adalah pada mata pelajaran yang sama yakni IPA.
Kelebihan dari penelitian Tri Handayani adalah berkontribusi meningkatkan hasil
6. Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perakitan Komputer Di Kelas X TKJ 2 SMKN
1 Abang
Penelitian dengan judul di atas dilakukan oleh Gusti Lanang Agusdika J dkk.
(2015). Jenis peneltian yang dilakukan oleh Gusti Lanang Agusdika J dkk. adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus dan yang menjadi
subyek dalam penelitian adalah siswa kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Abang yang
berjumlah 37 siswa. Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah hasil belajar
yang diperoleh siswa masih tergolong rendah yaitu sekitar 70% siswa tidak tuntas.
Dalam jurnal penelitian ini, hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 yakni
hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya, dari hasil penelitian
bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Abang. Dimulai dari hasil belajar kognitif siswa
pada siklus 1, hasil belajar kognitif siswa yang tidak tuntas sebesar 40,54% dan
yang tuntas sebanyak 59,45%.
Sama halnya dengan siklus 1, pada siklus 2 hasil belajar siswa juga dibagi
menjadi 3 ranah yakitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
siswa pada ranah afektif pada siklus 2 menunjukkan peningkatan yang
memuaskan. Hal tersebut dibuktikan dengan data hasil belajar afektif yang
dijaring melalui kegiatan pengamatan atau observasi selama kegiatan
pembelajaran demonstrasi berlangsung. Hasil belajar afektif siswa pada siklus 2
berada pada katetgori amat baik dan baik. Siswa yang mendapat predikat baik
sebanyak 9 siswa dengan presentase sebesar 24,32%, kemudian siswa yang
mendapat predikat amat baik sebanyak 28 siswa dengan presentase sebesar
75,67%. Artinya, dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini siswa lebih aktif,
disiplin serta antusisas dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa sudah
aktif bertanya dan menanggapi maupun menjawab pertanyaan temannya. Siswa
mulai teliti dalam memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan.
Kelebihan dari penelitian Gusti Lanang yakni pengukuran hasil belajar
secara menyeluruh yaitu dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
7. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Melalui Metode Demonstrasi
Penelitian dengan judul di atas dilakukan oleh Sri Yanti (2016). Subyek
penelitian tindakan ini adalah siswa kelas I SD Negeri Kalijurang 03 Kecamatan
Tonjong ajaran 2014/2015 yang sejumlah 20 siswa.
Hasil dari implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah
hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Kalijurang 03 Kecamatan Tonjong ajaran
2014/2015 mengalami peningkatan.
Sebelumnya tingkat ketuntasan belajar siswa pada prasiklus didapati 17
siswa belum memenuhi KKM, sedangkan siswa dengan nilai tuntas atau
memenuhi KKM hanya sebanyak 3 siswa. Pada prasiklus ini, guru belum
menerapkan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran. Metode
demonstrasi baru akan diterapkan pada siklus 1, dimana hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebanyak 9 siswa (45%) mendapat nilai lebih dari KKM
dan 11 siswa (55%) masih belum memenuhi KKM.
Pada siklus 2, nilai hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebanyak 18
siswa, sedangkan nilai hasil belajar siswa yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal sebanyak 2 siswa. Jumlah siswa yang belum tuntas pada
siklus 2 ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan siklus 1 yakni sebanyak 11
siswa dengan presentase sebesar 55%. Pada siklus 2 ini, siswa sudah mulai terlihat
aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dalam siklus 2
yang menunjukkan 8 siswa mampu melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh
guru, 6 siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan 4 siswa mampu
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya setelah melakukan pembelajaran.
Hasil ini berada pada kategori baik karena dari 20 siswa, terdapat siswa 18 yang
terlihat aktif dalam belajar. Dengan demikian, penelitian dengan menerapkan
metode demonstrasi ini dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
siswa.
Sama halnya dengan penelitian sebelumnya dalam skripsi ini, penelitian ini
hanya mengukur hasil belajar kognitif siswa, artinya pengukuran hasil belajar
kognitif siswa. Selain itu terdapat pula perbedaan yang ada yaitu mata pelajaran
yang dijadikan bahan kajian yaitu Bahasa Indonesia sedangkan dalam penulisan
skripsi ini mata pelajarannya IPA.
8. Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak
Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIA SDN Darungan
01 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
dalam penelitian siswa kelas VI A SD Negeri Darungan 01 semester I tahun
pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 32 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanti Sukowati (2014),
implementasi metode pembelajaran demonstrasi dalam pembelajaran IPA
khususnya pada materi tentang materi gaya dan gerak dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa.
Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil belajar hanya dilihat dari aspek
kognitif saja sedangkan aspek afektif dan psikomotorik siswa tidak diberikan
tindakan. Namun demikian penelitian ini juga memiliki kelebihan yaitu
berkontribusi meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
belajar siswa mulai meningkat sehubungan dengan diterapkannya metode
pembelajaran demonstrasi terhadap siswa kelas VI A SD Negeri Darungan 01
semester I tahun pelajaran 2012/2013. Adapun ketuntasan hasil belajar yang
diperoleh siswa pada siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 24 (75%). Namun
masih ada siswa yang belum tuntas dengan presentase sebesar 25% yakni 8 siswa.
sedangkan pada siklus 2, siswa dengan nilai belum tuntas sebesar 3,13% (1 Siswa)
dengan demikian kategori hasil belajar siswa yang tergolong tidak tuntas
mengalami penurunanan sebesar 21,87%.
Selain dapat meningkatkan hasil belajar, metode demonstrasi juga dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1, aktivitas siswa
dalam hal memperhatikan materi pelajaran sebesar 78,12%, aktivitas menirukan
membuat jungkat-jungkit sebesar 62,50%, dan aktivitas melakukan kerjasama
dalalm hal memperhatikan materi pelajaran sebesar 93,75%, aktivitas menirukan
membuat jungkatjungkit sebesar 84,37%, dan aktivitas melakukan kerjasama
dalam kelompok 81,25%.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil makna bahwa metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Siswa akan lebih memahami apa yang
disampaikan oleh guru apabila siswa diberikan pengalaman bukan hanya
pengetahuan. Artinya, siswa dilibatkan secara langsung untuk mendemonstrasikan
sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga siswa dapat melihat
secara langsung dan mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa suatu peristiwa
bisa terjadi melalui metode pembelajaran demonstrasi.
9. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui
Metode Demonstrasi Di Kelas V Sdn 5 Telaga Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo
Agus Andriyanto (2013) penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2
siklus. Setiap siklus membahas materi tentang peristiwa alam yang terjadi di
Indonesia, pada siklus I indikator pembelajaran yang dibahas tentang
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, sedangkan pada siklus II indikator
pembelajaran yang dibahas tentang mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi untuk menyampaikan materi
pelajaran IPA.
Pada siklus 1, siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa dengan presentase
sebesar 61.77%. Adapun siswa yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 13
siswa dengan presentase sebesar 38,23%.
Selanjutnya pada siklus 2, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan
sekitar 31 orang atau 91,18% jika dipresentasekan. Sedangkan, siswa dengan nilai
belum tuntas lebih menurun hanya menjadi 3 siswa (8,82%). Jumlah ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas belajar pada siklus 1
Masih sama dengan penelitian yang telah dibahas sebelumnya, penelitian yang
dilakukan oleh Agus Andriyanto hanya mengukur hasil belajar kognitif siswa dan
tidak mengukur hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Namun demikian,
penelitian ini juga memiliki kelebihan dengan ikut memberikan kontribusi
meningkatkan hasil belajar siswa.
10. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. 1
Polanto Jaya
Penelitian yang dilakukan oleh Fartati (2014) ini berjenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil penelitian, bahwa implementasi metode
demonstrasi dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi benda bergerak
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas II SD No. 1 Polanto.
Sebelum diterapkannya tindakan perbaikan praktik pengajaran dari guru
dengan menerapkan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran, hasil
belajar siswa Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya masih tergolong rendah, hal itu
dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yaitu hanya mencapai nilai 58.
Setelah ditindaklanjuti dengan implementasi metode demonstrasi pada siklus
1, nilai rata-rata hasil belajar siswa Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya mencapai 69,2
dengan kata lain terjadi kenaikan rata-rata kelas sebesar 16,2%. Sementara siklus
2, nilai rata-rata hasil belajar semakin mantap menjadi 80. Sama halnya dengan
hasil ketuntasan klasikal yang dicapai pada tes hasil belajar siklus I sebesar 78,7%
atau terdapat 37 siswa yang tuntas dari 47 jumlah siswa.
Pada siklus 2, hasil belajar yang diperoleh siswa Kelas II SD No. 1 Polanto
Jaya lebih baik jika dibandingkan dari hasil pelaksanaan siklus sebelumnya.
Peningkatan ini terjadi karena beberapa kekurangan yang ditemukan di siklus 1
telah teratasi. Dengan demikian terjadi peningkatan analisis hasil penelitian,
dimana ketuntasan belajar mencapai 91,5% dengan kata lain sebanyak 43 siswa
dengan nilai tuntas dari 47 siswa.
Dalam jurnal penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penerapan metode
demonstrasi, dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran.
pembelajaran demonstrasi dapat membantu siswa memahami dengan jalannya
suatu proses atau kerja suatu benda. Dengan dihadirkannya obyek yang
berhubungan dengan materi pelajaran secara jelas dan konkret akan menciptakan
suasana baru dalam kelas sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran
yang diajarkan oleh guru. Ketertarikan siswa tentunya akan meningkatkan minat
belajar dari siswa, dengan minat belajar yang tinggi, siswa akan lebih mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
11. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN 1 Balingara Pada Materi Volume Kubus Dan Balok
Kambe dkk. (2015). Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah
siswa kelas V SD Negeri 1 Balingara yang berjumlah 15 siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V SD
Negeri 1 Balingara pada materi volume kubus dan balok. Pada tes awal siswa
yang tuntas 5 orang (Presentase tuntas klasikal 33,33%) dan (daya serap klasikal
57%). Pada siklus I siswa yang tuntas 13 orang (Presentase tuntas klasikal
86,66%). Pada siklus II meningkat menjadi yang tuntas 14 orang (Presentase
ketuntasan klasikal 93,33% ), dan daya serap klasikal 81,33%. Rata-rata hasil
observasi aktifitas siswa dalam pembelajran siklus I 73,33% dan pada siklus II
85%. Sedangkan presentase aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I 78,66%
dan pada siklus II 88%.
Kekurangan penellitian Kambe dkk (2015) sama dengan penelitian yang
telah dibahas oleh penulis, yaitu pengukuran hasil belajar hanya pada ranah
kognitif. Kesamaan penelitian Kambe dkk (2015) dengan penelitian penulis
adalah terdapat pada tujuan yakni untuk mendiskripsikan penggunaan metode
demonstrasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu terdapaat
perbedaan yakni pada mata pelajaran yakni matematika dan IPA.
12. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Materi Asam Basa Garam Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik
Subrata (2016) Bentuk dari penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas
semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian, menyatakan
bahwa langkah-langkah yang ada dalam metode demonstrasi pada pembelajaran
IPA dengan materi pelajaran Asam Basa Garam dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII B SMP Negeri 15 Semarang pada semester genap tahun pelajaran
2014/2015.
Penulis menemukan kekurangan dalam jurnal penelitian ini yakni hasil
belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif. Selain itu, Subrata (2016) tidak
menggunakan lembar angket untuk mengetahui tanggapan siswa maupun guru
terhadap pembelajaran. Selain kekurangan, penulis juga menemukan kesamaan
yakni penelitian ini juga mengumpulkan data dengan lembar observasi dan yang
diamati adalah aktivitas siswa dan guru. Namun demikian, perbedaan juga
terdapat salah satunya pada materi pelajarannya.
Hasil belajar siswa dalam jurnal penelitian ini dijaring melalui soal pretest
(sebelum tindakan) dan postest di setiap akhir siklus 1 maupun siklus 2. Dimulai
dari prasiklus, hasil belajar kognitif siswa kelas VII B SMP Negeri 15 Semarang
pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 berada pada kategori rendah. Hal
ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas 65,31 yang diperoleh dari hasil pretest
dengan prosentase ketuntasan sebesar 28,13 % atau sebanyak 9 siswa dari 32.
Artinya perbandingan antara siswa yang tuntas dan siswa yang belum tuntas
masih didominasi oleh siswa dengan nilai belum tuntas, yakni sebanyak 23 siswa
dengan presentase sebanyak 71,87%. Dalam prasiklus, kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru masih menggunakan metode belajar yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar setiap harinya yaitu metode ceramah di depan kelas
atau konvensional. Setelah adanya implementasi metode demonstrasi pada siklus
1, rata-rata nilai siswa mengalami kenaikan menjadi 73,28 dengan tingkat
ketuntasan klasikal sebesar 59,4% atau sebanyak 19 siswa yang tuntas belajar.
Peningkatan tersebut terlihat dari rata-rata nilai peserta didik menjadi 87,66
dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 87,5 % atau ada 28 peserta didik yang
tuntas belajar. Jika dilihat dari nilai rata- rata peserta didik maka terjadi
jumlah ketuntasan klasikal mengalami peningkatan 31,27 % pada siklus I dan
28,1 % pada siklus II.
13. Penerapan Metode Demontrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siwa
Kelas IV SD Negeri Ulee Gle Mata Pelajaran Sains Materi Perubahan
Wujud Benda
Lina Amelia dan Teuku Nailul Munadi (2016) dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ulee Gle. Subjek Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SDN Ulee Glee sebanyak 25 orang siswa.
Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dan setiap siklusnya terdiri 2x35 menit.
Berdasarkan hasil penelitian, telah terbukti bahwa penerapan metode
demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Ulee Gle. Selain itu, penelitian ini juga memberikan
fakta bahwa implementasi dari pada metode demonstrasi dapat meningkatkan
aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran IPA.
Berangkat dari siklus 1, nilai rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh
siswa yakni 67,60. Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 16 orang (64%),
sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 9 (36%). Dalam pembelajaran
siklus I melalui implementasi metode demonstrasi, aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran melalui metode demonstrasi mendapat skor rata-rata 3,64 (72,80%)
termasuk dalam kategori baik. Kemudian, aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran melalui metode demonstrasi mendapat nilai rata-rata sebesar 3,63
(72,60%) artinya, aktivitas siswa dalam kategori baik.
Pada siklus 2 kegiatan pembelajaran melalui metode demonstrasi, hasil
belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 12%. Hal ini dibuktikan dengan
nilai rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa pada siklus 2 sebesar
75,60. Adapun ketuntasan hasil belajar siswa juga meningkat, siswa yang
dinyatakan tuntas belajar dalam penelitian ini sebanyak 24 (96,00%) dari 25
siswa, siswa yang tidak tuntas belajar hanya 1 orang siswa (4,00%). Selain itu,
aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran melalui penerapan metode
rata-rata 4,43 (88,60%) artinya, aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 2 sudah
berjalan seperti yang diharapkan sehingga aktivitas guru termasuk kategori sangat
baik. Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 2 juga mengalami peningkatan,
dengan nilai rata-rata sebesar 4,38 (87,60%).
14. Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Dengan Menggunakan Metode Belajar Demonstrasi Pada Siswa Kelas 1
SDN 01 Bendoagung Kecamatan Kampak Trenggalek Tahun Semester II
2013/2014
Susilorini (2015). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN I
Bendoagung Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. Obyek dalam penelitian
ini adalah siswa Kelas I Semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 yang kelasnya berjumlah 21
siswa.
Dari hasil penelitiannya, menyatakan bahwa implementasi metode
demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa Kelas I Semester II SDN I Bendoagung Kecamatan Kampak
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam penelitiannya,
Susilorini menjaring hasil belajar siswa dengan memberikan tes formatif kepada
siswa di akhir setiap siklus.
Dari implementasi metode demonstrasi pada kegiatan pembelajaran siklus 1
nilai rata-rata siswa sebesar 76,43. Siswa dengan nilai mencapai KKM sebanyak
11 (52,38%). Sedangkan siswa dengan nilai belum tuntas sebanyak 10 siswa
(47,62%). Dalam jurnal penelitiannya, Susilorini menyatakan bahwa hasil belajar
siswa pada siklus 1 masih belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan
yakni sebesar 85%.
Selanjutnya dalam siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 86,90.
Peningkatan hasil belajar siswa sebesar 14% dengan ketuntasan belajar mencapai
85,71 %, hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran
yang diajarkan guru. Dalam jurnal penelitian Susilorini (2015) ini, terdapat
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni terletak pada mata